PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
antara 6 minggu atau 40 hari (Pitriani & Andriyani, 2014). Makanan atau nutrisi
yang sehat pada bayi yang memenuhi kualitas dan kuantitas yang memadai yaitu air
Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam
bulan, tanpa menambahkan ddan atau mengganti dengan makanan atau minuman
Idealnya, proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi dilahirkan. Bayi
yang lahir cukup bulan memiliki naluri untuk menyusu 20-30 menit setelah
dilahirkan. Pada jam-jam pertama, bayi relatif tenang dan memiliki keinginan untuk
mengalami ketidakefektifan proses menyusui karena produksi dan ejeksi ASI yang
persen ibu post partum di Australia berhenti menyusui karena produksi ASI kurang
1
2
Secara global hanya 43% dari bayi berusia dibawah enam bulan yang
mendapatkan ASI Eksklusif. Bayi yang tidak mendapatkan ASI sama sekali, 14 kali
lebih mungkin meninggal dari pada mereka yang menerapkan ASI Eksklusif.
(UNICEF, 2016)
2014 mengalami kenaikan sebesar 52,3 % dibandingkan tahun 2015 yaitu 55,7% .
Mengacu pada target renstra pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka secara
persentase pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2014 sebesar 60,7%, sedikit
pemberian ASI Eksklusif hanya sebesar 6,72% (Dinkes Provinsi Semarang, 2015).
bahwa cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Semarang tahun 2014 sebesar 21,3
%.mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2015 yaitu sebesar
3
selain itu beberapa kegiatan yang mendukung seperti kelas ibu dan penyediaan
sarana prasarana seperti Ruang ASI yang disediakan di beberapa kantor atau
tentang Upaya Kesehatan Kerja serta telah terbitnya Perda Nomor 5 Tahun 2014
tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif (Dinkes Kabupaten
Semarang, 2015).
sedikit atau tidak ada sama sekali pada tiga atau empat hari pertama setelah
bayi yaitu makanan atau minuman buatan yang diberikan kepada bayi sebelum ASI
keluar atau bahkan memutuskan untuk memberikan susu formula (Cox, 2006).
Salah satu wilayah kecamatan yang memiliki cakupan ASI cukup rendah
10 ibu menyusui, 6 ibu tidak memberikan ASI secara Eksklusif. Hasil wawancara
yang dilakukan oleh peneliti ibu tidak memberikan ASI Eksklusif dengan alasan
karena produksi ASI yang kurang sehingga bayi sering menangis karena lapar dan
akan berhenti menangis jika diberikan susu formula, selain itu juga dikarenakan
4
banyaknya ibu yang bekerja dan memiliki jam kerja panjang sehingga ibu hanya
Target pencapaian ASI eksklusif sulit dicapai disebabkan karena salah satunya
yaitu ASI tidak keluar atau produksi ASI sedikit/ kurang. Permasalahan tidak
lancarnya proses keluarnya ASI yang menjadi salah satu penyebab seseorang tidak
bulan dan pengenalan berbagai metode yang dapat membantu ibu menyusui untuk
Menurut Tjekyan (2009) alasan ibu berhenti memberikan ASI secara esksklusif
kondisi puting 4% ingin disebut modern, 4% ikut-ikutan. Ibu berfikir bayi mereka
akan mendapatkan cukup ASI, sehingga ibu sering mengambil langkah berhenti
menyusui dan menggantinya dengan susu formula oleh sebab itu bayi akan mudah
ASI Ekskluisf dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain tidak segera keluar
setelah melahirkan/ produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan
puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja dan pengaruh/ promosi pengganti
ASI. Namun ibu bekerja sebenarnya masih bisa memberikan ASI Eksklusif pada
5
bayinya dengan cara memompa atau memerah ASI, lalu kemudian disimpan dan
Produksi Air Susu Ibu (ASI) dapat meingkat atau menurun tergantung pada
stimulasi kelenjar payudara, adapaun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produksi ASI antara lain status gizi ibu (Maryunani, 2012). Produksi ASI
dipengaruhi oleh hormon oksitosin, hormon prolaktin, refleks prolaktin dan let-
down refleks. Pada saat bayi menghisap puting maka akan terjadi reflek prolaktin
yang akan menrangsang hormon prolaktin untuk memproduksi ASI dan let-down
refleks yang akan merangsang pengalirann ASI (Bobak & Lowdermilk, 2005)
berkaitan dengan nutrisi ibu, oleh karena itu makanan ibu menyusui berpedoman
pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Tambahan maknanan yang didapatkan selama
menyusui untuk menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Jika
makanan ibu terus menerus tidak memenuhi gizi yang cukup, tentu kelenjar-kelenjar
pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan bekerja dengan sempurna dan pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Murtiana, 2011) dan pada
akhirnya ibu akan beralih ke susu formula, hal ini menyebabkan tidak tercapainya
tentang cara yang tepat untuk dapat memperlancar pengeluaran ASI. Yaitu salah
satunya dengan mengkonsumsi sari kacang hijau yang dapat membantu untuk
6
(Shohib, 2006).
menunjukkan bahwa tiap 100 gram tauge kacang hijau mengandung 4,2 g protein,
3,4 g karbohidrat, 1,0 g lemak 47 g kalori, 9,2 g air, dan 15 g vitamin C. Kacang
hijau (phaseolus radiates) juga merupakan sumber gizi, terutama protein nabati.
Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap (Rukmana,
2008)
kabohidrat. Kacang hijau mengandung 20 – 25% protein. Protein pada kacang hijau
mentah memiliki daya cerna sekitar 77%. Daya cerna yang tidak terlalu tinggi
tersebut disebabkan oleh adanya zat antigizi, seperti antitrypsin dan tanin (polifenol)
B. Rumusan Masalah
masalah yang akan diteliti adalah pengaruh pemberian sari kacang hijau (Phaseolus
peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui yang diberikan selama 7 hari ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
air madu.
8
air madu.
kelompok kontrol.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
2. Bagi Masyarakat
komprehensif kepada ibu menyusui, serta mendorong bidan untuk berpikir kritis
4. Bagi Peneliti
Memberikan kesempatan dan ruang gerak bagi bidan untuk melakukan inovasi
penelitian tentang kebidanan dalam hal gizi pada ibu menyusui, sebagai upaya
1. Lingkup Variabel
a. Variabel Independent
b. Variabel Dependent
Produksi ASI
2. Lingkup Responden
3. Lingkup Lokasi
4. Lingkup Waktu
F. Keaslian Penelitian
Judul/Peneliti/Lokasi Variabel
Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian Penelitian
Efektivitas teknik Marmet Jenis Penelitian: Quasy V. bebas: Hasil pengolahan
terhadap pengeluaran ASI Eksperiment,Desain: non Teknik data SPSS
pada ibu menyusui 0-6 bulan equivalent control group Marmet didapatkan p value
di wilayah kerja puskesmas design Sample Penelitian: 30 V. terikat: (0,000) < α (0,05)
Arjasa Kabupaten Jember/ responen. Analisa Pengeluaran yang berarti H0
Raden Roro Maria menggunakan uji statistik ASI ditolak, sehingga
Ulfah/2013 Mann Whitney. pemberian teknik
marmet efektif
terhadap pengeluran
ASI pada ibu
menyusui 0-6 bulan
di wilayah kerja
Puskesmas Arjasa
Kabupaten Jember.
variabel, dan sampel penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini variabel
yang digunakan adalah Sari Kacang Hijau, jenis penelitian termasuk dalam