BAB I
PENDAHULUAN
jorong dengan panjang 2 – 4 cm. kulit biji tebal, berwarna cokelat muda atau tua,
bagian tengah berbintik putih, dan dilingkari warna hitam. Bagian yang digunakan
adalah kacang atau biji (Prapti, 2008). Bagi masyarakat Indonesia kacang hijau
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, makan ternak, dan pupuk hijau, dalam
tatanan makanan sehari – hari, kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur, sayur
(tauge), kue – kue, dan selain itu juga berkhasiat sebagai obat tradisional. Hasil
menunjukkan bahwa tiap 100 gram tauge kacang hijau mengandung 4,2 g protein,
3,4 g karbohidrat, 1,0 g lemak 47 g kalori, 9,2 g air, dan 15 g vitamin C. Kacang
hijau (phaseolus radiates) juga merupakan sumber gizi, terutama protein nabati.
Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap (Rahmat R,
1998).
hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%. Daya cerna yang tidak terlalu
tinggi tersebut disebabkan oleh adanya zat antigizi, seperti antitrypsin dan tanin
(polifenol) pada kacang hijau (Made A, 2009). Dengan adanya polifenol pada
itu peningkatan peoduksi ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan hormon
kedua hormon ini dipengaruhi oleh protein yaitu polifenol dan asam amino yang
ada pada kacang hijau yang juga mempengaruhi hormon prolaktin untuk
memproduksi ASI dengan cara merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam
pembentukan ASI.
menyusui bayi usia 1-3 bulan, 3 ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif.
Menurut bidan setempat, ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kurang setuju
jika hanya memberikan ASI tanpa memberikan tambahan makanan atau susu
formula dengan alasan karena ASI tidak keluar dan pemberian tambahan makanan
kepada bayinya ibu merasa bayinya akan lebih tercukupi kebutuhan gizinya.
Berdasarkan wawancara langsung yang dilakukan peneliti pada 6 orang ibu – ibu,
peneliti masih menemukan ibu yang memberikan asupan selain ASI pada bayi
mereka, dengan alasan karena air susu tidak lancar sehingga bayi sering menangis
karena lapar dan akan berhenti menangis jika diberikan susu formula atau
makanan tambahan. Namun ada juga ibu yang tidak memberikan ASI dengan
pengaruh hormonal, dan Let down reflex (Widodo, 2010). Namun ada juga
beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Menurut Rizka
(2012), faktor – faktor yang dapat mempengaruhi ASI yaitu : frekuensi menyusui,
nutrisi ibu menyusui, psikologis, istirahat dan tidur, perawatan payudara, pijat
empiris dan belum dibuktikan secara ilmiah mengenai kandungan kacang hijau
memperlancar ASI, untuk memberikan bukti khasiat dari biji kacang hijau sebagai
laktagogum (pelancar sekresi air susu) maka perlu dilakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Konsumsi Sari Kacang Hijau Terhadap Produksi ASI pada Ibu
pada Ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo adalah sebagai berikut:
3. Menganalisa pengaruh konsumsi sari kacang hijau tehadap produksi ASI ibu
menyusui.
4
Dapat mengetahui pengaruh konsumsi sari kacang hijau tehadap produksi ASI.
didapatkan hasil
5
menyusui bayinya yang tidak diberi ekstrak daun katuk. Variabel independen
mengenai “Pengaruh jus kacang hijau (phaseolus radiatus) dan jus jambu biji
(psidium guajava L.) terhadap kadar hemoglobin (Hb) darah tikus (rattus
kacang hijau dan jus jambu biji terhadap kadar hemoglobin (Hb) darah tikus.
Kombinasi perlakuan antara dosis jus kacang hijau dan jus jambu biji yang
dapat meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) tertinggi adalah pada dosis jus
kacang hijau 75% dan dosis jus jambu biji 40% dengan peningkatan kadar
kacang hijau (phaseolus radiatus) dan jus jambu biji (psidium guajava L.).
tersebut.
pada penelitian yang saya lakukan adalah produksi ASI . Metode penelitian
yang saya gunakan adalah one group pretest-postest. Subyek penelitian saya
adalah ibu menyusui bayi usia 1 – 3 bulan, sedangkan untuk lokasi penelitian