BERGIGI 3
Disusun Oleh:
SYAHLA SALSABILA
2019-11-160
Dosen Pembimbing:
drg. Wim Firstyananda, MM, SpBM
1) Gigi Tiruan
Gigi tiruan adalah sebuah jenis restorasi yang dapat memperbaiki fungsi stomatognatik
yang terganggu akibat kehilangan gigi. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan
fungsi mastikasi, memulihkan fungsi bicara, memperbaiki estetika dan memelihara atau
mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih ada sehingga mencegah
kerusakan berlanjut.
Referensi:
Ratnasari D, Isnaeni RS, Fadilah RP. Kebersihan gigi tiruan lepasan pada
kelompok usia 45-65 tahun Removable denture cleanliness in the 45-65 years age
group. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students. 2019.
2) Gangren Radix
Gangren Radix adalah tertinggalnya sebagian akar gigi. Jaringan akar gigi yang tertinggal
merupakan jaringan mati yang merupakan tempat subur bagi perkembangbiakan bakteri.
Gangren Radix dapat disebabkan oleh karies, trauma, atau ekstraksi yang tidak sempurna.
Gejala yang didapat dari gangren bisa terjadi tanpa keluhan sakit, dalam keadaan
demikian terjadi perubahan warna pada akar gigi, dimana gigi terlihat berwarna
kecoklatan atau keabu-abuan.
Referensi:
Arsad, Muliana. Analisis Gangren Radix Terhadap Kenyamanan Mengunyah Pada
Masyarakat. Jurnal Media Kesehatan Gigi. 2021;20(2): 47-48
3) Ekstraksi
Salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan untuk mengeluarkan gigi dari soketnya
yang mengakibatkan perlukaan dengan menggunakan forceps atau elevator.
Referensi:
Fachriani Z, Novita Cf,dan Sunanti. Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab
Ekstraksi Gigi Pasien Di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Periode Mei - Juli 2016. Journal Caninus Denstistry Volume 1, Nomor 4 (November
2016): 32- 38
4) Fully Edentulous
Full edentoulus adalah kehilangan gigi secara keseluruhan pada rahang atas dan rahang
bawah yang disebabkan oleh karies , penyakit periodontal, trauma atau atrisi yang berat.
Pada aspek anatomis full edentoulus tidak memiliki sulkus gingiva atau celah gingiva ,
yang merupakan pintu masuk utama sel PMN ke rongga mulut sehingga akses PMS ke
rongga mulut menjadi terganggu. Fungsi PMN rongga mulut yang tidak adekuat ini dapat
membuat pasien full edentoulous ini lebih rentan terhadap kondisi disbiotik, seperti
mukositis oral , infeksi candida , dan bahkan kanker mulut. Pasien dengan full edentulous
memiliki kekurangan kemampuan dalam mengunyah makanan yang mengarah pada
kurangnya asupan nutrisi. Pada pasien full edentulous dapat dibuatkan gigi tiruan
lengkap.
Referensi:
1
Margin BS& Utami ND. Dampak Area Edentulous Terhadap Jaringan Periodontal.
Mulawarman Dental Journal.2022.Vol 2(2):57,73-74
2
Packynathan JS, Ariga P, Jeevanandan G. Rehabilitation Of Completely Edentulous
Patients - A University Based Study. Int J Dentistry Oral Sci. 2021;8(7):3016-3021.
5) Relasi Rahang
Relasi rahang (atau relasi maxillomandibular) mengacu pada posisi mandibula (rahang
bawah) relatif terhadap maksila (rahang atas) dan dapat digambarkan sebagai hubungan
teeth-to-teeth antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah atau sebagai hubungan bone-
to- bone antara maksila dan mandibula. Relasi rahang adalah komponen fundamental dan
krusial dalam menyediakan restorasi cekat yang akurat dan berkualitas tinggi.
Referensi:
Squier RS. Jaw relation records for fixed prosthodontics. Dental Clinics. 2004.
6) Palpasi
Suatu cara pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau tenaga medis dengan cara
memegang, perabaan, dengan menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan,
palpasi ini memungkinkan pemeriksa mengetahui adanya perubahan, kelainan bentuk,
denyut nadi, kebebasan dan kekuatan gerakan anggota badan.
