Fitria Intifada
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.046
Oleh :
Fitria Intifada
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.046
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
ii
iii
Tim penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan
judul : “EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI MUDA (Psidii folium)MENGHAMBAT
PERTUMBUHANStreptococcus mutans SECARA IN VITRO” yang telah
dipertanggungjawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 14 Februari
2014.
Maka atas nama Tim penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.
Ketua,
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) pada Fakultas Kedokteran
berharga untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang diharapkan penulis
bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa bimbingan serta
bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasihyang sebesar - besarnya
kepada :
dosen penguji, atas segala upaya dan bantuan Beliau yang telah banyak meluangkan
memberikan petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis hingga penulisan skripsi
2. Yth. Dewa Made Wedagama, drg., Sp.KG. selaku dosen pembimbing IIsekaligus
dan pengarahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
iv
v
3. Yth. Kadek Sugianitri, drg., M.Biomed. selaku dosen penguji yang senantiasa
4. Yth. P.A Mahendri Kusumawati, drg., M. Kes., FISID selaku Dekan Fakultas
5. Keluarga tercinta, Mama dan Abah atas dukungan, doa, perhatian serta dorongan
6. Bagus Surya Sapto Widagdo., SKG. atas dukungan dan perhatian yang diberikan
7. A.A Sagung Istri Pradnyantari atas dukungan, perhatian serta bantuan yang
8. Kepada semua teman angkatan Cranter 2010 serta semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
Penulis
v
vi
ABSTRAK
Kata kunci: ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium), Streptococcus mutans,
efek antibakteri.
vi
vii
ABSTRACT
Tooth caries is a common health problem with such a high prevalence, where
Streptococcus mutants are considered to be the main causing agent. Substances within
the seeds of young guava (Psidii folium) which act as an antibacterial are tannin,
saponin, eugenol, fenil and triterphenoid. These substances are able to destruct cell
membrane of Streptococcus mutants. The aim of this study is to examine the
antibacterial effect of the young guava seeds extract (Psidii folium) against
Streptococcus mutants through In Vitro. This study is an experimental study with a
planning of Post Test Design Group. The method used in the testing of the antibacterial
effect is the Kirby-Baure method or the agar method. The testing would be divided into
5 groups of treated group and two controlled groups. Each of the treated group is given
the extract with concentrations of 20%,40%,60%,80%, and 100% and the two
controlled groups, firstly the negative controlled group is given ethanol and the positive
controlled group is given ChKM. The analizing of data is done by using ANOVA test.
The young guava seeds extract (Psidii folium) that are able to inhibit the growth of
Streptococcus mutants through In Vitro are within the concentrations of 80% (2.608)
and 100% (2.793). The density and ability of the extract to destruct the cell membrane
of bacteria would determine the effectivity of the young guava seeds extract (Psidii
folium).
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................. iv
Abstrak ............................................................................................................. vi
viii
ix
ix
x
4.6.3 Alat yang Digunakan Dalam Uji Daya Hambat Ekstrak Daun
4.7.3 Bahan yang Digunakan Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Jambu
4.8.1 Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji Muda (Psidii folium) ..... 42
x
xi
5.5 Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji Muda (Psidii folium) Terhadap
xi
xii
7.1 Simpulan.............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 72
LAMPIRAN
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Uji Anova Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan........ 61
Tabel 5.2 Uji Post Hoc (LSD) Ekstrak Daun Jambu Biji Muda ...................... 62
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.3 Bahan yang Digunakan Dalam Uji Daya Hambat Ekstrak Daun
Gambar 5.4 Larutan Uji Daun Jambu Biji Muda (Psidii folium) ..................... 54
xiv
xv
Gambar 5.12 Hasil Pengamatan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji Muda
xv
xvi
α : alfa
atm : atmosphere
bar : barometer
0
C : Celcius
cc : centimeter cubic
Cu : Cuprum
F : Fluorin
Fe : ferrum
HCl : Hydrochlorida
H0 : Hipotesis nol
m : meter
McF : Mac-Farland
mg : miligram
xvi
xvii
ml : mililiter
OH : Hydroxide
P : Psidium
Pb : timbal
pH : Potential of Hydrogen
sig. : signifikan
UV : ultra violet
Zn : Zinc
µg : Microgram
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan gusi sangat penting untuk diperhatikan. Gigi dan gusi yang
sehat selain akan terhindar dari kuman dan bakteri yang menimbulkan berbagai keluhan
sakit gigi, juga akan menjaga kesegaran aroma mulut dan menjadikan senyum terlihat
lebih menawan. Untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi tidak cukup hanya dengan
menggosok gigi setiap hari atau memakai obat kumur saja, tetapi faktor makanan juga
memiliki peran yang cukup besar untuk menyehatkan gigi dan gusi. Setiap kali kita
memakan makanan yang mengandung gula atau mengandung zat tepung, bakteri pada
plak gigi akan membentuk asam dan menyebabkan pembusukan gigi. Oleh karena itu,
mengkonsumsi makanan yang sehat seperti sayuran dan buah - buahan merupakan cara
terbaik untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi karena mampu melawan bakteri dalam
mulut semakin lama makin meningkat. Hal ini disebabkan karena penyakit gigi dan
mulut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi satu dengan lainnya
yakni faktor host (gigi), substrat, mikroorganisme dan waktu (Kidd & Sally, 1991).
Kesehatan gigi dan mulut telah mengalami peningkatan pada abad terakhir, meskipun
demikian prevalensi terjadinya karies gigi tetap merupakan masalah klinik yang
dalam masyarakat dengan prevalensi yang cukup tinggi yaitu sebesar 90,05%
1
2
(Anonymous, 2007).
dalam rongga mulut manusia, merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi
(Nugraha, 2008). Bakteri ini berkembang biak pada suhu 37 0C selama 48 jam dan
bersifat asidogenik yaitu dapat menghasilkan asam dan polisakarida yang dapat
Pembentukan plak gigi dapat dikurangi untuk mencegah kerusakan gigi, dengan
pematangan plak, dan modifikasi ekologi dan biokimia plak. Senyawa yang dapat
chloride, delmopinol, hexetidine, ion logam (Cu2+, Sn2+,Zn2+), sodium dodecyl sulfate,
Sampai saat ini tanaman obat tradisional telah banyak dimanfaatkan oleh
obat tradisional tersebut secara luas telah dirasakan oleh masyarakat. Hal ini terlihat
dengan semakin meningkatnya penggunaan dan produksi obat dari industri - industri
obat tradisional. Seiring dengan slogan “back to nature”, penggunaan obat tradisional
menjadi alternatif pengobatan di samping obat modern. Saat ini upaya pemanfaatan
tanaman sebagai sumber utama obat menjadi pilihan peneliti obat di Indonesia
(Nugroho, 2012).
ilmuwan, yang memiliki manfaat bagi manusia salah satunya adalah jambu biji. Jambu
biji merupakan salah satu buah yang memiliki berbagai macam manfaat yang berguna
3
bagi kesehatan. Buah jambu biji mengandung vitamin C dan beberapa jenis mineral
sebagai penangkal berbagai jenis penyakit, serta berperan dalam menjaga kebugaran
tubuh. Daun dan kulit batangnya mengandung zat antibakteri yang dapat
menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Selama ini penelitian yang dilakukan pada
daun jambu biji umumnya berkaitan dengan khasiatnya sebagai antidiare sedangkan
Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam daun jambu biji adalah
senyawa polifenol, karoten, flavonoid dan tannin (Popenoe, 1974), kandungan tersebut
berperan sebagai antioksidan yang berkaitan erat dalam pengobatan berbagai penyakit.
Daun jambu biji juga mengandung senyawa aktif lain seperti triterpenoid, saponin, dan
eugenol (Winarno, 1998) yang mempunyai efek antibakteri dengan cara merusak
sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Disamping itu, ketersediaan daun jambu biji
sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium) dapat menghambat
2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium)
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium)
1. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium)
secara In Vitro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1996). Organisme ini pertama kali diisolasi oleh Clarke pada tahun 1924 (Mc Ghee &
Michalek, 2000). Bakteri ini dapat berubah menjadi patogen bila populasinya
permukaan padat seperti gigi atau gigi tiruan. Bakteri ini tidak ditemukan pada bayi
yang tidak bergigi dan baru dapat dideteksi setelah gigi mulai tumbuh. Pada orang tua
yang sudah tidak bergigi lagi, bakteri ini akan menghilang dan akan tampak lagi setelah
Sel Streptococcus mutans berbentuk bulat dan oval, serta merupakan bakteri
berpasangan atau membentuk rantai, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora.
