SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
SKRIPSI
Disetujui Oleh:
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
iii
HALAMAN PERNYATAAN NON PLAGIAT
NPM : 15334021
Mahasiswa : S1 Farmasi
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
NPM : 15334021
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarja Farmasi pada
Program Studi S1 Farmasi
DEWAN PENGUJI
Penguji : ........................................................( )
Penguji : ........................................................( )
Penguji : .........................................................( )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : ........................
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Formulasi Pasta Gigi Antibakteri Ekstrak Kental Daun Singkong ( Manihot
utilisima ) dan Uji Efektifitas Terhadap Staphilococcus aureus” dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk Mencapai gelar Sarjana Program Studi Farmasi pada Fakultas Farmasi
Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Teti
Indrawati, M.Si.,Apt selaku pembimbing tugas akhir yang telah meluangkan
waktu, tenaga, pikiran, dan perhatian dalam membimbing sejak perencanaan tugas
akhir hingga penyelesaian skripsi ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi ISTN, Ibu Dr. Refdanita, M.Si.,Apt.
2. Kepala Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi ISTN, Ibu Ainun
Wulandari, S. Farm., M. Sc., Apt.
3. Penasehat Akademik, Bapak Saeful Bahri, S,Si.,M.si
4. Seluruh dosen pengajar Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi ISTN.
Atas ilmu yang telah diberikan selama masa pendidikan di Program Studi
Farmasi. Serta seluruh karyawan Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi ISTN.
Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan karunia atas segala
kebaikan yang telah mereka berikan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak sekali kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang membangun selalu diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 27 Juli 2019
Penulis
Antonius Kiswanta
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Sains Dan Teknologi Nasional, saya yang
bertandatangan di bawah ini:
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Sains dan Teknologi Nasional berhak menyimpan,
mengalihmedia/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database)
softcopy dan hard copy, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Jakarta
Yang menyatakan
Antonius Kiswanta
vii
ABSTRAK
Daun singkong selain digunakan sebagai sumber pangan juga memiliki efek
antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Telah
dilakukan penelitian tentang formulasi pasta gigi antibakteri ekstrak kental daun
singkong ( Manihot utilissima ) dan uji efektivitas terhadap Staphylococcus
aureus. Pasta gigi yang mengandung ekstrak kental daun singkong dibuat dengan
empat variasi konsentrasi yaitu 0%, 20%, 40% dan 60%. Evaluasi yang dilakukan
terhadap pasta gigi antibakteri antara lain : organoleptik, pH, homogenitas, daya
sebar, viskositas dan uji pembentukan busa. Uji stabilitas dilakukan dengan
dengan sentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 10 menit dan uji stabilitas
dipercepat dengan peningkatan suhu selama 12 minggu. Uji aktivitas antibakteri
dilakukan dengan metode difusi sumuran terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Hasil uji sifat organoleptik pasta gigi yang mengandung ekstrak kental daun
singkong berwarna hijau pekat, homogen, berbau mint, kental, memiliki pH 7 dan
viskositas antara 260.000-340.000cps. Hasil uji stabilitas menunjukan hasil yang
stabil. Hasil uji antibakteri sediaan pasta gigi ekstrak kental daun singkong dengan
variasi konsentrasi 40% dan 60% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
Kata kunci :
Daun singkong, antibakteri, pasta gigi
viii
A part from being used as a food source, cassava leaves also have antimicrobial
effects on the growth of Staphylococcus aureus bacteria. A study of the
formulation of antibacterial toothpaste thick extract of cassava leaves (Manihot
utilissima) and effectiveness test on Staphyloccus aureus. Toothpaste containing
thick extracts of cassava leaves was made with four variations of concentration
0%, 20%, 40% and 60%. Evaluations carried out on antibacterial toothpaste
include : organoleptic, pH, homogenity, dispersion, viscosity and foam formation
test. The stability test was carried out by centrifuging at speed of 4000 rpm for 10
minutes and the stability test was accelerated by increasing the temperature for 12
weeks. Antibacaterial activity test was carried out by the weel diffusion method
against Staphylococcus aureus bacteria. The test results of the organoleptic
properties of toothpaste containing thick extracts of solid green cassava leaves,
homogeneous, smelled of mint, thick, had a pH of 7 and viscosity between
260.000-340.000cps, Stability test result show stable results. Antibacterial test
results of toothpaste preparations with thick extract of cassava leaves with
variations in concentrations of 40% and 60% can inhibit the growth of
Staphylococcus aureus bacteria
ix
xi
xii
xiii
xiv
pemberi rasa, air, bahan pengharum, dan fluoride. Pasta gigi dibuat dengan
berbagai macam basis yaitu PGA, PEG, HPMC dan karbopol. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Lubrizol, mengemukan bahwa basis karbopol
dengan konsentrasi 0.02% dalam pasta gigi dapat memberikan viskositas yang
baik pada sediaan. Karbopol merupakan gelling agent yang dapat terdispersi
dalam air sehingga sediaan dapat dengan mudah dibilas dengan air dalam
penggunaanya. (Lubrizol, 2002)
Berdasarkan uraian diatas dicarilah formulasi yang tepat bertujuan untuk
mengetahui formula pasta gigi yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Pasta gigi ekstrak kental daun singkong yang dihasilkan
dievaluasi organoleptis, ph, daya lekat, viskositas, dan daya hambat terhadap
bakteri Staphylococcus aureus.
