Anda di halaman 1dari 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIK DEKOKTA KULIT PISANG RAJA


PADA MENCIT GALUR SWISS YANG TERBEBANI SUKROSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Isabela Alfin Kusuma Utomo
NIM : 178114015

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIK DEKOKTA KULIT PISANG RAJA


PADA MENCIT GALUR SWISS YANG TERBEBANI SUKROSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Isabela Alfin Kusuma Utomo
NIM : 178114015

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :


Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menemaniku, sumber segala
harapan dan segala berkat tak terhingga disetiap langkah hidupku
Papa, Mama dan seluruh keluarga besarku yang selalu menemani dan
menyemangati
Serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PERSEMBAHAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
PRAKATA vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
ABSTRAK xii
ABSTRACT xiii
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
KESIMPULAN DAN SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 22
BIOGRAFI PENULIS 37

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil Uji Tabung Fitokimia pada Dekokta Kulit Pisang


Raja............................................................................................ 9
Tabel II. Rerata Nilai AUC0-120 dari Tiap Kelompok Perlakuan.............. 11
Tabel III. Hasil Uji Post-Hoc AUC0-120 Kadar Gula Darah Setiap
Kelompok Perlakuan.................................................................. 12

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Hubungan antara Waktu dan Kadar Gula Darah Setiap
Kelompok Perlakuan Mencit
11
Jantan............................................................................................
Gambar 2. Penimbangan Serbuk Simplisia.................................................... 25
Gambar 3. Hasil Setelah Dilakukan Pengukuran........................................... 25
Gambar 4. Buah Pisang Raja......................................................................... 27
Gambar 5. Serbuk Kulit Pisang Raja............................................................. 27
Gambar 6. Dekokta Kulit Pisang Raja........................................................... 27
Gambar 7. Sebelum Uji Flavonoid............................................................... 28
Gambar 8. Setelah Uji Flavonoid................................................................... 28
Gambar 9. Sebelum Uji Alkaloid................................................................... 28
Gambar 10. Setelah Uji Alkaloid..................................................................... 28
Gambar 11. Sebelum Uji Saponin.................................................................... 28
Gambar 12. Setelah Uji Saponin...................................................................... 28
Gambar 13. Pengambilan Darah Melalui Vena Lateralis................................ 29
Gambar 14. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah........................................... 29

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance......................................................... 22


Lampiran 2. Surat Pengesahan Determinasi Tanaman Pisang Raja........... 23
Lampiran 3. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian Clinical
Epidemiology and Biostatics Unit Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada....................................................... 24
Lampiran 4. Pengukuran Kadar Air Menggunakan Mesin Moisture
Balance................................................................................... 25
Lampiran 5. Perhitungan Dosis Dekokta Kulit Pisang Raja ..................... 26
Lampiran 6. Buah, Serbuk dan Dekokta Kulit Pisang Raja....................... 27
Lampiran 7. Hasil Uji Tabung Fitokimia................................................... 28
Lampiran 8. Pengukuran Kadar Gula Darah pada Ekor Mencit Jantan
Galur Swiss Menggunakan Accu-chek................................... 29
Lampiran 9. Rata-Rata Kadar Gula Darah Setiap Kelompok Perlakuan
Mencit Jantan......................................................................... 30
Lampiran 10. Uji Statistik Data AUC0-120 Kadar Gula Darah pada Tiap
Kelompok Perlakuan Uji........................................................ 31

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antihiperglikemik dari kulit


pisang raja dan mengetahui dosis efektif pemberian dekokta kulit pisang raja
(DKP) pada mencit. Jenis penelitian ini merupakan eksperimental murni
rancangan acak lengkap pola searah. Sebanyak 30 ekor mencit digunakan dan
dibagi menjadi enam kelompok secara acak, yaitu kelompok sukrosa, kelompok
normal, kelompok acarbose, dan kelompok perlakuan yang diberikan tiga
peringkat dosis sediaan DKP yaitu 833,3; 1666,7; 3333,3 mg/KgBB secara
peroral. Pemberian beban sukrosa 12% b/v secara peroral dilakukan pada
kelompok sukrosa, kelompok acarbose, dan kelompok perlakuan setelah 30 menit
perlakuan. Selanjutnya dilakukan pengukuran pada menit ke-0 sebelum perlakuan
dan pada menit ke-15, 30, 60, 90, dan 120 setelah diberikan sukrosa dengan
mengambil darah dari ekor mencit jantan. Analisis hasil menggunakan metode
AUC t0-tn dan analisis statistik menggunakan Shapiro-Wilk, ANOVA One Way,
dan uji Bonferroni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DKP pada dosis 833,3;
1666,7; 3333,3 mg/KgBB memiliki efek antihiperglikemik pada mencit jantan
galur Swiss yang terbebani sukrosa.

Kata kunci: Antihiperglikemik, dekokta, kulit pisang raja, sukrosa.

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

This study aims to test the antihyperglycemic effect and determine the
effective dose of banana peel decoction (DKP) in sucrose-loaded mice. This study
aims to test the antihyperglycemic effect and determine the effective dose of
banana peel decoction (DKP) in sucrose-loaded mice. This study was an
experimental study with a one-way-complete-randomized design. This study used
30 mice were divided randomly into six groups, as a sucrose group, normal group,
acarbose group, and treatment group was given orally with three different DKP
(833.3; 1666.7; 3333.3 mg/KgBW). Sucrose 12% b/v was given orally to the
sucrose group, acarbose group, and treatment group after 30 minutes of treatment.
The blood glucose was measured at 0 before induction and 15, 30, 60, 90, 120
minutes after sucrose administration from the mice tail vein. The result was
analyzed using AUC t0-tn methods and analyzed statistically using the Shapiro-
Wilk, One-Way ANOVA, and Bonferroni test. The result showed decoction of a
banana peel or DKP at a dose of 833.3; 1666.7; 3333.3 mg/KgBW had an
antihyperglycemic effect in sucrose-loaded mice.

Keywords: Antihyperglycemic, decoction, banana peels, sucrose.

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Hiperglikemia adalah keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa di dalam darah yang melebihi batas normal. Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (2015) menyatakan bahwa hiperglikemia merupakan penanda yang
khas pada pasien yang mengalami diabetes melitus. Menurut Jo et al. (2011),
reaksi hidrolisis amilum oleh enzim α-amilase dan α-glukosidase di pankreas
dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.
Menurut Perkeni (2015), terjadi peningkatan angka insidensi dan
prevalensi diabetes melitus tipe-2 dari berbagai negara di dunia, salah satunya
Indonesia. Berdasarkan data WHO, terjadi peningkatan penyandang diabetes
melitus pada tahun 2000 yaitu 8,4 juta menjadi sekitar 21,3 juta. Hal ini juga
didukung oleh data IDF pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa Indonesia
menempati peringkat ke-7 di dunia dengan 7,6 juta orang yang menderita diabetes
melitus. Berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien diabetes
melitus di Indonesia sangat besar dan kemungkinan terjadi peningkatan pasien di
masa mendatang sehingga hal ini dapat menjadi beban yang cukup berat untuk
tenaga medis atau kesehatan.
Pasien yang mengalami diabetes melitus tipe 2 umumnya diberikan terapi
dengan menggunakan beberapa jenis obat antidiabetik oral seperti biguanide,
sulfonilurea, meglitinide, thiazolidinedione (TZD), penghambat dipeptidyl
peptidase-4 (DPP-4), penghambat SGLT-2, dan penghambat α-glukosidase
(American Diabetes Association, 2019). Beberapa efek samping akibat
penggunaan obat sulfonilurea yaitu adanya risiko hipoglikemik pada pasien lansia
dan mengalami insufisiensi renal atau gangguan hati (Ayuningtyas, 2010). Selain
itu, penggunaan obat antidiabetik oral lain seperti acarbose juga memiliki efek
samping yaitu terjadinya gangguan gastrointestinal (He et al., 2014).
Penggunaan bahan alam sebagai biofarmaka meningkat akibat slogan
“kembali ke alam”. Sebagai salah satu contohnya yaitu vinblastin yang diperoleh
dari ekstrak metanol tanaman tapak dara yang dapat meningkatkan efek
hipoglikemik dari metformin (Ohadoma dan Michael, 2011).

