Anda di halaman 1dari 79

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID

DEKSAMETASON PADA PASIEN DI PUSKESMAS

KETANGGUNGAN

HALAMAN SAMPUL

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

BENYAMIN SUSANTO

17080152

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2020

i
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID

DEKSAMETASON PADA PASIEN DI PUSKESMAS

KETANGGUNGAN

HALAMAN JUDUL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai

Gelar Derajat Ahli Madya

Oleh :

BENYAMIN SUSANTO

17080152

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID


DEKSAMETASON PADA PASIEN DI PUSKESMAS
KETANGGUNGAN
KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

BENYAMIN SUSANTO

17080152

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

ROSARIA IKA PRATIWI, M.Sc., Apt ANGGY RIMA PUTRI, M.Farm., Apt

NIDN. 0611108102 NIDN. 06010688

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajuka oleh :

Nama : Benyamin Susanto

NIM : 17080152

Jurusan / Program Studi : DIII FARMASI

Judul Karya Tulis Ilmiah : Evaluasi Penggunaan Obat Kortikosteroid


Deksametason Pada Pasien Di Puskesmas
Ketanggungan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi pada Jurusan/ Program Studi DIII Farmasi, Politeknik Harapan
Bersama Tegal.

TIM PENGUJI

Penguji 1 : Inur Tivani, S.Si., M.Pd. (.....................)

Penguji 2 : Rosaria Ika Pratiwi, M.Sc.,Apt (.....................)

Penguji 3 : Anggy Rima Putri, M.Farm.,Apt (.....................)

Tegal, Juni 2020

Program Studi DIII Farmasi

Ketua Program Studi,

Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc., Apt


NIDN: 0611058001

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA : Benyamin Susanto


NIM : 17080152
Tanda Tangan

Tanggal

v
HALAMAN PERTANYAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Benyamin Susanto
NIM : 17080152
Jurusan / Program Studi : DIII Farmasi
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(None-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID
DEKSAMETASON PADA PASIEN DI PUSKESMAS KETANGGUNGAN.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti/Nonekslusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tegal

Pada Tanggal :

Yang menyatakan

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

(Benyamin Susanto)

vi
Motto

 “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S Asy-Syah : 6)

 Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang.

 Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua

(Aristoteles)

Kupersembahkan untuk :

 Kedua orang tuaku.

 Kedua kakak ku

 Teman–teman seperjuangan farmasi

 Almamaterku (DIII Farmasi Politeknik

Harapan Bersama Tegal).

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

vii
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

dengan rahmat, hidayah dan izin- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat Kortikosteroid

Deksametason Pada Pasien Di Puskesmas Ketanggungan” Karya Tulis Ilmiah

ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program DIII Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis. Ucapan terima kasih ini penulis berikan terutama kepada :

1. Bapak Ir. MC. Chambali, B.Eng.EE. M.Kom, selaku Direktur Politeknik

Harapan Bersama Tegal

2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm. M.Sc. Apt, selaku Ka. Prodi D3 Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal

3. Rosaria Ika Pratiwi, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing 1 yang telah

memberikan kritik, saran, nasehat, petunjuk, dan bimbingan kepada

penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

4. Anggy Rima Putri, M.farm., Apt selaku dosen pembimbing 2 yang telah

memberikan kritik, saran, nasehat, petunjuk, dan bimbingan kepada

penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

5. Puskesmas Ketanggungan Kec. Ketanggungan yang sudah membantu

dalam proses penelitian ini. Terimakasih atas waktu dan bantuannya.

viii
6. Bapak dan Mama yang telah memberikan dukungan moral maupun

material serta doa dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat

selesai

7. Sahabat - sahabat semua yang selalu memberikan dukungan serta

dorongan untuk terus semangat dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

8. Teman – teman Farmasi Angkatan 17 yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu terimakasih atas pertemanan selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan ampunan, melimpahkan rahmat, dan

mencurahkan karunia-Nya serta melipat gandakan pahala amal kebaikan semua

pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama proses penyelesaian

karya tulis ilmiah ini.

Untuk itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun lebih baiknya karya tullis. Akhirnya penulis berharap

semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tegal, Juni 2020

Benyamin Susanto

ix
INTISARI

Susanto, Benyamin., Pratiwi, Rosaria Ika., Putri, Anggy Rima., 2019.


Evaluasi Penggunaan Obat Kortikosteroid Deksametason Pada Pasien Di
Puskesmas Ketanggungan.
Deksametason merupakan kortikosteroid dengan aktivitas utama
glukokortikoid. Deksametason digunakan terutama sebagai agen anti-inflamasi
atau imuno supresan. Tujuan penggunaan deksametason pada penelitian ini untuk
evaluasi penggunaan obat deksametason yang meliputi kesesuaian indikasi, dosis
dan interval waktu pemberian obat pada pasien di Puskesmas Ketanggungan.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang
bersifat retrospektif, dengan menggunakan data resep pasien yang mendapatkan
terapi obat deksametason yang terdapat di Puskesmas Ketanggungan pada bulan
Januari – Oktober 2019. Sampel diambil berdasarkan metode purposive sampling.
Hasil penelitian ini diperoleh data karakteristik pasien berdasarkan usia
terbanyak yaitu pada usia dewasa (26-45 tahun) sebanyak 43 pasien (43%), jenis
kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 53 pasien (53%). Evaluasi
penggunaan obat deksametason pada pasien di puskesmas ketanggungan
berdasarkan tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat interval waktu pemberian 100%
sesuai dengan Informasi Spesialite Obat (ISO) vol. 50.
Kata kunci :Deksametason, Evaluasi Indikasi, Dosis, dan Interval waktu.

x
ABSTRAK

Susanto, Benyamin., Pratiwi, Rosaria Ika., Putri, Anggy Rima., 2019.


Evaluation of the Use of Dexamethasone Corticosteroid Drugs in Patients at
Ketanggungan Health Center.

Dexamethasone is a corticosteroid with the main activity of


glucocorticoids. Dexamethasone is used primarily as an anti-inflammatory or
immunosuppressant agent. The purpose of using dexamethasone in this research
was to evaluate the use of dexamethasone drug suitability including indications,
dosage and time interval for drug administration to patients at Ketanggungan
Health Center.
This research method used a descriptive quantitative method that is
retrospective by using prescription data of patients receiving dexamethasone drug
therapy found a Ketanggungan Health Center in January - October 2019. Samples
were taken based on purposive sampling method.

The results of this research showed that the obtained data on the
characteristics of patients based on the most age, namely in the adult age (26-45
years) as many as 43 patients (43%), the most sex were women as many as 53
patients (53%). The evaluation of the use of dexamethasone drugs in patients at
the health center based on appropriate indications, exact dosage, and appropriate
100% time interval given according to the Special Information Drug (ISO) vol.
50.

Keywords: Dexamethasone, Evaluation of Indications, Dosage, and Time


Interval.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................... vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................... vii
PRAKATA ........................................................................................................... viii
INTISARI................................................................................................................ x
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Batasan Masalah................................................................................... 1
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................ 4
1.6 Keaslian Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Penggunaan Obat Rasional................................................................... 7
2.1.1 Rasionalitas Ditinjau dari Tepat Indikasi.................................... 8
2.1.2 Rasionalitas Ditinjau dari Tepat Dosis ....................................... 9
2.1.3 Rasionalitas Ditinjau dari Tepat Interval Waktu ........................ 9
2.2 Penggunaan Obat Di Puskesmas .......................................................... 9
2.3 Kortikosteroid..................................................................................... 11
2.3.1 Definisi Kortikosteroid ............................................................. 11

xii
2.3.2 Penggolongan Kortikosteroid ................................................... 11
2.3.3 Kontra Indikasi Kortikosteroid ................................................. 12
2.3.4 Efek Samping Kortikosteroid ................................................... 12
2.3.5 Mekanisme Kerja Kortikosteroid.............................................. 13
2.3.6 Prinsip Penggunaan Kortikosteroid .......................................... 14
2.4 Deksametason..................................................................................... 15
2.4.1 Pengertian Deksametason ......................................................... 15
2.4.2 Sifat Fisikokimia ....................................................................... 15
2.4.3 Sediaan Deksametason ............................................................. 16
2.4.4 Dosis Deksametason ................................................................. 17
2.4.5 Indikasi Deksametason ............................................................. 17
2.4.6 Kontraindikasi Deksametason .................................................. 17
2.4.7 Efek Samping Deksametason ................................................... 17
2.4.8 Mekanisme Kerja Deksametason.............................................. 18
2.5 Puskesmas .......................................................................................... 18
2.5.1 Definisi Puskesmas ................................................................... 18
2.5.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas ................................................... 19
2.5.3 Tujuan Puskesmas..................................................................... 20
2.5.4 Jenis-Jenis Puskesmas............................................................... 20
2.5.5 Profil Puskesmas Ketanggungan .............................................. 21
2.6 Kerangka Teori ................................................................................... 26
2.7 Kerangka Konsep ............................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28
3.1 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 28
3.1.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ................................................ 28
3.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian ........................................... 28
3.1.3 Ruang Lingkup Waktu Penelitian ............................................. 28
3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian ......................................................... 28
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 29
3.3.1 Populasi Penelitian.................................................................... 29
3.3.2 Sampel Penelitian ..................................................................... 29

xiii
3.1.3.1 Kriteria Inklusi .............................................................. 31
3.1.3.2 Kriteria Eksklusi ........................................................... 31
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 31
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 32
3.5 Definisi Operasional ........................................................................... 32
3.6 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 33
3.6.1 Jenis Data .................................................................................. 33
3.6.2 Cara Pengambilan Data ............................................................ 34
3.7 Pengolahan dan Analisa Data ............................................................. 35
3.8 Etika Penelitian .................................................................................. 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 38
4.1 Penggunaan Obat Deksametason Berdasarkan Usia .......................... 38
4.2 Penggunaan Obat Deksametason Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 39
4.3 Evaluasi Penggunaan Obat Deksametason ........................................ 40
4.3.1 Tepat Indikasi ........................................................................... 40
4.3.2 Tepat Dosis ............................................................................... 43
4.3.3 Tepat Interval Waktu Pemberian............................................... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 47
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 47
5.2 Saran ................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
LAMPIRAN .......................................................................................................... 51

