Anda di halaman 1dari 6

Pencabutan Gigi Molar Pertama yang disertai dengan Lesi Periapikal

(Laporan Kasus)
First Molar Tooth Extraction with by Periapical Lesions
(Case Report)
Rachma Dewi1, Widyapramana2
1 Student of School Dentistry
2 Lecturer of School Dentistry
Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Muhammmadiyah Yogyakarta
Korespondensi : rachmadewi1995@gmail.com

Abstrak
Pendahuluan: Lesi periapikal merupakan keadaan inflamasi pada periapikal gigi yang
mengalami kerusakan. Granuloma, kista, dan abses merupakan lesi yang sering dijumpai pada
periapikal gigi. Tujuan: untuk mendeskripsikan penatalaksanaan kasus pencabutan gigi molar
disertai lesi periapikal. Laporan Kasus: Seorang laki-laki berusia 24 tahun datang
mengeluhkan terdapat sisa akar pada gigi geraham kiri bawahnya sehingga membuat pasien
kurang nyaman ketika digunakan untuk mengunyah. Pada pemeriksaan klinis ditemukan sisa
akar pada gigi 36. Perkusi dan palpasi negatif (-). Diskusi: Pencabutan pada gigi dengan sisa
akar secara prinsip sama dengan pencabutan pada gigi dengan mahkota yang utuh. Namun,
pada gigi sisa akar biasanya memiliki prevalensi lebih tinggi terdapat lesi pada periapikalnya,
hal ini dikarenakan terjadi infeksi kronis pada gigi tersebut. Kesimpulan: Sisa akar pada gigi
molar yang tidak dapat dilakukan perawatan endodontik dan konservatif maka perawatan yang
dapat dilakukan adalah pencabutan.
Kata Kunci: Pencabutan, Molar, Lesi Periapikal
Abstract
Introduction: Periapical lesion is an inflammatory condition in the periapical area of the
damaged tooth. Granulomas, cysts, and abscesses are the most common periapical lesions of
the teeth. Aim: to describe the management of a case of extraction of a molar tooth with a
periapical lesion. Case Report: A 24-year-old man came to complain that there was residual
root in his lower left molar that made the patient uncomfortable when chewing. On clinical
examination, root residues were found on tooth 36. Percussion and palpation were negative (-
). Discussion: Extraction of teeth with residual roots is in principle the same as extraction of
teeth with intact crowns. However, root remnant teeth usually have a higher prevalence of
periapical lesions, this is due to chronic infection in these teeth. Conclusion: Remaining roots
in molars that cannot be treated with endodontic and conservative treatment, the treatment
that can be done is extraction.
Keywords: Extraction, Molar, Periapical Lesion
Pendahuluan Gigi anterior mandibula menjadi gigi yang
Lesi periapikal merupakan keadaan paling banyak dilakukan ekstraksi diikuti
inflamasi pada periapikal gigi yang gigi molar karena penyakit periodontal.
mengalami kerusakan. Granuloma, kista, Meskipun dapat dicegah, karies gigi dan
dan abses merupakan lesi yang sering penyakit periodontal masih menjadi
dijumpai pada periapikal gigi1. Granuloma penyebab utama gigi dilakukan
periapikal merupakan lesi inflamasi kronis pencabutan4,5.
pada apeks gigi yang sudah non-vital, lesi Laporan kasus ini bertujuan untuk
ini berisi jaringan granulasi dan jaringan mendeskripsikan penatalaksanaan kasus
parut, serta beberapa mediator inflamasi pencabutan gigi molar disertai lesi
2
seperti makrofag, sel mast, dan limfosit . periapikal.
Ekstraksi gigi adalah salah satu Laporan Kasus
perawatan utama dalam kedokteran gigi.
Seorang laki-laki berusia 24 tahun
Meskipun kemajuan dalam presentase
datang mengeluhkan terdapat sisa akar pada
pencabutan saat ini sudah menurun karena
gigi geraham kiri bawahnya sehingga
mengutamakan preventif dan konservatif,
membuat pasien kurang nyaman ketika
namun tetap saja ada berbagai alasan yang
