Anda di halaman 1dari 70

VIABILITAS SEL FIBROBLAS GIGI AVULSI PADA MEDIA

PENYIMPANAN SUSU, SALINE FISIOLOGIS


DAN AIR KELAPA

(Systematic Literature Review)

SKRIPSI

Oleh :
VIOLITA ARI MARGITA CHRESNA
NIM : 10616091

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

VIABILITAS SEL FIBROBLAS GIGI AVULSI PADA MEDIA


PENYIMPANAN SUSU, SALINE FISIOLOGIS DAN AIR KELAPA

( Systematic Literature Review )

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Dokter


Gigi Di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri

Oleh :
VIOLITA ARI MARGITA CHRESNA
NIM: 10616091

Skripsi Telah Disetujui untuk Diuji

Pembimbing I Pembimbing II

Dzanuar Rachmawan, drg., M.Si. Rudi Irawan, drg.

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020

ii
HALAMAN PENGESAHAN

VIABILITAS SEL FIBROBLAS GIGI AVULSI PADA MEDIA


PENYIMPANAN SUSU, SALINE FISIOLOGIS DAN AIR KELAPA

( Systematic Literature Review )

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Dokter


Gigi Di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri

Oleh :
VIOLITA ARI MARGITA CHRESNA
NIM: 10616091

Telah Diuji
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Oleh Tim Penguji:

Ketua : Sahat Manampin Siahaan, drg., MMRS (……………..)

Anggota : Achmad Harijadi, drg., MS., Sp. BM (K) (……………..)

Dzanuar Rachmawan, drg., M.Si (……………...)

Rudi Irawan, drg (……….……..)

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Violita Ari Margita Chresna

NIM : 10616091

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Viabilitas


Sel Fibroblas Gigi Avulsi pada Media Penyimpanan Susu, Saline Fisiologis dan
Air Kelapa” adalah benar benar hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan yang
sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun,
dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran
isinya sesuai sikap ilmiah yang dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Kediri, 29 Februari 2020

Yang menyatakan

Violita Ari Margita Chresna

NIM 10616091

iv
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Viabilitas Sel

Fibroblas Gigi Avulsi Pada Media Penyimpanan Susu, Saline Fisiologis Dan Air

Kelapa” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Strata Satu (S1) Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Zainuddin, Apt. Selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Kediri:

2. drg. Multia Ranum Sari, M. Med. Ed. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri:

3. drg. Nikmatus M.Si, selaku Kaprodi Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu

Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri;

4. drg. Dzanuar R., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

membetikan arahan masukan, evaluasi serta koreksi selama penyusunan

skripsi;

5. drg. Rudi Irawan selaku Dosen Pembimbing Kedua yang juga telah

memberikan bimbingan dan pengarahan seta pengetahuan baru kepada

penulis;

v
6. drg. Achmad Harijadi., MS., Sp.BM (K) dan drg. Sahat Manampin S., MMRS

selaku Dosen penguji yang telah memberi saran, pengetahuan baru dan

membantu menyelesaikan skripsi;

7. Ayah, Ibu dan adik saya yang selalu memberi dukungan baik secara materiil

dan non materiil sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya dengan baik;

8. Sahabat saya Lubna Dynur Perdini yang selalu memberikan semangat, pesan

yang membangun, serta motivasi hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

9. Teman – teman skripsi bidang peminatan bedah mulut yang selalu

memberikan support dalam mengerjakan skripsi ini;

10. Semua pihak yang turut membantu dan terselesaikan skripsi ini yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu

pendidikan dan kesehatan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Kediri, Februari 2020

Penulis

vi
ABSTRAK

VIABILITAS SEL FIBROBLAS GIGI AVULSI PADA MEDIA


PENYIMPANAN SUSU, SALINE FISIOLOGIS DAN AIR KELAPA

Violita Ari Margita Chresna1, Dzanuar Rachmawan2, Rudi Irawan3

Latar Belakang: Avulsi gigi merupakan lepasnya gigi secara keseluruhan dari

soketnya. Penatalaksanaan gigi avulsi yaitu dengan cara mereplantasi gigi segera

setelah terjadi trauma. Apabila tidak segera dilakukan, gigi tersebut harus

disimpan kedalam media penyimpanan untuk menjaga viabilitas sel fibroblas

dalam ligamen periodontal tersebut sehingga replantasi gigi menjadi optimal.

Beberapa media penyimpanan untuk gigi avulsi yaitu susu, air kelapa dan saline.

Media – media tersebut dapat digunakan karena mempunyai osmolaritas yang

sesuai dengan tubuh dan rendah bakteri. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan

viabilitas sel fibroblas pada gigi avulsi dengan media penyimpanan susu, saline

fisiologis dan air kelapa. Metode: Menggunakan systematic literature review dan

didapatkan 20 jurnal yang sesuai untuk penelitian ini. Kesimpulan: Terdapat

perbedaan viabilitas sel fibroblas antara media penyimpanan susu, saline fisiologis

dan air kelapa. Dan susu merupakan media penyimpanan terbaik yang

direkomendasikan oleh International association of Dental Traumatology dan

American Academy of Pediatric Dentistry.

Kata Kunci: Gigi avulsi, sel fibroblas, media penyimpanan susu, air kelapa,

saline

vii
ABSTRACT

VIABILITY OF FIBROBLAST CELLS IN AVULSION TEETH WITH


STORAGE MEDIUM MILK, PHYSIOLOGICAL SALINE, AND
COCONUT WATER

Violita Ari Margita Chresna1, Dzanuar Rachmawan2, Rudi Irawan3

Background: Dental avulsion is the complete removal tooth from the dental

socket. Tooth avulsion must be replanted as soon as possible after trauma. If

replantation can not be done immediately, the tooth must be stored in a storage

medium to maintain the viability of fibroblast cells in the periodontal ligament.

Replantation of the tooth becomes optimal in the storage medium. Some storage

mediums for avulsion teeth are milk, physiological saline, and coconut water.

These mediums can be used because they have osmolarity that is suitable for the

body and low bacteria. Objective: To determine the differences in viability of

fibroblast cells in the storage medium milk, physiological saline, and coconut

water. Method: Using a systematic literature review and obtained 20 journals

appropriate for this study. Conclusion: There are differences in the viability of

fibroblast cells between milk, physiological saline, and coconut water, and milk is

the best storage medium recommended by the International Association of Dental

Traumatology and the American Academy of Pediatric Dentistry.

Key Words: Tooth avulsion, fibroblast cell, storage medium milk, coconut water,

saline

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
PRAKATA .......................................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5
A. Trauma Dentoalveoar .............................................................................. 5
B. Avulsi .................................................................................................... 10
C. Etiologi Gigi Avulsi .............................................................................. 11
D. Penatalaksanaan Gigi Avulsi................................................................. 12
E. Media Penyimpanan Gigi Avulsi .......................................................... 13
F. Ligamen Periodontal ............................................................................. 17
G. Sel Fibroblas ..................................................................................... ... 18
H. Mekanisme Penyembuhan Luka ........................................................... 19
BAB III KERANGKA KONSEP ..................................................................... 24
A. Kerangka Konsep .................................................................................. 24
B. Penjelasan Kerangka Konsep…………………… ................................ 25
C. Hipotesis ................................................................................................ 26

ix
BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………….27
A. Desain Penelitian …………………………………………………….27
B. Unit Analisis …………………………………………………………28
C. Sumber Data dan Prosedur Pengambilan Data ………………………29
D. Analisa Data ……………………………………………………….29
BAB V HASIL PENELITIAN ……….…………………………………...30
A. Karakteristik Sampel Penelitian ………………………………………30
B. Artikel – Artikel Jurnal Sumber Data Systematic Literature Review ..31
BAB VI PEMBAHASAN ……………………………………………………37
A. Pembahasan …………………………………………………………37
B. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………..40
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………41
A. Kesimpulan …………………………………………………………41
B. Saran …………………………………………………………………41
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….42

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Trauma pada Jaringan Keras Gigi............................... 6


Tabel 2.2 Klasifikasi pada Tulang Pendukung Gigi...................................... 7
Tabel 2.3 Kerusakan pada Jaringan Periodontal ........................................... 8
Tabel 2.4 Kerusakan pada Gingiva atau Jaringan Lunak Rongga Mulut ...... 9
Tabel 4.1 Definisi Operasional ...................................................................... 28
Tabel 5.1 Artikel – Artikel Jurnal Sumber Systematic Literature Review …… 30

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa .......................... 7
Gambar 2.2 Kerusakan pada Tulang Pendukung ............................................. 7
Gambar 2.3 Kerusakan pada Jaringan Periodontal .......................................... 8
Gambar 2.4 Gigi Avulsi pada Anterior Atas .................................................... 11
Gambar 2.5 Tripan Biru bernoda bagian histologis gigi ligamen
periodontal menunjukkan sel – sel vital dan mati....................... 19
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 24
Gambar 4.1 Sumber Data dan Prosedur Pengabilan Data ............................... 28

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma menurut American Heritage Dictionary adalah luka yang

disebabkan oleh cedera secara tiba – tiba, Sedangkan trauma menurut

National Comitte for Injury Prevention and Control merupakan kerusakan

yang disengaja atau tidak disengaja pada tubuh yang disebabkan oleh adanya

jejas sehingga mengakibatkan adanya luka terbuka. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa, trauma dentoalveolar merupakan sebuah dampak cedera

yang terjadi pada jaringan keras atau jaringan lunak gigi yang dapat terjadi

secara tiba – tiba sehingga memerlukan perhatian medis (Lam., 2016).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (2018) menunjukkan bahwa prevalensi

jumlah korban trauma di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 2013

sebanyak 8,2% kasus ke tahun 2018 sebanyak 9,2% kasus. Meningkatnya

prevalensi trauma menjadi ancaman terhadap meningkatnya trauma

dentoalveolar yang lebih signifikan (Arbi & Novita, 2016).

Avulsi gigi umumnya terjadi pada anak usia 7 – 9 tahun. Angka kejadian

avulsi sekitar 0,5% - 16% dari cedera traumatis pada gigi permanen.

Keberhasilan replantasi bergantung pada beberapa faktor, seperti media

penyimpanan yang digunakan, lamanya waktu terlepas dari soket, status

kebersihan mulut, waktu intervensi endodontik, jenis obat yang digunakan,

dan kesehatan umum pasien secara keseluruhan (Inayah & Herdiyati, 2019).

1
2

Viabilitas secara umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

kemungkinan untuk bertahan hidup. Viabilitas sel fibroblas pada gigi avulsi

menentukan keberhasilan dalam tindakan replantasi yaitu mengembalikan

kembali gigi yang telah lepas dari soketnya. Replantasi gigi avulsi dilakukan

secepatnya untuk mempertahankan integritas fungsi dan estetis gigi yang

mengalami avulsi (Fitriani et al., 2013).

Replantasi gigi avulsi harus dilakukan segera setelah terjadi suatu

kecelakaan, untuk mempertahankan integritas fungsi dan estetis gigi yang

mengalami avulsi. Jika tindakan replantasi tidak dapat dilakukan secepatnya

sebaiknya gigi yang avulsi disimpan dalam suatu media penyimpanan. Media

ini akan menjaga viabilitas sel fibroblas pada ligamen periodontal (Fitriani,

2013).

Media penyimpanan untuk gigi avulsi harus memenuhi syarat

diantaranya: rendah bakteri, mempunyai pH netral (7,2 - 7,4) dengan

osmolaritas 290 – 330 mOsm/kg. Beberapa media penyimpanan untuk

penyimpanan gigi avulsi adalah Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS),

saline fisiologis, saliva pasien, susu, propolis, viaspan, putih telur, air kelapa

dan green tea. Association of Dental Traumatology merekomendasikan HBSS

sebagai media yang paling baik digunakan untuk menyimpan gigi avulsi.

Namun, HBSS tidak tersedia secara umum di masyarakat. Selain harus

memiliki kemampuan untuk memelihara vitalitas sel ligamen periodontal,

media penyimpanan harus mudah didapat dan mempunyai harga terjangkau

(Jain et al., 2015).


