Abstrak
Ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif seringkali
mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan
mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI Eksklusif berakhir mereka sudah
harus kembali bekerja. Bagi ibu yang bekerja sebenarnya menyusui tidak perlu
dihentikan, jika memungkinakan bayi dapat dibawah ketempat bekerja atau ibu
bisa pulang ke rumah dan memberikan ASI pada bayinya . Namun hal ini sangat
sulit dilaksanakan karena sebagian besar tempat kerja saat ini belum menyediakan
sarana penitipan bayi atau pojok laktasi yaitu tempat ibu memberikan ASI kepada
bayinya. Alternatif lain yang dapat ibu lakukan yaitu dengan cara pompa ASI atau
pumping ASI.
Kata Kunci : Berkurangnya produksi ASI, Ibu bekerja, ASI Eksklusif
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Menyusui merupakan suatu proses yang alamiah dan salah satu
tugas dalam perawatan kesehatan anak (bayi), namun pada kenyataannya
tidak semua ibu dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, tidak
berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Kondisi ini
tidak hanya berdampak pada kesehatan bayi tetapi pada beberapa
perempuan juga dapat mengganggu konsep diri sebagai ibu, karena tidak
dapat berperan optimal dalam perawatan kesehatan bayinya. Gangguan
kesehatan jiwa berupa gangguan konsep diri yang dialami perempuan pada
usia produktif sering berhubungan dengan perannya sebagai ibu dan
pekerja (Hamid, 2018).
Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi proses menyusui,
salah satunya adalah kembali bekerja. Tempat bekerja memberikan
kontribusi kepada penurunan angka menyusui wanita bekerja (Murtagh &
Mounton, 2011). Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di
bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat pekerja. Akan
tetapi masih banyak dijumpai wanita pekerja belum mendapatkan hak
sesuai dengan kodratnya, khususnya dalam hal menyusui (Arno, 2014).
Ibu yang menyusui secara eksklusif mempunyai kontribusi yang
cukup besar terhadap peningkatan derajat kesehatan bayi terutama
menurunnya jumlah kematian bayi. Oleh karena itu sangat disayangkan
apabila sesudah persalinan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif atau
bahkan menghentikan sama sekali pemberian ASI kepada bayinya
(Afiyanti, 2014).
Menurut The World Health Report 2005, angka kematian bayi baru
lahir di Indonesia adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka
kematian balita sebesar 46 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan
penelitian WHO tahun 2000 pada enam negara berkembang, resiko
kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak
disusui. Sementara pada bayi berusia dibawah dua bulan, angka kematian
ini meningkat menjadi 48%. (Roesli, 2008).
Cakupan ASI Eksklusif di dunia rata-rata sebesar 38%. Di Negara
berkembang termasuk negara Indonesia cakupan ASI Eksklusif secara
nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33 %. Angka
tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu 44%.
(Kemenkes, 2018).
Ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif seringkali
mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan
mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI Eksklusif berakhir mereka
sudah harus kembali bekerja. Bagi ibu yang bekerja sebenarnya menyusui
tidak perlu dihentikan, jika memungkinakan bayi dapat dibawah ketempat
bekerja atau ibu bisa pulang ke rumah dan memberikan ASI pada
bayinya . Namun hal ini sangat sulit dilaksanakan karena sebagian besar
tempat kerja saat ini belum menyediakan sarana penitipan bayi atau pojok
laktasi yaitu tempat ibu memberikan ASI kepada bayinya. Alternatif lain
yang dapat ibu lakukan yaitu dengan cara pompa ASI atau pumping ASI.
Ibu dapat memompa ASI sebelum pergi bekerja, kemudian ASI dapat
disimpan di freezer dan bisa diberikan kepada bayi saat bayi haus atau
lapar.(Azzisya, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, di dapatkan studi
kasus pada Ny. L yaitu ibu bekerja dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayinya usia 5 bulan. Dari hasil wawancara dengan ibu, didapatkan
informasi bahwa selama bekerja ibu melakukan pumping ASI dan setelah
selesai pumping, ASI kemudian diambil oleh suami di tempat kerja untuk
diberikan ke bayinya. Dan selama 8 jam kerja ibu biasanya melakukan
pumping 2 kali. Ibu merasa produksi ASInya sudah mulai berkurang,
dilihat dari hasil pumping yang di dapatkan biasanya setiap pumping ibu
mendapatkan 180 cc akan tetapi dalam bulan ini terkadang mendapatkan
150 cc atau 120 cc. Hal ini membuat ibu khawatir tidak dapat memberikan
ASI kepada bayinya sampai 2 tahun, karena dari pengalaman anak 1 ibu
hanya dapat memberikan ASI selama 8 bulan karena produksi ASI
berhenti.
II. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengetahui Berkurangnya Produksi Asi Ibu Bekerja Dalam Pemberian
Asi Eksklusif
B. Tujuan Khusus
1. Diketahuainya cara pemberian ASI Eksklusif pada bayi Ny. L
2. Diketahuinya kuantitas ASI ibu bekerja Ny. L
3. Diketahuinya kualitas ASI ibu bekerja Ny. L
III. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup pada ilmu dan teori tentang
Ibu Bekerja dalam pemberian ASI eksklusif. Objek penelitian ini yaitu ibu
bekerja yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Lokasi penelitian
ini yaitu di Rusunawa Jongke, Sendangadi. Waktu penelitian ini dilakukan
pada bulan November 2020
IV. Manfaat
A. Manfaat Teoritis
1. Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
informasi untuk ibu bekerja dalam memberikan ASI terhadap
anaknya, dan juga dapat dijadikan rujukan pengembangan
keilmuan dalam dunia kesehatan khususnya di bidang kebidanan
B. Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat, khususnya ibu bekerja diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dan informasi mengenai betapa
pentingnya pemberian ASI Eksklusif untuk anak 0-6 bulan dan
dilanjutkan selama 2 tahun.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengalaman ibu
bekerja dalam memberian ASI terhadap anaknya.
V. Sumber Data
Dari hasil kunjungan dan wawancara dengan Ny. L didapatkan
informasi bahwa selama bekerja ibu melakukan pumping ASI dan setelah
selesai pumping, ASI kemudian diambil oleh suami di tempat kerja untuk
diberikan ke bayinya. Dan selama 8 jam kerja ibu biasanya melakukan
pumping 2 kali. Ibu merasa produksi ASInya sudah mulai berkurang,
dilihat dari hasil pumping yang di dapatkan biasanya setiap pumping ibu
mendapatkan 180 cc akan tetapi dalam bulan ini terkadang mendapatkan
120 cc. Hal ini membuat ibu khawatir tidak dapat memberikan ASI kepada
bayinya sampai 2 tahun, karena dari pengalaman anak 1 ibu hanya dapat
memberikan ASI selama 8 bulan karena produksi ASI berhenti.
BAB II
TINJAUAN TEORI
C. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras,
keadaan nutrisi dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium laktasi
adalah kolostrom, ASI transisi/peralihan dan ASI matur (Fikawati dkk,
2015).
1. Kolostrom
Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar payudara,
mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat
dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan
sesudah masa puerperium. Kolostrom keluar pada hari pertama
sampai hari keempat pasca persalinan. Cairan ini mempunyai
viskositas kental, lengket dan berwarna kekuning-kuningan. Cairan
kolostrom mengandung tinggi protein, mineral garam,vitamin A,
nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi dibandingkan
dengan ASI matur. Selain itu, kolostrom rendah lemak dan
laktosa.Protein utamanya adalah immunoglobulin (IgG, IgA, IgM)
berguna sebagai antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri,
virus, jamur dan parasit. Volume kolostrom antara 150-300 ml/24
jam. Meskipun kolostrom hanya sedikit volumenya, tetapi volume
tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari.
Kolostrom berfungsi sebagai pencahar ideal yang dapat
mengeluarkan zat-zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir
dan mempersiapkan kondisi saluran pencernaan agar siap
menerima makanan yang akan datang (Nugroho, 2011).
2. ASI Peralihan
Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI
matur. ASI peralihan keluar sejak hari ke 4-10 pasca
persalinan.Volumenya bertambah banyak dan ada perubahan warna
dan komposisinya. Kadar immunoglobulin menurun, sedangkan
kadar lemak dan laktosa meningkat (Nugroho, 2011)
3. ASI Matur
ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai
seterusnya.Komposisi relative konstan (adapula yang menyatakan
bahwa komposisi ASI relative mulai konstan pada minggu ke 3
sampai minggu ke 5), tidak mudah menggumpal bila dipanaskan.
ASI pada fase ini yang keluar pertama kali atau pada 5 menit
pertama disebut sebagai foremilk. Foremilk lebih encer, kandungan
lemaknya lebih rendah namun tinggi laktosa, gula protein, mineral
dan air (Nugroho, 2011). Selanjutnya setelah foremilk yang keluar
adalah hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi sehingga
membuat bayi merasa lebih cepat kenyang. Bayi akan lebih
lengkap kecukupan nutrisinya bila mendapatkan keduanya yaitu
foremilk maupun hindmilk (Nugroho, 2011).
