PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Oleh
Nadia Yuniastuti Winarta
J520181025
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
J530181025
Dosen Pembimbing
ABSTRACT
Radices are widespread and untreated caries resulting in a complete loss of crown and leaving
the root (remaining root). The etiology of radices due to trauma leaves tooth roots or caries that are not
treated.
Symptoms obtained from radices usually occur without pain and from the condition that the
remaining roots are brownish in color. Management of the remaining tooth roots that have periapical
infection is treated first, whereas tooth roots with no periapical complaints are extracted or extracted
from the teeth.
This case report is in the form of a 22-year-old woman complaining that her lower left back
teeth often come into contact with the tongue and cause her tongue to be traumatized, teeth not brown
and brown, complained occurs one year ago, once ill but not treated by a doctor.
Based on subjective and objective examination, a diagnosis of radices (pulp gangrene) in tooth
36 was obtained. Treatment of Radices was extracted by mandibular block anesth. Treatment is done
with 1 visit and 1 time control. Post-extraction instructions include avoiding hard eating and suctioning
in the area that has been extracted and the administration of post-extraction medication. At the time of
control the socket has begun to close the reddish color, negative palpation and no complaints from the
patient.
Keywords: Radices, Tooth extraction, Anasthesia of the mandibular block.
PENDAHULUAN
Radices adalah Karies yang meluas dan tidak dirawat mengakibatkan hilangnya
mahkota gigi sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar) . Radices juga dapat diartikan
sebagai bagian dari gigi yang tertanam di dalam gingiva dan melekat pada jaringan
periodontal.1 Adanya sisa akar (Radix/Radices) dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu
adanya kerusakan gigi yang diakibatkan oleh karies gigi. Trauma mahkota gigi bisa patah
karena adanya benturan akibat kecelakaan, jatuh, berkelahi atau sebab lainnya. Seringkali
seluruh mahkota mengalami fraktur dan menyisakan akar gigi saja. Tindakan pencabutan gigi
yang tidak sempurna.2 Gejala yang didapat dari radices biasanya terjadi tanpa ada rasa sakit
dan dari kondisi sisa akar sudah berwarna kecoklatan. Pemeriksaan inspeksi sudah tidak terlihat
bagian mahkota gigi dan tidak perlu dilakukan pemeriksaan Sondasi atau vitalitas gigi. 3 Proses
terjadinya sisa akar bermula dari adanya karies yang pada proses awalnya hanya terlihat bercak
putih pada email lama-kelamaan akan berubah jadi coklat dan berlubang. Ketika kebersihan
mulut tidak dipelihara lubang bisa menjadi luas dan dalam menembus lapisan dentin. Tahap
ini jika tidak ada perawatan gigi lubang bertambah luas dan dalam sampai daerah pulpa gigi
yang banyak berisi pembuluh darah, limfe dan syaraf. Gigi akan mati dan kropos sampai
mahkotanya habis dan tinggal sisa akar gigi.4 Sisa akar gigi atau gangren radiks yang hanya
dibiarkan saja dapat muncul keluar gusi setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena
teresorbsi oleh tubuh, atau dapat berkembang menjadi abses, kista dan neoplasma. Sisa akar
gigi berpotensi untuk mencetuskan infeksi pada akar gigi dan jaringan penyangga gigi. Infeksi
ini menimbulkan rasa sakit dari ringan sampai hebat, terjadi pernanahan, pembengkak padagusi
atau wajah hingga sukar membuka mulut (trismus). Pasien terkadang menjadi lemas karena
kulit,menyebabkan selulitis atau plegmon, dengan kulit memerah, teraba keras bagaikan kayu,
lidah terangkat ke atas dan rasa sakit yang menghebat. Perluasan infeksi ini sangat berbahaya,
bahkan penanganan yang terlambat dapat menyebabkan kematian. Penatalaksanaan sisa akar
gigi ini tergantung dari pemeriksaan klinis akar gigi dan jaringan penyangganya. akar gigi yang
mengalami infeksi periapikal sebaiknya diberikan medikasi terlebih dahulu sedangkan akar
gigi yang tidak terdapat keluhan periapikal dialkukan pencabutan atau ekstraksi gigi. 4
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki berusia berusia 24 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Soelastri mengeluhkan gigi geraham bawah kanan berlubang besar dan ingin dicabut. Pasien
mengeluhkan gigi tersebut berlubang sejak 7 tahun yang lalu dengan lubang yang kecil
kemudian melebar. Pasien pernah merasakan sakit saat awal berlubang namun sekarang sudah
tidak merasakan sakit lagi. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit. Pasien tidak
mempunyai alergi terhadap obat, makanan dan cuaca. Pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit sistemik. Pasien pernah ke dokter gigi pada waktu kecil untuk mencabutkan gigi susu
di bagian depan atas. Pemeriksaan vital sign masih dalam batas normal, Oral hygiene pasien
sedang yaitu sedang. Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 36 radices dengan perkusi negatif
dan palpasi negatif. Rencana perawatan yang dilakukan adalah ekstraksi dengan anastesi blok
mandibula.
