Anda di halaman 1dari 6

PERAWATAN EKSTRAKSI PADA GIGI DECIDUI DENGAN

ANESTESI INFILTRASI

PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Oleh:

Agustini Ria Ningsih


J530155042

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
2
PERAWATAN EKSTRAKSI PADA GIGI
DECIDUI DENGAN ANESTESI
INFILTRASI
(Laporan Kasus)
Agustini Ria Ningsih, Naviatullaily
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
agstriaaa@gmail.com, naviatullaily@yahoo.com

ABSTRAK
Salah satu cara yang paling penting untuk mengelola perilaku anak adalah pengendalian rasa sakit.
Anestesi diperlukan pada hampir semua perawatan gigi, injeksi yang nyaman dengan rasa sakit
minimal dan tidak cedera memiliki kepentingan yang cukup besar. Anestesi tidak hanya memberikan
kenyamanan pasien dan mengurangi rasa sakit tapi juga meningkatkan kepercayaan pasien terhadap
dokter gigi. Laporan kasus ini menjelaskan mengenai pasien anak perempuan berusia 9 tahun yang
ingin dicabut gigi bawah kiri belakangnya yang berlubang besar. Hasil pemeriksaan intraoral
ditemukan gigi 74 nekrosis pulpa dengan rencana perawatan ekstraksi dengan anastesi infiltrasi. Hasil
follow-up 1 minggu paska pencabutan menunjukkan bekas area pencabutan yang sudah menutup
dengan gigi permanen yang terlihat tumbuh sebagian. Kontrol rasa nyeri merupakan bagian wajib
yang harus dipelajari dalam dunia kedokteran gigi dan juga kedokteran gigi anak.
Key word : anestesi infiltrasi, kontrol rasa sakit

ABSTRACT
One of the most important ways to manage the behavior of children is pain control. Anesthesia is
necessary in all dental treatments, a comfortable injection with minimal pain and no injury has a
considerable importance. An anesthesia not only provides the patient's comfort and reduces pain but
also increase patient's trust to the dentist. This case report describes female patient 9th years old that
wants to extract her teeth due big cavity in the lower back left. Intraoral examination found in teeth 74
was pulp necrose and the treatment planning was extraction with infiltration anasthesia. The follow-
up result of a week post extraction showed that area of extraction healed and seen that permanen teeth
are partial erupted. Pain control is a mandatory part of dentistry and as well as
paediatric dentistry.
Kata kunci: infiltration anesthesia, pain control.

PENDAHULUAN
Pada umumnya anak-anak belum bisa memelihara kebersihan gigi dan mulutnya
sendiri1. Para orang tua sering beranggapan bahwa gigi sulung tidak penting, karena akan
nantinya akan diganti oleh gigi tetap. Anggapan seperti itu menyebabkan para orang tua
mengabaikan kebersihan gigi dan mulut anaknya. Keadaan inilah yang menyebabkan
tingginya angka kerusakan gigi yang tidak dirawat sehingga mengakibatkan dilakukan
pencabutan dini pada gigi sulung2.Anak-anak pada dasarnya sangat tidak menyukai injeksi
atau suntikan. Kontrol nyeri yang baik pada pasien anak akan memudahkan perawatan dan
membuat pasien kooperatif selama perawatan. Salah satu tindakan untuk kontrol nyeri adalah
anestesi3.
Kontrol rasa nyeri merupakan bagian wajib yang harus dipelajari dalam dunia
kedokteran gigi dan juga kedokteran gigi anak. Penanganan rasa nyeri/sakit merupakan hal
yang paling utama, karena rasa sakit merupakan salah satu faktor pemicu rasa takut anak-anak
ke dokter gigi4. Teknik anestesi pada bidang kedokteran gigi yang sering digunakan adalah
anestesi blok dan anestesi infiltrasi. Anestesi blok mandibula merupakan salah satu anestesi
lokal yang sering digunakan dalam penanganan gigi molar pertama, karena anestesi tersebut
bisa menganestesi dari molar sampai gigi anterior pada satu regio dalam satu kali suntikan.
3
Anestesi blok pada anak memiliki beberapa kerugian, salah satu diantaranya adalah anestesi
blok mandibula memiliki efek anestesi yang lama sehingga dapat mengakibatkan trauma
seperti tergigit lidah atau bibir. Teknik anestesi blok juga menunjukkan tingkat rasa sakit yang
lebih tinggi dari pada anestesi infiltrasi yang terkadang sering menyebabkan anak-anak
trauma pada suntikan dan dapat meningkatkan rasa cemas. Dari beberapa studi mengatakan
teknik anestesi pada anak-anak sebaiknya menggunakan teknik infiltrasi disertai anestesi pada
ligament periodontal jika dibandingkan dengan anestesi blok mandibula5.
Aplikasi anestesi topikal dapat membantu meminimalkan ketidaknyamanan yang
disebabkan selama pemberian anesstesi lokal. Untuk mengurangi komplikasi anestesi lokal
pada anak harus memanfaatkan jenis anestesi lokal dan ketrampilan dalam melakukan
anestesi, memastikan jarum yang tepat, deponir bahan anestesi secara perlahan selama injeksi,
memberikan instruksi untuk tidak menggigit atau menghisap bibir/ pipi, menempatkan
gulungan kapas dilipatan mucobukal untuk mencegah cidera, menggunakan petroleum jelly
untuk mencegah bibir kering6 Tujuan penulisan naskah ini adalah melaporkan kasus
perawatan ekstraksi pada gigi decidui dengan anestesi infiltrasi pada gigi molar pertama
decidui rahang bawah sebelah kiri.

LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan usia 9 tahun datang ke Klinik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muhammadiyah Surakarta mengeluhkan gigi berlubang pada gigi bawah kiri
belakang. Kondisi gigi tersebut pernah sakit 1 tahun yang lalu pada gigi bawah kiri belakang
dengan keadaan sekarang tidak sakit. Pada hasil pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi
molar pertama decidui rahang bawah sebelah kiri terdapat kavitas luas pada permukaan
oklusal dengan kedalaman pulpa, tes sondasi (-) perkusi (-) tes palpasi (-) tes vital (-).
Diagnosis dari kasus tersebut ialah nekrosis pulpa sehingga rencana perawatan yang
dilakukan ekstraksi dengan anestesi infiltrasi.
Tahapan perawatan diawali dengan melakukan asepsis pada regio yang akan dianestesi
kemudian anestesi lokal dengan infiltrasi. Posisi operator untuk pencabutan gigi rahang
bawah sebelah kiri berada di depan pasien, kemudian melakukan pencabutan dengan tang
mahkota rahang bawah decidui, saat melakakun pencabutan tekanan dan gerakan yang
dilakukan harus merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari. Setelah sisa akar
diambil dilakukan pengeringan soket dengan tampon steril, dilakukan pemijatan gingiva
dengan jari tangan, memberi tampon yang sudah diberi antiseptik untuk digigit. Operator
menginstruksikan pada pasien untuk mengganti tampon setiap 15 menit sampai satu jam, pada
gigi yang dicabut tidak boleh dikumur dan dimainkan dengan lidah, darah yang masih keluar
tidak boleh dihisap-hisap, dan makan menggunakan sisi yang berlawanan.

A B C
Gambar 1. a. Gigi 74 dengan kondisi nekrosis pulpa, b. Rontgen gigi 74, c. Hasil
pencabutan gigi 74 tanpa komplikasi.
4
Kontrol paska pencabutan dilakukan 7 hari setelah pencabutan. Pasien mengaku tidak
mengeluhkan sakit atau linu setelah pencabutan. Pada area bekas pencabutan sudah terlihat
gigi permanen yang erupsi sebagian.

Gambar 2. Penampakan klinis setelah kontrol 7 hari paska pencabutan.