1.3 Hipotesis
1. Ekstrak kental daun singkong dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 60%
dapat dibuat menjadi sediaan pasta gigi antibakteri yang baik.
2. Sediaan pasta gigi antibakteri ekstrak kental daun singkong dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih
terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran
besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi. (Rukmana,
1997).
2.2 Gigi
2.2.1 Anatomi Gigi
Gigi tersusun dari dua macam jaringan yaitu jaringan keras (email dan
dentin), jaringan lunak (pulpa), mahkota dan akar gigi (Itjingningsih, 1995)
1. Mahkota gigi
Mahkota gigi merupakan bagian gigi yang terlihat dari luar. Mahkota
gigi dilapisi jaringan email dan terletak di luar jaringan gusi / gingival.
Untuk masing-masing gigi, yaitu gigi seri, taring, dan geraham memiliki
bentuk mahkota yang berbeda-beda. Gigi seri berbentuk persegi seperti
pahat, gigi taring berbentuk seperti kerucut dan geraham berbentuk agak
silindris, permukaan tengahnya melekuk dan mendatar.
2. Akar/radix
Akar atau radix merupakan bagian gigi yang tertanam di bawah
rahang dan tidak terlihat dari luar. Bagian ini dilapisi jaringan sementum
dan ditopang oleh tulang alveolar dari maksila dan mandibula. Pada
ujungnya banyak mengandung serabut saraf dan pembuluh darah.
3. Email
Email gigi berasal dari jaringan ectoderm dan merupakan lapisan
terluar pada mahkota gigi. Kandungan saraf dengan garam kalsium. Bila
dibandingkan dengan jaringan – jaringan gigi yang lain, email adalah
jaringan yang paling kuat, paling keras, oleh karena itu email merupakan
pelindung gigi yang paling kuat terhadap rangsangan – rangsangan pada
waktu pengunyahan.
4. Dentin
Bagian gigi berasal dari jaringan mesoderm yaitu mempunyai susunan
dan asal yang sama dengan jaringan tulang. Dentin memiliki kemampuan
untuk melakukan regenerasi bila dihubungkan dengan jaringan pendukung
gigi. Dentin lebih keras karena banyak mengandung bahan kimia anorganik
69%. Dentin terletak di bawah email pada mahkota gigi, dan di bawah
sementum pada akar gigi. Di dalam dentin terdapat pembuluh – pembuluh
yang sangat halus. Mulai dari batas rongga pulpa sampai ke batas email dan
semen. Pembuluh ini berjalan menyebar ke seluruh permukaan dentin yang
disebuttubula dentin.
5. Sementum
Bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari jaringan
periodontium karena menghubungkan gigi dengan tulang rahang dengan
jaringan yang terdapat di selaput periodontal. Merupakan bagian terluar
pada akar gigi yang membatasi gigi dengan jaringan pendukungnya. Di
dalam sementum terdapat ujung ribuan serat yang mengikat gigi pada tulang
rahang.
