Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminoseae yang cukup

penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kacang kedelai

dan kacang tanah (Soeprapto, 1993). Kacang hijau (phaseolus radiates)

merupakan tanaman berbatang basah yang tumbuh pendek. Kacang berbentuk

jorong dengan panjang 2 – 4 cm. kulit biji tebal, berwarna cokelat muda atau tua,

bagian tengah berbintik putih, dan dilingkari warna hitam. Bagian yang digunakan

adalah kacang atau biji (Prapti, 2008). Bagi masyarakat Indonesia kacang hijau

dimanfaatkan sebagai bahan pangan, makan ternak, dan pupuk hijau, dalam

tatanan makanan sehari – hari, kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur, sayur

(tauge), kue – kue, dan selain itu juga berkhasiat sebagai obat tradisional. Hasil

penelitian KAISI, lembaga penelitian kesehatan tubuh manusia di Korea,

menunjukkan bahwa tiap 100 gram tauge kacang hijau mengandung 4,2 g protein,

3,4 g karbohidrat, 1,0 g lemak 47 g kalori, 9,2 g air, dan 15 g vitamin C. Kacang

hijau (phaseolus radiates) juga merupakan sumber gizi, terutama protein nabati.

Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap (Rahmat R,

1998).

Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua setelah

kabohidrat. Kacang hijau mengandung 20 – 25% protein. Protein pada kacang

hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%. Daya cerna yang tidak terlalu

tinggi tersebut disebabkan oleh adanya zat antigizi, seperti antitrypsin dan tanin

(polifenol) pada kacang hijau (Made A, 2009). Dengan adanya polifenol pada

beberapa jenis tanaman dapat mempengaruhi peningkatan produksi ASI. Selain

itu peningkatan peoduksi ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan hormon

prolaktin (Lany, 2010). Peningkatan


2

kedua hormon ini dipengaruhi oleh protein yaitu polifenol dan asam amino yang

ada pada kacang hijau yang juga mempengaruhi hormon prolaktin untuk

memproduksi ASI dengan cara merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam

pembentukan ASI.

Peningakatan hormon oksitoksin akan membuat ASI mengalir deras

dibanding dengan biasanya. Selain itu kacang hijau mempunyai kandungan B1

yang sangat bermanfaat untuk ibu menyusui.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di puskesmas Dinoyo, dari 25 ibu

menyusui bayi usia 1-3 bulan, 3 ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif.

Menurut bidan setempat, ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kurang setuju

jika hanya memberikan ASI tanpa memberikan tambahan makanan atau susu

formula dengan alasan karena ASI tidak keluar dan pemberian tambahan makanan

kepada bayinya ibu merasa bayinya akan lebih tercukupi kebutuhan gizinya.

Berdasarkan wawancara langsung yang dilakukan peneliti pada 6 orang ibu – ibu,

peneliti masih menemukan ibu yang memberikan asupan selain ASI pada bayi

mereka, dengan alasan karena air susu tidak lancar sehingga bayi sering menangis

karena lapar dan akan berhenti menangis jika diberikan susu formula atau

makanan tambahan. Namun ada juga ibu yang tidak memberikan ASI dengan

alasan air susu tidak keluar.

Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu :

pengaruh hormonal, dan Let down reflex (Widodo, 2010). Namun ada juga

beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Menurut Rizka

(2012), faktor – faktor yang dapat mempengaruhi ASI yaitu : frekuensi menyusui,

nutrisi ibu menyusui, psikologis, istirahat dan tidur, perawatan payudara, pijat

oksitoksin, penggunaan kontrasepsi, dan teknik menyusui.


3

Kacang hijau beserta kandungannya selama ini hanya digunakan secara

empiris dan belum dibuktikan secara ilmiah mengenai kandungan kacang hijau

yang dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui.

