Anda di halaman 1dari 53

SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI BEBERAPA TANAMAN


YANG DIGUNAKAN DALAM PENGOBATAN PENYAKIT
MULUT DAN GIGI
(LITERATUR REVIEW)

RACHMAT RIZQA RUSLI


PO. 71.4.251.17.1.044

PEMBIMBING I  : apt. Drs. Jumain, M.Kes.


PEMBIMBING II : apt. Santi Sinala, S.Si.,M.Si.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN FARMASI


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI

Judul : Formulasi Sediaan Pasta Gigi Beberapa Tanaman yang


Digunakan dalam Pengobatan Penyakit Mulut dan Gigi
Penyusun : Rachmat Rizqa Rusli
Nim : PO714251171044
Pembimbing I : Apt. Drs. Jumain, M.Kes
Pembimbing II : Apt. Santi Sinala, S.Si,M.Si
Tanggal seminar :

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Apt. Drs. Jumain, M.Kes Apt. Santi Sinala, S.Si,M.Si


NIP. 196311161993031001 NIP. 198309282008122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua Jurusan Farmasi


Sarjana Terapan Farmasi

Apt. Ida Adhayanti, S.Si, M.Sc Apt. Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes
NIP. 198408292008012005 NIP. 196502241992031002

ii
LEMBAR PERNYATAAN

FORMULASI SEDIAAN PASTA GIGI BEBERAPA TANAMAN YANG


DIGUNAKAN DALAM PENGOBATAN PENYAKIT MULUT DAN GIGI
(LITERATUR REVIEW)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Terapan Farmasi
Pada Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar

Rachmat Rizqa Rusli

NIM PO.71.4.251.1.71.044

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Apt. Drs. Jumain, M.Kes Apt. Santi Sinala, S.Si,M.Si


NIP.196311161993031001 NIP.198309282008122001

iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam


lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar untuk dipakai sebagai referensi
kepustakaan, tetapi pengutipan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan
ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Poltekkes Kemenkes Makassar.

iv
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam jenis tanaman obat yang
diketahui memiliki manfaat menyembuhkan atau mencegah penyakit salah
satunya penyakit yang terdapat pada rongga mulut atau gigi. Tanaman yang
berkhasiat untuk mengatasi penyakit mulut dan gigi seperti daun alpukat, daun
binahong, daun kersen, daun jambu biji dan kulit jeruk. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui formulasi sediaan pasta gigi dari beberapa tanaman yang
memenuhi syarat dalam pengobatan penyakit mulut dan gigi. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah studi literature dimana penelitian yang
dilakukan dengan pengumpulan data dari berbagai jurnal penelitian ilmiah
dilakukan secara online melalui berbagai beragam informasi kepustakaan (Google
Scholar, PubMed, Science direct, Research Gate). Hasil dari penelitian ini
berdasarkan jurnal penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari tahun 2015-
2021 dapat disimpulkan bahwa

Kata Kunci : tanaman untuk pasta gigi, penyakit mulut dan gigi, formulasi sediaan
pasta gigi

v
ABSTRACT
Indonesia is a country that has various types of medicinal plants which are known
to have the benefit of curing or preventing disease, one of which is diseases found
in the oral cavity or teeth. Plants that are efficacious for treating oral and dental
diseases such as avocado leaves, binahong leaves, cherry leaves, guava leaves and
orange peels. The purpose of this study was to determine the formulation of
toothpaste preparations from several plants that meet the requirements in the
treatment of oral and dental diseases. The method used in this study is a literature
study where research is carried out by collecting data from various scientific
research journals carried out online through a variety of library information
(Google Scholar, PubMed, Science direct, Research Gate). The results of this
study based on research journals that have been conducted previously from
2015-2021, it can be concluded that the
Keywords: plants for toothpaste, oral and dental diseases, formulation of
toothpaste preparation.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan nikmat sehat, iman islami, rezeki, kekuatan,
petunjuk, rahmat serta kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal dengan judul Formulasi Sediaan Pasta Gigi Beberapa Tanaman yang
Digunakan Dalam Pengobatan Penyakit Mulut dan Gigi. Shalawat serta salam
semoga tercurah selalu kepada Nabi Muhamma SAW beserta keluarga dan
sahabat hingga akhir zaman. Penulis proposal ini dilakukan dalam rangka
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
terapan farmasi. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal dan
sampai ke penyusunan skripsi akan sangat sulit untuk menyelesaikan tugas ini.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Rusli Ahi dan Ibu Sitti Warni atas
pengorbanan, kasih sayang, motivasi dan do’a yang telah diberikan selama ini,
semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan keberkahan dalam kehidupan kita
dan terimakasih juga kepada Bapak Apt. Jumain, S.Si., M.Kes. selaku
pembimbing I, dan Ibu Apt. Santi Sinala, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II yang
telah memberikan waktu, motivasi, pikiran, dan bimbingan selama penyusunan
proposal . Penulis juga ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. Bapak Dr.Ir.H.Agustian Ipa, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Makassar yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di
Poltekkes Kemenkes Makassar.
2. Apt Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar

vii
3. Apt. Ibu Idha Adhayanti, S.Si, M.Sc selaku Kepala Program Studi D.IV
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar
4. Ibu Apt Arisanty, S.Si., M.Kes selaku pembimbing akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menuntut
ilmu di Jurusan Farmsi Poltekkes Kemenkes Makassar
5. Bapak/Ibu Dosen serta Para Laboran yang telah membantu memberikan
motivasi dan arahan selama penulis menempuh pendidikan
6. Staff Tata Usaha Kampus Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar
yang telah banyak membantu mulai dari administrasi pendidikan sampai
penyelesaian tugas akhir
7. Kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan motivasi dan dukungan
selama di dibangku perkuliahan ini.
8. Sahabatku (akbar, kadir, bayu segara, fitrah, goni ) atas dukungan, bantuan
dan kesediaanya menemani dan mendengarkan keluh kesah selama di
bangku perkuliahan ini.
9. Teman-teman seperjuanganku Refluks 17 khususnya teman-teman D.IV
Refluks 2017 jurusan farmasi untuk segala kebersamaan, semangatnya dan
kekompakannya.
10. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang turut membantu
penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini.

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI....................................................ii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...………...……...……………………………..………..….xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
II.1 Gigi....................................................................................................4
II.2 Penyakit pada Gigi............................................................................5
II.3 Formulasi Pasta Gigi.........................................................................6
II.4. Tanaman yang Berkhasiat sebagai Pengobatan Penyakit Mulut dan
Gigi...................................................................................................9
II.4.1 Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)..........9
II.4.2 Daun Alpukat (Persea americana Mill)..............................11
II.4.3 Daun Saga ( ).......................................................................12
II.4.4 Daun Jambu Biji (Psidium guajava L)................................14
II.4.5 Kulit Jeruk (Citrus sp).........................................................16
II.4.6 Biji Pinang ( )
II.4.7 Biji Pepaya ( )
II.4.8 Daun Gambir ( )
II.4.9 Daun Mangrove ( )
II.5.0 Daun Belimbing Wuluh ( )

ix
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................18
III.1 Jenis Penelitian...............................................................................18
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................18
III.3 Variabel Penelitian.........................................................................18
III.4 Metode Pengumpulan Data............................................................19
III.5 Analisis Data.................................................................................19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................20
IV. 1 Hasil............................................................................................20
IV. 2 Pembahasan.................................................................................26
BAB V PENUTUP................................................................................................30
V. 1 Kesimpulan.................................................................................30
V. 2 Saran............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
LAMPIRAN...........................................................................................................35

