Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, UNICEF dan WHO

merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6

bulan. WHO menetapkan target ASI Eksklusif sebesar 50%. Menurut WHO (World Health

Organitation) pada tahun 2016 didapatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Afrika

Tengah sebanyak 25%, Amerika Latin dan Karibia sebanyak 32%, Asia Timur sebanyak

30%, Asia Selatan sebanyak 47%, dan Negara berkembang sebanyak 46%. Secara

keseluruhan kurang dari 40 persen bayi dibawah usia enam bulan diberi ASI Eksklusif dan

masih dibawah target yang ditetapkan. Beberapa faktor penghambat dalam pencapaian ASI

Eksklusif diantaranya adalah ibu bekerja, produksi ASI yang kurang, psikologis ibu yang

merasa ASInya tidak cukup bagi bayi, dan ASI tidak keluar. (WHO, 2015)

Di Indonesia, pemerintah mengatur tentang pemberian ASI dalam undang – undang

Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan

kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia enam

bulan. Pemerintah menetapkan target ASI Eksklusif sebesar 80%. Menurut data hasil

RISKESDAS Kementrian Kesehatan RI 2018 didapatkan data bayi yang mendapat ASI

eksklusif di Indonesia hanya mencapai 35,73% bayi (Kemenkes, 2018). Di Provinsi Papua

Barat, menurut Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat didapatkan data bayi mendapat ASI

eksklusif hanya sebesar 21,40% bayi (Dinkes Provinsi Papua Barat, 2018). Berdasarkan data

PONEK RSUD Kabupaten Sorong tahun 2018, jumlah ibu yang menyusui eksklusif hanya

sebanyak 42,8%. Dapat dipastikan bahwa keseluruhan perolehan presentase ASI Eksklusif

masih jauh dari yang ditargetkan pemerintah Indonesia yaitu 80%.


Data awal peneliti melakukan survey di ruang nifas RSUD Kabupaten sorong dari

hasil wawancara 8 ibu nifas, didapatkan sebanyak 5 ibu yang tidak menyusui bayinya secara

ekslusif mengaku dengan alasan ibu takut menyusui bayinya, ASI tidak keluar, ibu merasa

bayi tidak kenyang jika hanya ASI, serta Produksi ASI yang kurang. Hal ini akan

mempersulit ibu bila tidak ditindaklanjuti dengan intervensi pada saat ibu menjalani masa

nifas. Menurut Fitrah (2013), produksi ASI yang kurang dan lambat keluar dapat

menyebabkan ibu tidak memberikan ASI pada bayinya dengan cukup.

Masa nifas juga merupakan awal permulaan laktasi atau menyusui. Air susu ibu (ASI)

merupakan makanan tunggal dan terbaik yang memenuhi semua kebutuhan tumbuh

kembang bayi sampai berusia 6 bulan. Angka Kematian Bayi (AKB) dapat meningkat

berkaitan dengan beberapa faktor diantaranya tingkat keberhasilan program KIA dan

pencapaian perbaikan gizi masyarakat salah satunya adalah pemberian ASI Eksklusif

(Rafhani, 2018). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 salah

satu penyebab kematian bayi di Indonesia yakni bayi usia dibawah 6 bulan tidak

mendapatkan manfaat dari ASI Eksklusif terkait dengan gizi dan perlindungan terhadap

penyakit dengan data yang ditemukan terdapat satu dari tiga bayi tidak mendapat ASI

Eksklusif. (SDKI, 2017)

Dampak dari keurangan ASI pada bayi salah satunya ialah kekurangan gizi dan gizi

buruk yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan anak yang dapat diatasi dengan

memberikan ASI saja sejak lahir (Astuti, 2015). Perilaku memberikan makanan lain selain

ASI dapat meningkatkan resiko pada bayi dikarenakan saluran pencernaan pada bayi yang

belum matang, dan siap untuk mencerna makanan selain ASI, bayi kurang mendapatkan

manfaat yang diperoleh dari ASI terkait dengan perlindungan terhadap penyakit (Irfa, 2015).
Menyusui menurunkan resiko infeksi akut seperti diare, pneumonia, infeksi telinga,

haemophilus influenza, meningitis dan infeksi saluran kemih. Menyusui juga melindungi

bayi dari penyakit kronis masa depan seperti diabetes tipe 1 (Retno, 2015).

Menurut Center of Desease Control and Prevention Pediatric Nutrition Surveilance

System, pemberian ASI bagi bayi dapat membantu maturasi saluran pencernaan (Lilin,

2015). Seharusnya bayi baru lahir sudah harus bisa menyusu ke ibunya, akan tetapi yang

terjadi di lapangan pada masa nifas bayi sulit menyusu ke ibunya. Seringkali pada masa

nifas terutama pada 24 jam pertama ASI seringkali tidak keluar atau hanya keluar sedikit.

Hal ini disebabkan karena Produksi ASI yang kurang (Rosyidah, 2018). Selain hormon

prolaktin, proses laktasi juga bergantung pada hormon oksitosin. Refleks oksitosin ini

dipengaruhi oleh jiwa ibu (Ekawati, 2017). Jika ada rasa cemas,stress, dan ragu yang terjadi,

maka produksi ASi bias jadi akan terhambat. ( Kodrat, 2010)

Salah satu dari beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

produksi ASI, dengan slow stroke back massage yang dapat memberikan sensasi rileks pada

ibu, sehingga melancarkan aliran saraf saluran ASI pada kedua payudara dan merangsang

hormone oksitosin. Slow Stroke Back Massage adalah stimulasi kutan dengan bentuk pijatan

perlahan di area punggung sebanyak 60 kali dalam satu menit (Atikah, 2013 dalam Fitri,

2018). Berdasarkan data dan masalah yang didapat, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Efektivitas Slow Stroke Back Massage Terhadap Produksi ASI Pada Ibu

Nifas di RSUD Kabupaten Sorong Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah


Di Dunia, data ASI Eksklusif kurang dari 40% dan masih dibawah target 50%. Di

Provinsi Papua Barat bayi mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 21,40%, dan di RSUD
Kabupaten Sorong hanya 42,8%. Dari data keseluruhan belum mencapai target pemerintah

yaitu 80%. Penghambat ibu menyusui eksklusif pada bayinya salah satunya karena Produksi

ASI yang kurang. Dengan demikian, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah

keefektifan Slow Stroke Back Massage Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas di RSUD

Kabupaten Sorong”.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Keefektifan Slow Stroke Back Massage Terhadap Produksi ASI Pada

Ibu Nifas di RSUD Kabupaten Sorong.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui produksi ASI ibu nifas setelah diberikan pemijatan pada kelompok

perlakuan.

b. Untuk mengetahui produksi ASI pada kelompok kontrol kontrol.

c. Untuk mengetahui perbedaan antara produksi ASI ibu nifas kelompok perlakuan dan

kontrol.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam memecahkan masalah

secara ilmiah dan analitik.

b. Dari hasil penelitian, peneliti dapat mengaplikasikan riset untuk mengetahui

keefektifan Slow Stroke Back Massage terhadap produksi ASI pada ibu nifas.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pembelajaran dan referensi untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Bagi Praktisi
Penelitian ini dapat diajadikan sebagai informasi yang berguna dalam

meningkatkan pengetahuan tentang salah satu cara meningkatkan produksi ASI.

4. Bagi Bidang Kebidanan


Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada

bidang kebidanan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan dengan

menggunakan tindakan non farmakologis dalam intervensi penatalaksanaan produksi

ASI.

Anda mungkin juga menyukai