Anda di halaman 1dari 76

Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085.

546X

Diterbitkan Atas Kerjasama


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Dengan
Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia
ISSN 2085-546X

Pelindung
Dr. Drg. Zaki Mubarak, MS.
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah

Penanggung Jawab
Dr. Drg. Hj. Suzanna Sungkar, Sp. KGA
Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah

Ketua Penyunting
Dr. Drg. Munifah, MARS.

Wakil Ketua Penyunting


Drg. Rachmi Fanani Hakim, M.Si

Penyunting Ahli
Prof. drg. Bambang Irawan, Ph.D
Prof. Dr. drg. Narlan Sumawinata, Sp. KG
Prof. Boy M. Bachtiar, Ph.D
Prof. Dr. drg. Eki S. Soemantri, Sp. Ortho
Dr. drg. Rasmi Rikmasri, Sp. Pros (K)
Prof. Dr. Coen Pramono, Sp. BM
Prof. Dr. drg. Dewi Nurul, MS, Sp. Perio
drg. Gus Permana Subita, Ph.D, Sp. PM
Prof. Dr. drg. Hanna H. B. Iskandar, Sp. RKG
Prof . Dr. drg. Retno Hayati, Sp. KGA

Penyunting Pelaksana
drg. Ahmad Fauzi Muharriri, Sp. KG
drg. Sarinah Rambe
drg. Siti Coryniken
drg. Asmaul Husna
drg. Sartika

Desain Grafis
drg. Rizki Dumna
drg. Rizky Darmawan

Pelaksana Tata Usaha


Nurmalawati, ST
Muhammad Aulia Azmi

SEKRETARIAT REDAKSI:
Cakradonya Dental Journal
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Syiah Kuala
Darussalam Banda Aceh
Aceh-Indonesia
23211

TELEPHONE/ FAX:
0651 7555183

EMAIL:
cakradonyadentaljournal@gmail.com

WEBSITE:
jurnal.unsyiah.ac.id/cdj
From Editor’s Desk

Cakradonya Dental Journal (CDJ) diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi sebagai media
komunikasi ilmiah untuk pemajuan dan perkembangan intelektualitas civitas akademika antar
perguruan tinggi, peneliti dan stakeholder yang mengetengahkan tentang kesehatan gigi dan
mulut serta keilmuan lain yang terkait. Pada volume 8 nomor 2 ini kami ingin mengajak untuk
mengenali dan mengetahui lebih dalam mengenai berbagai hal seputar kesehatan gigi mulut
mulai dari jenis kelainan dan penyakit rongga mulut, resiko, faktor pemicu, perawatannya,
sampai dengan terobosan-terobosan medis yang ditemukan. Kesemuanya menarik dan
memberikan kita informasi tentang hal-hal sederhana di seliling kita yang berpengaruh terhadap
kesehatan. Sebagaimana sebelumnya, volume ini menyuguhkan tentang penelitian
pengembangan kedokteran gigi dan korelasi ilmu kesehatan integrasi mencakup bidang
Konservasi, Biologi Oral, Kesehatan Masyarakat, Ortodonsia, Prostodonsia, Bedah Mulut,
Periodonsia dan Dental Material.

Ucapan terima kasih kepada penulis atas kepercayaan memilih CDJ sebagai wadah publikasi
ilmiah. Kepercayaan anda ini akan menjadi tantangan bagi kami untuk selalu memperbaharui
dan memperbaiki sistem dan manajemen pengelolaan jurnal CDJ menjadi lebih baik.

Semoga informasi yang CDJ ketengahkan pada edisi ini dapat menambah hasanah pengetahuan
Anda dan menjaga diri kita senantiasa sehat. Kami ingin mengajak pembaca untuk selalu
melengkapi diri dengan informasi. Mengenali dan mengetahui sesuatu jauh lebih baik artinya
daripada berada pada ketidak-tahuan. Trust me, knowledge can save our lives.

Salam Sehat,

Dr.drg Munifah Abdat, MARS


Editor In Chief
ISSN 2085-546X
Cakradonya Dental Journal
Volume 8 Desember Nomor 2

DAFTAR ISI

Efek Antibakteri Ekstrak Batang Serai (cymbopogoncitratus)


Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis................................................................... 69-78
Cut Soraya, Sunnati, Vivi Maulina

Kemampuan Air Rebusan Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight) Terhadap


Jumlah Makrofag Pada Gambaran Histologi Periodontitis Agresif
(Penelitian Pada Tikus Model)..................................................................................................79-87
Ridha Andayani, Abdillah Imron Nasution, Afini Rahimi

Perbandingan Kecepatan Laju Aliran Saliva Sebelum Dan Sesudah Konsumsi


Kopi Robusta (Coffea cannephora) ..................................................................................... 88-91
Santi Chismirina, Afrina, Cut Maidis Safrianda

Efek Imbibisi Perendaman Bahan Cetak Hydrocolloid Irreversible Alginate


Dalam Sodium Hypochlorite .................................................................................................. 92-97
Didin Kustantiningtyastuti, Afwardi, Siti Coryniken

Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Muda Terhadap Penanganan Trauma


