PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan
makanan alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat
gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan
mencegah berbagai penyakit serta untuk kecerdasan bayi, aman dan terjamin
bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Proses keluarnya Air Susu Ibu (ASI) yang
sangat berpengaruh dalam produksi ASI adalah hormonal yaitu prolaktin dan
diproduksi oleh kelenjar pituitari, berada didalam otak yang berpengaruh terhadap
sensorik akan dikirim ke otak, lalu direspon otak dengan mengeluarkan hormon
prolaktin yang akan kembali menuju payudara melalui aliran darah serta
selama 6 bulan tanpa diberi makanan lain kecuali vitamin, mineral dan obat dalam
bentuk oralit, tetes dan sirup. WHO merekomendasikan pemberian ASI selama 6
bulan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai dua tahun pertama kehidupan. ASI
memiliki keseimbangan zat-zat gizi yang tepat dalam bentuk mudah di cerna dan
pada bayi. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi.
1
2
2018).
Manfaat lain yang tidak kalah penting dari ASI eksklusif seperti yang telah
disebutkan di atas karena ASI bergizi tinggi, terjangkau dan dapat melindungi
bayi dari sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death
ASI yang masih rendah. Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI eksklusif di
dunia yaitu 38%. Menurut WHO, cakupan ASI Eksklusif di beberapa Negara
ASEAN juga masih cukup rendah antara lain India (46%), Philipina (34%),
angka yang diharapkan yakni sebesar 80 %. Pada tahun 2012, capaian ASI
eksklusif sebesar 42%. Sedangkan pada tahun 2013, cakupan pemberian ASI
selama 3 tahun terakhir, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–5 bulan
turun dari 62,2% tahun 2012 menjadi 56,2% pada tahun 2013, namun meningkat
lagi pada tahun 2014 menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2012 menjadi
24,3% pada tahun 2013 dan naik lagi menjadi 34,4% pada tahun 2014 (Haris DW,
2015).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, bahwa cakupan
pemberian ASI eksklusif Tahun 2013 mencapai 41,70% atau 17.494 bayi, Tahun
2015 mencapai 75,72% atau 6.248 bayi, Tahun 2016 mencapai 59,11% atau 4.877
bayi, dan Tahun 2017 mencapai 52,59% (Dinas Kesehatan Aceh, 2017).
3
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Langsa jumlah data ASI
eksklusif pada tahun 2015 mencapai 54%, pada tahun 2016 mengalami
peningkatan menjadi 60,7%, dan pada tahun 2017 terjadi lagi penurunan menjadi
31,1%. Sedangkan data dari Klinik Cut Meutia jumlah ASI eksklusif mencapai
68,9% pada tahun 2015, sedangkan pada tahun 2016 jumlah ASI eksklusif sebesar
31%, dan pada tahun 2017 mencapai 33%. Hal ini membuktikan adanya
pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,
kurangnya pelayanan konseling laktasi, Masalah lain yang ditimbulkan dari ibu
bayi ikut tidak maksimal. Beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu yang
sedang memberikan ASI pada bayi, yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan yang dapat meningkatkan volume ASI. Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu
(Tjahjani, 2014).
Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka ibu yang
tidak memenuhi asupan gizi yang cukup, tentu kelenjar-kelenjar pembuat air susu
dalam payudara ibu tidak akan bekerja dengan sempurna dan pada akhirnya akan
hal untuk meningkatkan kualitas dan jumlah volume ASI yang dimilikinya.
