Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Penerapan Asuhan PNC dalam Pengembangan Praktik Kebidanan


PIJAT OKSITOSIN
Mata Kuliah: Pengembangan Praktik Mandiri Bidan
Dosen Pengampu: Christiani Bumi Pangesti, SST., M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Angelina Gita Rosalia AB212006 Mahardhikaning L W AB212088


Anisa Ayu Indrawati AB212009 Marsiti Dwicahyani AB212094
Erna Setiyawati AB212041 Rena Novita Sari AB212133
Faridhatul M AB212046 Reny Lidiastuti AB212134
Ikaning Nurcahyanti AB212062 Siti Nurhaliza AB212149
Kalsum S Tiakoly AB212072 Sulung Putri Langen S AB212197
Khofifah Ayudyasari AB212077 Wigati Setyaningsih AB212185

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat Nya kami akhirnya bisa menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Penerapan Asuhan PNC dalam Pengembangan Praktik Kebidanan
(PIJAT OKSITOSIN)” ini dengan baik tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen mata kuliah Kebijakan dalam
Kebidanan. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya sehingga tugas kelompok
ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk
menunjang penyusunan tugas makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam
makalah yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta
kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para
pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami
berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi para pembaca.

Surakarta, 14 Maret 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nifas adalah masa ibu setelah melahirkan bayi, kurang lebih sampai
40 hari (Prawiraharjo, 2008). Masa nifas merupakan tahap pengenalan bayi
setelah lahir dan cara memberikan perawatan pada bayi mulai dari
pemberian nutrisi maupun pencegahan dari infeksi. Pemberian nutrisi pada
bayi baru lahir dilakukan dengan cara pemberian ASI yang baik yaitu ASI
Eksklusif, tetapi kadang ibu mengalami kesulitan dalam pemberian ASI
karena anggapan ASI belum keluar dan masih kaku dalam pemberian ASI
terlebih pada ibu muda yang pertama kali melahirkan.
Menurut World Health Organization (WHO) pemberian ASI secara
eksklusif adalah Ibu hanya memberikan ASI saja tanpa memberikan bayi
makanan dan minuman pendamping selain ASI termasuk air putih selama
menyusui (kecuali obat- obatan dan vitamin atau mineral tetes) sejak bayi
lahir hingga berumur 6 bulan. Setelah waktu 6 bulan bayi dapat dikenalkan
makanan pendamping ASI dan dianjurkan tetap memberikan ASI
dilanjutkan hingga dua tahun atau lebih (WHO,2019). Prosentase
pemberian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2018 sendiri masih rendah yaitu
65,16%. Daerah Indonesia bagian Timur memiliki cakupan yang masih
rendah yaitu 20,43%, diikuti dengan Provinsi Jawa Tengah dengan Cakupan
64,19% (Kemenkes RI, 2019) Praktik menyusui selalu menjadi trend topik
dalam beberapa tahun terakhir.
Intervensi dikembangkan di berbagai tingkatan yang dirancang
untuk meningkatkan keberhasilan dari praktik menyusui pada ibu. Praktek
menyusui, tidak semata- mata ditentukan oleh faktor biologis, tetapi
Sebagian besar juga dipengaruhi oleh status sosial ekonomi ibu, Pendidikan
dan pendapatan. Penelitian lain yang dilakukan Suresh et al (2014)
menjelaskan bahwa masalah menyusui adalah kontributor masalah utama
dalam kegagalan menyusui. Beberapa tren predictor kegagalan menyusui
adalah dipercepatnya waktu pulang dari pasangan ibu-bayi dari rumahsakit
karena factor pribadi dan penanganan masalah menyususi yang tidak benar.
Penelitian juga menjelaskan bahwa masih ditemukannya kekurangan data
dan minimalnya informasi yang tepat dinegara-negara berkembang.
cakupan ASI eksklusif yang rendah dapat merugikan terutama bagi bayi,
ibu, keluarga bahka nnegara. Hal ini disebabkan karena ASI sangat banyak
manfaatnya. Anatolitou(2012) memaparkan tentang manfaat pemberian
