Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi redoks merupakan titrasi terhadap larutan analit berupa
reduktor atau oksidator dengan titran berupa larutan dari zat standar
oksidator atau reduktor. Prinsip yang digunakan dalam titrasi redoks
adalah reaksi reduksi oksidaasi atau dikenal denga reaksi redoks.
Reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan
pelepasan elektron, sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi.
Titrasi redoks terdiri dari beberapa jenis. Penggolongan jenis
titrasi redoks berdasarkan pada jenis oksidator maupun reduktor yang
digunakan sebagai titran atau larutaan standar. Kelima jenis titrasi
redoks tersebut adalah permanganometri (Larutan standar KMnO 4),
Bikromamometri (lsrutan standar K2Cr2O7), Bronatometri (Larutan
standar KBrO3), serta Iodimetri ( larutan standar I2), dan iodometri
(larutan standar Na2S2O3).
Penerapan titrasi redoks sendiri dalam bidang farmasi salah
satunya adalah untuk penentuan kadar pada Vitamin C, rasa masam
yang terdapat pada vitamin C disebabkan oleh kandungan asam
askorbat dalam vitamin C tersebut, untuk asam askorbat sendiri
penentuan kadarnya dapat dilkaukan metode tirasi redoks karena
asam askorbat lebih mudah teroksidasi.
Titrasi yang paling sering digunakan adalah iodometri dan
iodimetri. Titrasi iodometri atau tak langsung merupakan titrasi
terhadap larutan aalit dengan larutan natrium tiosulfat sebagai larutan
standar, sedangkan titrasi iodimetri atau secara langsung merupakan
titrasi terhadap larutan analit dengan larutan iodin sebagai larutan
standar (titran) dengan menggunakan indikator amilum.
Pada praktikum kali ini, metode titrasi redoks yang dilakukan
adalah titrasi iodometri dan iodimetri. Dimana keddua metode ini dari
segi defenisi dan pengerjaanya sendiri juga sangat berbeda, namun
kedua duanya melibatkan I2 dalam penentuan kadarnya. Sampel

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
yang akan digunakan pada praktikum ini adalah asam askorbat untuk
titrasi iodimetri dan kaffein untuk titrasi iodometri.
Iodometri dan iodimetri sendiri, paling sering digunakan dalam
metode titrasi redoks karena selain larutan standar yang dipakai
mudah untuk diapatkan, dalam pengerjaanya juga tidak membutuhkan
waktu yang lama, sehingga lebih memudahkan untuk mengetahui
penentuan kadar dari suatu sampel.
1.2 Maksud Praktikum
Untuk mengetahui cara penetapan kadar asam askorbat dengan
metode titrasi iodimetri dan mengetahui cara penetapan kadar kaffein
dengan metode titrasi iodometri.
1.3 Tujuan Praktikum
Untuk menentukan kadar suatu asam askorbat dengan
menggunakan titrasi iodimetri dengan menggunakan Larutan baku
iodin sebagai titrannya dan menentukan kadar suatu kaffeinn dengan
mennggunanakan titrasi iodometri dengan menggunakan larutan baku
Na2S2O3 sebagai titrannya

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Titrasi redoks adalah titrasi yang melibatkan proses oksidasi dan
reduksi. Kedua proses ini selalu terjadi secara bersamaan. Dalam
titrasi redoks biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi
titik akhir. Untuk mengetahui kadar vitamin C metode titrasi redoks
yang digunakan adalah titrasi langsung yang menggunakan iodium.
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai
potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C
mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium
sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
Pendeteksian titik akhir pada titrasi iodimetri ini adalah dilakukan
dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna
biru pada saat tercapainya titik akhir (Gandjar, dkk., 2007).
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi
yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-
senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada iodometri,
sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida
berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume natrium
tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang
dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel (Rohman, 2007).
Titrasi Iod harus dilakukan dengan lambat agar I 2sempurna
bereaksi dengan antalgin, jika titrasi tepat maka I2 tidak bereduksi
sempurna dengan antalgin sehingga titik akhir lebih cepat, tercapai,
dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir ada iodimetri ini dilakukan
dengan menggunakan indikatir kanji oleh amilum yang akan
memberikan warna biru pada saat terjadinya titik akhir
titrasinya. (Sudjadi, 2007)

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid
(iodimetri), dan ion iodidadigunakan sebagai zat pereduksi (iodometri).
Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksiyang cukup kuat
untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah
penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi
oksidasi cukup kuat untuk bereaksisempurna dengan ion iodida, dan
ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ioniodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan
larutan natrium tiosulfat.Iodometri adalah suatu proses analitis tak
langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada
suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang kemudian
dititrasi dengan natrium tiosulfat (Underwood : 2002).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana
terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan
untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi
disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron.
Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami
penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang
terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi
harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu
sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa,
tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 2003).
Penggunaan air yang masih mengandung CO2 sebagai pelarut
akan menyebabkan peruraian S2O32- membentuk belerang bebas.
Belerang ini menyebabkan kekeruhan. Terjadinya peruraian itu juga
dipicu bakteri Thiobacillus thioparus. Bakteri yang memakan belerang
akhirnya masuk kelarutan itu, dan proses metaboliknya akan
mengakibatkan belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan
kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang. Pembuatan
natrium thiosulfat dapat ditempuh dengan cara : (Underwood : 2002)
1. Melarutkan garam kristalnya pada aquades yang mendidih

