Anda di halaman 1dari 9

SKENARIO 2A

Seorang pasien anak laki-laki (7,5 tahun, 13kg) datang bersama ibunya ke
Poli Gigi RS Sehat ingin memeriksan gigi permanen depan atas yang sudah
tumbuh akan tetapi gigi susunya masih belum tanggal. Setelah dilakukan
pemeriksaan objektif, terdapat persistensi pada gigi 61 disertai dengan luksasi
derajat 1, gigi 21 partial erupsi ke arah palatal. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik. Pasien belum pernah ke dokter gigi sebelumnya. Menurut
cerita ibunya, gigi depan bawahnya sudah tanggal dengan sendirinya. Pasien
terlihat sangat kooperatif dan komunikatif sehingga dokter gigi jaga memutuskan
untuk mencabut kedua gigi tersebut.

A. Diagnosa Kasus dan Rencana Perawatan pada Kasus


1. Diagnosa Kasus
Persistensi gigi 61
2. Rencana Perawatan
a. Anestesi Topikal
b. Ekstraksi gigi 61

B. Teknik dan Prosedur Anestesi (posisi operator dan posisi pasien)


1. Posisi Operator, dalam melakukan anestesi dan ekstraksi pada gigi 61,
yaitu pada posisi jam 6-9, kepala pasien menghadap ke arah operator.
Asisten duduk di jam 3 dan meja instrument di jam 2. Sinar lampu
direfleksikan melalui kaca mulut ( Pedhlar, 2008).

Gambar 1. Posisi operator untuk pencabutan gigi 61


2. Posisi Pasien, pada saat dilakukan anestesi dan ekstraksi pada gigi 61,
posisi duduk pasien yaitu semi supine atau setengah menyandar,
sehingga pasien akan merasa nyaman, mudah dilakukan tindakan.
Selain itu, posisi pasien relatif lebih tinggi atau diatas dataran siku.
(Pedersen, 2013; Anggono, 2016).
Gambar 2. Posisi Kursi pasien untuk pencabutan gigi 61

3. Teknik Anestesi
Anestesi Topikal menggunakan bahan chlor etyl.
4. Prosedur Anestesi
a. Perhatikan prosedur pada anak-anak, kunjungan lebih baik
dilakukan pada pagi hari, pasien tidak dalam keadaan lapar.
b. Lakukan izin tertulis (informed consent) pada orang tua atau wali.
c. Lakukan pendekatan pada anak dengan menggunakan metode Tell
Show Do agar anak lebih merasa nyaman.
d. Persiapan alat dan bahan, letakan jangan di dekat anak.
e. Posisikan anak dengan nyaman.
f. Keringkan area membran mukosa yang akan dianestesi
menggunakan kain kasa atau kapas dan lakukan asepsis.
g. Semprotkan chlor etil pada kapas hingga terlihat kristal es.
h. Tempelkan kapas yang berisi chlor etil ke mukosa gigi 61, lakukan
ekstraksi.

C. Teknik Ekstraksi
1. Persiapan meliputi teknik asepsis, posisi operator, posisi pasien, posisi
tangan bebas/tumpuan (stabilisasi)
a. Teknik Asepsis
Setelah membrana mukosa dikeringkan untuk melakukan prosedur
anestesi, maka tahap berikutnya adalah melakukan asepsis dengan
menggunakan povidone iodine 10% yang diteteskan pada kapas
atau cotton ball. Lakukan asepsis dengan gerakan sirkular dari
dalam keluar, sehingga bakteri tidak berkumpul lagi.
b. Posisi Operator
Posisi jam 6-9, kepala pasien menghadap ke arah operator.
c. Posisi Pasien
Posisi duduk pasien yaitu semi supine atau setengah menyandar,
sehingga pasien akan merasa nyaman.
d. Posisi Tangan Bebas
Memegang prosesus alveolaris diantara ibu jari dan telunjuk
dengan tangan yang bebas. Ini akan membantu retraksi bibir,
stabilisasi kepala, mendukung prosesus alveolaris, dan meraba
tulang labial.
2. Pemilihan alat dan bahan ekstraksi, pencahayaan
a. Alat dan Bahan
1) Tang mahkota anterior rahang atas gigi desidui