6. Pulpa
Pulpa gigi merupakan bagian gigi yang paling dalam, berupa rongga
yang berisi jaringan pulpa. Dimana jaringan pulpa penuh dengan sel saraf
yang sensitif terhadap rangsangan mekanis-termiskimia, jaringa limfa
(cairan getah bening), jaringan ikat, pembuluh darah arteri dan vena.
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
serbuk batu apung dan marmer, madu dan berbagai macam tumbuhan obat
digunakan hinga jaman pertengahan . Pasta gigi pertama kali dalam tube adalah
Sheffield Toothpaste diproduksi di Amerika Serikat pada tahun 1850
Pasta gigi adalah bahan semi aquos yang digunakan bersama sama sikat
gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi serta
memberikan rasa nyaman dan menyegarkan rongga mulut. Aksi utama dari obat-
obat gigi yakni pertama, aksi membersihkan. Ada banyak jenis deposit dari
berbagai macam substansi dalam rongga mulut. Diantaranya deposit yang
mengandung bakteri, plak, dapat menyebabkan karies gigi, dan halitosis. Deposit
tersebut dapat dihilangkan dengan penggunaan sikat gigi serta aksi abrasive dan
surfaktan pada obat gigi.
Kedua, pencegahan karies gigi. Menurut teori Keyes, makanan (terutama
gula), gigi yang mudah terpengaruhi dan mikroflora penyebab pembusukan gigi
merupakan 3 faktor prinsip yang dapat menyebabkan karies gigi. Dalam proses
ini pembusukan menyebabkan Streptococcus mutans dan Streptococcus lainnya
mengubah gula menjadi polisakarida yang lengket dan tidak larut sehingga
menempel pada permukaan gigi dan berkumpul menjadi bagian yang disebut
plak. Sehingga bakteri penghasil asam pada plak menghasilkan asam dari gula
yang melarutkan kandungan inorganik dari gigi yang menyebabkan karies gigi.
Ketiga, mencegah penyakit periodontal. Penyakit periodontal
menyebabkan gigingitivis, pyorrhea dan lainnya dari jaringan periodontal dan
muncul karena ketidak seimbangan nutrisi, tekanan darah tinggi dan diabetes,
serta deposit pada rongga mulut dan malalignment gigi. Selain menyebabkan
karies gigi plak juga menyebabkan penyakit periodontal. Sekresi endotoksin dari
bakteri yang terakumulasi pada plak yang berada pada celah antara gigi dan gusi
dapat menyebabkan inflamasi gusi, daerah inflamasi akan menjadi merah,
bengkak dengan pelebaran pembuluh darah menyebabkan pembentukan kantung
periodontal (gaps) antara gigi dan gusi yang memfasilitasi akumulasi plak
sehingga memperparah inflamasi dan kerusakan jaringan periodontal. Untuk
mencegahnya yang terpenting adalah menghilangkan plak dan dibantu dengan
bahan yang mengurangi inflamasi serta menekan proliferasi bakteri dan
melancarkan peredaran darah pada gusi.
Persyaratan minimum yang harus dimiliki oleh obat gigi adalah sebagai
berikut
1. Saat digunakan bersama sikat gigi secara efisien dapat membersihkan
gigi dengan memadai , yaitu mengangkat sisa-sisa makanan,plak pada
mukosa dan zat asing lain dari gigi.
2. Meniggalkan rasa bersih dan segar pada mulut dan gigi.
3. Tidak berbahaya, menyenangkan, nyaman dan memuaskan untuk
digunakan.
4. Produk harus dapat dikemas secara ekonomis dan stabil dalam
penyimpanan.
5. Harganya regative murah.
deterjen yang terdapat dalam pasta gigi antara lain Sodium Laurly Sulfat
(SLS) dan Sodium Nlaurly Sarcosinate
5. Bahan pengawet
Bahan pengawet dalam pasta gigi berfungsi mencegah kontaminasi
bakteri dan mempertahankan keaslian produk. Jumlah bahan pengawet
dalam pasta gigi diatas dari 1%. Contoh bahan pengawet yang digunakan
dalam pasta gigi antara lain formalin, alcohol, dan natrium benzoat.
