SKRIPSI
EMEILIA DWITA
1007101070033
SKRIPSI
EMEILIA DWITA
1007101070033
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran
Gigi pada Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Syiah Kuala. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
(1)
drg. Zaki Mubarak, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Syiah Kuala yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan pada di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala dan
telah memberikan arahan selama pendidikan;
(2)
drh. Santi Chismirina, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan memberi
pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini;
(1)
(2)
drh. Basri A. Gani, M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran
dan kritikan yang bermanfaat sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lebih
baik;
(3)
Afrina S.Ked, M.Si selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan
kritikan yang bermanfaat sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lebih baik;
(4)
drg. Poppy Andriani, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan Universitas Syiah Kuala yang telah memberi kesempatan kepada
penulis dalam memperoleh sampel yang dibutuhkan untuk penelitian;
(5)
Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala yang
telah memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan;
iv
(6)
(7)
(8)
Orangtua penulis, Edi Wandrius dan Sri Afni yang selalu menjadi inspirasi
serta memberikan doa, semangat, dan dukungan baik moril maupun materil
kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini;
(9)
Abang penulis tercinta Surya Fridayatma, S.Hi yang selalu menghibur dan
memberi semangat dalam menyusun skripsi ini;
Penulis
Sebagai sivitis akademik Universitas Syiah Kuala, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
: Emeilia Dwita
NIM
: 1007101070033
Program Studi
: Kedokteran Gigi
Departemen
: Mikrobiologi
Fakultas
: Kedokteran Gigi
Jenis Karya
: Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universits Syiah Kuala Hak Bebas Royalti (Non-exclusive Royalti-Free Right) atas
karya ilmiah penulis yang berjudul: Efek Antibakteri Ekstrak Daun Pandan
Wangi Terhadap Pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara
In Vitro. Dengan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif ini Universitas Syiah Kuala
berhak menyimpan, mengalihmediakan/ formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan karya ilmiah/skripsi saya
untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama saya dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya secara sadar tanpa paksaan
dari pihak manapun,
Dibuat di
: Banda Aceh
Pada Tanggal : 1 April 2014
Yang menyatakan
(Emeilia Dwita)
vi
ABSTRAK
Nama
Fakultas
Judul
: Emeilia Dwita
: Kedokteran Gigi
: Efek Antibakteri Ekstrak Daun Pandan Wangi Terhadap
Pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara
In Vitro
vii
ABSTRACT
Name
Faculty
Title
: Emeilia Dwita
: Dentistry
: Antibacterial
Effect
of
Pandanus
Leaves
(Pandanus
amaryllifolius Roxb.) on In Vitro Growth of
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
HALAMAN PERNYATAA PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI .........
ABSTRAK ..........................................................................................................
ABSTRACT .........................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
DAFTAR ISTILAH ...........................................................................................
Hal
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xiii
xiv
xv
1
1
2
2
2
2
3
3
4
4
ix
4
5
5
7
7
9
9
9
10
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
18
19
19
29
22
22
22
23
24
24
24
24
24
27
27
27
35
20
20
21
27
27
28
28
30
30
30
31
32
32
33
34
35
35
36
36
38
38
41
48
48
48\
xi
DAFTAR TABEL
xii
22
38
39
39
40
DAFTAR GAMBAR
xiii
5
10
19
21
22
34
35
35
36
36
37
37
40
DAFTAR ISTILAH
Aerob
Mikroorganisme yang dapat hidup dan bertumbuh dengan adanya oksigen
bebas.
Anaerob Fakultatif
Mikroorganisme yang hidup pada lingkungan tanpa oksigen, akan tetapi
juga dapat bertahan hidup apabila terdapat oksigen.
Antibiotik
Zat antimikroba yang berasal dari mikroorganisme atau diproduksi secara
semi sintesis digunakan untuk terapi infeksi.
Apoptosis
Kematian sel secara terprogram.
Bedah Flap Periodontal
Proses pemisahan mukosa gingiva dari jaringan dibawahnya untuk
memberikan jarak penglihatan dan akses ke tulang dan permukaan akar.
Chemotactic Inhibitor Factor
Faktor virulensi bakteri yang dapat menghambat kemotaksis PMN ke
daerah infeksi.
Cytolethal distensing toxin (Cdt)
Toksin yang dihasilkan oleh bakteri Gram negatif yang menyebabkan
melemahnya sistem imun host akibat antibodi tidak dapat menetralisir
efek toksik tersebut.
Deoxyribonucleic Acid (DNA)
Material genetik yang terdapat pada setiap inti sel.
Di atas permukaan laut (dpl)
Posisi vertikal (ketinggian) suatu objek dari suatu titik tertentu (datum).
Datum yang biasa digunakan adalah permukaan laut.
Difusi
Proses bergeraknya partikel di dalam cairan dari daerah dengan
konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah pada cairan.
xiv
Disinfeksi
Proses membunuh mikroorganisme pada suatu benda atau instrumen
menggunakan zat kimia.
Endotoksin
aToksin yang terdapat di dalam dinding sel beberapa mikroorganisme,
terutama bakteri Gram negatif.
Inflamasi
Respon perlindungan tubuh terhadap iritasi atau cidera.
Invasi
Proses bakteri masuk ke dalam sel inang/jaringan dan menyebar ke
seluruh tubuh; akses yang lebih mendalam dari bakteri agar dapat
memulai proses infeksi.
Interleukin
Istilah dasar untuk sekelompok sitokin multifungsi sebagai respon
terhadap rangsangan antigen.
Lipopolisakarida (LPS)
Kompleks senyawa lipid dan polisakarida yang banyak ditemukan pada
lapisan membran terluar bakteri Gram negatif.
Mc Farland
Standar yang digunakan untuk menyetarakan suspensi bakteri sehingga
jumlah bakteri dalam suatu cairan dapat diketahui.
Scalling dan Root planing
Proses menghilangkan plak dan kalkulus yang dapat menyebabkan
inflamasi pada jaringan periodontal.
Scanning Electron Microscop (SEM)
Mikroskop yang mampu melakukan pembesaran objek sampai dua juta
kali, memiliki kemampuan pembesaran objek dan resolusi yang jauh lebih
bagus dari pada mikroskop cahaya.
Serotip
Variasi antigen dan antibodi yang dikeluarkan oleh bakteri.
xv
Polimorfonuklear (PMN)
Bagian sel darah putih dari kelompok granulosit yang memfagositosis dan
menghancurkan antigen.
Tumor Necrosis Factor (TNF)
Protein yang banyak disekresi oleh makrofag, memiliki peran
metabolisme seperti proliferasi sel, diferensiasi, apoptosis, metabolisme
lipid, dan koagulasi.
.