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
2. Menambahkan 3 tetes kloroform (CHCl3) atau 10 mg merkuri
klorida (HgCl2) dalam 1 liter larutan
3. Larutan yang terjadi disimpan pada tempat yang tidak
terkena cahaya matahari.
Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat
dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau natrium
karbonat sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara berlangsung
lambat. Tetapi runutan tembaga yang kadang-kadang terdapat dalam
air suling akan mengkatalis oksidasi oleh udara ini. Tiosulfat diuraikan
dalam larutan asam dengan membentuk belerang sebagai endapan
mirip susu (Underwood : 2002).
S2O32- + 2H+ H2S2O3 H2SO3 + S
Tetapi reaksi itu lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan
kedalam larutan iod yang asam, asal larutan diaduk dengan baik.
Reaksi antara iod dan tiosulfat jauh lebih cepat dari pada reaksi
penguraian. Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat:
(Underwood : 2002)
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi
sampingan. Berat ekivalen dari Na2S2O3.5H2O adalah berat
molekulnya, 248,17. Tiosulfat teroksidasi secara parsial menjadi sulfat:
(Underwood : 2002)
4I2 + S2O32-+ 5H2O 8I- + 2SO42- + 10H+
Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi
sulfat tidak muncul, terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran.
Ada dua metode titrasi iodometri, yaitu : (Underwood : 2002)
1. Secara langsung (iodimetri) Disebut juga sebagai iodimetri.
Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh
iodium, misal pada titrasi Na2S2O3 oleh I2. (Underwood : 2002)
2Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji.
Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodine, hasil
akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi
berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan kedalam
larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan penampakan
dari berwarna menjadi berwarna biru. (Underwood : 2002)
2. Secara tak langsung (iodometri) Disebut juga sebagai
iodometri.Dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi
iodium-iodium yang terbentuk dititrasi, dengan larutan standar
Na2S2O3. Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat
pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat oksidator ini (H2O2).
Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan
terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan (Underwood :
2002).
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl I2 + 2KCl + 2H2O.
Iodium sedikit larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25
Berdasarkan reaksi : I2 + I- I3- dengan tetapan kesetimbangan
pada 25 C. Larutan baku ion dapat langsung dibuat dari unsur
murninya. Cara titrasi oksidasi reduksi yang dikenal ada dua : -
Oksidimetri Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku
yang bersifat oksidator. Misal: Sulfur dioksida dan hydrogen sulfide,
timah (II) klorida , logam dan amalgam (Underwood : 2002).
Reduksimetri Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan
baku yang bersifat reduktor. Misal : Natrium dan Hidrogen Peroksida,
Kalium dan amonium peroksidisulfat,natrium Bismutat (NaBiO3). Ada
dua proses metode titrasi iodometri, yaitu : (Underwood : 2002)
1. Proses-proses iodometrik langsung Pada Iodometri langsung
sering menggunakan zat pereduksi yang cukup kuat seperti
tiosulfat, Arsen (III), Stibium (III), Antimon (II), Sulfida, sulfite, Timah
(II), Ferasianida. Kekuatan reduksi yang dimiliki oleh beberapa dari
substansi ini tergantung pada konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita
melakukan penyesuaian pH yang repot. Dalam proses iodometri
langsung ini reaksi antara iodium dan thiosulfat dapat berlangsung
sempurna. Kelebihan ion Iodida yang ditambahkan pada pereaksi
oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, kelebihan
ini dapat dititrasi dengan Natrium Tiosulfat. Menurut cara ini suatu
zat reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi
Na2S2O3 oleh I2 (Underwood : 2002).
2Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji.
Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodin, hasil
akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi
berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan kedalam
larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan
penampakan menjadi berwarna biru (Underwood : 2002).
2. Proses-proses Tak Langsung atau Iodometrik Dalam ion
iodida
sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang terbentuk
dititrasi, dengan larutan standar Na2S2O3. Jadi cara iodometri
digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, misal pada
penentuan suatu zat oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini
ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan terbentuk iodium
yang kemudian dititrasi dengan larutan (Underwood : 2002).
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl I2 + 2KCl + 2H2O.
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan
menambahkan kalium iodida berlebih dan menitrasi iodin yang
dibebaskan. Karena banyak agen pengoksidasi membutuhkan suatu
larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, natrium tiosulfat biasanya
dipergunakan sebagai titrannya, dalam keadaan pH 3-4. Titrasi
dengan arsenik (III) (di atas) membutuhkan sebuah larutan yang
sedikit alkalin (Underwood : 2002).