anastesi blok mandibula. Kemudian mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan. Kemudian
mempersiapkan pasien dikursi gigi, dan mengatur kepala pasien agar bila pasien membuka
mulut maka korpus mandibula sejajar dengan lantai, Posisi operator berdiri di samping kanan
pasien, lalu aplikasikan antiseptic pada area penyuntikan yaitu povidone iodine dengan cotton
pellet dan aplikasikan topikal anastesi benzocaine dengan cotton pellet hingga terasa agak
kebal, lakukan anastesi blok mandibula dengan cara jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi
terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk
digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada di linea
oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang bawah, Posisi
I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku, dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu
region premolar; Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang
oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5mm, lakukan aspirasi bila negative keluarkan
anestetikum sebanyak 0,5ml untuk menganestesi N.Lingualis; Posisi III : Spuit digeser kearah
posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira10-
15mm. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1ml untuk menganestesi
N.Alveolaris inferior. Setelah selesai spuit ditarik kembali; Tambahkan anastesi infiltrasi pada
Melakukan evaluasi dari efek anastesi dengan pemeriksaan subjektif, apakah pasien
sudah merasa tebal pada pipi,1/3 lidah, bibir dan pemeriksaan objektif (area yang teranastesi
berwarna lebih pucat, pasien diminta berkumur), Lakukan separasi untuk memisahkan jaringan
keras dan lunak menggunakan eksavator setelah terpisahkan lakukan luksasi menggunakan
bein lurus dari sisi mesial dan distal gigi, Jika dirasa sudah cukup dan rongga yang terbuka bisa
dijadikan pegangan forcep, maka lanjutkan pencabutan menggunakan forcep molar rahang
bawah dengan kekuatan tekan ke arah bukal dan lingual, Setelah gigi tercabut dari soketnya,
Pasien diintruksikan untuk mengigit tampon yang telah diberi povidone iodine, pasien
juga di resepkan obat, jangan berkumur terlalu keras, jangan memainkan bekas luka dengan
jari atau lidah, jangan makan dan minum yang panas; makan pada sisi yang berlawanan dan
jangan menghisap-hisap daerah pencabutan, pasien juga diinstruksikan untuk kontrol seminggu
subjektif pada pasien yaitu menanyakan keluhan pasca pencabutan dan objektif yaitu
pemeriksaan daerah bekas pencabutan. Hasil pada pemeriksaan subjektif dan objektif pada
pasien menunjukan tidak adanya keluhan, bekas soket pencabutan telah menutup dan juga tidak
ada komplikasi pasca pencabutan, hal ini menunjukan bahwa perawatan ekstraksi pada gigi 36
berhasil.
B D
PEMBAHASAN
Sisa akar atau nekrosis merupakan suatu keadaan yang sudah mati, dan sudah tidak
bermanfaat lagi. Timbulnya sisa akar gigi dapat diakibatkan karena karies gigi, trauma (patah
atau terbentur) atau tindakan pencabutan gigi yang tidak sempurna.Laporan kasus ini sisa akar
yang diderita pasien akibat karies gigi yang tidak segera ditangani .Pada awalnya pasien tidak
mengeluhkan adanya rasa sakit pada saat pemeriksaan subjektif dan objektif selanjutnya
pilihan perawatan untuk gigi tersebut adalah ekstraksi dengan anastesi blok mandibula.
