Anda di halaman 1dari 7

KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KATUK( Sauropus androgynus)UNTUK


MEMPERLANCAR ASI: A LITERATURE REVIEW

Disusun oleh :

YULITA SOFIATUN
NIM : 18012349

PROGAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alamiah yang
sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi
untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta untuk kecerdasan bayi,
aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi agar terhindar dari
gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan sebagainya. ASI mampu memenuhi nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan pertama bagi bayi
yang nutrisinya sangat kompleks. Manfaat pentingnya memberikan ASI eksklusif dapat
melindungi bayi dari sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death
Syndrome).(Haryati Astuti, 2020) (Portal Garuda)
ASI merupakan kebutuhan dasar bayi yang memegang peranan penting bagi kesehatan
danmempertahankan kelangsungan hidup bayi, terutama pada usia 0-6 bulan. ASI adalah
makanan bayi paling sempurna yang banyak mengandung protein serta komponen-komponen
lain seperti antibodi, hormon, faktor pertumbuhan, antioksidan, vitamin dan lain-lain.
Komponen-komponen tersebut tidak hanya berperan dalam sistem pertahanan tubuh tetapi juga
dalam perkembangan jaringan dan organ. (Mutiara, 2016) (Google Scholar)
Banyak manfaat yang terkandung dalam ASI. Penelitian telah menunjukkan bahwa bayi
yang diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan penyakit, sistem pernapasan dan sistem
pencernaan. Hal Itu karena antibodi dalam ASI memberikan perlindungan langsung melawan
infeksi. Anti-infeksi lainnya yaitu bahwa ASI menyediakan lingkungan yang ramah bagi bakteri
“baik” yang disebut “flora normal” sehingga merupakan penghalang terhadap bakteri berbahaya,
virus dan parasit. Selain itu, juga telah ditetapkan bahwa ada faktorfaktor dalam ASI yang
mengatur sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit menular dan memungkinkan untuk
berfungsi secara tepat.(Mutiara, 2016)
Kejadian yang sering terjadi pada hari pertama menyusui adalah sulitnya ASI keluar, hal
ini membuat ibu berpikir bahwa bayi mereka tidak akan cukup ASI sehingga ibu sering
mengambil langkah berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula. Disamping itu
ada juga ibu yang merasa takut dan menghindar menyusui, akibatnya akan terjadi bendungan
ASI karena akan mengurangi isapan bayi pada payudara, maka jumlah ASI yang dikeluarkan
sedikit sedangkan dinegara berkembang banyak ibu merasa cemas dan menggunakan jadwal
dalam pemberian ASI yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan bayi. (Haryati Astuti, 2020).
Ibu menyusui harus memperhatikan beberapa hal yang meningkatkan kualitas dan jumlah
volume ASI yang dimilikinya. Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu yang sedang
memberikan ASI pada bayi, yaitu mengkonsumsi sayur sayuran, buah buahan yang dapat
meningkatkan volume ASI. Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu dengan mengkonsumsi sayur
katuk, labu siam, kacang panjang, dan jantung pisang. Dampak dari ASI yang tidak lancar
membuat ibu berpikir bahwa bayi mereka tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering
mengambil langkah berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula.(Haryati Astuti,
2020)
Berdasarkan data yang diperoleh dari United Nation Child’s Fund (UNICEF) pada tahun
2011 didapati bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebanyak 32%. Survei
Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 jumlah ibu yang menyusui mencapai 42%. Di
Semarang, bayi yang mendapat ASI ekslusif hanya 40% dan 60% ibu tidak menyusui bayinya
karena berbagai alasan kesibukan bekerja dan demi menjaga keindahan tubuhnya. Ibu rela tidak
memberikan ASI eksklusif dan hanya diberikan susu formula saja.(Aulianova & Rahmanisa,
2016) (Google Scholar)
Dalam laporan Riskesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu
menyusui eksklusif, menyusui predominan, dan menyusui sesuai definisi World Health
Organization (WHO).1 Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI
yaitu faktor anatomis dan fisiologis, faktor psikologis, faktor hisapan bayi, faktor istirahat, faktor
nutrisi, dan faktor obat-obatan atau ramuan dari tumbuh-tumbuhan.(Aulianova & Rahmanisa,
2016). Dampak bagi ibu menyusui apabila kurang pemberian ASI pada bayi yaitu akan terjadi
bendungan payudara, mastitis, danabses. Sedangkan dampak pada bayi yaitu nutrisi bayi tidak
terpenuhi, rentan terhadap infeksi dan diare, rawan terkena alergi, dan daya tahan tubuh
menurun.(Aulianova & Rahmanisa, 2016)
Adapun manfaat pemberian ASI bagi bayi itu sendiri yaitu, sebagai nutrisi, meningkatkan
daya tahan tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang. Hal