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
Proses iodimetri banyak digunakan seperti analisis besih dalam
biih besi maupun paduannya. Selain itu titrasi iodometri juga dapat
dilakukan untuk menentukan oksigen terlarut dalam air (terkenal
sebagai metode klasik dari winkler). Sampel air dilarutkan dengan
sejumlah garam Mn(II), natrium iodide berlebih, dan natrium
hidroksida. Endapan yang dihasilkan berupa Mn(OH2) berwarna putih
yang secara cepat dioksidasi menjadi Mn(OH)3 yang berwarna coklat.
Larutannya kemudian diasamkan dan Mn(OH)3 mengoksidasi iodide
menjadi iodin. Iodin yang dibebaskan selanjutnya dititrasi dengan
natrium tiosulfat (Pursitasari : 2014)
Amilum merupakan indikator redoks khusus yang digunakan
sebagai petunjuk telah terjadi titik ekuivalen pada titrasi iodometri. Hal
ini disebabkan warna biru gelap dari kompleks iodin amilum
merupakan warna yang spesifik untuk titrasi iodometri. Mekaismenya
belum diketahui dengan pasti namun ada asumsi bahwa molekul iodin
tertahan di permukaan B-amilosa. Larutan amilum mudah
terkomposisi oleh bakteri, sehingga biasanya ditabahkan sebagai
pengawet (Pursitasari ; 2014).
Senyawa Natrium tiosulfat mengikat lima molekul air dengan
rumus kimia Na2S2O3.5H2O. natrium tiosulfat merupakan larutan
standar karena tidak sstabil terhadaap oksidasi dari udara, asam, dan
bakteri. Penambahan boraks atau natrium karbonat terhadap larutan
natrium tiosulfat dilakukan untuk sebagai pengawet. Iodin
mengoksidasi ion tiosulfat menjadi ion tetrationat. Pada larutan
dengan pH lebih dari 9 menyebabkan ion tiosulfat teroksidasi secara
parsial menjadi sulfat : (Pursitasari : 2014)

4I2 + S2O32- + 5H2O 8I- + 2SO42- + 10 H+


Vitamin C disebut juga asam askorbat, struktur kimianya terdiri
dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena
mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
merupakan vitamin yang paling sederhana. Sifat vitamin C adalah
mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika merupakan kristal
(murni). mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi
manusia
(Safaryani, dkk., 2007).
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan
oleh manusia. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi
tubuh. Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat
melindungi molekul-molekul yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Vitamin C juga mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia
seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam
metabolism kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan
dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin. (Arifin, dkk., 2007).
Pemberian kombinasi vitamin C dengan bioflavonoid dapat
menghalangi dan menghentikan pembentukkan superoksida dan
hydrogen peroksida, sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan
jaringan akibat oksidan. Suplemen vitamin C diantaranya adalah
kombinasi vitamin C dan bioflavonoid, dipasaran diantaranya adalah
Ester C. Bioflavonoid berfungsi meningkatkan efektivitas kerja
vitamin C sehingga dapat mengurangi konversi asam askorbat
menjadi dehidroaskorbat. Vitamin C juga mengandung likopen, likopen
merupakan senyawa potensial untuk antikanker dan mempunyai
aktifitas antioksidan dua kali lebih kuat dari beta karoten (Wahyuni,
dkk., 2008).
Asam askorbat terbukti berkemampuan memerankan fungsi
sebagai inhibitor. Kristal asam askorbat ini memiliki sifat stabil di
udara, tetapi cepat teroksidasi dalam larutan dan dengan perlahan-
lahan berdekomposisi menjadi dehydro-ascorbic acid (DAA).
Selanjutnya secara berurutan akan berdekomposisi lagi menjadi
beberapa molekul asam dalam larutan sampai menjadi asam oksalat
(oxalic acid) dengan pH di atas 4. Pengaruh perubahan lingkungan

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
asam askorbat tertentu tidak berfungsi sebagai inhibitor (Tjitro, dkk.,
2000).
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan
dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut
dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap
satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter.
Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping cara
ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap
gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara
berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu
senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan
rumus-rumus umum berikut. (Rohman, 2007)
Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan timbangan analitik)
maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:
Kadar (% b/b) = x 100%
Jika sampelnya cair (sampel diambil secara kuantitatif misal
dengan menggunakan pipet volum) maka rumus untuk menghitung
kadar adalah sebagai berikut:
Kadar (% b/v) = x 100%
Berat ekivalen (BE) sama dengan berat molekul sampel dibagi
dengan valensinya. (Rohman, 2007)

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
2.2 Uraian Bahan

1. Air Suling (AQUADEST) (FI III : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM : H2O

BM : 18,02

Struktur : H-O-H

Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliserol

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak


berasa, tidak berbau.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Iodium (FI III ,31)

Nama resmi : IODUM

Nama lain : Iodum

RM : I

BM : 126,96

Kelarutan : larut dalam 3500 bagian air ,dalam 13


. bagian etanol, dalam 80 bagian gliserol

Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilap


seperti logam, hitam kelabu dan bau
khas

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Natrium Tiosulfat (FI III,428)

Nama resmi : NATRI THIOSULFAS

Nama lain : Natrium tiosulfat/hipo

RM : Na2S2O3 .5H2O

BM : 248,17

Pemerian : Hablur besar tidak berwarna /serbuk


hablur kasar. Dalam lembab meleleh
basah, dalam hampa udara merapuh.

Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak


larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai penitrasi

4. Asam Sulfat (FI III,58)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama lain : Asam sulfat

RM : H2SO4

BM : 98,07

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif,


tidak berwarna jika ditambahkan dalam
air menimbulkan panas.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
Kelarutan : -

Kegunaan : Sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. VITAMIN C( FI III,47)

Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM

Nama lain : Asam askorbat

RM : C6H8O6

BM : 176,13

Pemerian Serbuk atau hablur,putih atau agak

: kuning,tidak berbau rasa asam, karena


pengaruh cahaya jadi gelap.

Kelarutan Mudah larut dalam air, sukar larut

: dalam etanol, praktis tidak larut dalam


klorofom

Kegunaan : Sebagai bahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

6. NaCl (FI.Ed.III hal. 403).

Nama Resmi : NATRIUM CHLORIDUM

Nama Lain : Natrium klorida

Berat Molekul : 32.04 g/mol

Rumus Molekul : NaCl

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
atau serbuk hablur putih; rasa asin.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih


mudah larut dalam air mendidih; larut
dalam gliserin; sukar larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup baik

Khasiat : Hemodialisis

Kegunaan : Sebagai Sampel

7. Kafein (FI III, 175)

Nama Resmi : COFFEINUM

Nama Lain : Kofeina

RM / BM : C8H10N4O2 /194,19

Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum


mengkilat biasanya menggumpal;
putih; tidak berbau; rasa pahit

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam


etanol (95%) P ; mudah larut dalam
kloroform P; sukar larut dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Stimulan saraf pusat, kardiotonikum

8. Indikator Kanji (FI III, )

Nama resmi : AMYLUM

Sinonim : Pati

Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
gumpalan kecil, putih, tidak berbau,
tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan


dalam etanol 95 % P

Khasiat : Zat tambahan

Kegunaan : Sebagai indicator

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
2.3 Prosedur Kerja (Anonim : 2015, halaman : 34 35)
A. Pembuatan Larutan Baku Na2S2O3 0,1 N
Timbang 13 gram Na2S2O3 dalam gelas arloji. Pindahka ke
dalam gelas piala 250 mL, larutkan dengan 50 mL air suling dan
tambahkan 100 mg Na2CO3. Aduk dengan baik hingga homogeny.
Pindahkan larutan ke dalam labu ukur, encerkan dengan air suling
bebas CO2 sampai volume larutan 500 mL. simpan dalam botol
yang tertutup dan beri etiket.
Pembakuan Larutan Baku Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3
Timbang 0,891 g KIO3 kristal dengan teliti pada gelas arloji
yang telah ditimbang. Masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
melalui corong. Bilas gelas arloji dan corong dengan air suling 25
mL dan masukan air suling ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan 2 g
KI yang bebas dari iodat dan 5 mL asam sulfat 2 N, titrasi dengan
natrium tiosulfat yang akan ditentukan normalitasnya. Bila warna
kuning iodium hampir hilang, hentikan titrasi dan tambahkan 4 mL
indikator kanji. Teruskan titrasi sampai warna biru dari larutan tepat
hilang .
Tiap mL Na2S2O3 0,1 N setara dengan 3,567 mg KIO3
B. Pembuatan Larutan Baku I2 0,1 N
Timbang dengan teliti 7 g I2 murni dalam botol timbang.
Masukkan ke dalam gelas piala.timbang 18 g KI dan lautkan dalam
50 mL air suling. Tambahkan dalam gelas piala yang berisi 7 g I 2
tadi. Aduk dengan baik sehingga semua larut. Pindahkan dalam
labu ukur, encerkan dengan air hingga volumenya menjadi 500 mL,
sambil dikocok dengan baik hingga homogeny. Simpan dalam botol
yang gelap dan beri etiket.
Pembakuan Larutan Baku I2 0,1 N
Timbang dengan teliti 15 mg As2O3 murni dalam botol timbang
yang talah ditimbang. Pindahkan ke dalam gelas piala 500 mL.
larutkan dalam 20 mL NaOH 1 N dengan sedikit pemanasan.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
Encerkan dengan 40 mL air suling, tambahkan 2 tetes jingga metil
dan tetesi asam klorida encer sampai warna larutan berubah dari
kuning menjadi jingga. Tambahkan 2 g Natrium bikarbnat dan
encerkan dengan 50 mL air suling. Tambahkan 3 mL larutaan kanji
dan titrasi dengan laarutan iodium o,1 N sampai terjadi warna biru
yang stabil.
Tiap mL I2 setara dengan 49,46 mg As2O3
C. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi langsung dengan
larutan iodin baku
Penetapan Kadar Antalgin
Timbang saksama 400 mg contoh, masukkan dalam labu 200
mL, larutkan dalam 5 mL air, titrasi dengan larutan iodin baku 0,1 N,
pada larutan iodin, timbul warna merah pada larutan, yang lama-
lama akan hilang sampai timbul warna kuning yang satabil.
Tiap mL larutan iodin 0,1 N setara dengan 16,67 mg antalgin.
D. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi kembali larutan iodin
yang berlebihan dengan larutan natrium tiosulfat
Penetapan Kadar Kaffein
Timbang saksama 200 mg contoh masukkan dalam labu ukur 100
mL, larutkan dengan 20 mL air dan 5 mL asam sulfat 4 N,
tambahkan 50 mL larutan iodin 0,1 N dan 20 mL larutan natrium
klorida jenuh, kemudian cukupkan volumenya dengan air sampai
00 mL, kocok larutan dan biarkan selama 5 menit, saring dan titrasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indicator
kanji.
Tiap mL larutan iodin 0,1 N setara dengan 5,3 mg kaffein.
E. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi iodium yang
dibebaskan dari kalium iodide dengan larutan natrium tiosulfat.
Penetapan Kadar Tembaga Sulfat
Timang saksama 1 g tembaga sulfat, larutkan dalam 50 mL air,
tambahkan 4 mL asam asetat dan 3 g kalium iodide. Titrasi iodin