Tabel. 1 Kandungan yang terdapat di dalam ASI
ASI
Komposisi Kolostrom ASI Transisi Asi Matur
Protein (g%) 4,1 1,6 1,2
Lemak (g%) 2,9 2,9 3,7
Laktosa (g%) 3,5 3,5 7
Kalori (kcal/100ml) 57 63 65
Natrium (g%) 48 29 15
Kalium (g%) 74 64 57
Kalsium (g%) 39 46 35
Fosfor (g%) 14 20 15
Sumber : Nugroho, 2011
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung stimulasi
pada kelenjar payudara. (Haryono dan Setianingsih, 2014). Beberapa
faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
1. Frekuensi menyusui
Menyusui direkomendasikan sedikitnya 8 kali perhari pada periode
awal setelah melahirkan.Frekuensi menyusui ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar payudara (Nugroho,
2011).
2. Berat lahir
Berat lahir bayi berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap,
frekuensi dan lamanya menyusui yang kemudian akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI (Nugroho, 2011).
3. Umur kehamilan saat melahirkan
Bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)
sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga
produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak
prematur.Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur
disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya
fungsi organ (Nugroho, 2011).
4. Umur dan paritas
Ibu yang melahirkan bayi lebih dari satu kali, produksi ASI pada
hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang
melahirkan pertama kali (Nugroho, 2011).
5. Stress dan penyakit akut
Pengeluaran ASI akan berlangsung baik apabila ibu merasa rileks
dan nyaman. Keadaan ibu yang cemas dan stres akan mengganggu
proses laktasi karena produksi ASI terhambat. Penyakit infeksi
kronik dan akut dapat mempengaruhi produksi ASI (Nugroho,
2011).
6. Konsumsi rokok
Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin sehingga
menghambat pelepasan oksitosin. Dengan demikian volume ASI
akanberkurang karena kerja hormon prolaktin dan hormon
oksitosin terganggu (Nugroho, 2011).
7. Konsumsi alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat
ibu rileks sehingga membantu pengeluaran ASI namun disisi lain
etanol dapat menghambat produksi oksitosin (Nugroho, 2011).
8. Pil kontrasepsi Pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
apabila dikonsumsi oleh ibu menyusui akan menurunkan volume
dan durasi ASI, namun apabila pil kontrasepsi hanya mengandung
progestin saja makan tidak akan mengganggu volume ASI
(Nugroho, 2011).
9. Makanan ibu
Seorang ibu yang kurang gizi akan mengakibatkan turunnya jumlah
ASI bahkan pada akhirnya produksi ASI dapat terhenti. Hal ini
disebabkan pada masa kehamilan jumlah pangan dan gizi yang
dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan
lemak dalam tubuhnya yang kelak akan digunakan sebagai salah
satu komponen ASI dan sebagai sumber energy selama proses
menyusui (Haryono dan Setianingsih, 2014).
10. Dukungan suami dan keluarga lain
Dukungan suami dan keluarga akan membuat perasaan ibu menjadi
bahagia, senang, sehingga ibu akan lebih menyayangi bayinya yang
pada akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran ASI lebih banyak
(Haryono dan Setianingsih, 2014).
11. Perawatan payudara
Perawatan payudara dapat dimulai ketika kehamilan masuk 7-8
bulan. Payudara yang terawatt baik akan mempengaruhi produksi
ASI lebih banyak sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Perawatan payudara yang baik juga akan membuat puting tidak
mudah lecet ketika diisap bayi. Pada masa 6 minggu terakhir masa
kehamilan perlu dilakukan pengurutan payudara. Pengurutan
payudara akan menghambat terjadinya penyumbatan pada duktus
laktiferus sehingga ASI akan keluar dengan lancer (Haryono dan
Setianingsih, 2014).
12. Jenis persalinan
Ibu dengan persalinan normal dapat segera menyusui bayinya
setelah melahirkan.ASI sudah keluar pada hari pertama
persalinan.Sedangkan pada persalinan sectio caesaria (sesar)
seringkali ibu merasa kesulitan menyusui segera setelah lahir,
terutama pada ibu yang diberikan anestesi (bius) umum. Ibu
relative tidak bisa menyusui bayinya pada satu jam pertama setelah
melahirkan. Kondisi luka operasi di perut ibu juga dapat
menghambat proses menyusui (Haryono dan Setianingsih, 2014).
13. Rawat gabung
Rawat gabung bayi dengan ibu setelah melahirkan akan
meningkatkan frekuensi menyusui. Bayi akan mendapatkan ASI
lebih sering sehingga timbul refleks oksitosin yang akan
merangsang refleks prolaktin untuk memproduksi ASI kembali.