Metabolisme bakteri ini bersifat anaerob. Jika bakteri ini ditanam dalam media yang
solid, maka bakteri ini akan berbentuk kasar, runcing, dan berkoloni mukoid. Dalam
proses tumbuh kembangnya akan membentuk CO2 jika dilakukan inkubasi pada suhu 37
0
C selama 48 jam (Samaranayake, 2002).
yang keras dan solid. Permukaan - permukaan tersebut antara lain adalah permukaan
5
6
gigi, gigi tiruan ataupun alat ortodonti cekat. Habitat utama Streptococcus mutans
adalah permukaan gigi, namun mereka tidak dapat tumbuh secara bersamaan pada
seluruh permukaan gigi, melainkan hanya tumbuh pada permukaan gigi tertentu saja.
Biasanya bakteri ini banyak ditemukan pada daerah pit, fissure, permukaan oklusal gigi,
permukaan proksimal gigi, margin gusi, dan pada karies gigi. Jumlah populasi
Streptococcus mutans dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain diet sukrosa, topikal
aplikasi fluor, penggunaan antibiotik, obat kumur yang mengandung antiseptik, dan
dapat bersifat komensal maupun parasit bagi manusia, hewan, dan tumbuhan saprofit.
sehingga diperlukan darah atau serum pada media pertumbuhannya (Roeslan, 2011).
7
anaerob, sehingga bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen yang merupakan
penyebab terjadinya fermentasi fruktosa menjadi asam laktat yang mampu merusak gigi
nukleoid. Dinding selnya tebal, tahan terhadap gentian violet, tersusun dari
peptidoglikan (murein) dan teichoic acids yang mampu mencegah terjadinya lisis
dinding sel bakteri serta dapat mempertahankan bentuk sel. Streptococcus mutans
memiliki kapsul yang tersusun dari polisakarida dan dextran glukosa (Roeslan, 2011).
Streptococcus mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
makanan yang mengandung karbohidrat, dan bersifat asidurik karena mampu bertahan
dan berkembang biak dalam suasana asam hingga pH 4,5. Asam yang paling banyak
dihasilkan adalah asam laktat, asam piruvat, asam asetat, asam propionat, dan asam
dari sukrosa.
mulut (asidurik).
2012).
digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan. Pada metabolisme karbohidrat, enzim
berat molekul tinggi (glukan), yang terdiri dari ikatan glukosa α(1 - 6) dan α(1 - 3).
Ikatan glukosa α(1 - 3) bersifat sangat pekat seperti lumpur, lengket, dan tidak larut
dalam air. Kelarutan ikatan glukosa α(1 - 3) dalam air berpengaruh terhadap
pembentukan koloni Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Ikatan glukosa α(1 -
yang dimulai dari daerah keras gigi (pit, fissure, daerah interproksimal) dan meluas ke
mikroorganisme, host (morfologi gigi) dan waktu. Beberapa jenis makanan karbohidrat
9
seperti sukrosa dan glukosa, dapat difermentasi oleh bakteri tertentu dan membentuk
asam sehingga terjadi penurunan pH plak <5 dalam waktu 1 - 3 menit. Penurunan pH
yang rentan, dan proses karies dimulai. Proses demineralisasi tersebut terjadi pada
bagian anorganik gigi yang diikuti dengan kerusakan bagian organiknya (Kidd & Sally,
1991).
Gambar 2.2 Interaksi 4 Faktor Penyebab Karies (Edwina A.M. Kidd, 1992).
merupakan flora normal rongga mulut, tetapi bila berada dalam lingkungan
menguntungkan dan terjadi peningkatan populasi dapat berubah menjadi patogen. Jika
prosentase Streptococcus mutans pada plak gigi mencapai 2 - 10%, maka resiko
terjadinya karies lebih tinggi. Apabila prosentaseStreptococcus mutans pada plak gigi
dapat diturunkan hingga 0,1%, resiko karies menjadi lebih rendah (Anonim, 2012).
Streptococcus mutans adalah penyebab utama karies pada mahkota gigi karena
mampu menempel pada email, menghasilkan asam dan dapat hidup di lingkungan asam,
berkembang pada lingkungan yang kaya sukrosa dan menghasilkan bakteriosin, dan
adalah:
dalam saliva dan plak gigi dengan insidensi dan prevalensi terjadinya
karies.
berbanding lurus.
(Anonim, 2012).
Pada tahun 1980, Miller melaporkan teori khemoparasitik karies gigi yang
enamel sampai terjadinya karies gigi sebagai dampak dari akumulasi asam yang
diproduksi oleh bakteri plak gigi. Bakteri utama penghasil asam adalah Streptococcus
mutans yang terdapat di dalam plak gigi. Bakteri ini memiliki kemampuan yang lebih
cepat dalam memetabolisme sukrosa menjadi asam bila dibandingkan dengan bakteri
membentuk plak merupakan salah satu faktor virulensi yang dimilikinya. Sejak erupsi,
elemen gigi - geligi langsung berhubungan dengan ludah. Pada gigi yang telah
dibersihkan, dalam beberapa menit akan melekat protein ludah pada emailgigi yang
disebut Acquired Enamel Pellicle (AEP) (Amerongen, 1991). Pembentukan plak gigi
bakteri dengan glikoprotein pada AEP, seperti protein lektin yang dapat menutupi
permukaan gigi. Protein adhesin pada Streptococcus mutans berperan dalam inisiasi
pembentukan plak gigi adalah antigen I/II, Glucan Binding Protein B (GbpB), dan
12
Glucan Binding Protein C (GbpC). Protein antigen tersebut bersifat mengikat asam dan
musin, seperti glikoprotein pada saliva yang dihasilkan oleh kelenjar sub mandibularis.
Perlekatan Streptococcus mutans pada email gigi diikuti dengan proses kolonisasi.
Peningkatan kolonisasi bakteri disebabkan oleh agregasi kuman melalui tiga dasar
interaksi sel yaitu perlekatan bakteri pada permukaan gigi, perlekatan homotipik antar
sel yang sama, dan perlekatan heterotipik antar sel yang berbeda. Selanjutnya
Streptococcus mutans yang terdapat pada plak akan memetabolisme sisa makanan yang
bersifat kariogenik, terutama yang berasal dari karbohidrat yang dapat difermentasi
seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, dan maltosa. Gula mempunyai molekul yang kecil
dan berat yang rendah, sehingga mudah meresap dan dimetabolisme oleh bakteri. Hasil
struktur gigi karena plak gigi dapat menghambat difusi asam ke dalam saliva, akibatnya
terjadi lokalisasi produk asam dengan konsentrasi tinggi pada permukaan email serta
hidrogen yang akan bereaksi dengan kristal apatit, sehingga kristal apatit menjadi tidak
stabil. Dari reaksi tersebut akan terbentuk air dan fosfat yang larut dan pada akhirnya
lebih dalam dan melarutkan kristal apatit pada lapisan terdalam. Dekalsifikasi awal
terjadi di subsurface dan mungkin terjadi selama 1 - 2 tahun sebelum menjadi kavitas.
Setelah terjadi kavitas email, dentin yang mendasari juga sudah terpengaruh oleh
destruksi tersebut. Hal ini disebabkan adanya kavitas pada email yang menjadi celah
13
bagi sisa makanan dan bakteri membuat kavitas tersebut menjadi semakin besar
bakteri penyebab karies yaitu Streptococcus mutans. Banyak yang bisa dilakukan untuk
saliva, karies akan terus berlanjut, sebaliknya jika kekuatan reparatifnya mengalahkan
kekuatan perusaknya, karies akan berhenti atau bahkan membaik tergantung pada
stadium apa terjadi. Penegakan diagnosis dini sangatlah penting, agar pengerusakan
Dasar – dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari 3 faktor
utama penyebab karies yaitu plak, substrat karbohidrat, dan kerentanan gigi. Karies
membutuhkan waktu bulanan sampai tahunan untuk menghancurkan gigi, maka pasien
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam mencegah karies, yaitu :
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya yang dilakukan untuk
kebiasaan untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan mulut.Penyuluhan
kesehatan gigi pada anak merupakan salah satu usaha menanamkan pengertian bahwa
kesehatan gigi tidak kalah penting dengan kesehatan tubuh secara umum. Penyuluhan
masyarakat guna tercapainya tingkat kesehatan gigi yang lebih baik di masa mendatang.
14
Penyuluhan kesehatan gigi ini tidak semata - mata menjadi tanggung jawab pemerintah,
sasaran agar berperilaku sehat terutama pada aspek kognitif (pengetahuan dan
yang diharapkan oleh penyuluh kesehatan dan penyuluhan berikutnya akan dijalankan
dan mulut.
kesehatan keluarga.
2002).