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
yang bebas dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan
indicator kanji.
Tiap mL natrium tiosulfat setara dengan 24,97 mg tembaga sulfat.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat Praktikum


Adapun alat - alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
adalah aluminium foil, batang pengaduk, bulk, buret, corong,
erlenmeyer, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 10 mL, kertas saring,
pipet tetes, pipet skala, pipet volume 10 mL, spatula, dan statif.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Aquadest, asam sulfat (H2SO4), Iodium (I2), indikator kanji, natrium
klorida (NaCl) , natrium tiosulfat (Na2S2O3), sampel asam askorbat,
sampel kaffein, dan tissue.
3.3 Cara Kerja
A. Penetapan kadar kaffein dengan metode iodometri menggunakan
larutan standar natrium tiosulfat (N2S2O3).
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 100 mg sampel uji kaffein menggunakan wadah
gelas arloji.
3. Dipasang buret pada penyangga titrasi
4. Dimasukkan larutan standar natrium tiosulfat 0,998 N ke dalam
buret lalu tutup dengan aluminium foil
5. Dimasukkan sampel uji kaffein yang sudah ditimbang ke dalam
Erlenmeyer dengan menggunakan sendok tanduk
6. Dimasukkan 10 mL aquadest yang sudah diukur menggunakan
gelas ukur ke dalam Erlenmeyer
7. Ditambahkan 2,5 mL asam sulfat (H2SO4) 10% ke dalam
Erlenmeyer
8. Ditambahkan 25 mL larutan iodin(I2) 0,1 N yang dipipet
mengggunakan pipet volume
9. Ditambahkan 10 mL natrium klorida (NaCl) yang sudah diukur
menggunakan gelas ukur ke dalam Erlenmeyer
10. Ditutup dengan aluminium foil dan diamkan selama 5 menit

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
11. Disaring menggunakan kertas saring yang sudah disediakan
pada mulut corong ke dalam gelas kimia sebagai wadahnya
12. Dicuci Erlenmeyer,lalu pindahkan larutan zat uji yang sudah
disaring kembali ke dalam Erlenmeyer.
13. Ditambahkan 3 tetes larutan indicator kanji
14. Dititrasi menggunakan larutan standar natrium tiosulfat sampai
terjadi perubahan warna dari warna biru ke bening.
B. Penetapan kadar asam askorbat dengan metode iodimetri
menggunakan larutan standar I2.
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 100 mg asam askorbat dengan wadah cawan
porselin
3. Dipasang buret ke statif
4. Dimasukan Larutan I2 ke dalam buret, lalu ditutup alumunium
foil
5. Dimasukan asam askorbat yang sudah ditimbang ke dalam
erlenmeyer
6. Dimasukan 25 mL air bebas CO2 ke dalam labu ukur
7. Ditambahkan asam sulfat sebanyak 10 mL
8. Dititrasi dengan iodium 0,1 N
9. Diitambahkan indikator kanji
10. Diamati perubahan yang terjadi dari warna bening ke biru

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Pengamatan
NO. KELOMPOK SAMPEL METODE VOLUME PERSENTASE
TITRAN KADAR SAMPEL