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Aggregatibacter actinomycetemcomitans (A. actinomycetemcomitans) adalah
bakteri Gram negatif fakultatif anaerob yang bersifat non-motile dengan ukuran 0,40,5 m x 1,0-1,5 m.1,2 Bakteri tersebut merupakan penyebab periodontitis agresif
sehingga dominan ditemukan pada penderita periodontitis agresif.3 Faktor virulensi
utama A. actinomycetemcomitans adalah leukotoksin yang dapat membunuh sel
leukosit. Selain leukotoksin A. actinomycetemcomitans juga memiliki faktor
virulensi lain, seperti Cytolethal Distending Toxin (CDT), chemotactic inhibitor
factor, lipopolisakarida, dan kolagenase yang berperan dalam kerusakan jaringan dan
resorpsi tulang pada periodontitis agresif.1-6
Periodontitis agresif merupakan jenis periodontitis yang sering terjadi pada
usia remaja dan anak-anak.7 Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan gigi yang
cepat jika tidak diberikan perawatan yang tepat.7 Perawatan periodontitis agresif saat
ini meliputi tindakan peningkatan oral hygiene, scalling dan root planning, bedah
flap periodontal, dan pemberian antibiotik.7,8,9 Antibiotik yang sering digunakan
untuk perawatan periodontitis agresif meliputi pemberian tetrasiklin, metronidazol,
dan amoksisilin.9,10,11 Beberapa studi menyebutkan adanya peningkatan resistensi A.
actinomycetemcomitans terhadap obat-obat antibiotik tersebut sehingga perawatan
yang diinginkan tidak dapat tercapai.
Berbeda dengan obat-obatan sintetik, antimikroba yang berasal dari tumbuhtumbuhan relatif aman, tidak dihubungkan dengan efek samping yang berarti dan
memiliki potensi terapeutik yang besar. Berbagai tumbuh-tumbuhan telah diteliti
efek terapeutiknya, salah satunya daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
Roxb.). Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) memiliki potensi
antibakteri yang besar karena adanya kandungan senyawa-senyawa aktif yang
bersifat antibakteri. Zat antibakteri yang terdapat pada pandan wangi adalah alkaloid,
saponin, flavonoid, polifenol, steroid dan tanin. Zat-zat tersebut berperan dalam
merusak komponen-komponen sel bakteri.12-15
Aktivitas antibakteri ekstrak daun pandan wangi juga telah diteliti memiliki
kemampuan untuk menghambat dan membunuh bakteri Gram negatif lainnya seperti
Konsentrasi
Hambat Minimum
dan Konsentrasi
Bunuh
Minimunnya.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ekstrak daun pandan wangi
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun
1.4.
Manfaat Penelitian
(Pandanus
amaryllifolius
Roxb.)
terhadap
pertumbuhan
A.
actinomycetemcomitans.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Aggregatibacter actinomycetemcomitans
2.1.1
karena
dihubungkan
dengan
Actinomyces
israelii
pada
infeksi
fenotip
Actinobacilus
actinomycetemcomitans
dengan
Haemophilus
aphrophilus. Pada tahun 1985 Potts dkk menyusun kembali penamaan genusnya
menjadi Haemophilus actinomycetemcomitans. Norskov-Lauritsen dan Killan tahun
2006 mengusulkan penamaan terbaru untuk bakteri ini yaitu, Aggregatibacter
actinomycetemcomitans.2,16
Aggregatibacter actinomycetemcomitans adalah bakteri fakultatif anaerob
dengan ukuran 0,4-0,5 m x 1,0-1,5 m.1 Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada
lingkungan anaerob atau pada kondisi dengan kadar CO2 5% diudara pada suhu 37oC
dan pH 7-8,5.1,2,6 Pertumbuhan koloninya berkembang baik setelah 24-48 jam.
Spesies ini direpresentasikan dengan 6 serotip (a-f).1,2,6,16,17 Serotip b lebih sering
ditemukan dan dideteksi dalam jumlah yang besar pada lesi periodontitis.1,16,17
Sementara serotip a dan c memiliki hubungan yang kuat dengan periodontal yang
sehat.1,17 Serotip b ditemukan lebih signifikan pada periodontitis agresif dibanding
periodontitis kronis.17 Umumnya distribusi serotip A. actinomycetemcomitans tidak
homogen, menunjukkan adanya hubungan serotip dan status periodontal bergantung
pada ras dan etnik tertentu.1,2,6,16,17
Terdapat perbedaan gambaran morfologi bakteri A. actinomycetemcomitans
isolat klinis dan strain laboratorium.2,6,16,18 Morfologi koloni isolat klinis A.
actinomycetemcomitans memperlihatkan tampilan yang cembung, kasar, berwarna
krem dengan diameter 1-2 mm dan memiliki karakteristik adanya bentuk bintang jika
dilihat menggunakan mikroskop cahaya (Gambar 2.1.a.).2,16,18 Jika dilihat
menggunakan Scanning Electron Microscop (SEM) memperlihatkan adanya fibril
yang padat (Gambar 2.1.b.c.). Fibril ini dapat meluas dari satu sel ke sel lain. Pada
strain laboratorium tidak memperlihatkan adanya bentuk bintang pada permukaanya,
dan hanya terdapat fibril yang lebih sedikit (Gambar 2.1.d,e,f).18
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gammaproteobacteria
Ordo
: Pasteurellales
Famili
: Pasteurellaceae
Genus
: Aggregatibacter
Spesies
: Aggregatibacter actinomycetemcomitans2,16
merupakan merupakan protein yang memediasi ikatan antara bakteri dan reseptor
spesifik pada sel epitel. Mekanisme kerjanya dihubungkan dengan membran terluar
bakteri dan dan melepaskan adesin dalam bentuk vesikel.2
Setelah berkolonisasi
virulensi utama yaitu leukotoksin. Leukotoksin merupakan anggota dari poreforming toxin. Leukotoksin paling banyak terlihat pada membran ektraselular sel
bakteri.
Kemampuan
strain
A.
actinomycetemcomitans
bervariasi
dalam
jaringan
merupakan
actinomycetemcomitans
kunci
dari
memproduksi
penyakit
periodontal.
lipopolisakarida
yang
luas
pada
aktivitas
actinomycetemcomitans
dapat
endotoksik.
menstimulasi
Lipopolisakarida
makrofag
untuk
pada
A.
menghasilkan
2.2.
Periodontitis
celah
gingiva,
hilangnya
perlekatan
dan
terbentuknya
poket
periodontal.21,22
American Academy of Periodontitis (AAP) telah mengklasifikasikan
periodontitis menjadi periodontitis agresif, periodontitis kronis, dan periodontitis
sebagai manifestasi dari penyakit sistemik. Periodontitis yang paling umum terjadi
kronis.
Penyebab
periodontitis
agresif
juga
meliputi
faktor
dengan penyakit, riwayat alergi pasien serta potensi efek samping dari antibiotik
yang diberikan. Tindakan bedah flap dapat juga dilakukan dengan tujuan
memperoleh akses dan visibilitas instrumentasi dan debridement di daerah akar dan
furkasi.7-9
2.3.