6. Bahan pewarna atau bahan pemberi rasa
Persentase bahan ini dalam pasta gigi sebanyak 1-5%. Bahan pewarna
dan bahanpemberi rasa ini berfungsi untuk menutupi rasa bahan-bahan lain
yang kurang enak,terutama SLS, dan juga memenuhi selera pengguna
seperti rasa mint, stroberi, danrasa permen karet pada pasta gigi anak-anak.
Contoh bahan ini antara lain peppermint atau spearmint, menthol,
eucalyptus, aniseed,dan sakharin.
7. Air
Kandungan air dalam pasta gigi sebanyak 20-40% dan berfungsi
sebagai bahan pelarut bagi sebagian bahan dan mempertahankan
konsistensi. Konsentrasi air yang terlalu besar dapat menjadi media
pertumbuhan bakteri sehingga penambahan bahan pengawet diperlukan
(Garlen,1996).
8. Bahan Pengharum
Bahan pengharum merupakan karakter yang sangat penting bagi suatu
pasta gigi karena dapat menjadi penentu tingkat penerimaan masyarakat
terhadap suatu jenis pasta gigi. Aroma pasta gigi harus menyenangkan,
memiliki aroma yang enak. Sediaan bahan pengharum biasanya dalam
bentuk minyak esensial seperti minyak permen, eukaliptus, timi, jeruk, kayu
manis, dan metil salisilat. Bisa juga digunakan aroma sintetis seperti
peppermint, spearmint, wintergreen, dan cinnamon.
9. Fluoride
Penambahan fluoride dalam pasta gigi dapat memperkuat enamel
dengan caramembuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri
untuk memproduksi asam.
klinik dan efikasi dari formula. Dan dapat pula untuk menetapkan waktu
kadaluarsa suatu produk farmasi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas dari produk farmasi
meliputi stabilitas dari bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dan bahan inaktif
pada formula, proses pembuatan, bentuk sediaan, wadah, kondisi lingkungan
selama pengangkutan, penyimpanan, penanganan dan waktu antara pembuatan
dengan penggunaan.
Evaluasi stabilitas produk farmasi dapat dibagi menjadi evaluasi fisik dan
evaluasi kimiawi dari formulasi, pada kenyataannya tidak dapat dipisahkan antara
keduanya karena pada faktor fisika seperti panas, cahaya, kelembaban; dapat
mempengaruhi reaksi kimiawi. Atau sebaliknya adanya perubahan senyawa
kimiawi menyebabkan perubahan fisik. Pengetahuan tentang stabilitas fisika dari
produk Farmasi sangat penting karena pertama, produk farmasi harus tampak
segar sepanjang masa penggunaannya. Perubahan fisik pada sediaan seperti
pemudaran warna sediaan dapat menghilangkan kepercayaan pasien terhadap
produk. Kedua, keseragaman dosis pada masa penggunaan harus terjamin. Ketiga,
bahan aktif harus tersedia selama penggunaan, kerusakan fisik pada sediaan dapat
menyebabkan availabilitas obat menurun atau hilang.
telah dibuat ( Kusumastuti, 2012 ). Semakin besar viskositas suatu sediaan maka
semakin besar tahanannya untuk mengalir sehingga semakin kental sediaan
tersebut, sebaliknya semakin kecil viskositas suatu sediaan maka semakin kecil
tahanannya untuk mengalir sehingga semakin encer sediaan tersebut.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer.
Viskositas dihitung dengan cara mengkonversi nilai viskositas yang telah
ditetapkan dengan skala pada spindel. Viskositas dipengaruhi oleh suhu, tekanan,
dan pencampuran komposisi bahan. Kenaikan viskositas disebabkan oleh suhu
yang tidak terpantau selama penyimpanan (Lacner, 2001)
Evaluasi pasta gigi juga dilakukan dengan menguji kemampuan pasta gigi
melekat pada permukaan gigi dan menghilangkan seluruh pasta gigi dari papan
logam, maka semakin tinggi daya lekat pasta gigi tersebut. Pengukuran daya lekat
tidak ditetapkan standarnya. Oleh sebab itu, pengukuran daya lekat suatu pasta
gigi biasanya dilakukan dengan membandingkan suatu pasta gigi lain yang
memiliki daya lekat baik (Garlen, 1996)
27
sebagai pelarut. Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi
total, yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa
termolabil yang terjadi pada sampel. Metode maserasi dipilih karena prosesnya
mudah, peralatan yang digunakan lebih sedikit dan sederhana, dan tidak
memerlukan keahlian khusus (Green, 2000). Sedangkan etanol 70% digunakan
karena etanol umum digunakan pada ekstraksi total. Keuntungan penggunaan
etanol ini adalah sebagian besar senyawa lipofilik dan polar dapat terekstraksi
(Heinrich et al, 2004).