Gambar 3. Tang Mahkota Anterior Rahang Atas Gigi Decidui


2) Kasa/kapas
3) Bone Kuret/Bone Ekso
4) Luksator gigi anterior
5) Pinset
6) Anestetikum topikal (chlor etyl)
b. Pencahayaan
Pencahayaan harus diatur sedemikian rupa agar daerah operasi
dapat terlihat dengan jelas tanpa bayangan hitam yang membuat
gelap daerah operasi. Sinar lampu direfleksikan melalui kaca mulut
( Pedhlar, 2008).
3. Prosedur pada saat ekstraksi
a. Lakukan teknik anestesi topikal.
b. Gunakan luksator pada bagian mesial, distal dan bukal gigi 61
hingga gigi luksasi derajat 2.
c. Penggunaan tang untuk mencabut gigi insisivus atas gigi desidui
dengan teknik pinch grasp. Pinch grasp terdiri dari memegang
prosesus alveolaris diantara ibu jari dan telunjuk dengan tangan
yang bebas. Ini akan membantu retraksi bibir, stabilisasi kepala,
mendukung prosesus alveolaris, dan meraba tulang labial.
d. Lakukan gerakan rotasi 1 sumbu diikuti gerakan tarikan.
e. Setelah itu, perhatikan kondisi dinding alveolus dan tepi oklusal
alveolus, serta adanya jaringan lunak patologis dan lakukan
kuretase untuk mencegah komplikasi pasca pencabutan.
f. Pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan obat
antiseptik untuk menghindari terjadinya infeksi bakteri.
g. Jika ada tulang yang tajam, maka haluskan dengan bone file.
h. Setelah soket bersih, lakukan massage pada soket.
i. Tempatkan sponge/kasa/kapas diatas luka bekas pencabutan untuk
mengontrol perdarahan
(Pedlar, 2008; Pedersen, 2013).
4. Prosedur Post Operasi (medikasi, instruksi dan edukasi)
Pencabutan pada gigi decidui dengan luksasi tidak perlu diberi
obat, kecuali apabila pasien merasa sakit maka diperikan obat ibu
profen sirup. Edukasi kepada pasien berupa:
a. Menggigit sponge/kasa/kapas dipertahankan 30 menit pasca
pencabutan.
b. Jangan menghisap daerah bekas pencabutan.
c. Jangan meludah.
d. Jangan mengunyah permen karet
e. Menghindari makanan dan minuman yang panas dan keras.
f. Tidak diindikasikan untuk mengigit bibir atau lidah yang terasa
tebal atau keanehan yang terjadi di dalam rongga mulut.
(Bakar, 2014; pedersen, 2013)

SKENARIO 2B
Seorang pasien laki-laki berusia 37 tahun datang ingin memeriksakan gigi
geraham bawah kanan yang sudah lama berlubang besar. Sebelumnya gigi
tersebut pernah ditambal di puskesmas namun lepas dan dibiarkan oleh pasien.
Berdasarkan pemeriksaan objektif terdapat kavitas dengan kedalaman pulpa
pada gigi 46 yang sudah menembus kamar pulpa dan menyisakan mahkota klinis
yang tidak memungkinkan untuk direstorasi. Pasien merasa risih karena sering
ada sisa makanan yang terselip dilubang giginya, sehingga pasien memutuskan
untuk mencabutnya. Kondisi umum pasien baik, tekanan darah pasien 110/80
mmHg. Dokter gigi memutuskan untuk mengambil gigi tersebut.

SKENARIO 2C
Pasien laki-laki 55 tahun datang ke RSGM unsoed ingin mencabutkan gigi
kiri atasnya yang berlubang besar serta sudah goyah. Pasien merasa kurang
nyaman ketika digunakan untuk makan. Berdasarkan pemeriksaan intraoral, gigi
26 terdapat kavitas dengan kedalaman pulpa, dan disertai luksasi derajat 2 serta
sudah mengalami ekstrusi. Sebelumnya gigi tersebut pernah sakit sampai pasien
minum obat pereda rasa sakit. Pasien menceritakan memiliki riwayat diabetes
militus dan mengkonsumsi obat rutin berupa metformin 500 mg dua kali sehari.
Pasien rutin mengecek kadar gula darah sendiri. Kadar GDS terakhir dicek
sebelum datang ke RSGM adalah 150 mg/dl. Kondisi umum pasien tampak sehat,
vital sign dalam keadaan normal. Dokter gigi memutuskan untuk mencabut gigi
tersebut.