Dentoalveolar Di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Syiah Kuala ............................ 98-104
Teuku Ahmad Arbi, Cut Fera Novita, Mulya

Studi Diameter Tubulus Dentin Setelah Pemaparan Fluoride 1500 ppm


(Gambaran Atomic Force Microscopy) ........................................................................105-110
Abdillah Imron Nasution, Mursal, Iqbal Saputra

Evaluasi Kekasaran Permukaan Glass Ionomer Cement (GIC) Konvensional


Setelah Perendaman Dalam Minuman Berkarbonasi ...................................................111-116
Viona Diansari, Diana Setya Ningsih, Cindy Moulinda

Hubungan Antara Stres Akademik Dengan Gingivitis Pada Mahasiswa


Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala ...........................................117-122
Sunnati, Sri Rezeki, Rizky Darmawan

Gambaran Penggunaan Persetujuan Medis (Inform Consent) oleh


Dokter Gigi Muda Di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Syiah Kuala ..................123-131
Herwanda, Liana Rahmayani, Sarah Fadhilla

Dampak Maloklusi Gigi Anterior Protusif Terhadap Status Psikososial


Remaja Usia 15-17 Tahun Menggunakan Indeks PIDAQ
(Studi Pada 4 SMAN Banda Aceh)................................................................................132-138
Rafinus Arifin, Sunnati, Rizky Kurniawan Siregar
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK BATANG SERAI (CYMBOPOGON


CITRATUS) TERHADAP PERTUMBUHAN ENTEROCOCCUS FAECALIS

ANTIBACTERIAL EFFECT OF EXTRACTS LEMONGRASS


(CYMBOPOGON CITRATUS) TO THE GROWTH OF E. FAECALIS
Cut soraya, Sunnati, Vivi maulina
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

Abstrak
Hampir semua penyakit pulpa atau penyakit periradikuler disebabkan oleh bakteri. Enterococcus
faecalis (E. faecalis) merupakan salah satu bakteri yang sering menyebabkan terjadinya kegagalan
perawatan saluran akar. Salah satu tahapan penting dalam perawatan saluran akar adalah preparasi
dan desinfeksi saluran akar menggunakan bahan antibakteri. Batang serai (Cymbopogon
citratus) adalah salah satu tanaman herbal yang mengandung senyawa antibakteri alkaloid,
flavonoid, saponin, terpenoid dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek antibakteri
ekstrak batang serai terhadap pertumbuhan E. faecalis. Jenis penelitian ini adalah eksperimental
laboratoris. Ekstrak batang serai dibuat dengan metode maserasi dalam pelarut etanol 96% dan
diuji fitokimia. Uji pengaruh efek antibakteri ekstrak batang serai terhadap pertumbuhan E.
faecalis dilakukan dengan metode difusi cakram pada media MHA. Konsentrasi ekstrak batang serai
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25%, 50%, 75%, dan 100%. Zona hambat tertinggi
terbentuk pada ekstrak 100% seluas 11,3 mm, namun tidak lebih tinggi dari pada CHX 2% seluas
24,9 mm. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dengan p<0,05 yang
menunjukkan terdapat efek antibakteri ekstrak serai terhadap pertumbuhan E. faecalis. Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak batang serai (Cymbopogon citratus) memiliki
efek antibakteri terhadap pertumbuhan E. faecalis.
Kata kunci: Saluran akar, Enterococcus faecalis, serai (Cymbopogon citratus)

Abstract
Almost all pulp disease or periradicular disease caused by bacterium.Enterococcus faecalis (E.
faecalis) isone of bacteria that often caused failure of root canal treatment. One important step
in root canal treatment is preparation and disinfecting root canal using antibacterial
material. Lemongrass (Cymbopogon citratus) is one herb that contains antibacterial compounds
alkaloids, flavonoids, saponins, terpenoids, and tannin. The purpose of this research was to know the
antibacterial effect of extracts lemongrass to the growth of E. faecalis. This type of research is an
experimental laboratory. Lemongrass extract made by maceration method in 96% ethanol and tested
phytochemical. The effect test of the antibacterial of extracts lemongrass to the growth E. faecalis
done by disc diffusion method on MHA media. Lemongrass extract concentrations used in this
research is 25%, 50%, 75%, and 100%. The highest inhibit zone i s formed on the extract 100%
measuring 11,3 mm, but not higher than 2% CHX measuring 24,9mm. Research data analyzed by
Kruskal-Wallis test by p<0,05 wich indicates the antibacterial effects of extract lemongrass to the
growth of E. faecalis. The conclusion of this research that the extract lemongrass (Cymbopogon
citratus) has an antibacterial effect on the growth of E. faecalis.
Keywords: Root canal, Enterococcus faecalis, Lemongrass (Cymbopogon citratus)

69
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

PENDAHULUAN E. fecalis adalah klorheksidin glukonat.


