Anda di halaman 1dari 11

PERAWATAN RADICES GIGI 36 DENGAN EKSTRAKSI BLOK

MANDIBULAR TEKNIK GOW-GATES

PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Oleh
Nadia Yuniastuti Winarta
J520181025

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

PERAWATAN RADICES GIGI 36 DENGAN EKSTRAKSI BLOK


MANDIBULAR TEKNIK GOW-GATES

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

Nadia Yuniastuti Winrta

J530181025

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

drg. Laila Nuzulillah Wahyuni


PERAWATAN RADICES GIGI 36 DENGAN EKSTRAKSI BLOK MANDIBULAR TEKNIK GOW-
GATES
(Laporan Kasus)
Nadia Yuniastuti Winarta, Laila Nuzulillah Wahyuni
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
@nadia.winarta@yahoo.com, laila_nw@yahoo.com
ABSTRAK
Radices adalah Karies yang meluas dan tidak dirawat mengakibatkan hilangnya mahkota gigi
sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar). Etiologi dari radices akibat trauma hingga menyisakan
akar gigi atau karies yang tidak dilakukan perawatan.
Gejala yang didapat dari radices biasanya terjadi tanpa ada rasa sakit dan dari kondisi sisa
akar sudah berwarna kecoklatan. Penatalaksanaan sisa akar gigi yang mengalami infeksi periapikal
dilakuka medikasi terlebih dahulu sedangkan akar gigi yang tidak terdapat keluhan periapikal dilakukan
pencabutan atau ekstraksi gigi.
Laporan kasus ini berupa wanita 22 tahun mengeluhkan gigi belakang kiri bawahnya sering
bersentuhan dengan lidah dan mengakibatkan lidahnya trauma, gigi tidak sakit dan berwarna
kecoklatan, keluhan terjadi sejak satu tahun yang lalu, dulu pernah sakit namun tidak dilakukan
perawatan ke dokter.
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif diperoleh diagnosa radices (gangren pulpa)
pada gigi 36. Perawatan Radices dilakukan ekstraksi gigi dengan anastesi blok mandibula. Perawatan
dilakukan dengan 1 kali kunjungan dan 1 kali kontrol. Instruksi pasca pencabutan berupa hindari makan
keras dan menghisap-hisap pada area yang telah dilakukan pencabutan serta pemberian medikasi
pasca ekstraksi gigi. Pada saat kontrol soket sudah mulai menutup berwarna kemerahan, palpasi
negatif dan tidak terdapat keluhan dari pasien.
Kata kunci: Radices, Ekstraksi gigi, Anastesi blok mandibula.

ABSTRACT
Radices are widespread and untreated caries resulting in a complete loss of crown and leaving
the root (remaining root). The etiology of radices due to trauma leaves tooth roots or caries that are not
treated.
Symptoms obtained from radices usually occur without pain and from the condition that the
remaining roots are brownish in color. Management of the remaining tooth roots that have periapical
infection is treated first, whereas tooth roots with no periapical complaints are extracted or extracted
from the teeth.
This case report is in the form of a 22-year-old woman complaining that her lower left back
teeth often come into contact with the tongue and cause her tongue to be traumatized, teeth not brown
and brown, complained occurs one year ago, once ill but not treated by a doctor.
Based on subjective and objective examination, a diagnosis of radices (pulp gangrene) in tooth
36 was obtained. Treatment of Radices was extracted by mandibular block anesth. Treatment is done
with 1 visit and 1 time control. Post-extraction instructions include avoiding hard eating and suctioning
in the area that has been extracted and the administration of post-extraction medication. At the time of
control the socket has begun to close the reddish color, negative palpation and no complaints from the
patient.
Keywords: Radices, Tooth extraction, Anasthesia of the mandibular block.

PENDAHULUAN

Radices adalah Karies yang meluas dan tidak dirawat mengakibatkan hilangnya

mahkota gigi sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar) . Radices juga dapat diartikan

sebagai bagian dari gigi yang tertanam di dalam gingiva dan melekat pada jaringan

periodontal.1 Adanya sisa akar (Radix/Radices) dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu
adanya kerusakan gigi yang diakibatkan oleh karies gigi. Trauma mahkota gigi bisa patah

karena adanya benturan akibat kecelakaan, jatuh, berkelahi atau sebab lainnya. Seringkali

seluruh mahkota mengalami fraktur dan menyisakan akar gigi saja. Tindakan pencabutan gigi

yang tidak sempurna.2 Gejala yang didapat dari radices biasanya terjadi tanpa ada rasa sakit

