SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi
2
3
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
4
NIP. 19661228 199312 2 001
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Penulisan skripsi
penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama proses penyusunan
skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Dr. drg. Cut Soraya, M.Pd, Sp.KG selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Syiah Kuala sekaligus Dosen Pembimbing I yang selalu
membimbing, memberi masukan, mengarahkan, dan mendukung penulis
dalam penyusunan skripsi ini;
2) drg. Sunnati, Sp.Perio selaku Ketua Prodi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala sekaligus Dosen
Pembimbing II yang telah membimbing, memberi masukan, dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini;
3) drg. Maida Fitri, Sp.KG selaku dosen penguji I yang telah banyak
memberikan kritik, saran, dan dukungan moril yang berarti, sehingga
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
4) drg. Maulidia Indah Sari, Sp.KG selaku dosen penguji II yang telah
banyak memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
5) drh. Santi Chismirina, M.Si selaku dosen wali yang telah memberikan
dukungan, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga penulis bisa
sampai di titik ini;
6) Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala yang
telah mendidik penulis selama menempuh pendidikan dokter gigi di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala;
6
7) Seluruh staf Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala yang telah
membantu penulis selama menempuh pendidikan dokter gigi di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala;
8) Orangtua beserta seluruh keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan
support sehingga penulis dapat sampai di titik ini. Terima kasih untuk
seluruh ridha, kasih sayang dan dukungan yang diberikan selama ini Umi
(Dr. Ir. Dzarnisa, M.Si), Ayah (Ir. Kamaruzzaman, M.Si), adik-adik (M.
Rizky Alfi Husni, Rizna Anisa Marzatilla dan M. Chairul Rizqullah) yang
sangat penulis sayangi;
9) Sahabat tersayang, Dahra Cantika Andiani, Faris Izzatur Rahman, Nada
Ariqah, Alya Fakhira, dan Nurul Islamidini yang selalu membantu,
menghibur, menyemangati, dan mendoakan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi penelitian dan sampai di titik ini;
10) Rekan-rekan yang membantu menyelesaikan skripsi ini, Dinda Puspa,
Raihan Andriani, Cut Bunga Dara Phonna, Salsabila Latansa Nazaruddin,
dan Nyak Atifa Zaqny;
11) Dini Sharfina, rekan satu bimbingan skripsi yang telah memberikan
dukungan dan semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
12) Teman-teman seperjuangan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah
Kuala Angkatan 2018, yang telah membantu dan mendukung penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
7
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
Sebagai sivitas akademik Universitas Syiah Kuala, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Nur Rizka Alfira Husna
NIM : 1813101010044
Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi
Departemen : Konservasi
Fakultas : Kedokteran Gigi
Jenis karya : Skripsi
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya secara sadar tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Yang menyatakan,
8
ABSTRAK
Karies atau gigi berlubang adalah penyakit paling umum pada rongga mulut yang
disebabkan oleh aktivitas metabolisme bakteri kariogenik terutama bakteri
Streptococcus mutans pada biofilm di permukaan gigi. Daun kelor (Moringa
oleifera) diketahui mampu menghambat pembentukan biofilm Streptococcus
mutans. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan ekstrak etanol daun
kelor terhadap pembentukan massa biofilm dan pembentukan porositas pada gigi
oleh bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini menggunakan 10 sampel
fragmen gigi bebas karies yang terbagi ke dalam 3 kelompok uji yakni ekstrak
6,25%, 12,5%, dan 25%, serta kelompok kontrol negatif menggunakan aquades
dan kelompok kontrol positif menggunakan chlorhexidine dengan masa inkubasi
24 jam dan 48 jam. Sampel diperiksa quorum sensing dan kemudian diperiksa
melalui Scanning Electron Microscopy (SEM) dan dianalisis menggunakan
ImageJ untuk melihat massa biofiilm Streptococcus mutans dan porositas pada
permukaan gigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan massa biofilm
Streptococcus mutans memiliki hubungan dengan porositas pada permukaan gigi
(p=0,001;p<0,05) (nilai koefisien=0,586) dan konsentrasi ekstrak daun kelor
dengan (p=0,038;p<0,05) (nilai koefisiensi=0,381) serta tidak memiliki hubungan
dengan waktu inkubasi (p=0,064;p>0,05), sedangkan porositas tidak memiliki
hubungan dengan konsentrasi ekstrak daun kelor (p=0,192;p>0,05) dan waktu
inkubasi (p=0,102;p>0,05). Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
pembentukan massa biofilm Streptococcus mutans memiliki hubungan dengan
porositas pada permukaan gigi dengan tingkat hubungan kuat dan konsentrasi
ekstrak daun kelor dengan tingkat hubungan cukup serta tidak memiliki hubungan
dengan waktu inkubasi, sedangkan porositas tidak memiliki hubungan dengan
konsentrasi ekstrak daun kelor dan waktu inkubasi.