Hampir semua penyakit pulpa atau Penelitian lebih lanjut melaporkan bahwa
penyakit periradikuler disebabkan oleh klorheksidin glukonat masih memiliki
bakteri.1 Lebih dari 700 spesies bakteri kekurangan, antara lain apabila digunakan
ditemukan di dalam rongga mulut.2 Sembilan secara rutin dapat meninggalkan stain pada
puluh persen bakteri yang ditemukan di gigi, sedangkan pada pemakaian sebagai
saluran akar merupakan bakteri anaerob.3 medikamen saluran akar klorheksidin glukonat
Terdapat banyak mikroba penyebab infeksi tidak mampu melarutkan jaringan dan sulit
saluran akar, antara lain: Streptococcus mitis, dibersihkan dari saluran akar.9
Streptococcus oralis, Streptococcus sanguis, Saat ini banyak diteliti penggunaan
Staphylococcus salivarius, Bacillus spp, bahan herbal sebagai obat termasuk dalam
Lactobacillus acidophilus, Actinomyces bidang kedokteran gigi. Salah satu tanaman
odontolyticus, Actinomyces meyeri, yang dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba
Porphyromonas endodontalis, Porphyromonas adalah tanaman serai (Cymbopogon citratus).
gingivalis, Candida albicans, Enterococcus Minyak atsiri serai mengandung geranial,
faecalis (E. faecalis), dan masih banyak lagi neral dan mirsen yang memiliki aktifitas
yang lainnya.4 antimikroba pada Gram-positif dan Gram-
Enterococcus faecalis adalah bakteri negatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Gram-positif yang berada dalam kondisi Howarto dkk (2015) menemukan bahwa
berpasangan, tunggal atau rantai pendek. minyak atsiri batang serai memiliki aktifitas
Enterococcus faecalis berbentuk oval atau antibakteri untuk menghambat pertumbuhan
bulat telur. Pada blood agar, permukaan bakteri E. faecalis pada konsentrasi 25%, 50%,
koloni berbentuk sirkular, halus dan 75%, 100%. Variabel kontrol mengunakan
menyeluruh. Enterococcus faecalis termasuk klindamisin sebagai kontrol positif dan
bakteri anerob fakultatif.5 Kemampuan E. carboxy methyl cellulose (CMC) sebagai
faecalis untuk hidup dalam lingkungan yang kontrol negatif. Minyak atsiri yang dihasilkan
tidak mendukung dan bertahan sebagai melalui proses destilasi uap.8
mikrorganisme dalam saluran akar Berdasarkan hasil penelitian terebut di
menyebabkan bakteri ini menjadi patogen atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana efek
yang dapat mengakibatkan kegagalan antibakteri ekstrak batang serai sebagai
perawatan saluran akar.4 Menurut penelitian penghambat pertumbuhan bakteri E. faecalis.
yang dilakukan oleh Felina dkk (2014) E.
faecalis merupakan salah satu bakteri yang BAHAN DAN METODE
sering menyebabkan terjadinya kegagalan Desain penelitian ini merupakan
perawatan saluran akar.6 eksperimental laboratoris dengan desain
Perawatan saluran akar adalah posttest only control group. Penelitian ini
pengobatan yang efektif, tidak invasif dan dilakukan di Laboratorium Kimia dan Hayati
ideal untuk pulpa gigi dan mencegah gigi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
tersebut ekstraksi. Cleaning, shaping dan Alam (FMIPA) Unsyiah. Di Laboratorium
obturasi tiga dimensi saluran akar merupakan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan
langkah penting dalam perawatan saluran (FKH) Unsyiah.
akar.7 Enterococcus faecalis mengkontaminasi Bahan-bahan yang digunakan adalah
saluran akar dan membentuk koloni di ekstrak batang serai pada konsentrasi 25%,
permukaan dentin dengan bantuan 50%, 75% dan 100% di Laboratorium Kimia
liphoteichoic acid sedangkan agreggate dan Hayati Fakultas Matematika dan Ilmu
substance dan surface adhesion, komponen Pengetahuan Alam (FMIPA) Unsyiah dan
lainnya berperan pada perlekatan di Enterococcus faecalis ATCC 29212 yang
kolagen.4 berasal dari Laboratorium Mikrobiologi
Salah satu tahapan penting dalam Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah. Media
perawatan endodontik adalah preparasi dan Mueller Hinton Agar (MHA) dengan formula:
desinfeksi saluran akar. Desinfeksi saluran Beef extract 300 mg/L, asam amino 17,5 g/L,
akar dilakukan dengan memberikan obat amilium 1,5 g/L, bacto agar 17,0 g/L, alcohol
saluran akar.8 Penggunaan bahan antibakteri 70%, spiritus, akuades, larutan Mc. Farland
yang saat ini paling efektif dalam menghambat 0,5, larutan NaCL 0,9%, Chlorhexidine 2%,

