Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANDIRI SKENARIO 2 PERAWATAN DAERAH TIDAK

BERGIGI 3

Disusun Oleh:
SYAHLA SALSABILA
2019-11-160
Dosen Pembimbing:
drg. Wim Firstyananda, MM, SpBM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2022
TERMINOLOGI

1) Gigi Tiruan
Gigi tiruan adalah sebuah jenis restorasi yang dapat memperbaiki fungsi stomatognatik
yang terganggu akibat kehilangan gigi. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan
fungsi mastikasi, memulihkan fungsi bicara, memperbaiki estetika dan memelihara atau
mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih ada sehingga mencegah
kerusakan berlanjut.
Referensi:
Ratnasari D, Isnaeni RS, Fadilah RP. Kebersihan gigi tiruan lepasan pada
kelompok usia 45-65 tahun Removable denture cleanliness in the 45-65 years age
group. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students. 2019.
2) Gangren Radix
Gangren Radix adalah tertinggalnya sebagian akar gigi. Jaringan akar gigi yang tertinggal
merupakan jaringan mati yang merupakan tempat subur bagi perkembangbiakan bakteri.
Gangren Radix dapat disebabkan oleh karies, trauma, atau ekstraksi yang tidak sempurna.
Gejala yang didapat dari gangren bisa terjadi tanpa keluhan sakit, dalam keadaan
demikian terjadi perubahan warna pada akar gigi, dimana gigi terlihat berwarna
kecoklatan atau keabu-abuan.
Referensi:
Arsad, Muliana. Analisis Gangren Radix Terhadap Kenyamanan Mengunyah Pada
Masyarakat. Jurnal Media Kesehatan Gigi. 2021;20(2): 47-48
3) Ekstraksi
Salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan untuk mengeluarkan gigi dari soketnya
yang mengakibatkan perlukaan dengan menggunakan forceps atau elevator.
Referensi:
Fachriani Z, Novita Cf,dan Sunanti. Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab
Ekstraksi Gigi Pasien Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Periode Mei - Juli 2016. Journal Caninus Denstistry Volume 1, Nomor 4 (November
2016): 32- 38
4) Fully Edentulous
Full edentoulus adalah kehilangan gigi secara keseluruhan pada rahang atas dan rahang
bawah yang disebabkan oleh karies , penyakit periodontal, trauma atau atrisi yang berat.
Pada aspek anatomis full edentoulus tidak memiliki sulkus gingiva atau celah gingiva ,
yang merupakan pintu masuk utama sel PMN ke rongga mulut sehingga akses PMS ke
rongga mulut menjadi terganggu. Fungsi PMN rongga mulut yang tidak adekuat ini dapat
membuat pasien full edentoulous ini lebih rentan terhadap kondisi disbiotik, seperti
mukositis oral , infeksi candida , dan bahkan kanker mulut. Pasien dengan full edentulous
memiliki kekurangan kemampuan dalam mengunyah makanan yang mengarah pada
kurangnya asupan nutrisi. Pada pasien full edentulous dapat dibuatkan gigi tiruan
lengkap.
Referensi:
1
Margin BS& Utami ND. Dampak Area Edentulous Terhadap Jaringan Periodontal.
Mulawarman Dental Journal.2022.Vol 2(2):57,73-74
2
Packynathan JS, Ariga P, Jeevanandan G. Rehabilitation Of Completely Edentulous
Patients - A University Based Study. Int J Dentistry Oral Sci. 2021;8(7):3016-3021.
5) Relasi Rahang
Relasi rahang (atau relasi maxillomandibular) mengacu pada posisi mandibula (rahang
bawah) relatif terhadap maksila (rahang atas) dan dapat digambarkan sebagai hubungan
teeth-to-teeth antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah atau sebagai hubungan bone-
to- bone antara maksila dan mandibula. Relasi rahang adalah komponen fundamental dan
krusial dalam menyediakan restorasi cekat yang akurat dan berkualitas tinggi.
Referensi:
Squier RS. Jaw relation records for fixed prosthodontics. Dental Clinics. 2004.
6) Palpasi
Suatu cara pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau tenaga medis dengan cara
memegang, perabaan, dengan menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan,
palpasi ini memungkinkan pemeriksa mengetahui adanya perubahan, kelainan bentuk,
denyut nadi, kebebasan dan kekuatan gerakan anggota badan.
Referensi:
Avianto, S. (2019). Relevansi Palpasi dalam Pemeriksaan Radiografi : Relevance of
Palpation in Radiographic Examination. Jurnal Teras Kesehatan, 2(1), 44-50
7) Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan yg dilakukan di dalam rongga mulut, meliputi jaringan mukosa rongga
mulut antara lain, bibir, pipi, lidah, palatum, tonsil, gingiva dan jaringan keras gigi.
Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk mengetahui kondisi rongga
mulut pasien baik jaringan keras maupun lunak. Seperti: perkusi, sondasi, probing, tes
mobilitas, tes vitalitas.
Referensi:
1
Wilkins E. Clinical Practice of the Dental Hygiene. 9th Ed. Lippincot Williams &
Wilkins, USA. 2005.
2
Bakar, A., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.
MEKANISME