9
ABSTRACT
Caries or cavities are the most common diseases in the oral cavity and are caused
by the metabolic activity of cariogenic bacteria, especially Streptococcus
mutans bacteria on biofilms on the surface of the teeth. Moringa has known for its
ability to inhibit the formation of biofilm Streptococcus mutans. The purpose of
this study was to evaluate the relationship between moringa leaf ethanol extract to
the mass formation of biofilms and the formation of porosity in teeth
by Streptococcus mutans bacteria. The study was conducted by examining ten
samples of caries-free tooth fragments divided into three test groups: extracts of
6.25%, 12.5%, and 25%, and two control groups: a negative control group using
equates and a positive control group using chlorhexidine. The incubation period is
24 hours and 48 hours. Then quorum sensing was checked, following by
examined through Scanning Electron Microscopy (SEM) and analized using
ImageJ to observe the biofilm mass of Streptococcus mutans and porosity on the
tooth surface. The results showed that the mass formation of
biofilm Streptococcus mutans has a relationship with porosity on the tooth surface
(p=0.001;p<0.05) (coefficient=0.586) and concentration of moringa leaf extract
with (p=0.038;p<0.05) (coefficient=0.381) and has no association with incubation
time (p=0.064;p>0.05), while the porosity has no correlation with moringa leaf
extract concentration (p=0.192;p>0.05) and incubation time (p=0.102;p>0.05).
From this study, it can be concluded that the mass formation of
biofilm Streptococcus mutans has a relationship with porosity on the surface of
the teeth with a strong relationship level and concentration of moringa leaf extract
with sufficient relationship level and has no relationship with incubation time,
while the porosity has no relationship with moringa leaf extract concentration and
incubation time.
Hal
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI......viii
ABSTRAK.............................................................................................................ix
ABSTRACT............................................................................................................x
10
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
DAFTAR ISTILAH............................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang Penelitian......................................................................1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian.................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................3
11
4.5.2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
oleifera) dengan Teknik Maserasi.........................................24
5.4.3. Uji Gas Chromatography-Mass Spectometry (GC-MS)
Ekstrak Etanol Daun Moringa oleifera.................................25
4.5.4. Kultur Bakteri Streptococcus mutans....................................25
4.5.5. Suspensi dan Penyetaraan Bakteri Streptococcus mutans....25
4.5.6. Persiapan Spesimen Gigi.......................................................25
4.5.7. Penginteraksian Spesimen Gigi dengan Bakteri
Streptococcus mutans dan Ekstrak Etanol Daun Moringa
oleifera..................................................................................25
4.5.8. Pewarnaan dan Pemeriksaan Quorum Sensing......................26
4.5.9. Pemeriksaan Gambaran Biofilm Streptococcus mutans
Yang Diinteraksikan dengan Ekstrak Etanol Daun
Moringa oleifera Menggunakan SEM..................................26
4.5.10.Pemeriksaan Gambaran Area Porositas Permukaan Gigi
Oleh Bakteri Streptococcus mutans Yang Diinteraksikan
dengan Ekstrak Etanol Daun Moringa oleifera
Menggunakan SEM...............................................................26
4.6. Pengelolaan limbah...............................................................................27
4.7. Analisis Data..........................................................................................27