Selain itu refleks oksitosin juga akan membantu proses fisiologis
involusi rahim yaitu proses pengembalian ukuran rahim seperti
sebelum hamil (Haryono dan Setianingsih, 2014)
E. Memaksimalkan Kualitas dan Kuantitas ASI
Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran ASI adalah dengan
cara setiap selesai menyusui memastikan bahwa buah dada benar-benar
menjadi kosong. Pengosongan payudara akan merangsang kelenjar
payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak lagi. Agar proses
menyusui berjalan lancar, hal penting yang perlu dipenuhi adalah
kelancaran produksi ASI (Haryono dan Setianingsih, 2014). Beberapa
upaya untuk memproduksi ASI lebih banyak dan meningkatkan kualitas
ASI adalah sebagai berikut :
1. Menimbulkan kepercayaan diri ibu Kepercayaan diri dan
keyakinan bahwa ibu memiliki kemampuan untuk memberikan ASI
sangat penting karena akan mempengaruhi hormone oksitosin yang
berperan dalam produksi ASI. Kepercayaan diri ibu dapat
ditumbuhkan dengan cara menambah pengetahuan seputar ASI dan
menyusui (Fikawati dkk, 2015). Keyakinan dan kepercayaan diri
yang kuat merupakan faktor determinan penting yang mendorong
keberhasilan pemberian ASI (Nirwana, 2014).
2. Menyusui dengan benar Teknik menyusui dengan posisi dan
perlekatan yang dianjurkan akan memaksimalkan produksi ASI
(Fikawati dkk, 2015).
3. Menghindari penggunaan dot/kempeng Tekstur dot/empeng dan
payudara sangat berbeda, karena dot/empeng terbuat dari karet.Bila
bayi sudah terlanjur diberikan dot/empeng kemungkinan bayi
menolak untuk disusui terutama bila produksi ASI masih sedikit
(Lestari, D. 2013).
4. Tidak memberikan susu formula dan makanan lain kepada bayi
Pemberian susu formula dan makanan lain pada bayi akan mebuat
bayi merasa kenyang sehingga mengurangi konsumsi ASI yang
berarti mengurangi proses isapan bayi ke payudara. Padahal isapan
bayi dapat merangsang hormon oksitosin untuk memproduksi ASI
dan hormon prolaktin untuk mengeluarkan ASI. Disamping itu
pemberian makanan dini akan meningkatkan terjadinya infeksi
pada bayi seperti diare dan meningitis (Fikawati dkk, 2015).
5. Memberikan ASI sesering mungkin Memberikan ASI kepada bayi
berarti merangsang isapan bayi ke payudara ibu. Makin banyak
ASI yang dikeluarkan maka akan makin banyak memproduksi ASI
(Fikawati dkk, 2015).
6. Memperbanyak konsumsi makanan bergizi Asupan makanan ibu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi komposisi dan
produksi ASI (Fikawati dkk, 2015).
7. Melakukan pemijatan punggung Pemijatan punggung berguna
untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin.Pemijatan
membuat kerja hormon oksitosin menjadi lebih optimal dan
pengeluaran ASI menjadi lancer (Fikawati dkk, 2015).
8. Ibu selalu rileks Rileks akan membuat ibu lebih tenang sehingga
memunculkan refleks oksitosin yang dapat merangsang produksi
ASI (Fikawati dkk, 2015).
9. Menyiapkan peralatan ASI perah bila ibu bekerja atau bepergian
bersama bayi. Ibu yang bekerja hendaknya memompa ASI nya
untuk disimpan sebagia ASI perah didalam kulkas. Apabila ibu
bepergian bersama bayi dan ingin menyusui bayi di tempat umum
dapat menyiapkan peralatan untuk menutupi payudara ibu saat
menyusui sehingga menghindari rasa malu (Fikawati dkk, 2015).
10. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan Berbagai penelitian
menyebutkan bahwa dukungan suami dan keluarga sangat penting
dalam menunjang keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif pada
bayinya (Fikawati dkk, 2015).
11. Berkonsultasi pada petugas kesehatan apabila ASI tidak banyak
keluar Apabila hal-hal pada poin sebelumnya sudah dilakukan
tetapi produksi ASI masih sedikit, ibu dapat berkonsultasi dengan
petugas kesehatan. Biasanya petugas kesehatan akan memberikan
galaktogen yang merupakan makan, herbal, atau obat yang dapat
meningkatkan produksi ASI (Fikawati dkk, 2015).