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktus Kimia Deksametason .......................................................... 16


Gambar 2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 26
Gambar 2.3 Kerangka Konsep .............................................................................. 27
Gambar 3.1 Alur Pengumpulan Data .................................................................... 34

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................................. 6


Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 33
Tabel 3.2 Formulir Pengambilan Data .................................................................. 36
Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia ................................................ 38
Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 39
Tabel 4.3 Data Hasil Evaluasi Tepat Indikasi ...................................................... 41
Tabel 4.4 Data Hasil Evaluasi Tepat Dosis .......................................................... 43
Tabel 4.5 Data Hasil Evaluasi Tepat Interval Waktu Pemberian Obat
Deksametason ....................................................................................... 45

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Politeknik Harapan Bersama Tegal ................. 52


Lampiran 2. Surat balasan dari Puskesmas Ketanggungan ................................... 53
Lampiran 3. Foto Puskesmas Ketanggungan ........................................................ 54
Lampiran 4. Rekapitulasi Data Pasien .................................................................. 57

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kortikosteroid sering disebut life saving drug karena dalam

penggunaanya sebagai anti inflamasi, kortikosteroid berfungsi sebagai terapi

paliatif, yaitu menghambat gejala saja sedangkan penyebab penyakit masih

tetap ada. Hal ini akhirnya menyebabkan kortikosteroid tidak digunakan

sesuai dengan indikasi, dosis dan lama pemberian (Guidry, George, Vesely,

Kennison, dan Terrell, 2009). Contoh kasus pemberian kortikosteroid pada

anak-anak penderita asma di Negara Amerika hanya 9% dari kortikosteroid

inhalasi yang diresepkan. Di Indonesia belum terdapat data pasti mengenai

besarnya penggunaan kortikosteroid (Mahendra, Soetjiningsih, dan

Suryawan, 2016).

Penggunaan kortikosteroid yang tidak sesuai berpotensi menimbulkan

efek samping yang serius seperti kegemukan, katarak, gangguan

pertumbuhan, hipertensi, mood face, dan osteoporosis, oleh karena itu dalam

penggunaan kortikosteroid membutuhkan pertimbangan berkaitan dengan

resiko dan manfaat untuk pasien (Aristia dan Supadmi, 2018). Efek samping

yang ditimbulkan oleh kortikosteroid akan menjadi semakin buruk apabila

digunakan tidak sesuai dengan aturan pakainya, baik itu dosis maupun lama

pemakaian (Gilman, 2012).

1
2

Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan

aktifitasnya, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Glukokortikoid

memiliki peranan pada metabolisme glukosa, sedangkan mineralokortikoid

memiliki retensi garam. Pada manusia, glukortikoid alami yang utama adalah

kortisol atau hidrokortison, sedangkan mineralokortikoid utama adalah

aldosteron. Selain steroid alami, telah banyak disintetis glukokortikoid

sintetik, yang termasuk golongan obat yang penting karena secara luas

digunakan terutama untuk pengobatan penyakit-penyakit inflamasi, salah satu

nya adalah obat deksametason (Johan, 2015).

Deksametason mulai dikenal pada tahun 1950, deksametason termasuk

salah satu obat dalam dunia kesehatan. Meskipun efek samping deksametason

sangat besar, masih banyak masyarakat yang memakai deksametason. Hal ini

disebabkan karena harganya murah dan mudah didapat (Syukriah, 2017).

Deksametason digunakan sebagai imunosupresan atau anti alergi, anti

inflamasi, gangguan kolagen, rheumatik, gangguan demermatologik, dan

pernapasan, asma bronkial, radang, gangguan saluran pencernaan (Ikatan

Apoteker Indonesia, 2013).

Efek samping yang ditimbulkan dari obat kortikosteroid deksametason

cukup serius apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama karena

susunan organ tubuh sensitif terutama anak-anak, proses absorpsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresi sehingga dalam pemberian harus cermat karena

penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping yang

berbahaya. Diantaranya mengalami muka yang membulat (moon face),


3

peningkatan kadar gula dalam darah, dan lebih rentan mengalami infeksi

(Ikatan Apoteker Indonesia, 2013).

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan

Agustus 2019 menunjukkan bahwa obat kortikosteroid jenis deksametason

sering di resepkan di Puskesmas Ketanggungan. Peresepan obat

deksametason ini dilakukan baik pada poli umum, poli gigi dan poli ibu dan

anak sehingga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi tenaga

kesehatan untuk memberikan pengobatan kepada pasien sehingga tercapai

keberhasilan terapi yang optimal ditinjau dari aspek tepat indikasi, dosis dan

interval waktu pemberian.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana evaluasi

penggunaan obat kortikosteroid deksametason di Puskesmas Ketanggungan

ditinjau dari aspek tepat indikasi, dosis dan interval waktu pemberian obat?

1.3 Batasan Masalah

Batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini memiliki rancangan deskriptif.

2. Penelitian dilakukan dengan objek obat kortikosteroid deksametason yang

digunakan secara oral.

3. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ketanggungan pada bulan Januari –

Maret 2020.

4. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa resep pasien pada

pasien anak dan dewasa.


4

5. Evaluasi penggunaan obat ditinjau dari aspek tepat indikasi, dosis, dan

interval waktu pemberian obat deksametason.

6. Pedoman terapi yang digunakan pada penelitian ini adalah. Ikatan

Apoteker Indonesia. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia (Vol. 50)

(2018).

7. British Pharmacopoiea Commision. (2013). British Pharmacopoiea.

London. The Pharmaceutical Pres

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi penggunaan

obat kortikosteroid deksametason di Puskesmas Ketanggungan pada pasien

ditinjau dari aspek tepat indikasi, dosis dan interval waktu pemberian obat.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Bagi masyarakat

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat diperoleh data-data ilmiah

yang memberikan informasi tentang penggunaan obat kotikosteroid

deksametason yang rasional.

2. Bagi Puskesmas

Menjadi salah satu landasan bagi tenaga medis agar dalam penggunaan

obat lebih rasional sesuai dengan dasar-dasar ilmiah yang telah ada.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat memperkaya informasi ilmu pengetahuan serta dapat menjadi dasar

bagi penelitian selanjutnya.


5

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Pembeda Purnami Hidayah Rohmah Benyamin
(2014) (2014) (2018) (2019)
Judul Evaluasi Analisis Evaluasi Evaluasi
penelitian penggunaan rasionalitas rasionalitas penggunaan obat
deksametason penggunaan penggunaan kortikosteroid
pada pasien anak kortikosteroid kortikosteroid pada deksametason
dengan demam pada penyakit penyakit asma pada pasien di
tifoid. asma pasien pasien rawat jalan Puskesmas
rawat inap di di RS PKU Ketanggungan
RSUD X tahun Muhammadiyah
2012. Delanggu tahun
2016.
Subjek Pasien anak Pasien rawat inap Pasien rawat jalan Pasien yang
penelitian dengan deman yang telah yang telah menggunakan
teroid yang didiagnosis asma didiagnosis terapi obat
menggukanan dan pasien penderita asma dan deksametason.
terapi pengguna obat pasien yang
deksametason. kortikosteroid. mendapat terapi
kortikosteroid.
Rancangan Penelitian Penelitian non Penelitian non Penelitian
penelitian observasional eksperimental, eksperimental, deskriptif
dengan jenis pengambilan data pengambilan data kuantitatif dan
penelitian cross- dilakukan secara dilakukan secara pengambilan data
sectional retrospektif dan retrospektif dan dilakukan secara
rekam medis. data di analisa retrospektif dan
dengan metode purposive
deskriptif. sampling.

Tempat RSU Puri RSU Puri RS PKU Puskesmas


penelitian Raharja, Raharja, Muhammadiyah Ketanggungan.
Denpasar Denpasar Delanggu
6

Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Pembeda Purnami Hidayah Rohmah Benyamin


(2014) (2014) (2018) (2019)
Hasil Hasil penelitian Hasil penelitian Hasil penelitian dari Hasil
penelitian penggunaan menunjukan analisis parameter penelitian
deksametason bahwa tepat dosis, menunjukkan
pada pasien kortikosteroid penggunaan bahwa
anak dengan yang paling kortikosteroid yang penggunaan
demam tifoid di banyak diberikan yaitu desametason
RSU Puri digunakan deksametason, berdasarkan
Raharja adalah metilprednisolon, aspek tepat
Denpasar tidak deksametason dan budesonide indikasi, dosis
sesuai (70,41%). pada pasien asma dan interval
rawat jalan di RS waktu
PKU pemberian
Muhammadiyah obat
Delanggu tahun dinyatakan
2016 dinyatakan tepat 100%
100% tepat dosis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggunaan Obat Rasional

Penggunaan obat yang rasional adalah menggunakan obat secara aman

dan efektif, obat harus tersedia dengan harga yang wajar dan dengan

penyimpanan yang baik. Obat haruslah sesuai dengan penyakit oleh karena

itu diagnosis yang ditegakkan harus tepat patofisiologi penyakit, farmakologi

obat, dosis yang diberikan dan waktu pemberian yang tepat, serta evaluasi

terhadap efektifitas dan toksisitas obat tersebut, ada tidaknya kontraindikasi

serta biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien yang disesuaikan dengan

kemampuan pasien tersebut (Fahmiani dkk, 2012).