3

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vineet IS Khinda (2017),

penggunaan susu pasteurisasi, air kelapa dan saline fisiologis sebagai media

penyimpanan memiliki keunggulan dalam hal kesesuaian pH dan osmolaritas

dengan sel ligamen periodontal, mengandung beberapa zat metabolit dan

glukosa yang diperlukan untuk menjaga viabilitas sel ligamen periodontal dan

mudah ditemukan di masyarakat (Fajriyany et al., 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas, HBSS sebagai media penyimpanan

terbaik yang direkomendasikan oleh Association of Dental Traumatology

tidak dapat dengan mudah ditemukan oleh masyarakat Indonesia. Untuk itu

penelitian ini dibuat untuk mengetahui media alternatif penyimpanan gigi

avulsi seperti susu, saline fisiologis dan air kelapa yang dapat menjaga

viabilitas sel fibroblas pada saat terjadi gigi avulsi.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan terhadap media penyimpanan gigi avulsi

berupa susu, saline fisiologis dan air kelapa dalam mempertahankan viabilitas

sel fibroblas gigi avulsi sebelum dilakukan replantasi.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan viabilitas sel fibroblas pada gigi avulsi dengan

media penyimpanan susu, saline fisiologis dan air kelapa.

2. Tujuan Khusus
4

Mengetahui media penyimpanan gigi avulsi terbaik diantara susu,

saline fisiologis dan air kelapa.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari ulasan artikel ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi dunia kedokteran gigi khususnya dalam bidang bedah mulut sebagai

wawasan tentang media penyimpanan gigi avulsi sebagai penunjang

keberhasilan dari replantasi gigi.

2. Manfaat Aplikatif

Praktisi dan Masyarakat dapat mengetahui media - media alternatif

yang dapat digunakan sebagai penyimpanan gigi avulsi yang mudah

diperoleh sebagai pertolongan pertama gigi avulsi sebelum dilakukan

replantasi gigi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Trauma Dentoalveolar

1. Definisi Trauma Dentoalveolar

Trauma dentoalveolar adalah suatu cedera yang mengenai gigi dan

tulang pendukung di dalamnya, yang dapat menimbulkan luka dari mulai

fraktur enamel sampai lepasnya gigi dari soket. Trauma dentoalveolar

dapat terjadi karena berbagai macam penyebab dan dapat terjadi pada

anak – anak maupun orang dewasa. Penyebab dari trauma dentoalveolar

ini diantaranya, kecelakaan lalu lintas, terjatuh, aktifitas olahraga, dan

sebagainya. Adapun faktor predisposisinya yaitu bentuk anatomi dari

orang tersebut seperti overjet yang terlalu besar, bibir tidak kompeten,

bad habits seperti tooth grinding, defisiensi vitamn D, oral cancer, dan

infeksi odontogen (Adnan et al., 2018).

2. Prevalensi Trauma Dentoalveolar

Hasil Riset Kesehatan Dasar (2018) menunjukkan bahwa prevalensi

jumlah korban trauma di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 2013

sebanyak 8,2% kasus ke tahun 2018 sebanyak 9,2% kasus. Meningkatnya

prevalensi trauma menjadi ancaman terhadap meningkatnya trauma

dentoalveolar yang lebih signifikan (Arbi & Novita, 2016).

Sakit gigi dan maloklusi serta Traumatic Dental Injury (TDI)

merupakan masalah gigi dan mulut yang sering ditemukan pada anak usia

5
6

prasekolah. Hasil studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

2011 menunjukkan angka kejadian masalah kesehatan gigi dan mulut

mengalami kenaikan yang signifikan terjadi pada anak usia 3-5 tahun

sebesar 81,2%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), anak umur 4-5 tahun

merupakan kelompok umur yang cukup banyak mengalami masalah

kesehatan gigi dan mulut dimana masing-masing 10,4% pada anak usia 1-

4 tahun serta 28,9% pada anak usia 5-9 tahun mengalami masalah

kesehatan gigi dan mulut. Meningkatnya prevalensi trauma tersebut dapat

menjadi ancaman terhadap meningkatnya trauma dentoalveolar sehingga

dibutuhkan keterampilan yang baik pada tenaga medis untuk dapat

meminimalisir konsekuensi yang serius pada hasil perawatan (Elfarisi et

al., 2018).

3. Klasifikasi Trauma Dentoalveolar

Klasifikasi trauma dentoalveolar menurut World Health

Organization (WHO) tahun 1995 pada Application of international

classification of disease to dentistry and stomatology dapat

dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 2.1 : Klasifikasi Trauma pada Jaringan Keras Gigi

Trauma Kriteria
Fraktur yang tidak menyeluruh pada
Infraksi Enamel email tanpa hilangnya substansi gigi
(dalam arah horizontal atau vertical.
Fraktur Enamel
Fraktur dengan adanya kehilangan
(Uncomplicated
substansi gigi pada email, tanpa
Fraktur
melibatkan dentin.
Mahkota)
Fraktur Fraktur dengan adanya kehilangan
Enamel-Dentin substansi pada gigi dengan melibatkan
7

(Uncomplicated enamel dan dentin, namun tidak


Fraktur melibatkan pulpa.
Mahkota)
Complicated
Fraktur yang melibatkan enamel, dentin
Fraktur
hingga terbukanya ruang pulpa.
Mahkota
Fraktur
Mahkota-Akar
tidak kompleks Fraktur enamel, dentin, sementum, tetapi
(Uncomplicated tidak melibatkan pulpa.
crown root
fractures)
Fraktu
Mahkota- Akar
Fraktur yang melibatkan email, dentin,
Kompleks
dan sementum, dan menyebabkan
(Uncomplicated
tereksposnya pulpa.
Fraktur
Mahkota Akar)
Fraktur yang melibatkan enamel, dentin,
Fraktur Akar
sementum dan pulpa dapat
(Root
disubklasifikasikan lagi menjadi apical
Fractures)
tengah dan sepertiga koronal.

Gambar 2.1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa.


8

Tabel 2.2 : Klasifikasi pada Tulang Pendukung Gigi

Trauma Kriteria
Pecah dinding
Hancur dan tertekannya soket alveolar,
soket alveolar
ditemukan pada cedera intrusive dan
mandibula atau
lateral luksasi.
maksila
Fraktur dinding
soket alveolar Fraktur terbatas pada fasial atau
mandibular atau lingual/palatal dinding soket.
maksila
Fraktur prosesus
alveolar Fraktur prosesus alveolar yang dapat
mandibular atau melibatkan soket gigi.
maksila
Fraktur
Dapat atau tidak dapat melibatkan soket
mandibular atau
gigi.
maksila

Gambar 2.2 Kerusakan pada Tulang Pendukung.


9

Tabel 2.3 : Kerusakan pada Jaringan Periodontal

Trauma Kriteria
Trauma yang mengenai jaringan
pendukung gigi yang
mengakibatkan gigi lebih sensitf
Konkusi
terhadap tekanan dan perkusi tanpa
adanya kegoyangan atau
perubahan posisi gigi.
Kegoyangan gigi tanpa disertai
Subluksasi perubahan posisi gigi akibat
trauma pada jaringan periodontal.
Pelepasan gigi sebagian keluar
Luksasi Ekstruksi soketnya. Ekstruksi gigi
menyebabkan gigi lebih panjang.
Perubahan letak gigi yang terjadi
karena pergerakan gigi kearah
Luksasi labial, palatal, lateral. Hal ini
menyebabkan fraktur atau
kerusakan pada soket tersebut.
Pergerakan gigi ke dalam tulang
alveolar, dimana dapat
Luksasi Intrusif menyebabkan kerusakan atau
fraktur soket alveolar.

Pergerakan gigi keluar soket secara


Avulsi
keseluruhan.
10

Gambar 2.3 Kerusakan pada Jaringan Periodontal.

Tabel 2.4: Kerusakan pada Gingiva atau Jaringan Lunak Rongga

Mulut

Trauma Kriteria
Suatu luka terbuka akibat benda
tajam. Luka terbuka tersebut
Laserasi
berupa terbuka jaringan epithel
dan subepitel.
Luka memar yang biasanya
disebabkan oleh pukulan benda
tumpul dan menyebabkan
Kontusio
terjadinya perdarahan pada
daerah submukosa tanpa disertai
sobeknya mukosa.
Luka pada daerah superfisial yang
disebabkan karena gesekan atau
Luka Abrasi goresan suatu benda, sehingga
permukaan terdapat perdarahan
atau lecet.
11

Klasifikasi Trauma Gigi Menurut Ellis dan Davey (1970) :

Menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat :

1. Kelas 1 : Fraktur mahkota yang hanya melibatkan jaringan enamel.

2. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan

jaringan dentin tapi belum mencapai pulpa.

3. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin

dan menyebabkan terbukanya pulpa.

4. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non

vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

5. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau

avulsi.

6. Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur

mahkota.

7. Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.

8. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma pada gigi sulung.

B. Avulsi

Avulsi merupakan keadaan trauma gigi ketika gigi terlepas dari tempatnya

(soket) secara utuh dan menghasilkan luka kompleks, serta mempengaruhi

beberapa jaringan pendukung gigi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan

melakukan replantasi. Replantasi merupakan tindakan memasukkan gigi yang

terlepas kembali pada soketnya (Inayah & Herdiyati, 2019).

Perawatan terbaik untuk kasus gigi avulsi adalah mengembalikan ke

dalam soket gigi (replantasi) segera setelah terjadinya cedera. Keberhasilan


12

replantasi sangat berhubungan dengan lamanya waktu gigi di luar mulut dan

kondisi ekstraoral sebelum replantasi. Apabila replantasi tidak dapat

dilakukan segera setelah terjadi cedera maka gigi avulsi perlu dimasukkan ke

dalam suatu media penyimpanan. Media penyimpanan ini bertujuan untuk

melindungi viabilitas sel permukaan akar (Arrizza & Firdhaus, 2010).

Golden period gigi avulsi yang ideal untuk dilakukan replantasi adalah 20

– 30 menit. Jika tidak memungkinkan, maka gigi diletakkan dalam media

penyimpanan untuk menjaga viabilitas sel fibroblas yang ada didalam

ligamen periodontal. Jika gigi avulsi tidak segera di replantasi maka akan

mengakibatkan resorbsi pada akar dan nekrosis pulpa. Hal ini membuat gigi

tidak dapat direplantasi ke dalam soket gigi (Moradian et al., 2013).

Gambar 2.4 Gigi Avulsi pada Anterior Atas (Inayah &


Herdiyati,2018).

C. Etiologi Gigi Avulsi

Avulsi pada gigi permanen umumnya terjadi karena jatuh, perkelahian,

cedera olahraga, kecelakaan mobil, dan kekerasan pada anak. Pada gigi

permanen dan gigi sulung, avulsi umumnya terjadi pada rahang atas, dan gigi
13

yang paling sering terkena adalah gigi insisif sentral rahang atas. Peningkatan

overjet dan bibir inkompeten diidentifikasi sebagai faktor predisposisi

terjadinya trauma dentoalveolar (Inayah & Herdiyati, 2019).

Sebuah studi di Swedia (2001) menunjukkan sebanyak 30% anak

mengalami trauma pada gigi sulung dan 22 % anak mengalami trauma pada

gigi tetap. Selain itu, Andreasen (2000) melaporkan prevalensi trauma gigi

yang paling banyak terjadi di Denmark adalah yang mengalami cedera

luksasi yaitu sebanyak 30% - 77% dan fraktur mahkota pada gigi anterior

yaitu sebanyak 78%. Insiden tertinggi anak yang mengalami trauma gigi

tetap yaitu terjadi pada usia 8 – 11 tahun dengan proporsi anak laki-laki

dua kali lebih banyak dari anak perempuan dan mengenai gigi anterior rahang

atas (Haryuni & Fauziah, 2018).

D. Penatalaksanaan Gigi Avulsi

Penentuan keberhasilan replantasi perlu memperhatikan beberapa hal,

yaitu gigi avulsi harus sehat tanpa karies, mahkota atau akar tidak mengalami

kepatahan, tidak ada kelainan periodontal, soket gigi avulsi tetap utuh, tidak

mengalami kelainan ortodontik, media penyimpanan harus tetap sama.

Beberapa media penyimpanan yang dapat digunakan antara lain, saliva, susu

dan larutan saline (Inayah & Herdiyati, 2019).