Terdapat beberapa jenis penyuluhan kesehatan gigi dan mulut namun yang
paling sering digunakan adalah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode
ceramah dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain.Penyuluhan
15
konsep sehat pada aspek pengetahuan, sikap dan perilaku individu maupun masyarakat
(Sondang, 2008).
2. Diet karbohidrat
frekuensi dan jumlah konsumsi gula diharapkan dapat mempengaruhi penurunan karies.
Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi yang paling jahat adalah
gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja (sukrosa), gula di dalam madu
(levulosa dan dekstrosa), buah - buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek
yang sama terhadap gigi. Jika gula bergabung dengan plak, maka dalam waktu sekitar
20 menit, bakteri Streptococcus mutans di dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah
gula yang dimakan tidak masalah, yang memegang peran penting adalah lamanya gula
berada di dalam gigi. Orang yang cenderung mengalami karies harus mengurangi
makanan yang manis - manis. Berkumur - kumur setelah memakan makanan manis
akan menghilangkan gula, tetapi cara yang lebih efektif adalah dengan menggosok gigi.
3. Flour
suplemen fluor. Fluor dapat diberikan dalam bentuk air minum, cairan tetes, tablet, obat
kumur, dan pasta gigi. Di tempat praktek dokter flour diberikan dalam bentuk
larutan/gel yang diaplikasikan pada gigi disebut topikal fluoridasi. Suplemen fluor yang
masuk ke dalam tubuh seperti tablet disebut sistemik. Fluor berguna untuk benih gigi
yang akan tumbuh, sedangkan yang diaplikasikan pada gigi berguna pada saat itu juga.
16
Di beberapa negara, fluor diberikan pada air minum, sedangkan di Indonesia belum.
Pemberian fluor dalam air minum jumlahnya bervariasi antara 1 - 1,2 ppm. Selain
dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak baik yaitu
‘mottled enamel’. Pada mottled enamel permukaan gigi - geligi berbintik kecoklatan dan
bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak dapat menyebabkan kerusakan gigi.
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7 – 1,2 ppm.
Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air minum
dapat menurunkan karies 40 – 50% pada gigi susu (Ami Angela, 2005). Pemberian fluor
tablet dapat juga dilakukan dengan tablet yang dikombinasikan dengan vitamin lain
maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian fluor tablet disarankan pada anak yang
berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang
optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Fluor tablet
dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu - 2
tahun diberikan dosis 0,2 mg, 2 - 3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3 - 16 tahun sebanyak 1
4. Fissure sealant
Pit adalah titik terdalam pertemuan antar beberapa groove atau akhir dari
groove. Istilah pit sering berkaitan dengan fisura. Fisura adalah garis berupa celah yang
dalam pada permukaan gigi (Russel C.Wheeler, 1974). Macam pit dan fisura bervariasi
bentuk dan kedalamannya, dapat berupa tipe U (terbuka cukup lebar), tipe V (terbuka,
namun sempit), dan tipe I (bentuk seperti leher botol). Bentuk pit dan fisura bentuk U
cenderung dangkal dan lebar sehingga mudah dibersihkan dan lebih tahan karies.
Sedangkan bentuk pit dan fisura bentuk V atau I cenderung dalam, sempit dan berkelok
mikroorganisme dan debris. Istilah karies fisura menggambarkan adanya karies pada pit
dan fisura(Edwina A.M. Kidd, 1992:25). Awal pembentukan karies dimulai dari fisura,
yaitu bagian terdalam dan paling dasar dari permukaan gigi. Kemudian karies berlanjut
ke arah lateral dinding fisura dan lereng cusp. Upaya pencegahan terjadinya karies
permukaan gigi telah dilakukan melalui fluoridasi air minum, aplikasi topikal fluor
selama perkembangan enamel, dan program plak kontrol. Namun tindakan ini tidak
sepenuhnya efektif menurunkan insiden karies pada pit dan fisura dikarenakan adanya
sisi anatomi gigi yang sempit. Hal ini karena pit dan fisura merupakan daerah cekungan
yang dalam dan sempit. Fluor yang telah diberikan tidak cukup kuat untuk mencegah
karies. Upaya lain dalam pencegahan karies pit dan fisura telah dilakukan pada uji coba
klinis pada tahun 1965 melalui penggunaan sealant pada pit dan fisura. Tujuan sealant
pada pit dan fisura adalah agar sealant berpenetrasi dan menutup semua celah, pit dan
fisura pada permukaan oklusal baik gigi sulung maupun permanen. Area tersebut
diduga menjadi tempat awal terjadinya karies dan sulit dilakukan pembersihan secara
5. Chlorhexidine
Cara pelaksanaan oral hygiene normal pada pasien yang mulutnya sangat kering,
akan menyakitkan sehingga hasilnya tidak akan baik. Pada kasus ekstrim seperti ini,
pengendalian plak secara kimia dengan obat kumur yang berisi Chlorhexidinegluconate
6. Sikat gigi
Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi setelah sarapan dan sebelum
tidur di malam hari serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari.
Hal ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya pembusukan permukaan yang licin.
Menggosok gigi mencegah terbentuknya karies di pinggir gigi dan flossing dilakukan di
sela - sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi. Menggosok gigi yang baik
memerlukan waktu selama 3 menit. Pada awalnya plak agak lunak diangkat dengan
sikat gigi yang berbulu halus dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak sudah
Memeriksakan gigi dan mulut ke dokter gigi adalah hal penting yang harus
dilakukan secara rutin untuk menjaga kesehatan gigi. Kunjungan teratur ke dokter gigi
penurunan karies. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi
dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Komponen
saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH, dan F ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan
email dan meningkatkan remineralisasi karies dini. Sistem bufer asam karbonat-
bikarbonat, serta kandungan amonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan
menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula.
Beberapa komponen saliva yang termasuk ke dalam komponen non imunologi seperti
Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman asli Amerika
tropis. Di Jawa umumnya ditanam pada ketinggian kurang dari 1.200 meter di atas
permukaan laut (Heyne, 1987). Bunga terdapat di ujung cabang (aksilar), daunnya oval
atau elips dengan pinggiran rata melingkar dan ujung meruncing, serta daging buah
berwarna putih kekuningan atau merah terang (Backer dan Van den Brink, 1963).
Buah jambu biji dengan daging buah berwarna putih diperkenalkan dan dijual ke
guianense, sedangkan buah jambu biji dengan daging buah berwarna merah
Tanaman jambu biji merupakan spesies dari famili Myrtaceae. Jambu biji yang
berbentuk bulat (P. pomiferum L.) dan buah pir (P. pyriferum L.) dahulu dianggap
sebagai spesies terpisah, akan tetapi sekarang hal tersebut dianggap sebagai variasi saja
(Morton, 1987). Secara taksonomi jambu biji dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Jambu biji merupakan tanaman semak atau perdu, tingginya dapat mencapai9 m
(Nakasone & Paull, 1999). Batang muda berbentuk segi empat (Popenoe, 1974),
berwarna hijau atau merah muda, dengan rambut berwarna ke abu – abuan. Batang tua
berbentuk bulat dan keras, kulit batang licin berwarnacoklat kemerahan dengan lapisan
tipis yang mudah terkelupas jika sudah mengering. Bila kulitnya dikupas akan terlihat
Tanaman jambu biji memiliki kanopi yang pendek, percabangan bebas dari
bawah ke atas dan sering tumbuh tunas liar di dekat pangkal batang. Tunas tersebut
dapat digunakan sebagai bahan tanam atau bibit. Pertumbuhan tunas tanaman jambu biji
bersifat indeterminan, dan batang atau cabang jambu biji dapat tumbuh terus
(Sujiprihati, 1985).
21
Daun jambu biji mengeluarkan aroma jika diremas, berwarna hijau, mempunyai
daun tunggal dan bertangkai pendek. Kedudukan daun bersilangan, letak daun
berhadapan dan daun bertulang menyirip. Bentuk daun bulat atau bulat telur dengan
pinggiran melingkar rata dan ujung meruncing. Menurut Morton (1987) ada korelasi
antara bentuk daun dengan bentuk buah jambu biji. Pohon jambu biji yang berdaun
kecil berbuah kecil (jambu kerikil), bentuk daun bulat berbuah bulat, bentuk daun
Nakasone dan Paull (1999) menyatakan bahwa selain pada buahnya, ternyata
daun jambu biji memiliki senyawa fitokimia yang dapat bermanfaat sebagai obat. Dari
hasil screening secara kualitatif, didapatkan kandungan fitokimia dalam daun jambu biji
adalah:
Dragendorff’s test -
Alkaloid Mayer -
Wagner -
Phlobatanin HCL -
Lieberman’s test +
Steroid Salkowski’s test +
Keller-Kiliani +++
Free anthraquinone -
Anthraquinone
Combined anthraquinone -
Key: + = low concentration; + + = moderate concentration; + + + = high
concentration; - = absent
utama daun adalah zat samak dan tannin terutama daun yang masih muda. Selain itu
daun juga mengandung minyak atsiri dengan komponen penyusunnya yaitu α-pinene, β-
termasuk satu asam baru pentacyclic triterpenoid, asam guajanoat dan empat senyawa
β-sitosterol yang dikenal sebagai uvaol, asam oleanolat, dan asam ursolat telah diisolasi
Secara empiris, daun jambu biji bersifat antibiotik dan telah dimanfaatkan untuk
senyawa fitokimia yang dapat dimanfaatkan untuk mencegah dan mengobati suatu
penyakit. Daun jambu biji yang mengandung berbagai macam komponen fitokimia ini
Dengue). Senyawa tannin, flavonoid, dan steroid pada daun jambu biji dapat digunakan
hidroksilasinya dan ukuran molekulnya cukup untuk membentuk suatu senyawa yang
kuat dengan protein dan polimer lainnya pada konsentrasi dan pH yang sesuai. Adanya
tannin dalam bahan makanan ikut menentukan cita rasa suatu bahan makanan (Morton,
1987).