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar
gula darah atau antihiperglikemik adalah kulit pisang raja. Menurut Utami (2016),
menyatakan bahwa kulit pisang raja mengandung flavonoid dan alkaloid. Hal ini
didukung dengan penelitian uji fitokimia yang dilakukan oleh Saputri et al. (2020)
pada ekstrak air kulit Musa acuminate x Musa balbisiana (ABB cv). Penelitian
tersebut menunjukkan adanya senyawa terpenoid, steroid, alkaloid, saponin,
flavonoid, dan tanin. Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan yang mampu
mengikat radikal bebas sehingga dapat mengurangi stres oksidatif (Syamsuddin et
al., 2013) dan mampu menekan kematian sel pada sel β tanpa mengubah siklus sel
dalam pankreas (Jayanti, 2016). Beberapa senyawa pada kulit pisang yang
umumnya menjadi limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan, antikanker,
maupun antiviral.
Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
sediaan herbal dengan air pada suhu 90ºC selama 30 menit. Selanjutnya sediaan
dapat disimpan dalam lemari pendingin atau di tempat yang teduh dan hanya
dapat digunakan maksimal 48 jam setelah proses pembuatan. Pertimbangan lain
memilih bentuk sediaan ini dikarenakan proses yang diperlukan sederhana dan
mudah. Jika bahan yang digunakan tidak mengandung bahan berkhasiat keras,
maka untuk 100 bagian dekok harus dipergunakan 10 bagian dari bahan dasar atau
simplisia (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian aktivitas
antihiperglikemik menggunakan dekokta kulit pisang raja pada mencit jantan
galur Swiss yang terbebani sukrosa. Penelitian ini menggunakan metode uji
toleransi gula oral untuk melihat efek antihiperglikemik dekokta kulit buah pisang
raja dengan menyuntikkan sukrosa secara peroral pada mencit. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait manfaat kulit buah
pisang raja untuk menurunkan kadar gula darah pada masyarakat sehingga limbah
kulit buah pisang raja dapat diolah.

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai aktivitas antihiperglikemik dekokta kulit pisang raja pada
mencit jantan galur Swiss ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah.

Bahan Penelitian
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mencit jantan
galur Swiss bobot 20-30 gram, umur 2-3 bulan, serta dalam keadaan sehat yang
diperoleh dari Abadi Jaya Yogyakarta, kulit pisang raja diperoleh dari Pasar Saka
Selabung Muaradua Sumatera Selatan, acarbose tablet 50 mg Dexa® yang
diperoleh dari Apotek Lunar Yogyakarta, sukrosa PA (Pro Analisis) dan akuades
yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, strip pengukur kadar gula darah Accu-chek® yang
diperoleh dari Sumbermas Medika Yogyakarta. Serta larutan etanol 70%, HCl
pekat, serbuk magnesium, HCl 2N, reagen Mayer, dan kertas saring yang
diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: oven (Memmert®),
mesin penyerbuk (Retsch®), ayakan nomor mesh 40 dan 50, beaker glass, gelas
ukur, labu ukur, pipet tetes, pipet volume, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®),
timbangan analitik (Mettler Toledo®), panci dekokta, penangas air, statif,
termometer, stopwatch, spuit oral, kain flanel, glucometer (Accu-chek®), wadah
hewan uji, corong pisah, tabung reaksi dan tabung uji.

Tata Cara Penelitian


Pengumpulan kulit pisang raja
Kulit pisang raja dalam penelitian ini didapatkan dari Pasar Saka
Selabung Muaradua Sumatera Selatan dengan tingkat kematangan 5-7 (Soltani et
al., 2011).

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Determinasi kulit pisang raja


Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pembuatan simplisia kulit pisang raja


Kulit pisang raja yang masih segar dicuci dengan menggunakan air
mengalir, kemudian ditiriskan dan dipotong. Lalu diletakkan pada tampah bambu
dan dikeringkan dengan oven suhu 45-50ºC selama 24 jam atau hingga benar-
benar kering. Lalu kulit pisang diserbuk dengan mesin penyerbuk dan diayak
dengan ayakan nomor mesh 40 dan 50.

Penetapan kadar air serbuk kering kulit pisang raja


Penetapan kadar air pada serbuk bertujuan untuk memastikan bahwa
serbuk yang akan digunakan sudah sesuai dengan persyaratan BPOM yang
menyatakan bahwa persen kadar air baik untuk serbuk simplisia yaitu ≤ 10%
(BPOM, 2014). Penetapan kadar air dilakukan dengan menimbang sebanyak ± 5 g
serbuk kulit pisang, kemudian dimasukkan ke dalam alat moisture balance dan
diratakan. Serbuk dipanaskan pada suhu 105ºC selama 15 menit, lalu % kadar air
akan muncul pada alat secara otomatis (Clarita, 2019; Pradita, 2017).

Pembuatan dekokta kulit pisang raja


Serbuk kering kulit pisang raja ditimbang 10 gram lalu dimasukkan ke
dalam panci. Selanjutnya dibasahi dengan akuades sebanyak 16 ml. Kemudian
campuran dipanaskan di atas penangas air pada suhu 90ºC selama 30 menit dan
diaduk setiap 5 menit sekali. Setelah 30 menit, campuran diambil dan diperas
dengan menggunakan kain flanel, lalu ditambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh dekokta dengan volume 100 ml (Badan Pengawas Obat
dan Makanan RI, 2012).

Pengujian fitokimia
Uji saponin

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lima mililiter dekokta kulit pisang raja dimasukkan ke dalam tabung


reaksi, kemudian ditambahkan 20 ml akuades dan dikocok. Bila timbul busa atau
buih yang stabil, cairan menunjukkan adanya saponin (Hamad et al., 2017).
Uji flavonoid.
Lima mililiter sediaan dekokta dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 2 ml etanol 70%, kemudian ditambahkan 500 mg serbuk magnesium
dan beberapa tetes HCl pekat. Jika terbentuk warna jingga hingga merah, cairan
menunjukkan sediaan mengandung flavonoid (Hamad et al., 2017).
Uji alkaloid.
Lima mililiter dekokta dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan HCl 2N sebanyak 5 ml dan dipanaskan pada penangas air. Setelah
dingin, disaring dan filtrat ditambahkan reagen Mayer. Jika cairan menjadi keruh
atau ada endapan, maka sediaan mengandung alkaloid (Hamad et al., 2017).

Penentuan jumlah hewan uji


Pada penelitian ini, perhitungan jumlah hewan uji menggunakan rumus
Federer, yaitu:
(n-1) (t-1) ≥ 15
Catatan:
n : jumlah hewan uji per kelompok
t : jumlah kelompok uji
(Arimbi dan Yuwono, 2016).
Jumlah kelompok uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 6
kelompok sehingga berdasarkan rumus Federer di atas diketahui bahwa jumlah
minimal tiap kelompok uji yaitu 5 ekor hewan uji.

Pengelompokan dan perlakuan hewan uji


Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit yang sudah diadaptasikan
selama kurang lebih 18-24 jam, kemudian dibagi secara acak menjadi 6
kelompok. Masing-masing kelompok dipuasakan selama 16-20 jam, namun hanya
diberikan minum. Kelompok I sebagai kontrol normal diberikan akuades secara

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

peroral dengan dosis 25 g/KgBB (Fransisca et al., 2018). Lalu kelompok II


merupakan kontrol sukrosa 12% b/v, kelompok III sebagai kontrol acarbose yang
diberikan suspensi acarbose secara peroral dengan dosis 0,08 g/KgBB. Kelompok
IV, V, dan VI sebagai perlakuan yang diberikan dekokta kulit pisang raja secara
peroral dengan 3 peringkat dosis yaitu 833,3; 1666,7; 3333,3 mg/KgBB. Induksi
sukrosa 12% b/v diberikan pada kontrol sukrosa, kontrol acarbose, dan kelompok
perlakuan secara peroral 30 menit setelah perlakuan masing-masing kelompok.
Menurut Gunawan-Puteri et al. (2018), kadar gula darah mencit diukur pada menit
ke-0 sebelum perlakuan dan menit ke-15, 30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian
sukrosa. Darah diambil melalui vena lateralis ekor mencit, kemudian dilakukan
pengukuran dengan menggunakan alat cek gula darah (Accu-chek®).