4.8. Alur Penelitian.......................................................................................28
BAB 6 PEMBAHASAN.....................................................................................34
Hal
Gambar 2.1. Daun Kelor dan Batang Kelor..........................................................12
Gambar 2.2. Kerangka Teori.................................................................................18
Gambar 3.1. Skema Kerangka konsep..................................................................19
Gambar 4.1. Rumus Konsentrasi Pengenceran`....................................................24
Gambar 4.2. Rumus Konsentrasi...........................................................................24
Gambar 4.3. Alur Penelitian..................................................................................28
Gambar 5.1. Hasil Pemeriksaan pada SEM...........................................................30
12
Gambarl5.2. Grafik Area Massa Biofilm Streptococcus Mutans Setelah
Diinteraksikan dengan Eksrak Etanol Daun Kelor (Moringa
oleifera)............................................................................................31
Gambar 5.3. Hasil Pemeriksaan Porositas pada SEM...........................................32
Gambar 5.4. Grafik Persentase Area Porositas Pada Permukaan Enamel Gigi... .32
13
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1. Kandungan Nutrisi Tabel Daun Kelor (Moringa oleifera)..................13
Tabel 3.1. Definisi Operasional.............................................................................19
Tabel 5.1. Hasil Uji Gas Chromatography-Mass Spectometry (GC-MS) Ekstrak
Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera)................................................29
Tabel 5.2. Hasil pengukuran area Quorum Sensing Streptococcus mutans..........30
Tabel 5.3. Uji Korelasi Non-Parametrik Spearman..............................................33
14
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Surat Laik Etik..................................................................................44
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian..........................................................................45
Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian.....................................................................48
Lampiran 4. Hasil Uji Gas Chromatography-Mass Spectometry (GC-MS).........51
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Quorum Sensing.................................................53
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan SEM...................................................................55
Lampiran 7. Hasil Analisis SPSS..........................................................................57
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian....................................................................61
15
DAFTAR ISTILAH
Asidogenik
Kemampuan virulensi bakteri dalam menghasilkan asam dari metabolisme
karbohidrat dalam kondisi aeorob.
Asidurik
Kemampuan virulensi bakteri dalam bertahan hidup pada kondisi
lingkungan yang asam.
Biofilm
Kumpulan bakteri yang melakukan kolonisasi pada area tubuh tertentu dan
saling berikatan di dalam matriks ekstraseluler dari eksopolimer (sakarida maupun
protein) dan DNA. Pada gigi, istilah dental biofilm dulunya dikenal dengan dental
plak.
Karies
Infeksi bakteri yang menyebabkan demineralisasi pada jaringan gigi dan
dapat mengakibatkan destruksi pada enamel, dentin, dan sementum.
16
Glucosyltransferase
Salah satu faktor virulensi bakteri Streptococcus mutans dalam
memproduksi extracellular polymeric substances (EPS) yang menyusun matriks
ekstraseluler.
Matriks Ekstraseluler
Matriks yang terdiri atas susunan extracellular polymeric substances
(EPS) yang berpengaruh terhadap siklus biofilm dan virulensi.