4
Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu dengan mengkonsumsilabu siam dan kacang
panjang, daun katuk dan jantung pisang Sayur-sayuran tersebut terbukti mampu
Jantung pisang memiliki khasiat terhadap peningkatan sekresi air susu
bahan aktif yang berkhasiat seperti prolaktin dan mengandung bahan aktif yang
adalah jantung pisang yang bermanfaat untuk meningkatkan produksi ASI pada
ibu nifas karena jantung pisang mengandung laktogogum yang berfungsi untuk
merangsang hormon oksitosin untk pengeluaran ASI. Hasil penelitian ini sesuai
Srikuncoro Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah. Dari hasil penelitian ini
diperoleh bahwa sebelum konsumsi jantung pisang batu frekuensi ASI 5,7 kali,
dan setelah mengkonsumsi mengalami peningkatan menjadi 9,75 kali dengan sig
rebusan jantung pisang terhadap eksresi ASI pada ibu menyusui di Desa Kuapan
Wilayah Kerja Puskesmas Tambang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-
rata eksresi ASI sebelum konsumsi rebusan jantung pisang adalah 385 cc dengan
standar devisiasi 82,876 dan sesudah konsumsi rebusan jantung pisang adalah
jantung pisang terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas di Puskesmas Gundi Kota
5
Surabaya. Dengan hasil penelitian didapatkan 20% pada ibu nifas yang
pengeluaran ASI tidak lancar, 80% ibu nifas pengeluaran ASI menjadi lancar,
Eksklusif.
Berdasarkan teori Linggadalam Murtiana (2011), yang menyatakan
ini juga menyatakan bahwa peningkatan produksi ASI juga dirangsang oleh
adapada jantung pisang batu yang akan membuat ASImengalir lebih deras
(milk let down). Peran oksitosin padakelenjar susu adalah mendorong kontraksi
saluransusu, sehingga alveolus menjadi kosong dan memacuuntuk sintesis air susu
yang dilakukan oleh penulis terhadap 5 orang ibu menyusui yang tidak Eksklusif
memiliki masalah produksi ASI (ASI kurang). Sehingga hal ini merupakan
masalah yang harus diselesaikan agar ASI Eksklusif dapat diterapkan oleh ibu
Asi Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Klinik Cut Meutia PT Cut Meutia
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian, yaitu apakah ada Pengaruh
Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Wilayah
Kerja Klinik Cut Meutia PT Cut Meutia Medika Nusantara Tahun 2019?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Klinik Cut Meutia Pt Cut
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
dalam memberikan informasi tentang salah satu metode meningkatkan volume ASI
yang dapat digunakan sebagai masukan pada ilmu pengetahuan dan acuan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya yang
ibu menyusui
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi penatalaksanaan peningkatan volume ASI pada ibu
memberikan edukasi dan konseling terhadap ibu menyusui agar ibu dapat menyusui
secara Eksklusif.
E. Keaslian Penelitian
8
Pisang Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Klinik Cut
Meutia PT Cut Meutia Medika Nusantara Tahun 2019 belum pernah diteliti oleh
mahasiswi Prodi D-VI Kebidanan Poltekes Kemenkes Aceh, namun ada beberapa
diperoleh bahwa sebelum konsumsi jantung pisang batu frekuensi ASI 5,7
terhadap eksresi ASI pada ibu menyusui di Desa Kuapan Wilayah Kerja
ASI sebelum konsumsi rebusan jantung pisang adalah 385 cc dengan standar
devisiasi 82,876 dan sesudah konsumsi rebusan jantung pisang adalah 720,000
kelancaran ASI pada ibu nifas di Puskesmas Gundi Kota Surabaya. Dengan
hasil penelitian didapatkan 20% pada ibu nifas yang pengeluaran ASI tidak
lancar, 80% ibu nifas pengeluaran ASI menjadi lancar, pada α = 0,05 diperoleh
p value = 0,001.
4. Hubaya, 2015, Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Kepok Terhadap
yaitu hasil analisis Odds Ratio menunjukkan ibu yang mengkonsumsi jantung
pisang kapok lebih berpengaruh 4,750 kali lebih besar untuk mengalami
peningkatan produksi ASI dari pada yang tidak mengkonsumsi jantung pisang
kapok (OR = 4,750; 95% CI: 1,584-14,245) dan secara statistik menunjukkan