70
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

mordant (Lugol’s iodine), Kristal violet mengetahui kandungan zat aktif di dalam
counterstain (safranin), aluminium foil, etanol ekstrak. Ekstrak mentah disimpan dalam
96%, sterile wooden cotton, kapas, kertas desikator maksimal selama tiga hari dan
label, handscoon, masker, dan tisu. kemudian disimpan di freezer (-20C) untuk
Alat-alat yang digunakan adalah digunakan lebih lanjut.10 Berikut ini cara
autoklaf, rotary evaporator, timbangan pengujian fitokimia untuk uji tanin, alkaloid,
analitik, labu erlenmeyer, jarum ose, flavonoid, dan saponin.11
inkubator, kaca preparat (object glass), Uji tanin dilakukan dengan cara
blender, cawan petri, gelas ukur, kertas saring, larutan ekstrak batang serai ditetesi dengan air
pipet tetes, tabung reaksi, vortex, lampu suling 0,01g dan ditambahkan asetat. Jika
spiritus, rak tabung, lemari pendingin, terbentuk endapan putih yang keruh
mikroskop cahaya, kertas cakram, spuite, hot menunjukkan adanya kandungan tanin.
plate, pinset, dan jangka sorong. Uji alkaloid dilakukan dengan cara
Pertama dilakukan pembuatan ekstrak larutan ekstrak batang serai dicampur dengan
batang serai. Batang serai yang segar dan 2N HCI dan ditambahkan dua tetes reagen
wangi diambil dari Desa Gani, Kecamatan Mayer. Jika terbentuk endapan putih yang
Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, keruh menunjukkan adanya alkaloid.
pengambilan dilakukan dari daun paling Uji flavonoid dilakukan dengan cara
bawah yang belum mati atau kering. larutan ekstrak batang serai dicampur dengan
Kemudian batang serai dicuci hingga bersih 100μ1 alkohol, 0,02g paradimetil 1 amina
dan dipotong ukuran 1 cm setelah itu benzaldehida dan dua tetes konsentrasi HCl.
dikeringkan dengan cara diangin- anginkan Jika terlihat warna merah atau merah muda
(tidak dikeringkan dengan sinar matahari agar menandakan adanya kandungan flavonoid.
zat kimia di dalamnya tidak rusak) selama Uji saponin dilakukan dengan cara
tujuh hari. Setelah batang serai kering, bahan tetesi larutan ekstrak batang serai dengan air
tersebut dihaluskan dengan menggunakan suling dua tetes. Ketika terlihat berbusa
blender hingga menjadi serbuk. Selanjutnya menunjukkan adanya kandungan saponin.
batang serai yang telah dijadikan serbuk, Selanjutnya, uji daya hambat
diekstraksi menggunakan metode maserasi. dilakukan pada media Mueller Hinton Agar
Serbuk batang serai tersebut dimasukkan ke (MHA). Cara pembuatan Mueller Hinton
dalam labu Erlenmeyer dan direndam Agar (MHA) adalah dengan melarutkan
dengan etanol 96% selama 3 hari pada suhu 2,28 gram bubuk media Mueller Hinton
ruangan (270C) sampai ekstrak dan pelarut Agar (MHA) ke dalam 60 ml akuades.
tercampur semua. Setelah itu dilakukan Kemudian dipanaskan di hot plate sampai
penyaringan dengan menggunakan kertas mendidih. Media yang telah masak, disterilkan
saring sehingga didapat filtrat dan ampas. di dalam autoklaf selama 15 menit dengan
Filtrat tersebut dipekatkan dengan alat rotary tekanan udara 2 atm suhu 1210C lalu
evaporator pada suhu 500C.8 dituangkan ke dalam cawan petri secara sepsis
Hasil ekstrak murni yang telah didapat dan dibiarkan hingga dingin dan mengeras.12
dilakukan pengenceran dengan akuades agar Pengkulturan dilakukan dengan teknik
didapat konsentrasi yang diperlukan, goresan T (streak T) dibagi menjadi 3 bagian
selanjutnya hasil pengenceran di menggunakan spidol marker. Kultur E.
homogenkan menggunakan vortex. Adapun faecalis dilakukan pada MHA. Cara
rumus pengenceran yang digunakan adalah mengkultur adalah memanaskan jarum ose di
sebagai berikut: atas api lampu spiritus dan ditunggu hingga
dingin, kemudian mengambil 1 ose biakan
V 1 x M1 = V 2 x M2 murni untuk diinokulasi di daerah 1 dengan
goresan zig-zag. Setelah itu dilanjutkan
Keterangan: M1: konsentrasi awal, M2: dengan goresan zig-zag pada daerah 2, tegak
konsentrasi akhir, V : volume awal (M1), V2: lurus dengan goresan pertama, kemudian
volume akhir (M1) dilanjutkan ke daerah 3, tegak lurus daerah
2.12 Cawan petri yang telah digoreskan bakteri
Kemudian dilakukan uji fitokimia pada kemudian ditutup rapat dan diinkubasi dalam
ekstrak batang serai dilakukan untuk inkubator selama 24 jam pada suhu 370 C.9