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


2.1 Struktur Gigi 4
2.2 Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steen) 10
2.3 Daun Alpukat (Persea americana Milll 12
2.4 Daun Saga ( ) 13
2.5 Daun Jambu Biji (Psidium guajava L) 15
2.6 Buah dan Kulit Jeruk (Citrus sp) 17
2.7 Biji Pinang ( )
2.8 Biji Pepaya ( )
2.9 Daun Belimbing Wuluh ( )
3.0 Daun Mangrove ( )
3.1 Daun Gambir ( )
3.2

xi
Daftar Lampiran
1 Skema Studi Literature
2. Formulasi
3. Formulasi
4. Formulasi
5. Formulasi
6. Formulasi
7. Formulasi
8. Formulasi
9. Formulasi
10. Formulasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2018 menunjukkan
sebesar 57,6% dari data penduduk masyarakat Indonesia mempunyai masalah
gigi dan mulut yang terus meningkat (Kemenkes RI, 2018). Penyakit mulut
dan gigi menjadi masalah kesehatan yang utama pada masyarakat secara luas.
Tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini berkaitan dengan kesehatan mulut
dan gigi yang buruk pada anak-anak dan berlanjut hingga usia remaja dan
dewasa. Dimana lebih dari 70% mempunyai masalah gigi dan mulut (Suratri
dkk., 2018). Salah satu penyakit gigi dan mulut yang sering dijumpai
dikalangan masyarakat adalah karies gigi. Karies gigi disebabkan oleh bakteri
Streptococcus mutans yang memetabolisme sukrosa dan menimbulkan
suasana asam dibagian rongga mulut (Astika et al., 2020). Gusi membengkak,
tampak kemerahan, serta mudah berdarah terutama pada saat menyikat gigi
merupakan tanda peradangan pada gusi (gingivitis). Penyebab terjadinya
gingivitis merupakan akibat dari plak yang menumpuk pada leher gigi yang
tidak dibersihkan (Rahayu & Salikun, 2020). Penyakit periodontal merupakan
kondisi yang dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada jaringan
penyangga gigi. Penyebab penyakit periodontal adalah iritasi bakteri, halitosis
(bau mulut) merupakan istilah untuk mendefinisikan bau yang tidak sedap
dari pernapasan. Bau mulut disebabkan oleh aktifitas pembusukan dari
mikroorganisme gram negatif (Yulimatussa et al., 2016).
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya,
baik itu sumber daya manusia atau pun sumber daya alam. Di Indonesia ada
beragam jenis tanaman obat yang diketahui memiliki manfaat
menyembuhkan atau mencegah penyakit. Sejak dulu masyarakat sudah
memanfaatkan bahan-bahan alam yang mampu menyembuhkan segala
penyakit, salah satunya penyakit yang ada pada rongga mulut atau gigi
berlubang. Selain itu bahan alam menjadi alternatif karna sangat mudah

1
2

didapat dan jarang menimbulkan efek samping. Tanaman- tanaman yang


berkhasiat untuk mengatasi penyakit mulut dan gigi seperti daun alpukat
(Persea americana mill), berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Prasko (2015), ekstrak daun alpukat dengan kosentrasi 60% dan 80%
memiliki pengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans (Ermawati, 2020). Jambu biji (Psidium guajava) berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan bahwa senyawa guaijaverin yang diisolasi
dari daun jambu biji menunjukkan aktivitas tinggi terhadap penghambatan
dan mempunyai efek terhadap Streptococcus mutans (Astika et al., 2020).
Daun binahong (Anredera cordifolia) berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa adanya senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin
yang terkandung dalam daun binahong yang dapat berperan sebagai
antibakteri. Konsentrasi 6,25% ekstrak daun binahong mampu menghambat
Streptococcus mutans yang merupakan bakteri penyebab karies gigi
(Nurhartanti & Masduqi, 2017). Kulit jeruk (Citrus sp) berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, bahwa ekstrak kulit jeruk nipis pada
kosentrasi 10% dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase
Streptococcus mutans (Widyastuti et al., 2019). Daun kersen (Muntingia
calabura L.) berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ekstrak
daun kersen dalam kosentrasi 10% sudah dapat menghambat bakteri
Streptococcus mutans (Taufik dkk., 2018).
Formulasi sediaan pasta gigi merupakan suatu proses melarutkan
bahan kimia ataupun jenis tumbuhan kedalam pasta gigi yang didalamnya
telah terbukti secara ilmiah mempunyai kandungan yang dapat menjaga
kesehatan gigi dan aman dikonsumsi oleh manusia. Selain itu terdapat pula
syarat-syarat menjadi sediaan pasta gigi yakni mempunyai daya abrasif yang
minimal tetapi mempunyai daya pembersih yang maksimal, harus stabil
dalam jangka waktu yang lama, dapat menghambat pertumbuhan dan
membunuh bakteri dalam mulut dan tidak beracun. Pasta gigi merupakan
bahan semi padat yang digunakan bersama dengan sikat gigi untuk
membersihkan seluruh gigi. Pasta gigi yang mengandung bahan yang aman
3

dan nyaman serta memiliki efek samping yang sedikit biasanya disebut pasta
gigi herbal (Nurhartanti & Masduqi, 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
studi literatur formulasi sediaan pasta gigi beberapa tanaman yang digunakan
dalam pengobatan penyakit mulut dan gigi. Penelitian ini dilakukan dengan
sistem kajian pustaka dari semua literatur yang bisa diperoleh secara online
seperti jurnal, artikel, skripsi dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini
adalah bagaimana Formulasi Sediaan Pasta Gigi dari beberapa tanaman
dalam Pengobatan Penyakit Mulut dan Gigi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi
sediaan pasta gigi dari beberapa tanaman dalam pengobatan penyakit mulut
dan gigi .
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan dibidang farmasi khususnya dalam penggunaan beberapa
tanaman dalam furmulasi sediaan pasta gigi untuk pengobatan penyakit
mulut dan gigi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Gigi

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-
gigi pada rahang atas dan rahang bawah. Gigi juga berfungsi sebagai salah
satu alat kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah, mata dan bibir sehingga
sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi (Ahmad, 2017). Secara
makroskopik gigi terdiri dari mahkota (bagian gigi yang berada diatas gusi)
dan akar (bagian yang tertutup oleh gusi) bagian yang memisahkan mahkota
dan akar adalah leher (Syurgana et al., 2017).

Gigi adalah salah satu dari beberapa alat pencernaan, yang berfungsi
untuk menghaluskan makanan agar dapat dicerna oleh tubuh. Apabila salah
satu gigi kita terserang penyakit maka kinerja seluruh gigi akan berkurang.
Karena perannya yang berhubungan dengan pencernaan, kesehatan gigi
sangat penting untuk membantu kesehatan tubuh lainnya (Angky, dkk.,
2015).

Gambar struktur gigi. (Angky, dkk., 2015).

Gigi terdiri dari mahkota gigi, leher gigi, dan akar gigi. Secara klinis
mahkota gigi merupakan bagian gigi yang menonjol diatas gingiva. Dilihat

4
5

dari potongan melintang, mahkota gigi merupakan bagian tampak diatas


gusi (Angky, dkk., 2015). Struktur gigi terdiri atas :
a. Lapisan email merupakan lapisan yang paling keras dan merupakan
sistem biologis kompleks yang dibentuk oleh sel-sel ameloblast.
Email mengandung hidroksiapatit yang memberikan kekerasan pada
gigi, sehingga gigi dapat bertahan lebih lama apabila dijaga dengan
baik.
b. Tulang gigi (dentin) didalamnya terdapat saraf dan pembuluh darah.
Dentin merupakan bagian gigi yang terbesar. Ditengahnya terdapat
pulpa.
c. Rongga gigi (pulpa), merupakan bagian antara mahkota gigi dan
radiks. Pulpa merupakan bagian yang lunak dari gigi.
d. Leher gigi atau kolum, merupakan bagian yang berada pada gusi.
e. Akar gigi atau radiks, merupakan bagian yang tertanam pada
tulangrahang. Akar gigi melekat pada tulang rahang dengan
perantaran semen gigi.
II.2 Penyakit pada Gigi
Berikut beberapa penyakit yang ada pada gigi, menurut (Angky, dkk.,
2015).
a. Kalkulus atau karang gigi
Kalkulus atau dikenal dengan karang gigi adalah sisa-sisa
makanan yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi di
dalam mulut. Penyebab karang gigi terbentuk karena penumpukan plak
gigi yang mengeras dan melapisi bagian-bagian gigi. Plak gigi sendiri
yang bercampur dengan bakteri di dalam mulut. Plak membawa bakteri
yang bisa merusak enamel gigi, hingga menyebabkan rongga dan
kerusakan gigi serta penyakit gusi.
b. Karies gigi berlubang
Karies gigi atau gigi berlubang merupakan penyakit karena
terjadinya infeksi yang bisa memicu kerusakan struktur gigi. Karies gigi
6