Analisa kadar gula darah


Setelah memperoleh kadar gula darah, dilanjutkan dengan pembuatan
grafik nilai kadar gula darah pada menit ke-0 hingga menit ke-120 menggunakan
metode trapesium atau AUC t0-tn, dan perhitungan % penghambatan AUC
terhadap kontrol sukrosa. Perhitungan AUC t0-tn, % penghambatan atau PKGD
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
t : waktu (menit)
C : kadar gula darah (mg/dL)
AUC t0-tn : luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 hingga waktu ke-n

)
[ )]
)
Keterangan:
% PKGD : Persen Penurunan Kadar Gula Darah
AUC Perlakuan : Area Under Curve perlakuan DKP
AUC (-) : Area Under Curve kontrol normal

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

AUC Kontrol Sukrosa : Area Under Curve kontrol sukrosa

Analisis statistik
Data AUC0-120 kemudian dianalisis secara statistik untuk menentukan
apakah data terdistribusi normal atau tidak dengan uji Shapiro-Wilk yang
merupakan persyaratan analisis secara parametrik. Jika data yang didapat
terdistribusi normal, maka dilakukan analisis selanjutnya menggunakan ANOVA
One Way dengan taraf kepercayaan 95%. Setelah uji ANOVA One Way jika p <
0,05, maka dilakukan analisis lanjutan yaitu Post-Hoc untuk melihat apakah data
memiliki perbedaan yang bermakna atau tidak. Pada penelitian ini, dilakukan uji
Post-Hoc untuk data yang terdistribusi normal yaitu uji Bonferroni untuk data
dengan varian sama. Kemudian jika hasil yang didapatkan nilai p < 0,05, maka
perbedaan rerata antara dua kelompok data berbeda bermakna dan jika p > 0,05,
maka data berbeda namun tidak bermakna (Dahlan, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek antihiperglikemik
yang dimiliki kulit pisang raja pada mencit jantan galur Swiss yang diberi beban
sukrosa dan mengetahui dosis yang efektif pemberian DKP pada mencit jantan
galur Swiss yang diberi beban sukrosa. Penelitian ini telah mendapat persetujuan
dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
dengan nomor referensi yaitu KE/FK/0838/EC/2020.

Pengumpulan dan Determinasi Buah Pisang Raja


Kulit pisang raja yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Pasar Saka Selabung Muaradua Sumatera Selatan dengan kriteria tingkat
kematangan 5-7, serta tidak busuk. Buah pisang raja yang diperoleh telah
dideterminasi di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan nomor referensi 618/LKTO/Far-
USD/XI/2020. Hasil determinasi menyatakan bahwa kulit pisang yang digunakan

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam penelitian ini adalah benar buah pisang Musa AAB (Pisang Raja subgrup)
'Pisang Raja' (Pisang Raja).

Pembuatan Serbuk dan Penetapan Kadar Air Serbuk Pisang Raja


Kulit pisang raja dikeringkan terlebih dahulu menggunakan oven dengan
suhu 40-50°C selama 24 jam, kemudian diserbuk, dan selanjutnya diayak
menggunakan ayakan dengan nomor mesh 40 dan 50. Proses pengayakan
bertujuan agar serbuk yang dihasilkan tidak terlalu kecil ataupun tidak terlalu
besar. Apabila serbuk yang dihasilkan terlalu kecil, maka akan muncul agregat.
Namun jika serbuk terlalu besar, maka dapat menyebabkan kontak antar pelarut
dengan serbuk menjadi lebih kecil (Febrianty, 2017). Diharapkan serbuk yang
diperoleh dapat larut sempurna pada saat akan direbus selama 30 menit.
Penentuan kadar air serbuk kulit pisang raja pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan alat moisture balance. Hasil rata-rata kadar air yang
diperoleh yaitu sebesar 12,837%. Hasil ini lebih tinggi dari persyaratan kadar air
yang baik dalam sediaan serbuk yaitu kurang dari 10% (Badan Pengawas Obat
dan Makanan RI, 2014). Hasil tersebut menyatakan bahwa kulit pisang raja yang
diperoleh sebaiknya tidak disimpan dalam waktu yang lama untuk mencegah
pertumbuhan jamur maupun mikroorganisme lain. Menurut Safrina dan
Priyambodo (2018), menyatakan bahwa ketinggian tempat tumbuh serta jenis
pengeringan dapat mempengaruhi kadar air pada serbuk simplisia.

Pembuatan Sediaan Dekokta Kulit Pisang Raja


Serbuk yang telah dikeringkan kemudian dibuat dalam bentuk dekokta
dengan cara mengekstraksi 10 gram simplisia dengan air pada suhu 90ºC selama
30 menit dan sediaan dapat digunakan selama 48 jam setelah pembuatan (BPOM,
2012). Proses pembuatan dekokta yang mudah dan banyak diminati oleh
masyarakat Indonesia menjadi alasan pemilihan bentuk sediaan pada penelitian
ini. Akuades adalah pelarut yang digunakan dalam pembuatan DKP. Menurut
Saputri et al. (2020), ekstrak air Musa acuminate x Musa balbisiana (ABB cv)
mengandung senyawa mengandung terpenoid, steroid, alkaloid, saponin,

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

flavonoid, dan tanin. Selain itu, Indrawati et al. (2015) juga menyatakan bahwa
ekstrak air Musa paradisiaca L. mengandung flavonoid, fenolik, saponin, dan
tanin. Pada DKP ini, diharapkan terdapat senyawa alkaloid, flavonoid, dan tanin
yang dapat memberikan efek penurunan kadar gula darah.

Uji Tabung
Pada penelitian ini, dilakukan skrining uji fitokimia secara kualitatif
dengan menggunakan uji tabung untuk mengetahui kandungan yang terdapat
dalam sediaan DKP (Rizki, 2019). Uji tabung kualitatif yang dilakukan yaitu uji
flavonoid, alkaloid, dan saponin.

Tabel I. Hasil Uji Tabung Fitokimia pada Dekokta Kulit Pisang Raja
Uji Fitokimia Hasil Keterangan
Flavonoid
Terjadi perubahan
(5 ml DKP + 2 ml etanol 70% + 500 mg
+ warna menjadi
serbuk magnesium + beberapa tetes HCl
jingga
pekat).
Alkaloid
(5 ml DKP + HCl 2N sebanyak 5 ml dan
Tidak terjadi
dipanaskan pada penangas air, lalu setelah -
perubahan warna
dingin disaring dan filtrat ditambahkan reagen
Mayer).
Saponin
+ Terdapat buih
(5 ml DKP + 20 ml akuades lalu dikocok)

Berdasarkan hasil pada tabel I, terdapat perubahan warna menjadi jingga


pada DKP yang ditambahkan etanol 70%, serbuk magnesium dan HCl pekat. Hal
ini menunjukkan jika DKP mengandung senyawa flavonoid (Hamad et al., 2017;
Rizki, 2019). DKP mengandung saponin yang ditandai dengan adanya buih atau
busa yang stabil setelah dilakukan penambahan akuades dan dikocok (Hamad et
al., 2017). Pada DKP yang ditambahkan HCl 2N dan reagen Mayer, tidak terdapat
endapan sehingga dapat disimpulkan pada sediaan ini tidak terdapat senyawa
alkaloid. Terdapat perbedaan dengan hasil penelitian Saputri et al. (2020) dan
Indrawati et al. (2015) yang menyatakan bahwa metabolit sekunder yang banyak
terdapat pada ekstrak air Musa paradisiaca yaitu flavonoid, alkaloid, serta

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

saponin. Penelitian Dewi et al. (2013) menyatakan hal ini dapat disebabkan oleh
perbedaan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
senyawa yang terkandung.