Secara kimia terdapat dua jenis tannin utama yang tersebar tidak merata dalam
dunia tumbuhan yaitu tannin terkondensasi (jenis paku - pakuan dan gimnospermae,
berkeping dua.
Daun jambu biji memiliki aktifitas antioksidan yang cukup tinggi. Selain untuk
antioksidan, tannin juga dapat digunakan sebagai antidiare, karena ekstrak daun
24
astringent yaitu melapisi mukosa usus besar, penyerap racun dan dapat menggumpalkan
spp. Hal ini dibuktikan dengan adanya penghambatan ekstrak daun jambu biji dengan
Selain tannin, senyawa flavonoid juga dapat digunakan sebagai antibakteri. Dari
penelitian yang berbeda, ditemukan empat senyawa antibakteri yang diisolasi dari
alam. Senyawa - senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, dan sebagian
25
zat berwarna kuning yang ditemukan pada tumbuh - tumbuhan. Kuersetin termasuk ke
dalam kelompok flavonol. Kuersetin melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit
(LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan mengkhelat ion logam transisi
(Sujiprihati, 1985).
protonnya dan menjadi senyawa radikal, tetapi elektron tidak berpasangan yang
dihasilkan didelokalisasi oleh resonansi, hal ini membuat senyawa kuersetin radikal
memiliki energi yang sangat rendah untuk menjadi radikal yang reaktif. Kebanyakan
flavonoid terikat pada gula dalam bentuk alamiah yaitu O-glikosida. Proses glikosilasi
dapat terjadi pada gugus hidroksil mana saja untuk menghasilkan gula. Bentuk glikosida
kuersetin yang paling umum ditemukan adalah kuersetin yang memiliki gugus glikosida
Daun jambu biji sering dimanfaatkan sebagai obat. Daun jambu biji
triterpenoid, dan asam apfel. Daun jambu biji banyak mengandung flavonoid,
yang ditemukan dalam buah, sayuran dan daun yang memiliki aktivitas antibakteri.
Senyawa polifenol yang terkandung pada daun jambu biji memiliki aktivitas sebagai
Beberapa manfaat daun jambu biji digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit, antara lain sariawan, sembelit, maag, masuk angin, kanker, menjaga
ketahanan tubuh, batuk dan flu. Ekstrak etanol daun jambu biji putih dan merah mampu
dysenteriae, Shigella flexneri, dan Salmonella typhi) pada konsentrasi tertentu. Selain
obat diare, daun jambu biji yang mengandung senyawa tannin dan flavonoid juga
Daun jambu biji berkhasiat sebagai obat antara lain untuk mengobati penyakit
gastroenteritis, muntah – muntah, luka – luka, penyakit kulit (ulcer), gusi bengkak, sakit
gigi, sakit tenggorokan, dan keputihan. Daun jambu biji dapat digunakan sebagai
1994).
positif dan gram negatif pada Sarcina lutea, Staphylococcus aureus dan
pada Mycobacteriumphlei.
sifat antibakteri yang mencegah infeksi pada luka bedah, kulit dan infeksi
jaringan lunak. Daun jambu biji mampu mencegah jerawat dan dapat
digunakan untuk mencuci wajah. Teh daun jambu biji mencegah proses
dengan mulut seperti sakit gigi, sakit tenggorokan, dan sakit pada gusi.
Teh yang terbuat dari daun jambu biji dapat mengobati luka pada dinding
4. Daun jambu biji kaya antioksidan seperti vitamin C dan kuercetin yang
5. Daun jambu juga merupakan bahan ramuan yang populer sebagai obat
diare. Diare disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh kuman pada
lapisan saluran usus. Daun jambu mampu mengatasi perut mual dan
diproduksi.
berat badan. Mereka yang minum teh daun jambu biji selama 12 minggu
produksi insulin.
7. Teh daun jambu biji efektif menurunkan kadar glukosa darah dan
BAB III
HIPOTESIS PENELITIAN
Internal:
Ekstrenal:
Daun Jambu Biji Muda
Sterilisasi
Jenis Jambu
Alat & bahan
Geografis
Waktu pertumbuhan
Demografis
Suhu
Kelembapan
Cara perhitungan zona
Pertumbuhan Koloni
Streptococcus mutans Terhambat
29
30
Berdasarkan kerangka konsep dan teori di atas dapat dirumuskan suatu hipotesis
bahwa:
2. Ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium) dengan konsentrasi tertentu
karies.
31
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
K0 O0
K1 O1
K2 O2
R RA
K3 O3
P S
K4 O4
K5 O5
K6 O6
Keterangan:
P= Populasi
S= Sampel
R= Random
RA = Randomisasi alokasi
31
32
K2 = Perlakuan dengan ekstrak daun jambu biji muda dengan konsentrasi 20%
K3 = Perlakuan dengan ekstrak daun jambu biji muda dengan konsentrasi 40%
K4 = Perlakuan dengan ekstrak daun jambu biji muda dengan konsentrasi 60%
K5 = Perlakuan dengan ekstrak daun jambu biji muda dengan konsentrasi 80%
K6 = Perlakuan dengan ekstrak daun jambu biji muda dengan konsentrasi 100%
jambu biji muda (Psidii folium) dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia
Farmasi FMIPA Universitas Udayana dan pengujian daya hambat ekstrak daun jambu
2. Pembuatan ekstrak daun jambu biji muda dan uji identifikasi fitokimia
3. Pengujian daya hambat ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium)
4.3.1 Populasi
Universitas Udayana.
4.3.2 Sampel
sesuai dengan penetapan baku uji bakteri yaitu menggunakan 108 bakteri.
Federer (1997):
(n - 1) (t - 1) ≥ 15
(n - 1) (5 - 1) ≥ 15
n-1 ≥ 15
4
n ≥ 3,75 + 1
n ≥ 4,75 ≈ 5
Keterangan:
n = banyak pengulangan
Jadi besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 35, yaitu setiap
kelompok (P0, P1,P2, P3, P4, P5, P6) direplikasi sebanyak 5 kali.
b. ChKM
c. Etanol 95%
a. Suhu inkubasi
a. Ekstrak daun jambu biji (Psidii folium) adalah ekstrak yang diperoleh
c. Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma
farmakologi.
mahkota gigi.
dengan cara suatu cakram yang mengandung sejumlah anti mikroba yang
Streptococcus mutans dalam hal ini berbentuk agar, yang dipakai adalah
j. Sterilisasi alat dan bahan adalah suatu usaha untuk membebaskan alat
kehidupan mikroorganisme.
4.6.1 Alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun jambu biji muda
h. Botol timbang kaca untuk penentuan kadar air simplisia daun jambu
biji
4.6.3 Alat yang digunakan dalam uji daya hambat ekstrak daun jambu biji muda
A B C
Gambar 4.2 Beberapa Alat yang Digunakan Dalam Penelitian.
A. Paper disc, B. Pipet, C. Mikropipet.
4.7.1 Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun jambu biji muda
b. Etanol 80%
c. Akuades steril
d. Aluminium foil
e. Kertas label
a. Akuades
c. Aseton P
d. Asam borat P
e. Asam oksalat P
f. Eter P 10 ml
39
g. Etanol 80%
h. Serbuk Zn 0,5 g
i. HCl2N
j. HCl pekat
k. Kloroform 0,5 ml
n. Asam encer
o. Dragendorff
p. Mayer
q. Wagner
r. Bouchardat
s. FeCl3 10%
4.7.3 Bahan yang digunakan dalam uji daya hambat ekstrak daun jambu biji
c. Darah Kambing
d. Masker
e. NaCl 0,9%
h. Etanol 95%
40
i. ChKM
A B
Gambar 4.3 Beberapa Bahan yang Digunakan Dalam Uji Daya Hambat Ekstrak Daun
Jambu Biji Muda Terhadap Streptococcus mutans.