dapat berdampak terjadinya gigi berlubang. Jika dibiarkan atau tidak


diobati secara tepat maka akan menyebabkan rasa nyeri, terjadinya
infeksi, kasus bahaya lainnya atau bahkan membawa kematian.
Penyebab utama karies gigi adalah plak yang menumpuk di permukaan
gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa makanan, kotoran, dan bakteri di
dalam mulut. Jarang sikat gigi dan sering mengkosumsi makanan yang
manis dapat mempercepat pertumbuhan plak. Bakteri didalam mulut
akan menghasilkan asam. Asam pada plak mengikis mineral pada
enamel ini disebut dengan erosi enamel.
c. Penyakit periodontal atau penyakit jaringan penyangga gigi
Penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah
gingivitis dan periodontitis. Pada gingivitis, inflamasi hanya terbatas
pada gingiva saja, sedangkan pada periodontitis terjadi destruksi
jaringan ikat dan tulang alveolar. Penyakit periodontal seperti gingivitis
dan periodontitis merupakan penyakit infeksi serius, jika tidak dirawat
akan menyebabkan gigi lepas dari soketnya. Gingivitis bersifat
reversibel, sedangkan periodontitis bersifat ireversibel dengan adanya
kerusakan tulang. Gingivitis yang tidak dirawat akan berkembang
menjadi periodontitis, sehingga pemeriksaan dini dan intervensi akan
meminimalkan insiden kehilangan gigi. Nyeri, ketidak nyamanan dan
kehilangan gigi akibat pernyakit periodontal dapat mengganggu aspek
fungsional dan estetik serta mempunyai efek yang signifikan terhadap
kesehatan hidup manusia.
II.3 Formulasi Pasta Gigi

Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibandingkan yang


lainnya strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentin
(tulang gigi) di dalamya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh
syaraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Salah satu sediaan yang
dapat digunakan adalah pasta gigi. Pemilihan pasta gigi selain untuk
membersihkan gigi juga dapat menghmbat pertumbuhan bakteri
7

Streptococcus mutans yang menyebabkan karies gigi atau gigi berlubang.


Pasta gigi yang mengandung bahan yang aman dan nyaman serta memiliki
efek samping yang sedikit biasanya disebut pasta gigi herbal. Pembuatan
pasta gigi dapat diinovasikan dengan penambahan bahan alami yang
bermanfaat, efektif dan aman untuk menjaga kesehatan gigi (Astika et al.,
2020).

Pasta gigi merupakan bahan semi padat yang digunakan bersama


dengan sikat gigi untuk membersihkan seluruh gigi. Pasta gigi yang
digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi
pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan
memoles permukaan gigi. Penggunaan pasta gigi juga dapat menghilangkan
atau mengurangi bau mulut, memelihara kesehatan gigi dan
mempertahankan estetika gigi (Nurhartanti & Masduqi, 2017).

Dibawah ini menurut Khairi, dkk (2016) akan menjelaskan


komposisi pasta gigi beserta fungsinya sebagai berikut :

1. Bahan abrasive
Bahan abrasive yang terdapat dalam pasta gigi umumnya
berbentuk bubuk pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan
stain dan plak. Bentuk dan jumlah abrasive dalam pasta gigi membantu
untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasive antara
lain silica atau hydratedsilica, sodium bikarbonat, aluminium oxide,
dikalsium fosfat dan kalsium karbonat.
2. Air
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.
3. Humektan atau pelembab
Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga
kelebapan yang digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab.
4. Bahan perekat
8

Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberi


bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid
dan liquid pada suatu pasta gigi. Contohnya glycerol, sorbitol dan
polyethyleneglycol (PEG) dan selulosa gum.
5. Surfecton atau Detergen

Bahan detergen yang banyak terdapat dalam pasta gigi dipasaran


adalah Sodium Lauryl Sulphate (SLS) yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan, mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan
busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan
menjadi lebih mudah. SLS ini juga memiliki efek.

6. Bahan penambah rasa


Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk
memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint,
strawberry, kayu manis bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak.
Tambahan rasa pada pasta gigi membuat menyikat gigi menjadi
menyenangkan.
7. Bahan teraupetik
Bahan teraupetik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah
flour, bahan desentralisasi, bahan anti-tartar, bahan antimikroba, bahan
pemutih, bahan pengawet. Manfaat masing-masing bahan teraupetik
adalah:
a. Fluoride
Perubahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel
dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat
bakteri untuk memproduksi asam.
b. Bahan desensitisasi
Jenis bahan desensitisasi adalah bahan yang digunakan untuk
perawatan hypersensitivitas. Bahan sensitivitas yang sering
digunakan dalam pasta gigi adalah pottassiumcitrate yang dapat
9

memblok transmisi nyeri diantara sel-sel syaraf dan


stronsiumchloride yang dapat memblok tubulus dentin.
c. Bahan anti tartar
Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium
dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada
permukaan gigi, misalnya tetrasodiumpyrophosphate.
d. Bahan anti mikroba
Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri, misalnya trikolsan (bakterisidal). zincitrateata
zincphosphate (bakteriostatik). Selain itu, ada beberapa herbal yang
ditambahkan sebagai anti mikroba dalam pasta gigi, misalnya daun
sirih dan siwak.
8. Bahan pemutih

Bahan pemutih yang biasa digunakan antara lain sodium carbonat,


hidrogen peroksida, citroxane dan sodium hexametaphospate.

9. Bahan pengawet
Bahan pengawet ini berfungsi untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dalam pasta gigi. Bahan pengawet yang sering
ditambahkan dalam pasta gigi adalah sodium benzoate, methylparaben.
II.4 Tanaman yang Berkhasiat sebagai Pengobatan Penyakit Mulut dan Gigi

II.4.1 Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)


II.4.1.1 Klasifikasi

Binahong merupakan tanaman herbal di Indonesia yang telah


banyak digunakan sebagai obat tradisional. Secara ilmiah tanaman
binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) dapat di
klasifikasikan (Rimporok, dkk, 2015) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
10

Ordo : Caryophyllales
Family : Basellaceae
Genus : Anredera
Spesies : Anredera cordifolia (Ten) Steenis)
II.4.1.2 Morfologi Daun Binahong
Daunnya termasuk daun tunggal, terletak berseling,
beringkai sangat pendek (Subsessile), bentuk jantung (Cordata),
panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk
(emerginatus), tepi rata, helaian daun tipis lemas, permukaan licin
dan bias dimakan. Batang dari tanaman binahong lunak, bentuk
silindris, saling membelit, berwarna merah, dan bagian solid
dengan permukaan halus. Bentuk dari akarnya rimpang, bertangkai
panjang, muncul diketiak daun, mahkota berwarna kream keputih-
putihan berjumlah lima helaian tidak berdekatan dan panjang
helaian mahkota 0,5-1 cm (Aini, 2015).

Gambar 2.1 Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steen)


(Sumber : Hanafiah OA, 2017)

II.4.1.3 Kandungan Kimia


Penelitian yang dilakukan oleh (Warokka, dkk., 2016)
menunjukkan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, saponin dan
terpenoid yang terkandung dalam daun binahong yang dapat
berperan sebagai antibakteri. Kandungan metabolit sekunder daun
binahong adalah flavonoid dan alkaloid. Menurut (Mardini, U,
11

2015) bahwa hasil skrinning fitokimia ekstrak ethanol 96% dari


batang binahong mengandung senyawa flavonoid, saponin dan
tannin. Senyawa ini diduga memberikan kontribusi dalam aktivitas
antimikroba.
II.4.1.4 Khasiat
Daun binahong memiliki banyak manfaat antara lain
sebagai antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, dan analgetik.
Tanaman binahong mengandung senyawa aktif seperti alkaloid,
flavonoid, dan tannin. Senyawa aktif flavonoid dapat berperan
sebagai antibiotik dengan menganggu fungsi organisme seperti
bakteri dan virus (Warokka, dkk, 2016).
II.4.2 Daun Alpukat (Persea americana Mill)
II.4.2.1 Klasifikasi
Tanaman alpukat atau bahasa latinnya Persea americana
Mill adalah tanaman asli dari Amerika Tengah dan dapat
dibudidayakan didaerah tropis dan alpukat dapat juga tumbuh
didaerah subtropis. Secara umum alpukat dibagi menjadi 3 tipe
yaitu tipe Indian Barat, tipe Meksiko dan tipe Guatemala.
Menurut (Aditiya, 2016) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Traheophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Family : Lauracea
Genus : Persea Mill
Species : Persea americana Mill
II.4.2.2 Morfologi Daun Alpukat
Pohon alpukat memiliki ketinggian 3-10 m, berakar
tunggang, batang berkayu, bulat, warna coklat, bercabang banyak
dan ranting berambut halus. Daun tunggal dengan tangkai
12

panjangnya 1-5,5 cm, letaknya diujung ranting, bentuknya jorong


sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan
pangkal runcing, serta bertulang menyirip. Ukuran daun
panjangnya 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda berwarna
kemerahan dan berambut rapat, daun tua berwarna hijau gundul,
serta memiliki rasa yang pahit (Aditiya, 2016).