Penggunaan obat yang tidak rasional seringkali dijumpai dalam praktek

sehari-hari. Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan

dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya.

Dampak negatif dapat berupa dampak klinik (misalnya terjadi efek samping

dan resistensi kuman) dan dampak ekonomi biaya tidak terjangkau

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Kriteria penggunaan obat rasional sebagai berikut (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2011) :

a. Tepat diagnosis

b. Tepat indikasi penyakit

c. Tepat pemilihan obat

7
8

d. Tepat dosis

e. Tepat cara pemberian

f. Tepat interval waktu pemberian

g. Tepat lama pemberian

h. Waspada terhadap efek samping

i. Tepat penilaian kondisi pasien

j. Obat diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta

tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau.

k. Tepat informasi

l. Tepat tindak lanjut

m. Tepat penyerahan obat

n. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan

2.1.1 Rasionalitas Ditinjau dari Tepat Indikasi

Tepat indikasi yaitu terapi obat yang diberikan sesuai dengan

penyakit yang diderita pasien (Depkes, 2008). Adanya kesalahan dalam

penegakkan diagnosis akan berpengaruh pada ketidak tepatan dalam

pemilihan obat, hal ini akan menyebabkan terapi obat yang diberikan

akan memberikan efek yang tidak diinginkan (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2011).


9

2.1.2 Rasionalitas Ditinjau dari Tepat Dosis

Tepat dosis yaitu ketepatan dalam pemberian dosis yang

meliputi ketepatan jumlah, cara pemberian, frekuensi pemberian, dan

lama pemberian (Depkes, 2008).

Tepat dosis meliputi dosis, cara dan lama pemberian obat sangat

berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang

berlabihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang

sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaiknya dosis

yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang

diharapkan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

2.1.3 Rasionalitas Ditinjau dari Tepat Interval Waktu

Interval waktu pemberian merupakan hal yang harus

diperhatikan. Pada umumnya efek obat tergantung pada konsentrasinya

di target site yang berhubungan dengan konsentrasi plasma. Setiap obat

memiliki waktu paruh berbeda (Nila dan Halim, 2013). Cara pemberian

obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah

ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari

(misalnya 4 kali sehari), semarin rendah tingkat ketaatan minum obat.

Obat yang harus diminum 3 kali sehari harus diartikan bahwa obat

tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.

2.2 Penggunaan Obat Di Puskesmas

Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik,

nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN
10

(International Non-propiestary Names) dari WHO (World Health

Organisation) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini

ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan obat yang mengandung

nama generik tersebut sebagai zat tunggal (Yeni, 2015).

Hampir sebagian besar masyarakat tersugesti dengan obat paten, yang

dianggap lebih manjur daripada obat generik. Obat paten adalah obat yang

baru ditemukan berdasarkan riset, dan memiliki masa paten yang tergantung

dari jenis obatnya. Sedangkan obat generik dapat didefinisikan sebagai obat

dengan nama asli zat berkhasiat obat (Jenah, 2014).

Obat generik juga secara sederhana adalah obat yang sudah tidak

dilindungi oleh hak paten. Obat generik yang tidak menggunakan logo pabrik

biasanya dijual dengan harga lebih murah. Istilah OGB dimunculkan oleh

pemerintah pada tahun 1989. Tujuannya adalah menandai obat-obat generik

yang kualitasnya dijamin oleh pemerintah, yakni obat yang diproduksi

dengan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB).

Instalasi pemerintahan lebih sering menggunakan obat generik

disamping harganya murah, khasiatnya sama seperti obat paten. Alasan

pemilihan obat generik pada penelitian kali ini adalah pada tempat yang akan

diteliti yaitu Puskesmas Ketanggungan sebagian besar menggunakan obat

generik (Jenah, 2014).


11

2.3 Kortikosteroid

2.3.1 Definisi Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan kelompok hormon steroid alami pada

manusia yang diproduksi oleh kelenjar korteks adrenal. Penggunaannya

efektif untuk berbagai gangguan inflamasi dan autoimun (Aristia dan

Supadmi, 2018).

Kortikosteroid merupakan anti-inflamasi yang identik dengan

kortisol, hormon steroid alami pada manusia yang disintesis dan

disekresi oleh korteks adrenal. Efek anti-inflamasi kortikosteroid

mempengaruhi berbagai sel imuno kompeten seperti sel T, makrofag,

sel dendritik, eosinofil, neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan

menghambat respon inflamasi dan menyebabkan apoptosis berbagai sel

tersebut (Humaira, 2011).

2.3.2 Penggolongan Kortikosteroid

Kortikosteroid Kortikosteroid sendiri digolongakan menjadi dua

berdasarkan aktifitasnya, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.

Glukokortikoid memiliki peranan pada metabolisme glukosa,

sedangkan mineralokortikoid memiliki retensi garam. Pada manusia,

glukortikoid alami yang utama adalah kortisol atau hidrokortison,

sedangkan mineralokortikoid utama adalah aldosteron. Selain steroid

alami, telah banyak disintetis glukokortikoid sintetik, yang termasuk

golongan obat yang penting karena secara luas digunakan terutama

untuk pengobatan penyakit-penyakit inflamasi. Contoh antara lain


12

adalah deksametason, prednisone, metil prednisolon, triamsinolon dan

betametason (Johan, 2015). Menurut Ak Sya (2018), berdasarkan masa

kerjanya golongan kortikosteroid dibagi menjadi :

1. Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh <12jam, yang

termasuk golongan ini adalah hidrokortison, kortison,

kortikosteron, fludrokortison.

2. Kortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 12-36jam, yaitu

metil prednisolon, prednisone, prednisolon, dan triamsinolon.

3. Kortikosteroid kerja lama dengan masa paruh >36jam, adalah

parametason, betametason, dan deksametason.

2.3.3 Kontra Indikasi Kortikosteroid

Kontra indikasi dalam pemakaian kortikosteroid adalah infeksi

sistemik penderita hypersensitivitas terhadap obat tersebut, vaksinasi

dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis immunosupresive.

Steroid inhalasi dikontraindikasikan untuk serangan akut dan harus

digunakan dengan hati-hati pada anak-anak karena dapat menimbulkan

gangguan pertumbuhan. Namun demikian, obat ini dapat diberikan pada

anak-anak balita dengan suatu spacer atau masker jika obat-obat

penstabil sel mast tidak efektif (Astutik, 2009).

2.3.4 Efek Samping Kortikosteroid

Menurut Astutik (2009) pemakaian kortikosteroid dosis tinggi

dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti :


13

1. Osteoporosis adalah kondisi saat kualitas kepadatan tulang

menurun.

2. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan

darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih.

3. Diabetes alkalosis, dimana keadaan saat kadar basa di dalam tubuh

terlalu tinggi.

4. Hipokalemia adalah kondisi ketika kadar kalsium dalam darah

berada di bawah batas normal.

5. Penurunan kekebalan tubuh.

6. Gastritis adalah kondisi yang disebabkan oleh peradangan

lambung.

7. Gangguan pertumbuhan

8. Katarak adalah kondisi di mana mata mengalami pengaburan atau

penglihatan tidak jelas.

9. Moon face merupakan suatu kondisi wajah yang membulat dan

membengkak akibat timbunan lemak.

10. Kegemukan.

2.3.5 Mekanisme Kerja Kortikosteroid

Menuru Humaira (2011), kortikosteroid bekerja dengan

mempengaruhi kecepatan sintetis protein juga biasa disebut obat dewa.

Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi

pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor

protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks


14

reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan komformasi, lalu

bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini

menstimulasi transkripsi RNA dan sintetis protein spesifik. Induksi

protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid.

2.3.6 Prinsip Penggunaan Kortikosteroid

Menurut Astutik (2009), kortikosteroid mempunyai efek samping

yang serius, penggunaan kortikosteroid harus benar-benar

dipertimbangkan. Beberapa prinsip penggunaan kortikosteroid yaitu :

1. Digunakan dengan dosis efektif terkecil, terutama jika diperlukan

untuk jangka panjang.

2. Digunakan lebih singkat lebih aman.

3. Diberikan pengobatan berselang, pemberian demikian dapat

dipertahankan bertahun-tahun.

4. Tidak boleh diberikan dosis tinggi lebih dari satu bulan.

5. Dosis diturunkan secara bertahap dalam beberapa minggu atau bulan

tergantung besarnya dosis dan lamanya terapi.

6. Penggunaan injeksi sebaiknya dihindari.

7. Dosis dapat dinaikkan 2-3 kali lipat dalam keadaan stres dosis.

8. Digunakan hati-hati pada pasien lanjut usia, gizi buruk, anak-anak,

diabetes.