yang dilakukan untuk menolong ibu yang memiliki produksi ASI kurang adalah mencoba
menemukan faktor yang mempengaruhinya seperti faktor obat-obatan atau ramuan dari tumbuh-
tumbuhan. Salah satu tumbuh-tumbuhan yang secara tradisional dipakai untuk memperbanyak
dan melancarkan ASI adalah daun katuk. Ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk
mengonsumsi daun katuk, dengan cara pemakaian campuran sayur bening, lalapan rebus atau
campuran nasi tim.(Aulianova & Rahmanisa, 2016)
Untuk meningkatkan kecukupan ASI dapat dilakukan dengan mengkonsumsi daun katuk
berupa rebusan atau sayur bening maupun ekstrak daun katuk karena mengandung alkaloid dan
sterol yang dapat meningkatkan kelancaran ASI. Selain itu daun katuk mengandung vitamin A,
B1, C, tanin, saponin alkaloid papaverin (Rahmanisa, 2015). Daun katuk mengandung hampir
7% protein dan 19% serat kasar, vitamin K, pro-vitamin A (beta karoten), Vitamin B dan C.
Mineral yang dikandung adalah Kalsium (2,8%) zat besi, kalium, fosfor dan magnesium. Daun
katuk sudah dikenal oleh nenek moyang kita sebagai sayur pelancar ASI. Pemberian daun katuk
dengan cara direbus yaitu diberikan pada ibu menyusui selama 1 minggu (7 hari), dikonsumsi
oleh ibu pada pagi dan sore dengan dosis sebanyak 50 gram daun katuk direbus dengan air 300
ml. Ibu dapat mengkonsumsi rebusan daun katuk ini pada hari ke-2 atau ke-3 setelah melahirkan,
hal ini karena peningkatan berat badan bayi pada hari ke-4 dan seterusnya. (Aulianova &
Rahmanisa, 2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Juliastuti, (2019) mengenai kecukupan ASI pada ibu
menyusui di UPTD Puskesmas Tarogong Kabupaten Garut menunjukkan bahwa rebusan daun
katuk dan ekstrak daun katuk efektif dalam memenuhi kecukupan ASI. Juga hasil penelitian
Nasution, (2019) di Puskesmas Lamepayung Kabupaten Kuningan menunjukkan bahwa
pemberian daun katuk efektif untuk produksi ASI pada ibu post partum. Hasil studi pendahuluan
di BPM Bd. Hj. Iin Solihah, S.ST., Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka pada tanggal 16
Januari 2020, terhadap 10 ibu post partum yang menyusui didapatkan hasil bahwa sebanyak 3
ibu (30%) mengatakan tidak ada masalah dengan pemberian ASI pada anaknya karena ASI yang
keluar cukup banyak, namun 7 ibu (70%) mengatakan mengalami masalah dengan ASI yaitu 2
orang tidak bisa memberikan ASI pada anaknya dengan alasan sibuk bekerja dan 5 orang (50%)
tidak bisa menyusui karena ASI yang keluar sedikit sehingga ibu di samping memberi ASI juga
memberi susu pengganti ASI dan 5 ibu (50%) tersebut mengatakan belum pernah mengkonsumsi
daun katuk untuk mencegah dan meningkatkan ASI.(Suyanti & Anggraeni, 2020).(Portal
Garuda)
Kandungan dan manfaatnya katuk mengandung senyawa steroid dan senyawa polifenol
yang berkhasiat sebagai anti piretik dan laktagog, juga tanaman katuk ini dapat meningkatkan
produksi ASI. Hal ini diduga berdasarkan efek hormonal dari kandungan kimia sterol yang
bersifat estrogenic. Daun katuk kaya protein, kalium, posfor, zat besi, vitamin A,B1 dan vitamin
C. Dalam 100 gr daun katuk juga terkandung 239 mg vitamin C, suddah jauh lebih cukup untuk
memenuhi kebutuhan ibu menyusui. Daun katuk baik untuk memperlancar ASI karena
mengandung asam seskuiterna. Penelitian Sa’roni, Tonni Sadjimin, Mochamad Sja’bani dan
Zulaela di Slmena, menunjukkan bahwa setelah mengkonsumsi daun katuk, volume ASI bisa
meningkat hingga 50%. Tips mengkonsumsi nya Lebih enak jika disayur seperti sayur bening
(IBU Fondotion, 2017). (Pubmeed)
Daun Katuk secara tradisional sudah dikonsumsi oleh masyarakat khususnya ibu yang
sedang menyusui karena dapat meningkatkan produksi ASI. Berdasarkan jurnal penelitian yang
dipublikasikan oleh Media Litbang Kesehatan pada tahun 2004, pemberian ekstrak daun katuk
pada kelompok ibu melahirkan dan menyusui bayinya dapat meningkatkan produksi sebanyak
66,7ml atau 50,7% lebih banyak dibandingkan dengan kelompok ibu melahirkan dan menyusui
yang tidak diberi ekstrak daun katuk. Pemberian ekstrak daun katuk dimulai pada hari ke – 2
atau hari ke – 3 setelah melahirkan selama 15 hari terus menerus dengan dosis 3 x 300mg/hari.
Pemberian ekstrak daun katuk tidak menurunkan kadar protein dan lemak ASI (IBU Fondotion,
2017). Selain kaya akan protein, lemak dan mineral, daun katuk juga diperkaya dengan
kandungan vitamin A, B dan C, kemudian tanin, saponin dan alkaloid papaverin. Kandungan
alkaloid dan sterol dari daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI menjadi lebih banyak
karena dapat meningkatkan metabolisme glukosa untuk sintesis laktosa sehingga produksi ASI
meningkat. Dalam Australian Dietary Guidelines, menyarankan untuk konsumsi sayuran hijau
salah satunya katuk sebagai makanan yang menyehatkan untuk ibu menyusui (IBU Fondotion,
2017)
Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan pengambilan kasus