Pandan Wangi
:Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida/monokotil
10
Ordo
: Pandanales
Famili
: Pandanaceae
Genus
: Pandanus
Spesies
11
yang
mengandung
flavonoid
mengindikasikan
adanya
aktivitas
12
buah yang belum matang, batang dan kulit kayu. Tanin juga memiliki potensi
antimikroba dengan mekanisme kerja mengendapkan protein bakteri sehingga terjadi
inaktivasi enzim yang diproduksi bakteri dan menginaktivasi transport protein
dinding sel bakteri sehingga merusak dinding sel bakteri tersebut.14,35
Polifenol merupakan komponen yang merupakan pigmen alami pada
tumbuhan maupun buah-buahan yang berwarna. Fenol pada tumbuhan umumnya
disintesis dari fenilalanin dengan aktivisi Phenylalanine Ammonia Lyase (PAL). Zat
ini sangat penting bagi tumbuhan dan memiliki fungsi yang berbeda. Peran utamnya
yaitu untuk mengontrol infeksi patogen.14,33-35
Essential oil adalah produk yang beraroma dan mudah menguap pada
tanaman. Essential oil memiliki kecenderungan menguap jika terpapar dengan udara,
sehingga sering disebut volatile oil atau ethereal oil.29
Steroid juga merupakan senyawa metabolit sekunder yang telah dikenal
berfungsi sebagai penolak serangga dan serangan mikroba. Steroid dapat berinteraksi
dengan membran fosfolipid sel yang bersifat impermeabel terhadap senyawasenyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun, morfologi
membran sel berubah, dan akhirnya dapat menyebabkan membran sel rapuh dan
lisis.14,32
2.4.
13
dari teknik ini adalah alat yang digunakan sederhana, namun waktu yang diperlukan
untuk mengekstraksi sampel cukup lama serta cairan pelarut yang digunakan lebih
banyak. Metode maserasi juga tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.14,36,37
14
2.5.
berasal dari campuran berbagai mikroba. Isolasi dilakukan pada media padat karena
pada media padat mikroba dapat tumbuh dalam koloni yang tetap pada tempatnya.
Isolasi diawali dengan melakukan pengenceran untuk memperoleh kepadatan sel
(konsentrasi) yang rendah. Selanjutnya suspensi tersebut dicampur dengan media
agar yang akan beku namun masih cair dan dituangkan pada petri steril. Sel bakteri
akan tumbuh menjadi koloni-koloni yang terpisah pada permukaan media. Isolasi
yang demikian disebut sebagai pour plate methode.38,39
Isolasi juga dapat dilakukan penggoresan (streak) jarum ose yang
sebelumnya dicelupkan (dipping) pada permukaan media padat. Pada awal
penggoresan akan diperoleh koloni yang padat dengan bentuk seperti alur goresan,
sedangkan pada akhir goresan akan diperoleh koloni-koloni yang terpisah. Satu
koloni yang terpisah dipastikan sebagai perkembangan dari satu sel. Isolasi demikian
disebut sebagai streak plate method. Selanjutnya koloni-koloni yang terpisah
dipindahkan pada media lain dengan melakukan inokulasi penanaman sehingga
diperoleh koloni yang benar-benar murni, terpisah dari substratnya dan mikroba lain.
Inokulasi dilakukan dengan cara mengambil koloni yang terbentuk melalui jarum ose
kemudian digoreskan pada media lain.38,39
15
2.6.
16
katalase adalah 3% hidrogen peroksida, dan 15% reagen peroksida untuk bakteri
anaerob. Jika pada uji tersebut terbentuk gelembung-gelembung, maka disebut
katalase positif, jika tidak terbentuk disebut katalase negatif. Gelembung yang
terbentuk merupakan gelembung O2.40,41
b. Uji Urase
Uji urase dilakukan untuk menentukan apakah isolat bakteri memproduksi
enzim urase. Enzim urase pada bakteri dapat menghidrolisis urea menjadi ammonia
dan karbon dioksida. Adanya ammonia menyebabkan meningkatnya pH pada media
uji. Bahan yang digunakan untuk uji urase adalah Stuart urea broth dan Christensen
urea agar, keduanya mengandung fenol merah sebagai indikator pH. Jika hasil uji
yang dilakukan memperlihatkan adanya warna merah pada stuart broth menunjukkan
hasil tes positif. Hasil tes negatif jika media tersebut tetap berwarna kuning. Jika
menggunakan cristensen agar, warna merah pada medium menunjukkan hasil tes
postif. Hasil tes negatif jika medium tetap berwarna kuning.40,41
c. Uji Reduksi Nitrat
Uji reduksi nitrat digunakan untuk menentukan apakah isolat bakteri mampu
untuk mereduksi nitrat. Uji reduksi nitrat dapat dilakukan dengan inkolusai medium
nitrat dengan mikroorganisme yang akan diuji. Lalu ditambahkan 1 ml reagen A ( naphthy-lamine), dan reagen B (sulfanilic acid). Jika terbentuk warna merah setelah
30 detik, mengindikasikan adanya nitrit dan hasil tes positif.40,41
d. Uji Faktor X dan V
Uji ini dilakukan untuk menentukan apakah bakteri uji membutuhkan faktor
X (hemin/hematin), dan atau faktor V (nicotinamide adenine dinucleotide).
Selanjutnya kertas saring direndam pada media yang mengandung faktor X dan
Faktor V lalu inokulasi bakteri tersebut pada media yang tidak mengandung faktor X
dan V. Jika pada hasil uji terlihat organisme tersebut tumbuh hanya dikeliling strip X
atau strip Y, maka mikroorganisme tersebut membuhkan faktor X dan Y.40,41
e. Uji Oksidase
Uji oksidase digunakan untuk mengidentifikasi bakteri Gram negatif
berbentuk batang. Beberapa bakteri tersebut dapat memproduksi enzim oksidase
seperti Neissesia spp dan Pseudomonas aeruginosa, namun terdapat juga bakteri
Gram negatif yang tidak mampu memproduksi enzim oksidase, seperti Escherichia
17
coli. Bakteri yang memperoduksi oksidase disebut oksidase positif. Pereaksinya yang
digunakan adalah tetramethyl-para-phenylenediamine dihydrochloride, dikarenakan
namanya yang panjang biasanya reagen ini dinamakan reagen oksidase. Uji oksidase
dilakukan dengan cara merendam kertas saring menggunakan reagen oksidase. Lalu
koloni bakteri diambil menggunakan jarum inokulum steril. amati apakah
terbentuknya warna biru gelap maupun warna ungu setelah 10 detik. Hasil tes positif
jika terlihat warna biru tua atau warna ungu. 40,41
f. Uji Produksi Indol
Uji ini untuk menentukan apakah bakteri tersebut dapat menghasilkan indol
atau tidak. Reagennya menggunakan 1% tryptophan broth. Prosedur ,uji indol
dilakukan dengan inokulasi bakteri pada tryptophan broth. Setelah itu dilakukan
inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35oC. Jika terlihat adanya warna merah yang
terang, mengindikasikan adanya indol dan hasil tes positif. Jika tidak terbentuk
warna merah maka hasil tes negatif. 40,41
g. Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Uji TSIA terutama digunakan untuk mengidentifikasikan bakteri Gram
negatif. Media uji TSIA mengandung 3 macam gula yaitu glukosa, laktosa dan
sukrosa. Indikator merah fenol dan FeSO4 ditambahkan untuk memperlihatkan
pembentukan H2S yang ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna hitam.