Gambar 2.2 Daun Alpukat (Persea americana Mill)


(Sumber : Paramawati, R, 2016)

II.4.2.3 Kandungan Kimia

Menurut (Prasko, 2015), kandungan utama daun alpukat


meliputi flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, poliferol.
Komponen senyawa metabolit sekunder yang berfungsi
antibakteri adalah flavonoid, saponin, alkaloid, dan tannin.
Penelitian yang dilakukan oleh (Feliana, 2018) menunjukkan
bahwa isolate biji alpukat adalah senyawa flavonoid golongan
flavanon.

II.4.2.4 Khasiat

Salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat adalah


alpukat (Persea americana Mill) antara lain sebagai
antihipertensi, antioksidan, dan antibakteri. Daun alpukat
memiliki kandungan senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid,
13

tannin dan saponin. Senyawa-senyawa ini bekerja sebagai


senyawa aktif antibakteri (Neni, E, 2019).
II.4.3 Daun Saga ( )

II.4.3.1 Klasifikasi

Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai


jenis tumbuhan. Salah satu tanaman yang berkhasiat yang banyak
ditemukan di Indonesia adalah Saga ( ). Menurut ( ) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Super divisi : Angiospermae

Class :

Ordo :

Suku :

Genus :

Spesies :

II.4.3.2 Morfologi Daun Saga ( )

Gambar 2.3 Daun Saga ( )

(Sumber :)

II.4.3.3 Kandungan Kimia


14

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Puspitasari,


2016) bahwa daun kersen mengandung senyawa flavonoid,
tannin, dan saponin. Menurut Wulandari (2017), daun kersen
mengandung flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan polifenol
yang merupakan antioksidan, antibakteri. Berdasarkan hasil
penelitian Syahara (2019) mengenai skirining fitokimia,
kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada ektrak etil
asetat daun kersen menunjukkan adannya senyawa flavonoid,
saponin, tanin, triterpen, steroid, polifenol, alkaloid dan
antrhoquinon.

II.4.3.4 Khasiat

Salah satu tanaman yang banyak memiliki manfaat adalah


daun kersen (Mutingia calabura L) antara lain anti-inflamasi,
antiseptik, antibiotik, antinyeri dan antioksidan. Daun kersen
memiliki kandungan senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid,
saponin, triterpen memiliki efek terapeutik yang dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan (Puspitasari, 2016).
II.4.4 Daun Jambu Biji (Psidium guajava L)

II.4.4.1 Klasifikasi

Salah satu produk budaya di Indonesia yang


berhubungan dengan kesehatan dapat berupa tanaman
tradisional. Tanaman tradisional dapat diperoleh dari berbagai
macam sumber daya alam seperti tumbuh-tumbuhan. Salah satu
tumbuhan yang sering digunakan sebagai tanaman tradisional
adalah tumbuhan jambu biji (Psidium guajava Linn). Menurut
(Siregar, 2019) dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
15

Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyldoneae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn

II.4.4.2 Morfologi Daun Jambu Biji (Psidium guajava L)


Daun jambu biji merupakan tanaman pada ciri-ciri
ketinggian 10-12 m, kulit berwarna coklat, dan daun berwarna
hijau dapat tumbuh didaerah tropis. Daun jambu (Psidium
guajava L) terbentuk bundar panjang, bundar lagsing, budar
oval dengan ujung tumpul atau lancip, warna daunnya beragam
seperti hijau tua, hijau mudah, hijau berbelang kuning atau
daun itu halus mengilap atau halus biasa, tata letak daun jambu
biji saling berhadapan dan tumbuh tunggal, panjang helai daun
sekitar 5-15 cm, lebar daun 3-15 cm dan panjang tangkai jambu
biji 3-7 ml (Siregar, 2019).

Gambar 2.4 Jambu Biji (Psidium guajava L)


(Sumber : Siregar, 2019)

II.4.4.3 Kandungan Kimia


16

Penelitian yang dilakukan oleh (Qonita, 2019) daun


jambu biji (Psidium guajava L) mengandung zat antibakteri
yang bisa menghambat perkembangan bakteri diantaranya
senyawa tannin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri.
II.4.4.4 Khasiat
Salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat
adalah daun jambu biji (Psidium guajava L) antara lain
antibakteri, antioksidan dan antidiare. Kandungan utama jambu
biji (Psidium guajava L) adalah tannin, senyawa fenolik,
flavonoid, minyak atsiri, alkohol seskuiterpen, asam
triterpenoid, dan vitamin. Antioksidan alami terkandung pada
tumbuhan umumnya senyawa fenolik atau polifenolik yang
bisa berupa golongan flavonoid. Golongn flavonoid yang
memiliki antivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol,
flavanon, isolflavon, katekin dan kalkon (Halliwel, B, 2015).
II.4.5 Kulit Jeruk (Citrus sp)
II.4.5.1 Klasifikasi
Jeruk merupkan buah-buahan tropis yang dihasilkan
hampir seluruh wilayah di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan
buah yang termaksud dalam keluarga Citrus dari suku Rutaceae.
Jeruk termasuk tanaman yang memiliki aroma khas yang berbeda-
beda. Menurut Miza, (2020) jeruk dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spematophyta
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp
17

II.4.5.2 Morfologi Jeruk (Citrus sp)


Jeruk (Citrus sp). dengan buah yang jorong atau
memanjang, pada ujung buah terdapat penonjolan yang jelas,
memiliki biji kecil. Kulit jeruk tersusun atas bagian epidermis,
flavedo, kelenjar minyak, dan bagian paling dalam ikatan
pembuluh. Bagian segmen-segmen jeruk terdiri dari dinding
segmen, rongga cairan dan biji jeruk. Buah jeruk berbentuk bulat
sampai bundar, ukurnya kecil, kulit buahnya tidak rata, rasa asam
dan berbau sedap (Setyowati, 2016). Sedangkan core jeruk adalah
bagian tengah yang terdiri dari ikatan pembuluh dan jaringan
parenkim. Pembuatan produk minuman sari buah jeruk, akan
menghasilkan limbah yang berupa kulit jeruk, ampas dan biji
jeruk (Yustinah dan Fanandara, 2016).

Gambar 2.5 Buah Jeruk (Citrus sp)


(Sumber : Murtando, H, 2016)

II.4.5.3 Kandungan Kimia


Penelitian yang dilakukkan oleh (Widya, dkk, 2019) kulit
jeruk mengandung metabolit sekunder senyawa fenolik dan
flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri.
II.4.5.4 Khasiat
Salah satu tanaman yang memiliki manfaat antara lain
kulit jeruk (Citrus sp) antara lain antibakteri, antioksidan,
antifungi. Kulit jeruk memiliki senyawa aktif yang terkandung
diantaranya limonene, sitronelal, beta penine,. karena kemampuan
18

daya hambat antbakteri. Efek antibakteri diperoleh karna ada


senyawa sitronelal (Abirami, dkk., 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi literatur, dimana
penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan data dari berbagai jurnal
penelitian ilmiah. Pengumpulan data tersebut dilakukan secara online
melalui berbagai beragam informasi kepustakaan (Google Scholar,
PubMed, Sciencedirect, Research Gate).
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan pada bulan
Oktober 2020 sampai selesai.
III.3 Variabel Penelitian
1. Variabel independen
Ekstrak daun alpukat (Persea americana Mill), ekstrak daun jambu
biji (Psidium guajava), ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia),
ekstrak kulit jeruk (Citrus sp), dan ekstrak daun kersen (Muntingia
calabura L.).
2. Variabel antara
Flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin yang digunakan sebagai
antibakteri untuk mengatasi penyakit mulut dan gigi.
3. Variabel dependen
Mengatasi pemyakit mulut dan gigi.