Referensi:
Avianto, S. (2019). Relevansi Palpasi dalam Pemeriksaan Radiografi : Relevance of
Palpation in Radiographic Examination. Jurnal Teras Kesehatan, 2(1), 44-50
7) Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan yg dilakukan di dalam rongga mulut, meliputi jaringan mukosa rongga
mulut antara lain, bibir, pipi, lidah, palatum, tonsil, gingiva dan jaringan keras gigi.
Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk mengetahui kondisi rongga
mulut pasien baik jaringan keras maupun lunak. Seperti: perkusi, sondasi, probing, tes
mobilitas, tes vitalitas.
Referensi:
1
Wilkins E. Clinical Practice of the Dental Hygiene. 9th Ed. Lippincot Williams &
Wilkins, USA. 2005.
2
Bakar, A., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.
MEKANISME
Pemeriksaan Intraoral:
Fully edentulous
Terlihat tonjolan tulang yang tidak
teratur dan terasa sakit saat di palpasi.
Tahanan jaringan rendah, frenulum
labialis, bukalis dan lingualis sedang.
Relasi rahang normal.
(Gambar 1.1)
Referensi:
2) Faktor apa saja yang harus diperhatikan saat pemasangan gigi tiruan lengkap
(insersi)?
Jawaban:
Retensi : Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak.
Oklusi : Di cek balancing side, working side serta ada tidaknya prematur kontak.
Apabila oklusinya terganggu, dilakukan grinding atau penambahan. Gangguan
diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien
disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.
Stabilisasi : Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan,
maka protesa dapat dipoles.
Permukaan kontak jaringan harus bebas dari gelembung dan goresan tajam, dilakukan
dengan perabaan jari tangan
Permukaan poles harus halus dan mengkilat sehingga mampu meningkatkan toleransi
pasien terhadap protesa Cengkeram harus retentif dan ujung cengkeram tidak tajam
Referensi:
3) Apa saja instruksi yang perlu diberitahu dokter gigi pada pasien saat sudah
memakai gigi tiruan?
Jawaban:
Pasien diberi instruksi cara pemakaian dan pemeliharaan gigi tiruan lengkap secara lisan
maupun tertulis. Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu kemudian. Pada kunjungan
berikutnya dilihat pasien memiliki keluhan atau tidak mengenai gigi tiruannya. Lalu lihat
keadaan mukosa mulut, palatum, lingual, dan gingiva dalam keadaan baik, retensi dan
stabilisasi baik dan posisi GTL terhadap jaringan mulut baik, serta tidak ada traumatik
oklusi. Pemeliharaan gigi tiruan lengkap :
Gigi tiruan harus dikeluarkan dari mulut pada malam hari (akan tidur) dan direndam
dalam suatu tempat berisi air bersih. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan patahnya gigi tiruan terutama bagi pasien dengan kebiasaan jelek
(bruxism) dan menghindari terjadinya proses pengeringan atau berubahnya bentuk
basis resin.
Gigi tiruan dibersihkan tiap selesai makan,membersihkannya di atas wadah berisi air
untuk memperkecil kemungkinan patahnya gigi tiruan bila terlepas dari tangan.
Kimia → terdiri dari alkaline peroxide, alkaline hypochlorite, dilute organic atau
inorganic acids, polident, dan khlorheksidin glukonat
Mekanis → penyikatan dengan pasta pembersih,dan alat ultrasonik.
Metode yang paling populer dan sering digunakan sehari-hari dalam prakteknya adalah
metode mekanik yaitu pembersihan dengan sikat yang dipadukan dengan metode kimia
seperti polident ataupun perendaman dengan khlorheksidin glukonat.
Jika gigi tiruan tidak dibersihkan akibatnya → sisa makanan melekat pada gigi tiruan,
terjadi perubahan warna, bau mulut tidak enak, dapat menyebabkan rasa terbakar, sakit,
tidak nyaman, dapat terjadi denture stomatitis.
Referensi:
1
Mylonas P, Afzal Z, Attrill DC, Walmsley AD. Denture hygiene: a guide to the
delivery of improved denture hygiene for our patients. Annual Clinical Journal Of
Dental Health. 2015;4:6-11.