Daun singkong yang sudah dibuat derajat halus dimasukkan dalam gelas
piala besar dan diberi etanol hingga seluruh simplisia terendam. Pelarut dilebihkan
setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas permukaan serbuk (Harbone, 1996, Depkes
RI, 1996). Hasil maserasi disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan, selanjutnya maserat yang telah terkumpul kemudian
dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan waterbath. Tujuan pemekatan
dengan rotary evaporator dan waterbath pada suhu 40C agar senyawa metabolit
tidak rusak karena pemanasan tinggi.
masing 2,5 Ml. Ketiga larutan ini dianalisis dengan pereaksi Mayer,
Dragendorff dan Wagner sebanyak 4-5 tetes.
Terbentuknya endapan menunjukkan bahwa sampel tersebut
mengandung alkaloid. Reaksi dengan pereaksi Mayer akan terbentuk
endapan putih, dengan pereaksi Dragendorff terbentuk endapan merah
jingga dan dengan pereaksi wagner terbentuk endapan coklat
(Harborne, 1987).
2. Uji Flavonoid
Beberapa ml ekstrak kental etanol daun singkong, ditambahkan dengan
100 ml air panas, didihkan selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat
sebanyak 5 ml ditambahkan 0,05 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat,
kemudian dikocok kuat-kuat. Uji positif ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah, kuning atau jingga (Harborne, 1987).
3. Uji Saponin
Beberapa ml ekstrak kental etanol daun singkong, ditambahkan dengan
10 ml air sambil dikocok selama 1 menit, lalu ditambahkan 2 tetes HCl
1 N. Bila busa yang terbentuk tetap stabil selama kurang lebih 7 menit,
maka ekstrak positif mengandung saponin (Harborne, 1987)
4. Uji Tanin
Beberapa ml ekstrak kental etanol daun singkong, ditambahkan dengan
10 tetes FeCl3 10%. Ekstrak positif mengandung tanin apabila
menghasilkan warna hijau kehitaman atau biru kehitaman (Harborne,
1987)
(Lanjutan)
yang mengandung 40% ekstrak kental daun singkong) dan F IV (pasta gigi yang
mengandung 60% ekstrak kental daun singkong). Kontrol positif menggunakan
ciprofloxacin dan kontrol negative menggunakan aquades yang telah disterilkan.
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengevaluasi aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah metode difusi sumuran
(Well diffusion method), oleh karena metode ini paling umum digunakan untuk
menentukan suseptibilitas dari bakteri terhadap bahan yang diuji (Tobias, 1998)
selain itu metode ini memiliki kelebihan yaitu lebih mudah mengukur zona
hambat yang terbentuk karena bakteri beraktivitas tidak hanya dipermukaan atas
agar tetapi juga dipermukaan bawah (Yuli, 2009).
Media Nutrien Agar dibuat dengan mencampurkan 7 gram serbuk Nutrien
Agar dengan 250 ml aquadest, kemudian disterilkan dengan autoklaf pada suhu
121 C dengan tekanan 1 atm sselama 15 menit. Media diinokulasi dengan
suspensi bakteri Staphylococcus Aureus dan dibiarkan memadat dalam petri steril.
Media yang telah memadat masing-masing dibuat 6 lubang sumuran secara
aseptis dengan menggunakan pelubang sumuran.
Pada setiap lubang diinokulasikan formula pasta gigi tanpa ekstrak kental
daun singkong, formula dengan ekstrak konsentrasi 20%, 40%, 60%, aquadest
sebagai kontrol negatif, dan antibiotik ciprofloxacin sebanyak 4 ppm sebagai
kontrol positif dengan menggunakan mikropipet. Volume yang diinokulasikan
adalah 20 µL untuk setiap formula dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu
37C. Replikasi dilakukan sebanyak 2 kali untuk setiap formula pasta gigi.