Pemilihan teknik anastesi blok mandibula dengan beberapa pertimbangan diantaranya area
pencabutan gigi dapat teranastesi secara luas sehingga pasien tidak merasakan sakit. Anastesi
blok mandibula dinyatakan berhasil karena bibir (N. alveolaris inferior) dan lidah (N. lingualis)
pada sisi yang disuntik terasa kebas. Nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis pada sisi
tersebut telah teranastesi dengan baik sehingga pasien tidak merasakan sakit saat pencabutan. 5
Anestesi mandibular dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu direct and indirect atau
Fisher. Teknik direct dilakukan satu kali penyuntikan dan satu arah darikontra lateral premolar
gigi yang berlawanan, sedangkan tknik indirect memerlukan beberapa kali perubahan arah
jarum saat dilakukan penyuntikan, Berdasarkan onset, teknik direct lebih cepat dibandingkan
indirect karena dengan teknik direct langsung tertuju pada nervus alveolar. Berdasarkan
durasinya, teknik direct lebih lama dibandingkan indirect karena dengan teknik direct langsung
tertuju ada target sehingga lebih lama dalam menganestesi (mengeblock) nya. Kekurangan dari
anastesi mandibula dengan teknik direk yaitu sering terjadinya kesalahan dari letak anastesi
atau nervus yang dituju. Letak anestesi yang terlalu rendah ke arah lingual menyebabkan
kekurangan cairan anestesi pada gigi dan tulang. Anastesi yang terlalu ke mesial, larutan akan
mengendap di otot pterygoid dan trismus. Kesalahan lainnya terjadinya parastesi. 6 Pemilihan
anastesi dengan teknik indirect pada kasus ini untuk meminimalisir terjadinya kesalahan letak
Penggunaan larutan anastesi pada kasus ini dipilih dengan mengunakan larutan anastesi
pehacain karena memiliki onset yang cepat dan durasi yang lama, penambahan vasokonstriktor
pada pehacain juga mampu mengurangi terjadinya perdarahan pasca pencabutan. Anastesi
dilakukan sebanyak 1 ml pada n. Alveolaris Inferior dan 0,5 cc pada bagian n. lingualis dan 0,5
Pada kasus pencabutan gigi 36 menggunakan ekskavator, bein dan tangradix rahang
bawah permanen. Ekskavator digunakan untuk mengetes anastesi dan separasi yaitu
memisahkan perlekatan gingiva dan gigi sedangkan bein digunakan untuk melakukan elevasi,
mengawali perlonggaran alveolus. Cara memegang yang tepat, bein lurus diinsersikan pada
interproksimal, paralel dengan permukaan akar gigi untuk mengawali suatu pencabutan,
mobilitas yang cukup dicapai apabila bein ditekan ke apikal dan juga dirotasi ke bukal.
Sedangkan untuk tang, setelah diaplikasikan dan adaptasi diawali dengan tekanan
gaya cengkram. Tekanan diaplikasikan perlahan-lahan dan dipertahankan sebentar pada waktu
mencapai batas pergerakan sebelum mengawali gerak ke arah yang berlawanan. Selanjutnya
Medikasi yang diberikan kepada pasien adalah (Amoxicillin 500 mg 3 kali sehari
selama 3 hari diminum setelah makan, Asam Mefenamat yang diminum 1 kali sehari bila terasa
sakit dan diminum setelah makan) dan tidak dianjurkan untuk diminum kembali apabila sudah
tidak terdapat rasa nyeri untuk membantu mengurangi rasa sakit dan mengurangi kemungkinan
Proses penyembuhan luka setelah dilakukan pencabutan terdapat dalam beberapa fase.
Fase tersebut terdiri dari fase hemostasis yaitu penutupan luka pada saat mulai terbentuk
pembekuan darah, fase peradangan yaitu terbentuknya benang fibrin yang mengawali proses
penutupan luka, fase proliferasi yaitu sudah terjadi penutupan luka seluruhnya pada bekas
pencabutan, fase maturasi yaitu proses penyembuha secara sempurna yang melibatkan
Kunjungan kedua saat kontrol, pemeriksaan subjektif dan objektif pasien tidak
mengeluhkan rasa sakit dan soket mulai menutup serta mukosa masih berwarna sedikit
kemerahan. Hal ini menunjukka perawatan ekstraksi gigi pada gigi 36 radices telah berhasil
Ekstraksi radices pada gigi 36 telah dilakukan tanpa komplikasi pasca pencabutan.
Medikasi dengan antibiotik diberikan agar tidak terjadi infeksi dan analgetik diberikan untuk
membantu mengurangi rasa sakit. Ekstraksi gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit
satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi,
sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah
DAFTAR PUSTAKA
1. Yuwono, Budi, Penatalaksanaan Pencabutan Gigi dengan Kondisi sisa Akar (Gangren Akar),
stogmatognatic(J.K.G Unej, 2010, Vol. 7(2): 89-95.
2. Lix, Kolltveit, Tronstad L, Olsen I,. Systemic disease cause by oral infection, Clinical Microbiology
Reviews, 2000, 547-58
3. Campbell PJ, Green AR. Management of Polycythema Vera and Essential Thrombocythema.
American Society of Hematology. 2005: 201-208.
4. Sonis ST, Fazio Rc, Fang L. Principle and practice of oral medicine , 2nd ed. Philadelphia:WB
Saunders Company; 1995: 339-415.
5. Jastak,JT Cs,: 1995, Local anesthesia of the oral cavity, Philadelphia, W.B. Saubders Company.
6. Jhon GM. Practical dental local anesthesia. London: Quintessence publishing co; 2002. p. 55-59.
7. Malamed, SF., 1994, Handbook of local anesthesia, 4 nd Ed., St. Louis, Mosby year
book.
8. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996; pp.83-100
9. Bakar A. Kedokteran Gigi Klinis. Yogjakarta : Quantum. 2012,p.117
10. Sugiaman VK. Peningkatan penyembuhan luka di mukosa oral melalui pemberian Aloe Vera (Linn.)
secara topikal. JMK; 2011: 11 (1); p 72-3: [internet]. Available from
http://majour.maranatha.edu/index. php/jurnal-kedokteran/article/download /907/pdf. Accessed
December 14, 2013.