4. Kriteria Eksklusi
Kriteria yang dikeluarkan adalah penelitian yang hanya berisikan
laporan kasus, penelitian yang tidak terdapat kesimpulan dan
publikasinya sebelum tahun 2015, serta artikel-artikel yang tidak
beraturan seperti hanya terdapat abstrak atau bab tertentu.
5. Kriteria Inklusi
Artikel yang dipilih yaitu artikel yang diterbitkan selama tahun
2015-2020. Sebanyak 29 artikel yang dikumpulkan dibaca dan dinilai

19
20

kembali. Dari penilaian tersebut hanya terdapat 14 artikel yang


memenuhi kriteria yang ditentukan.

III.4 Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
dengan mencari atau menggali data dari beberapa literatur yang terkait
dengan rumusan masalah. Data-data yang telah didapatkan dari berbagai
literatur dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang digunakan
untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
Pencarian literatur yaitu yang berhubungan dengan formulasi
sediaan pasta gigi beberapa tanaman yang digunakan dalam pengobatan
penyakit mulut dan gigi. Berbagai kata kunci (tanaman untuk pasta gigi,
penyakit mulut dan gigi, formulasi sediaan pasta gigi, tanaman untuk
penyakit mulut dan gigi) digunakan untuk mencari literatur diberbagai
database nasional dan internasional seperti diantaranya Google Scholar,
PubMed, Research Gate.
III.5 Analisis Data
Cara analisis data dalam penelitian ini adalah dengan cara analisis
deskriptif yaitu gambaran faktual mengenai formulasi sediaan pasta gigi
yang berasal dari beberapa tanaman untuk mengatasi penyakit mulut dan
gigi yang disajikan dalam bentuk tabel dan pembahasan yang diperoleh
dari jurnal atau buku serta penjelasan-penjelasan lainnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil
Tabel Studi Literature

No Judul Penelitian Peneliti Publikasi Hasil


1 Uji Daya Erli Puji Media Farmasi Berdasarkan
Antibakteri Nurhartanti, Indonesia, Vol hasil uji
Sediaan Pasta Ahmad 15, No. 1, karakteristik
Gigi Ekstrak Fuad 2017, Hal pada uji
Daun Binahong Masduqi 1551–1557 homogenitas
(Anredera ketiga formula
cordifolia sama.
(Tenore) Steen) Berdasarkan
Terhadap hasil uji
Pertumbuhan statistika
Bakteri menunjukkan
Streptococcus adanya
mutans. perbedaan yang
tidak signifikan
pada uji pH,
viskositas, daya
lekat, dan daya
sebar.
Berdasarkan
hasil uji daya
antibakteri
ekstrak daun
binahong
memiliki
aktivitas
antibakteri
dengan kontrol
positif dengan
zona bening
rata-rata adalah
0,465 cm
dengan
kosentrasi 10%.
2 Formulasi Neni Jurnal Farmasi, Berdasarkan
Sediaan Pasta Ermawati 1 (S1), hasil evaluasi uji
Gigi Ekstrak Universitas Al- fisik meliputi uji

21
22

Etanol Daun Ghifari, organoleptis, uji


Alpukat (Persea Fakultas homogrnitas, uji
Americana Mill) Matematika dan pH, uji
Sebagai Ilmu viskositas, dan
Antibakteri Pengetahuan uji daya sebar
Streptococcus Alam, menunjukkan
mutans Bandung, sediaan pasta
September gigi yang paling
2019. stabil ialah F3.
Berdasarkan
hasil uji
kesukaan
sediaan pasta
gigi F3 dan F4
yang paling
disukai,
Berdasarkan
hasil uji
aktivitas bakteri
terhadap
Streptococcus
mutans pasta
gigi F3 dan F4
yang memiliki
aktivitas
terhadap
Streptococcus
mutans dengan
zona hambat
rata-rata 6,92
mm dan 6, 97
mm dan
termasuk
kriteria sedang
3 Formulasi Pasta Yuli Astika, Universitas Berdasarkan
Gigi Ekstrak Ari Saputro, Muhammadiyah hasil uji
Daun Jambu biji Kun Surakarta, stabilitas
(Psidium Harismah Fakultas diperoleh hasil
guajava) Dan Teknik, semua formula
Stevia (Stevia Surakarta, pasta gigi
rebaudiana Agustus 2020, homogen yang
(Bertoni)) ISBN : 978- ditandai dengan
Sebagai 602-52965-8. tidak adanya
Antibakteri gumpalan,
Alami struktur yang
rata dan
23

memiliki warna
yang seragam.
Berdasarkan uji
aktivitas bakteri
atau daya
hambat terhadap
Streptococcus
mutans yang
memiliki
aktivitas
tertinggi ada
pada formula F3
dengan zona
hambat rata-rata
adalah 25 mm
4 Formulasi Pasta Widyastuti, Jurnal Berdasarkan
Gigi Ekstrak Hanifah Pharmascience, hasil rendemen
Kulit Jeruk Rifnola Volume 06 No. menunjukkan
(Citrus sp) Dan Fantari, 2, Universitas ekstrak kulit
Daun Mint Veva Resia Mohammad jeruk dan
(Mentha Putri, Nasir Bukit ekstrak daun
piperita L) Serta Intania Tinggi, Fakultas mint diperoleh
Aktivitas Pertiwi Teknik, sebesar 8,27%
Terhadap Oktober 2019 dan 4,53% dan
Pertumbuhan Hal. 111-119, mengandung
Bakteri ISSN : 2355- metabolit
Streptococcus 5386 sekunder
mutans senyawa fenolik
dan flavonoid.
Kedua ekstrak
dapat
diformulasikan
dalam bentuk
sediaan pasta
gigi dan stabil
dalam
penyimpanan.
Berdasarkan uji
daya hambat
terhadap bakteri
Streptococcus
mutans semua
formula
memiliki daya
hambat terhadap
bakteri
24

Streptococcus
mutans dan
menunjukkan
perbedaan yang
signifikan pada
p < 0,05.
Formula pasta
gigi yang
memberikan
daya hambat
terbesar terdapat
pada formula F2
dengan
kosentrasi 10%
yang
mengandung
ekstrak daun
minth.
5 Aktivitas Oktariani Jurnal Ilmu dan Berdasarkan
Antibakteri Pramiastuti, Teknologi hasil uji sifat
Pasta Gigi Desi Sri Kesehatan fisik meliputi uji
Ekstrak Daun Rejeki, Siti STIKES Bhakti organoleptis, uji
Saga (Abrus Lailatul Mandala homogenitas,
precatorius Kharimah Husada Slawi, dan uji pH
Linn) Pada Tegal, Maret menunjukkan
Streptococcus 2020. hasil formulasi
mutans pasta gigi dari
ekstrak daun
Saga
berpengaruh
terhadap sifat
fisik warna dan
pH, namun tidak
berpengaruh
terhadap bau,
rasa, bentuk dan
homogenitas.
Dari hasil uji
aktivitas bakteri
sediaan pasta
gigi dari ekstrak
daun saga
memiliki
aktivitas sebagai
antibakteri
tertinggi ada
25

pada konsentrasi
ekstrak 30%
dengan zona
hambat rata-rata
12 mm,
kemudian
konsentrasi 20%
dengan zona
hambat rata-rata
9,33 mm dan
konsentrasi 10%
dengan zona
hambat 7.08
mm.
6 Mutu Fisik Dan Wiwin Nur Repositori Berdasarkan
Keefektifan Khotijah, Akademi hasil uji mutu
Sediaan Pasta Fandi Satria Farmasi Putera fisik sediaan
Gigi Ekstrak Indonesia pasta gigi yang
Etanol Biji Malang, Mei meliputi uji
Pepaya (Carica 2017 organoleptis, uji
Papaya L) homogenitas, uji
Terhadap pH, uji
Bakteri viskositas, uji
Streptococcus tinggi busa, uji
mutans. daya sebar dan
uji daya lekat
memenuhi
syarat mutu
sediaan pasta
gigi.
Berdasarkan
hasil uji
terhadap bakteri
Streptococcus
mutans pdaa
replikasi
pertama
menghasilkan
zona bening
dengan rata2
24.8015 mm ,
untuk replikasi
kedua zona
bening dengan
rata-rata
30.4535 mm
26