Endapan hitam terbentuk akibat H2S bereaksi dengan Fe menjadi FeS yang berwarna
hitam. Reaksi yang dapat timbul adalah warna kuning pada butt (dasar) dan merah
pada slant (permukaan miring), yang menunjukkan adanya fermentasi glukosa. Jika
terbentuk warna Kuning pada butt dan slant, menunjukkan adanya fermentasi laktosa
dan/atau sukrosa. Pembentukan gas, yang ditandai dengan pembentukan ruang udara
dibawah medium sehingga medium terangkat ke atas. Pembentukan gas (H2S),
terlihat dari pembentukan warna hitam pada medium. Jika warna yang terbentuk
merah pada butt dan slant, menunjukkan tidak adanya fermentasi gula dan
pembentukan gas atau pembentukan H2S. 39,40,42
2.7.
Jenis-Jenis Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk mengobservasi objek
dengan ukuran sangat kecil, yang tidak dapat dilihat secara lansung dengan mata
18
manusia tanpa menggunakan alat bantu. Secara umum terdapat tiga jenis mikroskop,
yaitu simple microscope, compound microscope, dan electron microscope.40,41
Simple microscope merupakan mikroskop yang hanya memiliki satu lensa
pembesar. Gambaran yang dihasilkan umumnya 3-20 kali lebih besar dari ukuran
objek sebenarnya. Simple microscope lebih mirip kaca pembesar dibanding dengan
mikroskop modern.40,41
Compound microscope merupakan mikroskop yang memiliki lebih dari satu
lensa pembesar dan dapat memperbesar benda 1000 kali. Total pembesaran yang
terjadi dihitung dengan mengalikan magnifying power dari lensa okular dengan
magnifying power objective yang digunakan.40,41
Mikroskop Elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu melakukan
pembesaran objek sampai dua juta kali, dengan menggunakan elektro statik dan
elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki
kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus dari pada
mikroskop cahaya. Terdapat dua jenis mikroskop elektron, yaitu Scanning Electron
Microscope (SEM) (Gambar 2.3.1) dan Transmission Electron Microscope (TEM)
(Gambar 2.3.2). Scanning Electron Microscope (SEM) memberikan gambaran yang
detail permukaan spesimen, sedangkan TEM memberikan gambaran yang detail
mengenai struktur internal sel.40,41
Gambar 2.3. Mikroskop Electron SEM (1) dan TEM (2) 43,44
2.8.
19
dengan bakteri uji. Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat
jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang
ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa
penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri dan diinkubasi selama 18-24 jam.
Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM. Jika
yang digunakan media padat, satu konsentrasi agen antibakteri yang diuji dapat
digunakan untuk menguji beberapa bakteri uji.34,41,45,46
20
21
Daun pandan
wangi
Senyawasenyawa
aktif
antibakteri
Alkaloid
Menghambat replikasi
DNAmelalui inaktivasi
enzim bakteri pada
proses pencetakan
DNA
Flavonoid
Membentuk kompleks
dengan protein
ekstraselular yang
dapat merusak
membran sel
Tanin
Mengikat dan
mengendapkan protein
Aggregatibacter
actinomycetemcomit
ans merupakan flora
normal rongga
mulut
Kolonisasi
dan
Persistensi
Fimbria, Adesin
Saponin
Polifenol
Menurunkan tegangan
permukaan sel yang
dapat merusak
membran dan protein
pada sel bakteri
Mengontrol infeksi
patogen
Melemahnya
sistem imun
Leukotoksin,
Cdt,
Chemotactic
Inhibitor
Factors
Kerusakan jaringan
dan resorbsi tulang
Steroid
Menurunkan
tegangan permukaan
sel yang dapat
merusak membran
dan protein pada sel
bakteri
Lipopolisakarida,
Kolagenase
Periodontitis
agresif
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Terikat
Pertumbuhan
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
KHM terhadap
pertumbuhan
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
KBM terhadap
pertumbuhan
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans
Ekstrak Pandanus
amaryllifolius Roxb.
Konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40%, dan
50%
Definisi Operasional
Hasil
Ukur
Skala
Ekstrak pandan
wangi (Pandanus
amaryllifolius
Roxb) dengan
konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40%
dan 50%
Pertumbuhan A.
actinomycetemco
mitans
Gelas ukur
Milimeter
(mm)
Rasio
Agrregatibacter
actinomycetemcomitans yang tumbuh
pada media MHA yang telah diuji
pengaruh ekstrak daun pandan wangi
Colony counter
CFU/ml
Rasio
Konsentrasi
Hambat
Minimum (KHM)
Colony counter
Rasio
Konsentrasi
Bunuh Minimum
(KBM)
Colony counter
Media MHA
yang
memiliki
jumlah
koloni yang
paling
terkecil
Tidak ada
koloni yang
tumbuh
media MHA
22
Alat Ukur
Rasio
23
3.3. Hipotesis
Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) dapat
menghambat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemomitans dengan nilai
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) 20% dan Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM) 40%.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan desain post-test
4.2.
Gigi dan Mulut Universitas Syiah Kuala untuk pengambilan data awal berupa isolat
A. actinomycetemcomitans. Proses ekstraksi daun pandan wangi dan uji fitokimia
dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP)
Unsyiah, sedangkan proses isolasi dan identifikasi bakteri, serta pengujian efek
antibakteri ekstrak daun pandan wangi terhadap A. actinomycetemcomitans
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH)
Unsyiah Banda Aceh.
4.3.
Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah isolat A. actinomycetemcomitans yang
diisolasi dari cairan sulkus penderita periodontitis agresif di Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Universitas Syiah Kuala.
4.4.
Candle jar
Autoklaf
Timbangan analitik
Colony counter
Mikroskop elektrik
Labu erlemenyer
Jarum ose
24
25
Gelas ukur
Spidol
Inkubator
Water bath
Spektrofotometer
Rotary evaporator
Cawan petri
Pipet tetes
Kaca preparat
Tabung reaksi
Lampu spiritus
Handschoen
Masker
Ice box
Biakan A. actinomycetemcomitans
Dextrose 8 gram/liter
Agar 15 gram/liter
Dextrose 8 gram/liter
26
Pepton 10 gram/liter
Akuades
Ciprofloxacin 10 g
Counterstain (safranin)
Gentian violet
Alkohol 70%
Spiritus
Tissue
Paper point
Aluminium foil
Kloroform
H2SO4
Feri klorida 5%
Tryptophan broth 1%
Agar manitol
27
4.5.
