Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I. PEDAHULUAN

1. Latar Belakan

Angka kematian bayi secara global masih mengkhawatirkan. Menurut

United N \\ations Children’s Fund (UNICEF) dalam laporan terbarunya

mengenai kematian bayi global, setiap tahunnya, 2,6 juta bayi di seluruh

dunia, tak mampu bertahan hidup selama lebih dari satu bulan dan satu juta di

antaranya meninggal saat lahir (Unicef, 2018). Data Survey Kesehatan

Demografi Indonesia (SKDI) tahun 2012. Angka Kematian Neonatal (AKN)

di indoneisa sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup. Hasil SKDI 2017

angka kematian neonatal menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan

angka kematian bayi menurut hasil SDKI 2012, tercatat 32 per 1.000

kelahiran hidup. sementara pada 2017, tercatat 24 per 1.000 kelahiran hidup

(Nasional Republika, 2018).

Kematian bayi dapat dicegah salah satunya dengan pemberian air susu ibu

selama satu jam pertama pasca kelahiran atau inisiasi menyusui dini (IMD)

dan dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, UNICEF

merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui ASI selama paling sedikit

enam bulan (ASI Eksklusif). ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI

saja, sejak usia 30 menit post natal sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan

dan makanan padat lain (Walyani dan Purwoatuti, 2015). Sedangkan IMD

adalah proses menyusu yang dimulai secepatnya (Fikawati dkk, 2016).

Air susu ibu (ASI) adalah asupan terbaik untuk bayi. Sayangnya, sampai

saat ini, masih sedikit ibu yang memberikan ASI eksklusif. Data Kementerian
2

Kesehatan mencatat, angka inisiasi menyusui dini (IMD) di Indonesia

meningkat dari 51,8 persen pada 2016 menjadi 57,8 persen pada 2017.

Meskipun meningkat, angka itu masih jauh dari target sebesar 90 persen.

Kenaikan yang sama juga terjadi pada angka pemberian ASI eksklusif, dari

29,5 persen pada 2016 menjadi 35,7 persen pada 2017. Angka ini juga

terbilang sangat kecil jika mengingat pentingnya peran ASI bagi kehidupan

anak, yang seharusnya menurut Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Farid

Moeloek SpM angka itu sudah tembus 50 persen (CNN Indonesia, 2018).

Begitu pula di Propinsi Sulawesi Utara, sepanjang tahun 2018 cakupan

bayi yang mendapat ASI eksklusif berjumlah 10.564 bayi, naik dibanding

dengan tahun 2017 sedangkan di kota Manado cakupan bayi yang mendapat

ASI Eksklusif Tahun 2018 sebesar 2047 bayi (Dinkes Sulut, dan kota manado

2018).

Menurut penelitian Restuning .W (2008) ibu yang merasa bahwa susu

formula itu sama baiknya, atau malah lebih baik dari ASI, masalah payudara

yang berukuran kecil sehingga kurang menghasilkan ASI dan masalah pada

saat ASI belum keluar atau asi keluar sedikit pada hari pertama yang

membuat ibu beranggapan bahwa bayi perlu diberikan minuman lain.

Menurut Susilo, dkk, (2016) untuk mendapatkan ASI yang banyak,

selama bayi masih didalam kandungan dan setelah ibu melahirkan, ibu juga

sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi susu, kacang-kacangan, buah yang

mengandung air dan sayur hijau misalnya sayur daun katuk dan bayam, sayur

daun papaya dan sayur jantung pisang.


3

Salah satu jenis keanekaragaman hayati di indoneisa adalah jantung

pisang yang merupakan bagian dari tanaman pisang, dipilihnya jantung

pisang untuk dapat meningkatkan produksi ASI karena harganya murah dan

untuk memperolehnya sangat mudah. Hampir di setiap pekarangan rumah

penduduk di wilayah Minahasa selatan ditanami pohon pisang. Ada dua

alasan yang mendasar dalam penelitian ini untuk memilih jantung pisang

Kapok digunakan untuk meningkatkan produksi ASI yaitu: Jenis jantung

pisang yang umumnya dijual di pasaran berasal dari jenis pisang kepok,

klutuk/batu, dan pisang siam manun menurut masyarakat di daerah Minahasa

selatan, bahwa jantung pisang kapok rasanya lebih enak, teksturnya lembut

dan tidak terasa pahit sedikitpun seperti rasa jantung pisang yang lainnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sitti dkk (2015), yang

paling enak adalah jenis pisang kapok yang di olah menjadi sayur. Menurut

ahli Teknologi Pangan dan Gizi dari Rs Bhayangkara Manado bahwa jantung

pisang yang di olah menjadi sayur dengan cara pengolahan Resep olahan

makanan yang dapat membantu memperlancar porduksi ASI dengan dosis

200gram / hari. Bahan :1 buah jantung pisang, 5 buah bawang merah

haluskan, 3 buah bawang putih haluskan, 2 cabe merah haluskan, 2 daun

lemon, 1 lengkuas minyak goring, garam dan air asam jawa secukupya. Cara

membuat : Buang lapisan berwarna merah dari jantung pisang yang dipakai

mulai lapisan warna merah muda 1. Didihkan air tambahkan sedikit garam 2.

Rebus jantung pisang yang sudah dipotong-potong hingga cukup empuk,

kira-kira 10 menit 3. Angkat kemudian iris melintang kemudian sisihkan 4.


4

Tumis bumbu halus bersama daun lemon dan lengkuas sampai baunya harum

5. Masukkan irisan daun pisang, tambahkan garam dan air 6.Cicipi rasanya

berikan 200gram/hari untuk ibu nifas. Tidak menurunkan zat-zat gizi yang

terkandung dalam jantung pisang yaitu karbohidrat, protein, mineral

(terutama fosfor, kalsium, dan besi), serta sejumlah vitamin A, B1 dan C dan

berserat ttinggi. Dari hasil penelusuran dan survei awal peneliti selama 2 hari

terhadap 10 orang ibu menyusui, ternyata 4 orang ibu menyusui tidak

memiliki masalah pada produksi ASI mengatakan mereka mengkonsumsi

jantung pisang yang merekapercayai dapat meningkatkan produksi ASI sejak

dulu. Ada 6 ibu menyusui mengalami kesulitan dalam memberi ASI dengan

alasan kurangnya produksi ASI.

Hasil survey awal di RS Bhayangkara Manado oleh peneliti pada tanggal

05 Februari 2019 diperoleh data jumlah ibu nifas dari bulan Januari 2019

hingga saat survei awal yaitu 19 ibu nifas normal Primigravida, hasil

wawancara terhadap 10 ibu nifas 6 ibu mengatakan ASI mereka sedikit

sehingga bayi terus menangis dan ada juga 4 bayi yang mengalami iktrus dan

salah satu faktor utama karena Asi tidak cukup atau Asi kurang. Berdasarkan

data di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Peningkatan Produksi ASI Ibu Nifas

Normal Primi di RS Bhayangkara Manado.


5

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti merumuskan permasalahan yaitu

“Apakah ada Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Peningkatan

Produksi ASI Ibu Nifas Normal Primigravida di RS Bhayangkara Manado? ”.