Pengujian Aktivitas Antihiperglikemik DKP


Penelitian aktivitas antihiperglikemik kulit pisang raja menggunakan
metode uji toleransi gula oral berupa pemberian sukrosa secara peroral. Metode
UTGO dapat menunjukkan terjadinya kondisi hiperglikemik sesaat atau kenaikan
kadar gula darah dengan cepat tanpa merusak sel β pankreas (Fransisca, 2017).
Menurut Setiahani (2019); Togubu et al. (2013), dan Ayu et al. (2014), pemberian
beban sukrosa pada mencit menyebabkan terjadinya kenaikan kadar gula darah 2-
3 kali lipat pada menit ke 15 sampai 30. Sukrosa banyak ditemui pada beberapa
produk biskuit, serta makanan dan minuman yang mengandung gula berbahan
dasar tebu (Qonitah et al., 2016).
Pada penelitian ini, digunakan 30 ekor mencit yang dibagi secara acak ke
dalam 6 kelompok. Sebelum diberikan perlakuan, mencit dipuasakan terlebih
dahulu selama 16-20 jam. Hal ini bertujuan untuk mencegah asupan makanan
yang dapat mempengaruhi hasil dari pengujian, serta menjaga agar kadar gula
darah tetap stabil (Fitrianingsih et al., 2015).
Accu-chek® digunakan sebagai alat untuk mengukur kadar gula darah
mencit pada menit ke-0 sebelum diberikan perlakuan dan menit ke-15, 30, 60, 90,
serta 120 setelah diberikan sukrosa. Pengambilan darah pada mencit dilakukan
melalui vena lateralis yang terdapat pada ekor mencit. Kemudian hasil tersebut
dihitung dengan metode trapezoid untuk mendapatkan nilai Area Under Curve
pada menit ke-0 hingga menit ke-120.
Hasil uji rata-rata AUC0-120 dianalisis secara statistik dengan
menggunakan Shapiro-Wilk yang menyatakan bahwa nilai p > 0.05 yang
menunjukkan bahwa data yang dimiliki terdistribusi secara normal Kemudian
dilakukan analisis menggunakan uji ANOVA One Way dengan taraf kepercayaan
95% dan didapatkan hasil p < 0,05 yang menyatakan varian sama dan dilanjutkan
analisis Post-Hoc menggunakan uji Bonferroni.

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel II. Rerata Nilai AUC0-120 dari Tiap Kelompok Perlakuan

Rata-rata AUC0-120 ± % Penghambatan


Kelompok Perlakuan
SD (mg.menit/dL) (%)
Kontrol Normal 9637,5 ± 1276.8 -
Kontrol Acarbose + Sukrosa 11781,0 ± 610.8 82,9
Kontrol Sukrosa 22173,0 ± 1114.6 -
DKP Dosis Rendah + Sukrosa 12949,5 ± 788.4 73,58
DKP Dosis Sedang + Sukrosa 12745,5 ± 737.4 75,21
DKP Dosis Tinggi + Sukrosa 13831,5 ± 1368.5 66,54
Keterangan:
SD : Standar deviasi
Kontrol Normal : Akuades dosis 25 mg/KgBB
Kontrol Sukrosa : Sukrosa dosis 4 mg/KgBB
Kontrol Acarbose : Acarbose dosis 0,08 g/KgBB dan sukrosa 4 mg/KgBB
DKP Dosis Rendah : Dekokta kulit pisang raja dosis 833,3 mg/KgBB dan
sukrosa dosis 4 mg/KgBB
DKP Dosis Sedang : Dekokta kulit pisang raja dosis 1666,7 mg/KgBB dan
sukrosa dosis 4 mg/KgBB
DKP Dosis Tinggi : Dekokta kulit pisang raja dosis 3333,3 mg/KgBB dan
sukrosa dosis 4 mg/KgBB

Waktu vs Rata-rata Kadar Gula Darah


250

200
Kadar Gula Darah (mg/dL)

150

100

50

0
0 15 30 60 90 120
Waktu (Menit)
Kontrol Negatif Kontrol Gula Kontrol Positif
DKP Dosis Rendah DKP Dosis Sedang DKP Dosis Tinggi

Gambar 1. Kurva Hubungan antara Waktu dan Kadar Gula Darah Setiap
Kelompok Perlakuan Mencit Jantan

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel III. Hasil Uji Post-Hoc AUC0-120 Kadar Gula Darah Setiap Kelompok
Perlakuan

DKP DKP DKP


Kontrol Kontrol Kontrol
Dosis Dosis Dosis
Normal Sukrosa Acarbose
Rendah Sedang Tinggi
Kontrol
BB BB BB BB BB
Normal
Kontrol
BB BB BB BB BB
Sukrosa
Kontrol
BB BB BTB BTB BTB
Acarbose
DKP
Dosis BB BB BTB BTB BTB
Rendah
DKP
Dosis BB BB BTB BTB BTB
Sedang
DKP
Dosis BB BB BTB BTB BTB
Tinggi
Keterangan:
BB : Berbeda bermakna (p < 0,05)
BTB : Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
DKP : Dekokta kulit pisang raja

Kelompok kontrol normal


Data tabel II menyatakan bahwa kelompok yang diberi akuades dengan
dosis 25 g/KgBB memiliki hasil rata-rata AUC0-120 ± SD yaitu 9637,5 ± 1276.8
mg.menit/dL. Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa tidak terjadi efek
antihiperglikemik pada kelompok ini dan kadar gula darah cenderung stabil yaitu
91-75 mg/dL. Hal ini sesuai dengan penelitian milik Yusuf dan Wati (2019) dan
Fransisca (2017) yang menyatakan jika akuades tidak menyebabkan terjadinya
penurunan kadar gula darah dan kadar gula darah stabil dibawah 150 mg/dL.

Kelompok kontrol sukrosa


Pada penelitian ini, digunakan sukrosa dengan dosis 4 mg/KgBB untuk
menginduksi kadar gula darah pada mencit. Berdasarkan tabel II, dapat dilihat

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahwa rata-rata nilai AUC0-120 ± SD pada kontrol sukrosa yaitu 22173,0 ± 1114.6
mg.menit/dL. Tabel III menunjukkan bahwa nilai AUC0-120 kontrol sukrosa jika
dibandingkan dengan AUC0-120 kontrol normal, secara statistik menyatakan hasil
yaitu berbeda bermakna, yang artinya terjadi peningkatan kadar gula darah pada
hewan uji kontrol sukrosa. Gambar 1 menunjukkan hewan uji memiliki puncak
peningkatan kadar gula darah pada menit ke-15. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setiahani (2019) dan Jo et al. (2011). Setiahani (2019) dan Jo
et al. (2011) menyatakan bahwa kadar gula darah pada mencit akan mengalami
peningkatan pada menit ke-15 setelah diberikan sukrosa dan kembali normal pada
menit ke-120.

Kelompok kontrol acarbose


Pada kelompok acarbose ini diberikan dosis 0,08 g/KgBB dan sukrosa
dengan dosis 4 mg/KgBB (Gunawan-Puteri et al., 2018). Menurut He et al.
(2014), acarbose memiliki mekanisme yaitu menghambat enzim α-glukosidase
dan α-amilase pankreas sehingga memiliki aktivitas antihiperglikemik. Acarbose
sering digunakan sebagai kontrol obat yang sudah terbukti efek antihiperglikemik
atau digunakan sebagai pembanding. Hal ini dapat dilihat dari penelitian milik
Gunawan-Puteri et al. (2018). Pada tabel II, ditunjukkan bahwa rerata nilai AUC0-
120 ± SD kelompok kontrol acarbose yaitu sebesar 11781,0 ± 610.8 mg.menit/dL
dan % PKGD yaitu sebesar 82,9%. Tabel III menunjukkan jika kelompok kontrol
acarbose dibandingkan secara statistik dengan kontrol sukrosa, memberikan hasil
perbedaan bermakna (p < 0,05), dan bila dibandingkan dengan kontrol normal,
menunjukkan hasil perbedaan bermakna (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa acarbose dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit jantan galur
Swiss yang diberi beban sukrosa, namun tidak setara dengan kondisi normal.

Kelompok perlakuan dosis rendah


Pada kelompok ini, diberikan DKP secara peroral dengan dosis 833,3
mg/KgBB dan sukrosa dengan dosis 4 mg/KgBB. Pada tabel II menyatakan
bahwa nilai rerata AUC0-120 ± SD pada DKP dosis rendah yaitu 12949,5 ± 788.4

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mg.menit/dL dan % PKGD yang dihasilkan yaitu 73,58%. Pada tabel III,
ditunjukan bahwa DKP dosis rendah jika dibandingkan secara statistik dengan
kelompok kontrol sukrosa maupun kelompok kontrol normal sama-sama memiliki
hasil yang sama yaitu perbedaan yang bermakna dengan nilai p < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa DKP dosis rendah memiliki efek penurunan kadar gula darah
pada mencit jantan galur Swiss yang terbebani sukrosa, namun belum setara
dengan keadaan normal. Akan tetapi, jika dibandingkan antara DKP dosis rendah
dengan kelompok kontrol acarbose, DKP dosis rendah memberikan hasil
perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
DKP dosis rendah memiliki efek penurunan kadar gula darah yang setara dengan
acarbose.

