Anda di halaman 1dari 34

PENYAKIT-

PENYAKIT YANG
LAZIM PADA
BAYI DAN ANAK
BALITA DI
INDONESIA
Christiani Bumi Pangesti, S.SiT.,M.Kes
PROFIL KESEHATAN
INDONESIA, 2020 PADA TAHUN 2020, DARI 28.158
KEMATIAN BALITA :

72,0% (20.266 kematian)


diantaranya terjadi pada masa
neonatus

19,1% (5.386 kematian)


terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan
dan 9,9% (2.506 kematian) terjadi
pada usia 12 – 59 bulan.
PROFIL KESEHATAN
INDONESIA, 2020 PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN
NEONATAL (0-28 HARI) :

Pada tahun 2020, penyebab kematian


neonatal terbanyak adalah kondisi
berat badan lahir rendah (BBLR).

Penyebab kematian lainnya di


antaranya asfiksia, infeksi, kelainan
kongenital, tetanus neonatorium, dan
lainnya
PROFIL KESEHATAN PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN
INDONESIA, 2020 POST NEONATAL (29 HARI-11
BULAN) :

Pneumonia dan diare masih menjadi


masalah utama yang meyebabkan
73,9% kematian (pneumonia) dan
14,5% kematian (diare)

Penyebab kematian lain di antaranya


adalah kelainan kongenital jantung,
kelainan kongenital lainnya,
meningitis, demam berdarah, penyakit
saraf, dan lainnya
PROFIL KESEHATAN
INDONESIA, 2020
DIARE
D I A RE ADALA H P E N G E L U A R A N F E S E S
YANG TIDAK NORMAL DAN CAIR
D E N GAN FR E K U E N S I LE B I H B A N Y A K
D A R I BIASANY A

–Bayi dikatakan diare : > 3x buang air besar


–Neonatus dikatakan diare : > 4x buang air besar
ETIOLOGI PENYEBAB DIARE
1. Infeksi bakteri (Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella
campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dll)
2. Infeksi Virus : enterovirus( rotavirus, astrovirus,
adenovirus,dll)
3. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichiuris,
Oxyuris,dan Strongylodies), protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas
hominis), serta jamur (Candida albicans).
4. Parental (infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA),
tonsilofaringistis, bronkopneumonia, dll)
5. Malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein
6. Makanan (makanan basi, beracun, dan alergi)
7. Psikologis (rasa takut atau cemas)
TANDA, GEJALA, DAN
PENATALAKSANAAN
DIARE
MTBS, 2019
ISPA
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) atau Acute Respiratory Infectious
Disease merupakan penyakit saluran
pernapasan yang sering dijumpai pada
masyarakat, khususnya bayi <5 tahun
(balita)

ISPA disebabkan oleh virus atau bakteri yang

biasanya menular sehingga dapat

menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang

berkisar dari penyakit tanpa gejala sampai

kepada penyakit yang parah dan mematikan,

tergantung kepada patogen penyebabnya,

faktor lingkungan, dan faktor pejamu.


Patogen yang paling sering menyebabkan ISPA

adalah virus, atau infeksi gabungan dari virus dan

bakteri seperti rhinovirus,virus influenza, dan

respiratory syncytial virus

Sekelompok penyakit yang termasuk kedalam ISPA

yaitu, Pneumonia, Influenza, dan Pernafasan

Syncytial Virus (RSV).

(Najmah, 2016)
Angka mortalitas ISPA mencapai 4,25 juta setiap

tahun di dunia. Berdasarkan data dari World Health

Organization (WHO) tahun 2019 penyakit infeksi

saluran pernapasan bawah menurunkan usia harapan

hidup sebesar 2,09 tahun pada penderitanya.(WHO,

2019)

Kelompok yang paling beresiko adalah balita. Sekitar

20-40% pasien dirumah sakit dikalangan anak-anak

karena ISPA dengan sekitar 1,6 juta kematian karena

pneumonia sendiri pada anak balita per tahun. Pada

dewasa angka mortalitas pada dewasa (25-59 tahun)

mencapai 1,65 juta.(Najmah, 2016)


Faktor Resiko Terjadinya ISPA
1.Lingkungan (pencemaran udara
dalam rumah, ventilasi rumah, dan
kepadatan hunian)
2. Individu (umur anak (6-12 bulan/pada

usia balita), berat badan lahir, status


gizi, vitamin-A dan status imunisasi)
3. Perilaku (perilaku pencegahan dan

penanggulangan ISPA pada bayi


atau peran aktif
keluarga/masyarakat dalam
menangani penyakit ISPA
Penatalaksanaan ISPA