Prognosis dari replantasi gigi berasal dari viabilitas dari sel ligamen

periodontal pada permukaan akar, integritas sementum, dan kontaminasi

bakteri yang minimal dan tipe media penyimpanan setelah gigi avulsi.

Replantasi gigi dalam waktu 5 menit dapat memberikan keberhasilan dari sel
14

ligamen periodontal kembali ke fungsi normal. Penyimpanan selama 15 menit

pada media yang kering sel tidak bisa berdiferensiasi menjadi fibroblas dan

setelah penyimpanan lebih dari 30 menit pada media yang kering sel akan

menjadi nekrotik (Khinda et al., 2017).

Apabila gigi telah keluar dari soket alveolar lebih dari 2 jam (dan tidak di

upayakan tetap basah dengan media yang sesuai), sel-sel serabut ligamentum

tidak akan bertahan hidup sampai dimanapun stadium pertumbuhan akarnya.

Resorbsi replacement (ankilosis) kemungkinan besar akan terjadi setelah

replantasi. Oleh karena itu, upaya yang harus di lakukan sebelum replantasi

adalah perawatan akar untuk mengurangi proses resorbsi akar (Inayah &

Herdiyati, 2019).

Pada kasus gigi yang berada di luar soket lebih dari 15 jam maka perlu

dilakukan perawatan endodontik. Di awali dari ekstirpasi pulpa, pengisian

gutta percha dan endhometason, kemudian dilakukan penutupan pada saluran

akar dengan bahan GIC, zinc oxide eugenol, polycarboxylate cement, dan

MTA. MTA adalah bahan terbaik sebagai root end filling (Glickman &

Hartwell, 2008).

Fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan wiring atau orthodontic

brake. Pemakaian dianjurkan selama 7 – 14 hari, bilamana masih terdapat

kegoyangan dapat difiksasi lebih lama dan pasien disarankan untuk tidak

menggigit pada bagian itu. Untuk mencegah terjadinya infeksi dapat

dilakukan suntik tetanus dan pemberian antibiotik jika terdapat luka pada

mulut atau luka lain yang terdapat pada tubuh (Dahong & Lies, 2012).
15

E. Media Penyimpanan Gigi Avulsi

Beberapa syarat untuk media penyimpanan gigi avulsi adalah memiliki

karakteristik antimikroba, dapat menjaga viabilitas ligamen periodontal dalam

waktu yang lama, mempunya sifat klonogenik (kemampuan sel untuk terus

tumbuh dan berkembang) dan mitogenik (merangsang pembelahan sel),

mempunyai osmolaritas yang sama dengan tubuh dan pH seimbang, tidak

bereaksi dengan cairan tubuh, mengurangi resiko ankilosis atau resorbsi akar

dan memiliki waktu simpan yang baik (Hedge et al., 2019).

Beberapa contoh media penyimpanan gigi avulsi adalah sebagai berikut :

1. HBSS (Hank Balance Salt Solution)

HBSS adalah media penyimpanan gigi avulsi yang memiliki nutrisi

yang penting. HBSS ini biasanya dijual dengan nama dagang “Save-a-

tooth” dan hanya dapat diperoleh di apotik, toko obat dan farmasi. HBSS

telah teruji dapat mempertahankan viabilitas sel ligamen periodontal dan

telah dibuktikan bersifat klonogenik dan mitogenik terhadap kapasitas sel

fibroblas pada ligamen periodontal dengan penambahan banyak

metabolisme. HBSS dapat mempertahankan viabilitas sel fibroblas pada

ligamen periodontal sampai 48 jam. Gigi yang avulsi direkomendasikan

untuk diletakkan di HBSS sampai 30 menit sebelum dilakukan replantasi

(Adnan et al., 2018).

HBSS memiliki osmolaritas yang ideal yaitu 270 – 320 mOsm.

HBSS mengandung nutrien yang penting seperti kalsium, fosfat, kalium


16

dan glukosa yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme sel

yang normal untuk waktu yang lama (Arriza & Firdhaus, 2010).

Association of Dental Traumatology dan American Academy of

Pediatric Dentistry merekomendasikan HBSS sebagai media

penyimpanan gigi avulsi yang paling baik. Namun, HBSS tidak tersedia

secara umum di masyarakat. Selain harus memiliki kemampuan untuk

memelihara viabilitas sel fibroblas pada sel ligamen periodontal, media

penyimpanan harus mudah didapat dan terjangkau harganya (Khinda et

al., 2017).

2. Susu

The American Association of Endodontic menyatakan susu sebagai

solusi untuk media penyimpanan gigi avulsi, untuk menjaga viabilitas sel

fibroblas pada ligamen periodontal. Susu memiliki kriteria sebagai media

sementara gigi avulsi yaitu, susu memiliki pH fisiologis, mempunyai

kemampuan menjaga viabilitas fibroblas pada ligamen periodontal,

rendah bakteri dan umumnya tersedia di berbagai tempat (Jain et al.,

2019).

Susu yang paling baik digunakan adalah susu pasteurisasi yang segar

dan pada kondisi dingin, sehingga cukup menyulitkan untuk didapatkan.

Oleh karena itu, penggunaan susu UHT dapat menjadi solusi karena

mudah ditemukan oleh masyarakat (Fajriyany et al., 2016).

Susu dapat menjaga kelangsungan hidup, mitogenitas dan kapasitas

klonogenik sel fibroblas pada ligamen periodontal selama penyimpanan


17

hingga 24 jam pada temperatur 4ºC Susu memiliki osmolaritas sebesar

350 mOsm/L (Fajriyany et al., 2016).

Susu memiliki sifat antibakteri serta memiliki berbagai nutrisi yang

penting untuk sel. Susu juga tersedia hampir dimanapun dengan harga

yang cukup terjangkau. Susu terdiri dari ephitelial growth factor (EGF),

yang mana EGF tersebut dapat menstimulasi proliferasi sel malassez dan

mengaktifasi resorpsi tulang alveolar. Hal ini dapat berkontribusi dalam

mengisolasi jaringan tulang dari gigi dan mengurangi resiko ankilosis

(Poi et al., 2013).

Osmolaritas menyatakan jumlah partikel zat yang terlarut per liter

larutan. Sel tubuh dapat tumbuh pada kisaran 230 – 400 mOsm/L. Susu

juga memiliki kelebihan lain yaitu memenuhi kebutuhan glukosa dari

metabolisme sel. Oleh karena itu penggunaan susu ini baik untuk

penyimpanan jangka panjang yaitu tidak lebih dari 6 jam sebelum gigi di

replantasi (Fitriani et al., 2013).

3. Air Kelapa

Air kelapa terdiri dari asam amino, vitamin, protein dan mineral,

yang sangat penting untuk menutrisi sel. Air kelapa adalah media

penyimpanan yang sangat baik untuk menjaga viabilitas sel fibroblas

pada ligamen periodontal karena pH yang sesuai dengan tubuh (Moura et

al., 2015).

Air kelapa memiliki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan

glukosa dan fruktosa serta asam amino essensial seperti lisin, sisitin,
18

fenialanin, histidin, dan tryptophan. Air kelapa mudah diterima oleh

tubuh manusia dan merupakan sarana yang aman untuk rehidrasi

terutama pada pasien yang menderita defisiensi kalium (Arriza &

Firdhaus, 2010).

Air kelapa dapat digunakan sebagai media gigi avulsi dalam waktu

45 menit. Moura et al dalam Jain et al (2015) jika pH air kelapa sendiri

adalah 7.0 dapat digunakan sebagai media penyimpanan gigi avulsi

sampai 24 jam. Penemuan ini dapat digunakan dalam praktik klinis

dimana keberadaan klinis yang darurat seperti fraktur rahang yang dapat

menunda replantasi dari gigi avulsi (Jain et al., 2019).

4. Saline Fisiologis

Saline fisiologis merupakan larutan yang mengandung 0,9% NaCl

dengan osmolaritas 280 mOsm/l yang dapat digunakan sebagai media

penyimpanan gigi avulsi. Penelitian menunjukkan saline fisiologis lebih

baik digunakan sebagai media penyimpanan daripada air atau saliva,

apabila gigi harus disimpan dalam waktu lebih dari 30 menit sebelum

replantasi (Khinda et al., 2017).

Penyimpanan pada saline fisiologis tidak menyebabkan

pembengkakan struktur sel. Namun kebutuhan metabolit dan glukosa

untuk mempertahankan metabolism sel yang normal tidak dapat

terpenuhi oleh saline. Moreira-Neto et al and Pileggi et al (2002)

menemukan 55% sel fibroblas hidup setelah 4 jam disimpan dalam media

penyimpanan dan 20% mengalami kematian sel setelah 45 menit setelah


19

disimpan. Penggunaan saline fisiologis tidak direkomendasikan apabila

gigi harus disimpan lebih dari satu atau dua jam. Hal ini disebabkan

karena kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolism tidak terpenuhi

(Khinda et al., 2017).

F. Ligamen Periodontal

Ligamen periodontal merupakan bagian dari periodonsium yang terdiri

dari gingiva, ligamen periodontal, sementum, serta tulang alveolar. Ligamen

periodontal adalah jaringan ikat yang meliputi akar gigi dan menghubungkan

sementum pada akar gigi tersebut dengan tulang alveolar (Carranza et al.,

2015).

Bagian terpenting dari ligamen periodontal yang berfungsi untuk

menahan gaya kunyah adalah serat – serat (fiber). Bagian ini merupakan serat

kolagen, tersusun berkelompok, berjalan bergelombang. Bagian ujung serat

yang tertanam pada lapisan semen disebut serat sharpey. Serat – serat

periodontal terdiri dari beberapa grup, yaitu transeptal, alveolar crest,

horizontal/oblique, dan serat apical (Ardan et al., 2011).

Selain serat – serat pada ligamen periodontal, juga antara lain ada sel

fibroblas, sel endotel, sementoblas, dan osteoklas. Ligamen periodontal juga

mengandung serabut saraf sensori yang dapat memberi informasi taktil,

tekanan dan rasa sakit melalui batang saraf trigeminus (Ardan et al., 2011).

G. Sel Fibroblas

Fibroblas merupakan sel yang banyak didapat pada jaringan ikat. Sel

fibroblas terlibat secara aktif dalam pembentukan serat – serat terutama serat
20

kolagen dan matriks amorf ekstraseluler. Selain itu fibroblas menghasilkan

serat retikulan, elastin, glikosamin dan glikoprotein dari substansi interseluler

amorf. Fibroblas terlibat dalam pertumbuhan normal, proses penyembuhan

luka dan aktifitas fisiologis dari tiap jaringan dan organ dalam tubuh

(Kurniawati et al., 2015).

Fibroblas adalah sel yang paling banyak terdapat dalam jaringan ikat,

sel nya berbentuk memanjang atau gelondong atau disk flat (pipih) dan

mempunyai inti yang panjang dan ovoid. Fibroblas memiliki retikulum

endoplasma kasar yang jumlahnya banyak. Fibroblas membuat serat-serat

kolagen, retikulin, elastin, glikosaminoglikan dan glikoprotein dari substansi

intercellular amorf. Fibroblas mensekresikan molekul prokolagen dalam

matriks intersel. Polimerisasi dari prokolagen menjadi mikrofibril terjadi

diluar sitoplasma tersebut. Pada orang dewasa, fibroblas dalam jaringan ikat

jarang mengalami pembelahan. Mitosis hanya tampak bila organisme

memerlukan tambahan fibroblas (Damayanti & Wathon, 2017).

Gambar 2.5 Tripan Biru bernoda bagian histologis gigi ligamen periodontal menunjukkan sel
– sel vital dan mati (Abdallah, Alaa et al., 2017).
1. Funl Fibroblas

Fungsi fibroblas adalah mensekresi glikoprotein, glikosaminoglikan,

serta proteoglikan yaitu polisakarida yang berbentuk gel seperti pelumas


21

untuk menjaga ligamenum dan tulang rawan tetap berfungsi dengan baik.

Selain itu, fibroblas juga mempunyai kemampuan untuk memperbaiki

jaringan yang rusak dan jumlahnya akan bertambah apabila terjadi pelukaan

(Damayanti & Wathon, 2017).