3. Tujuan Penelitian

a) Tujuaan Umum

Mengetahui pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap peningkatan

produksi ASI di RS Bhayangkara Manado.

b) Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi produksi ASI responden sebelum mengkonsumsi

jantung pisang di RS Bhayngkar Manado

2) Mengidentifikasi produksi ASI responden sesudah mengkonsumsi

jantung pisang di RS Bhayngkara Manado.

3) Menganalisis pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap

peningkatan produksi ASI pada ibu nifas di RS Bhayangkara Manado.

4. Manfaat penelitian

a) Manfaat Teoritis

Dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang

penelitian tentang terapi komlementer khususnya jantung pisang terhadap

peningkatan prodiksi asi pada ibu nifas.


6

b) Manfaat Praktis

1) Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan referensi di perpustakaan dalam bidang penelitian,

terhadap komplementer manfaat konsumsi jantung pisang terhadap

produksi ASI.

2) Bagi tempat penelitian

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu layanan tentang

penerapan asuhan kebidanan khususnya menggunakan terapi

komplementer bagi para petugas kesehatan, khususnya konsumsi

jantung pisang terhadap produksi ASI.

3) Bagi responden

Sebagai tambahan pengetahuan bagi ibu nifas tentang manfaat

konsumsi jantung pisang terhadap produksi ASI.

4) Bagi peneliti

Sebagai pengalaman yang berharga dalam upaya memperluas

wawasan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah

diperoleh dalam bidang penelitian.


7

BAB II. Tinjauan Pustaka

A. Konsep Dasar Tanaman Pisang Pada Ibu Nifas

a. Tinjauan umum Tanaman Pisang

Pisang adalah tumbuhan yang berasal dari kawasan Asia

Tenggara (termasuk Indonesia). Tumbuhan pisang kemudian

menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika

Tengah. Iklim tropis dan kondisi tanah yang banyak mengandung

humus membuat tumbuhan pisang sangat cocok dan tersebar luas di

Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan

daerah penghasil pisang. Tumbuhan pisang banyak terdapat dan

tumbuh didaerah tropis maupun subtropis (Nuramanah, 2012).

Tanaman pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan

panas. Taksonomi tanaman pisang antara lain yaitu kingdom

Plantae, divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas

Monocotylae, ordo Musales, famili Musaceae, genus Musa dan

spesies Musa paradisiaca L (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Pisang

merupakan tanaman hortikultura, merupakan salah satu jenis buah tropis

yang tidak asing bagi masyaraat dunia. Buah pisang, selain enak, juga

memiliki banyak manfaat. Kandungan gizinya yang lengkap sangat baik

bagi kesehatan (Cahyono, 2016).

Morfologi Pisang

Morfologi pisang mencakup bagian-bagian tanaman seperti akar,

batang, daun, bunga dan buah. Pertumbuhan bagian tanaman


8

tersebut saling berkesinambungan satu dengan lainnya. Kendati

tanaman pisang tidak terlalu membutuhkan tempat tumbuh yang

spesifik, tetap harus diperhatikan persyaratan tumbuh yang dikehendaki

agar hasil yang diperoleh bisa lebih optimal (Suyanti dan Supriyadi,

2008).

i. Manfaat Tanaman Pisang

Tanaman pisang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Selain buahnya, bagian tanaman yang lain, mulai dari akar hingga

daun, sering dimanfaatkan untuk berbagai keprluan. Tidak ada bagian

tanaman pisang yang terbuang percuma apabila tahu khasiat dan

manfaatnya.(Cahyono, 2016).

a. Umbi batang

Umbi batang atau bonggol dimanfaatkan sebagai soda dalam

pembuatan sabun serta sebagai pupuk tanaman. Bonggol dicacah

halus, dijemur hingga kering lalu dibakar dan diambil abunya. Abu

bonggol pisang ini dimanfaatkan sebagai soda dalam pembuatan

sabuk serta sebagai pupuk tanaman. Selain itu, air yang terkandung

dalm bonggol pisang, terutama pisang klutuk dan kapok, berkhasiat

sebagai obat untuk berbagai macam penyakit, seperti perdarahan

dalam usus, amandel, desentri, memperbaiki pertumbuhan rambut,

dan sebagai cairan kumur. Pendarahan yang terjadi dalam usus

besar dan hernia dapat disembuhkan sengan minum air bonggol

pisang klutuk yang masih muda. Bonggol pisang yangmasih muda


9

juga dapat dimanfaatkan sebagai rebung, dimasak sebagai sayur.

(Cahyono, 2016).

b. Batang tanaman

Batang tanaman pisang merupakan batang semu, tidak keras,

banyak mengandung air yang dapat digunakan sebagai obat

penyakit kencing panas dan penawar racun warangan. Selain

berkhasiat obat, pelepah tanaman ini banyak digunakan sebagai

bungkus bibit tanaman, bungkus tembakau dan sebagainya. Dalam

bidang pertanian batang tanaman pisang juga digunakan untuk

membuat kompos. Dalam bidang perikanan, pelepah pisang

digunakan sebagai campuran media budi daya belut.

(Cahyono,2016).

c. Daun Pisang

Daun pisang digunakan sebagai bungkus makanan dan aneka

barang lain. Daun pisang yang telah tua dimanfaatkan sebagai

pakan sapi, kambing, kerbau, kelinci, marmot dan sebagainya.

Selain itu daun pisang juga dijadikan kompos.(Cahyono, 2016).

d. Bunga pisang

Bunga pisang atau dikenal sebagai jantung pisang, memiliki

kandungan lemak, protein, karbohidrat dan vitamin yang tinggi,

sangat baik sebagai bahan sayuran. Bunga pisang dapat diolah

menjadi berbagai macam makanan dan masakan, seperti acar,

manisan, lalapan, sayur lodeh dan sebagainya.(Cahyono, 2016)


10

e. Buah pisang

Buah pisang sebagai produk utama tanaman pisang memiliki

aneka manfaat. Selain sebagai buah segar, buah pisang juga dapat

dimanfaatkan sebagai bahan berbagai macam pangan olahan. Buah

pisang dapat diolah menjadi tepung pisang untuk makanan bayi,

sari buah, sale pisang, roti pisang, keripik pisang, pisang rebus,

pisang goring, kolak pisang, pisang bakar, anggur pisang, pure

pisang, aneka kue dan roti, minuman beralkohol, saos pisang,

yoghurt, es krim, makanan bayi, minuman bayi, irisan pisang

dalam kaleng, tepung pisang matang dan mentah dan sebagainya.

Khasiat lain dari buah pisang adalah sebagai obat luka lambung,

meurunkan kolesterol darah, mencegah kanker usus, menjaga

kesehatan jantung, melancarkan pengiriman oksigen ke otak,

menyuburkan rambut, menghaluskan kulit, penyembuh anemia,

lever, diare, menurunkan tekanan darah, memperlancar pencernaan

dan buang air besar dan sindrom premenstruasi. Pisang juga

merupakan sumber energy yang dapat diandalkan (Cahyono, 2016).