ASI untuk tubuh kembang bayi termasuk berat badan bayi.
Madhavi dan Manik yamba(2016) menemukan factor pendukung
pemberian ASI eksklusif yaitu paritas, pelayananan antenatal,
carapersalinan, berat badan bayi, waktu inisiasi menyusu dini dan
pemberian makan prelaktal. Penelitian Yacub,Gul (2013) mengidentifikasi
alasan tidak memberikan ASI eksklusif adalah produksi ASI sedikit, ibu
bekerja, ibu sakit/lemah, dan bayi sakit. Haryani (2014) juga memaparkan
tentang alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif, yaitu rasa
malas, beban kerja tinggi, waktu cuti terbatas, sarana prasarana yang kurang
dan tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga yang mengharus kan bekerja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rawat,etal (2018)
dijelaskan bahwa salah satu penyebab kegagalan proses menyusui pada
primipara dan dalam minggu pertama melahirkan adalah ibu merasa
kesulitan pada pelekatan saat menyusui dana merasa ASI tidak cukup.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Jacobs, etal (2013) juga membuktikan
bahwa mayoritas responden menjelaskan bahwa ibu merasa produksi ASI
sedikit sehingga memutuskan untuk memberikan susupendamping
Sedangkan penelitian yang dilakukan Madhavi dan Manik yamba(2016)
menemukan factor yang menjadi alas an tidak memberikan ASI eksklusif
adalah kesulitan menyusui.
Dari beberapa penelitian diatas dapat dibuktikan bahwa kegagalan
proses menyusui bukanlah dari factor biologi si ibu namun lebih
dikarenakan kesulitan bagi ibu dalam peran pertamanya sehingga hal ini
mempengaruhi teknik perlekatan yang tidak benar pada saat menyusui dan
adanya rasa bahwa produksi ASI tidak lancer dan sedikit. Ilmu pengetahuan
yang terus berinovasi menemukan bahwa adanya pijat oksitosin dapat
meningkatkan produksi ASI (Rahayuningsih,2016).
B. Rumusan masalah
Bagaimana Pengaruh Pijat Oksitosin pada kuantitas Produksi ASI
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk Mengetahui Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Kuantitas
produksi ASI
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui mekanisme Pijat Oksitosin
b. Untuk mengetahui Cara Melakukan Pijat Oksitosin
c. Untuk mengetahui Ketidaknyamanan dan Kepuasan Pijat Oksitosin
D. Manfaat
1. Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan
dan pengetahuan dalam bidang kebijakan dalam kebidanan.
2. Praktis
Makalah ini diharapkan dapat berguna memberikan kontribusi yang
positif khususnya dalam pelayanan kebidanan terutama untuk
mensukseskan kampanye pemberian ASI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Umum ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kelenjar-kelenjar
mammae Ibu yang berguna sebagai makanan bayi, dalam ASI terkandung zat-
zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk pertumbuhan dan mengandung zat
kekebalan yang sangat penting untuk mencegah timbulnya penyakit serta
mudah dicerna oleh bayi (Sudoharjo, 2013) ASI adalah suatu emulsi lemak
dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan
oleh kelenjar payudara yang berguna sebagai makanan bagi bayi (Siregar,
2004). Menurut Pilliteri (2003) yang dimaksud dengan ASI adalah cairan
yang diproduksi oleh payudara ibu dan merupakan sumber gizi yang ideal
untuk bayi.
B. Hormon-Hormon Pembentuk ASI
1. Progesteron
Hormon progesteron ini mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran
alveoli. Tingkat progesteron akan menurun sesaat setelah melahirkan dan
hal ini dapat mempengaruhi produksi ASI berlebih

2. Estrogen
Hormon estrogen ini menstimulasi saluranASI untuk membesar.
Hormon estrogen akanmenurun saat melahirkan dan akan tetap rendah
selama beberapa bulan selama masih menyusui. Pada saat hormon
estrogen menurun dan ibu masih menyusui, di anjurkan untuk
menghindari KB hormonal berbasis hormone estrogen karena kana
menghambat produksinya ASI.