digunakan untuk mengunyah. Beberapa
menyebabkan gigi harus dilakukan
tahun yang lalu, pasien pernah melakukan
pencabutan. Alasannya mungkin karena
perawatan saluran akar pada gigi tersebut
gigi mengalami karies, penyakit
namun perawatannya belum selesai dan
periodontal, kegagalan perawatan
tidak dilanjutkan sehingga dibiarkan begitu
endodontik, perawatan ortodontik, trauma,
saja. Dua bulan yang lalu pasien sempat
dan prosedur prostetik3.
merasakan sakit pada gigi tersebut ketika
Beberapa studi melaporkan karies digunakan untuk mengunyah dan sudah
gigi menjadi penyebab utama gigi meminum obat penghilang rasa sakit yang
mengalami kerusakan sehingga harus dibeli sendiri di apotek. Saat ini pasien
dilakukan ekstraksi, diikuti dengan tidak merasakan sakit pada gigi tersebut.
penyakit periodontal. Namun, karena
Pada pemeriksaan klinis ditemukan
kesadaran masyarakat, peningkatan
sisa akar pada gigi 36. Perkusi dan palpasi
sosialisasi kedokteran gigi, dan kemajuan
negatif (-).
prosedur pencegahan terjadi penurunan
ekstraksi gigi, dilaporkan ekstraksi sering Pemeriksaan penunjang ronsen
dilakukan hanya pada pria usia 46-45 tahun. periapikal menunjukkan terdapat gambaran
radiolusen pada periapikal gigi yang menghadap ke tulang hingga menyentuh
menunjukkan granuloma periapikal. tulang alveolar kemudian tarik 1-2 mm.
Aspirasi apabila negatif deponeer larutan
anestetikum (Pehacain) 1 cc secara pelan-
pelan agar tidak terasa sakit. Lakukan hal
serupa pada daerah lingual. Setelah 5 menit
paska injeksi larutan anestetikum, lakukan
pemeriksaan apakah larutan anestesi sudah
bekerja secara maksimal dengan cara
pemeriksaan subyektif dan obyektif.
Pemeriksaan subyektif dengan
Gambar 1. Hasil pemeriksaan ronsen periapikal
menanyakan pasien apakah sudah mulai
Berdasarkan pemeriksaan subjektif
muncul rasa kebas pada daerah kerja.
dan objektif didapatkan diagnosa definitif
Pemeriksaan obyektif dengan
yaitu radix dentis 36 disertai granuloma
menggunakan sonde pada area kerja gigi
periapikal. Rencana perawatan yang akan
juga dilakukan. Setelah sudah dipastikan.
dilakukan adalah melakukan KIE
Tindakan ekstraksi dapat dilanjutkan.
(komunikasi, informasi dan edukasi)
kepada pasien mengenai keadaan giginya Memisahkan gigi dengan jaringan
dan perawatan yang dapat dilakukan, periodontal menggunakan sonde atau
pencabutan gigi 46, evaluasi dan kontrol. eskavator, selanjutnya bein di aplikasikan
masuk ke sulkus gingiva bagian
Vital sign pasien yaitu tekanan darah
mesiogingivoproksimal gigi yg akan
126/80 mmHg, nasi 74 kali/menit, respirasi
dicabut dengan bertumpu pada tulang
18 kali/menit, dan suhu afebris. Selanjutnya
alveolar. Pencabutan rahang bawah
menyiapkan alat dan bahan seperti larutan
menggunakan teknik slings grasp yaitu jari
anestesi pehacain, povidone iodine, spuit
telunjuk dan ibu jari tangan yang bebas
injeksi 3cc, bein, forcep, dan inform
meraba tulang alveolar, sehingga corpus
consent.
mandibula terlindungi dari tekanan yang
Tahap pertama memposisikan pasien berlebihan. Gigi yang mulai terungkit
lebih rendah dari siku operator. Asepsis diambil dengan menggunakan tang radix
daerah kerja menggunakan povidone iodine gigi 36 dengan gerakan bukal lingual
1% dioleskan pada vestibulum bukal gigi disertai gerakan kearah korona. Lakukan
36. Insersikan jarum dengan bevel depth area bekas pencabutan menggunakan
cotton ball untuk meminimalisir Pada pemeriksaan klinis terdapat area
perdarahan. Irigasi daerah kerja edentulous pada gigi 36 yang sudah
menggunakan larutan saline. Pasien di menutup sempurna.
instruksikan untuk menggigit cotton ball
yang sudah diberikan povidone iodine
selama 30 menit.

Gambar 2. Paska Pencabutan


Gambar 3. Pada saat Kontrol
Kemudian pasien diberikan edukasi
paska ekstraksi yaitu menghindari aktivitas Diskusi

rongga mulut yang berlebihan seperti Pada penelitian yang dilakukan oleh
menghisap hisap area luka, berkumur Pasarelli dkk (2020) menyebutkan bahwa
terlalu keras, tidak memainkan area luka, gigi molar merupakan gigi yang paling
hindari merokok dan makan minum panas, sering dicabut karena karies (54,6% dari
hindari makanan yang keras, konsumsi obat semua gigi geraham yang diekstraksi) dan
yang sudah diresepkan rutin. hanya sepertiga dari total gigi geraham

Diberikan medikasi paska ekstraksi yang harus dicabut karena penyakit

berupa antibiotik amoxicillin 500mg 15 periodontal. Artinya gigi geraham lebih

butir (harus habis) dan anti nyeri rentan untuk terkena karies karena memiliki

paracetamol 500mg 10 butir. anatomi yang mudah terselip makanan.


Kebersihan mulut yang buruk
Kunjungan berikutnya kurang lebih 1
menyebabkan kehilangan dini gigi geraham
bulan lebih kemudian pasien datang untuk
pertama dan kedua6.
melakukan kontrol gigi paska ekstraksi.
Saat ini pasien tidak memiliki keluhan Proses pencabutan gigi tidak lepas

apapun. dari prosedur anestesi. Anestesi lokal


penting dilakukan sebelum pencabutan gigi
untuk mengontrol rasa sakit pasien memiliki prevalensi lebih tinggi terdapat
sehingga pasien dapat merasa aman selama lesi pada periapikalnya, hal ini dikarenakan
proses pencabutan. Agar prosedur ini dapat terjadi infeksi kronis pada gigi tersebut.
dicapai secara efektif, maka harus diketahui Ekstraksi pada gigi yang memiliki lesi pada
keadaan psikologis dan fisik pasien, daerah periapikalnya sebaiknya dilakukan
pemahaman efek obat anestesi yang akan premedikasi terlebih dahulu. Hal ini
diinjeksikan, penggunaan teknik anestesi dikarenakan pada stadium infeksi akut
yang benar dan tepat, serta keuntungan dan ditakutkan terjadi penyebaran infeksi pada
kerugian penambahan vasokonstriktor7. pembuluh darah, selain itu larutan
anestetikum juga tidak akan bekerja secara
Pada kasus ini larutan anestetikum
maksimal pada suasana asam yang
yang digunakan menggunakan lidocain
ditimbulkan oleh agen bakteri9.
dengan penambahan agen vasokonstriktor.
Agen anestesi terdiri dari golongan ester Kesimpulan
dan amida. Golongan ester dimetabolisme
Sisa akar pada gigi molar yang tidak
dalam plasma diantaranya adalah
dapat dilakukan perawatan endodontik dan
chloroprocaine, procaine, dan tetracaine.
konservatif maka perawatan yang dapat
Golongan amida dimetabolisme diliver
dilakukan adalah pencabutan. Pencabutan
diantaranya adalah articaine, orilocaine,
pada gigi yang mengalami infeksi kronis
lidocaine, mepivacaine, dan lainnya.
biasanya terdapat lesi pada periapikalnya.
Penambahan agen vasokonstriktor dalam
larutan anestesi terkadang diperlukan untuk Daftar Pustaka

mencegah terjadinya vasodilatasi 1. Peters E dan Monica L. 2003.


pembuluh darah, karena dengan terjadinya Histopathologic examination to
vasodilatasi dapat meningkatkan confirm diagnosis of periapical
penyerapan agen anestesi ke dalam sistem lesions: A review. J Can Dent
kardiovaskular hal ini dapat meningkatkan Assoc;69:598-600.
kadar plasma dan menyebabkan toksisitas 2. Gbolahan O, dkk. 2008.
akibat dari bahan anestesi, selain itu dapat Clinicopathology of soft tissue
8
mempercepat durasi anestesi . lesions associated with extracted

Pencabutan pada gigi dengan sisa teeth. J Oral Maxillofac

akar secara prinsip sama dengan Surg;66:2284-9.

pencabutan pada gigi dengan mahkota yang 3. Richards W, dkk. 2005. Reasons for

utuh. Namun, pada gigi sisa akar biasanya tooth extraction in four general
dental practices in South Wales. Br
Dent J;198(5):275-8.
4. Dixit LP, dkk. 2010. Reasons
underlying the extraction of
permanent teeth in patients
attending peoples dental college and
hospital. Nepal Med Coll
J;12(4):203-6.
5. Kashif M, dkk. 2014. Reasons and
patterns of tooth extraction in a
tertiary care hospital-a cross
sectional prospective survey.
Liaquat Univ Med Health Sci.
6. Pasarelli, dkk. 2020. Reasons for
Tooth Extractions and Related Risk
Factors in Adult Patients: A Cohort
Study. Int Journal of Environmental
Research and Public Health.
7. De Georges J. 2004. How dentists
are judged by patients. Dent today.
Aug;23(8):96, 98-9.
8. Isik, B. K. 2019. Acutely infected
teeth: to extract or not to extract?
Brazilian oral research , 32, 1-5.
9. Yuwono B. 2010. Penatalaksanaan
Pencabutan Gigi Dengan Kondisi
Sisa Akar (Gangren Radix).
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7
No. 2: 89-95

Anda mungkin juga menyukai