2) Morfologi Tanaman Pisang

a) Akar

Tanaman pisang berakar ramping dan tidak mempunyai akar

tunggang akar tersbut tumbuh pada umbi batang terutama pada

bagian bawah. Akar yang dibagian bawah akan tumbuh lurus


11

menuju pusat bumi (tumbuh vertikal) hingga kedalaman 75 – 150

cm tergantung varietasnya. Akar bagian atas tumbuh menyebar ke

samping (horisontal) hingga 4m atau lebih. Akar tumbuh secara

berkelompok toga-tiga atau empat-empat dengan ketebalan berkisar

1-8,5mm. akar yang masih muda berwarna putih kenyal, yang

setelah rua akan menjadi lebih gelap dan sedikit keras. Akar

permukaan umumnya tumbuh di kedalaman 15cm.(Cahyono,2016).

b) Batang

Tanaman pisang berbatang sejati, berupa umbi batang (Jawa

disebut bonggol) yang berada didalam tanah. Batang sejati tanaman

pisang bersifat keras dan memeiliki titik tumbuh (mata tunas) yang

menghasilkan daun dan bunga. Disamping itu juga terdapat

cambium untuk membesarkan pohon. Titik tumbuh pada awal

pertumbuhan menghasilkan daun dan pada akhir pertumbuhan akan

menumbuhkan bunga pisang yang terbungkus kelopak.

Bagian yang berdiri tegak menyerupai batang adalah batang

semu yang teridiri atas pelepah-pelepah daun panjang (kelopak

daun) yang saling membungkus dan menutupi. Kelopak daun yang

kebih muda berada lebih dalam. Dengan begitu maka kedudukan

menjadi kuat dan kompak, tampak seperti batang. Batang semu ini

memeiliki tinggi 3-8m, bahkan lebih, tergantung varietasnya.

Batang semu tanaman pisang bersifat lunak dan banyak

mengandung air.(Cahyono, 2016).


12

c) Daun

Daun tanaman pisang berbentuk lanset memanjang. Daun

memiliki tangkai panjang, antara 30-40cm. tangkai daun ini agak

keras dan kuat, mengandung banyak air. Kedudukan dau tegak

agak mendatar dan menyebar. Daun pisang memiliki lapisan lilin

pada permukaan bagian bawah. Daun pisang tidak memiliki tulang

daun pada pinggirnya sehingga mudah robek. Rangkaian daun

terdir atas pelepah daun, tangkai daun dan helai daun. Tangkai

daun berperan sebagai cabang tanaman yang berfungsi untuk

menopang daun dan buah. Tangkai daun berbentuk radial

memenjang berupa saluran dengan bagian epidermis terbungkus

selulosa yang tebal sementara bagian hipodermisnya mengalami

lignifikasi. Susunan pembuluhnya rapat pada tengah ke arah luar

membuat kokohnya fngsi tangkai daun sebagai cabang tanaman.

(Cahyono,2016).

d) Buah

Buah pisang memiliki bentuk, ukuran, warna kulit, warna

daging buah, rasa dan aroma yang beragam, tergantung

varietasnya. Jumlah sisir dalam tiap tandan juga bervariasi, antara

3-15. Umumnya tanaman pisang berbunga 9-10 bulan setelah


13

tanam. Buahnya dapat dipanen 4-5 bulan kemudian (Cahyono,

2016).

e) Bunga

Bunga pisang berbentuk bulat lonjong dengan ujung runcing.

Bunga yang baru muncul biasa disebut jantung pisang. bunga

terdiri atas tangkai bunga, daun penumpu bunga atau daun

pelindung bunga (seludang bunga) dan mahkota bunga. Tangkai

bunga keras berdiameter sekitar 8cm. seludang bunga berwarna

merah tua, etrsusun secara spiral, berlapis lilin, berukuran 10-25cm,

seludang bunga akan rontok setelah bunga mekar. Mahkota bunga

berwarna putih dan tersusun melintang, masing-masing sebanyak

dua baris. Bunga tanaman pisang berkelamin satu dengan benang

sari lima buah. Bakal buah berbentuk persegi.(Cahyono, 2016).

Jantung pisang merupakan bunga yang dihasilkan oleh pokok

pisang yang berfungsi untuk menghasilkan buah pisang.

Jantung Pisang dihasilkan semasa proses pisang

berbunga dan menghasilkan tandan pisang sehingga lengkap.

Hanya dalam keadaan tertentu atau spesis tertentu jumlah

tandan dan jantung pisang melebihi dari pada satu. Ukuran

jantung pisang sekitar 25 – 40 cm dengan ukur lilit tengah jantung

12 – 25 cm. (Novitasari, 2013).


14

Gambar 1. Jantung Pisang

Kulit luar jantung pisang keras dan akan terbuka apabila

sampai waktu bagi mendedahkan bunga betina. Bunga betina dan

jantan menghasilkan nectar untuk menarik serangga menghisapnya

dan menjalankan proses pembungaan. Struktur jantung pisang

mempunyai banyak lapisan kulit, dari yang paling gelap cokelat-

ungu kemerahan di bagian luar dan warna putih krim susu di

bagian dalam. Terdapat susunan bunga berbentuk jejari di antara

kulit tersebut dan di tengahnya yang lembut. Jantung pisang

mempunyai cairan berwarna jernih dan akan menjadi pudar

warnanya apabila jantung pisang terkena udara dari luar

lingkungan sekitarnya (Novitasari dkk., 2013 ).

Jantung pisang pada umumnya dibuang. Padahal dapat

dimanfaatkan sebagai pangan alternative (Lingga, 2010). Semua

tanaman pisang dapat memproduksi jantung pisang, tetapi tidak

semua jantung pisang dapat dikonsumsi. Jantung pisang yang

dapat dikonsumsi adalah jantung pisang dari jenis pisang

kepok, pisang batu, pisang siam dan pisang klutuk.


15

Manfaat Jantung pisang mencegah berbagai penyakit seperti

diabetes juga aman karena jantung pisang indeks glikemiknya

yang rendah. Berjuta manfaat yang dimiliknya sudah seharusnya

jantung pisang menjadi salah satu variasi makanan yang wajib kita

konsumsi sehari-hari. Selain manfaat jantung pisang yang begitu

banyak terutama bagi kesehatan, pangan ini juga dapat diolah

menjadi berbagai masakan lezat. Jantung pisang mengandung

energy (31 kakl), kar-bohidrat (71 gr), protein (1,2 gr), lemak (0,3

gr), mineral terutama fosfor (50 mg), kal-sium (30 mg) dan zat

besi maupun vitamin seperti beta karotin (pro vitamin A), Vitamin

B1 dan C dan juga mengandung serat yang cukup tinggi.

Kandungan serat dalam jantung pisang dapat memperlancar

pencernaan serta mengikat lemak dan kolesterol untuk dibuang

bersama kotoran. Jantung pisang juga dapat menghindarkan kita

dari penyakit jantung dan stroke karena dapat memperlancar

sirkulasi darah dan bersifat antikoagulan (mencegah penggumpalan

darah) (Novitasari dkk, 2013).

b. Tinjauan Umum Masa Nifas

i. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang

dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang

umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho dkk, 2014).