Kelompok perlakuan dosis sedang


Kelompok perlakuan ini menggunakan DKP dengan dosis 1666,7
mg/KgBB dan sukrosa dengan dosis 4 mg/KgBB. Berdasarkan tabel II, rerata
nilai AUC0-120 ± SD pada DKP dosis sedang yaitu 12745,5 ± 737.4 mg.menit/dL
dan memiliki persen penghambatan kadar gula darah sebesar 75,21%. Tabel III
menjelaskan bahwa secara statistik jika DKP dosis sedang dibandingkan dengan
kontrol sukrosa ataupun kontrol normal, keduanya memiliki hasil yang sama yaitu
adanya perbedaan bermakna (p < 0,05). Hal ini menyatakan bahwa DKP dosis
sedang memiliki efek penurunan kadar gula darah, namun tidak setara dengan
kondisi normal. Namun jika DKP dosis sedang dibandingkan dengan kontrol
acarbose maupun DKP dosis rendah, DKP dosis sedang menunjukkan hasil
berbeda tidak bermakna (p > 0,05) yang menyatakan bahwa DKP dosis sedang
memiliki efek yang setara atau sebanding dengan acarbose dan DKP dosis rendah.

Kelompok perlakuan dosis tinggi


Pada kelompok perlakuan ini, diberikan DKP dengan dosis 3333,3
mg/KgBB dan sukrosa dengan dosis 4 mg/KgBB. Berdasarkan tabel II, nilai
rerata AUC0-120 ± SD pada DKP dosis tinggi yaitu 13831,5 ± 1368.5 mg.menit/dL
dengan persen penurunan kadar gula darah sebesar 66,54%. Tabel III menjelaskan

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahwa DKP dosis tinggi jika dibandingkan secara statistik dengan kelompok
kontrol sukrosa maupun kontrol normal, DKP dosis tinggi menunjukkan hasil
perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Hal ini menyatakan bahwa DKP dosis tinggi
memiliki efek penurunan kadar gula darah, namun belum setara dengan kondisi
normal. Selain itu, DKP dosis tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
acarbose maupun DKP dosis sedang memiliki hasil yaitu perbedaan yang tidak
bermakna (p > 0,05) yang memiliki arti bahwa DKP dosis tinggi memiliki efek
yang hampir sama atau setara dengan DKP dosis sedang maupun acarbose.
Efek antihiperglikemik yang ditimbulkan dari pemberian DKP dapat
disebabkan oleh adanya kandungan flavonoid maupun saponin yang diperoleh
dari hasil skrining fitokimia secara kualitatif pada tabel I. Penelitian Proenҫa et al.
(2017) dan Sarian et al. (2017) menyatakan bahwa flavonoid memiliki efek
antioksidan dan antihiperglikemik dengan penghambatan sisi aktif dari enzim α-
glukosidase yaitu Asp214 dan Glu276 oleh gugus hidroksil (-OH). Enzim α-
glukosidase berfungsi untuk memecah polisakarida menjadi monosakarida di usus
sehingga kadar glukosa darah meningkat setelah makan (Perkeni, 2015). Selain
itu, menurut Rege dan Chowdhary (2014), α-amilase menghidrolisis pati
kompleks menjadi oligosakarida dan α-glukosidase yang menghidrolisis
oligosakarida menjadi glukosa atau monosakarida lain, sehingga penghambatan
pada kedua enzim ini dapat mengurangi lama dan jumlah glukosa yang diserap
tubuh. Saponin memiliki efek antihiperglikemik dengan meningkatkan jumlah sel
β pankreas sehingga sekresi insulin akan meningkat dan menurunkan kadar gula
darah (Indrawati et al., 2015). Namun, dalam penelitian ini belum dilakukan
pengujian secara kuantitatif dengan menggunakan KLT sehingga tidak dapat
diketahui dengan pasti jumlah kadar flavonoid dan saponin dalam sediaan. Penulis
merasa perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait kadar flavonoid dan saponin
dalam dekokta kulit pisang raja.
Penambahan dosis pada sediaan seharusnya dapat meningkatkan respon.
Namun, tabel II menunjukkan bahwa peningkatan dosis dekokta kulit pisang raja
pada dosis 3333,3 mg/KgBB tidak diikuti dengan peningkatan persen
penghambatan kadar gula darah. Menurut Togubu et al. (2013), hal ini dapat

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

disebabkan oleh beberapa faktor seperti kejenuhan reseptor dan komponen


senyawa pada bahan alam yang tidak tunggal sehingga menyebabkan adanya
interaksi yang menyebabkan penurunan efek atau tidak dapat mencapai efek
maksimum.
Pada penelitian ini, belum dapat diperoleh dosis efektif karena dosis
efektif didefinisikan sebagai dosis perlakuan yang memiliki perbedaan bermakna
terhadap kontrol sukrosa dan perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol normal.
Ketiga peringkat dosis memberikan hasil yang berbeda yaitu perbedaan yang
bermakna terhadap kontrol sukrosa maupun kontrol normal. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan menggunakan beberapa peringkat
dosis yang lebih rendah dari 833,3 mg/KgBB.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa dekokta kulit
pisang raja tidak berpotensi untuk dikembangkan pada manusia. Namun, dekokta
kulit pisang raja memiliki kandungan senyawa yang diduga berperan dalam
memberikan efek penurunan kadar gula darah sehingga dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan menggunakan bentuk sediaan fraksi maupun ekstrak.

KESIMPULAN
Pada penelitian ini, disimpulkan bahwa sediaan dekokta kulit buah
pisang raja pada dosis 833,3 mg/KgBB, 1666,7 mg/KgBB, dan 3333,3 mg/KgBB
memiliki efek antihiperglikemik pada mencit jantan galur Swiss yang diberi beban
sukrosa. Namun, belum dapat ditentukan dosis efektif dari pemberian dekokta
kulit buah pisang raja.

SARAN
Perlu dilakukan pengujian kadar secara kuantitatif pada kandungan
fitokimia yang dapat menurunkan kadar gula darah dari sediaan dekokta kulit
buah pisang raja yaitu flavonoid dan saponin. Selain itu, perlu juga dilakukan
pengujian dengan menggunakan berbagai peringkat dosis kurang dari 833,3
mg/KgBB untuk menemukan dosis efektif pemberian DKP, serta dilakukan
pengujian dengan menggunakan jenis sediaan lain seperti fraksi atau ekstraksi.

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Adhayanti, I., Abdullah, T., dan Romantika, R., 2018. Uji Kandungan Total
Polifenol dan Flavonoid Ekstrak Etil Asetat Kulit Pisang Raja (Musa
paradisiaca var. Sapientum). Media Farmasi, 14(1), 146-152.
Ambarita, M.D.Y., Bayu, E.S., dan Setiado, H., 2015. Identifikasi Karakter
Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Agroekoteknologi, 4(1), 1911-1924.
American Diabetes Association, 2019. Standards of Medical Care in Diabetes-
2019. Diabetes Care, 42 (Supplement 1), S13-S14, S90-S94.
Arimbi, D., dan Yuwono, H.S., 2016. pH of Wound Fluids Treated Using Coffee
Powder and Bacitracin-Neomycin Powder. Global Journal of Surgery,
4(1), 9-11.
Arulmozhiraja, S. et al., 2016. Comparative Binding Analysis of Dipeptidyl
Peptidase IV (DPP-4) with Antidiabetic Drugs ± An Ab Initio Fragment
Molecular Orbital Study. PLoS ONE, 11(11), 1-5.
Ayu, R.D., Fatimawali, dan Citraningtyas, G., 2014. Uji Efektivitas Penurunan
Kadar Gula Darah Ekstrak Etanol Daun Sendok (Plantago major L.) pada
Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus novergicus) yang Diinduksi
Sukrosa. Pharmacon, 3(2), 134-140.
Ayuningtyas, M.F., 2010. Evaluasi Drug Therapy Problems Obat Hipoglikemia
Kombinasi pada Pasien Geriatri Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi
Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Januari-Juni 2009.
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Badan Pengawas Obat Makanan RI., 2012. Acuan Sediaan Herbal. BPOM RI,
Jakarta.
Badan Pengawas Obat Makanan RI., 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang
Persyaratan Mutu Obat Tradisional. BPOM, Jakarta.
Bartoli, E., Fra, G.P., dan Schianca, G.P.C., 2011. The Oral Glucose Tolerance
Test (OGTT) Revisited. European Journal of Internal Medicine, 22, 8-12.
Bawati, F.E.S., dan Linawati, Y., 2013. Efek Pemberian Jus Buah Pisang Kepok
(Musa paradisiaca forma typica) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus
Jantan Galur Wistar yang Terbebani Glukosa. Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas, 10(2), 87-94.
Clarita, K., 2019. Uji Efek Antihiperglikemik dari Infusa Biji Alpukat (Persea
americana Mill.) pada Mencit Jantan Galur Swiss yang Terbebani
Sukrosa. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
Indonesia.
Dahland, M.S., 2014. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba
Medika, Jakarta, pp. 10-13.
Dewi, I.D.A.D.Y., Astuti, K.W., dan Warditiani, N.K., 2013. Identifikasi
Kandungan Kimia Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.). Jurnal Farmasi Udayana, 2(4), 13.