dan replikasi
ketiga zona
bening dengan
rata-rata 29.483
mm.
7 Uji Aktivitas Nur Afni, Galenika Berdasarkan
Antibakteri Nasrah Journal of hasil uji mutu
Pasta Gigi Said, Yuliet pharmacy Vol. fisik kimia
Ekstrak Biji 1 (1) : 48-58 meliputi
Pinang (Areca Maret, 2015 organoleptis,
catechu L) ISSN : 2442- homogenitas,
Terhadap 8744 pH, Viskositas,
Streptococcus dan
mutans dan pembentukan
Stapylococcus busa serta uji
aureus aktivitas
antibakteri
semua formulasi
pasta gigi dari
ekstrak Biji
pinang
memenuhi
syarat mutu fisik
kimia sediaan
pasta gigi serta
memiliki
aktivitas
antibakteri
dengan
konsentrasi
terbaik ada pada
formula F3
dengan
konsentrasi
4,5% zona
hambat 11, 07
mm
Streptococcus
mutans dan 20,
03 mm
Stapylococcus
aureus.
8 Nada manis Fiatun Jurnal Ilmiah Formulasi
(Nano Daun Hanifah kefarmasian sediaan pasta
Mangrove dan Ramadhan, STIKES Al- gigi
Jeruk Nipis Wan Arif irsyad menggunakan
27

sebagai Pasta Wildan, 2019 variasi nano


Gigi Herbal Tiara Ajeng e- ISSN : 2685- ekstrak daun
Antibakteri) Pramasta, 8150 mangrove dan
Septiana p- ISSN : 2579- ekstrak jeruk
Indratmoko 4329 nipis.
Berdasarkan
hasil uji evaluasi
sediaan pasta
gigi seperti uji
organoleptis, uji
homogenitas, uji
pH, uji stabilitas
hasil formulasi
terbaik adalah
terdapat pada
Formula F3.
Berdasarkan uji
akti bakteri dan
uji Ca dalam
Saliva sediaan
pasta gigi dari
ekstrak daun
mangrove dan
jeruk nipis
memilki
aktivitas
antibakteri
terhadap
Streptococcus
mutans dan
Candida
albicans.

9 Formulasi Pasta Fitria Repositori Berdasarkan


Gigi Dari Ayuningsih Universitas hasil uji evaluasi
Katekin Perintis fisik sediaan
Terpurifikasi Indonesia, pasta gigi dari
Dan Uji Fakultas katekin
Aktivitas Farmasi terpurifikasi
Antibakteri Padang yang paling baik
Streptococcus Januari 2021 adalah Formula
mutans F3 serta
memiliki daya
hambat paling
baik pada pasta
gigi dengan
28

rata-rata luas
daya hambat
sebesar 23,21
mm yg dapat
dikategorikan
memiliki daya
hambat yang
sangat kuat.
Dari hasil
tersebut dapat
disimpulkan
pembuatan
sediaan pasta
gigi Katekin
terpurifikasi
memenuhi mutu
fisik pasta gigi
serta memiliki
aktivitas
antibakteri
terhadap bakteri
Streptococcus
mutans
10 Pemanfaatan Ahmad Media Farmasi Berdasarkan
Ekstrak Daun Fuad Indonesia V 12 hasil uji
Belimbing Masduqi, No 1, 2016 karakteristik
Wuluh Sebagai A. Barry Sekolah Tinggi fisik sediaan
Bahan Dasar Anggoro Ilmu Farmasi pasta gigi
Formula Pasta Semarang, meliputi uji
Gigi dan Daya Oktober 2016 organoleptis, uji
Antibakteri pH, uji
Streptococcus homogenitas, uji
mutans daya sebar, uji
daya lekat dan
viskositas
menunjukkan
ekstrak daun
belimbing
wuluh
berpengaruh
terhadap
karakteristik
fisik sediaan
pasta gigi.
Semakin besar
konsentrasi
29

ekstrak
belimbing
wuluh maka
warna pasta gigi
berbeda, daya
lekat semakin
lama, daya sebar
semakin keci
dan nilai
viskositas
semakin besar.
Berdasarkan
hasil uji
aktivitas bakteri
sediaan Pasta
Gigi ekstrak
daun belimbing
wuluh memiliki
aktivitas efektif
terhadap
Streptococcus
mutans pada
konsentrasi 20
%.

IV. 2 Pembahasan
Penyakit gigi dan mulut adalah penyakit yang banyak diderita
masyarakat dan hampir dialami dari setengah populasi penduduk dunia
(3,58 milyar jiwa). Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat adalah penyakit periodontal dan karies karena kedua penyakit
tersebut mempunyai prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Prevalensi
karies aktif di Indonesia adalah sebesar 53,2%. Karies gigi merupakan
penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai
dari permukaan gigi hingga meluas ke daerah pulpa. Karies gigi
merupakan penyakit jaringan keras pada gigi yang disebabkan oleh
aktivitas bakteri dirongga mulut, Streptococcus mutans merupakan bakteri
yang sebagian besar menyebabkan karies gigi atau gigi berlubang. Karies
30

gigi terjadi karena kumpulan mikroorganisme yang berada didalam mulut


yang awalnya membentuk komplek biofilm yang kemudian menjadi plak
gigi dipermukaan gigi. Gangguan pada gigi ini akan memudahkan proses
pemecahan lapisan gigi yang diakibatkan oleh asam dan dikeluarkan oleh
bakteri mulut. Bakteri Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab
utama pada rongga mulut yang menyebabkan terbentuknya plak gigi.
Kalkulus atau dikenal dengan karang gigi merupakan sisa-sisa
makanan yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi didalam
mulut. Penyebab karang gigi terbentuk karena penumpukan plak yang
mengeras dan melapisi bagian-bagian gigi. Plak gigi sendiri yang
bercampur dengan bakteri didalam mulut. Plak membawa bakteri yang
bisa merusak enamel gigi, hingga menyebabkan rongga dan kerusakan gigi
serta penyakit gusi.
Penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah gingivitis
dan periodontitis Penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis
merupakan penyakit infeksi serius, jika tidak dirawat akan menyebabkan
gigi lepas dari soketnya. Pernyakit periodontal dapat mengganggu aspek
fungsional dan estetik serta mempunyai efek yang signifikan terhadap
kesehatan hidup manusia.
Bakteri rongga mulut terdiri dari Streptococcus mutans,
Lactobacillus, Staphylococcus aerus, Candida albicans
Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab utama pada
rongga mulut yang menyebabkan karies gigi atau gigi berlubang.
Staphylococcus aureus yaitu salah satu mikroflora normal yang berada di
dalam mulut yang dapat menyebabkan penyakit dalam rongga mulut
seperti gingivitis, dan abses. Lactobacillus merupakan bakteri ini
memfermentasikan karbohidrat menjadi asam dan dapat bertahan dalam
lingkungan asam. Bakteri ini banyak ditemukan pada penderita karies
aktif. Berikut tanaman yang bisa menghambat atau membunuh bakteri
yang ada di dalam rongga mulut dan gigi.
31

Biji pinang (Areca catechu L). merupakan salah satu bahan alam
yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti untuk mencegah karies
gigi Biji pinang mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, saponin
dan polifenol yang diketahui berkhasiat sebagai antibakteri. Dalam
penelitian nya Sanarto, dkk., (2015) menunjukkan bahwa ekstrak biji
pinang (Areca catechu L) dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus
mutans dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) pada konsentrasi 1,5%
yang ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan pada media agar. Selain
itu dalam penelitian Puspawati, dkk (2016) menunjukkan bahwa ekstrak
etanol biji pinang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji
Stapylococcus aureus dengan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
adalah 1,57%.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Afni, Nasrah Said
dan Yuliet (2015), biji pinang sebagai bahan aktif sediaan pasta gigi
berdasarkan hasil uji mutu fisik kimia meliputi organoleptis, homogenitas,
pH, viskositasdan pembentukan busa biji pinang memenuhi syarat mutu
fisik kimia sediaan pasta gigi. Dari hasil uji aktivitas antibakteri sediaan
pasta gigi ekstrak biji pinang memiliki aktivitas antibakteri dengan
kosentrasi terbaik pada formula F3 yang mengandung ekstrak biji pinang
dengan kosentrasi 4,5% dengan zona hambat 11,07 mm terhadap
Streptococcus mutans dan 20,03 mm terhadap Staphylococcus aerus.
Daun saga (Abrus precatorius Linn) dapat diformulasikan kedalam
pasta gigi merupakan tanaman obat yang tumbuh liar di hutan, semak
belukar, atau tanaman yang tumbuhnya di pekarangan dengan merambat di
pagar. Kandungan daun saga diantaranya adalah alkaloid, flavoniod dan
saponin yang mempunyai fungsi sebagai antibakteri. Dari hasil penelitian
yang dilakukan Hanani (2015) ekstrak daun saga (Abrus precatorius
Linn.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif seperti
Staphylococcus aureus, Strepcococcus beta hemoliticus, Streptococcus
pneumonia, sehingga dapat diketahui daun saga berpotensi sebagai
antibakteri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradewa,
32