16

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

palsenta sampai dengan 6 minggu (42 hari).(Nugroho, dkk, 2014).

ii. Tahapan masa nifas

a. Puerperium Dini yaitu suatu masa kepulihan, yang dalam hal ini

ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan.

b. Puerperium intermedial yaitu suatu masa dimana kepulihan dari

organ organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.

c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi

(Nugroho dkk, 2014).

iii. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2 yaitu :

a) Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal

mengasuh anak

b) Tujuan khusus

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun

psikologinya

2. Melaksankan skrining yang komprehensif

3. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu dan bayinya


17

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi kb, menyusui, pemberian imunisasi dan

pearawatan bayi sehat

5. Memberikan pelayanan keluarga berencana

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

iv. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

a) Memberikan dukungan  secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi

ketegangan  fisik dan  psikologis selama masa  nifas

b) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan  bayi  serta  keluarga .

c) Mendorong ibu untuk menyusui  bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

d) Membuat kebijakan perencana progam kesehatan  yang berkaitan

ibu dan anak  dan mampu melakukan  kegiatan  administrasi.

e) Mendeteksi komplikasi  dan perlunya rujukan.

f) Memberikan  konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah  perdarahan mengenali tanda tanda bahaya, menjaga 

gizi yang baik, serta mempraktekkan  kebersihan yang  aman 

g) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah  komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama periode  nifas


18

h) Memberikan asuhan secara professional

(Nugroho dkk, 2014).

c. Tinjauan tentang ASI

1) Pengertian ASI

Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, lakotsa

dan garam-garam organic yang dieksresikan oleh kedua belah

kelenjar payudara ibu pasca melahirkan dan berguna sebagai

makanan bayi. ASI merupakan cairan alamiah yang mudah didapat

dan fleksibel, dapat diminum tanpa persiapan khusus dengan

temperature yang sesuai dengan bayinyaserta bebas dari kontaminasi

bakteri sehingga mengurangi resiko gangguan intestinal.(Jauhari,

dkk, 2018).

2) Manfaat ASI Menurut (Fikawati, Syafiq, dkk 2016). Manfaat ASI

sebagai berikut :

a. Manfaat ASI bagi bayi

(1) ASI merupakan sumber gizi yang ideal

(2) ASI menurunkan resiko kematian neonatal

(3) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

(4) Komposisi sesuai kebutuhan

(5) Mudah dicerna, diserap dan mengandung enzim pencernaan

(6) Mengandung zat penangkal penyakit

(7) Selalu berada dalam suhu yang tepat

(8) Tidak menyebabkan alergi


19

(9) Mencegah maloklusi/ kerusakan gigi

(10) Mengoptimalkan perkembangan

(11) Menjadi orang yang percaya diri

(12) Mengurangi kemungkinan berbagai penyakit kronik

dikemudian hari

b. Manfaat ASI bagi Ibu

(1) Mencegah perdarahan pasca persalinan

(2) Mempercepat involusi uterus

(3) Mengurangi anemia

(4) Mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara

(5) Memberikan rasa dibutuhkan

(6) Mempercepat kembali ke berat badan sebelumnya

(7) Sebagai metode KB sementara

c. Manfaat ASI bagi keluarga

(1) Menghemat biaya

(2) Anak sehat dan jarang sakit

(3) Mudah pemberiannya

d. Manfaat ASI bagi Negara

(1) Menghemat devisa

(2) Mengurangi polusi

(3) Menghemat subsidi kesehatan

(4) Mengurangi angka morbiditas dan mortalitas anak nasional

3) Komposisi gizi dalam ASI


20

ASI merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

mineral. Pada bulan pertama pasca melahirkan rata-rata ASI yang

diproduksi ibu adalah 780ml/ hari dan menurun menjadi 600ml/ hari

pada 6 bulan kedua. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu.

Komposisi ASI dipengaruhi beberapa faktor diantaranya stadium

laktasi, status gii dan asupan ibu (Fikawati, Syafiq dan Karima,

2016). Menurut stadium laktasi ASI dibagi menjadi :

a) Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah

bayi lahir. Kolstrum merupakan cairan yang kental berwarna

kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding ASI matur,

bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-

sel epitel. Volume kolostrum berkisar antara 2-20ml dalam 3 hari

pertama.

b) ASI masa transisi

ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10

c) ASI matur

ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai seterusnya

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Tabel 1. Komposisi Kandungan ASI

Kandungan Kolustrum Transisi ASI matur

Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0

Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0


21

Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8

Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324

Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2

Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6

Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9

Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9

Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5

Laktoferin 420-520 - 250-270

4) Masalah menyusui pada masa nifas dini.

a) Puting susu nyeri.

Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.

Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi

mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera

hilang.

Cara menangani :

(1)Pastikan posisi menyusui sudah benar

(2)Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit, guna

membantu mengurangi sakit pada puting susu yang sakit.


22

(3)Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di

puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa

waktu sampai puting susu kering.

b) Puting susu lecet.

Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar

akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan

kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat

disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula

disebabkan thrush atau dermatitis.

Cara menangani :

(1) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah)

(2) Obati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi

menyusui

(3) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri di atas tadi

(4) Ibu dapat terus memberikan Asinya pada keadaan luka tidak

begitu sakit

(5) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hild milk), jangan sekali-

kali memberikan obat lain seperti krim, salep, dan lain-lain

(6) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara

waktu kurang lebih 1 x 24 jam, dan biasanya akan sembuh

sendiri dalam waktu sekitar 2 x 24 jam

(7) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap

dikeluarkan dengan tangan


23

(8) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk

menggunakan dengan sabun

(9) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara

yang sakit untuk sementara untuk memberikan kesempatan

lukanya menyembuh

(10) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan untuk

tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI

(11) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula

dengan waktu yang lebih singkat

(12) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke puskesmas

c) Payudara bengkak

Pada hari-hari pertama, payudara sering terasa penuh dan

nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara

bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak.

Penyebab bengkak yaitu posisi mulut bayi dan putting susu ibu

salah, produksi ASI berlebihan, terlambat menyusui, pengeluaran

ASI yang jarang dan waktu menyusui yang terbatas.

Cara mengatasinya :

(1) Susui bayinya semau dan sesering mungkin tanpa jadwal dan

tanpa batas waktu

(2) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan

tangan atau pompa ASI yang efektif


24

(3) Sebelum menyusui untuk merangsang reflex oksitosin dapat

dilakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit,

massase payudara, massage leher dan punggung

(4) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi

oedema

d) Mastitis atau abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara

menjadai merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan

panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat dan

diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini sering terjadi pada

masa nifaa 1-3 minggu stetlah persalinan diakibatkan oleh

sumbatan saluran susu yang berlanjut. Dapat juga karena

kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan BH.

Tindakan yang dapat dilakuan :

(1) Kompres hangat dan pemijatan

(2) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit

yaitu stimulasi putting susu, pijat leher, punggung dan lai-lain

(3) Pemberian antiniotik selama 7-10 hari

(4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk

penghilang rasa nyeri

(5) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena

mungkin perlu tindakan bedah (Walyani dan Purwoastuti,

2015).
25

5) Hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI

a) Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruhi

terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup

akan gizi dan pola makan teratur, maka produksi ASI akan

berjalan dengan lancar.

b) Ketenangan jiwa dan pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan

pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan,

sedih dan tegangmenurunkan volume ASI

c) Penggunaan kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu

diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat

kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, pil

khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.

d) Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormone prolactin

dan oksitosin

e) Anatomi payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI.

Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi papilla

mammae atau putting susu.


26

f) Faktor fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormone prolactin yang

menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu

g) Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.

Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI

juga berkurang.

h) Faktor hisapan anak atau frekuensi penyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi

dan pengeluaran ASI semakin banyak

i) Berat bayi lahir

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan

menghisap ASI yang lebih rendah disbanding bayi yang berat

lahir normal. Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini

meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah

disbanding bayi dengan berat lahir normal yang akan

mempengaruhi stimulasi hormone prolactin dan oksitpsin dalam

memproduksi ASI

j) Umur kehamilan saat melahirkan

Hal ini disebabkan bayi yang ahir premature sangat lemah dan

tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI

lebih rendah daripada bayi cukup bulan.

k) Konsumsi rokok dan alkohol


27

Merokok dapat megurangi volume ASI karena mengganggu

hormone prolactin dan oksitosin untuk produksi ASI. Minuman

alcohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih

rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disis

lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin (Susilo &

Kumala, 2016).

6) Memaksimalkan Kualitas dan Kuantitas ASI

Tindakan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan kualitas dan

kuantitas ASI, yaitu :

a) Timbulkan kepercayaan diri ibu

b) Menyusui dengan benar

c) Hindari penggunaan dot atau empeng

d) Sebisa mungkin jangan berikan susu formula atau makanan lain

kepada bayi

e) Memberikan ASI kepada bayi

f) Perbanyak konsumsi energy dan makanan bergii

g) Pemijatan punggung

h) Selalu rileks

i) Siapkan peralatan jika ibu bekerja atau bepergian bersama bayi

j) Dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan

k) Konsultasikan pada dokter atau bidan bila ASI tidak juga keluar

banyak (Fikawati dkk, 2016).


28

Untuk mendapatkan ASI yang banyak, sebaiknya ibu sudah

mengkonsumsi sayuran hijau, kacang-kacangan dan minum

sedikitnya 8 gelas sehari sejak bayi masih didalam kandungan.

Karena ini merupakan awal yang baik untuk mendapatkan ASI yang

banyak. Selama bayi masih didalam kandungan dan setelah

melahirkan, ibu juga sangat dianjurkan mengkonsumsi susu dan

makanan bergii lainnya agar produksi ASI semakin meningkat.

Berikut ini merupakan cara lain untuk memperbanyak ASI :

a) Mengkonsumsi makanan bergizi

b) Minum susu

c) Minum air putih minimal 8 gelas sehari

d) Konsumsi sayur hijau misalnya sayur daun katuk dan bayam,

sayur jantung pisang atau sayur daun papaya.

e) Konsumsi kacang-kacangan misalnya kacang hijau atau kacang

goring/kacang rebus

f) Banyak makan buah-buahan yang mengandung air

g) Hindari stress, sedih, marah atau perasaan-perasaan negative

lainnya

h) Konsumsi tambahan vitamin bila diperlukan

(Rini dan Kumala, 2016).

7) Resep olahan makanan yang dapat membantu memperlancar

porduksi ASI

a) Sayur jantung pisang


29

Bahan :

1 buah jantung pisang, 5 buah bawang merah haluskan, 3 buah

bawang putih haluskan, 2 cabe merah haluskan, 2 daun lemon,

1 lengkuas minyak goring, garam dan air asam jawa secukupya.

Cara membuat :

(1) Buang lapisan berwarna merah dari jantung pisang yang

dipakai mulai lapisan warna merah muda

(2) Didihkan air tambahkan sedikit garam

(3) Rebus jantung pisang yang sudah dipotong-potong hingga

cukup empuk, kira-kira 10 menit

(4) Angkat kemudian iris melintang kemudian sisihkan

(5) Tumis bumbu halus bersama daun lemon dan lengkuas

sampai baunya harum

(6) Masukkan irisan daun pisang, tambahkan garam dan air

(7) Cicipi rasanya berikan 200gram/hari untuk ibu nifas

(Nurani, 2013).
30

B. Kerangka Teori
Produksi ASI ibu
Nifas

Faktor Yang Mempengaruhi


1. Makanan
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
3. Penggunaan alat kontrasepsi
4. Perawatan payudara
5. Anatomi payudara
6. Faktor fisiologi
7. Pola istirahat
8. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
9. Berat bayi lahir
10. Umur kehamilan saat melahirkan
11. Konsumsi rokok dan alkohol

UPAYA
MENINGK

Komplementer Jantung Pisang Tindakan Yang Mempengaruhi Kualitas Asi


a. Timbulkan kepercayaan diri ibu
b. Menyusui dengan benar a) Mengkonsumsi makanan bergii
c. Hindari penggunaan dot atau empeng b) Minum susu
d. Sebisa mungkin jangan berikan susu c) Minum air putih minimal 8 gelas sehari
31

Konsumsi Jantung
Pisang

Gambar 2. Kerangka Teori produksi ASI Fikawati dkk, 2016 ; Rini & Kumala
2016.

C. Kerangka Konsep

Pre tes Post test


`

Produksi ASI Peningkatan


Produksi ASI

Gambar 3. Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Konsumsi jantung pisang dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu nifas di

RS Bhayangkara Kota Manado.


32

H-a : Ada pengaruh yang signifikan konsumsi jantung pisang terhadap

peningkatkan produksi ASI pada ibu nifas di RS Bhayangkara Kota

Manado.

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi experiment atau

eksperimen semu yang yang mengungkap hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan kelompok kontorl dan kelompok eksperimen tetapi pemilihan kedua

kelompok tersebut tidak dilakukan secara acak dengan rancangan one group

pretest-posttest design dengan melakukan lebih dulu penilaian atau pengukuran

pada kelompok tersebut sebelum dilakukan uji coba selanjutnya kelompok

tersebut dinilai kembali.


33

O x O

Keterangan :

O : Observasi tiap variabel

X : Perlakuan / intervensi terhadap variabel

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : konsumsi jantung pisang

2. Variabel terikat : produksi ASI

C. Waktu dan tempat penelitian

1) Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Februari–Mei 2019.

2) Lokasi penelitian dilakukan di Ruang Nifas Primigravida RS

Bhayangkara Kota Manado.

D. Definisi Operasional

E. Tabel 1. Komposisi Kandungan ASI

Variabe Definisi Oprasional Cara / Hasil Ukur Skala


l Alat
ukur
34

Variabel sayur jantung - - -


Bebas pisang yang
Konsumsi diberikan
Jantung pada ibu nifas
Pisang yang
dikonsumsi
setiap hari
sebanyak
200gram
untuk
membantu
meningkatkan
produksi ASI
ibu nifas yang
nilainya
dilihat setiap
hari.

Variabel Menilai Lembar Peningkatan Rasio


Terikat apakah observasi Produksi
produksi ASI Asi ibu
Produksi ASI ibu nifas Nifas Primi
Ibu Nifas meningkat
dengan cara
mengukur
produksi ASI
sebelum dan
sesudah
pemberian
atau
konsumsi
sayur jantung
pisang.