Kemudian diamati zona hambat yang dihasilkan. Diameter zona hambat yang
dihasilkan diukur dengan jangka sorong. Daya antibakteri diamati berdasarkan
diameter zona hambat yang terbentuk.
Zona hambat merupakan daerah atau wilayah jernih yang tampak di
sekeliling lubang sumuran. Semakin besar diameter zonanya, berarti semakin
besar daya antibakterinya. Kriteria kekuatan daya antibakteri sebagai berikut,
diameter zona hambat 5 mm atau kurang dikategorikan lemah, diameter zona
hambat 5-10 mm dikategorikan sedang, diameter zona hambat 10-20 mm
dikategorikan kuat dan zona hambat 20 mm atau lebih dikategorikan sangat kuat.
(Davis dan Stout, 1971)
Ekstrak kental daun singkong Evaluasi ekstrak kental daun singkong meliputi
pemeriksaan organoleptik dan identifikasi
Flavonoid, Alkaloid, Saponin, Tanin
Penarikan kesimpulan
2 Kelarutan Larut dalam air, larut dalam Larut dalam air, larut
etanol (95%) dalam etanol (95%)
3 Berat Molekul 152,15 g/mol 152,15 g/mol
Dalam skrining fitokimia, prinsip yang digunakan pada uji alkaloid yaitu
reaksi pengendapan yang terjadi karena adanya penggantian logam. Atom
nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam (McMurry dan Fay,
2004). Hasil positif alkaloid pada uji ini ditandai dengan terbentuknya endapan
putih.
Pada ekstrak kental daun singkong (Manihot utilissima) positif
mengandung flavonoid dengan adanya terbentuk endapan warna kuning pada
sampel yang direaksikan dengan tembaga asetat. Hal ini dikarenakan setelah
penambahan Hcl dan logam Mg inti benzopiron yang terdapat dalam senyawa
flavonnoid akan tereduksi, yang ditandai dengan terbentuknya endapan warna
kuning atau merah jingga
Pada pengujian saponin, saponin mengandung gugus glikosil yang
berperan sebagai gugus polar serta gugus steroid dan triterpenoid yang berfungsi
sebagai gugus nonpolar akan bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok
dengan air saponin dapat membentuk misel, dimana struktur polar akan
menghadap ke luar sedangkan gugus nonpolar akan menghadap ke dalam. Pada
kondisi ini akan terbentuk saponin berbentuk seperti busa (Sangi dkk., 2008).
Pengujian tanin dilakukan dengan menambahkan FeCl3 yang bereaksi
dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada tanin. Fungsi FeCl3 adalah
menghidrolisis golongan tanin sehingga akan menghasilkan perubahan warna biru
Dari hasil pengamatan daya sebar pasta gigi ekstrak daun singkong,
didapatkan daya sebar terkecil pada hari ke 0 pasta Formula I sebesar 7,6cm,
Sedangkan daya sebar terbesar pada hari ke 21 dan ke 28 pasta Formula IV
sebesar 8,3cm. Dari data penelitian diketahui bahwa semakin lama waktu
penyimpanan daya sebar semakin besar, hal ini disebabkan karena semakin
sering sediaan pasta gigi terkena udara. Semakin besar nilai diameter
kemampuan menyebar maka semakin besar luas permukaan yang bisa
dijangkau oleh sediaan pasta gigi.
5. Uji viskositas
Hasil uji viskositas pasta gigi estrak kental daun singkong
ditampilkan pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil uji viskositas pasta gigi estrak kental daun singkong
selama penyimpanan 28 hari
Tabel 4.17 Hasil uji tinggi busa pasta gigi ekstrak kental daun singkong
(Manihot Utilissima) selama penyimpanan 28 hari
Kestabilan
Tinggi busa (mm) hari ke- Keterangan
Formula 0 7 14 21 28
Formula I 12 8 8 8 7 Ms
Formula II 10 9 9 9 8 Ms
Formula III 10 9 9 8 8 Ms
Formula IV 11 8 8 7 7 Ms
Keterangan tabel : Ms : Memenuhi Syarat
Standar : Tinggi busa yang memenuhi syarat yaitu maksimal 15 mm
(sediaan dipasaran)
foaming agent untuk membentuk busa . Viskositas pasta gigi ekstrak kental
daun singkong (Manihot Utilissima) yang mengalami peningkatan setiap
minggunya mempengaruhi nilai tinggi busa pasta gigi ekstrak kental daun
singkong, sehingga terjadi penurunan tinggi busa pada sediaan tersebut.