1 Kelompok 1 Asam Iodimetri 18 mL 141,525 %


askorbat
2 Kelompok 2 kaffein Iodometri 6,6 mL 349,345 %

3 Kelompok 3 Asam Iodimetri 16 mL 126,29 %


askorbat
4 Kelompok 4 kaffein Iodometri 7 mL 370,5177 %

4.1.2 Reaksi
1. Penentuan kadar asam askorbat (Iodimetri)
Asam askorbat
I2 + C6H8O6 2HI + C6H6O6
2. Penentuan kadar kaffein (iodometriz)
4.1.3 Perhitungan
a. Kelompok 1 (Iodimetri)
Vtitran x N x Berat setara
% Kadar = x 100%
Berat sampel x Faktor koreksi
18 mL x 0,0900 N x 8,806 mg
= x 100%
100,8 mg x 0,1 N
14,26572
= x 100%
10,08
= 141,525 %

b. Kelompok 2 (Iodometri, zat uji kaffein)


Vtitran x N x Berat setara
% Kadar = x 100%
Berat sampel x Faktor koreksi

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
6,6 mL x 0,9987 N x 5,3 mg
= x 100%
100 mg x 0,1 N
34,934526
= x 100%
10
= 349,345 %

c. Kelompok 3 (Iodimetri, zat uji


Vtitran x N x Berat setara
% Kadar = x 100%
Berat sampel x Faktor koreksi
16 mL x 0,09 N x 8,806 mg
= x 100%
100,4 mg x 0,1 N
12,68
= x 100%
10,04
= 126,29 %

d. Kelompok 4 (iodometri, zat uji kaffein)


Vtitran x N x Berat setara
% Kadar = x 100%
Berat sampel x Faktor koreksi
7 mL x 0,9987 N x 5,3 mg
= x 100%
100 mg x 0,1 N
37,05177
= x 100%
10
= 370,5177 %

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
REAKSI
Vitamin C

Reaksi Indikator

CH2OH CH2OH
H O H H O H
H H + I2
O OH H O OH H O

H OH H OH n
Amilum (kanji) Iod
(Larutan bening)

CH2OH CH2OH
H O H I H O H
H H
O OH H O OH H O

H OH I H OH n
Kompleks iodium dengan amilum
(Endapan biru)
Kaffein

Reduksi = I2 + 2e 2 I-

Oksidasi = 2 S2O3- S4O62- + 2e

2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I

Jadi 2 Na2S2O3 + I2 2 NaI + Na2S4O6

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
-Na

+ + S2O3

-Na

Kaffein Na2S2O3

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
4.2 Pembahasan

Titrasi secara iodimetri atau titrasi langsung adalah dimana zat


pereduksi langsung dititrasi dengan larutan baku iodium, sedangkan
titrasi secara iodometri adalah iodin di runah ke iodium, lalu iodium
yang tebentuk dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Titrasi
iodometri digunakan untuk mengetahui zat oksidator, sedangkan pada
titrasi iodimetri digunakan untuk mengetahui zat reduktor. Titrasi
iodometri dan iodimetri ini adalah dua dari banyak metode titrasi pada
titrasi redoks.
Titrasi redoks merupakan titrasi terhadap larutan analit berupa
reduktor atau oksidator dengan titran berupa larutan dari zat standar
oksidator atau reduktor. Prinsip yang digunakan dalam titrasi redoks
adalah reaksi reduksi oksidasi atau dikenal denga reaksi redoks.
Reaksi redoks sederhana dapat disetarakan dengan mudah tanpa
metode khusus, seperti yang telah dijelaskan di kelas X. akan tetapi
untuk reaksi yang cukup kompleks, ada dua metode yang dapat
digunakan untuk meyetarakannnya, yaitu:
1. Metode bilangan oksidasi, yang digunakan untuk reaksi yang
berlangsung tanpa atau dalam air, dan memiliki persamaan reaksi
lengkap (bukan ionik).
2. Metode setengah reaksi (metode ion elektron), yang
digunakan untuk reaksi yang berlangsung dalam air dan memiliki
persamaan ionik.
Contoh reduktor kuat adalah Li, Na, K dan yang
segolongannya sedangkan contoh reduktor lemah adalah F-.Contoh-
contoh reaksi redoks yaitu : Reaksi antara Fe (II) dan CuSO 4 solusi:
Fe + CuSO4 + FeSO4 + Cu (Fe teroksidasi, Cu berkurang).
Oksidasi Fe (II) menjadi Fe (III) oleh hidrogen peroksida dan asam: 2
Fe2+ + H2O2 + 2 H + 2 Fe3+ + 2 H2O
Oksidasi glukosa menjadi karbon dioksida:

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
C6 H12 O 6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O
Reaksi antara Kalium Permanganat dan Sodium sulfit:
2 KMnO4 + 3 Na 2 SO 3 + H 2 O 2 MnO 2 + 3 Na 2 SO 4 + 2
KOH
Reaksi asam dan basa:
3 CU + 8 HNO3 3 CuSO 4 + 8 NO (g) + 4 H 2 O
Iodometri adalah analisa titrimetric untuk zat zat reduktor seperti
misalnya natrium tiosulfat, konjugat dengan mengunakan larutan
iodimetri atau secara langsung.
2J- J2+2e
Iodometri juga dapat dilakukan dengan cara penamnbahan larutan
iodin, dan kelebihan iodi titrasi dibagi dengan larutan tiosulfat.
Reaksinya:
J2+2Na2S2O3 2NaJ+Na2S4O6
Iodometri adalah analisa nitrimetri secara tidak langsung untuk
zat-zat oksidator seperti garam besi (III), tembaga(II), dan zat-zat
indikator ini direduksi lebih dulu dengan kalium iodida, dan iodi yang
dihasilkan dalam jumlah yang setara ditentukan kembali larutan
natrium tiosulfat baku, contohnya seperti tembaga (II) sulfat
direaksikan dengan kalium iodide dengan reaksi sebagai berikut
2CuSO4+4KJ 2CuJ+J2K2SO4
Atau
KJ+HCl J2+H2+KCl
J2+2Na2S2O3 2NaJ+Na2S4O6
Pada percobaan ini, yang pertama dilakukan metode titrasi
iodimetri oleh kelompok 1 dan 3. Dimana pada titrasi ini, sampel yang
digunakan dalah asam askorbat. Penentuan kadar asam askorbat
harus dilakukan dengan metode iodimetri karena asam askorbat lebih
mudah teroksidasi.
Berat sampel yang digunakan adalah 100 mg, sample dilarutkan
dengan air bebas CO2 . Pada percobaan ini dapat dilakukan tanpa

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
menggunakan indikator dari luar, karena larutan I2 sendiri berwarna
sehingga akan memberikan titik akhir berupa hilangnya endapan biru.
Pada percobaan ini digunakan air bebas CO2, karena CO2 dapat
mengoksidasi Vitamin C sehingga titik akhir titrasi menjadi lebih dekat
(volume I2 yang digunakan semakin sedikit). Pada percobaan ini juga
digunakan asam sulfat dan asam asetat, sebagai katalisator agar
reaksioksidasi reduksi dapat berjalan lebih cepat.Pada titrasi iodometri
titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal karena dalam
keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion hipoiodit
yang merupakan reaksi mula-mulaantara iodin dan ion hidroksida.
Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan,
namun indikator kanji yangdigunakan harus selalu dalam keadaan
segar dan baru karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri
sehingga untuk membuat larutan indikator yang tahan lama hendaknya
dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet.
Setelah dilarutkan ditambahkan asam sulfat, alasan penambahan
ini karena titrasi harus berlangsung dalam suasana asam. Jika tidak
berlangsung dalam suasana asam maka sampel akan bereaksi
dengan hidroksida, setelah itu dilakukan titrasi dengan penambahan
indikator kanji sebanyak 3 tetets. dan perubahan yang terbentuk dari
warna bening ke coklat.
Adapun volume titran yang didapatkan oleh kelompok 1 dan 3
secara berurutan adalah 18 mL & 16 mL. Berdasarkan volume titran
tersebut, persentase kadar yang dipeorleh oleh kelompok 1 dan 3
secara berurutan adala 141,525 % & 126,29 %.
Selanjutnya adalah metode titrasi iodometri yang dilakukan oleh
kelompok 2 dan 4. Sampel yang digunakan adalah kaffein, karena
kaffein lebih mudah tereduksi. Pada percobaan ini alasan
penambahan asam sulfat juga sama dengan metode iodimetri, yaitu
titrasi harus berlangsung dalam suasana asam, agar sampel tidak
berekasi dengan hidroksida.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
Selain itu, juga ditambhakan NaCl jenuh. Dimana alas an
penambahan NaCl jenuh adalah untuk memisahkan sampel dari
komponen komponen lain atau zat campurannya. Pada metode
iodometri ini, setelah dilakukan penambahan larutan iodium sampel
didiamkan selama 5 menit. Hal ini bertujuan untuk membiarkan
sampel mengendap, setelah terbentuk endapan barulah sampel
disaring untuk memisahkannya dari endapannya. Hal ini dilakukan
agar pada saat bereaksi dengan natrium tiosulfat beserta indikator
kanji, warna dari sampel akan cepat berubah menjadi bening dan tidak
terdapat lagi endapan endapan.
Setelah disaring, barulah sampel dititrasi dengan larutan Natrium
tiosulfat. Penggunaan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3)
sebagai titrant didasarkan karena natrium tiosulfat merupakan
pereduksi yang baik yang akan bereaksi dengan analit yang bersifat
oksidator dimana akan mengubah iodide menjadi iodium. Adapun
perubahan warna yang terjadi adalah dari coklat ke bening. Adapun
volume tittran yang didapatkan oleh kelompok 2 dan 4 secara
berurutan adalah 6,6 mL dan 7 mL, dan berdasarkan volume titran
tersebut persentase kadarnya adalah 349,345 % & 370,5177 %.
Berdasarkan teori persentase kadar yang baik untuk titrasi
iodometri dan iodimetri adalah 99% - 116% , sedangkan persentase
kadar yang diperoleh oleh ke-4 kelompok tidak sesuai dengan teori.
Sehingga faktor kesalahan yang menyebabkan tidak sesuainya hasil
dengan teori adalah karena adanya kesalahan dalam pembakuan
larutan Iodium diaman konsentrasi larutan baku yang digunakan
terlalu besar, selain itu seharusnya dengan penambahan indikator
kanji pada reaksi iodimetri, warna larutan yang terbentuk sebelum
dititrasi atau setelah disaring adalah berwarna biru, tetapi warna yang
terbentuk pada praktikum ini adalah warna coklat. Hal ini bisa saja
disebabkan oleh kesalahan pada pembuatan indikator kanji, yang
tidak bisa merubah warna larutan sampel mmenjadi biru.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
Alasan penggunaan iodium karena Iodium merupakan kristal
hitam mengkilat yang mudah dimurnikan dengan cara sublimasi
(resublimated Iodine), tidak larut dalam air,larut dalam alkohol dan
dalam larutan KI,karena terbentuknya ion triiodida. Iodium akan
mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi
yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial
reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan
titrasi langsung dengan iodium. Pendeteksian titik akhir pada titrasi
iodimetri ini adalah dilakukan dengan menggunakan indikator amilum
yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah didapatkan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa :
1. Kelompok 1 melakukan titrasi iodimetri dan memperoleh volume
titran sebanyak 18 mL dan persentase kadar yang diperoleh adalah
141,525 %
2. Kelompok 2 melakukan titrasi iodometri dan memperoleh volume
titran sebanyak 6,6 mL dan persentase kadar yang diperoleh
adalah 349,345 %
3. Kelompok 3 melakukan titrasi iodimetri dan memperoleh volume
titran sebanyak 16 mL dan persentase kadar yang diperoleh adalah
126,29 %
4. Kelompok 1 melakukan titrasi iodometri dan memperoleh volume
titran sebanyak 7 mL dan persentase kadar yang diperoleh adalah
370,5177 %
5.2 Saran
Sebaiknya tidak diberi batasan tahun untuk teori umum, sebab
literature yang paling sering digunakan adalah buku buku terjemaha
seperti underwood edisi 4, vogel, dll berada pada rentan tahu 90-an
dan buku buku tersebut juga lebih mudah didapatkan.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, Penuntun dan Praktikum Kimia Analisis. Makassar : FF
UMI