E. Populasi dan sampel


35

1) Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian diatarik

kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu nifas normal di ruang nifas primi RS

Bhayangkara Manado selang bulan Februari sampai survey awal

tahun 2019 sebanyak 17 pasien.

2) Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni 2014). Sampel

adalah total populasi ibu nifas dengan kriteria proses persalinan

normal selang bulan Mei-Juni 2019. Besar sampel yang diambil

adalah semua total populasi yang memenuhi kriteria eksklusi :

i. Ibu yang bersalin normal

ii. Ibu yang melahirkan anak pertama

iii. Ibu yang tidak mengkonsumsi makanan atau minuman lain yang

mempengaruhi produksi ASI selain Jantung Pisang.

Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu semua

ibu nifas normal yang di RS Bhayangkara Manado pada saat

penelitian. Pemberian jantung pisang diberikan selama 1 minggu

dengan frekuensi 2 kali sehari yang disajikan dalam bentuk sayur

dengan bahan jantung pisang sebanyak 200gram.

F. Instrumen penelitian
36

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Sujarweni

2014). Adapun instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah

lembar observasi dalam bentuk lembar observasi yang digunakan untuk

meniliai peningkatan produksi ASI.

G. Teknik Pengumpulan Data Sekunder dan Data Primi

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti

untuk mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden

sesuai lingkup penelitian (Sujarweni 2014). Pengumpulan data dalam

Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder.

Data Primer yaitu data yang diperoleh dari Responden dengan cara

wawancara pada responden dengan cara mengobservasi atau menilai

peningkatan jumlah produksi ASI serta data sekunder diperoleh dari

profil, register serta buku laporan di nifas RS Bhayangkara Manado.

H. Jalannya penelitian

1) Persiapan

a) Memilih tempat penelitian

b) Melakukan survey pendahuluan di lokasi penelitian

c) Melakukan studi kepustakaan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan penelitian
37

d) Menentukan judul penelitian

e) Menentukan jenis penelitian

f) Menyusun proposal penelitian

g) Konsultasi proposal penelitian

h) Seminar proposal penelitian

i) Konsultasi perbaikan proposal penelitian

j) Pengajuan surat izin ke Komisi Etik

k) Mengajukan surat permohonan ijin penelitian

l) Melakukan penelitian setelah mendapatkan persetujuan ijin

penelitian

2) Pelaksanaan

a) Peneliti memberikan surat izin penelitian kepada pimpinan RS

dalam hal ini Direktur RS Bhayangkara Manado

b) Menyusun jadwal kegiatan penelitian

c) Menyiapkan perlengkapan instrument penelitian

d) Peneliti melakukan penelitian di Ruang Nifas primi di RS

Bhayangkara Manado sesuai jadwal yang sudah direncanakan

e) Peneliti membagi menjadi 1 klompok (quasi ekperimen)

f) Peneliti mengisi lembar observasi dengan identitas, riwayat

persalinan dan jumlah produksi ASI.

g) Peneliti melakukan intervensi pada kelompok intervensi yaitu

memberikan jantung pisang untuk dikonsumsi ibu dengan kriteria

inklusi sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan olahan jantung


38

pisang dan di anjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan atau

minuman lain yang mempengaruhi produksi ASI.

h) Peneliti melakukan observasi/penilaian pada kedua kelompok

tersebut

i) Peneliti mencatat hasil observasi yaitu jumlah produksi ASI serta

menentukan skor

j) Persiapan pengolahan data

k) Pengolahan data

3) Laporan.

a) Penyelesaian laporan hasil penelitian

b) Seminar hasil penelitian.

I. Pengolahaan dan Analisis data

Setelah data diperoleh, peneliti memberikan nilai pada setiap jawaban

responden, kemudian data diolah, dimasukkan dalam tabel dan dianalisa

untuk mendapatkan jumlah dan presentasi dari masing-masing

responden.

1) Tahapan pengolahan data yaitu :

Proses pengolahan data dapat dilakukan melalui beberapa tahap.

Menurut Notoatmodjo (2010) tahap pengolahan data meliputi:


39

a) Editing, adalah kegiatan pengecekan dan perbaikan isi formulir

atau kuesioner tersebut lengkap, jelas, relevan dengan

pertanyaannya.

b) Coding, adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

c) Entry data, adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sedehana.

d) Cleaning, adalah setelah seluruh data selesai di entry dilakukan

cleaning untuk membersihkan kesalahan pengisian data

2) \Analisis Data

Metode analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a) Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan dengan cara mendeskripsikan

karakteristik variabel penelitian dan selanjutnya disajikan dalam

bentuk table.

b) Analisa Bivariat

Analisis ini menggunakan statistik inferensial untuk menguji


Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Produksi ASI Pada Ibu
Nifas Primigravida pre dan post pada kelompok intervensi. Adapun
40

uji inferensial yang akan digunakan adalah uji statistic parametric


yaitu uji paired t-test digunakan untuk mengetahui apakah ada efek
terhadap peroduksi ASI. Uji paired t-test digunakan apabila data yang
diperoleh didistribusi normal, apabila tidak normal digunakan uji
wilcoxon. Uji tersebut akan diperoleh nilai p yaitu nilai yang
menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (probabilitas).
Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p
dan nilai alpha (α=0,05). Bila nilai p ≤ 0,05 maka Ha diterima, dan
apabila p ≥ 0,05 maka Ha ditolak.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Lokasi

Rumah Sakit Bhayangkara Manado memiliki luas tanah 6.462 m2

sedangkan untuk luas bangunan 4.878 m2. Adapun batas-batas wilayah

Rumah Sakit Bhayangkara Manado sebagai berikut :


41

1) Sebelah utara : Pemukiman masyarakat Karombasan Utara

2) Sebelah timur : Jalan Raya Manado Tomohon

3) Sebelah selatan : SPN Karombasan

4) Sebelah barat : Aspol SPN karombasan

b. Ketenagaan

Rumah Sakit Bhayangkara Manado di pimpimpin oleh Kepala

Rumah Sakit Bhayangkara dengan jumlah tenaga kesehatan,

administarasi dan petugas lainya berjumlah 400 orang.

c. Visi dan Misi Rs Bhayangkara Manado

Visi

Menjadikan Rumah Sakit Bhayangkara terdepan dalam pelayanan dan

menjadi kebanggaan polri dan masyarakat umum.

Misi

Memberika pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat dan ramah

paripurna dan meningkatkan ketrampilan para staf, perawat dan dokter

untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya rumah sakit secara

efektif dan efisien.