A. ChKM, B. NaCl 0,9%.
Mencari daun jambu biji yang muda, lalu dibersihkan dengan mencuci di bawah
air mengalir sampai bersih, ditiriskan, diiris tipis - tipis, lalu dikeringkan dengan cara
A B
Gambar 4.4 Bahan yang Digunakan Dalam Pembuatan Ekstrak.
A. Daun Jambu Biji, B. Serbuk Daun Jambu.
dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C selama 30 menit. Dinginkan dalam desikator,
kemudian botol timbang dan tutup ditara. Ditimbang 1 gram simplisia dan dimasukkan
ke dalam oven dengan suhu 105 0C selama 30 menit dengan tutup terbuka. Setelah 30
menit, botol timbang dikeluarkan dan ditutup, selanjutnya didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang. Jika selisih antara 2 penimbangan lebih dari 0,25% maka simplisia
0
dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 105 C hingga bobot konstan. Kadar air
Rerata = 16.37%
42
Kadar air simplisia yang diperoleh sebesar 16.37% sehingga dapat disimpulkan
proses ekstraksi harus segera dilakukan untuk mengurangi terjadinya kerusakan pada
simplisia.
Serbuk daun jambu biji dihaluskan hingga diperoleh serbuk berukuran 100
mesh. Sebanyak 300 gram serbuk daun jambu biji dimaserasi menggunakan 2,5 liter
etanol 80% pada suhu kamar selama 1 hari disertai dengan pengadukan setiap 10 jam
sekali. Disaring (diperoleh ekstrak cair pertama) kemudian ampas diremaserasi kembali
dengan 2,5 liter etanol 80% pada suhu kamar selama 1 hari disertai dengan pengadukan
setiap 10 jam sekali. Disaring (diperoleh ekstrak cair kedua) kemudian ekstrak cair
pertama dan kedua disatukan, didiamkan 1 hari dan dilanjutkan ketahap pengentalan
minyak atsiri, tannin, alkaloid, steroid, terpenoid, saponin, fenol, glikosida dan
flavonoid.
larutan alkoholik tersebut diuapkan kembali hingga kering. Bila residu tetap berbau
sisanya dengan aseton P, ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk
halus asam oksalat P, dipanaskan hati - hati di atas tangas air dan dihindari pemanasan
berlebihan. Sisa yang diperoleh dicampur dengan 10 ml eter P. Diamati dengan sinar
HCl2N, diamkan selama 1 menit. Tambahkan 10 tetes HCl pekat, jika dalam waktu 2 - 5
flavonol).
Burchard. Sebanyak 2 ml larutan uji diuapkan dalam cawan penguap. Residu dilarutkan
cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menunjukkan adanya triterpenoid,
cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit, menunjukkan adanya saponin. Pada
dapat residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 ml HCl2N. Larutan yang didapat
kemudian dibagi ke dalam 5 tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan dengan asam
encer yang berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan pereaksi Dragendorff
sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga ditambahkan pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes.
tabung kedua dan endapan kuning pada tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid.
A B
Gambar 4.5 Alat yang Digunakan Dalam Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji Muda.
A. Rotary evaporator, B. Erlenmeyer.
4.8.2 Pengujian efektivitas ekstrak daun jambu biji terhadap Streptococcus mutans
Dibuat larutan uji dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Larutan
20% berarti larutan tersebut terdiri dari 20 ml ekstrak daun jambu biji dan 80 ml etanol
95%. Begitu pula dengan konsentrasi 40%, 60%, 80%, dan 100%. Pembuatan larutan
kontrol negatif yaitu dengan menggunakan etanol 95% dan kontrol positif yaitu dengan
menggunakan ChKM.
gram bubuk media Mueller-Hinton agar, dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang sudah
berisi 200 ml akuades lalu diaduk, kemudian di autoclavepada tekanan 121 atm selama
15 menit. Selanjutnya media ditaruh dalam water bath hingga suhu ± 50 0C dan
sudah diproses tersebut dituangkan pada cawan petri steril untuk 5 cawan petri lalu
didinginkan hingga beku. Kita ambil 5% dari jumlah total cawan petri yang berisi media
dalam hal ini diambil 2 cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator untuk di inkubasi
46
selama 24 jam dengan suhu 37 0C. Keesokkan harinya kita kontrol sterilitas daripada
media, jika bening berarti steril bisa kita pakai untuk media penanamanStreptococcus
mutans.
Dari stok Streptococcus mutans kita ambil dengan ose steril beberapa koloni
inkubator untuk diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 0C keesokan harinya akan
CFU/ml, diambil dengan menggunakan lidi kapas steril. Kemudian dioleskan secara
Ekstrak daun jambu biji muda dengan berbagai konsentrasi (20%, 40%, 60%,
80%, 100%), kontrol negatif dan kontrol positif ditambahkan disc blanksebanyak 5 biji.
Kemudian disk yang telah mengandung ekstrak daun jambu biji muda dengan berbagai
konsentrasi, kontol negatif, dan kontrol positif diletakkan di atas media Mueller-Hinton
Agar yang telah berisi suspensi Streptococcus mutansATCC 35668, dan diinkubasi
petunjuk kepekaan bakteri terhadap antibiotik atau bahan antibakteri lainnya yang
digunakan sebagai bahan uji yang dinyatakan dengan lebar diameter zona hambat.
Diameter zona hambat dihitung dalam satuan millimeter (mm) menggunakan jangka
sorong.
Uji Fitokimia
Analisis data
semua data untuk memberikan gambaran tentang karakteristik data yang didapatkan dari
BAB V
HASIL PENELITIAN
media agar, diawali dengan melarutkan media Mueller-Hinton agar dengan akuades,
dan penambahan 5 ml darah kambing. Media tersebut harus tetap steril dan siap untuk
50
51
yaitu dari stok Streptococcus mutans diambil beberapa koloni kemudian digoreskan ke
media Mueller-Hinton agar darah dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C.
Keesokan harinya diperoleh koloni kecil - kecil, lembut berwarna bening (Gambar 5.2).
Dan untuk memastikan bahwa koloni tersebut adalah Streptococcus mutans dilakukan
Gambar 5.2 Hasil yang Didapat dari Peremajaan Isolat Streptococcus mutans.
Suspensi Streptococcus mutans dibuat dari koloni yang tumbuh pada media
dalam media NaCl 0,9%, dibuat kekeruhan setara dengan 0,5 Mac-Farland. Lidi kapas
steril dicelupkan ke dalam suspensi tersebut dan diperas pada dinding tabung supaya
cairan yang diambil tidak berlebihan. Kemudian dioleskan secara merata pada media
A B C
Gambar 5.3 Suspensi Streptococcus mutans.
A. Koloni Streptococcus mutans dimasukkan ke dalam media NaCl 0,9% dibuat
kekeruhan setara dengan 0,5 Mac-Farland, B.Lidi kapas steril dicelupkan ke dalam
suspensi tersebut dan diperas pada dinding tabung,C. Koloni Streptococcus mutans
dioleskan secara merata pada media Mueller-Hinton agar darah.
larutan alkoholik tersebut diuapkan kembali hingga kering. Bila residu tetap berbau
Hasil : terjadi bau aromatis pada residu yang menunjukkan bahwa ekstrak daun
5.4.2Pemeriksaan flavonoid
sisanya dengan aseton P, ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk
halus asam oksalat P, dipanaskan hati - hati di atas tangas air dan dihindari pemanasan
berlebihan. Sisa yang diperoleh dicampur dengan 10 ml eter P. Diamati dengan sinar
flavonoid.
HCl2N, diamkan selama 1 menit. Tambahkan 10 tetes HCl pekat, jika dalam waktu 2 - 5
flavonol).
Hasil : tidak terjadi warna merah intensif (negatif mengandung flavonoid) dapat
Burchard. Sebanyak 2 ml larutan uji diuapkan dalam cawan penguap. Residu dilarutkan
cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menunjukkan adanya triterpenoid,
steroid), dan terbentuk cincin coklat (positif mengandung triterpenoid) dapat dilihat
5.4.4Pemeriksaan saponin
10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit, menunjukkan adanya saponin.
5.4.5Pemeriksaan alkaloid
didapat residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 ml HCl2N. Larutan yang didapat
kemudian dibagi ke dalam 5 tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan dengan asam
encer yang berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan pereaksi Dragendorff
tabung kedua dan endapan kuning pada tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid.
Hasil : tidak terbentuk endapan (negatif alkaloid) dapat dilihat gambar 5.8 :
A B C D
Gambar 5.8 Larutan Alkaloid.