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dewi, K.E.D.P., Jamaluddin, A.W., dan Rell, F., 2018. Uji Aktivitas Ekstrak
Etanol Kulit Pisang Mas (Musa Acuminata (AA Group)) Terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi
Aloksan. As-Swifaa, 10(2), 190-204.
Ernawati, A.O., Wahyuni, S., dan Rejeki, S., 2016. Kajian Pemanfaatan Limbah
Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca var. Raja) dalam Pembuatan Es
Krim. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan, 1(1), 67-72.
Etuk, E.U., 2010. Animals Models for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture
and Biology of North America, 1(2), 1130-134.
Febriyanti, Y., 2017. Aktivitas Antiinflamasi Dekokta Kulit Buah Mangga
(Mangifera indica L.) Indramayu pada Mencit Jantan Galur Swiss
Terinduksi Karagenin 1%. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, Indonesia.
Ferreira, O., dan Pinho, S.P., 2012. Solubility of Flavonoids in Pure Solvents.
Industrial and Engineering Chemistry Research, 51, 6586-6590.
Fitrianingsih, S.P., Mulqie, L., Lukmayani, Y., dan Liana, M., 2015. Efek
Pemberian Ekstrak Jamur Kuping Hitam Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah Secara In Vivo. Prosiding Seminar Nasional Penelitian
dan PKM Kesehatan, 1(1), 373.
Fransisca, 2017. Efek Penurunan Glukosa Darah dari Ekstrak Metanol Akar
Pasak Bumi pada Mencit Jantan Galur Swiss Terbebani Glukosa. Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Yogyakarta.
Fransisca, Kalangi, G.E., Saptasari, D.C., dan Hendra, P., 2018. The Effect of
Pasak Bumi Roots Towards Blood Glucose Level in Glucose-Loaded
Mice. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 15(1), 1-6.
Gunawan-Puteri, M.D.P.T., Rustandi, F., dan Hendra, P., 2018. Spray Dried
Aqueous Extract of Lemongrass (Cymbopogon citratus) Exhibits in Vitro
and in Vivo Anti Hyperglycemic Activities. Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas, 15(2), 55-61.
Hamad, A., Jumitera, S., Puspawiningtyas, E., dan Hartanti, D., 2017. Aktivitas
Antibakteri Infusa Kemangi (Ocimum basilicum L.) pada Tahu dan
Daging Ayam Segar. Inovasi Teknik Kimia, 2(1), 1-8.
He, K., Shi, J.C., dan Mao, X-M., 2014. Safety and Efficacy of Acarbose in The
Treatment of Diabetes in Chinese Patients. Therapeutics and Clinical Risk
Management, 2014(10), 505-511.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes
Mellitus Tipe 1. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
pp. 1-5.
Imam, M.Z., dan Akter, S., 2011. Musa paradisiaca L. and Musa sapientum L. :
A Phytochemical and Pharmacological Review. Journal of Applied
Pharmaceutical Science, 1(5), 14-20.
Indrawati, S., Yuliet, dan Ihwan, 2015. Efek Antidiabetes Ekstrak Air Kulit Buah
Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) Terhadap Mencit (Mus musculus)
Model Hiperglikemia. Galenika Journal of Pharmacy, 2(1), 133-140.

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jamal, S.A.N., Susilawaty, A., dan Azriful, 2016. Efektivitas Larvasida Ekstrak
Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca var. Raja) Terhadap Larva Aedes sp.
Instar III. Higiene, 2(2), 67-73.
Jami’ah, S.R., Ifaya, M., Pusmarani, J., dan Nurhikma, E., 2018. Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca
Sapientum) Dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Jurnal
Mandala Pharmacon Indonesia, 4(1), 33-38.
Jayanti, N., 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Pisang Kepok (Musa
paradisiaca L.) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit
Jantan (Mus musculus). Fakultas Farmasi Universitas Islam Negeri
Alauddin, Makassar, Makassar.
Jo, S.H. et al., 2011. In Vitro and in Vivo Anti-Hyperglycemic Effects of Omija
(Schizandra chinensis) Fruit. International Journal of Molecular Sciences,
2011(12), 1359-1370.
Lie, V., 2018. Kualitas Selai Lembaran Dengan Kombinasi Daging Buah Pisang
Raja (Musa paradisiaca L.) dan Albedo Pisang Raja (Musa paradisiaca
L.). Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta.
Liu, Y., Hu, Y., dan Liu, T., 2012. Recent Advances in Non-Peptidomimetic
Dipeptidyl Peptidase 4 Inhibitors: Medicinal Chemistry and Preclinical
Aspects. Current Medicinal Chemistry, 2012(19), 3982-3999.
Muflikhatur, S., dan Murwani, H., 2014. Perbedaan Pengaruh Antara Ekstrak
dan Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha) dalam Pencegahan
Peningkatan Kadar Kolesterol Total pada Tikus Sprague Dawley. Journal
of Nutrition College, 3(1), 142-149.
Munawar, R., Erlin, E., dan Sopyan, T., 2016. Uji Ekstrak Pelepah Tanaman
Pisang Raja (Musa paradisiaca var. Raja) Terhadap Zona Hambat Bakteri
Staphylococcus aureus Secara In-Vitro. Jurnal Pendidikan Biologi, 4(1),
90-96.
Ohadoma, S.C., dan Michael, H.U., 2011. Effects of co-administration of
methanol leaf extract of Catharanthus roseus on the hypoglycemic activity
of metformin and glibenclamide in rats. Asian Pasific Journal of Tropical
Medicine, 4(6), 475-477.
Ongelina, S., 2013. Daya Hambat Ekstra Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca
var. Raja) Terhadap Polibakteri Ulser Recurrent Aphthous Stomatitis
(Penelitian Semi Eksperimental Laboratoris). Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga, Surabaya.
Pane, E.R., 2013. Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Metanol Kulit
Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum). Valensi, 3(2), 76-81.
Panjaitan, A.P. et al., 2017. Efektivitas Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa
acuminata) dan Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum (wight) Walp)
Sebagai Agen Preventif terhadap Diabetes Melitus Tipe 2. Journal
Agromedicine Unila, 4(2), 321-325.
Perkeni, 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Di Indonesia 2015. PB Perkeni, Jakarta.