H. Mekanisme Penyembuhan Luka

1. Fisiologis Penyembuhan Luka

Penyembuhan jaringan pasca terjadinya luka merupakan suatu proses

kompleks yang memiliki beberapa tahapan dan terdapat banyak faktor

yang berpengaruh di dalamnya baik faktor intrinsik maupun faktor

ekstrinsik. Tahapan penyembuhan luka terbagi menjadi 3 tipe yaitu:

a) Penyembuhan Primer

Tipe ini, tepi luka akan menyatu sempurna karena tidak ada

bagian yang hilang sehingga penyembuhan akan bergerak dari internal

ke eksternal. Pada luka ekstra oral regio fasialis, penyembuhan primer

sangat diperlukan karena akan menghindarkan terbentuknya scar yang

akan mengganggu ekstetika wajah.

b) Penyembuhan Sekunder

Tipe ini terdapat kehilangan sebagian jaringan, sehingga

penyembuhan akan dimulai dengan terbentuknya granulasi pada

dasar luka hingga ke permukaan. Kasus penyembuhan pasca

ekstraksi gigi akan mengikuti proses penyembuhan tipe ini, dimana

terdapat jaringan gigi yang hilang.


22

c) Penyembuhan tersier

Tipe ini merupakan penyembuhan luka yang terganggu oleh

karena adanya infeksi atau gangguan penyembuhan karena faktor

lain, penyembuhan akan berjalan lambat dan lama, bahkan terkadang

perlu adanya intervensi bedah untuk melakukan penutupan luka.

Tipe penyembuhan luka yang sekunder dan tersier memiliki resiko

terjadinya infeksi lebih besar dibandingkan dengan tipe

penyembuhan primer. Hal ini yang memicu berbagai penelitian

untuk mendapatkan terapi penunjang agar mempercepat proses

penyembuhan.

Proses penyembuhan luka akibat jejas akan melalui beberapa

fase. Rangkaian fase penyembuhan luka diawali dengan proses

hemostasis, dilanjutkan inflamasi dan proliferasi kemudian diakhiri

dengan remodeling. Tahapan penyembuhan merupakan rangkaian

yang saling tumpang tindih, yaitu memulai proses tanpa menunggu

proses sebelumnya selesai (Mardiyantoro F, 2018).

b. Fase Hemostasis

Fase hemostasis adalah proses respon vakuler pada daerah yang

mengalami luka. Saat terjadi luka di jaringan, maka sel endotel pada

pembuluh darah akan mengalami kerusakan. Kerusakan yang paling ringan

adalah gangguan pada pembuluh darah kapiler yang ada di permukaan

superfisial. Keluarnya darah dari vaskuler tersebut akan mengawali

mekanisme hemostasis dengan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah di


23

daerah perifer dan mulai terjadi proses pembekuan darah atau coagulation

cascade.

Pendarahan akibat luka operasi atau karena jejas trauma akan melalui

proses pembekuan sehingga darah tidak terus keluar, dimana prosesnya

sudah dijelaskan diatas. Setelah mekanisme koagulasi berjalan dengan baik

maka proses berikutnya adalah inflamasi di daerah jejas (Mardiyantoro F,

2018).

c. Fase Inflamasi

Proses inflamasi merupakan bentuk pertahanan jaringan terhadap suatu

jejas yang melibatkan fungsi darah dan pembuluh darah, saraf, limfe,

cairan interstisial serta sel-sel disekitar daerah jejas. Mekanisme

keradangan akan menghambat mikroorganisme penyebab infeksi dan

menginisiasi proses perbaikan jaringan yang rusak. Pada kondisi normal,

inflamasi terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-3 setelah terjadi luka.

Tanda-tanda klinis keradangan atau disebut juga sebagai cardinal

symptom yaitu berupa: tumor (pembengkakan), rubor (warna kemerahan),

kalor (rasa panas dan kemerahan terjadi bersamaan), dolor (rasa sakit

akibar radang), dan fungsiolaesa (gangguan fungsi dari jaringan yang

terkena inflamasi). Kondisi inflamasi yang disertai dengan invasi bakteri

akan memunculkan infeksi. Infeksi ialah masuknya sejumlah

mikroorganisme patogen pada daerah jejas yang terbuka sehingga akan

menghambat proses penyembuhan luka.


24

Selama proses inflamasi, akan terjadi vasodilatasi, dimana diameter

pembuluh darah akan melebar menyebabkan peningkatan aliran darah di

sekitar luka. Perubahan struktur sel endotel pada kapiler yang

menyebabkan protein plasma dan leukosit keluar dari pembuluh darah.

Selanjutnya akan terjadinya agregasi leukosit di daerah jejas sehingga

cairan yang kaya protein serta leukosit akan berkumpul di daerah

ekstravaskuler, hal ini yang menyebabkan terjadinya edema dan eritema

pada lokasi jejas tersebut. Kondisi tersebut disebut sebagai inflamasi akut

yang terjadi 24 jam hingga 36 jam pasca terjadinya jejas.

Pada saat terjadi luka, maka secara spesifik neutrofil akan bergerak

keluar dari kapiler pembuluh darah, yang di aktivasi oleh sitokin

proinflamasi seperti IL-1, TNF-a (tumor necrosis factor alpha) dan IFN-y

(interferon gamma) di daerah jejas. Kemudian setelah 48 jam dari

terjadinya jejas, monosit akan migrasi ke area lesi dan berdeferensiasi

menjadi makrofag yang akan berperan melakukan fagositosis di area

jejas. Makrofag juga akan melepaskan growth factors seperti PBGF dan

Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang akan memicu

pembentukan jaringan baru. Pada fase inflamasi juga terjadi aktivasi dari

sel-sel imun seperti mastocytes, gamma delta cells dan Langehans cells

yang akan menyekresikan kemokin dan sitokin.

Sel inflamasi mempunyai fungsi penting untuk melepaskan enzim

lisosom dan reactive oxygen species (ROS) yang membantu

membersihkan jaringan nekrosis, bakteri yang mati dan debris. Hasil


25

akhir dari inflamasi akut ini dapat berupa resolusi jaringan, penggantian

dengan jaringan parut (fibrosis) atau berlanjut menjadi inflamasi kronis.

Inflamasi kronis merupakan proses yang terjadi sejak awal karena jejas

yang persisten, dapat disebabkan juga oleh infeksi bakteri atau virus dan

juga disebabkan oleh penyakit autoimun. Pada inflamasi kronis terjadi

infiltrasi sel mononuklear seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma.

Inflamasi sebagai respon awal terhadap jejas dapat disertai dengan

komplikasi sistemik. Secara klinis, gejala inflamasi dengan komplikasi

berupa demam, malaise, anoreksia, laju endap darah (LED) yang

meningkat, leukositosis, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis

(Mardiyantoro F, 2018).

d. Fase Proliferasi

Tahapan proliferasi jaringan luka terjadi saling tumpang tindih dengan

fase inflamasi. Pada saat proses inflamasi akan selesai, maka proses

proliferasi baru dimulai. Fase proliferasi ini bertujuan mengurangi area lesi

dengan membentuk penghalang epitel untuk mengaktifkan keratinosit.

Selama fase proliferasi akan terjadi angiogenesis, proliferasi epitel, migrasi

fibroblas serta pembentukan jaringan granulasi. Perjalanan proliferasi

jaringan rata-rata akan berlangsung 2 sampai 4 minggu.

Setelah terjadi jejas, beberapa jam kemudian dimulai proses

reepitelisasi. Sel epidermal yang berada di tepi luka mengalami perubahan

fenotipik yang ditandai dengan mulai bermigrasi ke dalam daerah luka.

Migrasi sel epidermis menembus di bawah bekuan fibrin melintasi luka,


26

memisahkan scar yang kering dari jaringan yang sehat. Tahapan lain yang

berjalan adalah proses angiogenesis. Pada proses tersebut akan terjadi

proliferasi endotelial selular, penataan kembali membran basalis, dan

pengerahan sel-sel perivaskular. Pembuluh darah yang rusak akan mulai

digantikan dengan pembuluh darah baru yang diawali pembentukan

pembuluh darah kapiler. Pembuluh kapiler tersebut akan mengangkut

oksigen, nutrisi dan sebagai transport cairan. Stabilitas pembuluh darah baru

yang terbentuk tergantung juga oleh deposisi matriks pembentuk sel

endotelial.

Jaringan granulasi dimulai sekitar 4 hari setelah terjadi jejas. Pada

proses granulasi ini terjadi tahapan peningkatan proliferasi fibroblas dan

biosintesis kolagen yang akan membentuk: kerangka jaringan. Rangsangan

awal untuk proliferasi dan migrasi sel epidermis akan melibatkan EGF,

TGF-α, IL-1 dan TNF-α, yang dilepaskan oleh platelet atau makrofag aktif.

Faktor pertumbuhan keratinosit (KGFs) dan IL-6 yang dilepaskan oleh

fibroblas berperan dalam menarik keratinosit sekitar bermigrasi,

berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi epitel.

Migrasi fibroblas terjadi 2-4 hari setelah cidera. Fibroblas tertarik pada

daerah luka oleh sejumlah faktor, seperti PDGF dan TGF-β, dan

mendominasi populasi sel luka diminggu pertama. Di daerah luka fibroblas

berkembang biak dan menghasilkan beberapa molekul struktural, termasuk

fibrin, fibronektin, glyrosominoglyeans (GAGs), kemudian diikuti oleh

kolagen bersama-sama, komponen-komponen ini membangun matriks


27

sementara fibrin, yang berkontruksi terhadap pembentukan jaringan

granulasi.

Pembentukan jaringan granulasi dimulai 3-5 hari setelah cedera dan

ditandai dengan terjadinya angiogenesis. Banyak faktor angiogenik yang

disekersi selama hemostatik fase, seperti FGF, VEGF, TGF-β, dan PDGF

mendukung proses angiogenesis. Dengan akumulasi kolagen, angiogenesis

berhenti dan desitasnya jaringan mikrovaskuler berkurang. Bila homeostasis

antara sintesis kolagen dan degradasi tercapainya, remodeling jaringan

dimulai (Mardiyantoro F, 2018).

e. Fase Remodeling

Fase remodeling jaringan adalah tahap terakhir penyembuhan luka.

Fase ini dimulai satu minggu setelah cedra dan berlangsung lebih dari satu

tahun atau lebih. Peran utama fase ini adalah pengendapan kolagen dalam

jaringan yang terorganisir. Selama fase ini, sel-sel makrofag, sel endotel,

fibroblas, dan myofibroblas mengalami apoptosis atau keluar dari area luka.

Sel-sel tersebut meninggalkan massa yang terdiri sebagian besar kolagen

dan protein matriks lainnya. Kolagen selanjutnya berkembang cepat menjadi

faktor utama yang membentuk matriks. Pada awalnya serabut kolagen

terdistribusi secara acak membentuk persilangan dan beragregasi

membentuk serabut fibril yang secara perlahan menyebabkan penyembuhan

jaringan dan meningkatkan kekakuan serta kekuatan ketegangan luka

(Mardiyantoro F, 2018).
28

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Trauma Dentoalveolar

Avulsi

Media Penyimpanan Gigi

Avulsi

Susu Air Kelapa Saline Fisiologis HBSS

Hijau

Memiliki zat metabolis serta memiliki pH dan


osmolaritas sesuai dengan tubuh

Gigi disimpan dalam media penyimpanan dengan variasi


waktu

Viabilitas sel fibroblas pada ligamen periodontal


meningkat

Replantasi gigi optimal

Keterangan :

= Diteliti

= Diteliti = Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


29

B. Penjelasan Kerangka Konsep

Trauma dentoalveolar adalah trauma yang mengenai gigi dan jaringan

pendukung gigi pada maksila dan mandibular. Trauma dentoalveolar ini dapat

terjadi di segala usia dari anak – anak hingga orang dewasa. Salah satu akibat

terjadinya trauma dentoalveolar adalah avulsi. Avulsi adalah lepasnya gigi

dari soketnya. Gigi yang mengalami avulsi dapat dilakukan replantasi ulang

dan idealnya gigi avulsi harus disimpan di dalam media penyimpanan untuk

menjaga vitalitas sel fibroblas (Zaleckiene et al., 2014).

Media penyimpanan gigi avulsi harus memiliki syarat diantaranya harus

bersifat klonogenik, memiliki zat metabolit dan glukosa yang berfungsi

sebagai fisiologis sel ligamen periodontal, tidak memiliki kontaminasi

mikroba, memiliki pH dan osmolaritas mirip dengan tubuh, ketersediaan

tinggi, mudah ditemukan dan rendah biaya (Jain et al., 2015).