Cara Kerja
4.5.1. Sterilisasi Alat
Sebelum memulai praktikum tangan dan meja terlebih dahulu disemprot
menggunakan alkohol 70%, agar cemaran mikroba dapat minimal. Seluruh alat yang
tahan panas, seperti prob periodontal, kaca mulut, pinset, gelas ukur, jarum ose,
batang L, cawan petri, tabung reaksi, dan labu erlemenyer dicuci bersih dan
dikeringkan.
Alat-alat
tersebut
kemudian
dibungkus
menggunakan
kertas
pembungkus aluminium foil kecuali probe periodontal, kaca mulut dan pinset yang
dimasukkan ke dalam baki. Sterilisasi dilakukan dalam autoklaf pada suhu 121oC
selama 15 menit dengan tekanan 2 atm.38
28
emersi
lalu
diamati
di
bawah
mikroskop.
Aggregatibacter
40,41
29
inkubator selama 2-3 hari pada suhu 37oC. Setelah itu dilakukan pengamatan koloni
bakteri yang tumbuh. Aggregatibacter actinomycetemcomitans akan melekat pada
dinding tabung, sementara medium tetap berwarna kuning jernih.2
Tahap selanjutnya adalah pengujian biokimia dengan melakukan uji motilitas,
uji gula-gula, uji TSIA, uji katalase, uji indol,dan uji MRVP.
Uji motilitas, Kedalam tabung yang berisi bakteri dimasukan kawat ose tegak
lurus terhadap tabung lalu diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35oC. Jika pada
garis lurus maka hasil menunjukan non motil sedangkan kalau pada kawat bakterinya
menyebar maka hal ini menunjukan bakteri bersifat motil.1,2,40,41
Uji gula-gula dilakukan dengan cara menginokulasi bakteri ke dalam media
uji gula-gula menggunakan jarum ose, lalu inkubasi selama 18-24 jam pada suhu
35oC. 1,2,40,41
Uji TSIA dilakukan dengan cara menginokulasi media menggunakan jarum
inokulasi dan ditusukkan pada butt. Kemudian tarik jarum tersebut keluar, lalu
digoreskan pada slant. Setelah itu diinkubasi pada suhu 35oC selama 18-24 jam. Pada
uji ini, reaksi yang dapat timbul adalah warna kuning pada butt (dasar) dan merah
pada slant (permukaan miring), yang menunjukkan adanya fermentasi glukosa. Jika
terbentuk warna kuning pada butt dan slant, menunjukkan adanya fermentasi laktosa
dan/atau sukrosa.
glukosa, galaktosa, dan maltosa, namun tidak mampu memfermentasi laktosa dan
sukrosa.1,2,40,41
Uji katalase dilakukan dengan menggambil koloni menggunakan jarum
inokulum dan diinokulasikan pada kaca preparat. Selanjutnya diteteskan sebanyak
satu tetes hidrogen peroksida (H2O2) 15%. Diamati pembentukan gelembung pada
inokulum bakteri. Pembentukan gelembung menunjukkan uji katalase postif. Uji
katalase A. actinomycetemcomitans akan menunjukkan hasil positif.1,2,40,41
Uji indol dilakukan dengan inokulasi tryptophan broth dengan bakteri yang
akan diuji. Inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35oC. Jika terlihat adanya warna
merah yang terang, mengindikasikan adanya indol dan hasil tes menunjukkan hasil
positif. Jika tidak terbentuk warna merah maka hasil tes negatif.1,2,40,41
30
31
32
33
petri untuk diinokulasi pada media MHA dengan metode spread plate. Cawan petri
diberi label sesuai dengan label pada tabung dan diteteskan ke cawan petri untuk
ditanam di media MHA dengan metode spread plate menggunaan batang L. Lalu
diinkubasi dalam inkubator selama 48 jam pada suhu 37oC dengan suasana anaerob.
Pengamatan efek antibateri dilakukan setelah 24 jam dengan cara menghitung koloni
A. actinomycetemcomitans yang tumbuh pada media dengan colony counter. 38
4.6.
Analisis Data
Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan metode Anova satu arah
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh atau tidak pada tiap kategori perlakuan.
Jika terdapat pengaruh maka dilanjutkan dengan uji lanjut Least Significant
Difference (LSD) untuk mengetahui kelompok yang memiliki perbedaan yang
bermakna.51-53
34
Uji fitokimia
Pengenceran A. actinomycetemcomitans
dengan metode serial dilution
Kelompok kontrol
negatif: 0,1 ml suspensi
A.
actinomicetemcomitans
+ akuades 1 ml
Kelompok perlakuan:0,1 ml
suspensi A. actinomicetemcomitans
+1 ml ekstrak pandan dengan
konsentrasi
10%,20%,30%,40%,50%
anaerob
Penentuan nilai KHM dan KBM dengan
menghitung jumlah koloni
Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1.
35
36
5.2.
a
.
b
.
Gambar 5.4. Hasil Uji Motilitas (a), Uji Gula-gula (b), dan Uji TSIA (c)
37
Hasil uji poduksi indol menunjukkan hasil negatif ditandai dengan tidak
berubahnya warna media uji menjadi merah muda (Gambar 5.6.a.). Hasil uji Methyl
Red (MR) A. actinomycetemcomitans adalah positif, ditandai dengan berubahnya
warna media uji menjadi merah. Uji Voges-Proskueur (VP) menunjukkan hasil
negatif, karena tidak terjadi perubahan warna pada media uji (Gambar 5.6.b).
38
5.3. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius
Roxb.)
Hasil uji fitokimia ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
Roxb.) menunjukkan ekstrak memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, steroid,
triterpenoid dan polifenol. Adanya kandungan senyawa yang bersifat antibakteri
tersebut ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada bahan uji yang dapat
dilihat pada Tabel 5.1.
No
Uji
Alkaloid
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
a. Pereaksi Mayer
b. Pereaksi
Dragendorf
c. Pereaksi Hager
Saponin
Tanin
Polifenol
Flavonoid
Kuinon
Steroid
Triterpenoid
Perubahan Reaksi
Hasil
Terbentuk endapan
Terbentuk endapan
+
+
+
+
+
+
+
39
Tingkat Pengencetan
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
10-6
10-7
5.5.