3. Prolaktin
Hormon prolaktin merupakan suatu hormon yang di sekresikan
oleh grandula pituitary. Hormon ini berperan dalam membesarnya alveoli
saat masa kehamilan. Hormon prolaktin memiliki peran penting dalam
memproduksi ASI, karena kadar hormon ini meningkat selama
kehamilan. Kadar hormon prolaktin terhambat olek plasenta, saat
melahirkan dan plasenta keluar hormon progesterone dan estrogen mulai
menurun sampai tingkat dilepaskan dan diaktifkannya hormon prolaktin.
Peningkatan hormonprolaktin akan menghambat ovulasi yang bias di
katakana menmpunyai fungsi kontrasepsi alami, kadar prolaktin yang
paling tinggi adalah pada malam hari.

4. Oksitosin
Hormon oksitosin berfungsi mengencangkan otot halus pada
rahim pada saat melahirkan dan setelah melahirkan. Pada saat setelah
melahirkan, oksitosin juga mengancangkan otot halus pada sekitar
alveoli utuk memeras Asi menuju saluran susu. Hormon
oksitosin juga berperan dalam proses turunnya air susu let
down/milk ejection reflex

5. Human Placenta Lactogen (HPL)


Pada saat kehamilan bulan kedua, plasenta akan banyak
mengeluarkan hormon HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
putting, dan areola sebelum melahirkan. Pada saat payudara sudah
memproduksi ASI, terdapat pula proses pengeluran ASI yaitu dimana
ketika bayi mulai menghisap
C. Pengertian Menyusui Aktif
Menyusui efektif merupakan pemberian ASI secara langsung dari
payudara kepada bayi dananak yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
gejala ibu merasa percaya diri selama proses menyusui (P. S. D. PPNI, 2016).
Menyusui merupakan cara pemberian makan yang diberikan secara
langsung oleh ibu kepada anaknya namun sering kali ibu menyusui kurang
memahami dan kurang mendapatkan informasi, maka sering kali ibu-ibu
mendapatkan suatu informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif itu
sendiri, tentang cara bagaimana menyusui yang benar kepada bayinya dan
kurangnya informasi yang diberikan tentang dampak apabila ASI eksklusif itu
tidak diberikan dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam
menyusui secara eksklusif pada bayinya.
Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh dunia
berhasial menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan
ibu yang buta huruf sekalipun dapat menyusui anbaknya dengan baik.
Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaannya kita saat ini melakukan
hal yang alamiah tidaklah selalu muda (Nugroho, Nurrezki, Warnaliza, &
Willis, 2014)
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
lactase dan garam- garam organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu. Pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja,
langsung atau tidak langsung (diperas) (Nugroho et al., 2014). Hormon
oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut
dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin
akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang
kontraksi otot di sekeliling alveoli. (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari
pabrik ke gudang ASI.
Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan
atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini
menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah
mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika
refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan
untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi
ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.
Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah
melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang
mengakibatkan nyeri.
D. Manfaat Pemberian ASI

(Nugroho et al., 2014) Beberapa manfaat pemberian ASI khususnya ASI eklklusif
yang dapat diperoleh bayi :

1. ASI sebagai nutrisi terbaik


ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI
merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kualitasnya karena ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Produksi
ASIseorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai
dengan usia 6 bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang baru lahir secara alamiah telah mendapat zat kekebalan dari ibunya
melalui plasenta. Kadar zat tersebut akan cepat menurun setelah kelahiran
bayti dan lambat laun akan terjadi keseimbangan daya tahan tubuh.
Kesenjangan tersebut dapat diatasi dengan pemberiaqn ASI, karena ASI
mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi, bakteri, virus, dan jamur. Bayi ASI eksklusif ternyata akan
lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapat ASI eksklusif.
3. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Factor penentu kecerdasan ada yaitu factor genetic dan factor lingkungan.
Factor genetic atau bawaan sangat menentukan potensi genetic yang diturunkan
oleh orang tua, factor ini tidak dapat diakumulasi atau direkayasa. Factor
lingkungan merupakan factor yang menentukan tercapainya factor genetic
secara optimal. Kebutuhan factor lingkungan ini dapat dipenuhi dengan
pemberian ASI yang dimulai dengan pemberian ASI secara eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupan akan menjamin
tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal.
4. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang.
Bayi akan disusui akan merasakan kasih sayang ibunya dan akan menimbulkan
perasaan aman dan tentram sebagai dasar perkembangan emosi bayi untuk
membentuk pribadi yangpercaya diri dan memiliki dasar spiritual yang baik.