Salah satu contoh dari media penyimpanan gigi avulsi paling baik

adalah HBSS (Hank Balanced Salt Solution), namun ketersediaannya sangat

sulit ditemukan di masyarakat, sedangkan terjadinya trauma sendiri dapat

terjadi dimana saja seperti di sekolah, di jalan, dan lain – lain. Oleh sebab itu,

dicari media alternatif lain selain HBSS seperti susu, air kelapa, dan saline

fisiologis. Media penyimpanan ini dapat menjaga viabilitas dari sel fibroblas.

Selain itu media tersebut dapat dengan mudah di dapatkan sehingga

diharapkan kesembuhan paska replantasi gigi avulsi menjadi ideal (Fajriyany

et al., 2016).
30

C. Hipotesis

Ada perbedaan pada media penyimpanan gigi avulsi berupa susu, saline

fisiologis dan air kelapa dalam mempertahankan viabilitas sel fibroblas pada

ligamen periodontal.
31
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian kualitatif adalah suatu cara untuk mengetahui dimana

seseorang peneliti mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menginterpretasi

informasi yang diperoleh dari manusia dengan metode obesrvasi atau

wawancara secara mendalam. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif

dengan menggunakan metode Systematic literature review dimana penelitian

ini bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai suatu fenomena

dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang diteliti. Systematic literature

review yaitu penelitian yang bertujuan untuk mereview penelitian – penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Dalam metode SLR

peneliti melakukan identifikasi, menilai dan menginterpretasikan semua fakta

dan data penelitian yang tersedia untuk menjawab pertanyaan penelitian

tertentu (Sugiyono, 2016).

B. Unit Analisis

Media penyimpanan gigi avulsi merupakan media tempat gigi avulsi

disimpan apabila replantasi tidak dapat segera dilakukan.

Viabilitas sel fibroblas pada gigi avulsi adalah kemampuan sel fibroblas

yang dapat hidup setelah disimpan dalam media penyimpanan gigi avulsi.

32
33

C. Sumber Data dan Prosedur Pengambilan Data

Pencarian literature
Basic Data : PubMed dan Google Scholar / Google
Cendekia

Hasil Pencarian
N = 116
Jurnal yang tidak dapat
diakses
N=5

Hasil yang dapat diproses


N = 111

Jurnal disaring dengan melihat keseluruhan


teks

Jurnal yang relevan dengan penelitian


N = 20

Gambar 4.1 Sumber Data dan Prosedur Pengabilan Data

Studi literatur ini dimulai dengan menggunakan kata kunci pada 2 basis

data yaitu PubMed dan Google Cendekia / Google Scholar. Pencarian

dibatasi untuk jurnal yang diterbitkan pada tahun 2010 – 2020. Jurnal yang

didapatkan berjumlah 116 jurnal. Kriteria jurnal yang digunakan adalah

jurnal dengan standar ISSN.

Kriteria penelitian yang digunakan dibagi menjadi 2 macam yaitu

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi terdiri atas jurnal dengan

isi jurnal yang membahas tentang media penyimpanan gigi avulsi dengan

menggunakan susu, saline dan air kelapa. Kriteria eksklusi terdiri atas jurnal
34

dengan metode penelitian menggunakan studi pustaka. Setelah itu dilakukan

observasi dengan membaca jurnal secara keseluruhan dan didapatkan hasil 20

jurnal yang relevan untuk digunakan dalam studi ini.

D. Analisa Data

Analisa data dengan pendekatan systematic literature review dilakukan

dengan mensintesa fakta yang ditemukan pada sumber referensi, dan

disajikan dalam bentuk deskriptif atau narasi. Analisa data dilakukan dengan

cara mencari sumber data berupa jurnal di web pencarian PubMed dan

Google Cendekia / Google Scholar yang didapatkan sebanyak 116 jurnal.

Langkah selanjutnya yaitu dengan menyeleksi jurnal – jurnal tersebut sesuai

dengan kriteria penelitian pada skripsi ini sehingga didapatkan 20 jurnal yang

sesuai untuk selanjutnya dilakukan analisis terhadap jurnal tersebut dengan

cara membaca keseluruhan jurnal tersebut. Data yang diperoleh kemudian

dikelompokkan, dianalisis dan dibuat pembahasan sehingga dapat ditarik

kesimpulan.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Artikel – Artikel Jurnal Sumber Data Systematic Literature Review

Dari total 116 jurnal yang ditemukan pada mesin pencarian PubMed

dan Google Cendekia / Google Scholar ditemukan 20 jurnal yang relevan

dengan kriteria inklusi terdiri atas jurnal dengan isi jurnal yang membahas

tentang media penyimpanan gigi avulsi dengan menggunakan susu, saline

dan air kelapa. Kriteria eksklusi terdiri atas jurnal dengan metode penelitian

menggunakan studi pustaka.

Tabel 5.2 Artikel – Artikel Jurnal Sumber Systematic Literature Review

Metode dan
Penulis, Analisa
Tujuan Sampel Variabel Waktu Hasil
Tahun, Judul Data
Simpan
Tujuan
Fajriyany, F. R., penelitian ini
Susu UHT
Harijadi, A., & adalah untuk Uji
lebih efektif
Kamadjaja, D. mengetahui Normalitas
daripada air
B. (2016). media Post test only Kolmogorov
Air kelapa
penyimpanan control group Smirnov, Uji
Mineral, kemasan untuk
Perbandingan terbaik gigi design Homogenita
27 gigi Susu menjadi media
Efektifitas Air avulsi dengan s dengan
marmut UHT, Air alternatif
Kelapa menggunakan air Waktu Simpan Levene Test,
Kelapa penyimpanan
Kemasan dan kelapa kemasan : 30, 60, 240 Uji
Kemasan gigi avulsi
Susu UHT dan susu UHT Menit Signifikansi
pada periode
sebagai Media yang dapat dengan Uji
30 – 240
Penympanan dengan medah Annova
menit.
Gigi Avulsi ditemukan di
masyarakat.

35
36

Hegde, S. K.,
Susu adalah
Bhat, S. S., Tujuan
media
Sargod, S. S., penelitian ini
penyimpanan
Rao, A., & yaitu untuk 30 gigi
Eksperimental gigi avulsi
Hegde, N. mengetahui premolar
Saline, Laboratoris terbaik jika
(2016). efisiensi yang
Susu, dan Student’s t- dibandingkan
penggunaan GC diekstraksi
GC Tooth Waktu test dengan GC
GC Tooth Tooth Mousse untuk
Mousse Simpan: 30 Tooth Mousse
Mousse Plus: A Plus yang keperluan
dan 60 menit Plus dan
Potential dibandingkan orthodontic
Saline dalam
Storage Media dengan susu dan
durasi 30
for Avulsed saline
menit.
Teeth
Air kelapa
dapat menjaga
viabilitas sel
lebih banyak
dibandingkan
susu dan saline
D’Costa, V. F., dalam waktu
Bangera, M. K., 45 menit. Air
Tujuan
Kini, S., Kutty, kelapa dapat
penelitian ini
S. M., & digunakan
adalah untuk
Ragher, M. pada Negara
menelitia
(2017). 40 gigi tropis karena
perbedaan tiga Uji Annova
premolar Eksperimental mudah
media Air dan
An in vitro yang Laboratoris ditemukan,
penyimpanan kelapa, Newman-
Comparison of diekstraksi sedangkan
yaitu air kelapa, Saline, Keuls Post
Coconut Water, untuk Waktu simpan: Negara yang
saline dan saline dan Susu Hoc
Milk, and keperluan 45 menit tidak beriklim
dalam menjaga Procedure
Saline in orthodontik. tropis dapat
viabilitas sel
Maintaining menggunakan
fibroblas dalam
Periodontal susu. Jika
ligamen
Ligamen Cell tidak tersedia
periodontal.
Viability keduanya,
saline dapat
digunakan
daripada
disimpan
dalam kondisi
kering.

Sharma, M., Tujuan Penggunaan


Sharma, S., penelitian ini aloe vera dapat
Reddy, Y. G., untuk menjaga
Mittal, R., mengetahui 45 gigi tidak viabilitas sel
Eksperimental
Agarwal, V., perbedaan tiga caries yang lebih tinggi
Aloe vera, Laboratoris Uji Annova
Singh, C., & media diekstraksi dibandingkan
Susu dan dan Tukey
Singh, A. penyimpanan untuk susu dan putih
Putih telur Waktu simpan: HSD
(2015). aloe vera, susu keperluan telur dalam
30 menit
dan putih telur orthodontik waktu 30
Evaluation of dalam menjaga menit. Namun
Periodontal viabilitas perlu
Ligamen Cell ligamen dilakukan
37

Viability in periodontal studi lagi agar


Three Different aloe vera dapat
Storage Media: dengan mudah
An in Vitro ditemukan di
Study masyarakat.
Uji non
Caglar, E., Tujuan dari Penggunaan
parametric
Sandalli, N., penelitian ini Positif HBSS dan
dengan
Kuscu, O. O., adalah untuk control, Saline dapat
menggunaka
Durhan, M. A., mengevaluasi 36 gigi negative menjaga
n uji Annova
Pisiriciler, R., jumlah sel premolar 2 control, Eksperimental viabilitas sel
lalu di
Ak Calıskan, ligamen yang HBSS, Laboratoris lebih tinggi
lengkapi
E., & Kargul, periodontal yang diekstraksi Saline, dibandingkan
dengan Uji
B. (2010). layak dari gigi untuk Larutan Waktu simpan: dengan larutan
Kruskall
avulsi yang keperluan Lactobacil 30 menit Lactobacillus
Wallis dan
Viability of diletakkan dalam orthodontik lus reuteri dan
Dunn’s
Fibroblast in a HBSS, saline, reuteri, susu dalam
Multiple
Novel Probiotic larutan probiotik dan Susu waktu 30
Comparison
Storage Media dan susu menit.
s Test
Sanghavi, T.,
Shah, N.,
Parekh, V., &
Singbal, K.
Tujuan dari
(2013).
penelitian ini
Penggunaan
adalah untuk
Evaluation and Air air kelapa
mengevaluasi 40 gigi
comparison of kelapa, Analisis dapat menjaga
perbandingan premolar Eksperimental
efficacy of three Propolis varians viabilitas sel
media yang Laboratoris
different 50%, dan dengan lebih tinggi
penyimpanan diekstraksi
storage media, Oral menggunaka daripada
gigi avulsi dalam untuk Waktu simpan:
coconut water, Rehydrati n post hoc propolis dan
media air kelapa, keperluan 30 menit
propolis, and on test ORS dalam
propolis 50% orthodontik.
oral Solution kurun waktu
dan Oral
rehydration 30 menit.
Rehydration
solution, in
Solution
maintaining the
viability of
periodontal
ligamen cells
Kokkali, V. V.,
Bendgude, V., Tujuan Susu
& Sharangpani, penelitian ini merupakan
G. (2017). adalah untuk media
mengevaluasi Susu sapi, Eksperimental penyimpanan
55 gigi
Comparative potensi susu, air Air Laboratoris gigi avulsi
premolar
Evaluation of kelapa dan kelapa, SPSS terbaik diikuti
dengan apeks
Post-Traumatic buttermilk dalam dan Waktu simpan: dengan air
tertutup
Periodontal mempertahankan Buttermilk 30 menit kelapa dalam
Ligamen Cell viabilitas sel waktu simpan
Viability Using ligamen selama 30
Three Storage periodontal. menit.
Media
Fitriani, Delvi, Tujuan dari Sel fibroblas Susu UHT Eksperimental Uji Shapiro Susu UHT
Endang penelitian ini yang dengan Laboratoris Wilk dan Uji dengan perasa
Asmaningsih, adalah untuk didapatkan perasa dan One Way dan pewarna
38