2. Gambaran Umum Karateristik Responden

a. Golongan Umur

Tabel 2. Distribusi berdasarkan umur ibu nifas primigravida di Rumah


Sakit Bhayangkara Manado

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 20 Tahun 2 10.5 10.5 10.5


42

21-30 Tahun 14 73.7 73.7 84.2

> 31 tahun 3 15.8 15.8 100.0

Total 19 100.0 100.0

Tabel 2. Menunjukan bahwa dari 19 responden umur ibu nifa

primigravida dengan respnden terbanya umur 21-30 tahun 14 orang

(87%)

b. Pendidikan

Tabel 3. Distribusi pendidikan ibu nifas primigravida di Rumah Sakit


Bhayangkara Manado

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 1 5.3 5.3 5.3

SMA 10 52.6 52.6 57.9

D3-S1 8 42.1 42.1 100.0

Total 19 100.0 100.0

Tabel 3, menunjukan bahwa sebagian besar ibu nifas yang memiliki

luka perineum di Rumah Sakit Bhaangkara Manado berpendidikan

SMA sebanyak 10 orang (57,1).

c. Pekerjaan

Tabel 4, Distribusi pekerjaan ibu nifas primigravida di Rumah Sakit Bhayangkara


Manado

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 8 42.1 42.1 42.1

SWASTA 7 36.8 36.8 78.9

PNS 4 21.1 21.1 100.0

Total 19 100.0 100.0


43

Tabel 4, menunjukan bahwa sebagian besar ibu nifas primigravida

adalah IRT sebanyak 8 orang 40 %

3. Analisis Univariat

Gambaran variabel yang diteliti mencakup peningkatan produksi asi pada

pada ibu nifas primigravida di Rumah Sakit Bhayangkara Manado dapat di

lihat dari tabel 5 berikut ini :

a. Sebelum dilakukan intervensi

Tabel 5. Distribusi peningkatan produksi asi pada ibu nifas


primigravida di rumah sakit bhayangkara sebelum konsumsi
sayur jantung pisang tahun 2019

Tabel 5. Distribusi penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di


rumah sakit bhayangkara sebelum konsumsi putih telur rebus
tahun 2019

No Penyembuhan luka Frekuensi Presetasi


Score REEDA (f) (%)

1 Luka buruk 23 26,1

2 Luka sedang 0 65,2

3 Luka baik 0 8,7

Total 23 100

Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat diketahui distribusi luka perineum

awal (Pre-Test) sebelum diberikan konsumsi putih telur rebus pada ibu

nifas di rumah sakit bhayangkara manado dengan luka perineum yang


44

dinilai mengunakan skala REDDA sebagian besar terletak pada nilai

10 sebanyak 15 responden (65,2 %)

b. Setelah dilakukan intervensi

Tabel 6. Distribusi penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di


rumah sakit bhayangkara manado sesudah diberikan putih
telur rebus pada tahun 2019

No Penyembuhan luka Frekuensi Presetasi


Score REEDA (f) (%)

1 0 21 91,3

2 1 2 8,7

Total 23 100

Tabel 5. Distribusi penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di


rumah sakit bhayangkara sebelum konsumsi putih telur rebus
tahun 2019

No Penyembuhan luka Frekuensi Presetasi


Score REEDA (f) (%)

1 Luka buruk 0 0

2 Luka sedang 2 8,7

3 Luka baik 21 91,3

Total 23 100

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa distribusi

penyembuhan luka perineum akhir (Post-test) yaitu sesudah diberikan

konsumsi putih telur rebus pada ibu nifas di rumah sakit bhayangkara
45

manado dengan luka perineum yang dinilai mengukan skala REDDA

sebagian besar terletak pada nilai 0 yaitu sebanyak (91,3 %)

4. Analisis Bivariat Variabel Penelitian

Analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon dalam statistic non

parametric adalah data yang berdistribusi tidak normal. Gambaran hasil

analisis penyembuhan luka perineum sebelum dan sesudah konsumsi putih

telur rebus dapat di lihat pada tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7. Hasil analisis penyembuhan luka perineum sebelum dan sesudah


pemberian putih telur rebus pada ibu nifas di rumah sakit
bhayangkara manado.

Variabel N Mean SD P

Penyembuhan luka perineum 23 9.65 1.152 0.000


sebelum konsumsi putih telur
rebus

Penyembuhan luka perineum 23 0.09 0.288


sesudah konsumsi putih telur
rebus

Pada tabel 7 di atas diketahui rata-rata (mean) penyembuhan luka

perineum responden berdasarkan skor REDDA sebelum konsumsi putih

telur rebus sebesar 9,65 % dan rata-rata penyembuhan luka berdasarkan

skor REDDA sesudah konsumsi putih telur rebus 0,09%. Ini menunjukan

ada penurunan score sebelum dan sesudah pemberian putih telur rebus.

Dari hasi kesimpulan hasil uji Wilcoxon Asym . Sig (2-tailed) adalah

0,000 yang berarti ada pengaruh konsumsi putih telur rebus terhadap

penyembuhan luka perineum.


46

B. Pembahasan

Hasil penelitian pada 23 responden ibu nifas yang mengalami luka perineum

di rumah sakit bhayangkara manado dimana pada sebelum (pre-test) pemberian

konsumsi putih telur rebus dengan kategori REDDA skor 8 berjumlah 6

responden (26,1%), skor 10 bejumlah 15 responden (65,2%), skor 12 berjumlah 2

orang (8,7%) dengan luka buruk 23 responden (100%) Pada sesudah (post test )

pemberian putih telur terdapat skor 0 berjumlah 21 (91,3%) responden luka baik

dan skor 1 ada 2 (8,7%) responden dengan luka sedang .

Tahap pertama dalam penelitian ini yaitu melakukan pre-test dengan menilai

luka perineum dengan lembar observasi yang menggunakan skor REDDA 3

kategori yaitu skore 0 luka baik berjumlah 0 (0%) , luka sedang berjumlah 0 (0%)

dan skor 6-15 luka buruk berjumlah 23 (100%).

Kendala yang di dapat pada tahap pertama penelitian ruangan tempat

perawatan di rumah sakit bhayangkara tidak terdapat sampiran untuk privasi

pasien pada saat pemeriksaan atau observasi sehingga pasien merasa tidak

nyaman.

Pada tahap kedua setelah penilaian luka perineum peneliti memberikan

intervensi putih telur rebus 2 butir untuk di konsumsi setiap pagi dan malam.

Peneliti dan peneliti pembantu memberikan intervensi putih telur rebus setiap hari
47

selama 7 hari dengan cara datang ke rumah responden dengan meminta alamat

lengkap responden.

Setelah di lakukan intervensi terhadap responden di lanjutkan dengan tahap ketiga

yaitu Post Test. Dalam pelaksanaan post test di lakukan setelah di laksanakan pre

test dan intervensi pemberian putih telur rebus, dengan cara pelaksanaan yang

sama seperti pada tahap pertama pre test yaitu dengan lembar observasi Skor

REDDA, dan juga menggunakan tiga kategori serupa dengan pre test skore 0 luka

baik, skor 1-5 luka sedang dan skor 6-15 luka buruk. Di dapatkan hasil pada Post-

Test yaitu skor 0 berjumlah 21 orang (91,3%) , skor 1 berjumlah 2 orang (8,7%)

dengan luka

Hasil penelitian dengan mengunakan uji Wilcoxon terhadap penyembuhan luka

perineum sebelum dan sesudah pemberian konsumsi putih telur rebus dari 23

yakni rumusan tabel jumlah responden yang mengalami penurunan skor 23

(100%), jumlah responden yang mengalami peningkatan skor 0 (0%). Dari hasil

nilai mean selisi antara 23 (12.00) sedangkan 0 (0.00). Ditarik kesimpulan hasil

uji Wilcoxon Asym. Sig (2-tailed) adalah 0.000 yang berarti ada pengaruh

konsumsi putih telur rebus terhadap penyembuhan luka perineum.