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Poerba, Y.S., et al., 2018. Deskripsi Pisang Koleksi Pusat Penelitian Biologi
LIPI. LIPI Press, Jakarta, pp. 156-159.
Proenҫa, C. et al., 2017. Α-Glucosidase Inhibition by Flavonoid: an in vitro and
in silico structure-activity relationship study. Journal of Enzyme Inhibition
and Medicinal Chemistry, 32(1), 1216-1228.
Putri, L.W., Yuniarni, U., dan Hazar, S., 2015. Uji Efek Antihiperglikemia
Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat dan Biji Alpukat (Persea
Americana Mill) terhadap Mencit Jantan (Mus Musculus) Swiss Webster
yang Diinduksi Aloksan. Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015, 1(2),
210-216.
Qonitah, S.H., Affandi, D.R., dan Basito, 2016. Kajian Penggunaan High
Fructose Syrup (HFS) Sebagai Pengganti Gula Sukrosa Terhadap
Karakteristik Fisik dan Kimia Biskuit Berbasis Tepung Jagung (Zea mays)
dan Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.). Jurnal Teknologi
Hasil Pertanian, 9(2), 9-21.
Rege, A.A., dan Chowdhary, A.S., 2014. Evaluation of Alpha-Amylase and
Alpha-Glucosidase Inhibitory Activities of Rhizophora Mucronata. IJPSR,
5(6), 2261-2265.
Rizki, N., 2019. Efek Antihiperglikemik Dekokta Daun Pepaya (Carica papaya
L.) pada Mencit Jantan Galur Swiss Terbebani Sukrosa. Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Rohmani, S., dan Anggraini, N., 2019. Formulasi Sediaan Body Lotion Ekstrak
Kulit Pisang dengan Variasi Konsentrasi Emulsifier. Annual Pharmacy
Conference UNS, 44-52.
Rosak, C., dan Mertes, G., 2012. Critical Evaluation of The Role of Acarbose in
The Treatment of Diabetes: Patient Considerations. Diabetes, Metabolic
Syndrome and Obesity: Targets and Therapy, 2012(5), 357-367.
Rukmana, R., 1999. Bertanam Buah-buahan di Pekarangan. Kanisius,
Yogyakarta. pp. 1-20.
Safrina, D., dan Priyambodo, W.J., 2018. Pengaruh Ketinggian Tempat Tumbuh
dan Pengeringan Terhadap Flavonoid Total Sambang Colok (Iresine
herbstii). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, 15(3), 156-162.
Saputri, A.P., Agustina, I., dan Fatmaria, 2020. Uji Antioksidan Ekstrak Air
Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate x Musa balbisiana (ABB cv))
dengan Metode ABTS (2,2 azinobis (3-etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat)
pada Berbagai Tingkat Kematangan. Jurnal Kedokteran, 1(8), 973-980.
Sarian, M.N. et al., 2017. Antioxidant and Antidiabetic Effects of Flavonoids: A
Structure-Activity Relationship Based Study. BioMed Research
International, 2017, 1-14.
Setiawati, V., 2019. Efek Antihiperglikemik Dekokta Biji Alpukat (Persea
americana Mill.) pada Mencit Jantan Galur Swiss yang Terbebani
Sukrosa. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
Yogyakarta.
Shiyan, S., Herlina, Arsela, D., dan Latifah, E., 2017. Aktivitas Antidiabetes
Ekstrak Etanolik Daun Kopi Robusta (Coffea canephora) pada Tikus

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Diabetes Tipe 2 yang Diberi Diet Lemak Tinggi dan Sukrosa. Jurnal
Farmasi Sains dan Praktis, 3(2), 39-46.
Soltani, M., Alimardani, R., dan Omid, M., 2011. Design and Development of a
Portable Banana Ripeness Inspection System. Journal of American
Science, 7(6), 401-405
Syamsuddin, S.M.S., Edy, H.J., dan Supriati, H.S., 2013. Uji Efektivitas Ekstrak
Kulit Pisang Goroho (Musa Acuminate L.) Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Sukrosa. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(1), 35-41.
Togubu, S., Momuat, L., Paendong, J.E., dan Salma, N., 2014. Aktivitas
Antihiperglikemik dari Ekstrak Etanol dan Heksana Tumbuhan Suruhan
(Peperomia pellucida [L.] Kunth) pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus
L.) yang Hiperglikemik. Jurnal MIPA Unsrat Online, 2(2), 109-114.
Utami, R.N., 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca
var. Raja) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit Jantan (Mus
musculus). Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin, Makassar, Makassar.
Yusuf, M.I. et al., 2018. Antioxidant and Antidiabetic Potensial of Galing Stem
(Cayratia trifolia Domin). Pharmacognosy Journal.,10(4), 686-689.
Yusoff, N.A. et al., 2015. Aqueous Extract of Nypa fruticans Wurmb. Vinegar
Alleviates Postprandial Hyperglycemia in Normoglycemic Rats. Nutrients,
2015(7), 7012-7026.
Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., dan Dipiro, C.V., 2009.
Pharmacotherapy Handbook. Mc Graw-Hills Publication, New York, pp.
210-226.
WHO, 2016. Global Report on Diabetes. World Health Organization,
Switzerland, Europe.
Wongnawa, M., Tohkayomatee, R., Bumrungwong, N., dan Wongnawa, S.,
2014. Alpha-Glucosidase Inhibitory Effect and Inorganic Constituents of
Phyllanthus amarus Schum. & Thonn. Ash. Songklanakarin
J.Sci.Technology, 36(5), 541-536.

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Surat Pengesahan Determinasi Tanaman Pisang Raja

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian Clinical


Epidemiology and Biostatics Unit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Pengukuran Kadar Air Menggunakan Mesin Moisture Balance

Gambar 2. Penimbangan Gambar 3. Hasil Setelah Dilakukan


Serbuk Simplisia Pengukuran

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Dekokta Kulit Pisang Raja

Penetapan kadar dosis tertinggi dekokta kulit pisang raja yaitu:


D x BB = C x V
D x 30 g = 10 g/100 mL x 1 mL
D x 30 g =10 mg/mL x 1 mL
D =0,3333 mg/gBB
D =3333,3 mg/KgBB
Keterangan:
D : Dosis (mg/KgBB)
BB : Bobot badan mencit (gram)
C : Konsentrasi (mg/mL)
V : Volume (mL)

Pada penelitian ini dua dosis lain diperoleh dengan membagi 2 dari dosis yang
didapatkan, sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu: 833,3; 1666,7; 3333,3
mg/KgBB.

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Buah, Serbuk dan Dekokta Kulit Pisang Raja

Gambar 4. Buah Pisang Raja Gambar 5. Serbuk Kulit Pisang Raja

Gambar 6. Dekokta
Kulit Pisang Raja

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Hasil Uji Tabung Fitokimia

Gambar 7. Sebelum Gambar 8. Setelah Uji


Uji Flavonoid Flavonoid

Gambar 9. Sebelum Gambar 10. Setelah Uji


Uji Alkaloid Alkaloid

Gambar 11. Sebelum Gambar 12. Setelah Uji


Uji Saponin Saponin

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8. Pengukuran Kadar Gula Darah pada Ekor Mencit Jantan Galur
Swiss Menggunakan Accu-chek

Gambar 13. Gambar 14. Hasil Pengukuran


Pengambilan Darah Kadar Gula Darah
Melalui Vena Lateralis

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Rata-Rata Kadar Gula Darah Setiap Kelompok Perlakuan Mencit


Jantan

Rata-Rata Kadar Gula darah (mg/dL) Rata-Rata


Kelompok AUC0-120 ± SD
0 15 30 60 90 120
Perlakuan (mg.menit/dL)
Kontrol 93,0 ± 80,2 ± 76,4 ± 85,0 ± 78,2 ± 74,8 ±
9637,5 ± 1276,8
Negatif 12,2 15,5 13,3 16,9 15,5 9
Kontrol 103,6 232,6 217,6 192,0 173,6 136,2 22173,0 ±
Sukrosa ± 10,7 ± 19,6 ± 19,9 ± 17,5 ± 12,0 ± 19,5 1114,6
Kontrol 85,8 ± 91,0 ± 110,2 101,8 96,9 ± 89,4 ±
11781,0 ± 610,8
Acarbose 9,4 4,5 ± 8,8 ± 13,0 7,7 5,8
DKP Dosis 87 ± 166,2 122,4 105,6 88,8 ± 81,2 ±
12949,5 ± 788,3
Rendah 5,9 ± 15,3 ± 19,2 ± 14,1 12,9 6,5
DKP Dosis 82,4 ± 160 ± 134,2 98,2 ± 85,8 ± 79,2 ±
12745,5 ± 737,4
Sedang 11,4 15,4 ± 8,8 10,2 15,8 8,1
DKP Dosis 92,8 ± 150,2 147,4 109 ± 97,4 ± 91,6 ± 13831.5 ±
Tinggi 11,1 ± 7,7 ± 7,6 17,2 11,8 18,6 1368,5