A. Bouchardat, B. Mayer, C. Dragendorff, D. Wagner
5.4.6Pemeriksaan fenol
Hasil : terbentuk warna hitam pekat (positif mengandung fenol) dapat dilihat
5.4.7Pemeriksaan tannin
Hasil : terbentuk endapan putih (positif mengandung tannin) dapat dilihat pada
gambar 5.10:
5.4.8Pemeriksaan glikosida
5.5 Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji Muda (Psidii folium) Terhadap
Streptococcus mutans
mutans dilakukan sesuai metode zona hambat menggunakan paper disc. Paper disc
direndam selama 15 menit dalam larutan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80% dan 100%, sedangkan untuk kontrol negatifnya dipakai etanol
95%, dan kontrol positifnya menggunakan ChKM, kemudian disc tersebut ditempelkan
di atas media Mueller-Hinton agar darah kambing. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37
0
C selama 24 jam. Keesokan harinya dilihat dan diukur zona bening yang terbentuk.
A B C
59
Kontrol positif
menggunakan
D ChKM
E
Gambar 5.12 Hasil Pengamatan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji Muda
(Psidii folium) Terhadap Streptococcus mutans.
A. Larutan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100%,B.Paper disc ditempelkan di atas media Mueller-Hinton agar darah
kambing,C.Inkubasi Streptococcus mutans pada suhu 37 0C selama 24 jam,D.Hasil zona
bening yang terbentuk,E. Pengukuran zona bening yang terbentuk menggunakan jangka
sorong.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan setelah 24 jam masa inkubasi, terlihat
daerah bening yang merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap antibiotik atau
bahan antibakteri lainnya. Bahan ini digunakan sebagai bahan uji yang dinyatakan
dengan lebar diameter zona hambat. Diameter zona hambat dihitung dalam satuan
Tabel 5.1 Uji Anova pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan.
No. Kelompok n Rerata Simpang Baku ρ
1 P 0 5 0 0
2 P1 5 25,0 0
3 P2 5 0 0
4 P3 5 0 0
5 P4 5 0 0
6 P5 5 11,4 2,608
7 P6 5 13,4 2,793 0,00
60
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium)
konsentrasi 80% dan 100% memiliki zona hambat yang lebih luas dibandingkan
perbedaan rerata yang signifikan (ρ < 0,00). Selanjutnya untuk mengetahui kelompok
mana saja yang berbeda, dilakukan uji post hoc yaitu uji LSD (Less Significance
Difference).
Tabel 5.2Uji Post Hoc (LSD) Ekstrak Daun jambu Biji Muda.
Konsentrasi Beda Rerata ρ
ekstrak jambu biji 40% 0,000 1,000
ekstrak jambu biji 60% 0,000 1,000
ekstrak jambu biji 80% -11,400* 0,000
ekstrak jambu biji 20%
ekstrak jambu biji 100% -13,400* 0,000
CHKM kontrol (+) -25,000* 0,000
Etanol kontrol (-) 0,000 1,000
ekstrak jambu biji 20% 0,000 1,000
ekstrak jambu biji 60% 0,000 1,000
ekstrak jambu biji 80% -11,400* 0,000
ekstrak jambu biji 40%
ekstrak jambu biji 100% -13,400* 0,000
CHKM kontrol (+) -25,000* 0,000
Etanol kontrol (-) 0,000 1,000
ekstrak jambu biji 20% 0,000 1,000
ekstrak jambu biji 40% 0,000 1,000
ekstrak jambu biji 80% -11,400* 0,000
ekstrak jambu biji 60% ekstrak jambu biji 100% -13,400* 0,000
CHKM kontrol (+) -25,000* 0,000
Etanol kontrol (-) 0,000 1,000
ekstrak jambu biji 20% 11,400* 0,000
ekstrak jambu biji 40% 11,400* 0,000
ekstrak jambu biji 60% 11,400* 0,000
ekstrak jambu biji 80% ekstrak jambu biji 100% -2,000* 0,037
CHKM kontrol (+) -13,600* 0,000
Etanol kontrol (-) 11,400* 0,000
ekstrak jambu biji 20% 13,400* 0,000
ekstrak jambu biji 40% 13,400* 0,000
ekstrak jambu biji 60% 13,400* 0,000
ekstrak jambu biji 100% ekstrak jambu biji 80% 2.000* 0,037
CHKM kontrol (+) -11,600* 0,000
Etanol kontrol (-) 13,400* 0,000
61
Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji muda dengan
konsentrasi 20%, 40%, 60% tidak memiliki perbedaan rerata yang bermakna
dibandingkan dengan kelompok lainnya (ρ> 0,05), sedangkan daun jambu biji dengan
konsentrasi 80% dan 100% memiliki konsentrasi daya hambat minimal setara dengan
konsentrasi kontrol positif dan memiliki perbedaan rerata yang bermakna bila
Tabel 5.1 dan 5.2 di atas menunjukkan bahwa daya hambat minimal ekstrak
daun jambu biji muda (Psidii folium) terhadap Streptococcus mutans dimulai dari
konsentrasi 80% sampai 100%. Sebaliknya konsentrasi 20%, 40% dan 60% ekstrak
Hasil uji statistik di atas menunjukkan nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna antara ekstrak daun jambu bijimuda
(Psidii folium) konsentrasi 80% dan 100% dengan kelompok konsentrasi lainnya.
62
BAB VI
PEMBAHASAN
tanaman obat, salah satunya adalah jambu biji. Para peneliti menemukan kandungan
tannin yang terdapat pada daun jambu biji muda (Psidii folium)memiliki khasiat sebagai
antidiare. Selain memiliki kandungan tannin, daun jambu biji muda (Psidii folium)
memiliki kandungan yang berfungsi sebagai antibakteri seperti fenol, eugenol, saponin
dan triterpenoid. Penelitian ini menemukan bahwa ekstrak daun jambu biji muda (Psidii
folium) dengan konsentrasi 80% dan 100% menimbulkan zona hambat, sehingga
Daun jambu biji muda (Psidii folium) digunakan sebagai larutan uji terhadap
tanaman ini banyak terdapat pada pekarangan rumah masyarakat Indonesia. Selain itu
banyak penelitian yang menyebutkan kandungan – kandungan yang terdapat pada daun
jambu biji (Psidii folium) memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Dari
penelitian - penelitian tersebut disebutkan bahwa daun jambu biji memiliki aktivitas
bakteri aerob dan bakteri fakultatif anaerob. Agar darah merupakan media diferensial,
berdasarkan kemampuan dalam melisiskan sel-sel darah merah. Media agar darah
62
63
disebut media universal karena dapat digunakan untuk menumbuhkan beragam jenis
bakteri. Media Agar darah dapat membedakan bakteri hemolitik dan bakteri non
Isolat bakteri yang digunakan yaitu isolat Streptococcus mutans yang didapat
yang digunakan dalam penelitian adalah ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium).
Ekstrak didapat dengan cara ekstraksi metode maserasi yang dilakukan di Laboratorium
jambu biji muda mempunyai kandungan fenol sehingga pelarut yang digunakan dari
Efektivitas antibakteri daun jambu biji muda (Psidii folium) dibuktikan dengan
adanya kandungan berupa eugenol, triterpenoid, saponin, fenol dan tannin. Masing –
masing komponen bekerja dengan mekanisme sendiri. Pada penelitian ini ekstrak positif
mengandung minyak atsiri (eugenol) yang ditandai dengan adanya bau aromatis pada
residu ekstrak. Menurut Cowan (1999), eugenol merupakan turunan senyawa fenol yang
interaksi pada membran sel yang menyebabkan kehancuran membran sel. Eugenol
mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding sel sampai pada batas tertentu dan
awal terjadinya kerusakan membran sel. Eugenol menghambat peningkatan level ATP
Berdasarkan uji fitokimia yang telah dilakukan, selain minyak atsiri ekstrak daun
jambu biji muda mengandung senyawa triterpenoid, saponin, fenol dan tannin. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardjawinata dkk. (2009) bahwa hasil
64
fitokimia ekstrak daun jambu biji muda mengandung senyawa tannin, triterpenoid dan
saponin. Penelitian yang dilakukan oleh Winarno (1998) juga menemukan ekstrak daun
jambu biji mengandung senyawa aktif seperti tannin, triterpenoid, saponin, dan eugenol.