 Pasien pria berusia 63 tahun


 Ingin dibuatkan gigi tiruan agar dapat
mengunyah dengan baik
 Pasien telah dilakukan extraksi beberapa
gangren radix di regio anterior RB 
sekitar 6 bulan yang lalu.

Pemeriksaan Intraoral:
 Fully edentulous
 Terlihat tonjolan tulang yang tidak
teratur dan terasa sakit saat di palpasi.
 Tahanan jaringan rendah, frenulum
labialis, bukalis dan lingualis sedang.
 Relasi rahang normal.

Diagnosis Bedah: Diagnosis Prosto:


Eksostosis Eksostosis
Mandibula Mandibula
BEDAH PREPROSTETIK – ALVELEOPLASTI
Alveoloplasti adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk menghaluskan atau
membentuk kembali tulang alveolar bertujuan untuk memfasilitasi prosedur penyembuhan
serta keberhasilan penempatan restorasi prostetik di masa mendatang. Setelah pencabutan
gigi, pembentukan ulang prosesus alveolar yang tepat dan perawatan luka merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk penempatan alat prostetik.
Jika tidak dihilangkan sebelum penempatan gigi tiruan sebagian atau lengkap,
menyebabkan cedera dan stabilitas atau masalah retensi. Jika alveolar ridge diduga
memperlihatkan morfologi abnormal setelah pencabutan satu atau lebih gigi, untuk
menghindari kemungkinan tersebut, alveoloplasty harus dilakukan pada sesi pembedahan
yang sama.
Alveotektomi adalah operasi yang digunakan untuk menghaluskan tonjolan yang tidak
beraturan dan menghilangkan undercut.

1) Reconturing Edentulous Alveolar Ridge


Jika terdapat penonjolan tulang yang luas di beberapa tempat pada alveolar ridge, maka
dilakukan recontouring edentulous alveolar ridge pada area yang undercut.
 Lakukan insisi sepanjang puncak alveolar ridge pada daerah yang menonjol,
kemudian menarik mukoperiosteum
 Daerah tersebut kemudian dihaluskan menggunakan bone file dan tulang dipalpasi
untuk memastikan kehalusannya
 Irigasi larutan saline, kemudian dilakukan penjahitan pada luka
 Selama penarik mukoperiosteum dan menggunakan bone file, jari yang tidak
bekerja diletakkan pada sisi lingual flap, melindungi dan memastikan jalan masuk
serta menghindari tergelincirnya instrument yang dapat menimbulkan luka pada
flap.
 Apabila terdapat tulang tidak rata muncul sepanjang seluruh alveolar ridge, maka
teknik pembedahannya meliputi insisi yang luas sepanjang alveolar ridge, menarik
mukoperiosteum, penghalusan tulang, pembersihan luka dan penjahitan. Prosedur
ini meliputi daerah yang luas, namun operator harus mengetahui pembuluh dan
cabang nervus pada daerah tersebut agar dapat mencegah terjadinya trauma atau
PASCA OPERASI
Setelah dilakukan alveoplasti, area yang dibedah akan mengalami pembengkakan, rasa sakit
dan bahkan mengalami kerusakan. 
1. Selama 2-3 hari pertama, operator akan memberikan obat analgesik untuk mencegah
rasa sakit. pasien diberi resep analgesik (500 mg Aceclofenac 8 jam selama 5 hari)
dan antibiotik (250 mg amoksisilin setiap 8 jam selama 5 hari). Dalam kasus alergi
amoksisilin, maka diresepkan eritromisin (250 mg setiap 8 jam selama 5 hari). 
Pilihan analgesik dan antibiotik didasarkan pada protokol institusi standar. 
2. Selain itu, sedikit ketidaknyamanan mungkin akan terjadi pada 24 jam pertama,
tetapi setelah itu akan berangsur-angsur berkurang. 
3. Nyeri pasca operasi di area yang dioperasi dinilai dengan visual analog scale (VAS)
angka 8 pada hari kedua pasca operasi (POD) (Gambar 1.1). 
4. Jahitan dilepas pada POD ke-7 dan penyembuhan dinilai menggunakan Landry et al.
indeks (Gambar 1.2).3

(Gambar 1.1)

Visual Analog Scale (VAS)


(Gambar 1.2)

Indeks penyembuhan (Landry, Turnbull, Howley)

RENCANA PERAWATAN PROSTO (PEMBUATAN GIGI TIRUAN LENGKAP)


 Pembuatan sendok cetak fisiologis : Model anatomis dilakukan pembuatan outline
sendok cetak. Batas akhir sendok cetak berada 2 mm diatas forniks untuk
mempersiapkan tempat bahan modelling compound (green kerr) pada saat muscle
trimming.
 Pencetakan fisiologis
 Pembuatan basis gigi tiruan : Model fisiologis rahang atas dilakukan desain basis gigi
tiruan
 Basis rahang atas dan bawah diuji coba ke rongga mulut pasien
 Pembuatan oklusal rim dan garis pedoman ditempatkan pada oklusal rim rahang atas
 yang meliputi garis tengah (Mid line), garis bibir terendah (Low lip line), garis
senyum, bibir tertinggi (High lip line) dan garis kaninus. Penentuan dimensi vertikal
dan relasi relasi sentrik. Basis beserta oklusal rim dengan dimensi vertikal dan relasi
sentrik yang sudah ditentukan dilakukan fiksasi dan ditanam pada articulator
 Setelah penyusunan gigi dilakukan uji coba ke pasien, Pada keadaan ini dilakukan
latihan memakai gigi tiruan untuk mendeteksi bentuk benda yang ditempatkan di
mulut dan latihan menyesuaikan gigi tiruan dengan kontrol otot mendapatkan
stabilitas gigi tiruan
 Selanjutnya pembuatan gigi tiruan dikirim ke laboratorium untuk diproses
 Lalu pemasangan gigi tiruan.pada pasien, Retensi dan stabilisasi dievaluasi pada
pemasangan gigi tiruan. Instruksi pasca pemasangan harus diberitahu kepada pasien
dan orang terdekat yang merawat pasien.
LEARNING ISSUE

1) Apakah pasien termasuk dalam indikasi pembuatan sendok cetak perseorangan?


Jawaban:
Dari kasus yang dipaparkan pada skenario, pasien dapat diindikasikan untuk pembuatan
sendok cetak perseorangan. Sendok cetak individu ini merupakan sendok cetak yang
dibuat sendiri menyesuaikan ukuran dan bentuk dari rahang pasien. Sendok cetak
individu (custom tray) dibuat dari pengecoran hasil cetakan awal dan digunakan untuk
membuat cetakan akhir (cetakan fungsional). Tujuan dari pembuatan sendok cetak
individu yaitu :
 Untuk menahan dan mengontrol bahan cetak
 Untuk mendapatkan detail catatan daerah bantalan gigi tiruan
 Meningkatkan border seal
 Memastikan distribusi bahan cetak yang beraturan

Referensi:

Rangarajan V, Padmanabhan TV. 2017. Textbook of Prostodontic. 2nd ed.


India:Elsevier. p. 65-75

2) Faktor apa saja yang harus diperhatikan saat pemasangan gigi tiruan lengkap
(insersi)?
Jawaban:
 Retensi : Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak.
 Oklusi : Di cek balancing side, working side serta ada tidaknya prematur kontak.
Apabila oklusinya terganggu, dilakukan grinding atau penambahan. Gangguan
diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien
disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.
 Stabilisasi : Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan,
maka protesa dapat dipoles.
 Permukaan kontak jaringan harus bebas dari gelembung dan goresan tajam, dilakukan
dengan perabaan jari tangan
 Permukaan poles harus halus dan mengkilat sehingga mampu meningkatkan toleransi
pasien terhadap protesa Cengkeram harus retentif dan ujung cengkeram tidak tajam

Referensi:

Yunisa F, et al. Modul Dental Prosthetic. Yogyakarta: FKIK UMY. 2019; 40

3) Apa saja instruksi yang perlu diberitahu dokter gigi pada pasien saat sudah
memakai gigi tiruan?
Jawaban:
Pasien diberi instruksi cara pemakaian dan pemeliharaan gigi tiruan lengkap secara lisan
maupun tertulis. Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu kemudian. Pada kunjungan
berikutnya dilihat pasien memiliki keluhan atau tidak mengenai gigi tiruannya. Lalu lihat
keadaan mukosa mulut, palatum, lingual, dan gingiva dalam keadaan baik, retensi dan
stabilisasi baik dan posisi GTL terhadap jaringan mulut baik, serta tidak ada traumatik
oklusi. Pemeliharaan gigi tiruan lengkap :
 Gigi tiruan harus dikeluarkan dari mulut pada malam hari (akan tidur) dan direndam
dalam suatu tempat berisi air bersih. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan patahnya gigi tiruan terutama bagi pasien dengan kebiasaan jelek
(bruxism) dan menghindari terjadinya proses pengeringan atau berubahnya bentuk
basis resin.
 Gigi tiruan dibersihkan tiap selesai makan,membersihkannya di atas wadah berisi air
untuk memperkecil kemungkinan patahnya gigi tiruan bila terlepas dari tangan.

Cara membersihkan gigi tiruan, terbagi menjadi 2 metode:

 Kimia → terdiri dari alkaline peroxide, alkaline hypochlorite, dilute organic atau
inorganic acids, polident, dan khlorheksidin glukonat
 Mekanis → penyikatan dengan pasta pembersih,dan alat ultrasonik.

Metode yang paling populer dan sering digunakan sehari-hari dalam prakteknya adalah
metode mekanik yaitu pembersihan dengan sikat yang dipadukan dengan metode kimia
seperti polident ataupun perendaman dengan khlorheksidin glukonat.

Jika gigi tiruan tidak dibersihkan akibatnya → sisa makanan melekat pada gigi tiruan,
terjadi perubahan warna, bau mulut tidak enak, dapat menyebabkan rasa terbakar, sakit,
tidak nyaman, dapat terjadi denture stomatitis.

Referensi:

1
Mylonas P, Afzal Z, Attrill DC, Walmsley AD. Denture hygiene: a guide to the
delivery of improved denture hygiene for our patients. Annual Clinical Journal Of
Dental Health. 2015;4:6-11.

2
Rahajoe SO. GIGI TIRUAN LENGKAP RESIN AKRILIK PADA KASUS FULL
EDENTULOUS. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi). 2021 Dec 22;4(2):53-7.

4) Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan elemen gigi tiruan?
Jawaban:
 Ukuran gigi :
a. Panjang gigi → Dalam keadaan istirahat tepi insisal gigi depan atas kelihatan 2-3
mm.
b. Lebar gigi → menggunakan indeks nasal sebagai pedoman yaitu : lebar dasar
hidung sama dengan jarak antara puncak kaninus rahang atas yang diukur secara
garis lurus.
 Bentuk Elemen Gigi → Bentuk dari elemen gigi tiruan pasien dapat ditentukan
menggunakan beberapa hal :
 Bentuk dari wajah pasien → menurut Leon William dibagi menjadi : Ovoid,
Tapering, Square, Kombinasi
 Profil wajah pasien → menurut Leon William dibagi menjadi : Convex, Straight,
Concave
 Konsep dentogenik pasien
 Jenis kelamin → Garis luar insisivus atas pada pria bersudut lebih tajam (giginya
berbentuk kuboidal), sedangkan pada wanita lebih tumpul (giginya berbentuk
spheroidal).
 Umur → Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia.
 Warna gigi → untuk menentukan warna gigi yang akan diganti dapat disesuaikan
dengan warna gigi yang ada. Pemilihan ini harus menggunakan shade guide untuk
menyesuaikan dengan kondisi pasien. Penggunaan shade guide dengan diterangi
cahaya alamiah (matahari) akan memberikan efek yang lebih baik dan natural
dibandingkan dengan apabila menggunakan cahaya lampu. Cahaya dapat
mempengaruhi pemilihan warna gigi. Cahaya lampu pijar akan menghasilkan gigi
dengan warna lebih merah dari yang sebenarnya. Usia dapat juga dipakai sebagai
pedoman. Usia tua, warna giginya lebih gelap dibanding usia muda.

Referensi:

Suryani Catur S. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik Pada
Gigi 2 Untuk Menggantikan Gigi Tiruan Sebagian. Jurnal Analis Kesehatan.
2017;6(2): 612

5) Prinsip-prinsip penyusunan gigi yang akan dilakukan pada pasien? (anterior &
posterior)
Jawaban:
Prinsip dalam pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan anterior maupun posterior ada
faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu mengenai ukuran, bentuk, warna, bahan, jenis
kelamin, umur serta inklinasi dari anasir gigi tiruan dapat memenuhi fungsinya.
penyusunan gigi tiruan juga  penting untuk memperhatikan estetika. Umumnya gigi
tiruan yang baik memiliki tampilan yang natural mengikuti kondisi dan fisik pasien.
Selain gigi, tampilan gingiva juga perlu diperhatikan.
Referensi:
Vita Dent. A Guide to Complete Denture Prosthetics. [internet]. Tersedia pada
http://vikadent.lt/download/vita/VITA_1511GB_a_guide_to_complete_denture_pro
sthetics_PS_EN_V00.pdf. Diakses 3 Desember 2022
6) Bagaimana cara menentukan dv vertikal, fisiologis, dan oklusal?
Jawaban:
a) DV Fisiologis
Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan DVF adalah dengan
Metode Physiologic Rest Position yang banyak digunakan oleh dokter gigi sebagai
titik awal penentuan dimensi vertikal. Pada penentuan DVF dengan metode
Physiologic Rest Position, posisi rahang harus pada saat istirahat dimana diasumsikan
sebagai posisi saat mandibula tidak melakukan gerakan fungsional dan posisi kepala
pada saat istirahat atau ketika posisi kepala tegak lurus tanpa dukungan kepala
(headrest), dimana Frankfort plane (FP), sejajar terhadap lantai. Kemudian
pengukuran dengan metode Physiologic Rest Position dapat dilakukan dengan cara
pengukuran hidung-dagu, yaitu dengan menggunakan tanda anatomis Subnasion-
Gnathion, dan teknik pengukurannya menggunakan metode Willis, yaitu dengan
menggunakan alat Boley  gauge.
b) DV Oklusal

DVO menjadi faktor fundamental dalam pembuatan gigi tiruan lengkap. Ketika
melakukan pengukuran DV oklusi, gigi-gigi rahang atas dan bawah berkontak
maksmial, bibir atas dan bibir bawah berkontak wajar. Seseorang memiliki gigi geligi
alami mempunyai celah antara permukaan oklusal gigi geligi Ketika dalam posisi
istirahat (freeway space/jakar interoklusal) yang ditentukan berdasarkan
keseimbangan antara otot elevator dan depressor rahang bawah, dan sifat elastis
keseluruhan jaringan lunak pada gigi alami. Freeway space dapat diukur secara
langsung dengan mencari selisih antara DV istirahat dengan DV klusi pada saat gigi
geligi dalam keadaan oklusi. Idelanya jarak interoklusal pada posisi istirahat sekitar 2-
4 mm.

Referensi:
1
Mahdi NK. Dimensi Vertikal Fisiologis dengan Metode Physiologic Rest Position
dan Teori Leonardo Da Vinci II (Kajian pada Kelompok Usia 18-23 Tahun).
Jakarta: UI. 2008.

2
NOVIANTY, ADELIA DWIRIZKI. METODE LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG DALAM PENGUKURAN DIMENSI VERTIKAL OKLUSI. 2020.

7) Apa saja permasalahan pasca insersi gigi tiruan?


Jawaban:
1. Retensi —> Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau
tidak.
2. Oklusi —> Di cek balancing side, working side serta ada tidaknya prematur kontak.
Apabila oklusinya terganggu, dilakukan grinding atau penambahan. Gangguan
diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien
disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.
3. Stabilisasi —> Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan,
maka protesa dapat dipolis.
4. Kelonggaran atau ketidakstabilan, Halitosis, Tersedak, insufisiensi pengunyahan
akibat kontrol otot yang buruk dan karena harapan pasien terlalu tinggi dengan
prostesis yang diberikan, yang dia inginkan untuk makan setiap makanan yang pernah
mereka nikmati saat mereka makan gigi alami, Kehilangan rasa karena atrofi
pengecap di usia tua, pasien mungkin mengalaminya menderita sensasi kehilangan
rasa. Dan dalam sebagian besar kasus itu bersifat psikologis.

Referensi:

1
Zarb, GA., Bolender, CL., Hickey, JC., Carlsson, GE., 1994. Buku Ajar
Prosthodonsia untuk Pasien Tidak bergigi menurut Boucher, terj. Ed. 10., Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta

2
Abhishek Sharma1, Ramandeep Singh, Ruchi Sharma, Aaina Dhanda, Neha,
Vishal Thakur. Post insertion problems in complete denture: A review. IP Annals of
Prosthodontics and Restorative Dentistry 2020; 6(4): 189–193.
8) Bagaimana prosedur alveolektomi?
Jawaban:
1. Penyimpangan tulang alveolar ridge edentulous mandibula setelah pencabutan gigi  
2. Insisi di sepanjang  alveolar ridge tempat tulang ketidakteraturan terletak
3. Refleksi mucoperiosteum untuk mengekspos ketidakteraturan tulang
4. Menghaluskan alveolar ridge dengan bone file
5. Pengangkatan jaringan lunak berlebih dengan scissor
6. Setelah menghaluskan tulang dan menghilangkan kelebihan jaringan lunak
7. Jahit disepanjang daerah insisi

Referensi:

Fragiskos D. Oral Surgery. New York: Springer. 2007. 252-3

9) Bagaimana prosedur pembuatan GTL?