dan dari kondisi sisa akar sudah berwarna kecoklatan. Pemeriksaan inspeksi sudah tidak terlihat

bagian mahkota gigi dan tidak perlu dilakukan pemeriksaan Sondasi atau vitalitas gigi. 3 Proses

terjadinya sisa akar bermula dari adanya karies yang pada proses awalnya hanya terlihat bercak

putih pada email lama-kelamaan akan berubah jadi coklat dan berlubang. Ketika kebersihan

mulut tidak dipelihara lubang bisa menjadi luas dan dalam menembus lapisan dentin. Tahap

ini jika tidak ada perawatan gigi lubang bertambah luas dan dalam sampai daerah pulpa gigi

yang banyak berisi pembuluh darah, limfe dan syaraf. Gigi akan mati dan kropos sampai

mahkotanya habis dan tinggal sisa akar gigi.4 Sisa akar gigi atau gangren radiks yang hanya

dibiarkan saja dapat muncul keluar gusi setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena

teresorbsi oleh tubuh, atau dapat berkembang menjadi abses, kista dan neoplasma. Sisa akar

gigi berpotensi untuk mencetuskan infeksi pada akar gigi dan jaringan penyangga gigi. Infeksi

ini menimbulkan rasa sakit dari ringan sampai hebat, terjadi pernanahan, pembengkak padagusi

atau wajah hingga sukar membuka mulut (trismus). Pasien terkadang menjadi lemas karena

susah makan. Pembengkakan yang terjadi di bawah rahang dapat menginfeksi

kulit,menyebabkan selulitis atau plegmon, dengan kulit memerah, teraba keras bagaikan kayu,

lidah terangkat ke atas dan rasa sakit yang menghebat. Perluasan infeksi ini sangat berbahaya,

bahkan penanganan yang terlambat dapat menyebabkan kematian. Penatalaksanaan sisa akar

gigi ini tergantung dari pemeriksaan klinis akar gigi dan jaringan penyangganya. akar gigi yang

mengalami infeksi periapikal sebaiknya diberikan medikasi terlebih dahulu sedangkan akar

gigi yang tidak terdapat keluhan periapikal dialkukan pencabutan atau ekstraksi gigi. 4
LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berusia berusia 24 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Soelastri mengeluhkan gigi geraham bawah kanan berlubang besar dan ingin dicabut. Pasien

mengeluhkan gigi tersebut berlubang sejak 7 tahun yang lalu dengan lubang yang kecil

kemudian melebar. Pasien pernah merasakan sakit saat awal berlubang namun sekarang sudah

tidak merasakan sakit lagi. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit. Pasien tidak

mempunyai alergi terhadap obat, makanan dan cuaca. Pasien tidak mempunyai riwayat

penyakit sistemik. Pasien pernah ke dokter gigi pada waktu kecil untuk mencabutkan gigi susu

di bagian depan atas. Pemeriksaan vital sign masih dalam batas normal, Oral hygiene pasien

sedang yaitu sedang. Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 36 radices dengan perkusi negatif

dan palpasi negatif. Rencana perawatan yang dilakukan adalah ekstraksi dengan anastesi blok

mandibula.

Gambar A. Gambar awal gigi yang akan dirawat

RENCANA DAN TAHAPAN PERAWATAN

Setelah dilakukan pemeriksaan, maka gigi 36 akan dilakukan ekstraksi dengan

anastesi blok mandibula. Kemudian mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan. Kemudian

mempersiapkan pasien dikursi gigi, dan mengatur kepala pasien agar bila pasien membuka

mulut maka korpus mandibula sejajar dengan lantai, Posisi operator berdiri di samping kanan
pasien, lalu aplikasikan antiseptic pada area penyuntikan yaitu povidone iodine dengan cotton

pellet dan aplikasikan topikal anastesi benzocaine dengan cotton pellet hingga terasa agak

kebal, lakukan anastesi blok mandibula dengan cara jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi

terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk

digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada di linea

oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang bawah, Posisi

I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku, dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu

region premolar; Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang

oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5mm, lakukan aspirasi bila negative keluarkan

anestetikum sebanyak 0,5ml untuk menganestesi N.Lingualis; Posisi III : Spuit digeser kearah

posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira10-

15mm. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1ml untuk menganestesi

N.Alveolaris inferior. Setelah selesai spuit ditarik kembali; Tambahkan anastesi infiltrasi pada

bagian bukal gigi 46 untuk menginervasi N. Buccalis sebanyak 0,5ml.