9. Asupan garam dikurangi.


15

2.4 Deksametason

2.4.1 Pengertian Deksametason

Deksametason adalah kortikosteroid dengan aktivitas utama

glukokortikoid. Deksametason digunakan terutama sebagai agen anti-

inflamasi atau imuno supresan (Purnami, Niruri, Tanasale, dan

Erlangga, 2014). Deksametason merupakan salah satu kortikosteroid

sintetis terampuh. Kemampuannya dalam menanggulangi peradangan

dan alergi, sepuluh kali lebih hebat dari yang dimiliki prednisone

(Ridho, 2010).

Deksametason adalah salah satu kortikosteroid sintesis dengan

aktivitas glukokortikoid yang sangat tinggi sedangkan aktivitas

mineralokortikoid yang rendah, sehingga digunakan untuk kondisi yang

memerlukan kortikosteroid tinggi tanpa retensi cairan yang

membahayakan dan memiliki aktivitas imunosupresan serta efek anti-

inflamasi (Humaira, 2011).

2.4.2 Sifat Fisikokimia

Sifat fisikokimia menggambarkan karakteristik dari setiap obat,

dan deksametason mempunyai struktur kimia sebagai berikut :


16

Rumus struktur menurut (Ditjen POM, 2014)

Gambar 2.1 Struktus Kimia Deksametason


(Ditjen POM, 2014)

Rumus molekul : C22H29 FO5

Berat molekul : 392,47

Nama kimia : 9-Fluoro-11β, 17, 21-trihidroksi-16α- metilpregna-

1,4-diena-3,20-dion

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak

berbau, stabil diudara. Melebur pada suhu lebih

kurang 250° disertai peruraian.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut

dalam aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan

dalam methanol; sukar larut dalam kloroform;

sangat sukar larut dalam eter (Ditjen POM, 2014).

2.4.3 Sediaan Deksametason

Sediaan oral tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, 0,7 mg, 1 mg, 2

mg, 4 mg, dan 6 mg (Humaira, 2011).


17

2.4.4 Dosis Deksametason

Deksametason 0,5mg/tab, dosis sehari dewasa: 0,75 – 9mg, anak

– anak <1 tahun : 0,1 – 0,25mg; 1 – 5 tahun: 0,25 – 1,0mg; 6 – 12

tahun: 0,25 – 2mg (Ikatan Apoteker Indonesia, 2016).

Dosis anak 0,08-0,3 mg/kg/hr dalam dosis terbagi tiap 6-12 jam,

dan untuk dewasa 0,75-9 mg/hr dalam dosis terbagi tiap 6-12 jam

(Ikatan Apoteker Indonesia, 2012).

2.4.5 Indikasi Deksametason

Deksametason digunakan sebagai imunosupresan atau anti alergi,

anti inflamasi, gangguan kolagen, rheumatic, gangguan

demermatologik, dan pernapasan, asma bronkial, radang, gangguan

saluran pencernaan (Ikatan Apoteker Indonesia, 2013).

2.4.6 Kontraindikasi Deksametason

Deksametason mempunyai kontraindikasi, kontra Indikasinya

infeksi fungsi sistemik penderita hypersensitivitas terhadap obat

deksametason (Ikatan Apoteker Indonesia, 2013).

2.4.7 Efek Samping Deksametason

Deksametason mempunyai efek samping jangka panjang seperti

tukak lambung, mata kabur, hipoglikemia, atropi kulit, lemah otot,

menstruasi tidak teratur, dan sakit kepala (Ikatan Apoteker Indonesia,

2013). Efek samping ke organ-organ antara lain. Mata : katarak

subskapular posterior, peningkatan tekanan intraocular, glaukoma

dengan kerusakan nervus optikus, pengurangan daya penglihatan,


18

infeksi sekunder, eksoftalmus. Kardiovaskular : tromboemboli, aritmia,

sinkop, hipertensi, rupture miokardium, gagal jangtung kronik. Sisten

Saraf Pusat : kejang, vertigo, sakit kepala, neuritis, psikosis. Efek pada

saluran pencernaan antara lain pankriatitis, mual, muntah, peningkatan

nafsu makan, dan peningkatan berat badan (Humaira, 2011).

2.4.8 Mekanisme Kerja Deksametason

Deksametason yang bekerja sebagai anti-inflamasi akan menekan

proses migrasi neurtrofil dalam proses peradangan, mengurangi

produksi prostaglandin, dan menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler

darah, sehingga hal tersebut dapat mengurangi respon imun terhadap

inflamasi yang terjadi (Erlangga, Sitanggang, dan Bisri, 2015).

2.5 Puskesmas

2.5.1 Definisi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2016, Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal

dengan sebutan Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

(FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan

Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit

Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota,


19

sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada

kebijakan pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

bersangkutan, yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas

kesehatan kabupaten/kota.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

puskesmas merupakan salah satu fasilitas atau sarana kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mempunyai

wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan

kesehatanmasyarakat, dan berperan penting untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

2.5.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan

sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat

pertama di wilayah kerjanya.

b. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat

pertama di wilayah kerjanya.

c. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.


20

2.5.3 Tujuan Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer 75 tahun 2014

memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran dan kemampuan

hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.

c. Hidup dalam lingkungan sehat. Memiliki derajat kesehatan yang

optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.5.4 Jenis-Jenis Puskesmas

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017), jenis Puskesmas

menurut kemampuan penyelenggaraan kesehatan dibagi dua kelompok

yakni :

a. Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan

sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai

pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

b. Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak

menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan

persalinan normal.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017) Puskesmas pembantu

(Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi

menunjang dan membantu memperluas jangkauan dengan

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam

ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi
21

pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana

yang tersedia.

Puskesmas Ketanggungan merupakan Puskesmas puskesmas

rawat inap dan non rawat inap. Rawat inap sendiri untuk

menyelenggarakan pelayanan rawat inap dan non rawat inap tidak

menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan

persalinan normal.

2.5.5 Profil Puskesmas Ketanggungan

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes (2017), profil

Puskesmas Ketanggungan, meliputi :

1. Keadaan Geografi

Keadaan geografi di Puskesmas Ketanggungan meliputi sebagai

berikut :

a. Letak Geografi

UPTD Puskesmas Ketanggungan terletak di Jalan KH.

Muhtadi No. 19 Karangmalang, Kecamatan Ketanggungan

Kabupaten Brebes Telp.(0284) 358604 Kode pos 52141.

Batas-batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Ketanggungan

meliputi :

1) Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Stasiun

Ketanggungan.

2) Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas

Kecamatan Ketanggungan.
22

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Lapangan

Karangmalang.

4) Sebelah Utara berbatasan dengan Pasar Ketanggungan.

Wilayah UPTS Puskesmas Ketanggungan meliputi dua puluh

satu kelurahan yang ada di kecamatan Ketanggungan, yaitu

kelurahan Kubangjati, Dukuhbadag, Tanggungsari,

Dukuhtengan, Ketanggungan, Dukuhturi, Padakaton,

Karangmalang, Ciduwet, Bulakelor, Baros, Cikeusal Kidul,

Cikeusal Lor, Cieseureuh, Jemasih, Pamedaran, Sindangjaya,

Karangbandung, Buaran, Kubangsari dan Kubangwungu.

(Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, 2017).

2. Topografi

UPTD Puskesmas Ketanggungan yang terletak di

kecamatan Ketanggungan merupakan daerah dataran rendah, yaitu

daerah ketinggiannya Antara 17 – 20 meter di atas permukaan laut

dan berada di bagian barat daya wilayah Kabupaten Brebes. (Dinas

Kesehatan Kabupaten Brebes, 2017).

3. Keadaan Penduduk

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes (2017),

berdasarkan data statistik kecamatan Ketanggungan, jumlah

penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ketanggungan tahun

2017 adalah sebanyak 138.045 jiwa.


23

4. Situasi Sumber Daya Kesehatan

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes (2017), situasi

sumber daya kesehatan di Puskesmas Ketanggungan Kabupaten

Brebes meliputi sebagai berikut:

a. Data Dasar Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan

unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten atau Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas adalah sarana

pelayanan kesehatan ditingkat dasar yang menyelenggarakan

upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,

dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat.

Bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja

Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh

sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk per puskesmas,

maka rasio jumlah puskesmas per 30.000 penduduk di UPTD

Puskesmas Ketanggungan tahun 2017 adalah 0,0046. Ini berarti

jumlah puskesmas di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Ketanggungan masih kurang dari idealnya berjumlah 3

puskesmas. Untuk mengatasi hal ini, jangkauan pelayanan

kesehatan diperluas dengan adanya puskesmas pembantu

(pustu) dan puskesmas keliling (pusling). Dengan adanya

jaringan puskesmas ini, diharapkan pelayanan terhadap


24

kebutuhan kesehatan penduduk wilayah UPTD Puskesmas

Ketanggungan lebih mudah terjangkau dan terlayani dalam

melaksanakan pelayanannya, UPTD Puskesmas Ketanggungan

dibantu dengan adanya 2 puskesmas pembantu, yaitu puskesmas

bulakelor dan puskesmas pembantu kubangwungu.

b. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)

adalah upaya pembangunan kesehatan yang melibatkan peran

serta masyarakata agar masyarakat dapat hidup sehat secara

mandiri. UKBM sendiri terdiri atas desa siaga, forum kesehatan

desa, poliklinik kesehatan desa dan posyandu.

5. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas

Ketanggungan telah tersebar hingga ke puskesmas pembantu, namun

kenyataannya penempata tenaga kesehatan disarana kesehatan

khususnya milik pemerintah masih belum merata ditambah jumlah

kebutuhan tenaga kesehatan sesuai teknis dam fungsinya belum

sepenuhnya terpenuhi, hal ini menyebabkan mutu pelayanan

kesehatan kurang maksimal. Untuk mengetahui apakah jumlah

tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas Ketanggungan sudah sesuai

dengan kebutuhan, makadapat membandingkan dengan target rasio

yang ditetapkan berdasarkan indikator Indonesia sehat (Dinas

Kesehatan Kabupaten Brebes, 2018).


25

6. Visi dan Misi UPTD Puskesmas Ketanggungan

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes (2018) visi misi

UPTD Puskesmas Ketanggungan meliputi:

Visi Puskesmas Ketanggungan Kabupaten Brebes adalah

“Pelayanan kesehatan bermutu dan mandiri menuju masyarakat yang

sehat”.

Sedangkan Misi Puskesmas Ketanggungan Kabupaten Brebes

adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,

manusiawi dan terjangkau oleh masyarakat.

2. Mendororng kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.

4. Menarapkan sistem managemen yang transparan dan akuntabel.

Moto dari puskesmas Ketanggungan adalah :

“Kesehatan dan kepuasan anda adalah harapan kami”


26

2.6 Kerangka Teori

Berdasarkan aktifitas
a. Glukokortikoid Deksametason
b. mineralokortikoid
Kortikosteroid

Berdasarkan masa
kerja:

1. Singkat Penggunaan obat


(<12 jam) rasional
2. Sedang
(12-36 jam) 1. Tepat diagnosis
3. Lama 2. Tepat indikasi
(>36 jam) 3. Tepat dosis
4. Tepat interval
waktu
5. Tepat pemilihan
obat
6. Tepat cara
pemberian
7. pemberian
8. Tepat lama
pemberian.

Gambar 2.2 Kerangka Teori


(Astutik, 2009)
Keterangan :
: Dibahas
27

2.7 Kerangka Konsep

Kortikosteroid

Resep pasien yang Evaluasi berdasarkan tepat


menggunakan terapi obat indikasi, dosis dan interval
deksametason. waktu pemberian obat.
deksametason

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

3.1.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian kali ini adalah ruang lingkup

farmasi komunitas atau farmasi sosial.

3.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ketanggungan yang

bertempatan di Jalan KH. Muhtadi No. 19 Karangmalang, Kecamatan

Ketanggungan Kabupaten Brebes.

3.1.3 Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2019-Maret 2020.

3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif

dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Penelitian deskriptif

adalah mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang di teliti

melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan

analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono,

2009). Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif

yang diangkakan (scoring) (Sugiyono, 2016). Pengambilan data dilakukan

secara retrospektif yaitu dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu

yang diambil dari rekam medik pasien pada periode tertentu (Notoatmodjo,

28
29

2012). Penelitian ini menggambarkan hasil evaluasi penggunaan obat

kortikosteroid deksametason di Puskesmas Ketanggungan ditinjau dari aspek

tepat indikasi, dosis, dan interval waktu pemberian obat.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan data resep pasien yang mengandung obat kortikosteroid

jenis deksametason di Puskesmas Ketanggungan.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang diambil dalam penelitian

ini adalah data resep yang terdapat obat deksametason di Puskesmas

Ketanggungan selama periode Januari – Oktober 2019. Pengambilan

sampel menggunakan purposive sampling, sesuai dengan kriteria

inklusi. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti ciri-ciri yang

sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

Jumlah sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus

slovin (Yeni, 2015), sebagai berikut :


30

N
n =1+N(d2 )

Keterangan:

n =Besar sampel

N =Besar populasi

d = Nilai kritis batas kegiatan yang diinginkan (0,1)

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas

Ketanggungan pada bulan Januari – Oktoberr 2019 maka didapatkan

pupolasi dalam penelitian ini sebanyak 7163 resep yang mengandung

obat deksametason, sehingga penentuan besar sampel dilakukan dengan

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

N
n =1+N(d2 )

7163
n = 1+7163(0,12)

7163
n = 1+71,63

7163
n = 72,63

n =98,6 = 100 resep

Sehingga dari hasil perhitungan tersebut maka sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah 100 resep.


31

3.1.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada resep pasien dengan rentang usia 5-45 tahun yang

mendapat terapi obat deksametason di Puskesmas

Ketanggungan.

2. Resep pasien yang mendapat terapi obat deksametason oral

pada periode Januari – Oktober 2019.

3.1.3.2 Kriteria Eksklusi

Resep pasien yang tidak lengkap, meliputi nama, umur,

jenis kelamin dan indikasi.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan adalah penelitian non eksperimental atau

observasional yaitu penelitian berdasarkan data-data yang ada tanpa

melakukan perlakuan terhadap subyek uji, dengan pendekatan deskriptif

Menurut Sugiyono (2009) penelitian deskriptif, penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih independen tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. Dan

pengumpulan retrospektik, serta menggunakan metode purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu

pertimbangan tertentu seperti ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2010), Penelitian deskriptif yang dimaksud dalam

penelitian ini untuk memperoleh gambaran hasil evaluasi penggunaan


32

obat kortikosteroid deksametason pada pasien di puskesmas

Ketanggungan dengan menggunakan resep yang ada.

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014), Variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyi variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Penelitian ini hanya menggunakan satu objek atau variabel

tunggal. Variabel pada penelitian adalah evaluasi penggunaan obat

kortikosteroid deksametason pada pasien di Puskesmas Ketanggungan.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah berisi komponen variabel yang akan

diteliti ditambah istilah yang dipakai untuk menghubungkan variabel maupun

subjek penelitian bertujuan untuk memudahkan pengumpulan data dan

menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup

variabel (Ariani, 2014).


33

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definis Cara ukur Alat ukur Kriteria Skala
1. Jenis Kondisi fisik yang Melihat
kelamin menentukan status pencatatan Resep 1. Laki-laki Nominal
seorang laki-laki status pasien 2. Perempu
atau perempuan an

2. Umur Umur pasien yang Melihat Resep 1. 5-11 Kategori


menjalani terapi pencatatan tahun
berdasarkan ulang status pasien 2. 12-25
tahun terakhir. tahun
3. 26-45
tahun
(Depkes,
2009)
3. Tepat Terapi obat yang Melihat Informasi 0.Tepat Nominal
indikasi diberikan sesuai indikasi pada Spesialite 1. Tidak
dengan penyakit resep pasien Obat (ISO) tepat
yang diderita vol. 50 tahun
pasien 2016
4. Tepat dosis Dosis yang Melihat aturan Informasi 0. Tepat Nominal
diberikan pada pakai obat Spesialite 1.Tidak tepat
rentang terapi dan pada resep Obat (ISO)
pemberian obat vol. 50 tahun
disesuaikan 2016
dengan kondisi
pasien.

5. Tepat Waktu yang Melihat aturan Informasi 0. Tepat Nominal


interval terletak antara penggunaan Spesialite 1.Tidak tepat
waktu pemberian obat obat pada Obat (ISO)
pemberian saat ini dan resep vol. 50 tahun
selanjutnya. 2016

3.6 Jenis dan Sumber Data

3.6.1 Jenis Data


Jenis dan sumber data yang diperoleh adalah data sekunder.

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen (Sugiyono, 2010). Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data resep pasien yang menggunakan terapi obat
34

deksametason. Data yang digunakan bersifat retrospektif yaitu resep

pada periode Januari – Oktober 2019.

3.6.2 Cara Pengambilan Data


Penelitian ini disesuaikan dengan mengumpulkan data yang

berupa resep. Kemudian data yang terkumpulkan disesuaikan dengan

resep yang mengandung obat deksametason, data dianalisa dengan

mendeskripsikan kesesuaian indikasi, dosis dan interval waktu

pemberian obat.

Dapat di gambarkan tahapan pengumpulan data tersebut sebagai

berikut :

Mengumpulkan data yang berupa resep di


puskesmas Ketanggungan.

Data dipilah-pilah sesuai dengan resep yang


mengandung obat deksametason.

Data resep di analisa.

Deskriptif kesesuaian indikasi, dosis, dan


interval waktu pemberian obat deksametason

Menarik kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Pengumpulan Data


35

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

Pengelolaan data dilakukan untuk mengubah data yang masih mentah

(raw data) sehingga menjadi informasi yang digunakan untuk menjawab

tujuan penelitian. Data yang diambil dari resep pasien yang mendapat terapi

obat deksametason akan dikelompokan serta diolah untuk menghasilkan suatu

informasi. Data yang sudah diolah tersebut selanjutnya akan dilakukan

analisa data. Proses analisis adalah merubah data menjadi informasi yang

diperlukan, penggunaan analisis statistik untuk membuktikan hipotesis dan

interpretasi atas berbagai informasi dalam upaya menjawab berbagai

permasalahan (Supardi dan Surahman, 2014). Data yang diperoleh dari

penelitian ini kemudian dianalisis secara deskriptif, yaitu bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012), data diolah menggunakan rumus (Maakh dkk, 2016) :

Frekuensi masing−masing individu


%= × 100
jumlah frekuensi
36

Tabel 3.2 Formulir Pengambilan Data

Jenis
Rentang Usia Rasionalitas

Usia Pasien
Kelamin
Resep
Tgl.
Interval

Indikasi
No Dosis
Anak Remaja Dewasa waktu
L P
5-11 12-25 26-45
T TT T TT

dst

Jumlah
Lembar
Resep
Presentase(%)

3.8 Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012), penelitian kesehatan menggunakan

manusia sebagai objek yang diteliti di satu sisi, dan sisi yang lain manusia

sebagai peneliti atau yang melakukan penelitian. Hal ini berarti bahwa ada

hubungan timbal balik antara orang sebagai peneliti dan orang sebagai yang

diteliti. Penelitian kesehatan khususnya harus diperhatikan hubungan antara

kedua belah pihak secara etika, atau yang disebut etika penelitian.

Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti harus melakukan survai

ketempat Puskesmas yang akan dilakukan penelitian, apakah di Puskesmas

tersebut ada kasus yang dapat diambil oleh peneliti untuk dijadikan sebagai
37

objek penelitian. Setelah mengetahui kasus yang akan diteliti, peneliti

menanyakan syarat apa saja yang disiapkan oleh peneliti untuk dapat

melaksanakan penelitian di Puskesmas tersebut. Syarat-syarat yang harus

dipenuhi sebagai berikut :

1. Meminta surat pengantar perizinan dari Prodi Farmasi Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan pasien, peneliti tidak mencantumkan

nama pasien dalam pengolahan data penelitian. Pada penelitian ini hanya

menyantumkan usia pasien dan jenis kelamin.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan yang diberikan oleh subjek dijamin dan tidak

disampaikan ke pihak lain yang tidak terkait penelitian tanpa persetujuan

dari sampel penelitian Notoatmodjo (2012).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang evaluasi penggunaan obat kortikosteroid deksametason

pada pasien di Puskesmas Ketanggungan dilakukan pada periode Januari- Oktober

2019. Data yang diambil dari resep adalah identitas nama pasien, umur, jenis

kelamin dan aturan pakai deksametason. Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan data resep pasien yang berobat di Puskesmas Ketanggungan dalam

jangka Januari - Oktober 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu

pertimbangan tertentu. Jumlah resep yang didapat yaitu 100 resep. Hasil

penelitian ini selanjutnya disusun berdasarkan tabel-tabel. Hasil penelitian adalah

sebagai berikut :

4.1 Penggunaan Obat Deksametason Berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia

No. Kategori Usia Jumlah Persentase (%)


1. Anak – anak 5 – 11 tahun 31 31%
2. Remaja 12 – 25 tahun 26 26%
3. Dewasa 26 – 45 tahun 43 43%
Total 100 100%

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa usia pasien yang

menggunakan terapi obat deksametason di Puskesmas Ketanggungan periode

bulan Januari- Oktober 2019, jumlah terbanyak adalah pada usia dewasa yaitu

sebanyak 43 pasien (43%), dibandingkan dengan usia anak-anak sebanyak 31

pasien (31%), dan usia remaja sebanyak 26 pasien (26%).

38
39

Menurut (Depkes, 2009) Usia dewasa termasuk dalam kategori usia

produktif. Pada usia tersebut merupakan usia dengan berbagai kesibukan

karena pekerjaan dan kegiatan lainnya. Dengan banyaknya aktifitas pada usia

dewasa apabila tidak diimbangi dengan menjaga kesehatan tubuh maka

sistem kekebalan tubuhnya menurun. Dimana pada seseorang dengan daya

tahan tubuhnya yang menurun melakukan aktifitas di tempat yang banyak

terdapat faktor risiko penyakit menular seperti virus, maka akan dengan

mudah terserang penyakit. Penyakit tidak menular juga memungkinkan

menyerang pada usia dewasa, dikarenakan aktifitas fisik yang berlebih seperti

pegal-pegal, kelelahan,dll. Dari penyakit yang menyerang tubuh manusia,

memungkinkan terjadinya peradangan dalam tubuh.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Aristia & Supadmi, 2018), usia paling banyak menggunakan kortikosteroid

tepatnya obat deksametason adalah usia 1 – 4 tahun, hal ini dikarenakan pada

usia tersebut rentan terhadap terjadinya penyakit.

4.2 Penggunaan Obat Deksametason Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)


1. Laki – laki 47 47%
2. Perempuan 53 53%
Total 100 100%

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jenis kelamin

pasien yang menggunakan terapi obat deksametason di Puskesmas

Ketanggungan pada periode bulan Januari - Oktober 2019 yang memiliki


40

jumlah dan prosentase tertinggi adalah jenis kelamin perempuan dengan

jumlah 53 pasien (53%), dibandingkan dengan jumlah jenis kelamin laki –

laki yaitu 47 pasien (47%). Hasil tersebut dapat menunjukan bahwa

penggunaan obat deksametason di Puskesmas Ketanggungan lebih banyak

pada perempuan.

Menurut (Kementerian Kesehatan, 2015), pada perempuan (74,2%)

memiliki proporsi aktifitas fisik lebih besar dibandingkan laki – laki (73,1%).

Proporsi aktifitas fisik yang besar pada perempuan maka kekebalan tubuh

bisa saja menurun bila tidak diimbangi dengan menjaga kesehatan tubuh,

khususnya dalam menjaga gaya hidup tetap sehat, sehingga tidak akan mudah

terkena penyakit.

Hasil penelitian berdeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Aristia & Supadmi, 2018), pada penelitiannya diketahui jumlah pasien laki-

laki lebih banyak dari pada pasien perempuan.

4.3 Evaluasi Penggunaan Obat Deksametason

4.3.1 Tepat Indikasi

Evaluasi tepat indikasi disini berdasarkan diagnosa pada resep

pasien di Puskesmas Ketanggungan. Hasil evaluasi tepat indikasi dapat

dilihat pada tabel.


41

Tabel 4.3 Data Hasil Evaluasi Tepat Indikasi

Diagnosa Ketepatan Jumlah Persentase (%)


ISPA Tepat 34 34%
Rhematik Tepat 28 28%
Alergi Gatal Tepat 17 17%
Pembengkakan
Tepat 12 12%
Gusi
Diare Tepat 9 9%
Total 100 100%

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa evaluasi tepat

indikasi pada pasien di Puskesmas Ketanggungan 100% sesuai, dan

indikasi penggunaan deksametason terbanyak adalah ISPA dengan

jumlah 34 pasien (34%).

Inflamasi merupakan respon kompleks biologi dari jaringan

pembuluh darah terhadap stimulus berbahaya seperti patogen, sel – sel

tubuh yang rusak, atau iritan. Tanda inflamasi, luka dan infeksi tidak

akan pernah sembuh dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang

berbahaya. Rasa sakit, kemerahan, bengkak, dan disfungsi jaringan

serta organ merupakan tanda terjadinya inflamasi (Setia & Tjitaresmi,

2010). Dari diagnosa diatas penyakit ISPA, rheumatic, alergi gatal,

pembengkakan gusi dan diare termasuk penyakit yang menimbulkan

proses peradangan dalam tubuh. Peradangan ini dapat diatasi dengan

kortikosteroid.

Kortikosteroid merupakan kelompok hormon steroid alami pada

manusia yang diproduksi oleh kelenjar korteks adrenal. Penggunaannya


42

efektif untuk berbagai gangguan inflamasi dan autoimun (Aristia &

Supadmi, 2018). Salah satu obat kortikosteroid yang biasa digunakan

dalam peresepan adalah deksametason.

Deksametason digunakan sebagai imunosupresan atau anti alergi,

anti inflamasi, gangguan kolagen, rheumatik, gangguan

demermatologik dan pernafasan, asma bronkial, radang, gangguan

saluran pencernaan (Ikatan Apoteker Indonesia, 2016).

Menurut (Hapsari & Rahmawati, 2010), golongan kortikosteroid

menempati urutan kelima dengan persentase 6,82%, untuk pengobatan

ISPA. kortikosteroid digunakan untuk mengurangi edema dengan

menekan proses inflamasi lokal. ISPA diawali dengan masuknya virus

sebagai antigen ke saluran pernafasan bergerak kearah faring atau

saluran nafas lainnya atau dengan suatu tangkapan reflek spasmus oleh

faring. Jika reflek tersebut gagal maka virus merusak lapisan mukosa

saluran pernafasan sehingga akan terjadi inflamasi pada saluran nafas

seperti kemerahan, rasa sakit dan panas dan pembengkakan.

Kortikosteroid yang paling banyak digunakan untuk pengobatan ISPA

adalah deksametason.

Obat kortikosteroid deksametason di berikan kepada pasien

apabila pasien itu mengalami suatu peradangan atau inflamasi, seperti

yang terjadi pada penyakit ISPA, reumatik, alergi gatal, pembengkakan

gusi, dan diare. Reumatik adalah penyakit autoimun yang disebabkan

karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan


43

kerusakan sendi dan nyeri, reumatik mengakibatkan peradangan pada

lapisan dalam pembungkus sendi (Nugraha, 2017). Alergi gatal adalah

suatu peradangan yang terjadi kulit penderita (Evina, 2015). Gusi

bengkak atau pembengakan gusi berarti pada gusi tersebut terjadi

peradangan atau inflamasi (Amalia, 2018). Dan diare merupakan

keadaan ketika seseorang mengalami peradangan pada kolon sehingga

menyebabkan tinja encer, dapat bercampur darah dan lender kadang

disertai muntah – muntah (Dewi, Madiastuti, & Yuliantini, 2018). Dari

penjelasan tersebut maka pada pengobatan penyakit ISPA, reumatik,

alergi gatal, pembengkakan gusi dan diare perlu di berikannya

kortikosteroid untuk mengobati peradangan yang terjadi pada pasien.