2
Rahajoe SO. GIGI TIRUAN LENGKAP RESIN AKRILIK PADA KASUS FULL
EDENTULOUS. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi). 2021 Dec 22;4(2):53-7.
4) Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan elemen gigi tiruan?
Jawaban:
Ukuran gigi :
a. Panjang gigi → Dalam keadaan istirahat tepi insisal gigi depan atas kelihatan 2-3
mm.
b. Lebar gigi → menggunakan indeks nasal sebagai pedoman yaitu : lebar dasar
hidung sama dengan jarak antara puncak kaninus rahang atas yang diukur secara
garis lurus.
Bentuk Elemen Gigi → Bentuk dari elemen gigi tiruan pasien dapat ditentukan
menggunakan beberapa hal :
Bentuk dari wajah pasien → menurut Leon William dibagi menjadi : Ovoid,
Tapering, Square, Kombinasi
Profil wajah pasien → menurut Leon William dibagi menjadi : Convex, Straight,
Concave
Konsep dentogenik pasien
Jenis kelamin → Garis luar insisivus atas pada pria bersudut lebih tajam (giginya
berbentuk kuboidal), sedangkan pada wanita lebih tumpul (giginya berbentuk
spheroidal).
Umur → Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia.
Warna gigi → untuk menentukan warna gigi yang akan diganti dapat disesuaikan
dengan warna gigi yang ada. Pemilihan ini harus menggunakan shade guide untuk
menyesuaikan dengan kondisi pasien. Penggunaan shade guide dengan diterangi
cahaya alamiah (matahari) akan memberikan efek yang lebih baik dan natural
dibandingkan dengan apabila menggunakan cahaya lampu. Cahaya dapat
mempengaruhi pemilihan warna gigi. Cahaya lampu pijar akan menghasilkan gigi
dengan warna lebih merah dari yang sebenarnya. Usia dapat juga dipakai sebagai
pedoman. Usia tua, warna giginya lebih gelap dibanding usia muda.
Referensi:
Suryani Catur S. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik Pada
Gigi 2 Untuk Menggantikan Gigi Tiruan Sebagian. Jurnal Analis Kesehatan.
2017;6(2): 612
5) Prinsip-prinsip penyusunan gigi yang akan dilakukan pada pasien? (anterior &
posterior)
Jawaban:
Prinsip dalam pemilihan dan penyusunan anasir gigi tiruan anterior maupun posterior ada
faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu mengenai ukuran, bentuk, warna, bahan, jenis
kelamin, umur serta inklinasi dari anasir gigi tiruan dapat memenuhi fungsinya.
penyusunan gigi tiruan juga penting untuk memperhatikan estetika. Umumnya gigi
tiruan yang baik memiliki tampilan yang natural mengikuti kondisi dan fisik pasien.
Selain gigi, tampilan gingiva juga perlu diperhatikan.
Referensi:
Vita Dent. A Guide to Complete Denture Prosthetics. [internet]. Tersedia pada
http://vikadent.lt/download/vita/VITA_1511GB_a_guide_to_complete_denture_pro
sthetics_PS_EN_V00.pdf. Diakses 3 Desember 2022
6) Bagaimana cara menentukan dv vertikal, fisiologis, dan oklusal?
Jawaban:
a) DV Fisiologis
Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan DVF adalah dengan
Metode Physiologic Rest Position yang banyak digunakan oleh dokter gigi sebagai
titik awal penentuan dimensi vertikal. Pada penentuan DVF dengan metode
Physiologic Rest Position, posisi rahang harus pada saat istirahat dimana diasumsikan
sebagai posisi saat mandibula tidak melakukan gerakan fungsional dan posisi kepala
pada saat istirahat atau ketika posisi kepala tegak lurus tanpa dukungan kepala
(headrest), dimana Frankfort plane (FP), sejajar terhadap lantai. Kemudian
pengukuran dengan metode Physiologic Rest Position dapat dilakukan dengan cara
pengukuran hidung-dagu, yaitu dengan menggunakan tanda anatomis Subnasion-
Gnathion, dan teknik pengukurannya menggunakan metode Willis, yaitu dengan
menggunakan alat Boley gauge.