PEMBAHASAN
Anestesi infiltrasi mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi untuk gigi rahang atas,
tetapi untuk rahang bawah efektifitasnya masih diperdebatkan, karena rahang bawah
mempunyai tulang yang lebih kompak sehingga ditakutkan efek anestesi tidak bisa berfungsi
secara maksimal. Walaupun masih menjadi perdebatan dan tidak semua kalangan
menerimanya, namun sebagian tetap meyakini bahwa anestesi infiltrasi pada gigi molar
decidui rahang bawah merupakan alternatif yang bisa digunakan untuk anestesi pada anak-
anak7.
Berdasarkan struktur tulang mandibula, anestesi infiltrasi kurang direkomendasikan
pada orang dewasa, tapi pada anak-anak struktur tulang rahang mandibula belum begitu
kompak. Pada anak-anak masih terdapat banyak kanal pada kortek mandibula sehingga bahan
anestesi dapat menyebar lebih cepat dan mengalir dengan baik sehingga efektifitas infiltrasi
bisa didapatkan8.
Keuntungan anestesi infiltrasi antara lain merupakan teknik yang mudah dikerjakan,
lidah dan bibir tidak teranestesi sehingga meminimalisir efek anestesi, dan durasi yang
singkat sehingga tidak menyebabkan trauma yang lama. Kelemahannya antara lain adalah
efek anestesi yang singkat dan daerah yang teranestesi tidak luas sehingga untuk penanganan
molar decidui yang kompleks efeknya tidak optimal9.
Anestesi lokal bekerja dengan cara menghambat masuknya ion natrium pada impuls
neuron untuk membantu mencegah sensasi nyeri selama prosedur yang dapat berfungsi
membangun kepercayaan pasien pada dokter gigi, menghilangkan ketakutan dan kecemasan.
Teknik anestesi lokal merupakan suatu pertimbangan penting dalam pediatrik tetapi harus
diperhatikan dosis yang tepat berdasarkan berat badan untuk meminimalkan toksisitas dan
durasi berkepanjangan yang dapat menyebabkan parastesi pada bibir atau lidah serta harus
memperhatikan riwayat medis pasien untuk mengurangi resiko memperparah kondisi medis
selama perawatan gigi10.

KESIMPULAN
Aspek terpenting dari managemen pasien anak adalah kontrol rasa sakit. Anestesi
merupakan cara untuk meminimalisir dan mengkontrol rasa sakit pada perawatan gigi dan
mulut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anestesi infiltrasi merupakan alternatif yang
baik untuk anestesi pada anak-anak dibandingkan dengan blok mandibula.

5
DAFTAR PUSTAKA
1. Department of Health and Community Services, 2005, Standards and Guidelines
for Health in Child Care Settings, Government of Newfoundland and Labrador.
2. Suarniti L.P., 2014, Pencabutan dini gigi sulung akibat caries gigi
dapat menyebabkan gigi crownding, Jurnal Kesehatan Gigi, Vol. 2 No.2.
3. Tudeshchoie, D. G., Rozbahany, N. A., Hajiahmad, M., dan Jabarifar, E., 2013,
Comparison of the efficacy of two anesthetic techniques of mandibular primary first
molar: A randomized clinical trial, Dental Research Journal, 10(6).
4. Al-Jumaili, K. A. S., Othman, B. A., Yassen, G. H., 2009, Evaluation of Mandibular
Infiltration Compared to Mandibular Block Anesthesia in Pediatric Dentistry., Al-
Rafidain Dent J., 9(1).
5. Wright, G. Z., Weinberger, S. J., Marti, R., dan Plotzke, O., 1991, The
effectiveness of infiltration anesthesia in the mandibular primary molar
region. Pediat Dent; 13: 278-283.
6. Peedikayil, Faizal C., Vijayan, dan Ajoy., 2013, An update on local anesthesia for
pediatric dental Patients, Anesthesia: Essays and Researches; 7(1).
7. McDonald, R., E., Avery, D. R., dan Dean, J., 2000, Dentistry for the
child and adolescent, 7th edition, St.Louis: Mosby;.P. 274.
8. Oulis, C. J., Vadiakas, G. P., dan Vasilopoulou, A., 1996, The effectiveness
of mandibular infiltration compared to mandibular block anesthesia in treating
primary molars in children, Pediat Dent, 18: 301-305.
9. Isik, K., Kalaysi, A., dan Durmas, E., 2011, Comparison Of Depth Of Anesthesia In
Different Parts Of Maxilla When Only Buccal Anesthesia Was Done For Maxillary
Teeth Extraction, International Journal Of Dentistry.
10. Council, 2015, Guideline On Use Of Local Anesthesia For Pediatric Dental Patiens.
American Academy Of Pediatric Dentistry.

Anda mungkin juga menyukai