E. Pengertian Pijat Oksitosin


Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari
nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis
untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar.
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin Atau let down
reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah
memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan
ASI, Merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI.
Manfaat pijat oksitosin bagi ibu nifas dan ibu menyusui, diantaranya :
a. Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta
b. Mencegah terjadinya perdarahan post partum
c. Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus
d. Meningkatkan produksi ASI
e. Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui
f. Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga
Efek fisiologis dari pijat oksitosin ini adalah merangsang kontraksi otot polos
uterus baik pada proses saat persalinan maupun setelah persalinan.

F. Manfaat Pijat Oksitosin

Manfaat dari pijat oksitosin diantaranya adalah membantu ibu secara


psikologis, memberikan ketenangan, mengurangi stress serta meningkatkan rasa
percaya diri dan berfikir positif akan kemampuan diri dalam memberikan Asi.
Selain untuk memperlancar pengeluaran Asi pijat/Massage oksitosin juga
membantu proses involusi uterus. Dengan pijat oksitosin maka hypofisis
posterior akan meningkatkan produksi hormon oksitosin. Hormon ini akan
menstimulasi otot polos dalam uterus saat persalinan maupun nifas. Banyak
penelitian yang sudah membuktikan bahwa pijat oksitosinberpengaruh dalam
proses involusi uterus, sehinggadapat mencegah risiko pendarahan post partum.
Frekwensi untuk melakukan pijat oksitosin akanmempengaruhi produksi
kadar hormon prolactin ibu dan Asi. Menurut Hockenberry (200) pijat oksitosin
lebih efektif dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Dimana pijat yang dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari dapat
mempengaruhi produksi Asi pada ibu post partum. Pijat oksitosin akan lebih
efektif apabila dipadukan dengan perawatan payudara (breast care) pada ibu
nifas dibandingkan apabila hanya dilakukan pijat oksitosin saja. Breast care
adalah perawatan payudara yang dilakukan untuk mempelancar Asi dan dapat
dilakukan selama hamil sampai menyusui.

G. Langkah Pijat Oksitosin


Langkah-langkah pijat oksitosin menurut Depkes (2007) adalah sebagai berikut:
1. Posisikan ibu dalam keadaan nyaman
2. Meminta ibu untuk melepaskan baju bagian atas
3. Ibu miring kekanan atau kekiri dan memeluk bantal atau ibu duduk dikursi,
kemudian kepala ditundukkan/ meletakkan diatas lengan.
4. Petugas kesehatan memasang handuk dipangkuan ibu
5. Petugas kesehatan melumuri kedua telapak tangan dengan minyak zaitun atau
baby oil
6. Kemudian melakukan pijatan sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakandua kepalan tangan dengan ibu jari menunjukkedepan
7. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakangerakan
melingkar kecil- kecil dengan kedua ibu jari
8. Pada saat yang bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah,
dari leher ke arahtulang belikat, selama 2-3 menit
9. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
10. Membersihkan punggung ibu dengan waslap yang sudah dibasahi air
Gambar 2.1 Pijat Oksitosin

H. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pijat Oksitosin

Ibu harus memperhatikan faktor-faktor yang mempenaruhi


keberhasilan pijat oksitosin yaitu mendengarkan suara bayi yang dapat
memicu aliran yang memperlihatkan bagaimana produksi susu dapat
dipengaruhi secara psikologis dan kondisi lingkungan saat menyusui, rasa
percaya diri sehingga tidak muncul persepsi tentang ketidakcukuoan suplai
ASI, mendekatkan diri dengan bayi, relaksasi yaitu latihan yang bersifat
merilekskan maupun menenangkan seperti meditasi, yoga dan relaksasi
progresuf dapat membantu memulihkan ketidakseimbangan saraf dan
hormone serta memberikan ketenangan alami, sentuhan dan pijatan ketika
menyusui, dukungan suami, dan keluiarga, minum minuman hangat yang
menenangkan dan tidak dianjurkan ibu minum kopi karena mengandung
kafein, menghangatkan payudara, merangsang putting susu yaitu menarik dan
memutar putting secara perlahan menggunakan jari-jari ibu (Astutik, 2014)
BAB III

PEMBAHASAN

Pijat oksitosin merupakan salah satu teknik releksasi yang dilakukan pada
ibu pasca melahirkan untuk mendukung kelancaran proses menyusui. Pijat ini
biasanya dilakukan pada ibu yang mengalami gangguan produksi ASI pada awal
pasca melahirkan. Banyak penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan pijat
oksitosin baik dari segi efektifitas terhadap produksi ASI maupun manfaat yang
lainnya.