71
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

Tahap selanjutnya E. faecalis diamati hasil inkubasi menunjukkan media glukosa,


dengan pewarnaan Gram. Cara melakukan laktosa, sukrosa, maltose mengalami
pewarnaan Gram dengan membuat preparat perubahan warna media dari warna merah
ulas (smear) yang telah difiksasi dengan E. menjadi warna kuning (+), maka koloni
faecalis, kemudian ditetesi kristal violet tersebut benar E. faecalis. Sedangkan pada
sebagai pewarna utama dan tunggu ± 1 menit, media xylitol hasil inkubasi tidak menunjukkan
cuci dengan akuades mengalir, selanjutnya perubahan warna media dari merah menjadi
preparat ditetesi mordant (lugol’s iodine) kuning (-), maka koloni tersebut benar E.
tunggu selama ± 1 menit, cuci dengan akuades faecalis.13
mengalir, tetesi etanol 96% setetes demi Koloni E. faecalis yang sudah dikultur
setetes hingga etanol yang jatuh berwarna pada media MHA diambil menggunakan
jernih, cuci dengan akuades mengalir, teteskan jarum ose yang telah distrerilkan sebanyak 1-
counterstain (safranin) dan tunggu ± 45 detik, 2 ose. Kemudian dimasukkan ke dalam
cuci dengan akuades mengalir, terakir preparat tabung yang berisi Nutrient Broth (NB)
dikeringkan dengan tissue yang ditempelkan di sebanyak 5 ml lalu dihomogenkan dengan
sisi ulasan. Preparat yang telah dikeringkan vortex. Setelah itu suspensi diinkubasi selama
diamati di bawah mikroskop cahaya untuk 48 jam pada suhu 37°C dengan suasana
mengkonfirmasi warna E. faecalis. Bakteri anaerob. Setelah masa inkubasi selesai
Gram-positif akan tampak berwarna ungu.12 kekeruhan suspensi bakteri tersebut
Proses identifikasi E. faecalis disetarakan dengan standar larutan Mc
dilanjutkan dengan melakukan uji biokimia Farland 0,5 yang setara dengan 1,5 x 108
salah satunya uji fermentasi karbohidrat atau CFU/ml.14
disebut juga sebagai uji gula-gula (uji glukosa, Selanjutnya dilakukan uji pengaruh
uji laktosa, uji sukrosa, uji maltosa dan uji ekstrak batang serai terhadap pertumbuhan E.
xylitol). faecalis. Sterile wooden cotton dicelupkan
Media gula-gula (fermentasi ke dalam suspensi bakteri, lalu kapas ditekan
karbohidrat) yang digunakan dalam pada dinding bagian dalam tabung sampai
mengidentifikasi E. faecalis terdiri atas tidak ada cairan yang menetes. Kemudian
glukosa broth, laktosa broth, sukrosa broth, dioles secara merata pada masing-masing
maltosa broth, dan xylitol broth. Uji dilakukan permukaan media MHA dengan teknik
dengan mengunakan basal medium phenol red swab dan dibiarkan selama 5 menit.
broth. Sebanyak 2 gram masing-masing Selanjutnya kertas cakram dicelupkan ke
bubuk media gula-gula (glukosa, laktosa, dalam masing-masing stok variabel yaitu
sukrosa, maltosa dan xylitol) dimasukkan ke ekstrak batang serai dengan konsentrasi 25%,
dalam 5 labu Erlemneyer berbeda yang 50%, 75% dan 100%, Chlorhexidine 2%
masing- masingnya telah berisi 100 ml sebagai kontrol positif, dan akuades sebagai
akuades untuk kemudian dipanaskan di atas kontrol negatif. Kertas diangkat dan dibiarkan
hot plate dan diaduk menggunakan magnetic sampai menyerap bahan ekstrak dengan
stirrer. Setelah mendidih, media kemudian sempurna.9
disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu Kertas cakram yang telah direndam ke
1210C selama 20 menit. Kemudian masing- dalam masing-masing konsentrasi ekstrak
masing larutan dituangkan ke dalam batang serai serta bahan kontrol diletakkan
tabung reaksi berbeda yang telah berisi pada permukaan media MHA yang telah
tabung Durham dengan posisi terbalik yang diolesi suspensi bakteri. Jarak antara kertas
berguna untuk menangkap gas yang cakram harus cukup luas sehingga wilayah
dihasilkan oleh bakteri. Identifikasi jernih tidak berhimpitan. Kertas cakram
dilakukan dengan mengambil koloni hasil ditekan menggunakan pinset pada permukaan
subkultur E. faecalis pada media MHA media sehingga terdapat kontak yang baik
dengan menggunakan ose steril dan antara cakram dan media agar. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung media Mueller Hinton Agar (MHA) diinkubasi
reaksi (glukosa, laktosa, sukrosa, maltosa dan dalam inkubator pada suhu 370C selama 24
xylitol) secara asepsis lalu dihomogenkan jam. Perlakuan dilakukan pengulangan
untuk kemudian diinkubasi selama 24 jam sebanyak 3 kali. Setelah 24 jam dilakukan
pada suhu 3 dalam suasana anaerob. Bila pengukuran luas wilayah jernih untuk tiap