F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI untuk bayi ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi dalam produksi ASI dan keberhasilan pemberian ASI
secara eksklusif untuk bayi bayi selama enam bulan. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi produksi dan keberhasilan pemberian ASI
eksklusif yaitu:
1. Makanan Ibu : asupan makanan yang ibu konsusmsi sebelum
melahirkan dan pada saat sudah melahirkan terutama pada saat
sedang menyusui memiliki pengaruh dalam produksi ASI. Nutrisi
dan cairan merupakan faktor yang berpengaruh dalam produksi
ASI selama pemberian ASI eksklusif karena apabila nutrisi dan
cairan pada ibu cukup maka akan mengahasilkan produksi ASI
yang cukup pula (Nurliawati,S.2010). Makanan yang seimbang
harus mengandung komponen seperti:
a. Karbohidrat: makanan yang dapat mengahasilkan energi,
seperti nasi, roti, kentang, dan lain sebagainya.
b. Protein: makanan yang dapat berfungsi sebagai zat pembangun
bagi tubuh dan untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
Contoh makanan berprotein yaitu daging merah rendah lemak,
kacang-kacangan, sayuran.
c. Lemak: makanan yang dapat memberikan tambahan energy,
namun sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan, seperti yang
mengandung santan.
d. Vitamin: buah-buahan, sayuran dapat melindungi tubuh dari
penyakit dan serat dapat melindungi dari sembelit dan beberapa
jenis kanker.
e. Mineral: air putih sangat baik untuk tubuh karena dapat
memperlancar pencernaan.
2. Dukungan Suami atau Keluarga: dukungan dari keluarga yang
rendah akan mengurangi motivasi dari ibu untuk memberikan ASI
eksklusif (Misriani, 2012).
3. Tingkat Stres (Psikologis): pada saat ibu sedang masa menyusui
harus dalam keadaan yang relaks dan tidak stress atau tidak
memiliki banyak pikiran karena apabila ibu memiliki banyak
pikiran dapat mengurangi produksi ASI (Rohani, 2010).
4. Pengetahuan Ibu: semakin tingginya pengetahuan ibu tentang ASI
akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif (Wadud, M, 2013).
5. Lingkungan Sekitar: lingkungan dapat menjadi salah satu faktor
yang berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif. Lingkungan
sekitar seperti sarana ruang menyusui di tempat umum ataupun
tenaga kesehatan seperti bidan, perawat, di puskesmas yang
mendukung ibu dalam pemberian ASI eksklusif juga memiliki
pengaruh yang besar dalam pemberian ASI eksklusif dibandingkan
yang kurang, karena dengan begitu dapat memberikan sebuah
dukungan pada ibu (Ida, 2012).
6. Status Pekerjaan Ibu: status pekerjaan ibu tidak memiliki hubungan
yang sangat bermakna dengan kualitas dari pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan pada bayi (Ida, 2012). Seorang ibu
yang tidak bekerja atau hanya menjadi ibu rumah tangga memiliki
waktu yang lebih banyak untuk memberikan ASI pada bayinya di
rumah. Namun pada ibu yang bekerja diluar dengan jam kerja
antara 08.00-14.00 juga dapat memenuhi kebutuhan ASI bayinya
karena sudah memiliki simpanan ASI didalam kulkas (Hidajati,
2012). Rekomendasi untuk meningkatkan ASI eksklusif untuk itu
yang bekerja dengan memperpanjang cuti dan mendirikan tempat
penitipan anak untuk hari kerja. Terdapat suatu hubungan yang
signifikan dalam pemberian ASI eksklusif dengan status pekerjaan
ibu di wilayah kerja puskesmas Sayegan Yogyakarta (Azriani,
2012).
7. Dukungan Lingkungan Kerja: dukungan lingkungan kerja terdapat
tiga dukungan yang dapat mempengaruhi dalam pemberian asi
eksklusif, yaitu:
a. Fasilitas ruang pojok laktasi: Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 15 Tahun 2013 tentang tata cara penyedian fasilitas
khusus menyusui dan atau memerah ASI (DEPKES).
Ketersediaan tempat seperti pojok laktasi di lingkungan
terutama tempat bekerja mempengaruhi ibu memberikan ASI
eksklusif (Yuliarti, N, 2010). Ruangan pojok laktasi memiliki
kriteria yang ditentukan seperti dalam Peraturan Undang –
Undang Pasal 10 yaitu paling sedikit meliputi:
1) Terdapat ruangan khusus menyusui dengan ukuran 3x4
m2 dan/ atau dapat disesuaikan dengan jumlah pekerja
yang sedang menyusui.