Quorum Sensing
Sistem persepsi komunikasi pada sel mikroba yang bergantung pada
populasi bakteri
17
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Marga : Streptococcus
Sub Marga : Mutans
Spesies : Streptococcus mutans
menguntungkan bagi bakteri lain, bakteri S. mutans dapat bertahan hidup dengan
mengandalkan enzim F-Type ATPase yang berfungsi mempertahankan hemostatis
intreaseluler.28 F-Type ATPase ini mampu membawa proton keluar dari dalam sel
sehingga kondisi sel dalam PH sitoplasmik tetap alkali meskipun kondisi
ekstraseluler sel sangat asam.25
Sedangkan virulensi Adhesin Surface Protein Association P1(SpaP) atau
yang dikenal dengan protein antigen C, P1, dan antigen I/II dan B. Adhesin SpaP
merupakan protein permukaan utama pada bakteri S. mutans. Protein ini berperan
dalam kemampuan aderen bakteri ke permukaan pelikel gigi sehingga bakteri
dapat melekat pada permukaan gigi..6,29 Adhesin SpaP ini memegang peranan
dalam mekanisme adhesi sucrose independent. Sementara untuk proses
kolonisasi, kendali dipegang oleh enzim glukotransferinase (Gtf) dalam
mekanisme adhesi sucrose dependent.6,25 Selanjutnya, S. mutans juga
memproduksi glucan-binding protein untuk membantu S. mutans dalam
meningkatkan adhesi terhadap pelikel gigi.6
Bakteri S mutans memproduksi 3 macam glukotransferase (Gtf), yakni
GtfB, GtfC, dan GtfD yang berfunsgi untuk adhesi pada sel bakteri.
Glukotransferase ini berfungsi memproduksi glukan dan extracellular polymeric
substances (EPS) yang penting dalam matriks ekstraseluler. Untuk adhesi, bakteri
S. mutans memproduksi enzim glucan-binding protein (GBP) yang terdiri atas 4
jenis, yakni GBPA, GBPB, GBPC, dan GBPD. GBPA berfungsi dalam
memperkuat formasi ikatan pada S. mutans, membantu mengurangi stres pada
populasi S. mutans, dan berperan dalam pembentukan plak biofilm yang optimum.
GBPB berperan dalam kariogenisitas bakteri S. mutans. GBPC berperan sebagai
sel reseptor glukan serta berikatan dengan glukan yang diproduksi GtfD dalam
adhesi sucrose-dependent. Sementara GtfD berperan dalam proses kohesi selama
adhesi dan agregasi ke permukaan gigi yang diperantarai glukan.6
rendah yakni asam laktat. Asam laktat ini akan menimbulkan suasana asam
dengan menurunkan PH pada rongga mulut hingga mencapai PH kritis, yakni di
bawah 5,5. Akibatnya terjadi degradasi jaringan keras gigi, menciptakan
porositas-porositas mikro, dan seiiring berlalunya waktu akan menyebabkan
karies pada gigi.9,31
Proses terjadinya karies pada permukaan gigi sangat dinamis, tergantung
pada lokasi karies, serta kondisi rongga mulut. 11 Adapun tahapan terjadinya karies
adalah sebagai berikut:
1. Lesi Inisial atau White Spot
Lesi ini menandakan proses awal terjadinya karies. Pada tahap ini, tampak
noda putih atau kecoklatan terdapat pada permukaan enamel yang
disebabkan oleh hilangnya mineral pada permukaan gigi. 34 Hilangnya
mineral pada gigi ini akibat penuruan PH yang mencapai angka 4,5-4
selama setengah hingga satu jam oleh asam yang dihasilkan bakteri. 35 Pada
suasana asam tersebut, terjadi demineralisasi enamel. Celah interkristaline
pada enamel akan melebar dikarenakan larutnya kristal periperal. Lalu,
35
proses ini pun akan mencapai prisma enamel. Proses ini menyebabkan
terbentuknya porositas pada enamel.34,35
Mineral yang hilang dari permukaan gigi akan digantikan oleh
mineral dalam saliva yakni kalsium dan fosfor yang akan memicu proses
remineralisasi.11 Namun, makromolekul pada saliva dan saliva inhibitor
tidak dapat mencapai lapisan enamel lebih dalam sehingga proses
remineralisasi hanya pada permukaan gigi.35 Hal ini menyebabkan