4.3.2 Tepat Dosis

Tabel 4.4 Data Hasil Evaluasi Tepat Dosis

No. Data Tepat Dosis Jumlah Persentase (%)


1. Tepat Dosis 100 100%
2. Tidak Tepat Dosis - -
Total 100 100%

Pada penelitian ini dilakukan pendataan mengenai tepat dosis.

Tepat dosis disini dilihat dari usia pasien. Penentuan tepat dosis berpacu

pada aturan pakai yang tertera dalam Buku Informasi Spesialite Obat

(ISO). Hasil evaluasi tepat dosis penggunaan obat deksametason pada

pasien di Puskesmas Ketanggungan 100% tepat dosis.

Penggunaan deksametason dinyatakan tepat dosis apabila aturan

pakai yang tertera dalam resep sesuai dengan yang tertera pada
44

Informasi Spesialite Obat (ISO). Dimana penggunaannya tepat dosis

dalam sehari jika anak 1–5 tahun: 0,25mg - 1,0mg, anak 6-12 tahun:

0,25mg – 2mg, dan dewasa: 0,75mg – 9mg. Dalam hasil penggunaan

obat deksametason dinyatakan tepat dosis karena dosis yang diberikan

sesuai dengan aturan pakai yang tertera pada Informasi Spesialite Obat

(ISO).

Tepat dosis diteliti dalam penelitian ini, dosis merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu terapi. Pemberian obat

dengan dosis tinggi dapat menyebabkan efek samping bahkan dapat

menimbulkan toksisitas, sedangkan dosis kurang dapat menyebabkan

tidak tercapainya efek terapi. Penggunaan kortikosteroid yang tidak

sesuai berpotensi menimbulkan efek samping yang serius seperti

kegemukan, katarak, gangguan pertumbuhan, hipertensi, mood face,

dan osteoporosis, oleh karena itu dalam penggunaan kortikosteroid

membutuhkan pertimbangan berkaitan dengan resiko dan manfaat

untuk pasien, efek samping yang ditimbulkan oleh kortikosteroid akan

menjadi semakin buruk apabila digunakan tidak sesuai dengan dosis

(Aristia & Supadmi, 2018). Salah satu obat kortikosteroid yang banyak

diguanakan dalam peresepan adalah deksametason.

Dalam penggunaan deksametason yang tidak sesuai berpotensi

menimbulkan efek samping jangka panjang seperti tukak lambung,

mata kabur, hipoglikemia, atropi kulit, lemah otot, menstruasi tidak

teratur dan sakit kepala (Ikatan Apoteker Indonesia, 2016).


45

4.3.3 Tepat Interval Waktu Pemberian

Tabel 4.5 Data Hasil Evaluasi Tepat Interval Waktu Pemberian


Obat Deksametason

Data Tepat Interval Persentase


No. Jumlah
Waktu Pemberian (%)
Tepat Interval Waktu
1. 100 100%
Pemberian
Tidak Tepat Interval
2. - -
Waktu Pemberian
Total 100 100%

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ketepatan

interval waktu pemberian obat deksametason pada pasien di Puskesmas

Ketanggungan 100% tepat interval waktu pemberian. Penggunaan

deksametason dinyatakan tepat interval waktu pemberian apabila

indikator interval waktu pemberian 6 - 12 jam atau 2-4 kali sehari

(Ikatan Apoteker Indonesia, 2016).

Pengertian interval waktu pemberian menurut Modul Pengobatan

Rasional yang dikeluarkan Kemenkes tahun 2011 adalah cara

pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis

agar mudah ditaati oleh pasien. Obat yang diminum 3 kali sehari harus

diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8

jam.

Interval waktu pemberian obat erat hubungannya dengan waktu

paruh yang dimiliki masing – masing obat. Waktu paruh biologis

bervariasi secara luas antara obat. Untuk beberapa obat waktu paruh
46

tersebut hanya beberapa menit, sedangkan obat lain hanya sampai

beberapa jam atau berhari - hari. Obat dengan half – time panjang, lebih

dari 24 jam, pada umumnya cukup diberikan dosis 1 kali sehari dan

tidak perlu sampai 2 atau 3 kali. Sebaliknya, obat yang dimetabolisme

cepat dan waktu paruhnya pendek, perlu diberikan sampai 3 – 6 kali

sehari agar kadar plasmanya tetap tinggi. Data tentang waktu paruh

biologis berguna dalam menentukan regimen dosis yang paling tepat

untuk mencapai dan menjaga level obat dalam darah yang dikehendaki.

Penentuan seperti ini biasanya menghasilkan jadwal pemberian dosis

yang dianjurkan untuk suatu obat, seperti obat diminum tiap 4 jam, 6

jam, 8 jam dan seterusnya(Yosmar, Andani, & Arifin, 2015).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan:

1. Karakteristik pasien penggunaan obat kortikosteroid deksametason

berdasarkan usia pasien terbanyak adalah pada usia dewasa (26-45 tahun)

sebanyak 43 pasien dengan persentase 43%, dan berdasarkan jenis

kelamin terbanyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 53 pasien

dengan persentase 53%.

2. Hasil evaluasi kesesuaian penggunaan obat kortikosteroid deksametason

ditinjau dari tepat indikasi berdasarkan diagnosa sebesar 100% sesuai,

ditinjau dari tepat dosis berdasarkan umur sebesar 100% sesuai dan

ditinjau dari interval pemberian obat sebesar 100% sesuai.

3. Serta, hasil diagnosis dalam presentase adalah pada ispa 34 pasien (34%),
rhematik 28 pasien (28%), alergi gatal 17 pasien (17%), pembengkakan
gusi 12 pasien (12%), diare 9 pasien (9%).
5.2 Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti mengenai penggunaan

obat kortikosteroid deksametason dan dapat dispesifikasi penyakit tertentu.

47
DAFTAR PUSTAKA

Ak Sya. 2018. Anti Inflamasi Steroid. Diambil dari http://www.academia.edu/873


7985/Anti_Inflamasi_Steroid
Amalia, drg. A. 2018. Gusi Bengkak. Retrieved March 23, 2019, from https://
orangedentalhouse.com/gusi-bengkak/
Ariani, A. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Aristia, B. F., dan Supadmi, W. 2018. Evaluasi Penggunaan Kortikosteroid Pada
Pasien Anak Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Januari – Maret
2015, 11.
Astutik, E. D. 2009. Kajian Penggunaan Obat Golongan Kortikosteroid Pada
Pasien Asma Pediatri Di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang
Boyolali Tahun 2008, 21.
British Pharmacopoiea Commision. (2013). British Pharmacopoiea. London. The
Pharmaceutical Pres
Chrohn’s dan Colitis Foundation. 2015. Corticosteroids. Diambil dari http://www.
ccfa.org/corticosteroids-2015.pdf.

Departenen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Materi Pelatihan Peningkata


Pengetahuan dam Ketrampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan.

Departenen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Indonesia.


Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi, A., Madiastuti, M., dan Yuliantini, S. 2018. Faktor-Faktor Yang Ber-
hubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Desa
Cijoro Pasir Wilayah Kerja Puskesmas Rangkasbitung Kabupaten Lebak
Provinsi Banten Tahun 2017. 41, 14.
Dinas Kesehatan. 2017. Profil UPTD Puskesmas Ketanggungan. Kabupaten
Brebes.
Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia (EdisiV).Jakarta:Departemen Kesehatan
R.I.
Erlangga, M. E., Sitanggang, R. H., dan Bisri, T. 2015. Perbandingan Pemberian
Deksametason 10 mg dengan 15 mg Intravena sebagai Adjuvan Analgetik
terhadap Skala Nyeri Pascabedah pada Pasien yang Dilakukan Radikal
Mastektomi Termodifikasi. Jurnal Anestesi Perioperatif, 3(3), 146–154.
https://doi.org/10.15851/jap.v3n3.607

48
49

Evina, B. 2015. Clinical Manifestations And Diagnostic Criteria Of Atopic


Dermatitis. 8.
Fahmiani, A., Arsin, A., dan Jafar, N. 2012. Faktor yang Berhubungan Dengan
Peresepan Obat Untuk Penyakit Ispa Non Pneumonia dan Diare Non
Spesifik di Puskesmas Kota Makasar Tahun 2012, vol 2.
Gilman, A. G. 2012. Goodman dan Gilman Dasar Farmakologi Terapi (10 ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guidry, J. A., George, J. N., Vesely, S. K., Kennison, S. M., dan Terrell, D. R.
2009. Corticosteroid side-effects and risk for bleeding in immune
thrombocytopenic purpura: patient and hematologist perspectives.
European Journal of Haematology, 83(3), 175–182. https://doi.org/10.
1111/j.1600-0609.2009.01265.x
Hapsari, R. Y. D.,danRahmawati, F. 2010.Gambaran Pengobatan Pada Penderita
Ispa (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Di Puskesmas Trucuk 1 Klaten
Tahun 2010, 11.
Hidayah, Arum Nuril. 2014. Analisis Rasionalotas Penggunaan Kortikosteroid
Pada Penyakit Asma Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta Tahun 2012.
Humaira, A. 2011. Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet
Deksametason Yang Dijual Di Pasar Pramuka Dengan Spektrofotometer
UV-VIS, 58.
Ikatan Apoteker Indonesia.2012.Obat-obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasi-
an Edisi Revisi. Yogyakarta: Fakultas UGM.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. Informasi Spesialite Obat (Vol. 48). Jakarta: PT
ISFI.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia (Vol.
50). Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
Jenah, R. A. 2014, September. Antara Obat Paten dan Generik.
Johan, R. 2015. Penggunaan Kortikosteroid Topikal yang Tepat. CONTINUING
PROFESSIONAL DEVELOPMENT, 42(4), 5.