2) Pintu dapat dikunci dan dapat dibuka atau ditutup dengan
mudah
3) Lantai semen atau keramik atau karpet
4) Terdapat ventilasi yang cukup
5) Bebas polusi dari udara luar (lingkungan kerja) yang
kurang baik
6) Lingkungan yang tenang
7) Penerangan diruangan cukup
8) Kelembapan ruangan berkisar antara 30 – 50%,
maksimum 60%
9) Tersedia tempat untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah menyusui atapun memerah ASI dan untuk
mencuci peralatan dengan air yang mengalir
(KEMENKES RI, 2014).
b. Dukungan Kebijakan : Seorang ibu yang melahirkan berhak
mendapakan cuti melahirkan yang dibayar selama tiga bulan
sesuai dengan kebijakan nasional. Ibu yang sedang menyusui
berhak mendapatkan waktu untuk istirahat untuk menyusui di
tempat bekerja. Waktu istirahat yang diberikan ditempat kerja
terutama bagi ibu yang menyusui ± 1 jam (Dwi,S. 2016).
Dukungan kebijakan juga terdapat pada kebijakan cuti
melahirkan selama satu setengah bulan sebelum dan sesudah
melahirkan, seperti dalam undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 (Dwi,S. 2016).
c. Dukungan Pimpinanan Kerja : Dukungan pimpinan kerja
merupakan salah satu dukungan yang sangat dibutuhkan ibu
menyusui, karena dukungan pemimpin pada tempat kerja
memegang peran penting dalam keberhasilan pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui. Keberhasilan pemberian ASI
eksklusif di tempat kerja dipengaruhi oleh peraturan yang
dibuat oleh seorang pemimpin. Pemimpin harus selalu
memberikan motivasi terhadap karyawannya yang sedang
menyusui untuk selalu memberikan ASI kepada anaknya,
pemimpin harus memberikan arahan terhadap karyawan untuk
selalu mengikuti kelas-kelas prenatal menyusui atau kelompok
ibu menyusui, pemimpin juga harus menyediakan waktu luang
untuk dilakukannya sosialisasi oleh tenaga medis seperti
perawat, dokter atau bidan untuk memberikan pendidikan
kesehatan terkait ASI eksklusif selama 6 bulan. Pemimpin juga
harus memberikan tempat pojok laktasi bagi pekerja, yang
didalamnya menyediakan alat-alat untuk pemberian ASI,
contohnya wastafel, lemari es untuk penyimpanan asi, kursi
yang nyaman, pompa asi dan tirai untuk melindungi privasi ibu
(Agam,I. 2011).
Ny. L Tn. A
Anak. P Anak. U
Tabel Intervensi
PICOT PASIEN
P Ny “ L” P2A0Ah2 usia 26 tahun dengan berkurangnya produksi ASI
pada ibu bekerja dalam memberikan ASI Esklusif
Subjektif : ibu mengatakan produksi ASInya mulai berkurang dilihat
saat melakukan pumping
Objektif : KU=Baik, TD=110/80 mmHg, N=80x/menit, S=36,6°C,
R=22x/menit, Berat badan= 50,6 kg, Tinggi badan=150 cm. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil wajah tidak pucat dan mata tidak
anemis. Pemeriksaan payudara ibu didapatkan payudara simetris,
puting susu menonjol, tidak ada pembengkakan, tidak ada tanda-
tanda infeksi, adanya pengeluaran ASI, tidak ada nyeri tekan,
pengeluaran ASI saat di perah 120 cc berwarna putih.
I 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dialami dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor
menyusui yaitu seperti menjadwalkan dalam pemberian ASI,
posisi dan perlekatan mulut bayi yang salah saat menyusui dapat
mempengaruhi pengeluaran ASI, dan kurangnya isapan bayi.
Data Dasar: Menurut IDAI (2008)
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan seimbang, yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
Data Dasar : Enok Nurliawati (2010)
3. Menganjurkan ibu untuk tidak stres. Pada ibu yang sedang
menyusui harus dalam keadaan relaks dan tidak stres atau tidak
memiliki banyak pikiran, karena apabila ibu memiliki banyak
pikiran dapat mengurangi ASI
Data Dasar : Lestari (2010)
C Tidak ada
O 1. Ibu memahami keadaan dirinya
2. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang telah dianjurkan
3. Ibu bersedia untuk tidak belajar relaks
T Follow up hari ke 1 tanggal 11-11-2020, Jam; 12.30
PICOT PASIEN
P Ny “ L” P2A0Ah2 usia 26 tahun dengan berkurangnya produksi ASI
pada ibu bekerja dalam memberikan ASI Esklusif
Subjektif : ibu mengatakan produksi ASInya mulai berkurang dilihat
saat melakukan pumping
Objektif : KU=Baik, TD=110/80 mmHg, N=88x/menit, S=36,6°C,
R=24x/menit, Berat badan= 50,5 kg, Tinggi badan=150 cm. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil wajah tidak pucat dan mata tidak
anemis. Pemeriksaan payudara ibu didapatkan payudara simetris,
puting susu menonjol, tidak ada pembengkakan, tidak ada tanda-
tanda infeksi, adanya pengeluaran ASI, tidak ada nyeri tekan,
pengeluaran ASI saat di perah 150 cc berwarna putih.