(2016) bakteri Streptococcus mutans adalah bakteri penting yang berperan


dalam pembentukan plak gigi berupa lengketan yang berisi bakteri dan
produk yang terbentuk pada permukaan gigi. Streptococcus mutans dapat
membentuk koloni yang melekat erat pada permukaan gigi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktariani Pramiastuti,
Desi Sri Rejeki, Siti Lailatul Kharimah (2020) daun saga sebagai bahan
aktif sediaan pasta gigi dari hasil uji sifat fisik meliputi uji organoleptis,
uji homogenitas, dan uji pH menunjukkan hasil formulasi pasta gigi dari
ekstrak daun saga berpengaruh terhadap sifat fisik warna dan pH, namun
tidak berpengaruh terhadap bau, rasa, bentuk dan homogenitas. Dari hasil
uji aktivitas bakteri sediaan pasta gigi dari ekstrak daun saga memiliki
aktivitas sebagai antibakteri tertinggi ada pada konsentrasi ekstrak 30%
dengan zona hambat rata-rata 12 mm, kemudian konsentrasi 20% dengan
zona hambat rata-rata 9,33 mm dan konsentrasi 10% dengan zona hambat
7.08 mm.
33

Penelitian yang dilakukan oleh Erli, P, N, dan Ahmad, F, M.,


(2020) dari Fakultas Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya daya antibakteri ekstrak
daun binahong pada sediaan pasta gigi terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans. Hasil dari penelitian ini adalah hasil uji daya
antibakteri diperoleh untuk zona bening pada kosentrasi 10%, 15%, dan
20% masing-masing nilainya 0,466 cm, 0,574 cm, dan 0,628 cm dengan
hasil kontrol positif ialah 0,465 cm. Sediaan pasta gigi esktrak daun
binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) yang memiliki daya
antibakteri paling efektif terdapat pada kosentrasi 10 % terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
Penelitian yang dilakukan oleh Neni Ermawati, (2019) dari
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al-Ghifari.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi sediaan
pasta gigi ekstrak daun alpukat (Persea americana Mill) yang paling stabil
berdasarkan evaluasi persyaratan fisik sediaan. Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi fisik menunjukkan sediaan pasta
gigi yang paling stabil adalah F3. Untuk uji organoleptik didaptkan bentuk
sediaan seperti pasta, warna sediaan cokelat serta aroma yang khas daun
alpukat dan menthol. Untuk uji pH didapatkan pH 7,4-8,2. Uji viskositas
selama 21 hari didapatkan pasta yang kosisten sebesar 7750 cPas. Uji
homogenitas didapatkan sediaan pasta gigi homogen, dan uji daya sebar
didapatkan sebesar 3,1 cm-7,4 cm. Berdasarkan uji kesukaan seperti
penilaian rasa, warna, aroma serta tekstur pasta gigi yang paling disukai
adalah F1 dan F3 sebanyak 20 responden. Pasta gigi yang memiliki
aktivitas antbakteri Streptococcus mutas adalah F3 dan F4 dengan zona
hambat rata-rata sebesar 6,2 mm dan 6,97 mm, termasuk kriteria sedang.
Penelitian yang dilakukan oleh Taufiq dan Nurlianti, (2018) dari
Fakultas Farmasi, Akademi Yamasi Makassar. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk membuat sediaan pasta gigi ekstrak daun kersen (Muntingia
34

calabura L). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasta gigi
ekstrak daun kersen mempunyai efek menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans pada variasi kosentrasi 5%, 7,5% dan 10%. Hasil
pengujian daya hambat pasta gigi ekstrak daun kersen yang didapatkan
dari kosentrasi 5% dapat menghambat dengan rata-rata diameter zona
hambatan adalah 13,2 mm, untuk kosentrasi 7,5% dengan rata-rata zona
hambatan adalah 15 mm, dan untuk kosentrasi 10% dengan rata-rata zona
hambatan adalah 17,1 mm. Dari hasil tersebut menunjukkan kategori kuat
sebagai antibakteri.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuli, A, Ari, S, dan Kun, H, (2020)
dari Fakultas Teknik, Universitas Surakarta. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh kosentrasi ekstrak daun jambu biji
(Psidium guajava) dan stevia (Stevia rebaudiana (Bertoni)) terhadap
jumlah penurunan bakteri Streptococcus mutans. Adapun hasil dari
penelitian ini adalah hasil yang diperoleh aktivitas bakteri atau daya
hambat pasta gigi terhadap bakteri Streptococcus mutans yang tertingi
adalah formula F3 yaitu 25 mm. Untuk pengujian stabilitas diperoleh hasil
semua formula pasta gigi homogen, ditandai dengan tidak terdapatnya
gumpalan, struktur yang rata, dan memiliki warna yang seragam.
Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti, Hanifa, R, F, Vevia, R,
P, dan Intania, P, (2019) dari Fakultas Farmasi, Universitas Mohammad
Nasir Bukit Tinggi . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
formula pasta gigi yang mengandung ekstrak kulit jeruk (Citrus sp) dan
daun mint (Mentha piperita L) yang mempunyai aktivitas menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans sebagai penyebab plak gigi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
menunjukkan ekstrak kulit jeruk mempunyai rendemen sebesar 8,27% dan
mengandung metabolit sekunder senyawa fenolik dan flavonoid. Kedua
ekstrak dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan pasta gigi dan stabil
dalam penyimpanan. Semua formula memiliki daya hambat terhadap
bakteri Streptococcus mutans dan menunjukkan perbedaan yang signifikan
35

pada p < 0,05. Formula pasta gigi yang memberikan daya hambat terbesar
terdapat pada FII yang mengandung ekstrak daun mint 10%.
BAB V
PENUTUP
V. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian beberapa jurnal penelitian dapat
disimpulkan bahwa

V. 2 Saran
Sebagai acuan dalam penelitian mengenai formulasi sediaan pasta
gigi beberapa tanaman yang digunakan dalam pengobatan penyakit mulut
dan gigi.

36
DAFTAR PUSTAKA
Angky, dkk., 2015. Buku Ajar Dental Morfologi. Makassar: Poltekkes Kemenkes
Makssar.
Abirami, A., dkk. “The Medicinal And Nutritional Role of Underutilized Citrus
Fruit-Cytrus hystrix (Kaffir Lime)”. Drug Invention Today 6, (2015). h 1-5.
Aini, S. O. 2015. Pengaruh Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifulia
(Tenore) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi Pada Luka
Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar
30 Detik dengan Plat Besi. Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and
Techology of Pharmaceutical Compounding, 2nd edition, America
Pharmaceutical Association, Washington D.C, pp. 302.
Afni, N., Said, N., & Yuliet. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Pasta Gigi Ekstrak
Biji Pinang (Areca catechu L .) Terhadap Streptococcus mutans dan
Staphylococcus aureus. GALENIKA Journal of Pharmacy, 1(1), 48–58.
Aditiya, Jenny. 2016. Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif Ekstrak Biji Alpukat
(Persea Americana Mill) dengan perbedaan konsentrasi carbopol. Skripsi.
Bogor : Universitas Pakuan
Ahmad, Ilham. 2017. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Darah (Anadara
Granosa) sebagai Bahan Abrasif dalam Pasta Gigi. Jurnal Galung Tropika
Vol. 6 No. 1.
Astika, Y., Saputro, A., & Harismah, K. (2020). Formulasi Pasta Gigi Ekstrak
Daun Jambu Biji dan Stevia Sebagai Antibakteri Alami. Toothpaste
Formulation of Guava Leaf Extract and Stevia as Natural Antibacterial. 26–
34.
B, Halliwel, dan Gutterdige JMC, (2015) Free Radicals in Biology and Medicine.
Oxford. Oxford Uniersity Press.
Ermawati, N, 2019. Formulasi Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Etanol Daun Alpukat
(Persea Americana Mill) Sebagai Antibakteri Streptococcus mutans.
Bandung : Fakultas Mtematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Al-
Ghifari. Jurnal Farmasi, 1 (S 1).
Erli, P, N, dan Ahmad, F, M, 2020. Uji Daya Antibakteri Sediaan Pasta Gigi
Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans. Semarang : Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi. Media Farmasi Idonesia Vol 5 No. 1. 15(1), 1551–1557
Firmansyah, Y. (2016). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Flavonoid Glikon/Aglikon
Daun Kersen (Muntingia calabura L.). Skripsi. Malang: Akademi Analisis
Farmasi dan Makanan Putra Indonesia.
Feliana, K., Mursiti, S., & Harjono, H. (2018). Isolasi dan Elusidasi Senyawa
Flavonoid dari Biji Alpukat (Persea americana Mill.). Indonesian Journal of
Chemical Science, 7(2), 153-159.
Hidayat, R. S. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo
Hanafiah OA, Hanadiah DS, Bayu ES, Abidin T, Ilyas S, Nainggolat M,
Syamsudin E, (2017). Quantity differences of aecondary metabolites
(saponin, flavonoid, tannin) from binahong plant extract (Anredera