Melakukan evaluasi dari efek anastesi dengan pemeriksaan subjektif, apakah pasien

sudah merasa tebal pada pipi,1/3 lidah, bibir dan pemeriksaan objektif (area yang teranastesi

berwarna lebih pucat, pasien diminta berkumur), Lakukan separasi untuk memisahkan jaringan

keras dan lunak menggunakan eksavator setelah terpisahkan lakukan luksasi menggunakan

bein lurus dari sisi mesial dan distal gigi, Jika dirasa sudah cukup dan rongga yang terbuka bisa

dijadikan pegangan forcep, maka lanjutkan pencabutan menggunakan forcep molar rahang

bawah dengan kekuatan tekan ke arah bukal dan lingual, Setelah gigi tercabut dari soketnya,

lakukan reposisi soket gigi dengan ibu jari dan telunjuk.

Pasien diintruksikan untuk mengigit tampon yang telah diberi povidone iodine, pasien

juga di resepkan obat, jangan berkumur terlalu keras, jangan memainkan bekas luka dengan

jari atau lidah, jangan makan dan minum yang panas; makan pada sisi yang berlawanan dan
jangan menghisap-hisap daerah pencabutan, pasien juga diinstruksikan untuk kontrol seminggu

pasca pencabutan. Setelah 1 minggu pasien diinstruksikan kontrol, dilakukan pemeriksaan

subjektif pada pasien yaitu menanyakan keluhan pasca pencabutan dan objektif yaitu

pemeriksaan daerah bekas pencabutan. Hasil pada pemeriksaan subjektif dan objektif pada

pasien menunjukan tidak adanya keluhan, bekas soket pencabutan telah menutup dan juga tidak

ada komplikasi pasca pencabutan, hal ini menunjukan bahwa perawatan ekstraksi pada gigi 36

berhasil.

B D

Gambar B. Gigi yang diekstraksi Gambar D. Post ekstraksi

PEMBAHASAN

Sisa akar atau nekrosis merupakan suatu keadaan yang sudah mati, dan sudah tidak

bermanfaat lagi. Timbulnya sisa akar gigi dapat diakibatkan karena karies gigi, trauma (patah

atau terbentur) atau tindakan pencabutan gigi yang tidak sempurna.Laporan kasus ini sisa akar

yang diderita pasien akibat karies gigi yang tidak segera ditangani .Pada awalnya pasien tidak

mengeluhkan adanya rasa sakit pada saat pemeriksaan subjektif dan objektif selanjutnya

pilihan perawatan untuk gigi tersebut adalah ekstraksi dengan anastesi blok mandibula.

Pemilihan teknik anastesi blok mandibula dengan beberapa pertimbangan diantaranya area
pencabutan gigi dapat teranastesi secara luas sehingga pasien tidak merasakan sakit. Anastesi

blok mandibula dinyatakan berhasil karena bibir (N. alveolaris inferior) dan lidah (N. lingualis)

pada sisi yang disuntik terasa kebas. Nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis pada sisi

tersebut telah teranastesi dengan baik sehingga pasien tidak merasakan sakit saat pencabutan. 5

Anestesi mandibular dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu direct and indirect atau

Fisher. Teknik direct dilakukan satu kali penyuntikan dan satu arah darikontra lateral premolar

gigi yang berlawanan, sedangkan tknik indirect memerlukan beberapa kali perubahan arah

jarum saat dilakukan penyuntikan, Berdasarkan onset, teknik direct lebih cepat dibandingkan

indirect karena dengan teknik direct langsung tertuju pada nervus alveolar. Berdasarkan

durasinya, teknik direct lebih lama dibandingkan indirect karena dengan teknik direct langsung

tertuju ada target sehingga lebih lama dalam menganestesi (mengeblock) nya. Kekurangan dari

anastesi mandibula dengan teknik direk yaitu sering terjadinya kesalahan dari letak anastesi

atau nervus yang dituju. Letak anestesi yang terlalu rendah ke arah lingual menyebabkan

kekurangan cairan anestesi pada gigi dan tulang. Anastesi yang terlalu ke mesial, larutan akan

mengendap di otot pterygoid dan trismus. Kesalahan lainnya terjadinya parastesi. 6 Pemilihan

anastesi dengan teknik indirect pada kasus ini untuk meminimalisir terjadinya kesalahan letak

anastesi pada saat anastesi.6

Penggunaan larutan anastesi pada kasus ini dipilih dengan mengunakan larutan anastesi

pehacain karena memiliki onset yang cepat dan durasi yang lama, penambahan vasokonstriktor

pada pehacain juga mampu mengurangi terjadinya perdarahan pasca pencabutan. Anastesi

dilakukan sebanyak 1 ml pada n. Alveolaris Inferior dan 0,5 cc pada bagian n. lingualis dan 0,5