SKENARIO 2D
Pasien perempuan berusia 20 tahun datang ke dokter gigi praktek swasta
dengan membawa surat rujukan dari dokter gigi Spesialis Ortodontik.
Berdasarkan surat rujukan tersebut ternyata gigi 34 dan 44 pasien harus dicabut
guna keperluan pencarian ruang. Hasil pemeriksaan intra oral terlihat gigi 44
masih baik tanpa ada kavitas, sedangkan gigi 34 terdapat kavitas pada sisi
oklusal yang meluas ke mesial dengan kedalaman dentin. Hasil pemeriksaan vital
sign, nadi pasien 85x / menit sedangkan tekanan darah pasien 130/90 mmHg.
Pasien terlihat tampak cemas. Dokter gigi tersebut memutuskan untuk menunda
beberapa saat sambil menenangkan pasien dan memeriksa kembali vital sign 15
menit kemudian. Hasil pemeriksaan vital sign setelah 15 menit adalah normal,
sehingga dokter gigi memutuskan untuk melakukan tindakan pencabutan.

A. Diagnosa Kasus dan Rencana Perawatan


1. Diagnosa Kasus
Gigi 34 karies media, gigi 44 normal
2. Rencana Perawatan
a. Anestesi topikal dan anestesi blok
b. Ekstraksi gigi 34 44

B. Teknik dan Prosedur Anestesi (posisi operator dan posisi pasien)


1. Posisi Operator, dalam melakukan anestesi dan ekstraksi pada gigi 34,
yaitu pada posisi jam 6-9, telunjuk berada di labial atau bukal dan jari
tengah di lingual sedangkan ibu jari di bawah dagu atau ibu jari di
labial dan jari telunjuk di lingual dan ketiga jari lainnya dibawah dagu.
Lalu pada gigi 44, posisi operator berada di belakang kanan pasien
pada arah jam 10-12 dengan posisi jari tangan, yaitu ibu jari d ilingual,
telunjuk di bukal dan ketiga gigi lainnya berada di dagu untuk
menghindari dislokasi mandibula.
2. Posisi Pasien, dalam melakukan anestesi dan ekstraksi pada gigi 34 44,
yaitu posisi kursi diturunkan sehingga sudut antara dental unit dengan
lantai 110o. Bidang oklusal rahang bawah harus paralel terhadap lantai
ketika membuka mulut. Mulut pasien setinggi siku operator.
Gambar 4. Posisi Kursi pasien untuk pencabutan gigi 34 44

3. Teknik Anestesi
a. Anestesi topikal dengan menggunakan salep benzocain agar
menghilangkan/mengurangi rasa sakit ketika dilakukan
penginjeksian jarum.
b. Anestesi blok teknik fisher untuk menganestesi gigi 34 44 melalui
anestesi n.alveolaris inferior dan n.lingualis.
c. Anestesi blok pada foramen mentalis untuk menganestesi
n.mentalis.
4. Prosedur Anestesi
a. Keringkan area membran mukosa yang akan dianestesi
menggunakan kain kasa atau kapas dan lakukan asepsis.
b. Oleskan anestesi topikal pada bagian yang akan di anestesi, tunggu
hingga 2-3 menit.
c. Lakukan anestesi blok n.alveolaris inferior dengan menginjeksikan
jarum pada bagian tengah antara linea oblique interna dan linea
oblique eksterna arah kontra lateral (antara gigi caninus dan
premolar 1). Ketika terjadi kontak tulang, maka lakukan gerakan
ipsilateral hingga kontak hilang, lalu lakukan gerakan sedikit
kontra lateral. Telusuri tulang hingga foramen mandibula, lakukan
aspirasi, jika negatif maka deponir anestetikum perlahan sebanyak
1-1,5 cc.
d. Tarik jarum dari foramen mandibula sekitar 0,5 cm untuk
melakukan anestesi pada n.lingualis. Lakukan aspirasi, jika negatif
maka deponir anestetikum perlahan sebanyak 0,5 cc. Tarik jarum
perlahan sambil ditekan dan lakukan massage.
e. Lakukan anestesi blok n.mentalis pada foramen mentalis kanan dan
kiri dengan cara injeksikan jarum diregio antara premolar
mandibula sedalam 5-6 mm. Setelah itu, lakukan aspirasi, jika
negatif, maka deponir anestetikum perlahan sebanyak 0,5-1 cc, dan
tarik jarum perlahan, massage agar anestesi merata. Lakukan pada
kedua foramen mentalis.

C. Teknik Ekstraksi
1. Persiapan meliputi teknik asepsis, posisi operator, posisi pasien, posisi
tangan bebas/tumpuan (stabilisasi)
a. Teknik Asepsis
Lakukan prosedur asepsis dengan menggunakan povidone iodine
10% yang diteteskan pada kapas atau cotton ball. Lakukan asepsis
dengan gerakan sirkular dari dalam keluar, sehingga bakteri tidak
berkumpul lagi.
b. Posisi Operator
Pada ekstraksi dan anestesi gigi 34, posisi operator pada posisi jam
6-9. Sedangkan pada ekstraksi dan anestesi gigi 44, posisi operator
pada posisi jam 10-12.
c. Posisi Pasien
Posisi kursi diturunkan sehingga sudut antara dental unit dengan
lantai 110o. Bidang oklusal rahang bawah harus paralel terhadap
lantai ketika membuka mulut. Mulut pasien setinggi siku operator.
d. Posisi Tangan Bebas
Pada ekstraksi dan anestesi gigi 34, posisi telunjuk berada di labial
atau bukal dan jari tengah di lingual sedangkan ibu jari di bawah
dagu atau ibu jari di labial dan jari telunjuk di lingual dan ketiga
jari lainnya dibawah dagu. Sedangkan ekstraksi dan anestesi gigi
44, posisi ibu jari di lingual, telunjuk di bukal dan ketiga gigi
lainnya berada di dagu untuk menghindari dislokasi mandibula.
2. Pemilihan alat dan bahan ekstraksi, pencahayaan
a. Alat dan Bahan
1) Luksator
2) Bein elevator
3) Tang cabut dewasa mahkota rahang bawah
4) Bone file
5) Kapas/kasa
6) Syringe
7) Povidone Iodine 10%
8) Anestetikum chlor etyl dan lidokain
b. Pencahayaan
Pencahayaan harus diatur sedemikian rupa agar daerah operasi
dapat terlihat dengan jelas tanpa bayangan hitam yang membuat
gelap daerah operasi. Sinar lampu direfleksikan melalui kaca mulut
( Pedhlar, 2008).
3. Prosedur pada saat Ekstraksi
a. Untuk pengekstraksian pada gigi 44, menggunakan luksator
terlebih dahulu untuk memisahkan antara gigi dan tulang alveolar
dengan meletakan luskator pada mesial, distal dan bukal gigi 44 ke
dalam ligamen periodontal. Lakukan gerakan agar gigi luksasi.
b. Gunakan bein elevator sebagai pengungkit, letakan pada mesial,
distal dan bukal gigi 44, gerakan seperti mencungkil perlahan.
c. Lakukan pengekstraksian menggunakan tang cabut dewasa
mahkota rahang bawah dengan gerakan ke arah bukal-lingual
sampai gigi 44 berhasil diekstraksi.
d. Setelah pencabutan, lakukan kuretase dengan bone ekso untuk
menghilangkan jaringan lunak patologis.
e. Jika soket sudah bersih, maka haluskan tulang yang kasar
menggunakan bone file. Lalu tekan-tekan soket, jika terlalu lebar
bisa dilakukan suturing.
f. Untuk pengekstraksian pada gigi 34, lakukan hal yang sama seperti
pada gigi 44 menggunakan luksator dan bein elevator.
g. Jika gigi 44 sudah luksasi, lakukan pencabutan dengan tang cabut
dewasa mahkota rahang bawah.
h. Lakukan hal yang sama pada soket gigi 34 dan 44.
4. Prosedur Post Operasi (medikasi, instruksi dan edukasi)
Medikamentosa pada pasien kasus ini diberikan obat analgesik ibu
profen diminum pada saat pasien merasakan sakit selama 3 hari dan
antibiotik yang diberikan berupa amoxicilin selama 5 hari. Edukasi
kepada pasien dengan cara menginstruksikan:
a. Menggigit tampon dipertahankan 1
jam pasca pencabutan.
b. Jangan menghisap daerah bekas
pencabutan.
c. Jangan meludah terlalu keras.
d. Jangan mengunyah permen karet atau
merokok.
e. Menghindari makanan dan minuman
yang panas dan keras.
f. Tidak diindikasikan untuk mengigit
bibir atau lidah yang terasa tebal atau keanehan yang terjadi di
dalam rongga mulut.
g. Jangan minum alkohol.
(Bakar, 2014; pedersen, 2013)

Anda mungkin juga menyukai