37
38

cordifolia (Ten) steenis) treated and untreated with cpichicines that play a
role in woundhealing. World J Dent ; 8(4) : 296-99.
Kemenkes RI. 2018. Situasi Kesehatan gigi dan Mulut Pusat Data dan Informasi.
Jakarta: Indonesia.
Khairi, N, Rahmat A dan Yasintus B. 2016. Uji Efektivitas formula pasta gigi
daun binahong (Anredera cordifoli (Ten) Steenis) Sebagai antiplk. Makassar :
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi.
Laswati, D, T, Sundari, N, R, I dan Anggaraini, O, 2017. Pemanfaatan Kersen
(Muntingia calabura L) Sebagai Alternatif Produk Olahan Pangan : Sifat
Kimia dan Sensoris. Jurnal JITIPARI, Vol. 4 : 127-134
Mardini, U, (2015). Pengaruh Kombinasi 2.4-D dan BAP Terhadap Induksi
Kalus Eksplan Daun dan Batang Tanaman Binahong (Anredera cordifolia
(Ten) Sten) secara in vitro. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Murtando, H, Sahiri, N., Madauna, I, (2016). Identifikasi Karakter Morfologi dan
Anaomi Tanaman Jeruk Lokal (Citrus sp) di desa Karya Agung dan Karya
Abadi, Kecamatan Taopa, Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Agrotekbis,
4(6), 642-649.
Miza, N, A dan Hafizah, K, U, (2020). Karakteristik Tanaman Jeruk (Citrus sp)
di Kecamatan Nibung hangus, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
Program Studi Biologi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Sumatera
Utara Medan. KLOROFIL Vol. 4 No. 1. ISSN 2598-6015
Nurhartanti, E. P., & Masduqi, A. F. (2017). UJI DAYA ANTIBAKTERI SEDIAAN
PASTA GIGI EKSTRAK DAUN BINAHONG ( Anredera cordifolia
( Tenore ) Steen ) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus
mutans. 15(1), 1551–1557.
Noer Q, Sri S, Susilowati, Dini R. 2019. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) Terhadap Bakteri Escherichia coli Dan
Vibrio cholera. Jurnal Farmasi Vol.7 No.2. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Jendral Soedirman.
Puspitasari, A. D. (2016). Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kadar
Flavonoid Total Daun Kersen (Muntingia calabura L). Inovasi Teknik
Kimia, Vol.1, N0. 2, Hal. 104-108.
Prasko, Bambang Sutomo, Suwarsono, Iman Supardan. 2015. Daya Hambat
Daun Alpukat Muda Terhadap Bakteri Mulut (Streptococcus mutans). Jurnal
Kesehatan Gigi. Vol. 02., No. 2. Semarang.
Paramawati, R, Hildegardis Dyna R. D, (2016). Khasiat Ajaib Daun Advokad.
Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya.
Rimporok, Billy J. Kepel, Krista V. Siagian 2015. Uji Efektivitas Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Pertumbuhan
Streptococus mutans Secara InVitro. Skripsi. Manado: Fakultas Kedokteran
UNSRAT.
39

Rahayu, C., & Salikun, S. (2020). Efektivitas Rebusan Daun Sirih Merah (Piper
Betle Crocatum) Dan Rebusan Daun Sirih Hijau (Piper Betle Linn)
Terhadap Puberty Gingivitis. Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi, 1(1), 27–33.
Setyowati, Ratnaning, (2016). Uji Aktivitas Antiplatelet dan Trombolitik Ekstrak
Etanol Kulit Buah Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) In Vitro”. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Jember. h. . 1-50.
Suratri, Made A. L., Jovina, Tince A., Notohartojo, Indirawati T. 2018. Hubungan
Kejadian Karies Gigi dengan Konsumsi Air Minum Pada Masyarakat di
Indonesia. Media Litbangkes. 28(3): 211–218.
Syurgana et al. (2017). Formulasi Pasta Gigi dari Limbah Cangkang Telur Bebek.
Laboratorium Farmaka, Kefarmasian Farmasi, Fakultas Mulawarman,
November, 7–8.
Syahara, S., Siregar, Y.F., (2019). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun
Kersen (Mutingia calabura L.). Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia
(Indonesia Health Scientific Journal), 4 (2).
Siregar D, S. 2019. Gambaran Berkumur Rebusan Daun Jambu Biji Terhadap
Infeksi Plak Pada Siswa – Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pembangunan
Kabupaten Serdang Berbagai. Karya Tulis Ilmiah. Medan. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan. Jurusan Keperawatan Gigi.
Taufiq, Nurlianti, 2018. Uji Aktivitas Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Daun Kersen
(Muntingia calabura L) Terhadap Streptococcus mutans. Makassar :
Akademi Farmasi Yamasi Makassar. Jurnal Kesehatan Yamasi.
Warokka, K.E., Wuisan, J dan Juliatri. 2016. Uji Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai
Antibakteri Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans. Jurnal e-GiGi
(eG).4.(2):15.
Wulandari Shinta,A.R.2017. Formulasi Dan Uji Aktivitas Stapylococcus
epidermidis Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura
L) Dendan Fase Minyak Isopropil Mirystate. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim : Malang
Widyastuti, W., Fantari, H. R., Putri, V. R., & Pertiwi, I. (2019). Formulasi Pasta
Gigi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus sp.) dan Daun Mint (Mentha piperita L.)
Serta Aktivitas Terhadap Bakteri Streptococcus mutans. Jurnal
Pharmascience, 6(2), 111-119. ISSN : 2355-5386
Yulimatussa, A. P., Blambangan, B. G. P. B., Dewi, J. C., Herdianto, R. S.,
Mumtaza, I., Nafiis, M. M., Rosyidah, I., Sutanti, T. N. E., & Syarofi, N. M.
R. (2016). Pengetahuan Penanganan Halitosis Dalam Masalah Kesehatan
Mulut. Jurnal Farmasi Komunitas, 3(2), 28–32.
Yustinah dan Fanandara, Dena, (2016). Ekstraksi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk
Sebagai Bahan Tambahan pada Pembuatan Sabun. Jurnal Konversi. 5, no.
1: h. 25-30.
Yuli, A, Ari, S, dan Kun, H, 2020. Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Daun Jambu
biji (Psidium guajava) Dan Stevia (Stevia rebaudiana (Bertoni)) Sebagai
Antibakteri Alami. Surakarta : Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah
40

Surakarta. ISBN 978-602-52965-8.


41

LAMPIRAN
Skema Kerja Studi Literatur

Merumuskan pertanyaan
dan tujuan penelitian

Kata kunci :
Mencari dan mengumpulkan 1. Tanaman untuk
literatur menggunakan pasta gigi.
databes Google Scholar, 2. Penyakit mulut
PubMed, Research Gate dan gigi.
dengan kata kunci. 3. Formulasi sediaan
pasta gigi.
4. Tanaman untuk
penyakit mulut dan
gigi.

Menilai kualitas jurnal

Mengestrak data yang


dibutuhkan dan dibuat
taburasi

Pembahasan

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai