Oleh :
Violita Ari Margita Chresna
40620061
Bakteri yang sering ditemukan adalah fusiform bacillus dan spirillum. Selain
itu dapat juga ditemukan golongan streptococcus atau staphylococcus serta bakteri
anaerob lain yang bias ditemukan pada poket periodontal. Pada beberapa kasus
perikoronitis akut, juga dapat disebabkan adanya iritasi traumatic mukosa yang
menutupi gigi.
Perikoronitis sering terjadi pada molar 3 yang impaksi, namun dapat pula
terjadi pada anak yang sedang mengalami proses erupsi gigi tetap. Perikoronitis
dapat ditemukan dalam kondisi akut dengan disertai tanda – tanda malaise dan
demam. Sedangkan dalam keadaan kronis terjadi perkembangan selama berbulan
– bulan atau berminggu – minggu. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi
kebersihan mulut, stress atau adanya infeksi saluran pernapasan atas.
Selain itu perikoronitis dapat muncul dalam keadaan kronik yaitu munculnya
kemerahan dan adanya pus yang keluar dengan sedikit gejala akut selama
berbagai minggu atau bulan. Keadaan ini dapat diperparah apabila kebersihan
mulut penderita buruk. Jika area ini tidak segera ditangani maka infeksi akan
menyebar ke bagian yang lebih dalam dan meluas hingga area wajah dan leher.
Pembengkakan dapat menyebar ke lateral pada perlekatan buksinator yang tampak
sebagai pembengkakan pada susut mandibular. Pada kondisi yang parah, infeksi
dapat menyebar melalui ruang anatomis pada kepala dan leher. Baik kondisi akut
maupun kronis dapat menyebabkan kehilangan jaringan periodontal.
Laporan Kasus
Pasien laki – laki usia 6 tahun datang ke RSGM bersama ibunya dengan
keluhan gusi kiri bawah sakit sejak 1 bulan lalu. Ibunya mengatakan bahwa
anaknya mengeluhkan sakit saat makan. Pasientidak memiliki riwayat penyakit
sistemik. Saat ini pasien sedang mengkonsumsi antibiotic dan analgesic karena
pasien sedang mengalami flu. Dari pemeriksaan intraoral didapatkan enlargement
gingiva pada distal gigi 36 menutupi distal cusp, kemerahan, bengkak, dan
terdapat bleeding on probing. Gigi tersebut sudah full erupted dan tidak memiliki
karies. Pasien memiliki oral hygiene baik.
Rencana Perawatan
1. Fase 1 (Non Surgical Phase)
a. Dilakukan Dental Health Education pada pasien dan orang tuanya
tentang cara menyikat gigi yang baik, metode yang tepat, frekuensi
dan durasi yang baik saat menyikat gigi. Pasien juga diinstruksikan
untuk tetap menyikat gigi dibagian yang terinflamasi.
b. Dilakukan scalling dan root planning pada gigi yang terinflamasi.
c. Tidak diberikan terapi medikamentosa karena pasien telah
mengkonsumsi antibiotic dan analgesic.
2. Fase II (Surgical Phase)
a. Dilakukan Operkulektomi dengan electrosurgery
a) Persiapan alat dan bahan
b) Universal precaution
c) Persiapan alat electrocautery dan bracelet diletakkan di lengan
pasien dan dikoneksikan dengan alat utamanya
d) Asepsis dilakukan dengan povidone iodine pada gingiva gigi
36
e) Dilakukan aplikasi topical anasthesi diikuti dengan anastesi
infiltrasi dan intraligamen dengan lidocaine hcl 2% dengan
ephinephrine 1 : 100.000
f) Gingiva di eksisi dengan menggunakan eelectrosurgery
instrument, kemudian dilakukan gingivoplasty.
g) Area operasi kemudian diirigasi dengan saline dan povidone
iodine
h) Pasien di berikan terapi medikamentosa dengan pemberian ibu
profen sirup dan hyaluronic acid gel.
i) KIE :
Pasien diinstruksikan untuk tidak mengunyah pada sisi
yang tidak di operasi
Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2 kali sehari
dan pada 2 hari pertama tidak menyikat terlalu keras
Pengaplikasian gel hyaluronic acid 2 kali sehari setelah
menyikat gigi
Kontrol dilakukan 7 hari kemudian.
Kontrol 7 Hari Setelah Operkulektomi
a. Subjektif : Pasien datang bersama ibunya untuk melakukan kontrol
setelah operkulektomi, pasien sudah tidak merasakan sakit pada bagian
gusinya.
b. Objektif : EO : Normal
Pertanyaan