Kementerian Kesehatan. 2015. Pembinaan Kesehatan OlahRaga Di Indonesia.

Mahendra, I. B. 2016. Pengaruh kortikosteroid Inhalasi Terhadap Pertumbuhan.


Maahk, dkk. 2016. Pengolahan Data dan Analisa Data.
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
50

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Purnami, N. P. ., Niruri, R., Tanasale, J. ., dan Erlangga, I. B. 2014. Evaluasi
Penggunaan Deksametason Pada Pasien Anak Dengan Demam Tifoid.

Ridho dan Ismail. 2010. Deksametason Merupakan Salah Satu Obat Golongan
Kortikosteroid Sintetik.

Rohmah, A. R dan Kusnaeni 2018. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan


Kortikosteroid Pada Penyakit Asma Pasien Rawat Jalan di RS PKU
Muhammadiyah Delenggu Tahun 2016.

Setia, A. I. D., dan Tjitaresmi, A. 2010. Aktivitas Antiinflamasi Dari Berbagai


Tanaman : Sebuah Review, 14, 10.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan RdanD. Bandung:


Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan RdanD. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan RdanD. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Supardi, S., dan Surahman. 2014. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa
Farmasi. Jakarta: Trans Indo Media.
Syukriah, S. 2017. Pengaruh Pemberian Deksametason Terhadap Kadar ALP
Dan Kreatinin, 5.
Yeni, P. S. I. 2015. Faktor-Faktor Yaang Berhubungan Dengan Pengetahuan
Penggunaan Obat Generik Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015, 81.
Yosmar, R., Andani, M., & Arifin, H. (2015). Kajian Regimen Dosis Penggunaan
Obat Asma pada Pasien Pediatri Rawat Inap di Bangsal Anak RSUP. Dr.
M. Djamil Padang. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 2(1), 22.
https://doi.org/10.29208/jsfk.2015.2.1.48
51

LAMPIRAN
52

1. Lampiran Surat Ijin Penelitian Politeknik Harapan Bersama Tegal


53

2. Lampiran Surat balasan dari Puskesmas Ketanggungan


54

3. Lampiran Foto Puskesmas Ketanggungan

Ruang Obat

Tempat Peracikan
55

Tempat Obat

Tempat Pembuatan Etiket Dan Penyerahan Obat


56

Obat Deksametason
57

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Pasien


KETEPATAN
KETEPATAN INTERVAL
NAMA JENIS INTERVAL WAKTU INDIKASI KETEPATAN WAKTU
NO USIA KELAMIN DIAGNOSA DOSIS DOSIS PEMBERIAN
PASIEN PEMBERIAN
TIDAK TIDAK TIDAK
L P TEPAT TEPAT TEPAT
TEPAT TEPAT TEPAT
1 Tn. S. A. 29 L ISPA 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
2 Ny. C. 38 P Rheumatik 6 mg 2 kali sehari 1 tablet V V V
3 An. A. P. 9 L ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
4 An. F. A. A. 7 L ISPA 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
5 An. D. 9 L ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
6 An. A. F. 7 L ISPA 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
7 Sdri. F. 12 P ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
Pembengkakan
8 Sdr. M. E. 12 L gusi 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V

9 Sdri. A. V. 14 P Pembengkakan 3 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V


gusi
10 Sdr. N. D. 15 L ISPA 3 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
11 An. A. S. 11 L Diare 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
12 An. S. V. 8 P ISPA 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
13 An. I. N. 8 P Alergi gatal 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
14 An. S. N.A 10 P ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V

15 Sdr. I. S. 18 L Pembengkakan 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
58

16 Sdr. A. 20 P Pembengkakan 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi

17 Ny. C. 45 P Pembengkakan 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
18 Ny. D. 45 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
19 Tn. I. R. 39 L Diare 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
20 An. M. S. 9 L ISPA 0,75 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
21 Sdri. K. 19 P Alergi gatal 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
22 An. I. 7 P ISPA 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
23 An. F. 7 L ISPA 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
24 Tn. D. 35 L ISPA 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
25 Sdri. N. 11 P ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
26 Sdr. A. E. 15 L Alergi gatal 3 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
27 Sdr. M. A. 12 L Alergi gatal 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
28 Ny. R. 45 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V

29 Sdr. M. A. 15 L Pembengkakan 3 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V


gusi
30 Ny. T. 37 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
31 An. A. F. 9 L Diare 0,75 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V

32 Ny. D. 33 P Pembengkakan 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi

33 Sdr. A. N. 16 L Pembengkakan 3 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V


gusi

34 Sdri. F. R. 18 P Pembengkakan 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
59

35 An. M. H. 8 L Alergi gatal 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V


36 Tn. R. 33 L Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
37 An. Z. 10 L ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
38 Sdri. L. 13 P ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
39 Sdri. D. 19 P ISPA 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
40 An. A. B. 9 L ISPA 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
41 An. B. B. 6 L ISPA 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
42 Sdr. F. A. 14 L Alergi gatal 3 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
43 Ny. S. H. 45 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
44 Tn. T. S. 40 L Alergi gatal 6 mg 2 kali sehari 1 tablet V V V
45 Sdr. A. K. 13 L Alergi gatal 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
46 Ny. S. M. 37 P ISPA 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V

47 Ny. W. 45 P Pembengkakan 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
48 An. A. D. 11 L ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
49 Tn. N. 32 L ISPA 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V

50 Ny. S. 37 P Pembengkakan 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
51 An. N. I. 6 L ISPA 0.75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
52 Ny.Y. 38 P Alergi gatal 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
53 An. C.F. 7 P Diare 0,75 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
54 Tn. A. S. 29 L Alergi gatal 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V

55 Ny. N. 27 p Pembengkakan 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
56 Tn. C. 31 L Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
60

57 Ny. D. M. 19 P Alergi gatal 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


58 Ny. A. T. 43 p Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
59 Ny. I. 39 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
60 Sdri. A. I. 14 P Diare 3 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
61 Sdri. F.L. 16 P ISPA 3 mg 2 kali sehari 1/2 tablet V V V
62 Sdri.G. S. 17 P Diare 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
63 Sdr. M. R. 11 L ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
64 An. D. N. P. 9 L ISPA 0,75 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
65 Sdri. I.U. 15 P ISPA 3 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
66 Sdr. M. R.N. 17 L ISPA 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
67 An. M. A. 9 L Alergi gatal 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
68 Sdri. T. W. 13 P ISPA 3 mg 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
69 Tn. R. H. 35 L Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
70 Ny. L. M. 27 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
71 Tn. M. A. 27 L Alergi gatal 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
72 Ny. S. U. 31 P Alergi gatal 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
73 Ny. R. 45 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
74 Tn. A. M. 29 L Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
75 Sdr. H. F. 17 L ISPA 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
76 Sdri. T. N. 11 P ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
77 Ny. W. N. 23 P ISPA 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
78 Ny. T. 38 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
79 A. P. 36 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
80 N. A. 41 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
81 I. P. 35 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
61

82 Sdri. R. F. 12 P Diare 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V


83 An. H . S. 11 L Alergi gatal 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
84 An. D. A. 10 P Alergi gatal 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
85 An. H . 9 P ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
86 Ny. S. 39 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
87 An. P. 9 L Diare 1,5 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
88 An. P. I. 11 P ISPA 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
89 Ny. S. M. 35 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
90 Ny. T. 42 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
91 Tn. T. 39 L Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
92 An. A. P. 10 L Diare 1,5 mg 3 kali sehari 1 pulvis V V V
93 Ny. W. 30 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
94 Tn. J.Y. 37 L Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
95 An. L. 9 P Alergi gatal 1,5 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
96 Tn. S. 40 L Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
97 Tn. M. 45 L Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
98 Tn. S. 45 L Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
99 Ny. R. 37 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
100 Ny. S. 29 P Rheumatik 6 mg 3 kali sehari 1 tablet V V V
62

CURICULUM VITAE

Nama : BENYAMIN SUSANTO

NIM : 17080152

TTL : Pekalongan, 01 agustus 1998

Alamat Lengkap : JL.Stasiun No. 21 RT.006/RW.001 Desa Cidegog,


Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes

Telepon.HP : 081930560026

Riwayat Pendidikan

SD : SDN Kersana 02, Kersana, Brebes

SMP : SMPN 01 Tanjung, Tanjung, Brebes

SMA : SMA 2 Negeri Brebes

D III : Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal

Nama Ayah : Dedy Susanto

Nama Ibu : Ester Chasem

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Pekerjaan Ibu : Wiraswasta

Alamat Orang Tua : JL.Stasiun No. 21 RT.006/RW.001 Desa Cidegog,


Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes

Judul KTI : EVALUASI PENGGUNAAN OBAT


KORTIKOSTEROID DEKSAMETASON PADA
PASIEN DI PUSKESMAS KETANGGUNGAN

Anda mungkin juga menyukai