Konsentrasi Bahan
Uji
10%
20%
30%
40%
50%
Akuades
Ciprofloxacin 1g/ml
Jumlah Koloni A.
actinomycetemcomitans Setelah
Diuji dengan Ekstrak Daun
Pandan Wangi (Per Pengulangan )
1
2
3
6
6
293x10
257 x10
185 x106
233x106
254 x106
171 x106
6
6
183x10
175 x10
126 x106
77x106
130 x106
105 x106
20x106
73 x106
94 x106
6
6
304x10
279 x10
216 x106
17 x106
10 x106
20 x106
Rata-rata
Jumlah Koloni
(CFU/ml)
245 x106
219 x106
161 x106
104 x106
62 x106
266 x106
15,7 x106
40
350
300
250
200
Pengulangan 1
Pengulangan 2
150
Pengulangan 3
100
50
0
10%
20%
30%
40%
50%
akuades
cipro
Gambar 5.7. Grafik Jumlah Koloni Bakteri per ml (106) dengan Perlakuan Konsentrasi
Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
membuktikan
terdapatnya
pengaruh
dari
kelompok
uji
terhadap
Kelompok
10%
20%
30%
40%
Perlakuan
10%
0,421 0,017* 0,000*
20%
0,421
0,082 0,002*
30%
0,017*
0,082
0,085
40%
0,000* 0,002* 0,085
50%
0,000* 0,000* 0,006* 0,200*
Akuades
0,502
0,152 0,004* 0,000*
Cipro
0,000* 0,000* 0,000* 0,013*
* = p<0,05, terdapat perbedaan bermakna
50%
Akuades
Cipro
0,000*
0,002*
0,006*
0,200
0,000*
0,154
0,502
0,152
0,006*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,000*
0,013*
0,154
0,000*
-
BAB 6
PEMBAHASAN
Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri yang memiliki 6
tipe serotip (a-f). Jenis serotip yang paling banyak diisolasi dari lesi periodontitis
agresif adalah serotip b, terutama pada periodontitis agresif lokalisata.1,2,54,55 Menurut
Paju (2000) A actinomycetemcomitans yang diisolasi langsung dari pasien
periodontitis agresif 62 % berserotip b.55 Serotip tersebut
keseimbangan osmotik cairan dan memiliki kapasitas buffer yang berguna bagi
bakteri yang sensitif terhadap perubahan tekanan dan pH.38,48
Sampel yang telah diisolasi kemudian dikultur pada media selektif bakteri A.
actinomycetemcomitans yaitu Aggregatibacter actinomycetemcomitans Growth
Medium (AaGM). Media selektif merupakan media yang selain mengandung nutrisi
untuk pertumbuhan bakteri juga ditambahkan zat tertentu pada media tersebut,
sehingga dapat menekan pertumbuhan bakteri lain, dan merangsang pertumbuhan
bakteri yang diinginkan. Media AaGM diketahui dapat merangsang pertumbuhan
bakteri genus Aggregatibacter.50
Tahap identifikasi bakteri pada penelitian ini dilakukan berdasarkan
karakteristik fisik dan biokimia bakteri.43-45 Langkah pertama dari proses identifikasi
adalah pemeriksaan karakteristik morfologi A. actinomycetemcomitans yang tumbuh
pada media AaGM. Morfologi koloni bakteri yang dikultur pada media AaGM
berbentuk bulat cembung, permukaan kasar, dan berwarna krem, serta terdapatnya
gambaran struktur internal berbentuk bintang, namun pada penelitian ini tidak
41
42
43
media
menjadi
kuning
pada
uji
sukrosa
menunjukkan
A.
44
media akan berubah menjadi kuning. Perbedaan kemampuan fermentasi ini dapat
digunakan untuk membedakan spesies bakteri.1,2,40
Uji indol dilakukan untuk menentukan ada tidaknya enzim tryptophanase
pada bakteri uji. Enzim ini bekerja memecah asam amino tritopan menjadi
komponen indol. Penelitian ini menunjukkan tidak terdapatnya penumpukan
senyawa amino yang tidak larut dalam air dan membentuk warna merah pada
permukaan medium. Hal ini menunjukkan A. actinomycetemcomitans tidak memiliki
enzim tryptophanase yang dapat memecah asam amino tersebut, dan bersifat bersifat
indol negatif, sehingga tidak terjadi penumpukan senyawa amino pada media uji.34,40
Uji Methyl-Red (MR) dilakukan untuk identifikasi bakteri berdasarkan pola
metabolisme glukosa. Umumnya bakteri memproduksi asam pirufik dari
metabolisme glukosa, namun beberapa bakteri dapat melakukan fermentasi
campuran untuk memetabolisme asam pirufik tersebut menjadi asam organik yang
lebih sederhana. Indikator MR akan mendeteksi besar konsentrasi asam yang
dihasilkan. Uji yang dilakukan menunjukkan A. actinomycetemcomitans terlihat
bersifat metil positif, ditandai dengan perubahan warna media menjadi merah. Hal ini
menunjukan A. actinomycetemcomitans memiliki kemampuan melakukan fermentasi
campuran.34,40
Uji
Voges-Proskueur
digunakan untuk
mengidentifikasi
kemampuan
45
mengekstraksi senyawa aktif tumbuhan, baik yang bersifat antioksidan maupun yang
bersifat sebagai antibakteri.33,57-59 Setelah proses maserasi, dilakukan uji fitokimia
untuk mengetahui zat aktif yang terkandung pada daun pandan wangi.49
Senyawa aktif yang bersifat antibakteri pada daun pandan wangi setelah
dilakukan maserasi dan uji fitokimia adalah alkaloid, tanin, polifenol, steroid, dan
flavonoid. Alkaloid dikaitkan dengan kemampuannya dalam menghambatan
replikasi DNA dengan cara dengan menghambat aktivasi enzim yang berperan pada
proses pengarahan nukleotida pada pita DNA. Adanya gangguan replikasi DNA juga
dapat menyebabkan gangguan pembelahan sel.14,15,32
Senyawa tanin diketahui mampu menghambat enzim DNA-topoisomerase
yang mengakibatkan terhambatnya proses replikasi bakteri. Tanin juga mempunyai
mekanisme mempresipitasi protein bakteri sehingga terjadi inaktivasi enzim yang
diproduksi bakteri dan menginaktivasi protein transpor pada dinding sel bakteri,
sehingga akan merusak dinding sel bakteri.14,15,35,56 Polifenol mempunyai aktivitas
denaturasi protein dengan cara berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen
sehingga struktur protein sel bakteri menjadi rusak. Hal tersebut akan mengganggu
fungsi fisiologis bakteri yang lambat laun akan menyebabkan kematian sel
bakteri.14,15,35
Flavonoid mempunyai mekanisme membentuk kompleks dengan protein
ekstraselular
dan
dinding
sel
bakteri,
menyebabkan
berhentinya
aktifitas
46
yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol negatif (akuades)
terlihat pada konsentrasi 30%, 40%, dan 50%. Konsentrasi Bunuh Minimum pada
penelitian ini tidak dapat diamati. Hal ini diduga karena konsentrasi yang digunakan
hanya sampai pada konsentrasi 50%. Konsentrasi ekstrak 10%, 20%, 30%, dan 50%
yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan 2 penelitian yang dilakukan dalam
menguji aktifitas antibakteri daun pandan wangi terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Penelitian pertama yang dilakukan oleh
Chandra dkk. (2010) konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk menguji bakteri
Pseudomonas aeruginosa adalah 0%, 10%, 12%, 14%, 16%, dan 18%. Pada
penelitian tersebut KHM terlihat pada konsentrasi 16%, sedangkan KBM terlihat
pada konsentrasi 18%.14 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Oliver dkk. (2010)
menunjukkan daya hambat bakteri Staphylococcus aureus terlihat pada konsentrasi
40%.13 Perbedaan konsentrasi daya hambat antara 2 penelitian tersebut, sehingga
penelitian ini menggunakan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% ekstrak
daun pandan wangi sebagai konsentrasi bahan uji.