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes RI

Day & Underwood, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi kelima, Jakarta :
Erlangga

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analisis. Jakarta: UI Press.

Pursitasari, Dwi Indarini, 2014, Kimia Analitik Dasar, Bandung : Alfabeta


Rohman, Abdul. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Digi Art Yogya. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.

Safaryani, Nurhayati, Sri Haryanti, dan Endah Dwi Hastuti,. 2007.


Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Penurunan
Kadar Vitamin C Brokoli (Brassica oleracea L), Buletin Anatomi
dan Fisiologi, Vol. XV, No. 2. Semarang.

Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tjitro, soejono, Juliana Anggono, Adriana Anteng Anggorowati, dan Gatut


Phengkusaksomo. 2000. Studi Prilaku Korosi Tembaga dengan
Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan
Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat, Jurnal Teknik Mesin,
Vol. 2, No. 1. Surabaya
Wahyuni, Sri Raharjoe Asjari, dan Ahmad Hamim sadewa,. 2008. Kajian
Kemampuan Jus Buah Tomat (Solanum lycopersicum) dalam
Menghambat Peningkatan Kadar Malondyaldehide Plasma
Setelah Latihan Aerobik Tipe High Impact, Jurnal Kesehatan, Vol.
1, No. 2, ISSN : 1979 7621. Yogyakarta.

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
LAMPIRAN
A. SKEMA KERJA
1. Iodimetri
Timbang saksama 100 mg asam askorbat

Masukkan 25 mL air bebas CO2 ke dalam Erlenmeyer

+ 10 mL asam sulfat (H2SO4)

+indicator kanji

Titrasi dengan iod 0,1 N


(Bening-biru)
2. Iodometri
Timbang 100 mg

+ 10 mL air dan 5 mL asam sulfat 4N


+ larutan iodin 0,1 N dan 10 mL NaCl jenuh

Cukupkan volumenya dengan air sampai 100 mL

Kocok dan diamkan selama 5 menit

+ indicator kanji

Saring dan titrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0,1 N


(biru-bening)

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074
LAPORAN PRAKTIKUM IODOMETRI & IODIMETRI
B. GAMBAR
Alat dan bahan

Alat : buret,
Bahan : H2SOcorong, batang
4, Indikator kanji, Bahan : H2SO4, Indikator kanji,
pengaduk,
Na2S2O3 spatula, gelas kimia, Na2S2O3
gelas ukur.

Hasil titrasi iodometri

COKLAT BENING

Wiri Resky Amalia Sugiarto Sadjidin


15020140074

Anda mungkin juga menyukai