b) DV Oklusal
DVO menjadi faktor fundamental dalam pembuatan gigi tiruan lengkap. Ketika
melakukan pengukuran DV oklusi, gigi-gigi rahang atas dan bawah berkontak
maksmial, bibir atas dan bibir bawah berkontak wajar. Seseorang memiliki gigi geligi
alami mempunyai celah antara permukaan oklusal gigi geligi Ketika dalam posisi
istirahat (freeway space/jakar interoklusal) yang ditentukan berdasarkan
keseimbangan antara otot elevator dan depressor rahang bawah, dan sifat elastis
keseluruhan jaringan lunak pada gigi alami. Freeway space dapat diukur secara
langsung dengan mencari selisih antara DV istirahat dengan DV klusi pada saat gigi
geligi dalam keadaan oklusi. Idelanya jarak interoklusal pada posisi istirahat sekitar 2-
4 mm.
Referensi:
1
Mahdi NK. Dimensi Vertikal Fisiologis dengan Metode Physiologic Rest Position
dan Teori Leonardo Da Vinci II (Kajian pada Kelompok Usia 18-23 Tahun).
Jakarta: UI. 2008.
2
NOVIANTY, ADELIA DWIRIZKI. METODE LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG DALAM PENGUKURAN DIMENSI VERTIKAL OKLUSI. 2020.
Referensi:
1
Zarb, GA., Bolender, CL., Hickey, JC., Carlsson, GE., 1994. Buku Ajar
Prosthodonsia untuk Pasien Tidak bergigi menurut Boucher, terj. Ed. 10., Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2
Abhishek Sharma1, Ramandeep Singh, Ruchi Sharma, Aaina Dhanda, Neha,
Vishal Thakur. Post insertion problems in complete denture: A review. IP Annals of
Prosthodontics and Restorative Dentistry 2020; 6(4): 189–193.
8) Bagaimana prosedur alveolektomi?
Jawaban:
1. Penyimpangan tulang alveolar ridge edentulous mandibula setelah pencabutan gigi
2. Insisi di sepanjang alveolar ridge tempat tulang ketidakteraturan terletak
3. Refleksi mucoperiosteum untuk mengekspos ketidakteraturan tulang
4. Menghaluskan alveolar ridge dengan bone file
5. Pengangkatan jaringan lunak berlebih dengan scissor
6. Setelah menghaluskan tulang dan menghilangkan kelebihan jaringan lunak
7. Jahit disepanjang daerah insisi
Referensi:
2. Desain geligi tiruan, bersihkan model dari sisa-sisa gips dan buat desain geligi tiruan
yang akan dibuat, membuat garis median denture out line.
3. Perencanaan dimensi vertical dan oklusi sentries, pasien yang kehilangan sebagian
giginya berarti sudah kehilangan bidang oklusi, tinggi gigitan atau dimensi vertical,
oklusi sentrik.
4. Memilih gigi, pada kasus pasien ompong, memilih gigi berpedoman pada bentuk
wajah, jenis kelamin dan umur pasien untuk menentukan warna dan tingkat
keaausanya, sedangkan ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada tangul
gigitan.
9. Deflasking, bila curing telah selesai, maka flask dibiarkan sampai pada suhu kamar,
kemudian flask boleh dibuka.
10. Pemasangan kembali dan pengasahan selektif, pemasangan kembali geligi dalam
artikulator bertujuan untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari
geligi tiruan yang baru selesai diproses atau dimasak.
11. Penyelesain geligi tiruan, ini dilakukan dengan cara membuang sisa-sisa resain akrilik
pada batas geligi tiruan.
12. Pemolesan geligi tiruan, menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa
merubah kontur.
1
Rahajoe, S. O. (2021). GIGI TIRUAN LENGKAP RESIN AKRILIK PADA KASUS
FULL EDENTULOUS. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi), 4(2), 53-57.
2
Thressia, Merry. 2015. PROSES PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN
LEPASAN DARI BAHAN KOMBINASI LOGAM DAN AKRILIK. Padang. Staf
Pengajar Akademi Teknik Gigi (ATG) Padang.