timbulnya warna putih pada permukaan gigi. Awalnya, lesi putih ini hanya
terlihat saat permukaan gigi dikeringkan karena cairan pada porositas di
enamel menyebabkan translusensi enamel.35 Namun, lambat laun lesi ini
dapat terlihat tanpa perlu mengeringkan permukaan gigi.11,35
2. Lesi Awal
Pada tahap ini lesi sudah menyebar pada permukaan gigi, akan tetapi dapat
diremineralisasi.34 Lubang-lubang mikro pada struktur enamel ini akan
semakin luas.34 Mulanya, porositas pada enamel di pusat lesi subsurface,
lalu searah dengan enamel rods, dan berlanjut ke bagian yang lebih
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera
Aktivitas Antibakteri
dan Antioksidan
karies
BAB 3
HIPOTESIS DAN KERANGKA KONSEP
Variabel Bebas :-Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) konsentrasi 25%,
12,5%, dan 6,25%
-Streptococcus mutans
Variabel Terikat :-Pembetukan masa biofilm
-Porositas permukaan gigi
Hasil
Variabel Definisi Skala
No Alat ukur Cara Ukur
Penelitian Operasional ukur
yang merupakan kekeruhan sel
bakteri fakultatif senilai 1,5 x
anaerobik gram 108 CFU/ml
positif
3. Biofilm Melihat gambaran Scanning Gambar yang pixels/ Rasio
Streptococcus pembentukkan Electron telah mm
mutans massa biofilm Microscopy didapatkan
Streptococcus akan
mutans, caranya menujukan
dengan area massa
meletakkan biofilm. Area
spesimen ke massa biofilm
dalam wadah ini akan
yang tersedia di diukur dan
Scanning Electron dianalisis
Microscopy. menggunakan
aplikasi
ImageJ..
4. Porositas gigi Melihat gambaran Scanning Gambaran Persen Rasio
terhadap biofilm porositas pada Electron permukaan area
Streptococcus gigi, caranya Microscopy enamel discan,
mutans dengan lalu jumlah
meletakkan porositas
spesimen ke ditandai dan
dalam wadah dihitung
yang tersedia di kemudian
Scanning Electron gambar akan
Microscopy dianalisis
kemudian menggunakan
porositas pada ImageJ,
permukaan gigi jumlah
dihitung dengan porositas
aplikasi ImageJ. tersebut akan
dikonversikan
ke bentuk
dalam
persentase.
3.3. Hipotesis
3.3.1 Terdapat hubungan pembentukan massa biofilm oleh bakteri Streptococcus
mutans setelah diinteraksikan dengan berbagai konsentrasi ekstrak etanol
daun kelor (Moringa oleifera).
BAB 4
METODE PENELTIAN
Carborundum disk
Mikromotor Low speed (Marathon)
4.4.2. Bahan
Daun kelor (Moringa oleifera) muda
Biakan murni Streptococcus mutans ATCC 25175
Sarung tangan
Masker
Kertas label
Akuades steril
Spiritus
Etanol 96%
Alkohol 95%
Kapas steril
Pewarna kristal violet
Blank disk
Gigi premolar
Mold akrilik
Aluminium Foil
Larutan saline (Nacl)
Media Muller-Hinton Agar (MHA)
Media Brain Heart Infusion Broth (BHI)-B
Kaca Objek
Akrilik selfcure (Miliodent)
Glutaraldehyde
terlihat pijar. Sedangkan peralatan yang terbuat dari kaca disterilkan dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit pada tekanan 2 ATM.
Sementara untuk peralatan lainnya disterilkan menggunakan alkohol.56
C1 x V1 = C2 x V2
Gambar 4.1. Rumus konsentrasi pengenceran
Keterangan:
C1 : Konsentrasi awal
V1 : Volume awal
V pengenceran = V2 – V1
Mendapatkan izin etik dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Syiah Kuala
Izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Syiah Kuala
Izin penelitian dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala
Izin penelitian dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Syiah
Kuala
sensing dan massa biofilm S. mutans. Hasil pemeriksaan massa biofilm S. mutans
pada spesimen menunjukkan bahwa setiap konsentrasi dan waktu inkubasi
memiliki area massa biofilm S. mutans berbeda-beda. Tabel berikut menunjukkan
luasnya area quorum sensing pada spesimen.