Kemampuan daun pandan wangi dalam menghambat pertumbuhan bakteri A.
actinomycetemcomitans
juga
dipengaruhi
oleh
dinding
sel
bakteri
A.
A.
47
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak daun pandan
(KBM)
ekstrak
daun
pandan
wangi
terhadap
pertumbuhan
7.2
Saran
Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM) ekstrak daun pandan wangi dengan menaikkan nilai konsentrasi
ekstrak.
48
DAFTAR PUSTAKA
Actinobacillus
49
50
51
52
34. Prihantoro T, Indra R, Sumarno. Efek antibakteri ekstrak kulit buah delima
(Punica granatum) terhadap Shigella dysentriae secara in vitro. Jurnal
Kedokteran Brawijaya 2006;22(2)102-6
35. Mirkarimi M, Marashi-Amin SM, Bargrizan M, Abtahi A, Fooladi AAI. The
antimicrobial activity of grape seed extract against two important oral
pathogens. Zahedan J Res med Sci 2013;15(1)43-6
36. Anonymous.
Metode
Ekstraksi.
ffarmasi.unand,
Available
at
ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi.pdf. Accesed on September
2013
37. Rakesh DD, Longo G, Khanuja SPS, Handa SS. Ekstraction Technologies for
medicinal and Aromatic Plants. International Centre For Science And High
Technology, Trieste 2008. P:22;23
38. Tim Mikrobiologi. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. Purwokerto:
Fakultas Biologi. Unsoed 2008
39. Kismiyati, Subekti S, Yusuf, WR, Kusdarwati R. Isolasi dan identifikasi
bakteri Gram negatif pada luka ikan maskoki (Carassius auratus) akibat
infeksi ektoparasit Argulus sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
2009;1(2):1-6
40. Paul G Engelkirk, janet duben-engelkirk. Laboratory diagnosis of infectious
disease. LWW Balrimore.2008:126-132
41. Robert W. Bauman. Microbiology with disease by taxonomy. 3rd ed. Pearson
San Francisco 2011:97-105
42. Haryani Y, Chainulfiah, dan Rustiana. Fermentasi karbohidrat oleh iolat
Salmonela spp. dari jajanan pinggir jalan. J.ind.Che.Acta 2012;3(1):1-2
43. Anonymous.
Scanning
Electron
Microscope.
Available
at
http://www.csir.co.za/nano/Scanning_Electron_Microscope.html.
Accesed
on September 2013
44. Anonymous.
Transmission
Electron
Microscope
http://www.phy.cuhk.edu.hk/centrallaboratory/TecnaiF20/TecnaiF20.html.
53
dan
Analisis
data-1
54
58. Pasaribu F, sitorus P, Bahri S. Uji Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Journal of
Pharmaceutics and Pharmacology 2012;1(1):1-8
59. Marnoto T, haryono G, Gustinah D, putra FA. Ekstraksi tanin sebagai bahan
pewarna alami dari tananan putri malu (Mimosa pudica) menggunakan
pelarut organik. Reaktor 2012;12(1)39-45
60. Rompikuntal PK. Outer membrane vesicle-mediated export of virulence
factors from Gram-negative bacteria. Department of molecular biology.
University medical . dissertation. 1-13,21-24.2012
61. Noer SF. Pola Bakteri dan Resistensinya terhadap Antibiotik yang Ditemukan
pada Air dan Udara Ruang Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makasar. Majalah Farmasi dan Farmakologi 2012;16(2):7378
62. Bookstael K, Aerschot. Antimicrobial resistance in bacteria. Review Article
2006. 1-16
55
56
57
58
59
60
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i..
di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bernama Emeilia Dwita mahasiswi Program Studi Kedokteran
Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh akan melakukan
penelitian yang berjudul:
Efek Antibakteri Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Terhadap Pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara In
Vitro
Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan flora normal rongga mulut yang
dapat menyebabkan periodontitis agresif. Penyakit ini
dapat menyebabkan
kehilangan gigi yang cepat jika tidak diberikan perawatan yang tepat. Salah satu
perawatan untuk periodontitis agresif adalah pemberian antibiotik. Antibiotik yang
sering digunakan untuk perawatan periodontitis agresif meliputi pemberian
tetrasiklin, metrodinazol, dan amoksisilin. Beberapa studi menyebutkan adanya
peningkatan resistensi Aggregatibacter actynomycetemcomitan terhadap obat-obat
antibiotik tersebut seingga perawatan yang diinginkan tidak dapat tercapai. Berbeda
dengan obat-obat sintetik, antimikroba yang berasal dari tumbuh-tumbuhan relatif
aman, tidak dihubungkan dengan efek samping yang berarti dan memiliki potensi
terapeutik yang besar. Berbagai tumbuh-tumbuhan telah diteliti efek terapeutiknya,
salah satunya daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.). Daun pandan
wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) memiliki potensi antibakteri yang besar
karena adanya kandungan senyawa-senyawa aktif yang bersifat antibakteri.
wangi
(Pandanus
amaryllifolius
Roxb.)
terhadap
pertumbuhan
61
memberikan informasi
mengenai
sumber
antibakteri alami yang relatif murah dan mudah yang berfungsi sebagai antibiotik.
terhadap
risiko
yang
mungkin
timbul
yaitu
dengan
62
Bapak/Ibu/Saudara/i
sebagai
subjek
penelitian.
Hasil
penelitian
ini
akan
berpartisipasi
atau
tanpa
paksaan
bersedia
keterangan
yang
dapat
saya
berikan.
Atas
partisipasi
Hormat Saya,
Peneliti/Peserta Program Studi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, /Januari/2014
(Emeilia Dwita)
63
: ..........................................................................................
Umur
: ..........................................................................................
Jenis kelamin
: Laki-laki/Perempuan
: ..........................................................................................
Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian
yang berjudul:
Efek Antibakteri Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Terhadap Pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara In
Vitro
Maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek penelitian ini:
Banda aceh, ../Januari/2014
Peneliti
Menyetujui,
Subjek Penelitian
(Emeilia Dwita)
(.)