Berdasarkan latar belakang diatas mengenai manfaat protein dapat

memperlancar ASI, untuk memberikan bukti khasiat dari biji kacang hijau sebagai

laktagogum (pelancar sekresi air susu) maka perlu dilakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Konsumsi Sari Kacang Hijau Terhadap Produksi ASI pada Ibu

Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai

berikut “Bagamanakah pengaruh konsumsi sari kacang hijau terhadap produksi

ASI pada ibu menyusui?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Dengan melihat permasalahan diatas maka secara umum penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh konsumsi sari kacang hijau terhadap

produksi ASI ibu menyusui.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian pengaruh konsumsi sari kacang hijau

pada Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi produksi ASI ibu sebelum pemberian sari kacang hijau.

2. Mengidentifikasi produksi ASI ibu setelah pemberian sari kacang hijau.

3. Menganalisa pengaruh konsumsi sari kacang hijau tehadap produksi ASI ibu

menyusui.
4

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Responden ( Ibu menyusui )

Dapat mengetahui pengaruh konsumsi sari kacang hijau tehadap produksi ASI.

1.4.2 Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan sebagai acuan pembuktian

teoriterutama dalam bidang keperawatan.

1.4.3 Bagi Institusi

Sebagai masukan untuk menunjang mutu pendidikan.

1.4.4 Bagi Masyarakat

a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat sari kacang hijau

dalam kesehatan khususnya dalam meningkatkan produksi ASI.

b) Memanfaatkan bahan alami yang tersedia di masyarakat untuk dikonsumsi

sebagai pelancar ASI

1.4.5 Bagi profesi Keperawatan

Sebagai masukan ilmu keperawatan maternitas terhadap pemberian asuhan

keperawatan yang komprehensif kepada ibu menyusui, serta mendorong perawat

untuk berpikir kritis dan berinovasi dalam mengembangkan berbagai sistem

pendukung yang dapat membantu perawat dalam mencapai tujuan keperawatan.

Menambah pengetahuan mengenai salah satu manfaat tanaman dalam upaya

meningkatkan produksi ASI.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Berdasarkan penelitian Sa’roni (2004) mengenai “Efektifitas ekstrak daun

katuk (Sauropus Androgynus) terhadap peningkatan produksi ASI ibu”

didapatkan hasil
5

ekstrak daun katukdapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 66,7ml atau

50,7% lebih banyak dibandingkan dengan kelompok ibu melahirkan dan

menyusui bayinya yang tidak diberi ekstrak daun katuk. Variabel independen

penelitian tersebut adalah pemberian ekstrak daun katuk. Sedangkan

peningkatan produksi ASI adalah variabel dependen. Adapun kesimpulan

penelitian tersebut bahwa daun katuk efektif meningkatkan produksi ASI.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indria Arifatul Islamiyah (2006)

mengenai “Pengaruh jus kacang hijau (phaseolus radiatus) dan jus jambu biji

(psidium guajava L.) terhadap kadar hemoglobin (Hb) darah tikus (rattus

norvegicus)” didapatkan hasilpenelitian bahwa terjadi interaksi pemberian jus

kacang hijau dan jus jambu biji terhadap kadar hemoglobin (Hb) darah tikus.

Kombinasi perlakuan antara dosis jus kacang hijau dan jus jambu biji yang

dapat meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) tertinggi adalah pada dosis jus

kacang hijau 75% dan dosis jus jambu biji 40% dengan peningkatan kadar

hemoglobin 10,20. variabel independen pada penelitian tersebut adalah jus

kacang hijau (phaseolus radiatus) dan jus jambu biji (psidium guajava L.).

sedangkan kadar hemoglobin (Hb) adalah variabel dependen pada penelitian

tersebut.

Adapun perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan terletak pada

variabel dependen, metode, subyek dan lokasi penelitian. Variabel dependen

pada penelitian yang saya lakukan adalah produksi ASI . Metode penelitian

yang saya gunakan adalah one group pretest-postest. Subyek penelitian saya

adalah ibu menyusui bayi usia 1 – 3 bulan, sedangkan untuk lokasi penelitian

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Malang.

Anda mungkin juga menyukai