dengan judul “Efektifitas Ekstrak Daun Katuk(Sauropus androgynus) Untuk Memperlancar ASI:

A Literature Review”.

A. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas: “Bagaimana gambaran Efektifitas Daun Katuk Untuk
Memperlancar ASI?”.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum

Untuk melihat gambaran aplikasi penerapan Efektifitas Daun Katuk Untuk

Memperlancar ASI.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan cara pencarian sumber pustaka Efektifitas Daun Katuk Untuk

Memperlancar ASI.

b. Menggambarkan proses Penelitian Daun Katuk Untuk Memperlancar Asi .

c. Menggambarkan aplikasi pemberian Ekstrak Daun Katuk Untuk Memperlancar

ASI.

C. MANFAAT PENULISAN

1. Manfaat teoris

Karya tulis ini diharapkan memberikan konstribusi dalam institusi pendidikan

khususnya dalam mempertimbangkan kompetensi mahasiswa tentang penyusunan

literature review dan pemberian Ektraks Daun Katuk Untuk Memperlancar ASI.

2. Manfaat praktik

a. Manfaat bagi penulis

1) Menambah pengetahuan bagi penulis tentang pengaplikasian pemberian

Ekstrak Daun Katuk Untuk Memperlancar ASI menggunakan literature

review.

b. Manfaat bagi institusi pendidikan

1) Sebagai tambahan literature di bidang pendidikan khususnya di keperawatan

dalam meningkatkan kualitas dimasa yang akan datang.


2) Menambah referensi bagi perpustakaan sehingga dapat dibaca oleh

mahasiswa.

c. Manfaat bagi pembaca

1) Menambah pengetahuan pembaca mengenai pengaplikasian pemberian

Ekstrak Daun Katuk Untuk Memperlancar ASI.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN, yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan manfaat, serta sistematik penulis.

BAB II : METODOLOGI, menjabarkan tentang jenis dan design penelitian, serta

strategi pencarian artikel seperti : keyword yang digunakan dalam pencarian,

kreteria inklusi dan ekslusi artikel, website pencarian jurnalyang digunakan,

banyaknya jurnal yang ditemukan dalam pencarian, serta analisa jurnal yang

digunakan.

BAB III : HASIL, berisi tentang analisa jurnal yang dimuat dalam table analisa jurnal.

Analisa inidapat menggunakan PICO ataupun Analisa yang lainya.

BAB IV : PEMBAHASAN, berisi tentang persamaan/perbandingan antara artikel anrara

yang satu dengan yang lain serta keterbatasan dalam penelitian.

BAB V : PENUTUP, berisi tentang simpulan dan saran yang dapat pneliti berikan dari

hasil penelitian yang telah dilaksanakan.


E. Daftar Pustaka
Haryati Astuti. (2020). Puskesmas Tempuling Kecamatan Tempuling. Efektifitas Jantung Pisang
Dan Daun Katuk Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa Teluk Kiambang
Wilayah Kerja Puskesmas Tempuling Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir.,
15–22.
Suyanti, S., & Anggraeni, K. (2020). Efektivitas Daun Katuk Terhadap Kecukupan Air Susu Ibu
(Asi) Pada Ibu Menyusui Di Bidan Praktek Mandiri (Bpm) Bd. Hj. Iin Solihah, S.St.,
Kabupaten Majalengka. Journal of Midwifery Care, 1(1), 1–10.
https://doi.org/10.34305/jmc.v1i1.190
Mutiara, E. (2016). Analisis Uji Biologis Biskuit Daun Katuk Pelancar Asi Sebagai
Makanan Tambahan Ibu Menyusui. Jurnal Saintika, 16(2), 30–36.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/lemlit/article/view/12403
Aulianova, T., & Rahmanisa, S. (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk
(Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI. Jurnal Majority, 5(1), 117–121.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/991
IBU Fondotion, (2017), http://ibufoundation.or.id/index.php/20 16/08/25/manfaat-daun-
katuk-untuk-produksi-asi

Anda mungkin juga menyukai