64
65
V1
C2
C2
66
= 279x10-5 CFU/0,1 mL
b. Pengulangan 2
Koloni
=304x10-5 CFU/0,1 mL
Spreade plate=0,1 ml
c. Pengulangan 3
Koloni
=216x10-5/0,1 mL
Faktor pengenceran=1/10-5
Spread plate=0,1 ml
= 17x10-5 CFU/0,1 mL
b. Pengulangan 2
Koloni
= 10x10-5 CFU/0,1 mL
= 1 00 000 CFU/0,1 mL
Spreade plate=0,1 ml
67
c. Pengulangan 3
Koloni
=20x10-5 CFU/0,1 mL
Faktor pengenceran=1/10-5
Spread plate=0,1 ml
= 293x10-5 CFU/0,1 mL
b. Pengulangan 2
Koloni
= 257x10-5 CFU/0,1 mL
Spreade plate=0,1 ml
c. Pengulangan 3
Koloni
= 185x10-5 CFU/0,1 mL
Faktor pengenceran=1/10-5
Spread plate=0,1 ml
= 233x10-5 CFU/0,1 mL
68
= 233x106 CFU/ml
b. Pengulangan 2
Koloni
= 254x10-5 CFU/0,1 mL
Spreade plate=0,1 mL
c. Pengulangan 3
Koloni
= 171x10-5 CFU/0,1 mL
Spread plate=0,1 ml
= 183x10-5 CFU/0,1 mL
b. Pengulangan 2
Koloni
=175x10-5 CFU/0,1 mL
Spreade plate=0,1 ml
c. Pengulangan 3
Koloni
=126x10-5 CFU/0,1 mL
Spread plate=0,1 ml
69
= 770x10-5 CFU/0,1 mL
b. Pengulangan 2
Koloni
=130x10-5 CFU/0,1mL
Spreade plate=0,1 ml
c. Pengulangan 3
Koloni
=105x10-5
Spread plate=0,1 ml
b. Pengulangan 2
Koloni
=730x10-5 CFU/0,1 mL
70
c. Pengulangan 3
Koloni
=940x10-5 CFU/0,1 mL
71
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Minimum Maximum
3
3
3
3
3
3
3
21
245.0000
219.3333
161.3333
104.0000
62.3333
266.3333
15.6667
153.4286
54.99091
43.15476
30.85990
26.51415
38.13572
45.34681
5.13160
96.41917
31.74902
24.91541
17.81697
15.30795
22.01767
26.18099
2.96273
21.04039
108.3950
112.1310
84.6731
38.1352
-32.4011
153.6856
2.9191
109.5391
381.6050
326.5357
237.9936
169.8648
157.0677
378.9811
28.4143
197.3181
185.00
171.00
126.00
77.00
20.00
216.00
10.00
10.00
293.00
254.00
183.00
130.00
94.00
304.00
20.00
304.00
Kolmogorov-Smirnov
Kelompok
Pertumbuhan
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
10%
.253
.964
.637
20%
.291
.925
.469
30%
.338
.853
.248
40%
.182
.999
.938
50%
.277
.941
.533
Akuades
.277
.941
.533
Ciprofloxacin
.269
.949
.567
df1
df2
6
Sig.
14
.223
72
df
Mean Square
Between Groups
Within Groups
165775.810
20157.333
6
14
Total
185933.143
20
27629.302
1439.810
Sig.
19.190
.000
Multiple Comparisons
pertumbuhan
LSD
95% Confidence Interval
(I) kelompok
Mean
(J) kelompok Difference (I-J)
10%
20%
25.66667
30.98182
.421
-40.7827
92.1161
30%
83.66667
30.98182
.017
17.2173
150.1161
40%
141.00000
30.98182
.000
74.5506
207.4494
50%
182.66667
30.98182
.000
116.2173
249.1161
-21.33333
30.98182
.502
-87.7827
45.1161
30.98182
.000
162.8839
295.7827
10%
-25.66667
30.98182
.421
-92.1161
40.7827
30%
58.00000
30.98182
.082
-8.4494
124.4494
40%
115.33333
30.98182
.002
48.8839
181.7827
50%
157.00000
30.98182
.000
90.5506
223.4494
-47.00000
30.98182
.152
-113.4494
19.4494
Akuades
Ciprofloxacin
20%
Akuades
30%
Ciprofloxacin
203.66667
30.98182
.000
137.2173
270.1161
10%
-83.66667
30.98182
.017
-150.1161
-17.2173
20%
-58.00000
30.98182
.082
-124.4494
8.4494
40%
57.33333
30.98182
.085
-9.1161
123.7827
50%
99.00000
30.98182
.006
32.5506
165.4494
-105.00000
30.98182
.004
-171.4494
-38.5506
145.66667
30.98182
.000
79.2173
212.1161
10%
-141.00000
30.98182
.000
-207.4494
-74.5506
20%
-115.33333
30.98182
.002
-181.7827
-48.8839
30%
-57.33333
30.98182
.085
-123.7827
9.1161
50%
41.66667
30.98182
.200
-24.7827
108.1161
-162.33333
30.98182
.000
-228.7827
-95.8839
Ciprofloxacin
Akuades
88.33333
30.98182
.013
21.8839
154.7827
10%
-182.66667
30.98182
.000
-249.1161
-116.2173
20%
-157.00000
30.98182
.000
-223.4494
-90.5506
30%
-99.00000
30.98182
.006
-165.4494
-32.5506
40%
-41.66667
30.98182
.200
-108.1161
24.7827
30.98182
.000
-270.4494
-137.5506
46.66667
30.98182
.154
-19.7827
113.1161
Ciprofloxacin
50%
Sig.
Akuades
40%
229.33333
Std. Error
Akuades
Ciprofloxacin
-204.00000
73
Akuades
Ciprofloxacin
10%
21.33333
30.98182
.502
-45.1161
87.7827
20%
47.00000
30.98182
.152
-19.4494
113.4494
30%
105.00000
30.98182
.004
38.5506
171.4494
40%
162.33333
30.98182
.000
95.8839
228.7827
50%
204.00000
30.98182
.000
137.5506
270.4494
Ciprofloxacin
250.66667
30.98182
.000
184.2173
317.1161
-229.33333
30.98182
.000
-295.7827
-162.8839
20%
-203.66667
30.98182
.000
-270.1161
-137.2173
30%
-145.66667
30.98182
.000
-212.1161
-79.2173
40%
-88.33333
30.98182
.013
-154.7827
-21.8839
50%
-46.66667
30.98182
.154
-113.1161
19.7827
30.98182
.000
-317.1161
-184.2173
10%
Akuades
-250.66667
74
Gambar 7. Pengamatan
Hasil Pewarnaan Gram
75
76
Pertumbuhan Koloni
Konsentrasi 10%
Pertumbuah Koloni
Konsentrasi 40%
Pertumbuhan Koloni
Konsentrasi 20%
Pertumbuhan Koloni
Konsentrasi 50%
Pertumbuhan Koloni
Konsentrasi 30%
77
Pengenceran 2(10-2)
Pengenceran 3(10-3)
Pengencerean 4(10-4)
Pengenceran 5(10-5)
Pengenceran 6 (10-6)
Pengenceran 7 (10-7)