I 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dialami dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor
menyusui yaitu seperti menjadwalkan dalam pemberian ASI,
posisi dan perlekatan mulut bayi yang salah saat menyusui dapat
mempengaruhi pengeluaran ASI, dan kurangnya isapan bayi.
Data Dasar: Menurut IDAI (2008)
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan seimbang, yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
Data Dasar : Enok Nurliawati (2010)
3. Menganjurkan ibu untuk tidak stres. Pada ibu yang sedang
menyusui harus dalam keadaan relaks dan tidak stres atau tidak
memiliki banyak pikiran, karena apabila ibu memiliki banyak
pikiran dapat mengurangi ASI
Data Dasar : Lestari (2010)
4. Menjelaskan kepada ibu Menyusui dengan benar Teknik
menyusui dengan posisi dan perlekatan yang dianjurkan akan
memaksimalkan produksi ASI
Data Dasar : Fikawati dkk (2015)
5. Menjelaskan kepada ibu untuk menghindari penggunaan
dot/kempeng Tekstur dot/empeng dan payudara sangat berbeda,
karena dot/empeng terbuat dari karet. Bila bayi sudah terlanjur
diberikan dot/empeng kemungkinan bayi menolak untuk disusui
terutama bila produksi ASI masih sedikit
Data Dasar : Fikawati dkk (2015).
C Tidak ada
O 1. Ibu memahami keadaan dirinya
2. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang telah dianjurkan
3. Ibu bersedia untuk tidak belajar relaks
4. Ibu senang telah diajarkan teknik menyusui yang benar dan akan
menerapkannya saat menyusui
5. Ibu bersedia untuk tidak memberikan dot/empeng
T Follow up hari ke 2 tanggal 17-11-2020, Jam 13.00
PICOT PASIEN
P Ny “ L” P2A0Ah2 usia 26 tahun dengan berkurangnya produksi ASI
pada ibu bekerja dalam memberikan ASI Esklusif
Subjektif : ibu mengatakan produksi ASInya mulai berkurang dilihat
saat melakukan pumping
Objektif : KU=Baik, TD=110/70 mmHg, N=84x/menit, S=36,0°C,
R=22x/menit, Berat badan= 50,5 kg, Tinggi badan=150 cm. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil wajah tidak pucat dan mata tidak
anemis. Pemeriksaan payudara ibu didapatkan payudara simetris,
puting susu menonjol, tidak ada pembengkakan, tidak ada tanda-
tanda infeksi, adanya pengeluaran ASI, tidak ada nyeri tekan,
pengeluaran ASI saat di perah 180 cc berwarna putih.
I 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dialami dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor
menyusui yaitu seperti menjadwalkan dalam pemberian ASI,
posisi dan perlekatan mulut bayi yang salah saat menyusui dapat
mempengaruhi pengeluaran ASI, dan kurangnya isapan bayi.
Data Dasar: Menurut IDAI (2008)
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan seimbang, yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
Data Dasar : Enok Nurliawati (2010)
3. Menganjurkan ibu untuk tidak stres. Pada ibu yang sedang
menyusui harus dalam keadaan relaks dan tidak stres atau tidak
memiliki banyak pikiran, karena apabila ibu memiliki banyak
pikiran dapat mengurangi ASI
Data Dasar : Lestari (2010)
4. Menjelaskan kepada ibu Menyusui dengan benar Teknik
menyusui dengan posisi dan perlekatan yang dianjurkan akan
memaksimalkan produksi ASI
Data Dasar : Fikawati dkk (2015)
5. Menjelaskan kepada ibu untuk menghindari penggunaan
dot/kempeng Tekstur dot/empeng dan payudara sangat berbeda,
karena dot/empeng terbuat dari karet. Bila bayi sudah terlanjur
diberikan dot/empeng kemungkinan bayi menolak untuk disusui
terutama bila produksi ASI masih sedikit
Data Dasar : Fikawati dkk (2015).
