Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan

makanan alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat

gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan

mencegah berbagai penyakit serta untuk kecerdasan bayi, aman dan terjamin

kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi agar terhindar dari

gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan sebagainya (Nurlaini, 2012).


Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada

bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Proses keluarnya Air Susu Ibu (ASI) yang

sangat berpengaruh dalam produksi ASI adalah hormonal yaitu prolaktin dan

oksitosin. Hormon prolaktin berperan dalam proses produksi ASI.Hormon ini

diproduksi oleh kelenjar pituitari, berada didalam otak yang berpengaruh terhadap

berbagai fungsi fisiologis tubuh. Prosesnya saat bayi menyusu, rangsangan

sensorik akan dikirim ke otak, lalu direspon otak dengan mengeluarkan hormon

prolaktin yang akan kembali menuju payudara melalui aliran darah serta

merangsang sel-sel pembuat ASI untuk memproduksi ASI (Hubaya, 2015).


ASI ekslusif merupakan pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif

selama 6 bulan tanpa diberi makanan lain kecuali vitamin, mineral dan obat dalam

bentuk oralit, tetes dan sirup. WHO merekomendasikan pemberian ASI selama 6

bulan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai dua tahun pertama kehidupan. ASI

memiliki keseimbangan zat-zat gizi yang tepat dalam bentuk mudah di cerna dan

biovailble, serta meningkatkan sistem kekebalan dan menurunkan resiko ISPA

pada bayi. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi.

1
2

Komposisinya sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Febriyona,

2018).
Manfaat lain yang tidak kalah penting dari ASI eksklusif seperti yang telah

disebutkan di atas karena ASI bergizi tinggi, terjangkau dan dapat melindungi

bayi dari sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death

Syndrome) (Nurliani, 2012).


Dukungan pemberian ASI ini sangat dibutuhkan karena cakupan pemberian

ASI yang masih rendah. Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI eksklusif di

dunia yaitu 38%. Menurut WHO, cakupan ASI Eksklusif di beberapa Negara

ASEAN juga masih cukup rendah antara lain India (46%), Philipina (34%),

Vietnam (27%), Myanmar (24%), dan Indonesia (54,3%) (Kemenkes, 2014).


Menurut Depkes (2015) capaian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai

angka yang diharapkan yakni sebesar 80 %. Pada tahun 2012, capaian ASI

eksklusif sebesar 42%. Sedangkan pada tahun 2013, cakupan pemberian ASI

eksklusif sebesar 54,3%.


Cakupan pemberian ASI Eksklusif secara nasional di Indonesia berfluktuasi

selama 3 tahun terakhir, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–5 bulan

turun dari 62,2% tahun 2012 menjadi 56,2% pada tahun 2013, namun meningkat

lagi pada tahun 2014 menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan pemberian ASI

eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2012 menjadi

24,3% pada tahun 2013 dan naik lagi menjadi 34,4% pada tahun 2014 (Haris DW,

2015).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, bahwa cakupan

pemberian ASI eksklusif Tahun 2013 mencapai 41,70% atau 17.494 bayi, Tahun

2015 mencapai 75,72% atau 6.248 bayi, Tahun 2016 mencapai 59,11% atau 4.877

bayi, dan Tahun 2017 mencapai 52,59% (Dinas Kesehatan Aceh, 2017).
3

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Langsa jumlah data ASI

eksklusif pada tahun 2015 mencapai 54%, pada tahun 2016 mengalami

peningkatan menjadi 60,7%, dan pada tahun 2017 terjadi lagi penurunan menjadi

31,1%. Sedangkan data dari Klinik Cut Meutia jumlah ASI eksklusif mencapai

68,9% pada tahun 2015, sedangkan pada tahun 2016 jumlah ASI eksklusif sebesar

31%, dan pada tahun 2017 mencapai 33%. Hal ini membuktikan adanya

penurunan jumlah ASI eksklusif dari tahun ke tahun.


Menurunnya angka pemberian ASI eksklusif ini disebabkan oleh rendahnya

pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,

kurangnya pelayanan konseling laktasi, Masalah lain yang ditimbulkan dari ibu

menyusui adalah tidak maksimalnya produksi ASI, sehingga kebutuhan nutrisi

bayi ikut tidak maksimal. Beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu yang

sedang memberikan ASI pada bayi, yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-

buahan yang dapat meningkatkan volume ASI. Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu

dengan mengkonsumsi daun pepaya, kacang panjang dan jantung pisang

(Tjahjani, 2014).
Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka ibu yang

sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan untuk menghindari

kemunduran dalam pembuatan danproduksi ASI. Jika makanan ibu terus-menerus

tidak memenuhi asupan gizi yang cukup, tentu kelenjar-kelenjar pembuat air susu

dalam payudara ibu tidak akan bekerja dengan sempurna dan pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap produksi ASI. Ibu menyusui harus memperhatikan beberapa

hal untuk meningkatkan kualitas dan jumlah volume ASI yang dimilikinya.
4

Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu dengan mengkonsumsilabu siam dan kacang

panjang, daun katuk dan jantung pisang Sayur-sayuran tersebut terbukti mampu
Jantung pisang memiliki khasiat terhadap peningkatan sekresi air susu

