Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS DEPARTEMEN PERIODONSIA

Management of Pericoronitis of Newly-erupted Permanent Tooth using


Electrosurgery- A Case Report

Oleh :
Violita Ari Margita Chresna
40620061

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
Materi
Perikoronitis merupakan ineksi non spesifik pada jaringan lunak di sekitar
mahkota gigi yang erupsinya tidak sempurna. Peradangan ini disebabkan oleh
infeksi bakteri yang berkembang biak akibat retasi makanan dibawah operculum
molar bawah, karena pada saat erupsi gusi yang menutupi gigi menjadi media
pertumbuhan bakteri yang baik.

Bakteri yang sering ditemukan adalah fusiform bacillus dan spirillum. Selain
itu dapat juga ditemukan golongan streptococcus atau staphylococcus serta bakteri
anaerob lain yang bias ditemukan pada poket periodontal. Pada beberapa kasus
perikoronitis akut, juga dapat disebabkan adanya iritasi traumatic mukosa yang
menutupi gigi.

Perikoronitis sering terjadi pada molar 3 yang impaksi, namun dapat pula
terjadi pada anak yang sedang mengalami proses erupsi gigi tetap. Perikoronitis
dapat ditemukan dalam kondisi akut dengan disertai tanda – tanda malaise dan
demam. Sedangkan dalam keadaan kronis terjadi perkembangan selama berbulan
– bulan atau berminggu – minggu. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi
kebersihan mulut, stress atau adanya infeksi saluran pernapasan atas.

Selain itu perikoronitis dapat muncul dalam keadaan kronik yaitu munculnya
kemerahan dan adanya pus yang keluar dengan sedikit gejala akut selama
berbagai minggu atau bulan. Keadaan ini dapat diperparah apabila kebersihan
mulut penderita buruk. Jika area ini tidak segera ditangani maka infeksi akan
menyebar ke bagian yang lebih dalam dan meluas hingga area wajah dan leher.
Pembengkakan dapat menyebar ke lateral pada perlekatan buksinator yang tampak
sebagai pembengkakan pada susut mandibular. Pada kondisi yang parah, infeksi
dapat menyebar melalui ruang anatomis pada kepala dan leher. Baik kondisi akut
maupun kronis dapat menyebabkan kehilangan jaringan periodontal.

Laporan Kasus

Pasien laki – laki usia 6 tahun datang ke RSGM bersama ibunya dengan
keluhan gusi kiri bawah sakit sejak 1 bulan lalu. Ibunya mengatakan bahwa
anaknya mengeluhkan sakit saat makan. Pasientidak memiliki riwayat penyakit
sistemik. Saat ini pasien sedang mengkonsumsi antibiotic dan analgesic karena
pasien sedang mengalami flu. Dari pemeriksaan intraoral didapatkan enlargement
gingiva pada distal gigi 36 menutupi distal cusp, kemerahan, bengkak, dan
terdapat bleeding on probing. Gigi tersebut sudah full erupted dan tidak memiliki
karies. Pasien memiliki oral hygiene baik.

Rencana Perawatan
1. Fase 1 (Non Surgical Phase)
a. Dilakukan Dental Health Education pada pasien dan orang tuanya
tentang cara menyikat gigi yang baik, metode yang tepat, frekuensi
dan durasi yang baik saat menyikat gigi. Pasien juga diinstruksikan
untuk tetap menyikat gigi dibagian yang terinflamasi.
b. Dilakukan scalling dan root planning pada gigi yang terinflamasi.
c. Tidak diberikan terapi medikamentosa karena pasien telah
mengkonsumsi antibiotic dan analgesic.
2. Fase II (Surgical Phase)
a. Dilakukan Operkulektomi dengan electrosurgery
a) Persiapan alat dan bahan
b) Universal precaution
c) Persiapan alat electrocautery dan bracelet diletakkan di lengan
pasien dan dikoneksikan dengan alat utamanya
d) Asepsis dilakukan dengan povidone iodine pada gingiva gigi
36
e) Dilakukan aplikasi topical anasthesi diikuti dengan anastesi
infiltrasi dan intraligamen dengan lidocaine hcl 2% dengan
ephinephrine 1 : 100.000
f) Gingiva di eksisi dengan menggunakan eelectrosurgery
instrument, kemudian dilakukan gingivoplasty.
g) Area operasi kemudian diirigasi dengan saline dan povidone
iodine
h) Pasien di berikan terapi medikamentosa dengan pemberian ibu
profen sirup dan hyaluronic acid gel.
i) KIE :
 Pasien diinstruksikan untuk tidak mengunyah pada sisi
yang tidak di operasi
 Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2 kali sehari
dan pada 2 hari pertama tidak menyikat terlalu keras
 Pengaplikasian gel hyaluronic acid 2 kali sehari setelah
menyikat gigi
 Kontrol dilakukan 7 hari kemudian.
Kontrol 7 Hari Setelah Operkulektomi
a. Subjektif : Pasien datang bersama ibunya untuk melakukan kontrol
setelah operkulektomi, pasien sudah tidak merasakan sakit pada bagian
gusinya.
b. Objektif : EO : Normal

IO : Pada gingiva gigi 36 tidak terdapat pembengkakan, warna


gingiva masih sedikit kemerahan, dan tidak terdapat bleeding
on probing.

c. Assesment : Post perawatan operkulektomi pada gingiva gigi 36.


d. Planning : Pasien diinstruksikan untuk tetap menggunakan hyaluronic
acid gel sampai warna kemerahan hilang. Follow up tidak diperlukan
lagi kecuali pasien tiba – tiba merasa sakit pada area yang terinflamasi.

Pertanyaan

1. Etiologi pada kasus ini adalah?


Eruptio difficilis yaitu gigi impaksi yang disertai dengan keradangan
jaringan lunak disekitarnya.
2. Penggunaan anastesi pada kasus ini?
Penggunaan topical anasthesi dan infiltrasi dengan menggunakan
lidokain hcl 2% dengan ephinephrine 1:100.000 untuk memperpanjang
durasi waktu pengerjaan.
3. Terapi medikamentosa apa, kenapa tidak memakai periodontal
pack?
Karena, prosedur pengerjaan dengan electrosurgery. Dengan metode ini
memiliki keuntungan yaitu meminimalisir adanya luka dan perdarahan.
Selain itu pasien juga telah diberikan obat yaitu hyaluronic acid gel 0,2%
yang berfungsi untuk mengatasi peradangan atau luka yang diakibatkan
pasca operasi. Pasien diinstruksikan untuk menggunakan gel ini 2 kali
setelah sikat gigi dan dianjurkan untuk tidak makan dan minum minimal
30 menit setelah pemakaian.
DAFTAR PUSTAKA

Indrasari, S. D. (2016). Management of Pericoronitis of Newly-erupted


Permanent Tooth using Electrosurgery–A Case Report. Cermin Dunia
Kedokteran, 43(8), 597-600.

Anda mungkin juga menyukai