and Muhammad mengetahui dari pig pewarna, Waktu simpan: Annova merupakan
Luqman perbedaan tiga kidney yang Susu UHT 3 jam media simpan
Rahardian macam susu dikultur tanpa rasa gigi avulsi
(2013). UHT untuk kemudian dan paling efektif
menjaga diinkubasi pewarna dalam
Viabilitas viabilitas sel dan susu mempertahank
Kultur Sel fibroblas gigi UHT an viabilitas
Fibroblas pada avulsi. tanpa sel fibroblas
Tiga Macam merk secara in vitro.
Susu Sapi UHT
Sebagai Media
Simpan Gigi
Avulsi (In Vitro)
Moura, C. C. Susu
G., Soares, P. rendah
B. F., de Paula Tujuan lemak
Reis, M. V., penelitian ini (Skim
Fernandes Neto, adalah untuk Milk),
A. J., Zanetta menyelidiki Susu UHT
Barbosa, D., & kemampuan air tidak Penggunaan
Soares, C. J. kelapa dengan rendah susu kedelai
(2014). pH yang telah lemak Eksperimental dan air kelapa
disesuaikan dan 52 gigi (Whole Laboratoris Uji Annova dapat menjaga
Potential of susu kedelai premolar Milk), dan Tukey viabilitas sel
Coconut Water untuk anjing Susu Waktu simpan: HSD fibroblas
and Soy Milk mempertahankan kedelai, 24 jam paling tinggi
for Use as viabilitas sel – Air dalam waktu
Storage Media sel ligamen kelapa, 24 jam.
to Preserve the periodontal HBSS,
Viability of dengan waktu Positif
Periodontal simpan pendek control
Ligamen cells: dan panjang. dan
an in vitro Negatif
Study control
Penggunaan
Tujuan aloe vera dapat
penelitian ini menjaga
Moazzami, F., adalah untuk viabilitas sel
Aloe vera,
Asheghi, B., & menilai lidah sebesar 98%
Susu
Sahebi, S. buaya sebagai dalam waktu
kedelai,
(2017). media Eksperimental 30 menit
HBSS, Uji One
penyimpanan 21 gigi Laboratoris media ini lebih
Susu, Way Annova
Effect of Four baru dalam premolar tinggi
Positif dan Tukey
Different Media mempertahankan anjing Waktu simpan: dibandingkan
control HSD
on Periodontal viabilitas sel gigi 30 menit dengan susu
dan
Ligamen Cells dan yang hanya
negative
Viability of Dry dibandingkan dapat
control
– Stored Teeth dengan susu menyimpan
kedelai, HBSS sekitar 65%
dan susu dalam waktu
30 menit.
39

Penggunaan
Bharath, M. J.,
saline sebagai
Sahadev, C. K.,
media
Ramachandra, Tujuan
penyimpanan
P. K. M., penelitian ini
gigi avulsi
Rudranaik, S., yaitu untuk
dapat menjaga
George, J., & membandingkan
96 sel kultur viabilitas sel
Thomas, A. empat media
dari gigi HBSS. Eksperimental dalam waktu
(2015). penyimpanan
premolar Air Laboratoris 15 – 90 menit
eksperimental Uji Annova
yang telah di kelapa, penggunaan
Comparative (HBSS, saline, dan MTT
ekstraksi Saline dan Waktu simpan: media
Evaluation of air kelapa dan assay
untuk Ekstrak 15, 30, 60, 90 penyimpanan
Four Transport ekstrak green
keperluan green tea menit dengan saline
Media for tea) untuk
orthodontik lebih tinggi
Maintaining menjaga
dibandingkan
Cell viabilitas dari
dengan
Transportation ligament
penggunaan
of an Avulsed periodontal.
ekstrak green
Tooth – An in
tea dan air
vitro Study
kelapa.
Efisiensi
penggunaan
ekstrak green
Tujuan dari
Hwang, J. Y., tea hampir
penelitian ini
Choi, S. C., sama dengan
adalah untuk Kultur sel
Park, J. H., & Eksperimental penggunaan
mengetahui ligamen HBSS,
Kang, S. W. Laboratoris HBSS namun
Ekstrak green periodontal Air Kran,
(2011). tidak lebih
tea sebagai yang Susu,
Waktu simpan: baik daripada
media didapatkan Green Tea SPSS
The Use of 60 menit, 180 susu. Tetapi,
penyimpanan dari gigi dan Green
Green Tea menit, 360 ekstrak green
gigi avulsi dalam premolar Tea
Extract as a menit, 720 tea masih
menjaga yang telah di Extract
Storage menit, 24 jam dapat
viabilitas sel ekstraksi
Medium for The digunakan
ligamen
Avulsed Tooth apabila
periodontal.
ketersediaan
HBSS sulit
didapatkan.
Ahangari, Z.,
Alborzi, S., Tujuan dari
Propolis dapa
Yadegari, Z., penelitian ini Putih
digunakan
Dehghani, F., adalah untuk Telur,
sebagai media
Ahangari, L., & membandingkan Susu,
60 gigi penyimpanan
Naseri, M. propolis 50%, HBSS,
anterior terhadap gigi
(2013). propolis 10%, Propolis Eksperimental
dengan satu avulsi. Namun
HBSS, susu dan 50%, Laboratoris Uji Annova
akar yang diperlukan
The Effect of putih telur dalam Propolis dan Tukey
diekstraksi adanya
Propolis as a menjaga 10%, Waktu simpan: HSD
untuk penelitian lagi
Biological viabilitas sel Positif 60, 180 menit
keperluan untuk
Storage Media ligamen control
prosthodontik memproduksi
on Periodontal periodontal dan
formulasi
Ligamen Cell dalam periode Negatif
standart untuk
Survival in an waktu yang control
propolis.
Avulsed Tooth : berbeda
An in vitro
40

study
Kapasitas
media
penyimpanan
gigi avulsi
dalam menjaga
viabilitas sel
Moreira‐Neto, Tujuan dari
fibroblas
J. J. S., penelitian ini
Air adalah sebagai
Gondim, J. O., yaitu untuk
mineral, berikut,
Raddi, M. S. G., mengevaluasi
Kultur sel Air dimana susu
& Pansani, C. efektifitas media Eksperimental
fibroblas kelapa, dapat menjaga
A. (2010). penyimpanan Laboratoris
yang diambil Saline, lebih baik
untuk gigi avulsi Uji Annova
dari cairan Air kelapa dibandingkan
Viability of berupa air kelapa Waktu simpan:
synovial dengan saline.
Human dalam menjaga 4 jam
sendi lutut sodium Sedangkan, air
Fibroblast in viabilitas sel
karbonat kelapa dengan
Coconut Water fibroblas dalam
dan Susu sodium
as a Storage ligamen
bikarbonat
Medium periodontal
dapat menjaga
lebih baik
dibandingkan
air kelapa
biasa dan air
mineral.
Susu kedelai
Silva, E. J. N.
dapat menjaga
L., Rollemberg,
viabilitas sel
C. B.,
Tujuan dari fibroblas
Coutinho-Filho, Air
penelitian ini hampir sama
T. S., Krebs, R. kelapa,
yaitu untuk Eksperimental Uji Annova dengan HBSS
L., & Zaia, A. air, susu,
mengevaluasi Laboratoris dan Uji dan susu. Jadi
A. (2012). Kultur sel di susu
efektifitas media Tukey dapat
DMEM dan kedelai,
penyimpanan Waktu simpan: Multiple disimpulkan
Use of Soymilk air gatorate,
gigi avulsi susu 2, 12 dan 24 Comparison bahwa susu
as a Storage egg white,
kedelai dengan jam Test. kedelai dapat
Medium for DMEN,
media simpan menjadi
Avulsed Teeth. dan HBSS
lain alternative
Acta
media
Odontologica
penyimpanan
Scandinavica,
gigi avulsi.
41

Yogurt dapat
Esber, C.,
digunakan
Sertac, P.,
sebagai media
MUyEsser ahu,
Uji penyimpanan
D., Pınar, K., Tujuan dari
Nonparamet gigi avulsi
OZgur önder, penelitian ini
ric Annova didasarkan
K., Rabia, P., untuk 36 gigi
dan pada nilai
Nuket, S. mengetahui manusia yang Eksperimental
Yogurt, disempurnak viabilitas yang
(2015). potensial yogurt baru dicabut laboratoris
HBSS, an dengan tinggi, namun
sebagai media yang
saline, dan Kruskall diperlukan
A Quantitative penyimpanan memiliki satu Waktu simpan:
susu Wallis dan penelitian
Analysis of a gigi avulsi yang akar dan 8 jam
Dunn’s yang lebih
Probiotic di bandingkan apeks tertutup
Multiple lanjut untuk
Storage Media dengan HBSS,
Comparisso menjadikan
for Avulsed susu dan saline
n Test yogurt sebagai
Teeth. Acta
media
Stomatologica
penyimpanan
Croatica
gigi avulsi.

Nabavizadeh,
M.,
Eksperimental
Abbaszadegan,
laboratoris
A.,
Tujuan dari Dalam
Khodabakhsi,
penelitian ini Waktu penelitian ini
A., Ahzan, S., Castor oil,
adalah untuk Simpan: minyak jarak
& Mehrabani, HBSS,
membandingkan 40 gigi disimpan tidak dapat
D. (2018). Susu,
kapasitas minyak manusia yang dalam keadaan dijadikan
positif Uji Kruskal
jarak sebagai dicabut untuk kering selama media
Efficiency of kontrol Wallis
media keperluan 30 menit penyipanan
Castor Oil as a dan
penyimpanan prostodontik kemudian yang ideal
Storage negatif
baru gigi avulsi disimpan untuk
Medium for control
dengan HBSS dalam media menyimpan
Avulsed Teeth
dan susu penyimpanan gigi avulsi.
in Maintaining
selama 45
the Viability of
menit
Periodontal
Ligament Cells.
Tujuan dari
Sharma, M. penelitian ini Tidak terdapat
(2016). yaitu untuk perbedaan
45 gigi
membandingkan Eksperimental yang
premolar
In Vitro viabilitas sel Susu, air laboratoris signifikan
yang dicabut
Periodontal fibroblas gigi beras, dan SPSS pada media
untuk
Ligament Cell avulsi yang putih telur Waktu simpan: penyimpanan
keperluan
Viability in disimpan dalam 30 menit susu, putih
ortodontik
Different media telur dan air
Storage Media. penyimpanan beras.
yang berbeda
42

Ahangari, Z.,
Alborzi, S.,
Yadegari, Z.,
Dehghani, F., Putih
Ahangari, L., & telur,
Tujuan dari Berdasarkan
Naseri, M. susu,
penelitian ini nilai viabilitas
(2013). HBSS,
adalah untuk 60 gigi Eksperimental Uji Annova sel, propolis
propolis
membandingkan anterior yang laboratoris dan dapat
The effect of 50% dan
viabilitas sel dicabut untuk disempurnak direkomendasi
propolis as a 10%,
fibroblas keperluan Waktu simpan: an dengan kan sebagai
biological postif
menggunakan prostodontik 12 jam Tukey HSD media
storage media kontrol
susu dan putih penyimpanan
on periodontal dan
telur. gigi avulsi.
ligament cell negatif
survival in an kontrol
avulsed tooth:
an in vitro
study.
HBSS adalah
media
Tujuan dari
penyimpanan
penelitian ini
Navit, S. paling efektif.
yaitu untuk
(2017). Namun, karena
membandingkan
Eksperimental ketersediaan di
efisiensi media 58 gigi HBSS, air
Nature’s laboratoris masyarakat
penyimpanan premolar kelapa,
Benefaction as SPSS tidak ada,
gigi avulsi yang yang telah aloe vera
a Life Saver for Waktu simpan maka media
berbeda untuk dicabut dan saline
an Avulsed 30 menit penyimpanan
menjaga
Tooth: An In tersebut dapat
viabilitas sel
vitro Study. diganti dengan
fibroblas pada
air kelapa dan
gigi avulsi
diikuti oleh
aloe vera.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Penanganan gigi avulsi harus dilakukan segera setelah terjadi trauma,

untuk mempertahankan integritas fungsi dan estetis gigi yang mengalami

avulsi. Jika gigi tidak segera dikembalikan pada soketnya, maka gigi

tersebut harus disimpan dalam sebuah media penyimpanan untuk

mempertahankan viabilitas sel fibroblas pada ligamen periodontal (Fitriani,

2013).