Pijat oksitosin merupakan sebagai salah satu terapi rileksasi sederhana yang
dilakukan melalui pemijatan pada bagian penggung belakang ibu sampai costa ke
5 dengan bantuan orang lain yakni pendamping masa nifas ibu. Pendamping dalam
hal ini yakni keluarga ibu nifas. Keluarga terdekat akan memberikan jalinan
hubungan kedekatan emosional yang kuat dan dapat sebagai salah satu aspek
menjaga privacy klien. Pada penelitian Lestari, P dkk tahun 2020 yang berjudul
efektifitas edukasi pijat oksitosin terhadap keluarga ibu nifas dengan berat badan
bayi terdapat beberapa jenis keluarga yang terlibat dalam pijat oksitosin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pihak keluarga ibu nifas


yang berperan dalam pijat oksitosin yakni suami (91,3%). Suami memiliki peranan
sangat penting dalam memberikan pendampingan dan dukungan terhadap ibu nifas
tentunya dalam hal ini memberikan pijat oksitosin sebagai bagian kebutuhan pada
ibu nifas. Hal ini sejalan dengan penelitian Doko 2019 bahwa pemberian pijat
oksitosin oleh suami berpengaruh terhadap peningkatan produksi ASI.

Penelitian dan pengabdian masyarakat oleh Prijatni 2016 dalam kegiatan


pemberian ketrampilan terhadap suami agar mampu melakukan pijat oxytocin
untuk memperlancar produksi ASI pada ibu saat meneteki, kegiatan ini
menunjukkan hasil bahwa adanya komitment dan kelompok peduli ASI yang
menyatakan keberhasilan pemberian ASI ekslusif sangat tergantung dari peran
ayah/ suami. Produksi ASI pada ibu nifas dipengaruhi oleh fungsi hormonal laktasi
pada ibu. Salah satu teknik untuk merangsang produksi hormon oksitosin dan
prolaktin melalui pijat oksitosin. Melalui pemijatan tersebut produksi ASI dapat
melimpah sehingga kebutuhan nutrisi bayi akan tercukupi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Hadianti bahwa ibu post SC yang diberikan pijat oksitosin 7 kali lebih
mungkin megeluarkan kolostrum pada hari pertama postpartum. Penelitian
Sitohang bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada ibu nifas yang diberikan
pijat payudara dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI.

Lancarnya produksi ASI pada minggu pertama masa nifas menentukan


terpenuhinya asupan ASI bayi. Asupan ASI pada minggu pertama masa
nifas merupakan salah satu indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi.
Kebutuhan dnutrisi bayi yang sangat penting adalah ASI Eksklusif. Melalui
tercukupinya kebutuhan nutrisi ini berat badan bayi akan mengalami kenaikan,
meskipun pada awal kelahiran berat badan bayi akan mengalami penurunan
sementara. Berat badan bayi merupakan salah satu indikator untuk menentukan
status gizi maupun pertumbuhan bayi yang paling relevan dan mudah diamati.
Pemantauan berat badan bayi pada penelitian ini dilakukan sampai bayi usia 2
bulan. Hasil penelitian menunjukkan berat badan bayi pada usia 2 bulan mayoritas
dalam kategori berat badan sesuai dengan usia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dilakukannya pijat oksitosin oleh suami dari hari pertama sampai
dengan hari ketujuh pada ibu nifas normal berpengaruh terhadap peningkatan
produksi ASI yang ditunjukkan dari: frekuensi BAK bayi, frekuensi BAB
bayi, dan frekuensi Menyusu bayi dalam 24 jam. Sedangkan berat badan
bayi mengalami penurun setelah dilakukan pijat oksitosin oleh suami ataupu
keluarga terdekat.