72
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

konsentrasi ekstrak batang serai yang diuji Hasil uji fitokimia menyatakan bahwa
menggunakan jangka sorong.15 Hasil terdapat kandungan senyawa aktif pada
pengukuran yang diperoleh diinterpretasikan ekstrak batang serai. Senyawa aktif yang
berdasarkan klasifikasi Tabel Ahn di bawah terkandung dalam ekstrak batang serai dapat
ini. dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Klasifikasi Respon Hambat Pertumbuhan
Bakteri berdasarkan Ahn Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Batang
Diameter zona Respon hambat Serai (Cymbopogon citratus)
terang pertumbuhan Hasil
No Uji Fitokimia Keterangan
Uji
>20 mm Kuat
16-19 mm Sedang 1 Terbentuk
Alkaloid +
10-15 mm Lemah Endapan
<10 mm Tidak ada 2 Steroid - Hijau
3 Terpenoid + Merah
Analisis data dilakukan mengunakan
one way ANOVA dengan 95% (P<0,05) untuk 4
mengetahui adanya efek antibakteri pemberian Saponin + Berbusa
berbagai konsentrasi ekstrak batang serai 5 Merah
Flavonoid +
(Cymbopogon citratus) terhadap E. faecalis. Muda/Ungu
Kemudian dilanjutkan dengan uji Least.16 6 Hijau
Tanin +
Kehitaman
HASIL PENELITIAN
Hasil ekstraksi batang serai E. faecalis ATCC 29212 yang telah
pengambilan dilakukan dari daun paling dikultur pada media MHA dan diinkubasi
bawah yang belum mati atau kering sebanyak selama 48 jam dengan temperatur 370C
2 kg. Batang serai dicuci hingga bersih dan dalam suasana anaerob menunjukkan koloni
dipotong ukuran 1 cm setelah itu dikeringkan bakteri berwarna putih (Gambar 2).
dengan cara diangin- anginkan (tidak dikonfirmasi dengan melakukan pewarnaan
dikeringkan dengan sinar matahari agar zat Gram. Hasil pewarnaan Gram kemudian
kimia di dalamnya tidak rusak) selama tujuh diamati di bawah mikroskop dengan 1000 kali
hari. Setelah batang serai kering, bahan pembesaran sehingga menunjukkan adanya E.
tersebut dihaluskan dengan menggunakan faecalis berbentuk coccus dan berwarna ungu
blender hingga menjadi serbuk. Selanjutnya (Gambar 3)
batang serai yang telah dijadikan serbuk,
diekstraksi menggunakan metode maserasi.
Serbuk batang serai tersebut dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer dan direndam dengan
etanol 96% selama 3 hari pada suhu ruangan
(270C) sampai ekstrak dan pelarut tercampur
semua. Setelah itu dilakukan penyaringan Gambar 2. Hasil Kultur E. faecalis pada Media
dengan menggunakan kertas saring sehingga MHA
didapat filtrat dan ampas. Filtrat tersebut
dipekatkan dengan alat rotary evaporator
sehingga didapatkan ekstrak murni seperti
terlihat pada (Gambar 1). Hasil ekstraksi yang
didapat sebanyak 36,46 ml.

Gambar 3. Hasil konfirmasi E. Faecalis dengan


pewarnaan gram

Gambar 1. Ekstrak batang serai

73
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

Setelah dilakukan pewarnaan Gram, Suspensi E. faecalis diperoleh dengan


proses identifikasi E. faecalis (uji glukosa, uji mengambil 1 ose biakan E. faecalis secara
laktosa, uji arabinosa, uji maltosa, uji manitol). asepsis dan kemudian dimasukkan ke dalam
Koloni E. faecalis yang tumbuh pada media tabung reaksi yang berisi 5 ml NB (Nutrient-
subkultur dikonfirmasi dengan melihat ada Broth). Suspensi kemudian diinkubasi terlebih
atau tidaknya perubahan warna pada media- dahulu menggunakan inkubator selama 48 jam
media uji seperti yang dapat dilihat pada (2 hari) pada suhu 37 C ̊ dalam suasana
(Gambar 4) sedangkan hasil dari uji anaerob, sebelum disetarakan kekeruhan
fermentasi dapat dilihat pada Tabel 3. suspensi bakteri dengan larutan Mc.Farland
0,5 atau setara dengan 1,5 x 108 CFU/ml.
Hasil uji daya hambat ekstrak batang
serai dalam konsentrasi 25%, 50%, 75%,
dan 100% serta klorheksidine sebagai
kontrol positif dan akuades sebagai kontrol
negatif terhadap pertumbuhan E. faecalis
menunjukkan terbentuknya zona terang di
(a) sekeliling cakram pada kelompok
perlakuan dan kontrol positif. Zona terang
tidak terbentuk pada cakram akuades
(Gambar 5). Zona terang yang terbentuk
kemudian diukur diameternya
menggunakan jangka sorong. Hasil
pengukuran zona terang tersebut kemudian
(b)
diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi
Ahn dkk. (Tabel 4)
Gambar 4. [a] Media Sebelum Diinokulasi Bakteri,
[b] Media Setelah D i i n o k u l a s i Bakteri dan
Telah Diinkubasi