175,000
125,000
Biofilm (pixels/nm)
75,000
25,000
Gambar 5.2. Grafik area massa biofilm Streptococcus mutans setelah diinteraksikan dengan eksrak
etanol daun kelor (Moringa oleifera)
13.00
11.00
9.00
Porositas (% area)
7.00
5.00
3.00
1.00
6,25% 12,50% 25% Aquades CHX
24 Jam 8.802 6.75 5.019 6.042 11.595
48 Jam 11.273 11.366 10.007 8.962 5.16
Konsentrasi (mg/ml)
24 Jam 48 Jam
Gambar 5.4. Grafik persentase area porositas pada permukaan enamel gigi.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, konsentrasi 25% dengan waktu
inkubasi 24 jam merupakan area paling sedikit porositas yakni sebesar 5,02%,
sementara area paling luas terdapat pada kontrol positif chlorhexidine, yakni
sebesar 11,60%. Kontrol positif chlorhexidine dengan masa inkubasi 48 jam
memperlihatkan persentase area porositas paling sedikit, yakni sebesar 5,16%,
sementara konsentrasi 12,5% dengan masa inkubasi 48 jam merupakan
persentase area porositas paling luas yakni sebesar 11,37%.
Selain itu, ekstrak etaol daun kelor juga mengandung mineral seperti kalsium dan
fosfor yang mampu meremineralisasi permukaan gigi.71 Penelitian Khalaf et al
(2016) menunjukkan bahwa kandungan pada daun kelor dapat meningkatkan
deposit mineral pada defek porus permukaan email gigi. 72 Hal selaras juga
ditemukan oleh Nawal et al (2016) bahwasanya terjadinya proses remineralisasi
pada enamel yang mengalami demineralisasi setelah diinteraksikan dengan
ekstrak daun kelor.73
Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa ekstrak etanol daun kelor
memiliki pengaruh terhadap massa biofilm S. mutans dan porositas pada
permukaan email. Mengacu pada Tabel 5.3., massa biofilm Streptococcus mutans
memiliki hubungan yang kuat dengan porositas pada permukaan gigi. Hal ini
dikarenakan nilai koefesiensi antara biofilm dan porositas adalah 0,586 yang
berada pada rentang nilai koefisiensi 0,51-0,75. Hasil penelitian juga
memperlihatkan bahwa biofilm memiliki hubungan terhadap konsentrasi dengan
tingkatan hubungan cukup. Hal ini disebabkan nilai koefisien antara biofilm S.
mutans dengan konsentrasi adalah sebesar 0,381 dan berada pada rentang nilai
koefisiensi 0,26-0,50.
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Pembentukan massa biofilm Streptococcus mutans setelah
diinteraksikan dengan ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera)
berhubungan dengan berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun
kelor (Moringa oleifera).
7.1.2. Pembentukan porositas pada permukaan gigi berhubungan dengan
biofilm dan tidak berhubungan dengan berbagai konsentrasi ekstrak
etanol daun kelor (Moringa oleifera)
7.2. Saran
7.2.1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengamati massa biofilm
S. mutans dengan menggunakan metode lainnya.
7.2.2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengamati porositas pada
permukaan gigi dengan metode lainnya.
7.2.3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengamati pengaruh
ekstrak etanol daun kelor berbagai konsentrasi dan waktu inkubasi
terhadap kekerasan mikro pada permukaan gigi.
DAFTAR PUSTAKA
47. Eraphin SUS. Scanning Electron Microscopy. In: Kaufmann EN, editor.
Characterization of Materials. 1st ed. 2012. p. 1721–1736.