Terapi farmakolgi
Terapi non
farmakologi Obat analgesik/antipiretik
Intranasal dapat dipilih
Kompres hangat antara sediaan
Minum banyak oxymetazoline intranasal
Irigrasi nasal dengan salin solution, fluticasone furoate
nasal spray, larutan natrium
klorida, atau obat semprot
hidung dengan kandungan
seawater
Terapi antibiotik
Antihistamin
Terapi antiviral
Diaper Rash
Diaper Rash adalah kemerahan
pada kulit bayi akibat adanya
kontak yang terus menerus dengan
lingkungan yang tidak baik
1. TIDAK TERJAGANYA KEBERSIHAN

KULIT DAN PAKAIAN BAYI

2. JARANGNYA MENGGANTI POPOK

SETELAH BAYI BAB ATAU BAK

3. TERLALU PANAS ATAU LEMBABNYA

UDARA/SUHU LINGKUNGAN

4. TINGGINYA FREKUENSI BAB (DIARE)

5. ADANYA REAKSI KONTAK TERHADAP

KARET, PLASTIK, DAN DETERGEN

Etiologi
1.Iritasi pada kulit yang kontak

langsung dengan alergen, sehingga

muncul eritema

2.Erupsi pada daerah kontak yang

menonjol, seperti bokong, alat

genita, perut bawah, atau paha atas

Tanda dan Gejala 3.Pada keadaan yang lebih parah

dapat terjadi papila eritematosa,

vesikula, dan ulserasi

Penatalaksanaan
Daiper Rash

Segera bersihkan dan


Perhatikan kebersihan kulit dan
Daerah yang terkena ruam keringkan bayi setelah BAK
tubuh secara keseluruhan
popok tidak boleh terkena air dan BAB

dan harus dibiarkan terbuka Jagalah kebersihan pakaian dan

dan tetap kering alat-alat untuk bayi


Atur posisi tidur anak agar

tidak menekan kulit/daerah


Rendamlah pakaian atau celana
Gunakan kapas halus yang
yang iritasi
yang terkena urin dalam air yang
mengandung minyak untuk
dicampur acidum borium, setelah

membersihkan kulit yang


Usahakan memberikan itu bersihkan tetapi jangan

iritasi menggunakan sabun cuci, segera


makanan tinggi kalori tinggi
bilas dan keringkan
protein dengan porsi cukup
Muntah
Muntah adalah keluarnya sebagian besar
atau seluruh isi lambung yang terjadi
setelah makanan masuk lambung agak
lama, disertai kontraksi lambung dan
abdomen.
Etiologi
Infeksi pada saluran pencernaan

Cara pemberian makan yang salah

Keracunan

Kelainan Kongenital
Komplikasi
Dehidrasi atau alkalosis karena kehilangan
cairan tubuh/elektrolit
Ketosis karena tidak makan dan minum
Asidosis yang disebabkan adanya ketosis yang
dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan
sampai kejang
Ketegangan otot perut, perdarahan
konjungtiva, ruptur esofagus, aspirasi yang
disebabkan karena muntah yang hebat
Patofisiologis
Sifat Muntah
Penatalaksanaan Muntah

KAJI FAKTOR CIPTAKAN SUASANA TENANG,


PENYEBAB DAN PERLAKUKAN BAYI DENGAN BAIK,
BERIKAN MAKANAN YANG TIDAK
SIFAT MUNTAH MERANGSANG MUNTAH

BERIKAN ANTIEMETIK
JIKA TERJADI REAKSI
BERIKAN PENGOBATAN
SIMPTOMATIS
YANG BERGANTUNG PADA
FAKTOR PENYEBAB , RUJUK SEGERA
Gumoh

Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian


kecil isi lambung setelah beberapa saat
setelah makanan masuk ke lambung

Gumoh biasanya terjadi karena bayi menelan


udara pada saat menyusu.
Posisi menyusui/botol salah
Bayi sudah merasa kenyang

Etiologi
Tergesa-gesa saat memberikan
susu
Kegagalan dalam mengeluarkan
udara yang tertelan
Patofisiologi

Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh,
sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali
ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir
Hal tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja
dengan baik.
Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung kebawah. Keadaan ini dapat
juga terjadi pada orang dewasa anak-anak yang lebih besar.
Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi dibulan-bulan pertama setelah lahir
Penatalaksanaan
Perbaiki teknik menyusui

Perhatikan posisi botol saat pemberian


susu

Sendawakan bayi setelah disusui

Lakukan teknik menyusui yang benar (bibir


mencakup rapat seluruh puting susu ibu)
Demam
Demam merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan
oleh orang tua yang memiliki bayi, balita, dan anak pra
sekolah
Jika anak demam tanpa disertai gejala penyerta perlu
dipastikan apakah anak mengalami dehidrasi atau
hipertermia akibat cuaca
jika demam disertai dengan gejala, pastikan apa yang
menjadi penyebab dari demam
Batasan Suhu pada Anak

DEMAM DEMAM
RENDAH SEDANG
Ketiak 37,2-38,3 Ketiak 38,3-39,5
Oral 37,7-38,8 Oral 38,8-40

DEMAM TINGGI
Ketiak >39,5
Oral >40

Anda mungkin juga menyukai