B. Saran
1. Bagi ibu nifas
Diharapkan bagi ibu nifas agar mengikuti apabila ada penyuluhan atau
dari tenaga kesehatan tentang pijat oksitosin yang bermanfaat untuk
kelancaran produksi ASI.
2. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan dan perawat di rumah
sakit melakukan penyuluhan atau pelatihan tentang pijat oksitosin dan
mengikut sertakan suami dalam pelatihan tersebut.
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi
dalam suatu penelitian selanjutnya terutama dalam pemberian pojat
oksitosin terhadap kelancaran ASI ibu nifas.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, diharapkan
penelitinselanjutnya meneliti tentang pendidikan, pekerjaan, dan usia
suami yang dapat mempengaruhi peran suami dalam melakukan pijat
oksitosin.
DAFTAR PUSTAKA
Anatolitou F. Human milk benefits and breastfeeding. Journal Pediatric
Neonatal Individual Med. 2012;1(1):11-8
Astutik, R. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika
Ayers, J. F. (2000). The use of alternative therapies in the support of
breastfeeding. Journal of Human Lactation, 16(1), 52-56. Dalam
Anderson, L., Kynoch, K., & Kildea, S. (2016). Effectiveness of breast
massage in the treatment of women with breastfeeding problems: a
systematic review protocol. JBI database of systematic reviews and
implementation reports, 14(8), 19-25.
Ballard O, Morrow AL. Human milk compotition: nutriens and bioactive
factors. Pediatr Clin North Am. 2013;60(1):49- 74. doi:
10.1016/j.pcl.2012.10.002.
Cho, J., Ahn, H. Y., Ahn, S., Lee, M. S., & Hur, M. H.
(2012). Effects of oketani breast massage on breast pain, the breast milk
pH of mothers, and the sucking speed of neonates. Korean
Journal of Women Health Nursing, 18(2), 149-158.
Dewi, Kunawati Tungga 2018. Pengaruh Frekuensi Pijat Oksitosin Pada Ibu
10 HariPertama Postpartum Terhadap Peningkatan
Berat Badan Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gribig
Kota Malang. http://repository.ub.ac.id/id/eprint/1675 20
Diknes Bantul, 2014. Rakerkesda. Manfaat Kolostrum untuk Kesehatan
Secara Menyeluruh https://dinkes.bantulkab.go.id/berita/arsip/2014-
10

Doko, T; Aristiati, K; & Hadisaputro, S. 2019. Pengaruh Pijat Oksitosin


Oleh Suami Terhadap Peningkatan Produksi ASI pada Ibu Nifas.
Jurnal Keperawatan Silampari
Prawiroharjo, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Bina
Pustaka Indonesia
Prijatni, I. 2016. Peran Suami dalam Mendukung Kelancaran Pengeluaran ASI
dengan Pijat Oxytocin. JURNAL IDAMAN, Vol 1, NO. 1,
DESEMBER 2017:10-13. https://doi.org/10.31290/j.idaman.v(1)i(1
)y(2017).page:10-13

Rahayuningsih, T, Mudigdo, A, Murti, B. 2016. Effect of Breast Care and


Oxytocin Massage on Breast Milk Production: A study in
Sukoharjo Provincial Journal of Maternaland Child Health (2016),
1(2): 101-109 https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.0 1.02.05
Rawat, S., Venkatnarayan, K., Ramamurthy, & Kalra,.S.
(2018). Breastfeeding-related problems in primigravida
mothers at the time of hospital discharge from a tertiary
care hospital. Indian Journal of Child Health, 5(5), 350-
354.
Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif.
Pustaka Bunda, Jakarta
Saifudin, A.B, 2011. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Sihotang, P C; Situmorang, T; Hutagaol, I O; & Setyawati, E. 2020. The
Effectiveness Difference Between Breast Massage and Oxytocin
Massage Towards the Smoothness of Breast Milk Production at
Matahari Room of Undata Public Hospital Central Sulawesi
Province. International Journal of Advanced Science and Technology
Vol. 29 No. 04 (2020): Vol 29
No. 4 (2020)
Sumastri, H. 2012. Hubungan antara Frekuensi Menyusui dengan
Inisiasi menyusu dini

Anda mungkin juga menyukai