(laktogogum) mempunyai kandungan bahan aktif yang bekerja seperti prolactin

releasing hormon (PRH), mengandung bahan aktif senyawa steroid, mengandung

bahan aktif yang berkhasiat seperti prolaktin dan mengandung bahan aktif yang

berkhasiat seperti oksitosin (Saadatullah, 2009).


Secara teknis kelancaran ASI dipengaruhi oleh makanan, salah satunya

adalah jantung pisang yang bermanfaat untuk meningkatkan produksi ASI pada

ibu nifas karena jantung pisang mengandung laktogogum yang berfungsi untuk

merangsang hormon oksitosin untk pengeluaran ASI. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Wahyuni (2012) dengan judul pengaruh konsumsi jantung

pisang batu terhadap peningkatan produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas

Srikuncoro Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah. Dari hasil penelitian ini

diperoleh bahwa sebelum konsumsi jantung pisang batu frekuensi ASI 5,7 kali,

dan setelah mengkonsumsi mengalami peningkatan menjadi 9,75 kali dengan sig

0,000 < 0,005.


Penelitian kedua yakni oleh Apriza (2016) dengan judul pengaruh konsumsi

rebusan jantung pisang terhadap eksresi ASI pada ibu menyusui di Desa Kuapan

Wilayah Kerja Puskesmas Tambang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-

rata eksresi ASI sebelum konsumsi rebusan jantung pisang adalah 385 cc dengan

standar devisiasi 82,876 dan sesudah konsumsi rebusan jantung pisang adalah

720,000 cc dengan standar devisiasi 86,450 dengan nilai P value 0,001.


Penelitian ketiga oleh Tjahjani (2014) dengan judul pengaruh konsumsi

jantung pisang terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas di Puskesmas Gundi Kota
5

Surabaya. Dengan hasil penelitian didapatkan 20% pada ibu nifas yang

pengeluaran ASI tidak lancar, 80% ibu nifas pengeluaran ASI menjadi lancar,

pada α = 0,05 diperoleh p value = 0,001.


Pemanfaatan jantung pisang pada masyarakatsudah banyak ditemui, seperti

menyembuhkan lukalecet pada kaki, memberikan perasaan kenyangyang lebih

lama, digunakan untuk membuat sayurkarena kandungan protein dan vitamin,

serta dimakanuntuk memperlancar dan memperbanyak produksiASI. Pengolahan

jantung pisang pada masyarakatbiasa dilakukan dengan cara direbus,

diurap,dikukus dan dioseng-oseng. Jantung pisang menjadibahan makanan yang

memiliki banyak manfaat danmudah didapatkan oleh masyarakat karena

bisadengan mudah ditanam di pekarangan rumah.Dengan pemanfaatan jantung

pisang batu yangdapat meningkatkan produksi ASI, dapat membantu keberhasilan

program pemerintah (KementerianKesehatan) dalam upaya pemberian ASI

Eksklusif.
Berdasarkan teori Linggadalam Murtiana (2011), yang menyatakan

bahwajantung pisang batu memiliki beberapa senyawa yang dapat meningkatkan

produksi dan kualitas ASI.Peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh

adanyapolifenol dan steroid yang mempengaruhi reflekprolaktin untuk

merangsang alveoli yang bekerjaaktif dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian

ini juga menyatakan bahwa peningkatan produksi ASI juga dirangsang oleh

hormon oksitosin. Peningkatanhormon oksitosin dipengaruhi oleh polifenol yang

adapada jantung pisang batu yang akan membuat ASImengalir lebih deras

dibandingkan dengan sebelummengkonsumsi jantung pisang batu.

Oksitosinmerupakan hormon yang berperan untuk mendorongsekresi air susu


6

(milk let down). Peran oksitosin padakelenjar susu adalah mendorong kontraksi

sel-selmiopitel yang mengelilingi alveolus dari kelenjar susu,sehingga dengan

berkontraksinya sel-sel miopitel isidari alveolus akan terdorong keluar menuju

saluransusu, sehingga alveolus menjadi kosong dan memacuuntuk sintesis air susu

berikutnya (Hubaya, 2015).