Jawaban:
Prosedur dilakukan berdasarkan persetujuan oleh pasien (informed consent)
 Kunjungan Pertama 
Dilakukan pemeriksaan lengkap serta memberikan informasi kepada pasien mengenai
lamanya waktu kunjungan serta bahan yang digunakan->Pasien dicetak untuk
pembuatan model studi dan model kerja dengan menggunakan bahan alginat->Setelah
mendapatkan hasil cetakan model kerja dibuatkan sendok cetak individual yang
dibuat dengan bahan shellac. Shellac dilunakkan dengan cara dipanaskan di atas
lampu spiritus, lalu ditekan-tekan di atas model kerja hingga bentuknya sesuai
denngan desain gigi tiruan penuh yang telah dibuat sebelumnya. Kelebihan shellac
dipotong dengan gunting, selanjutnya dibuat pegangan dan lubang-lubang pada
sendok cetak individual. 
 Kunjungan kedua 
Dilakukan pencetakan kembali menggunakan sendok cetak individual. Sebelum
pencetakan dilakukan border moulding dengan menggunakan greenstick compound
yang dipanaskan. Greenstick ditambahkan sedikit demi sedikit pada tepi luar sendok
cetak individual. Pencetakan ini menggunakan bahan elastomer dengan metode
pencetakan mukodinamik. Hasil cetakan dikirim ke laboratorium untuk dibuatkan
base plate dari bahan resin akrilik. 
 Kunjungan ketiga 
Dilakukan try-in base plate heat cure untuk rahang atas dan rahang bawah dengan
memperhatikan retensi dan stabilisasi kemudian dilakukan pembuatan bite rim.
 Kunjungan keempat
Dilakukan pencatatan Maxillo-mandibular relationship (MMR). Alat yang digunakan
adalah occlusal guide plane. Kemudian dicari dimensi vertikal pada posisi istirahat
(VDR) dengan cara mengukur jarak pupil dengan sudut mulut sama dengan jarak
hidung sampai dagu (PM=HD) pada keadaan rest position. Selanjutnya dilakukan
pengurangan 2 mm pada bite rim rahang bawah dengan maksud sebagai free way
space sehingga didapatkan vertikal dimensi oklusi (VDO)->dilakukan fiksasi pada
bagian bite rim, membuat garis median pada RA dan RB, garis kaninus, serta
mencatat ukuran dan bentuk gigi tiruan sesuai dengan bentuk muka, jenis kelamin,
usia serta warna kulit pasien. Kemudian dilakukan pemasangan gigi anterior rahang
atas dan bawah dengan menggunakan artikulator.
 Kunjungan Kelima
Try-in pada gigi anterior rahang atas dan bawah. Pada saat tryin perlu diperhatikan
garis ketawa, garis kaninus, overjet, overbite, midline serta fonetik dengan meminta
pasien mengucapkan huruf “f” atau “s”. Setelah sesuai, dilanjutkan penyusunan gigi
posterior. 
 Kunjungan Keenam
try-in pada gigi posterior rahang atas dan bawah. Dilakukan pemeriksaan oklusi,
stabilisasi, retensi serta fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan
huruf S, D, O, M, R, A, T dengan jelas dan tidak ada gangguan. Kemudian
dilanjutkan dengan proses konturing gingiva dan tahap prosesing laboratorium.
 Kunjungan Ketujuh
Kunjungan ketujuh, gigi tiruan lengkap diinsersikan ke rongga mulut pasien.
Diperhatikan artikulasi, retensi, stabilisasi, dan oklusi. Kemudian pasien diberi
instruksi cara pemakaian dan pemeliharaan gigi tiruan lengkap. Pasien diminta untuk
kontrol 1 minggu kemudian.
1. Pencetakan rahang, adalah bentuk negatif dari seluruh jaringan pendukung geligi
tiruan. Setelah dicor, maka akan didapatkan bentuk positif dari rahang atau model
rahang.

2. Desain geligi tiruan, bersihkan model dari sisa-sisa gips dan buat desain geligi tiruan
yang akan dibuat, membuat garis median denture out line.

3. Perencanaan dimensi vertical dan oklusi sentries, pasien yang kehilangan sebagian
giginya berarti sudah kehilangan bidang oklusi, tinggi gigitan atau dimensi vertical,
oklusi sentrik.

4. Memilih gigi, pada kasus pasien ompong, memilih gigi berpedoman pada bentuk
wajah, jenis kelamin dan umur pasien untuk menentukan warna dan tingkat
keaausanya, sedangkan ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada tangul
gigitan. 

5. Penyusunan gigi, penyusunan gigi dilakukan diatas malam / wax.

6. Conturing, setelah bentuk kontur geligi tiruan dipendam dalam kuvet.

7. Packing, proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.

8. Procesing, polimerasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya bila


dipanaskan atau ditambahakan zat kimia.

9. Deflasking, bila curing telah selesai, maka flask dibiarkan sampai pada suhu kamar,
kemudian flask boleh dibuka.

10. Pemasangan kembali dan pengasahan selektif, pemasangan kembali geligi dalam
artikulator bertujuan untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari
geligi tiruan yang baru selesai diproses atau dimasak.

11. Penyelesain geligi tiruan, ini dilakukan dengan cara membuang sisa-sisa resain akrilik
pada batas geligi tiruan.

12. Pemolesan geligi tiruan, menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa
merubah kontur.

13. Uji Coba.


Referensi:

1
Rahajoe, S. O. (2021). GIGI TIRUAN LENGKAP RESIN AKRILIK PADA KASUS
FULL EDENTULOUS. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi), 4(2), 53-57.

2
Thressia, Merry. 2015. PROSES PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN
LEPASAN DARI BAHAN KOMBINASI LOGAM DAN AKRILIK. Padang. Staf
Pengajar Akademi Teknik Gigi (ATG) Padang.

Anda mungkin juga menyukai