Senyawa tersebut merupakan senyawa metabolit sekunder yang ada didalam tumbuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hembing (1992) menemukan bahwa triterpenoid dan
Pada penelitian ini ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium) positif
lipofilik (Cowan, 1999). Menurut Banwart (1981), kerusakan membran sel terjadi ketika
senyawa aktif antibakteri bereaksi dengan sisi aktif dari membran atau dengan
terdiri dari fosfolipid dan molekul protein. Akibat peningkatan permeabilitas, senyawa
antibakteri dapat masuk ke dalam sel. Ketika di dalam sel, senyawa tersebut melisis
Ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium) positif mengandung senyawa
saponin ditandai dengan terbentuknya busa setinggi 5 cm yang stabil selama 10 menit.
Daun jambu biji merupakan tanaman yang kaya akan kandungan saponin. Menurut
Membran sel darah menyerupai membran sel pada bakteri sehingga proses yang terjadi
pada sel bakteri oleh saponin sama seperti yang terjadi pada sel darah merah. Saponin
adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan sifat khas
yang mampu membentuk larutan koloidal dalam air dan membui bila dikocok. Saponin
65
merupakan senyawa berasa pahit menusuk menyebabkan bersin dan mengiritasi selaput
lendir. Saponin dapat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis.
Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan cara mengganggu stabilitas membran sel
bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri lisis. Mekanisme kerja saponin termasuk
dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang
komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida.
Ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium) mengandung senyawa fenol,
ditandai dengan terbentuknya warna hitam pekat pada larutan ekstrak. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rivai dkk. (2007) menemukan bahwa daun jambu biji memiliki
kandungan senyawa fenol yang cukup banyak diantaranya tannin dan flavonoid,
sehingga daun jambu biji memiliki aktivitas antimikroba. Selain itu, daun jambu biji
menunda, memperlambat, dan mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam
oksidasi lipid. Fenol merupakan salah satu antiseptik tertua dengan khasiat bactericidal.
Mekanisme kerja fenol sebagai antibakteri adalah meracuni protoplasma, merusak dan
bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim esensial di dalam sel bakteri meskipun
dalam konsentrasi sangat rendah. Fenol dapat menyebabkan kerusakan sel bakteri,
Daun jambu biji kaya akan kandungan tannin. Ekstrak daun jambu biji muda
(Psidii folium) mengandung tannin, ditandai oleh terbentuknya endapan putih pada
larutan ekstrak. Istilah tannin berasal dari bahasa Perancis yaitu “tanning”. Tannin
merupakan suatu substansi yang banyak dan tersebar, sehingga sering ditemukan dalam
tanaman. Harbone (1996) menyatakan bahwa keberadaan tannin dalam sel menggangu
antibakteri dan antioksidan. Menurut Scalbert (1991), Tannin bekerja sebagai zat
yaitu zat yang dapat menciutkan. Hal ini dikarenakan tannin mampu berikatan
dengan memasuki sel bakteri. Tannin mampu masuk ke dalam sel bakteri melalui
dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terbuat dari peptidoglikan (murein) dan teichoic
membentuk kompleks dengan ion metal. Mayoritas tannin memiliki lebih dari dua grup
o-difenol pada molekulnya yang mampu membuat ikatan ion – ion metal seperti Cu dan
Fe. Tannin mereduksi ketersediaan ion metal esensial untuk mikroorganisme. Daya
antimikroba tannin disebabkan oleh adanya gugus pirogalol dan gugus galoil yang
membunuhnya dengan cara bereaksi dengan sel protein dari bakteri sehingga terjadi
denaturasi protein. Adanya denaturasi protein pada dinding sel bakteri menyebabkan
gangguan metabolisme bakteri sehingga terjadi kerusakan pada dinding sel yang
jambu biji muda (Psidii folium) semakin rendah pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Ekoputro dkk. (2009)
menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi ekstrak daun jambu biji, makin rendah
pertumbuhan bakteri sampai akhirnya tidak didapatkan pertumbuhan bakteri. Tabel 5.1
dan 5.2 menunjukkan bahwa pada konsentrasi 20%, 40% dan 60% ekstrak tidak
menimbulkan zona hambat, sedangkan pada konsentrasi 80% dan 100% menimbulkan
zona hambat. Hasil uji statistik menunjukkan nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna antara ekstrak daun jambu biji
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi dkk. (2012) menunjukkan bahwa
melalui pengerusakan dinding dan membran sel bakteri, serta menghambat proses
Adanya penurunan jumlah koloni bakteri yang tumbuh seiring dengan peningkatan
Sebuah penelitian secara In Vitro yang dilakukan oleh Darsono (2003) dan
Ulfaningtyas (2005) menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji memiliki
efek antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Daun jambu biji memiliki
bahan aktif yang mampu merusak sel bakteri pada konsentrasi tertentu. Disamping
menyebutkan bahwa daun jambu biji juga memiliki aktivitas antimikroba terhadap
bakteri Salmonella typhimurium yang merupakan jenis bakteri gram negatif. Sehingga
68
dapat dikatakan bahwa daun jambu biji memiliki efek antimikroba yang cukup luas.
dimana kedua bakteri ini sama - sama bersifat fakultatif anaerob dan memiliki
daun jambu biji (Psidii folium) dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans
pada konsentrasi 2%. Sedangkan pada penelitian ini ekstrak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada konsentrasi 80% dan 100%. Perbedaan
ini dipengaruhi oleh letak geografis yang berbeda, tingkat kemudaan daun jambu yang
digunakan, pelarut yang digunakan dalam pembuatan ekstrak, bobot daun jambu biji
yang digunakan, serta kemampuan dari ekstrak dalam melisis dinding sel bakteri.
69
BAB VII
7.1 Simpulan
1. Ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium) terbukti memiliki aktivitas
2. Ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium) konsentrasi 20%, 40%, dan
3. Efektivitas ekstrak daun jambu biji muda (Psidii folium) dipengaruhi oleh
7.2 Saran
3. Perlu dilakukan penelitian mengenai cara ekstraksi lain yang lebih baik
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Amerongen. Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi (terjemahan).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.; 1991. H. 78-94.
Backer CA, Van den Brink RCB. 1963. Flora of Java Volume I. N. V.P. Noordhoff.
Groningen.
Banwart, G. J. 1981. Basic Food Microbiology. Avi. New York Brooks, G. F. et al.
2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Media: Hal. 318-
326.November 2009).
Damanik S, Sinaga ED. Efek penyuluhan dan pelatihan dalam penurunan indeks plak
pada murid-murid kelas IV dan V di dua SD Negeri Medan. Dentika Dental
Journal 2002; 7 (1): 1-5.
Darsono, F.L. dan Artemisia, S.D. 2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Jambu
Biji Dari Beberapa Kultivar T erhadap Streptococcus aureus ATCC 25923
Dengan “Hole-plate Diffusion Method”. J Berk. Penel. Hayati; 9:49-51.
Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada Pelita V.
Jakarta. 1994. h. 12–3.
Ekoputro, Jeffi Wahyu. Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, Sp MK, dr. Bambang Soemantri,
M.Kes, (2009). EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI
70
71
Hardjawinata, K, Irna Sufiawati, Nina Djustina, Muchtaridi, Sri Olyndriana Dewi. 2009.
Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Sebagai Obat Kumur Untuk
Pengobatan Gingivitis pada Wanita. Ringkasan Eksekutif Hasil-hasil Penelitian.
Bandung; Universitas Padjajaran.
Kidd EAM dan Sally JB. Dasar – dasar Karies dan Penanggulangannya. (terjemahan).
Jakarta.: EGC Penerbit Buku Kedokteran Gigi; 1991. H. 1-2, 66-74.
Lehner T. Imunologi pada Penyakit Mulut (terjemahan). Jakarta; EGC Penerbit Buku
Kedokteran Gigi; 1995. H.61.
Loesche WJ. Microbiology of dental decay and periodontal disease. In: Baron S, editor.
Medical microbiology. 4th ed. Galveston, Texas: The University of Texas
Medical Branch at Galveston; 1996. p. 1169-84.
McGhee JR, Michalek SM. Oral streptococci with emphasis on Streptococcus mutans.
In: McGhee JR, Michalek SM, Cassell GH, editor. Dental microbiology.
Philadelphia: Harper & Row Publishers; 2000. p. 679-89.
72
Mc Kane, L. and Kandel, J. 1996. Microbiology Essentials And Applications 2nd ed.
New York: McGraw-Hill.Moeljantoro. 2004. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Morton, J. 1987. Guava. In: J.F. Morton. Fruits of warm climates. Julia F. Morton,
Miami, FL. p. 356- 363.
Naini A. Pengaruh ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn) terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans. Indonesian Journal of Dentistry 2006
Aug;13(2):90-4.
Nakasone HY, Paull RE. 1999. Tropical Fruits. CAB International. New York. 445.
Popenoe W. 1974. Manual of Tropical and Subtropical Fruits. Hafner Press. New York.