Viabilitas sel – sel ligamen periodontal merupakan faktor penting

untuk keberhasilan replantasi gigi. Ligamen periodontal merupakan

jaringan ikat yang sangat khusus dengan komponen utama berupa kolagen

yang menghubungkan gigi dengan alveolus. Tipe sel yang dominan dalam

ligamen adalah fibroblas yang berperan dalam remodeling ligamen.

Replantasi gigi dengan ligamen periodontal yang nekrotik akan berakibat

resorpsi akar gigi yang progresif dan diikuti oleh deposisi tulang pada

ruang tersebut sehingga terjadi ankilosis antara tulang dan gigi. Lamanya

periode ekstraalveolar dan kondisi penyimpanan adalah dua faktor penting

yang berpengaruh terhadap keberhasilan penyembuhan pasca replantasi

(Kuswandari, 2004).

43
44

Media penyimpanan yang ideal harus mampu menjaga viabilitas sel

ligamen periodontal, sehingga sel – sel bermitosis dan dapat menggantikan

fibroblas pada ligamen periodontal yang rusak. Syarat media penyimpanan

yang ideal selain menjaga sel ligamen periodontal harus bersifat

klonogenik, memiliki sifat antioksidan, dan tidak ada kontaminasi

mikroba, memiliki pH dan osmolaritas sesuai dengan tubuh,

ketersediaannya tinggi, mudah ditemukan dan memiliki harga yang murah

(Fajriyany et al., 2016).

Penggunaan Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) telah

direkomendasikan oleh beberapa studi sebagai media penyimpanan terbaik

untuk gigi avulsi. HBSS memiliki pH yang seimbang yaitu 7.2 dan

memiliki osmolaritas 320 mOsm/L. Hwang et al (2011) menyatakan

bahwa HBSS dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 94% dalam waktu 24

jam ketika dibandingkan dengan air kran, susu, green tea dan green tea

extract. Hal ini disebabkan HBSS mengandung beberapa nutrisi seperti

kalsium, fosfat, kalium dan glukosa yang diperlukan untuk

mempertahankan metabolism sel yang normal untuk waktu yang lama. The

American Association of Endodontics merekomendasikan HBSS sebagai

media penyimpanan gigi avulsi karena dapat menjaga viabilitas sel

fibroblas dalam ligamen periodontal. Namun, karena ketersediaannya yang

sulit ditemukan oleh masyarakat, maka penggunaan HBSS ini dapat

digantikan oleh media penyimpanan lain yang memiliki osmolaritas dan


45

pH yang sesuai dengan tubuh dan bersifat antibakterial sehingga tidak

dapat menginfeksi tubuh (Khinda et al., 2011).

Saline merupakan larutan yang mengandung 0,9% NaCl dan

osmolaritas 280 mOsm/L yang dapat menjaga viabilitas sel fibroblas

dalam ligamen periodontal. Hedge et al (2019) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa saline dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 70% -

67% dalam waktu 30 menit – 1 jam. Vivian et al (2017) menyatakan

dalam penelitiannya bahwa saline dapat menjaga viabilitas sel sebanyak

15% dalam waktu 45 menit. Caglar et al (2010) menyatakan dalam

penelitiannya bahwa saline dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 20%

dalam waktu 30 menit. Makkonahalli et al (2015) menyatakan dalam

penelitiannya bahwa saline dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 59,4%

dalam waktu 90 menit. Moreira et al (2010) menyatakan dalam

penelitiannya bahwa saline dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 55,2%

dalam waktu 4 jam. Nahit et al (2017) menyatakan dalam penelitiannya

bahwa saline dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 50,56% dalam waktu

30 menit. Saline merupakan media penyimpanan yang baik jika

dibandingkan dengan air atau saliva. Kandungan saline memiliki

osmolaritas dan pH yang sesuai dengan tubuh, tetapi tidak mengandung

nutrisi dan glukosa yang sangat penting untuk viabilitas sel. Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa saline bukanlah media penyimpanan yang

adekuat, tetapi dapat digunakan sebagai media penyimpanan dalam waktu

yang pendek (Poi et al., 2013).


46

Air kelapa adalah minuman alami yang dihasilkan secara biologis

didalam buah kelapa. Air kelapa mudah diterima oleh tubuh manusia dan

merupakan sarana yang aman untuk rehidrasi terutama pada pasien dengan

defisiensi kalium. Zat – zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara

lain kalium, kalsium dan magnesium, sedangkan natrium, klorida, dan

fosfat ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah. Air kelapa

memiliki osmolaritas tinggi karena adanya glukosa dan fruktosa. Oleh

karena itu, air kelapa dapat memungkinkan untuk mempertahankan

viabilitas sel fibroblas pada ligamen periodontal (Hiremath et al., 2011).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vivian et al (2017) menyatakan

bahwa air kelapa dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 15% dalam waktu

45 menit. Tulsi et al (2013) menyatakan bahwa air kelapa dapat menjaga

viabilitas sel sebanyak 28,7% dalam waktu 30 menit. Kokkali et al (2017)

menyatakan bahwa air kelapa dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 13,9%

dalam waktu 30 menit. Moura et al (2014) menyatakan bahwa air kelapa

dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 79,8% dalam waktu 24 jam.

Makkonahali et al (2015) menyatakan bahwa air kelapa dapat menjaga

viabilitas sel sebanyak 56,3% dalam waktu 15 menit. Moreira et al (2010)

menyatakan bahwa air kelapa dapat menjaga viabilitas sel sebanyak 14,4%

dalam waktu 4 jam. Silva et al (2012) menyatakan bahwa air kelapa dapat

menjaga viabilitas sel sebanyak 80% dalam waktu 2 jam. Navit et al

(2017) menyatakan bahwa air kelapa dapat menjaga viabilitas sel sebanyak

79,87% dalam waktu 45 menit. Beberapa studi telah menunjukan


47

kegunaan air kelapa sebagai media penyimpanan namun beberapa

diantaranya bertentangan. Vivian et al (2017) dan Moura et al (2014)

menyatakan bahwa air kelapa lebih baik daripada susu dan saline dalam

menjaga viabilitas sel fibroblas. Sedangkan, Moreira et al (2010)

menyatakan bahwa susu lebih baik dibandingkan dengan air kelapa.

Adanya perbedaan ini diakibatkan oleh jenis kelapa dan penggunaan

waktu simpan yang digunakan oleh peneliti berbeda – beda. Tetapi, karena

kandungan yang terdapat pada air kelapa dapat memelihara kelangsungan

hidup sel – sel fibroblas yang ada di ligamen periodontal, maka dapat

disimpulkan bahwa air kelapa dapat dijadikan solusi sebagai media

penyimpanan gigi avulsi (Souza, et al., 2016).

Susu merupakan media penyimpanan gigi avulsi yang lebih baik jika

dibandingkan media yang lainnya karena kandungan fisiologisnya, yang

meliputi pH (6,5 – 7,2) dan osmolaritas 270 mOsm/L yang sangat cocok

dengan sel dari ligamen periodontal, sangat mudah ditemukan dan rendah

bakteri. The American Association of Endodontic menyatakan susu adalah

media penyimpanan gigi avulsi terbaik selain HBSS. Susu yang baik

digunakan sebagai media penyimpanan gigi avulsi adalah susu pasteurisasi

yang segar dan pada kondisi dingin, sehingga cukup menyulitkan untuk

ditemukan. Sehingga penggunaan susu UHT dapat menjadi alternatif

karena sangat mudah ditemukan di masyarakat. Fajryany et al (2016)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa susu UHT dapat menjaga

viabilitas sel sebanyak 83% selama 240 menit. Pada penelitian yang
48

dilakukan Fitriani et al (2013) penggunaan susu UHT dengan perasa dan

pewarna memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan susu UHT tanpa

perasa serta susu UHT tanpa merk. Kandungan glukosa yang tinggi dalam

susu UHT tersebut berfungsi dalam metabolisme sel sehingga susu baik

untuk digunakan sebagai media penyimpanan jangka panjang. Oleh karena

itu, susu direkomendasikan kepada dokter gigi maupun masyarakat

sebagai media penyimpanan gigi avulsi, menurut yang telah di

rekomendasikan oleh Association of Dental Traumatology dan American

Academy of Pediatric Dentistry, yang mengacu pada keuntungan dan

karakteristik susu dan kemudahan akses saat terjadi trauma (Poi, et al.,

2013).

Untuk mempertahankan viabilitas sel fibroblas pada ligamen

periodontal, media penyimpanan harus memiliki osmolaritas yang

seimbang, kecukupan nutrisi dan pH yang tepat. Osmolaritas menyatakan

jumlah partikel zat yang terlarut per liter larutan. Sel tubuh dapat tumbuh

pada kisaran 230 – 400 mOsm/L dan kisaran pH 6,6 – 7,8. Media

penyimpanan susu, saline fisiologis dan air kelapa memiliki kandungan

tersebut. Menurut Khinda et al (2017) susu pasteurisasi memiliki

osmolaritas 270 mOsm/L dan pH 6,5 – 7,2. Menurut Fajriyany et al (2016)

susu UHT memiliki pH 6,7. Menurut Gopikrishna et al (2008) air kelapa

memiliki osmolaritas 295 mOsm/L, 232 mOsm/L dan 372 mOsm/L

tergantung dari jenis kelapa yang digunakan. Sedangkan, menurut Depkes

RI (2014) saline memiliki pH 4,5 – 7,0 dan osmolaritas 280 mOsm/L.


49

Adanya kesesuaian pH dan osmolaritas dengan tubuh tersebut, dapat

disimpulkan bahwa susu, saline fisiologis dan saline dapat dijadikan

sebagai media penyimpanan gigi avulsi yang dapat menjaga viabilitas sel

fibroblas sebelum dilakukan replantasi gigi (Khinda, et al., 2017).

Kandungan glukosa, magnesium dan kalsium menjadi hal yang

mendasar bagi metabolisme sel pada ligamen periodontal. Peran utama

glukosa adalah sebagai sumber energi. Tubuh akan memecah gula

sederhana untuk menghasilkan molekul berenergi tinggi yang disebut ATP

(Adenosin Trifosfat) yang sangat penting untuk proses biokimia. Untuk

mengaktifkan ATP maka diperlukan magnesium sebagai kohibitor. Ada

tiga bentuk utama kematian sel yang mungkin dipengaruhi oleh

metabolisme glukosa yaitu nekrosis, autophagy dan apoptosis. Nekrosis

adalah bentuk dari cedera sel yang mengakibatkan kematian sel. Nekrosis

dapat terjadi ketika tingkat ATP berkurang terlalu dramatis sehingga

kehilangan kemampuan untuk menjaga keseimbangan ion dan air.

Autophagy adalah proses regenerasi sel yang dapat menyebabkan kematian

sel. Hal ini terjadi ketika sumber nutrisi ekstraseluler seperti asam amino

atau glukosa berkurang dan sel harus menggunakan komponen intraseluler

untuk oksidasi. Sedangkan apoptosis adalah proses kematian sel yang

ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin serta

fragmentasi nucleus dan sel itu sendiri. Mutasi gen tersebut dapat memicu

terjadinya kanker (Zhao, et al., 2008).


50

Kalsium memiliki fungsi sebagai metabolisme tulang, koagulasi

darah, fungsi neuromuscular dan proliferasi sel. Proliferasi sel dipengaruhi

oleh komponen pembangun sel. Sebagai contoh mitokondria. Mitokondria

merupakan organel pada sel yang secara umum diketahui berfungsi

sebagai penghasil energi sel. Selain itu, mitokondria berfungsi sebagai

pengatur dinamika kalsium dalam sel yang berguna dalam pengatur proses

siklus sel. Sehingga, apabila tidak terapat kalsium maka akan terjadi

kematian sel. Oleh karena itu, adanya kandungan glukosa, magnesium

serta kalsium sangat penting dalam media penyimpanan untuk menjaga

viabilitas sel sebelum dilakukan replantasi (Kurniawan, 2015).

Dengan menyimpan gigi avulsi pada media yang tepat, maka

diharapkan dapat mendekati penyembuhan optimal paska replantasi gigi

avulsi. Penyembuhan yang terjadi paska replantasi gigi avulsi menentukan

prognosa jangka panjang replantasi gigi avulsi (Fitriani, 2013).