Kekurangan intake protein saat proses penyembuhan luka, secara signifikan

menunda penyembuhan luka. Salah satu sumber makanan yang kaya akan protein

adalah putih telur. Putih telur mengandung protein yang sangat tinggi, mutu

protein, nilai cerna dan mutu cerna paling baik dibandingkan dengan protein

hewan lainnya (Aisya dkk, 2018).


48

BAB V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 23 responden di rumah sakit

bhayangkara manado maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. Penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di rumah sakit bhayangkara

manado sebelum diberikan konsumsi putih telur rebus yaitu terdapat skor 6-

15 luka buruk 23 (100%).

2. Penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di rumah sakit bhayangkara

manado sesudah diberikan konsumsi putih telur rebus sebagian besar terdapat

skor 0 luka baik 21 (91,3%).

3. Terdapat pengaruh konsumsi putih telur rebus terhadap penyembuahan luka

perineum di rumah sakit bhayangkara manado dengan uji Wilcoxon

Asym.Sig (2-tailed) nilai p = 0,000 < 0,005

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat kemukakan beberapa saran seperti

berikut :

1. Tempat Penelitian
49

Diharapkan pihak rumah sakit bhayangkara manado dapat memberikan

informasi kepada ibu nifas yang memiliki luka perineum untuk

mengkonsumsi putih telur rebus untuk penyembuhan luka perineum.

2. Institusi pendidikan

Untuk institusi pendidikan kiranya penelitian ini dapat membantu untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan sumber informasi bagi kepentingan

pendidikan.

3. Bagi responden

Untuk responden agar bisa menjadi satu sumber informasi bagi para ibu nifas

yang mempunyai luka perineum untuk mengkonsumsi putih telur rebus untuk

penyembuhan luka perineum.


50
51
52

J. Jadwal Penelitian

K. Biaya Penelitian

No Kegiatan Biaya

1 Penyusunan Proposal Rp. 450.000

2 Pengadaan Proposal Rp. 400.000

3 Penyusunan Skripsi Rp. 550.000


53

4 Pengadaan Kuisioner Penelitian Rp. 200.000

5 Pengadaan Skripsi Rp. 550.000

Total Rp. 2.150.000

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono. (2016). Sukses Budi Daya Pisang di Pekarangan dan Perkebunan. Lily
Publisher. Yogyakarta.

CNN Indonesia. (2018). Angka Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih


Rendah. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180820165738-
255-323681/angka-pemberian-asi-eksklusif-di-indonesia-masih-rendah.
Diakses tanggal 15 Januari 2019

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. (2017). Profil Kesehatan Provinsi


Sulawesi Utara 2016. UPTD Balai Data Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Tahun 2017

Fikawati, Safiq dan Karima. (2016). Gizi Ibu dan Bayi. Rajawali Pers. Jakarta
Jauhari, Fitriani dan Bustami. (2018). Perlindungan Hak Anak Terhadap
Pemberian Air Susu Ibu (ASI). Dee Publish. Yogyakarta.

Lingga, L. (2010). Cerdas Memilih Sayuran. Agro Media Pustaka. Jakarta

Nasional Republika. (2018). Angka Kematian Bayi Turun. https://nasional.


republika .co.id/berita/nasional/umum/18/10/09/pgblat370-bkkbn-angka-
kematian-bayi-turun. Diakses tanggal 20 Januari 2019.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta,


Jakarta
Novitasari, A., Afian, A.M. S., Apriliani, I,. W., Purnamasari , D., Hapsari, E.,
dan Ardiani, N. D. 2013. Inovasi dari Jantung Pisang ( Musa spp.)
Surakarta
Nugroho, Nureki, Warnaliza dan Wilis. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3
Nifas. Nuha Medika. Yogyakarta.

Nurani, V.M., Mariyanti, S., 2013. Gambaran Makanan Hidup.


54

Nurahmanah, E. (2012). Kajian Aktivitas Kulit Pisang Raja Bulu (Musa


Paradisiaca L. Var Sapientum) dan Produk Olahannya. Universitas
Pendidikan Indonesia.

Restuning, W. (2008). Masalah-Masalah Dalam Menyusui. Fakultas Ilmu


Keperawatan Universitas Padjajaran

Riani. (2016). Pengaruh Konsumsi Rebusan Jantung Pisang Terhadap Eksresi


ASI Pada Ibu Menyusui di Desa Ranah Wilayah Kerja Puskesmas
Kampar Tahun 2016. Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku
Tambusai. Volume 1. Nomor 1.
Rini, Susilo & Kumala, Feti. (2016). Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based
Practice. Yogyakarta

Sujarweni, W. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Gava Media,


Yogyakarta

Susilo & Kumala. (2016). Panduan Asuhan Nifas dan Evidance Based Practice.
Deepublish. Yogyakarta

Suyanti & Supriyadi. (2008). Pisang Budi Daya Pengolahan dan Prospek Pasar.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Unicef. (2018). Angka Kematian Bayi Masih Tinggi. https://www.aa.com.tr/


id/dunia/unicef-angka-kematian-bayi-masih-tinggi-/1068502. Diakses
tanggal 20 Januari 2019.

Wahyuni, Sumiati dan Nurliani. (2015). Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Batu
Terhadap Peningkatan Produksi ASI di Wilayah Puskesmas Srikuncoro
Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah 2012. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan. Volume 15. Nomor 4.

Walyani & Purwoastuti. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
55

Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tineke Yuliani Sondakh

NIM : 711530118068

Alamat : Tompasu Baru

Adalah mahasiswa Kelas Alih Jenjang Diploma IV Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Manado, akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh Konsumsi
Jantung Pisang Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Nifas di RS
Bhayangkara Manado.”

Sehubungan dengan maksud tersebut saya mohon kesediaan ibu/saudari


untuk menandatangani lembar persetujuan ini dan menjadi responden dalam
penelitian saya. Data yang saya peroleh akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian ini, sehingga tidak akan
mempengaruhi/menghambat karir maupun tugas-tugas yang dilaksanakan oleh
ibu/saudari.

Atas bantuan dan partisipasinya, saya ucapkan terimakasih.

Manado, Mei 2019

Responden Peneliti
56

(……………………) (Tineke Yuliani Sondakh)

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini ;

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Menyatakan bersedia menjadi responden dengan menjawab atau mengisi


pernyataan sehubungan dengan penelitian mengenai “Pengaruh Konsumsi Jantung
Pisang Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Nifas di RS Bhayangkara
Manado”, yang dilakukan oleh :

Nama : Tineke Yuliani Sondakh

NIM : 711530118068

Demikian persetujuan dari saya.

Manado…. Mei 2019

Peneliti Responden

(……………..…) (.…..………………)

Saksi
57

(……………..…)

Anda mungkin juga menyukai