474
Prabu, G.R., Gnanamani, A., Sadulla, S.J. 2006. Guajaverin – a plant flavonoid as
potential antiplaque agent against Streptococcus mutans. J Journal of Applied
Microbiology; 101:487-495.
Rivai, H., Nurdin, H., Suyani, H., Bakhtiar, A. 2007. Pengaruh Perbandingan Etanol-
Air Sebagai Pelarut Ekstraksi Terhadap Perolehan Ekstaktif, Kadar Senyawa
Fenolat Dan Aktivitas Antioksidan Dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava
Linn.). Padang: Universitas Andalas.
Roeslan OB. Karakteristik Streptococus mutans penyebab karies gigi. Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Usakti. 1995; 29–30(10):112–5.
Samarayanke, L.P 2002. Essential Microbiology For Dentistry, W. B. Saunders
Company, Philadelphia, page 175, 217-223, 425-426, 719-720.
Scalbert, A. 1991. Antimicrobial Properties of Tannin. Review Article 63.
Phytochemsitry 30 (12):3875-3883. 12. Cowan MM, 1999. Plant Product as
Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Reviews, p: 564-582.
Sondang P, Hamada T. Pemeliharaan rongga mulut (oral care). Dalam: Menuju gigi dan
mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 69-90.
Sujiprihati S. 1985. Studi Keragaman Berbagai Sifat Agronomis dan Pola Pembungaan/
Pembuahan Jambu Bangkok. Laporan. Jurusan Budi Daya Pertanian Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 25 hal.
Ulfaningtyas, K. 2005. Uji Efektivitas Antimikroba Dekok Daun Jambu Biji Terhadap
Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran.
Universitas Brawijaya, Malang.
Wilson, Gisvold. Kimia farmasi dan medisinal organik. Edisi ke- 8. Achmad Mustofa
Fatah. Jakarta: Dirjen Dikti dan Kebudayaan; 1982. h. 10–2.
Zakaria, Muhamad bin & Mohd, Mustafa Ali: Traditional Malay Medicinal Plants.
1994. Penerbit Fajar Bakti Sdn. Bhd. Photocopy. ISBN No. 967-65-2476-X
74
LAMPIRAN
75
76
77
78
79
Lampiran 1
Tabel Hasil Penelitian Screening dan Fitokimia Ekstrak Daun Jambu Biji.
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN – BALI Tlp/Fax 0361-703837 Email : farmasi.udayana@yahoo.co.id
Nomor : 03/UN14.LBF-FAR-MIPA/2013
Lamp. : 1(satu)
Hal : Hasil Uji Skrining Fitokimia
IDENTIFIKASI
METODE
NO GOLONGAN PENGAMATAN* HASIL
PENGUJIAN
SENYAWA
larutan berfluoresensi
REAKSI PEW -
merah muda
1 Flavonoid
REAKSI WILSON Tidak terjadi warna merah
-
TAUBOCK intensif
2 Minyak atsiri Residu berbau aromatis +
Lampiran 2
Oneway
Notes
Comments
Input Data D:\filenya igoh\data fitri.sav
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Descriptives
Zona Hambat
Descriptives
Zona Hambat
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
ekstrak jambu biji 20% .00 .00 0 0
ekstrak jambu biji 40% .00 .00 0 0
ekstrak jambu biji 60% .00 .00 0 0
ekstrak jambu biji 80% 8.16 14.64 8 15
ekstrak jambu biji 100% 9.93 16.87 11 18
CHKM kontrol (+) 25.00 25.00 25 25
Etanol kontrol (-) .00 .00 0 0
Total 3.91 10.32 0 25
82
Uji Homogenitas
7.288 6 28 .000
Uji Anova
ANOVA
Zona Hambat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2901.143 6 483.524 231.826 .000
Within Groups 58.400 28 2.086
Total 2959.543 34
83
Multiple Comparisons
Zona Hambat
LSD
(I) ekstrak jambu biji (J) ekstrak jambu biji Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
ekstrak jambu biji 20% ekstrak jambu biji 40% .000 .913 1.000
ekstrak jambu biji 60% .000 .913 1.000
*
ekstrak jambu biji 80% -11.400 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 100% -13.400 .913 .000
*
CHKM kontrol (+) -25.000 .913 .000
Etanol kontrol (-) .000 .913 1.000
ekstrak jambu biji 40% ekstrak jambu biji 20% .000 .913 1.000
ekstrak jambu biji 60% .000 .913 1.000
*
ekstrak jambu biji 80% -11.400 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 100% -13.400 .913 .000
CHKM kontrol (+) -25.000* .913 .000
Etanol kontrol (-) .000 .913 1.000
ekstrak jambu biji 60% ekstrak jambu biji 20% .000 .913 1.000
ekstrak jambu biji 40% .000 .913 1.000
*
ekstrak jambu biji 80% -11.400 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 100% -13.400 .913 .000
*
CHKM kontrol (+) -25.000 .913 .000
Etanol kontrol (-) .000 .913 1.000
ekstrak jambu biji 80% ekstrak jambu biji 20% 11.400* .913 .000
*
ekstrak jambu biji 40% 11.400 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 60% 11.400 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 100% -2.000 .913 .037
*
CHKM kontrol (+) -13.600 .913 .000
*
Etanol kontrol (-) 11.400 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 100% ekstrak jambu biji 20% 13.400 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 40% 13.400 .913 .000
ekstrak jambu biji 60% 13.400* .913 .000
*
ekstrak jambu biji 80% 2.000 .913 .037
*
CHKM kontrol (+) -11.600 .913 .000
*
Etanol kontrol (-) 13.400 .913 .000
*
CHKM kontrol (+) ekstrak jambu biji 20% 25.000 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 40% 25.000 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 60% 25.000 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 80% 13.600 .913 .000
ekstrak jambu biji 100% 11.600* .913 .000
*
Etanol kontrol (-) 25.000 .913 .000
84
Etanol kontrol (-) ekstrak jambu biji 20% .000 .913 1.000
ekstrak jambu biji 40% .000 .913 1.000
ekstrak jambu biji 60% .000 .913 1.000
*
ekstrak jambu biji 80% -11.400 .913 .000
*
ekstrak jambu biji 100% -13.400 .913 .000
*
CHKM kontrol (+) -25.000 .913 .000
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Multiple Comparisons
Zona Hambat
LSD
95% Confidence Interval
(I) ekstrak jambu biji (J) ekstrak jambu biji Lower Bound Upper Bound
ekstrak jambu biji 20% ekstrak jambu biji 40% -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 60% -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 80% -13.27 -9.53
ekstrak jambu biji 100% -15.27 -11.53
CHKM kontrol (+) -26.87 -23.13
Etanol kontrol (-) -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 40% ekstrak jambu biji 20% -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 60% -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 80% -13.27 -9.53
ekstrak jambu biji 100% -15.27 -11.53
CHKM kontrol (+) -26.87 -23.13
Etanol kontrol (-) -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 60% ekstrak jambu biji 20% -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 40% -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 80% -13.27 -9.53
ekstrak jambu biji 100% -15.27 -11.53
CHKM kontrol (+) -26.87 -23.13
Etanol kontrol (-) -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 80% ekstrak jambu biji 20% 9.53 13.27
ekstrak jambu biji 40% 9.53 13.27
ekstrak jambu biji 60% 9.53 13.27
ekstrak jambu biji 100% -3.87 -.13
CHKM kontrol (+) -15.47 -11.73
Etanol kontrol (-) 9.53 13.27
85
ekstrak jambu biji 100% ekstrak jambu biji 20% 11.53 15.27
ekstrak jambu biji 40% 11.53 15.27
ekstrak jambu biji 60% 11.53 15.27
ekstrak jambu biji 80% .13 3.87
CHKM kontrol (+) -13.47 -9.73
Etanol kontrol (-) 11.53 15.27
CHKM kontrol (+) ekstrak jambu biji 20% 23.13 26.87
ekstrak jambu biji 40% 23.13 26.87
ekstrak jambu biji 60% 23.13 26.87
ekstrak jambu biji 80% 11.73 15.47
ekstrak jambu biji 100% 9.73 13.47
Etanol kontrol (-) 23.13 26.87
Etanol kontrol (-) ekstrak jambu biji 20% -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 40% -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 60% -1.87 1.87
ekstrak jambu biji 80% -13.27 -9.53
ekstrak jambu biji 100% -15.27 -11.53
CHKM kontrol (+) -26.87 -23.13
86
Lampiran 3
Foto – Foto Hasil Penelitian.
Pohon jambu biji yang digunakan. Proses pengeringan daun jambu biji.
Proses Penelitian.
1 2 3
4 5
Hasil zona hambat yang ditimbulkan oleh ekstrak daun jambu biji muda
terhadap Streptococcus mutans pada pengulangan 1, 2, 3, 4 dan 5.