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian dalam hal ini adalah variabel yang diteliti

dalam penelitian kali ini memiliki tipe yang tidak sama. Sebagai contoh

adalah penggunaan susu dan air kelapa, sebagian besar jurnal tidak

mencantumkan jenis susu maupun jenis air kelapa yang digunakan dalam

penelitian tersebut. Sehingga cukup menyulitkan peneliti dalam membuat

pembahasan. Adanya perbedaan metodelogi juga dapat mempengaruhi

hasil viabilitas sel fibroblas pada gigi avulsi.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan systematic literature review yang telah dilakukan

mengenai viabilitas sel fibroblas terhadap media penyimpanan susu,

saline fisiologis dan air kelapa. Maka, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Adanya perbedaan viabilitas sel fibroblas terhadap media

penyimpanan susu, saline fisiologis dan air kelapa terhadap waktu

simpan yang berbeda.

2. Susu menjadi media penyimpanan gigi avulsi terbaik yang

direkomendasikan oleh The American Association of Endodontic,

International association of Dental Traumatology dan American

Academy of Pediatric Dentistry.

B. Saran

Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat mencantumkan

jenis susu dan air kelapa yang digunakan pada penelitian tersebut,

sehingga dapat memudahkan terhadap penelitian selanjutnya.

51
DAFTAR PUSTAKA

Abdallah, A., Gamal, A. Y., Elyazeed, G. A., & Hamid, M. 2017. Egg White-

Milk Mixture as a Novel Biological Storage Media for Avulsed teeth

Periodontal Ligamen Cells: An In-Vitro Study. J Dent Oral Care Med,

3(1), 101.

Adnan, S., Lone, M. M., Khan, F. R., Hussain, S. M., & Nagi, S. E. 2018. Which

is the most recommended medium for the storage and transport of avulsed

teeth? A systematic review. Dental Traumatology, 34(2), 59-70.

Ahangari, Z., Alborzi, S., Yadegari, Z., Dehghani, F., Ahangari, L., & Naseri, M.

2013. The effect of propolis as a biological storage media on periodontal

ligament cell survival in an avulsed tooth: an in vitro study. Cell Journal

(Yakhteh), 15(3), 244.

Arbi, T. A., Novita, C. F., & Mulya, M. 2016. Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi

Muda Terhadap Penanganan Trauma Dentoalveolar Di Rumah Sakit Gigi

Mulut Universitas Syiah Kuala. Cakradonya Dental Journal, 8(2).

Ardan, R., Suhartina, I., Rikmasari, R., Subrata, G., Kurnikasari, E., & Firman,

D.2011. Ligamen periodontal sebagai pendukung gaya kunyah Periodontal

ligamen acts to support mastication force. Journal of Dentomaxillofacial

Science, 10(1), 60-64.

Arrizza, A. M. D., & Ramadhan, A. F. 2010. Coconut Water (Cocos nucifera) as

Storage Media for the Avulsed Tooth. Journal of Dentistry Indonesia,

17(3), 74-79.

52
53

Bharath, M. J., Sahadev, C. K., Ramachandra, P. K. M., Rudranaik, S., George, J.,

& Thomas, A. 2015. Comparative evaluation of four transport media for

maintaining cell viability in transportation of an avulsed tooth–An in vitro

study. Journal of International Society of Preventive & Community

Dentistry, 5(1), 69.

Caglar, E., Sandalli, N., Kuscu, O. O., Durhan, M. A., Pisiriciler, R., Ak Calıskan,

E., & Kargul, B. 2010. Viability of fibroblasts in a novel probiotic storage

media. Dental Traumatology, 26(5), 383-387.

Dahong, F., & Winarso, L. W. Reimplantasi gigi avulsi Reimplantation of avulsed

teeth.Damayanti, F., & Wathon, S. 2018. Peningkatan Performa

Pertumbuhan Kultur Sel Fibroblas dan Aplikasinya Untuk Perbaikan

Jaringan Yang Rusak. Biotrends, 8(2), 32-39.

D’Costa, V. F., Bangera, M. K., Kini, S., Kutty, S. M., & Ragher, M. 2017. An In

vitro comparison of coconut water, milk, and saline in maintaining

periodontal ligament cell viability. Journal of pharmacy & bioallied

sciences, 9(Suppl 1), S107.

Depkes RI.2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan

RI.

Elfarisi, R. N., Susilawati, S., & Suwargiani, A. A. 2018. Kesehatan gigi dan

mulut terkait kualitas hidup anak usia 4-5 tahun di Desa Cilayung ( Oral

health related to the quality of life of children aged 4 – 5 years old in

Cilayung Village ). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran,

30(2), 85-94.
54

Esber, C., Sertac, P., MUyEsser ahu, D., Pınar, K., OZgur önder, K., Rabia, P., …

Nuket, S. 2015. A Quantitative Analysis of a Probiotic Storage Media for

Avulsed Teeth. Acta Stomatologica Croatica, 49(1), 21–26

Fajriyany, F. R., Harijadi, A., & Kamadjaja, D. B. 2016. Perbandingan efektivitas

air kelapa kemasan dan susu UHT sebagai media penyimpanan gigi

avulsi. Oral and Maxillofacial Surgery Journal, 5(2).

Fitriani, D., Asmaningsih, E., & Rahardian, M. L. 2013. Viabilitas Kultur Sel

Fibroblas pada Tiga Macam Susu Sapi UHT Sebagai Media Simpan Gigi

Avulsi (In Vitro). Jurnal Material Kedokteran Gigi, 2(2), 145-152.

Glickman, G. N., & Hartwell, G. R. 2008. Endodontic surgery. Ingle JI, Bakland

LK, Baumgartner JC: Endodontics, 6, 1266-74.

Gopikrishna, V., Thomas, T., & Kandaswamy, D. 2008. A quantitative analysis of

coconut water: a new storage media for avulsed teeth. Oral Surgery, Oral

Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontology, 105(2),

e61-e65.

Haryuni, R. F., & Fauziah, E. (2018). Penatalaksanaan fraktur Ellis kelas II gigi

11, 21 pada anak usia 9 tahun. Indonesian Journal of Paediatric

Dentistry, 1(1), 10-16.

Hegde, S. K., Bhat, S. S., Sargod, S. S., Rao, A., & Hegde, N. 2016. GC Tooth

Mousse Plus: A potential storage media for avulsed teeth. Archives of

Medicine and Health Sciences, 4(1), 45.

Hiremath, G., & Kidiyoor, K. H. 2011. Avulsion and Storage Media. Journal of

Investigative and Clinical Dentistry, 2(2), 89–94.


55

Hwang, J. Y., Choi, S. C., Park, J. H., & Kang, S. W. 2011. The use of green tea

extract as a storage medium for the avulsed tooth. Journal of

endodontics, 37(7), 962-967.

Inayah, Y., & Herdiyati, Y. (2019). Penanganan avulsi dua gigi permanen pada

anak usia 12 tahun. Indonesian Journal of Paediatric Dentistry, 1(1), 86-

91.

Jain, D., Dasar, P. L., & Nagarajappa, S. 2015. Natural products as storage media

for avulsed tooth. Saudi Endodontic Journal, 5(2), 107.

Khinda, Vineet IS, Gurpreet Kaur, Gurial S. Brar, Shiminder Kallar & Heena

Khurana.2017.Clinical and Practical Implications of Storage Media used

for Tooth Avultion. International Journal of Clinical Pediatric.10(2), 158-

165.

Kokkali, V. V., Bendgude, V., & Sharangpani, G. 2017. Comparative evaluation

of post-traumatic periodontal ligament cell viability using three storage

media. European Archives of Paediatric Dentistry, 18(3), 209-214.

Kurniawan, Shadevi Nandar. 2015. Homeostasis Ca2+ Intraseluler.MNJ, 1(1):36

– 45.

Kurniawati, Y., Adi, S., Achadiyani, A., Suwarsa, O., Erlangga, D., & Putri,

T.2015. Kultur Primer Fibroblas: Penelitian Pendahuluan. Majalah

Kedokteran Andalas, 38(1), 33-40.

Lam, R. 2016. Epidemiology and outcomes of traumatic dental injuries: a review

of the literature. Australian dental journal, 6(1), 4-20.


56

Mardiyantoro F,. dkk. 2018. Penyembuhan Luka Rongga Mulut. UB Press.

Universitas Brawijaya Malang.

Moazzami, F., Asheghi, B., & Sahebi, S. 2017. Effect of Four Different Media on

Periodontal Ligament Cells Viability of Dry-Stored Dog Teeth. Journal of

Dentistry, 18(1), 24.

Moradian, H., Badakhsh, S., Rahimi, M., & Hekmatfar, S.2013. Replantation of

an Avulsed Maxillary Incisor After 12 Hours: Three-Year Follow-

Up. Iranian Endodontic Journal, 8(1), 33.

Moreira‐Neto, J. J. S., Gondim, J. O., Raddi, M. S. G., & Pansani, C. A. 2010.

Viability of Human Fibroblasts in Coconut Water as a Storage

Medium. International Endodontic Journal, 42(9), 827-830.

Moura, C. C. G., Soares, P. B. F., de Paula Reis, M. V., Fernandes Neto, A. J.,

Zanetta Barbosa, D., & Soares, C. J. 2014. Potential of coconut water and

soy milk for use as storage media to preserve the viability of periodontal

ligament cells: an in vitro study. Dental Traumatology, 30(1), 22-26.

Nabavizadeh, M., Abbaszadegan, A., Khodabakhsi, A., Ahzan, S., & Mehrabani,

D. 2018. Efficiency of Castor Oil as a Storage Medium for Avulsed Teeth

in Maintaining the Viability of Periodontal Ligament Cells. Journal of

dentistry (Shiraz, Iran), 19(1), 28–33.

Newman, M. G., Takei, H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A. 2015.

Carranza's clinical periodontology. Canada: Elsevier health sciences.


57

Ozan, Fatih., Zubeyde Akin Polat, Kursat Er., Ulku Ozan & Orban Deger.2007.

Effect of Propolis on Survival of Periodontal Ligamen Cells: New Storage

Media for Avulsed Teeth. Journal of Endodontic.33(5), 570-573.

Poi, W. R., Sonoda, C. K., Martins, C. M., Melo, M. E., Pellizzer, E. P.,

Mendonça, M. R. D., & Panzarini, S. R. 2013. Storage media for avulsed

teeth: a literature review. Brazilian Dental Journal, 24(5), 437-445.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).2018. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Sanghavi, T., Shah, N., Parekh, V., & Singbal, K. 2013. Evaluation and

comparison of efficacy of three different storage media, coconut water,

propolis, and oral rehydration solution, in maintaining the viability of

periodontal ligament cells. Journal of conservative dentistry: JCD, 16(1),

71.

Silva, E. J. N. L., Rollemberg, C. B., Coutinho-Filho, T. S., Krebs, R. L., & Zaia,

A. A. 2012. Use Of Soymilk as a Storage Medium for Avulsed Teeth. Acta

Odontologica Scandinavica, 71(5), 1101–1104.

Sugiyono.2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sharma, M., Sharma, S., Reddy, Y. G., Mittal, R., Agarwal, V., Singh, C., &

Singh, A. 2015. Evaluation of periodontal ligament cell viability in three

different storage media: an in vitro study. Journal of dentistry (Tehran,

Iran), 12(7), 524.


58

Sharma, M. 2016. In Vitro Periodontal Ligament Cell Viability in Different

Storage Media. Brazilian Dental Journal, 27(4), 408–411.

Udoye, C. I., Jafarzadeh, H., & Abbott, P. V. 2012. Transport media for avulsed

teeth: a review. Australian Endodontic Journal, 38(3), 129-136.

Velnar T., Bailey T., Smrkolj. 2009. The Wound Healing Process: an Overview of

the Cellular and Molecular Mechanism. Journal of International Medical

Research, 37: 1528 – 1542.

Werner, Harris & DeSimone.2003. Mason Human resource development: South

Western.

Zaleckine, V., Peciuliene V., Brukiene, V., & Drukteinis, S. 2014. Traumatic

Dental Injuries: Etiology, Prevalence and Possible Outcomes.

Stomatologija. 16(1), 7-14.

Zhao Y, Wieman HL, Jacobs SR, Rathmell JC. 2008. Mechanisms and methods in

glucose metabolism and cell death. Methods Enzymol. 442:439‐457.

Anda mungkin juga menyukai