Hasil survey pendahuluan pada tanggal 23 sampai dengan 24 April 2019

yang dilakukan oleh penulis terhadap 5 orang ibu menyusui yang tidak Eksklusif

memiliki masalah produksi ASI (ASI kurang). Sehingga hal ini merupakan

masalah yang harus diselesaikan agar ASI Eksklusif dapat diterapkan oleh ibu

menyusui berdasarkan penjabaran masalah diatas penulis tertarik akan melakukan

penelitian dengan judul Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Produksi

Asi Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Klinik Cut Meutia PT Cut Meutia

Medika Nusantara Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian, yaitu apakah ada Pengaruh

Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Wilayah

Kerja Klinik Cut Meutia PT Cut Meutia Medika Nusantara Tahun 2019?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Terhadap

Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Klinik Cut Meutia Pt Cut

Meutia Medika Nusantara Tahun 2019


2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya Karakteristik Ibu Menyusui di Klinik Cut Meutia.
2. Diketahuinya Faktor Penyebab Kegagalan ASI Eksklusif di Klinik Cut Meutia
3. Diketahuinya Volume Asi Ibu Menyusui di Klinik Cut Meutia
7

D. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

kepada semua pihak terutama kepada para penyelenggara pendidikan dalam

mengelola proses pembelajaran.

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya

dalam memberikan informasi tentang salah satu metode meningkatkan volume ASI

yang dapat digunakan sebagai masukan pada ilmu pengetahuan dan acuan

pengembangan penelitian dalam ilmu pengetahuan dan acuan pengembangan

penelitian dalam ilmu praktek kebidanan

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya yang

ingin mengembangkan penelitian khususnya mengenai peningkatan Volume ASI pada

ibu menyusui

2. Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi penatalaksanaan peningkatan volume ASI pada ibu

menyusui sehingga angka ASI Eksklusif dapat meningkat.


b. Institusi Klinik Cut Meutia
Sebagai bahan masukan Klinik Cut Meutia dan menjadi ilmu terbaru dalam

memberikan edukasi dan konseling terhadap ibu menyusui agar ibu dapat menyusui

secara Eksklusif.

E. Keaslian Penelitian
8

Sepengetahuan peneliti penelitian tentang Pengaruh Konsumsi Jantung

Pisang Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Klinik Cut

Meutia PT Cut Meutia Medika Nusantara Tahun 2019 belum pernah diteliti oleh

mahasiswi Prodi D-VI Kebidanan Poltekes Kemenkes Aceh, namun ada beberapa

penelitian terkait yaitu:


1. Wahyuni (2012) dengan judul pengaruh konsumsi jantung pisang batu

terhadap peningkatan produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Srikuncoro

Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah. Dari hasil penelitian ini

diperoleh bahwa sebelum konsumsi jantung pisang batu frekuensi ASI 5,7

kali, dan setelah mengkonsumsi mengalami peningkatan menjadi 9,75 kali

dengan sig 0,000 < 0,005.


2. Apriza (2016) dengan judul pengaruh konsumsi rebusan jantung pisang

terhadap eksresi ASI pada ibu menyusui di Desa Kuapan Wilayah Kerja

Puskesmas Tambang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata eksresi

ASI sebelum konsumsi rebusan jantung pisang adalah 385 cc dengan standar

devisiasi 82,876 dan sesudah konsumsi rebusan jantung pisang adalah 720,000

cc dengan standar devisiasi 86,450 dengan nilai P value 0,001.


3. Tjahjani (2014) dengan judul pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap

kelancaran ASI pada ibu nifas di Puskesmas Gundi Kota Surabaya. Dengan

hasil penelitian didapatkan 20% pada ibu nifas yang pengeluaran ASI tidak

lancar, 80% ibu nifas pengeluaran ASI menjadi lancar, pada α = 0,05 diperoleh

p value = 0,001.
4. Hubaya, 2015, Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Kepok Terhadap

Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas

Gambesi Kota Ternate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable


9

pengaruh konsumsi jantung pisang kepok terhadap peningkatan produksi ASI

yaitu hasil analisis Odds Ratio menunjukkan ibu yang mengkonsumsi jantung

pisang kapok lebih berpengaruh 4,750 kali lebih besar untuk mengalami

peningkatan produksi ASI dari pada yang tidak mengkonsumsi jantung pisang

kapok (OR = 4,750; 95% CI: 1,584-14,245) dan secara statistik menunjukkan

ada hubungan yang bermakna (p = 0,009).

Anda mungkin juga menyukai