6. Menyarankan kepada ibu yang sedang bekerja untuk tetap
memberikan ASI eksklusif, yaitu dengan memberikan ASI
perah/pompa pada bayi selama ibu bekerja, dan dilakukan
pamping setiap 2- 3 jam sekali
Data Dasar : Roesli (2008).
C Tidak ada
O 1. Ibu memahami keadaan dirinya
2. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang telah
dianjurkan
3. Ibu bersedia untuk tidak belajar relaks
4. Ibu senang telah diajarkan teknik menyusui yang benar dan akan
menerapkannya saat menyusui
5. Ibu bersedia untuk tidak memberikan dot/empeng
6. Ibu bersedia untuk melakukan pamping setiap 2-3 jam disaat
kerja
T Follow up hari ke 3 tanggal 24-11-2020, Jam 13.00
Tabel. 3 intervensi
PEMBAHASAN
I. Pengkajian Data
A. Data Subjektif
Pada penelitian ini pengkajian dimulai pada tanggal 11 November
2020 jam 12.30 WIB. Dalam menggali informasi dari Ny.L,
didapatkan data subyektif yaitu Ny.L berusia 26 tahun, memiliki 2
anak mengatakan produksi ASI mulai berkurang. Produksi ASI
berkurang dirasakan semenjak bayi berumur 5 bulan. Ibu mengatakan
sudah memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Permasalahan yang dirasakan ibu untuk saat ini adalah kekhawatiran
mengenai produksi ASI yang mulai berkurang tidak bisa memenuhi
kebutuhan bayi untuk menyusui. Waktu ibu lebih banyak berada di
tempat bekerja dari pada berada dirumah. Bayi ibu berumur 5 bulan 16
hari. Ibu tidak pernah memberikan susu formula kepada bayinya.
Selama bekerja ibu memerah ASI dan langsung diambil oleh suaminya
ditempat kerja .
B. Data Objektif
Pada pengkajian data obyektif didapatkan hasil TD=110/80 mmHg,
N=80x/menit, S=36,6°C, R=22x/menit, Berat badan= 60 kg, Tinggi
badan=150 cm. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil wajah tidak
pucat dan mata tidak anemis. Pemeriksaan payudara ibu didapatkan
payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada pembengkakan,
tidak ada tanda-tanda infeksi, adanya pengeluaran ASI, tidak ada nyeri
tekan.
II. Interpretasi Data
Asuhan kebidanan Ny. L pada ibu bekerja dengan berkurangnya produksi
ASI
III. Diagnosa Potensial
Tidak ada
II. Saran
Ibu harus tetap menerapkan semua yang sudah dijelaskan dan diajarkan
oleh peneliti yaitu lebih sering menyusui bayinya dan memerah ASI saat
bekerja serta memperhatikan asupan makanannya agar tetap memproduksi
ASI yang banyak untuk bisa memberikan ASI Eksklusif pada bayinya
dilanjutkan sampai 2 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Ny. L R
Keterangan :
: Pasien
: Peneliti
: Sofa
9. Evaluasi
1. Ibu mengerti dengan penjelasan yang sudah diberikan terkait dengan
permasalahannya..
2. Ibu sudah mulai memperhatikan nutrinya dan minum air putih yang
banyak
3. Frekuensi menyusui saat dirumah lebih sering dan memerah ASI saat
bekerja setiap 2-3 jam sekali.
10. Sumber
1. Afriana, N. (2014). Analisis Praktik Pemberian ASI eksklusif oleh ibu
bekerja di Instansi Pemerintahan DKI Jakarta Tahun 2004.
2. Agam,I.(2011).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi
Eksklusif Di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang Kota
Makassar. Makassar: Universitas Hasanudin.
3. Arif,N (2009). Panduan Ibu cerdas ASI dan Tumbuh kembang.
Yogyakarta: Media Pressindo.
4. Azzisya, S.(2010). Sukses Menyusui Meski Bekerja. Gema Insane,
Jakarta
5. Fikawati, S.,dkk.(2015). Kajian Implentasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu
Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Makara, Kesehatan.
Vol. 14: 17-24
LEAFLET
ASI
ASI Eksklusif adalah Air Susu Ibu yang
diberikan pada bayi sejak lahir selama 6 bulan,
tanpa menambahkan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain.
FOTO/DOKUMENTASI
Lampiran 3
ASKEB SOAP
Kajian I
Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 11 November 2020 , Jam 12.30 WIB
di tempat kerja.
Kajian II
Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 17 November 2020 , Jam 13.00 WIB
di tempat kerja.