48. Kammoun R, Zmantar T, Ghoul S. MethodsX Scanning electron
microscopy approach to observe bacterial adhesion to dental surfaces.
MethodsX 2020;7:101107.
49. Berg C, Unosson E, Riekehr L, Xia W, Engqvist H. Electron microscopy
evaluation of mineralization on peritubular dentin with amorphous calcium
magnesium phosphate microspheres. Ceram Int 2020;46(11):19469–19475.
50. Kishen A, Haapasalo M. Biofilm models and methods of biofilm
assessment 2012;22(1):58–78.
51. Vyas N, Sammons RL, Addison O, Dehghani H, Walmsley AD. A
quantitative method to measure biofilm removal efficiency from complex
biomaterial surfaces using SEM and image analysis. Sci Rep. 2016;6(1):2–
11.
Lampiran 2. Lanjutan
Lampiran 2. Lanjutan
Lampiran 3. Lanjutan
Lampiran 3. Lanjuutan
Lampiran 4. Lanjutan
Hasil quorum sensing pada spesimen Hasil quorum sensing pada spesimen
gigi yang direndam ekstrak daun kelor gigi yang direndam ekstrak daun kelor
konsentrasi 6,25% masa inkubasi 48 konsentrasi konsentrasi 12,5% masa
jam inkubasi 48 jam
Hasil quorum sensing pada spesimen Hasil quorum sensing pada spesimen
gigi yang direndam ekstrak daun kelor gigi yang direndam kontrol negatif
konsentrasi konsentrasi 25% masa masa inkubasi 48 jam
inkubasi 48 jam
Hasil quorum sensing pada spesimen Hasil quorum sensing pada spesimen
gigi yang direndam kontrol positif masa gigi yang direndam ekstrak daun kelor
inkubasi 48 jam konsentrasi konsentrasi 6,25% masa
inkubasi 24 jam
Lampiran 5. Lanjutan
Hasil quorum sensing pada spesimen Hasil quorum sensing pada spesimen
gigi yang direndam ekstrak daun kelor gigi yang direndam ekstrak daun kelor
konsentrasi konsentrasi 12,5% masa konsentrasi konsentrasi 25% masa
inkubasi 24 jam inkubasi 24 jam
Hasil quorum sensing pada spesimen Hasil quorum sensing pada spesimen
gigi yang direndam kontrol negatif gigi yang direndam kontrol positif masa
masa inkubasi 24 jam inkubasi 24 jam
Lampiran 6. Lanjutan
Uji Linearitas
Lampiran 7. Lanjutan
Lampiran 7. Lanjutan
Uji Heterodaksitas
Correlations
Unstandardized
Biofilm Porositas Residual
**
Spearman's rho Biofilm Correlation Coefficient 1,000 ,568 ,040
Sig. (2-tailed) . ,001 ,833
N 30 30 30
**
Porositas Correlation Coefficient ,568 1,000 -,079
Sig. (2-tailed) ,001 . ,677
N 30 30 30
Unstandardized Residual Correlation Coefficient ,040 -,079 1,000
Sig. (2-tailed) ,833 ,677 .
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Unstandardized
Biofilm Porositas Residual
**
Spearman's rho Biofilm Correlation Coefficient 1,000 ,568 -,037
Sig. (2-tailed) . ,001 ,845
N 30 30 30
**
Porositas Correlation Coefficient ,568 1,000 -,147
Sig. (2-tailed) ,001 . ,439
N 30 30 30
Unstandardized Residual Correlation Coefficient -,037 -,147 1,000
Sig. (2-tailed) ,845 ,439 .
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 7. Lanjutan
Proses pengadukan akrilik self cure Fiksasi gigi ke dalam mold akrlik self-
cure
Akrilik self cure telah setting dan Ektrak etanol daun kelor
spesimen dikeluarkan dari dalam mold.
Lampiran 8. Lanjutan
Lampiran 8. Lanjutan