ml pada bagian n. Bucalis longus.7

Pada kasus pencabutan gigi 36 menggunakan ekskavator, bein dan tangradix rahang

bawah permanen. Ekskavator digunakan untuk mengetes anastesi dan separasi yaitu

memisahkan perlekatan gingiva dan gigi sedangkan bein digunakan untuk melakukan elevasi,
mengawali perlonggaran alveolus. Cara memegang yang tepat, bein lurus diinsersikan pada

interproksimal, paralel dengan permukaan akar gigi untuk mengawali suatu pencabutan,

mobilitas yang cukup dicapai apabila bein ditekan ke apikal dan juga dirotasi ke bukal.

Sedangkan untuk tang, setelah diaplikasikan dan adaptasi diawali dengan tekanan

mencengkram. Adaptasi dipertahankan melalui tekanan ke arah apikal dikombinasi dengan

gaya cengkram. Tekanan diaplikasikan perlahan-lahan dan dipertahankan sebentar pada waktu

mencapai batas pergerakan sebelum mengawali gerak ke arah yang berlawanan. Selanjutnya

digerakkan ke arah bukal, rotasional dan akhirnya gerakkan ke arah bukal.8

Medikasi yang diberikan kepada pasien adalah (Amoxicillin 500 mg 3 kali sehari

selama 3 hari diminum setelah makan, Asam Mefenamat yang diminum 1 kali sehari bila terasa

sakit dan diminum setelah makan) dan tidak dianjurkan untuk diminum kembali apabila sudah

tidak terdapat rasa nyeri untuk membantu mengurangi rasa sakit dan mengurangi kemungkinan

adanya infeksi selama fase penyembuhan luka. 9

Proses penyembuhan luka setelah dilakukan pencabutan terdapat dalam beberapa fase.

Fase tersebut terdiri dari fase hemostasis yaitu penutupan luka pada saat mulai terbentuk

pembekuan darah, fase peradangan yaitu terbentuknya benang fibrin yang mengawali proses

penutupan luka, fase proliferasi yaitu sudah terjadi penutupan luka seluruhnya pada bekas

pencabutan, fase maturasi yaitu proses penyembuha secara sempurna yang melibatkan

regenarasi jaringan parut.10

Kunjungan kedua saat kontrol, pemeriksaan subjektif dan objektif pasien tidak

mengeluhkan rasa sakit dan soket mulai menutup serta mukosa masih berwarna sedikit

kemerahan. Hal ini menunjukka perawatan ekstraksi gigi pada gigi 36 radices telah berhasil

dilakukan tanpa adanya komplikasi.


KESIMPULAN

Ekstraksi radices pada gigi 36 telah dilakukan tanpa komplikasi pasca pencabutan.

Medikasi dengan antibiotik diberikan agar tidak terjadi infeksi dan analgetik diberikan untuk

membantu mengurangi rasa sakit. Ekstraksi gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit

satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi,

sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah

prostetik di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Yuwono, Budi, Penatalaksanaan Pencabutan Gigi dengan Kondisi sisa Akar (Gangren Akar),
stogmatognatic(J.K.G Unej, 2010, Vol. 7(2): 89-95.
2. Lix, Kolltveit, Tronstad L, Olsen I,. Systemic disease cause by oral infection, Clinical Microbiology
Reviews, 2000, 547-58
3. Campbell PJ, Green AR. Management of Polycythema Vera and Essential Thrombocythema.
American Society of Hematology. 2005: 201-208.
4. Sonis ST, Fazio Rc, Fang L. Principle and practice of oral medicine , 2nd ed. Philadelphia:WB
Saunders Company; 1995: 339-415.
5. Jastak,JT Cs,: 1995, Local anesthesia of the oral cavity, Philadelphia, W.B. Saubders Company.
6. Jhon GM. Practical dental local anesthesia. London: Quintessence publishing co; 2002. p. 55-59.
7. Malamed, SF., 1994, Handbook of local anesthesia, 4 nd Ed., St. Louis, Mosby year
book.
8. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996; pp.83-100
9. Bakar A. Kedokteran Gigi Klinis. Yogjakarta : Quantum. 2012,p.117
10. Sugiaman VK. Peningkatan penyembuhan luka di mukosa oral melalui pemberian Aloe Vera (Linn.)
secara topikal. JMK; 2011: 11 (1); p 72-3: [internet]. Available from
http://majour.maranatha.edu/index. php/jurnal-kedokteran/article/download /907/pdf. Accessed
December 14, 2013.

Anda mungkin juga menyukai