7 TP TP TP TP
8 TP TP TP TP
12 TP TP TP TP
Suhu Kamar 0 TP TP TP TP
(25-30)C 1 TP TP TP TP
2 TP TP TP TP
3 TP TP TP TP
4 TP TP TP TP
5 TP TP TP TP
(Lanjutan)
6 TP TP TP TP
7 TP TP TP TP
8 TP TP TP TP
9 TP TP TP TP
10 TP TP TP TP
11 TP TP TP TP
12 TP TP TP TP
Suhu Oven 0 TP TP TP TP
(45±2)C 1 TP TP TP TP
2 TP TP TP TP
3 TP TP TP TP
4 TP TP TP TP
5 TP TP TP TP
6 TP TP TP TP
7 TP TP TP TP
8 TP TP TP TP
9 TP TP TP TP
10 TP TP TP TP
11 TP TP TP TP
12 TP TP TP TP
Keterangan :
TP : Tidak ada pemisahan fase
P : Terjadi pemisahan fase
(Lanjutan)
4 + + + + + + + + + + + +
5 + + + + + + + + + + + +
6 + + + + + + + + + + + +
7 + + + + + + + + + + + +
8 + + + + + + + + + + + +
9 + + + + + + + + + + + +
10 + + + + + + + + + + + +
11 + + + + + + + + + + + +
12 + + + + + + + + + + + +
Keterangan :
W : Warana pasta ( + : Tidak berubah - : Berubah )
B : Bau pasta ( + : Tidak berubah - : Berubah )
T : Tampilan pasta ( + : Tidak berubah - : Berubah )
(Lanjutan)
5 7 7 7 7
6 7 7 7 7
7 7 7 7 7
8 7 7 7 7
9 7 7 7 7
10 7 7 7 7
11 7 7 7 7
12 7 7 7 7
(25-30)C 0 7 7 7 7
1 7 7 7 7
2 7 7 7 7
3 7 7 7 7
4 7 7 7 7
5 7 7 7 7
6 7 7 7 7
7 7 7 7 7
8 7 7 7 7
9 7 7 7 7
10 7 7 7 7
11 7 7 7 7
12 7 7 7 7
(45±2)C 0 7 7 7 7
1 7 7 7 7
2 7 7 7 7
3 7 7 7 7
4 7 7 7 7
5 7 7 7 7
6 7 7 7 7
7 7 7 7 7
8 7 7 7 7
9 7 7 7 7
10 7 7 7 7
11 7 7 7 7
12 7 7 7 7
(Lanjutan)
4 H H H H
5 H H H H
6 H H H H
7 H H H H
8 H H H H
9 H H H H
10 H H H H
11 H H H H
12 H H H H
Keterangan :
H : Pasta yang Homogen
TH : Pasta Tidak Homogen
Hasil pemeriksaan homogenitas pasta gigi ekstrak kental daun
singkong (Manihot Utilissima) pada uji stabilitas formula I-IV pada ketiga
suhu penyimpanan selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel. Hasil
menunjukan sediaan yang homogen.
4. Pemeriksaan viskositas, dengan menggunakan viskometer brookfield
tipe LV. Sediaan pasta gigi dimasukan dalam gelas piala 200 ml,
kemudian spindle 3 dicelupkan kedalam pasta dan diputar dengan
kecepatan nomor 3 hingga jarum viskometer menunjukkan satu skala
yang konstan. Rumus mencari viskositas = skala yang terbaca × 4000.
Hasil uji viskositas tertera pada tabel 4.22
Tabel 4. 22 Hasil pemeriksaan viskositas stabilitas dipercepat pasta gigi
ekstrak daun singkong
(Lanjutan)
(Lanjutan)
4.7 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak kental daun singkong (Manihot
utilissima)
Berdasarkan hasil pengukuran zona hambat pada uji aktivitas antibakteri
pasta gigi ekstrak kental daun singkong didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.23 Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan pasta gigi ekstrak kental
daun singkong (Manihot utilissima) terhadap Staphylococcus aureus
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak kental daun singkong dengan konsentrasi 20%, 40% dan 60 %
dapat dibuat menjadi sediaan pasta gigi, hasil evaluasi pasta gigi yang
mengandung ekstrak kental daun singkong berwarna hijau, berbau mint,
rasa segar dan manis, homogen, memiliki pH 7, viskositas antara
260.000-358 cps, daya sebar antara 7,6-8,2 cm, pasta gigi antibakteri
dengan konsentrasi 40% dan 60% mempunyai kategori hambat sedang
terhadap Staphylococcus aureus.
2. Sediaan pasta gigi antibakteri ekstrak kental daun singkong dengan
konsentrasi 40% dan 60% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan zona hambat sebesar 11,55±0,52mm dan
14,35±0,24mm.
5.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas pasta gigi
ekstrak daun singkong terhadap aktivitas daya hambat bakteri lain, misalnya
bakteri Streptococcus mutans.
57
Daun singkong yang sudah dibuat derajat halus dimasukkan dalam gelas piala
besar dan diberi etanol hingga seluruh simplisia terendam. Pelarut
dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas permukaan serbuk
(Harbone, 1996, Depkes RI, 1996).
Davis & Stout. (1971). Disc Plate Method Of Microbiological Antibiotic Essay.
Journal Of Microbiology. Vol 22 No 4.
Depkes, 2001, Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta Diakses 12 Febuari 2015 (terbitan.litbang.depkes.go.id).
Dwijayanti, K.R., 2011. Daya Antibakteri Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu
Manis (Cinnamomum burmanii BI.) terhadap Streptococcus mutans
Penyebab Karies Gigi, Skirpsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Ford, T, R. 1993. Restorasi Gigi. Alih Bahasa: Narlan Sumawinata. Judul asli:
The Restorarion of Teeth (1992). Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gerriton, M, E., Carley, W, W., Ranges, G. E., Shen, C. P., & Phan, S. A. 1995.
Flavonoid inhibit cytokine-induced endothelal cell adhesion protein gene
expression. Am J. Pathol.
58
Kusumastuti, M.S.T., 2012. Perbandingan Daya Antibakteri dan Sifat Fisik Pasta
Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol Teh Hijau Terhadap Streptococcus mutans,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Kuspadini, H., pasedan, W, F., Kusuma, I, W., 2016, Aktifitas Antioksidan dan
Antibakteri Ekstrak Daun Pometia Winnata. Universitas Mulawarman,
Kalimantan Timur. Vol. 1 (1), 26-34.
Lucida H., Bakhtiar, A., dan Putri, W.A., 2007. Formulasi Sediaan Antiseptik
Mulut dari Katekin Gambir, J. Sains Tek. Far., 12(1), pp. 1-7
McMurry, J. and Fay, R.C. 2004. McMurry Fay Chemistry (4th edition). Belmont,
CA: Pearson Education International.
Mutia, dkk, 2017, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Singkong
(Manihot esculenta Crantz) terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus Secara in Vitro, Bandung.
Nurdiana A.R, 2013. Potensi ekstrak daun singkong (Manihot esculenta) terhadap
jumlah neutrofil pada proses penyembuhan luka tikus wistar (Ratus
norvegiccus). Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
Najlah FL. 2010. Efektivitas ekstrak daun jambu biji daging buah putih (Psidium
guajava linn) pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% terhadap zona radikal
bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pratiwi, D., 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-hari, PT Kompas Media
Nusantara, Jakarta. .
Ramadhan, 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukune, Jakarta
Rikomah, S, E., Elmitra., Yunita, D, G, 2007. Efek Ekstrak Etanol Daun Singkong
(Manihot Utilisima pohl) Sebagai Obat Alternatif Antirematik Terhadap
Rasa Sakit Pada Mencit. Akademi Farmasi Al-Fatah, Bengkulu. Vol3 (2),
133-138.
Tortora. G.J., Funke, B.R., dan Case, C.L., 2010. Microbiology: An Introduction
Media Update, 10th ed., Benjamin Gumming, New York, pp. 572-773.
Lampiran 13 Uji pH
74