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10. Uji Statistik Data AUC0-120 Kadar Gula Darah pada Tiap
Kelompok Perlakuan Uji

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


perlakuan (Isabela
Alfin) Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

AUC0-120 Kontrol Normal


.204 5 .200* .942 5 .679
Kadar Gula (Akuades)
Darah Mencit
Kontrol Positif
.292 5 .190 .885 5 .331
(Acarbose)

Kontrol Gula
.352 5 .042 .780 5 .055
(Sukrosa)

Perlakuan Dosis
Rendah (833,34 .281 5 .200* .803 5 .085
mg/KgBB)

Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67 .229 5 .200* .941 5 .676
mg/KgBB)

Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33 .170 5 .200* .986 5 .963
mg/KgBB)

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Oneway

Descriptives

AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit

95% Confidence
Interval for Mean

Std. Std. Lower Upper Minimu Maxi


N Mean Deviation Error Bound Bound m mum

Kontrol
1276.8075 571.005 8052.134 11222. 8302.5 11437
Normal 5 9637.5000
4 69 0 8660 0 .50
(Akuades)

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kontrol
11781.000 273.162 11022.57 12539. 11212. 12652
Positif 5 610.81042
0 73 87 4213 50 .50
(Acarbose)

Kontrol
22173.000 1114.5969 498.462 20789.04 23556. 21262. 24105
Gula 5
0 0 89 52 9548 50 .00
(Sukrosa)

Perlakuan
Dosis
12949.500 352.560 11970.63 13928. 12045. 13650
Rendah 5 788.34954
0 63 48 3652 00 .00
(833,34
mg/KgBB)

Perlakuan
Dosis
12745.500 329.783 11829.87 13661. 11910. 13905
Sedang 5 737.41822
0 45 43 1257 00 .00
(1666,67
mg/KgBB)

Perlakuan
Dosis
Tinggi 13831.500 1368.4715 611.999 12132.31 15530. 12127. 15652
(3333,33 5
0 5 08 81 6819 50 .50
mg/KgBB)

Total
13853.000 4118.0065 751.841 12315.31 15390. 8302.5 24105
30
0 8 70 11 6889 0 .00

Test of Homogeneity of Variances

AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.936 5 24 .476

ANOVA

AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 466646775.000 5 93329355.000 89.116 .000

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Within Groups 25134592.500 24 1047274.688

Total 491781367.500 29

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit

95% Confidence
Interval
(I) Mean
Kelompok (J) Kelompok Difference (I- Std. Lower Upper
perlakuan perlakuan J) Error Sig. Bound Bound

Bonferr Kontrol Kontrol -


647.2
oni Normal Positif -2143.50000* .044 4252.430 -34.5695
3247
(Akuades) (Acarbose) 5

Kontrol Gula - -
- 647.2
(Sukrosa) * .000 14644.43 10426.569
12535.50000 3247
05 5

Perlakuan
-
Dosis Rendah * 647.2 -
-3312.00000 .000 5420.930
(833,34 3247 1203.0695
5
mg/KgBB)

Perlakuan
-
Dosis Sedang 647.2
-3108.00000* .001 5216.930 -999.0695
(1666,67 3247
5
mg/KgBB)

Perlakuan
-
Dosis Tinggi 647.2 -
-4194.00000* .000 6302.930
(3333,33 3247 2085.0695
5
mg/KgBB)

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kontrol Kontrol
647.2
Positif Normal 2143.50000* .044 34.5695 4252.4305
3247
(Acarbose) (Akuades)

Kontrol Gula -
- 647.2 -
(Sukrosa) * .000 12500.93
10392.00000 3247 8283.0695
05

Perlakuan
-
Dosis Rendah 647.2 1.00
-1168.50000 3277.430 940.4305
(833,34 3247 0
5
mg/KgBB)

Perlakuan
-
Dosis Sedang 647.2 1.00
-964.50000 3073.430 1144.4305
(1666,67 3247 0
5
mg/KgBB)

Perlakuan
-
Dosis Tinggi 647.2
-2050.50000 .062 4159.430 58.4305
(3333,33 3247
5
mg/KgBB)

Kontrol Kontrol
647.2 10426.56 14644.430
Gula Normal 12535.50000* .000
3247 95 5
(Sukrosa) (Akuades)

Kontrol
647.2 8283.069 12500.930
Positif 10392.00000* .000
3247 5 5
(Acarbose)

Perlakuan
Dosis Rendah 647.2 7114.569 11332.430
9223.50000* .000
(833,34 3247 5 5
mg/KgBB)

Perlakuan
Dosis Sedang 647.2 7318.569 11536.430
9427.50000* .000
(1666,67 3247 5 5
mg/KgBB)

Perlakuan
Dosis Tinggi 647.2 6232.569 10450.430
8341.50000* .000
(3333,33 3247 5 5
mg/KgBB)

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perlakuan Kontrol
647.2 1203.069
Dosis Normal 3312.00000* .000 5420.9305
3247 5
Rendah (Akuades)
(833,34
mg/KgBB) Kontrol
647.2 1.00 -
Positif 1168.50000 3277.4305
3247 0 940.4305
(Acarbose)

Kontrol Gula -
647.2 -
(Sukrosa) -9223.50000* .000 11332.43
3247 7114.5695
05

Perlakuan
-
Dosis Sedang 647.2 1.00
204.00000 1904.930 2312.9305
(1666,67 3247 0
5
mg/KgBB)

Perlakuan
-
Dosis Tinggi 647.2 1.00
-882.00000 2990.930 1226.9305
(3333,33 3247 0
5
mg/KgBB)

Perlakuan Kontrol
647.2
Dosis Normal 3108.00000* .001 999.0695 5216.9305
3247
Sedang (Akuades)
(1666,67
mg/KgBB) Kontrol -
647.2 1.00
Positif 964.50000 1144.430 3073.4305
3247 0
(Acarbose) 5

Kontrol Gula -
647.2 -
(Sukrosa) -9427.50000* .000 11536.43
3247 7318.5695
05

Perlakuan
-
Dosis Rendah 647.2 1.00
-204.00000 2312.930 1904.9305
(833,34 3247 0
5
mg/KgBB)

Perlakuan
-
Dosis Tinggi 647.2 1.00
-1086.00000 3194.930 1022.9305
(3333,33 3247 0
5
mg/KgBB)

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perlakuan Kontrol
647.2 2085.069
Dosis Normal 4194.00000* .000 6302.9305
3247 5
Tinggi (Akuades)
(3333,33
mg/KgBB) Kontrol
647.2
Positif 2050.50000 .062 -58.4305 4159.4305
3247
(Acarbose)

Kontrol Gula -
647.2 -
(Sukrosa) -8341.50000* .000 10450.43
3247 6232.5695
05

Perlakuan
-
Dosis Rendah 647.2 1.00
882.00000 1226.930 2990.9305
(833,34 3247 0
5
mg/KgBB)

Perlakuan
-
Dosis Sedang 647.2 1.00
1086.00000 1022.930 3194.9305
(1666,67 3247 0
5
mg/KgBB)

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Aktivitas


Antihiperglikemik Dekokta Kulit Pisang Raja pada
Mencit Galur Swiss yang Terbebani Sukrosa” memiliki
nama lengkap Isabela Alfin Kusuma Utomo, merupakan
anak tunggal. Penulis lahir di Yogyakarta, pada tanggal
10 Juli 1999 dari pasangan Alam Penengah Utomo dan
Fina Kusuma. Pendidikan formal yang telah ditempuh
yaitu TK Kanisius Demangan Baru (2003-2005), SD
Kanisius Demangan Baru (2005-2007), SD Trinitas
(2007-2011), SMP Trinitas (2011-2014), dan SMA
Pangudi Luhur Bernardus (2014-2017). Pada tahun 2017
penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Semasa kuliah penulis turut aktif berpartisipasi dalam mengikuti kepanitiaan
seperti anggota sie Liaison Officer Pharmacy Performance (2017-2019), serta
anggota aktif UKF PSF Veronica (2017). Selain itu penulis juga turut
berpartisipasi secara aktif sebagai asisten praktikum yaitu praktikum Mikrobiologi
(2018/2019), Farmakologi-Toksikologi (2020/2021), dan asisten Dosen
Pembimbing Akademik Kelas B (2019).

37

Anda mungkin juga menyukai