PENDAHULUAN
Menyusui bayi adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh ibu paska melahirkan. Hal ini
di karenakan menyusui memiliki manfaat yang sangat besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta memberikan efek positif bagi sang ibu. Dampak dari tidak menyusui
dapat menjadikan kerentanan terhadap penyakit baik pada ibu maupun bayi (Maria Pollard,
2017).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 merekomendasikan untuk
menyusui secara ekslusif dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi dan melanjutkanya untuk
waktu dua tahun atau lebih, karena ASI sangat seimbang dalam memenuhi kebutuhan bayi
yang baru lahir dan merupakan satu - satunya makanan yang dibutuhkan sampai usia enam
bulan oleh karena itu sangat dianjurkan untuk menyusu secara ondemand, artinya sesuai
Data WHO (2018) menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru
berkisar 40 %. Berdasarkan data International Baby Food Action Network (IBFAN) tahun
2014, Indonesia menduduki peringkat ke 3 terbawah dari 51 negara di dunia yang mengikuti
penilaian status kebijakan dan program pemberian makan bayi dan anak (Infant Young
Child Feeding) Cakupan ASI eksklusif di Indonesia sekitar 37,3%, angka tersebut masih
jauh di bawah rekomendasi WHO yaitu sebesar 50% (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat
ASI Eksklusif bayi < 6 bulan di Jawa Timur tahun 2021 sebesar 71,7 % Cakupan tersebut
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2020 (79,0%). Penurunan tersebut
dikarenakan adanya pandemi covid-19 yang menyebabkan jumlah sasaran yang diperiksa
menurun jumlahnya. Namun cakupan ini sudah diatas target RPJMN tahun 2020 yaitu
Jamu tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, atau campuran dari bahan keduanya. Penggunaan jamu sudah digunakan secara
yang sering di konsumsi oleh masyarakat Jawa yakni Jamu uyup – uyup (Anggraeni, et al.,
2022)
Jamu uyup – uyup atau jamu gepyokan merupakan jamu yang digunakan untuk
meningkatkan produksi ASI pada ibu yang menyusui. Bahan baku jamu uyup – uyup
bervariasi antar pembuat jamu. Namun, pada umumnya selalu menggunakan bahan dari
tanaman sekitar dan empon – empon seperti daun papaya, daun sembukan, daun meniran,
daun jambu biji serta temulawak. Cara pengolahan pada umumnya jugatidak jauh berbeda
berdasarkan aroma, warna, bentuk dan besarnya rimpang dikenal tiga jenis jahe yaitu jahe
gajah, jahe emprit dan jahe merah. Jahe mengandung atsiri dan oleoresin yakni senyawa
yang memberikan rasa pahit dan pedas. Senyawa aktif yang menghasilkan produksi ASI
senyawa aktif pada jahe adalah galaktogogue alami yang menjanjikan untuk meningkatkan
volume ASI pada ibu menyusui dan tidak memiliki efek samping (Paritakul, et al., 2016).
Hasil studi literature review menyatakan khasiat mengkonsumsi galaktogogue herbal
untuk memperlancar produksi ASI. Konsumsi Jahe dapat meningkatkan laktasi dan
mencegah kekurangan ASI tanpa efek samping. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian efektifitas penggunaan jamu tradisional berbahan dasar jahe
Glenmore.
Apakah terdapat pengaruh konsumsi jamu tradisional terhadap kelancaran produksi ASI di
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan produksi ASI pada ibu nifas yang mengkonsumsi jamu tradisional
Glenmore.
1.4.1 Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan serta
menambah wawasan bagi ibu nifas tentang penggunaan jamu tradisional bagi kelancaran
produksi ASI.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan
serta kebijakan bagi pelayanan kesehatan dalam tradisi penggunaan jamu tradisional di