Tabel 3. Hasil Uji Fermentasi E. faecalis


Indikator
Media Uji
No Perubahan Hasil
Fermentasi
Warna Media
(+) bila Ungu
1. Glukosa (+) Kuning (+)
(˗˗) bila tetap Ungu
(+) bila Ungu Gambar 5. Zona hambat yang terbentuk disekitar
2. Laktosa (+) Kuning (+) cakram dari berbagai konsentrasi ekstrak
(˗˗) bila tetap Ungu batang serai kelompok kontrol terhadap
(+) bila Ungu Pertumbuhan E. faecalis (a) 25%, (b) 50%,
Arabinosa (c) 75%, (d) 100%, (e) kontrol positif
3. Kuning (-)
(-) (klorheksidin 2), dan (f) kontrol negatif (akuades).
(˗˗) bila tetap Ungu
(+) bila Ungu
4. Maltosa (+) Kuning (+)
(˗˗) bila tetap Ungu
(+) bila Ungu
5. Manitol (+) Kuning (+)
(˗˗) bila tetap Ungu

Enterococcus faecalis √

74
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

Tabel 4. Hasil Uji Efek Antibakteri Ekstrak Batang Hasil uji Kruskal-Wallis
Serai (Cymbopogon citratus) Terhadap menunjukkan nilai p=0,006 (p<0,05) yang
Pertumbuhan E. faecalis
menunjukkan terdapat efek antibakteri
Zona Hambat
Ahn dkk ekstrak batang serai (Cymbopogon
Konsen (mm) Rata-
trasi rata Diameter citratus) terhadap pertumbuhan E. faecalis.
Bahan zona zona Respon
Uji 1 2 3 hambat terang hambat
(mm) Tabel 5. Hasil Uji Mann-Whitney Zona Hambat E.
faecalis
Tidak
25% 6,1 6,2 6,1 6,1 <10
ada
Kelo
mpok 25 50 75 100 CH Aku
50% 6,5 7,2 8,8 <10
Tidak Perla % % % % X ades
7,5 ada kuan
Tidak 25% _ 0,046* 0,043* 0,046* 0,046* 0,034*
75% 8,7 9,5 9,5 9,2 <10
ada
50% 0,046* _ 0,121 0,050* 0,050* 0,037*
100
%
12,0 11,3 10,6 11,3 >10 Lemah 75% 0,043* 0,121 _ 0,046* 0,046* 0,034*

CH 100% 0,046* 0,046* 0,046* _ 0,050* 0,037*


X 28,7 27,6 18,6 24,9 >20 Kuat
CHX 0,046* 0,050* 0,046* 0,050* _ 0,037*
2%
Akua
Aku Tidak 0,034* 0,037* 0,034* 0,037* 0,037* _
6 6 6 <10 des
ades 6 ada

Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan


Uji statistik pada penelitian ini bahwa zona hambat pada semua kelompok
menggunakan one way ANOVA dengan konsentrasi ekstrak batang serai berbeda
syarat lebih dari dua kelompok, distribusi secara bermakna terhadap kelompok kontrol
data normal, dan varian data sama. positif dan negatif (Tabel 5).
Penelitian ini memiliki 6 kelompok dengan
2 kelompok kontrol dan 4 kelompok PEMBAHASAN
Batang serai diekstrak dengan metode
perlakuan. Hasil uji normalitas dari data
maserasi menggunakan etanol 96%. Metode
penelitian menunjukkan p=0,001 (p<0,05) maserasi dipilih dalam penelitian ini karena
yang berarti data tersebut tidak metode ini adalah metode yang paling
berdistribusi normal. Uji homogenitas sederhana, murah, dan mudah. Prinsip
menunjukkan data pada penelitian ini ekstraksi dengan metode ini adalah dilakukan
menunjukkan p=0,000 (p<0,05) yang di wadah tertutup dengan cara merendam dan
berarti data tersebut tidak homogen. Hal mengaduk simplisia dalam pelarut.17
ini menunjukkan bahwa data tidak Pelarut yang digunakan pada proses
memenuhi syarat untuk dapat dilanjutkan ekstraksi adalah etanol 96%. Alasan memilih
dengan uji ANOVA. Sehingga digunakan etanol sebagai bahan pelarut adalah karena
uji alternatif yaitu uji Kruskal-Wallis dan etanol memiliki titik didih rendah, daya
melarutkan yang baik, relatif aman, tidak
post hoc uji Mann-Whitney. beracun, dan murah.18 Dalam ekstrak etanol
batang serai terdeteksi adanya 26 senyawa
Test Statisticsa,b dengan komponen utamanya yaitu
heksadekanol, asam nerat, geraniol,
Zona Hambat
hidroksidihidromaltol, asam palmitat dan
Chi-Square 16.494 hidroksimetilfurfural.19
Df Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa
5
ekstrak batang serai positif mengandung
Asymp. Sig. .006 alkaloid, terpenoid, saponin, flavonoid, tanin.
a. Kruskal Wallis Test Hasil uji fitokimia tersebut tidak sesuai dengan
penelitian Soares (2013) dimana pada
b. Grouping Variable: Kelompok penelitian tersebut tidak ditemukan senyawa
Perlakuan alkaloid.20 Adanya perbedaan kandungan

75
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

senyawa aktif pada tumbuhan dipengaruhi fermentasi. Uji fermentasi menggunakan


oleh faktor internal dan eksternal. Faktor glukosa, laktosa, maltosa, manitol, dan
internal yaitu genetik dan umur tanaman, arabinosa menunjukkan hasil yang sama
sedangkan faktor eksternal seperti perbedaan seperti penelitian Manero (1999) yaitu positif
cuaca, temperatur, curah hujan, cahaya, pada glukosa, laktosa, maltosa dan manitol,
keadaan tanah dan kandungan nutrisi dalam sedangkan pada arabinosa menunjukkan hasil
tanah.21 yang negatif.27 Uji fermentasi ini dilakukan
Flavonoid bersifat antibakteri dengan untuk memastikan spesies E. faecalis yang
membentuk senyawa kompleks dengan protein diketahui dari kemampuan spesies tersebut
ekstrakseluler dan terlarut sehingga dapat dalam memfermentasi karbohidrat tertentu
merusak membran sel bakteri dan diikuti sehingga menurunkan pH indikator. Hal ini
dengan keluarnya senyawa intraseluler terlihat dari berubahnya warna bromkresol
sehingga dapat menyebabkan kematian sel.22 blue sebagai indikator dan terbentuknya gas
Saponin memiliki gugus hidrofilik dan pada tabung Durham.13
hidrofobik, pada saat dilakukan foam test Uji aktivitas antibakteri ekstrak batang
gugus hidrofilik berikatan dengan air serai terhadap pertumbuhan E. faecalis
sedangkan gugus hidrofobik berikatan dengan dilakukan dengan metode difusi cakram
udara sehingga membentuk buih.23 Terpenoid (Kirby Bauer). Dasar pemilihan metode ini
dapat menghambat pertumbuhan dinding sel adalah karena pengerjaannya cepat, mudah dan
dengan merusak porin (protein sederhana. Prinsipnya adalah bahan uji
transmembran).24 Tanin mempunyai target (ekstrak batang serai) dengan konsentrasi 25%,
pada polipeptida dinding sel sehingga akan 50%, 75%, dan 100% yang diteteskan pada
menyebabkan pertumbuhan dan metabolisme kertas cakram dapat berdifusi dengan baik
sel terganggu.25 Alkaloid dapat mengganggu pada permukaan media MHA yang
pembentukan komponen peptidoglikan sebelumnya telah dioleskan bakteri uji pada
dinding sel bakteri dan menyebabkan sel permukaannya.22 Metode ini dilakukan dengan
bakteri menjadi lisis.26 mengukur zona terang yang terbentuk di
Bakteri yang digunakan pada penelitian sekeliling masing-masing cakram. Penelitian
ini adalah E. faecalis ATCC 29212 yang ini memiliki 6 kelompok yang terdiri dari 4
diremajakan di Laboratorium Fakultas kelompok perlakuan (ekstrak batang serai
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%) dan
Bakteri dikultur di media MHA dan diinkubasi dua kelompok kontrol. Kontrol negatif yang
selama 48 jam pada suasana anaerob karena E. digunakan adalah akuades karena akuades
faecalis merupakan bakteri anaerob fakultatif. tidak memiliki sifat antibakteri sehingga tidak
Koloni E. faecalis yang tumbuh pada media dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
MHA berwarna putih dengan ukuran sedangkan kontrol positif yang digunakan
bervariasi. Sebelum dilakukan pewarnaan adalah klorheksidin 2% karena larutan ini telah
Gram, preparat diteteskan NaCl fisiologis umum digunakan sebagai bahan irigasi dan
setipis mungkin dan difiksasi di atas lampu diketahui efektif menghambat pertumbuhan E.
spiritus.12 Hasil pewarnaan Gram yang diamati faecalis.28
di bawah mikroskop 1000 kali perbesaran Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan gambaran coccus berwarna ungu menunjukkan bahwa ekstrak batang serai
dengan ukuran bervariasi yang membuktikan dengan konsentrasi 100% memiliki pengaruh
bahwa E. faecalis adalah bakteri Gram-positif yang lemah terhadap pertumbuhan E. faecalis.
berwarna ungu karena memiliki lapisan Hasil ini sesuai dengan penelitian Hoarto
peptidoglikan yang tebal pada dinding sel (2015) dengan konsentrasi yang sama
sehingga mampu mempertahankan crystal menunjukkan bahwa minyak atsiri serai dapur
violet, sedangkan bakteri Gram-negatif memiliki efek antibakteri untuk menghambat
berwarna merah karena dinding pertumbuhan E. faecalis, namun kemampuan
peptidoglikannya tipis sehingga tidak dapat ini masih kurang efektif dibandingkan
mempertahankan warna crystal violet pada kelompok kontrol positif.8 Almeida dkk (2013)
saat proses pewarnaan.9 juga menyatakan ektrak batang serai memiliki
Setelah dilakukan pewarnaan Gram, aktivitas antibakteri dan antifungal terhadap
konfirmasi E. faecalis dilanjutkan dengan uji

76
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

strain Staphylococcus spp., Streptococcus E. faecalis. Jurnal Kedokteran Gigi


mutans dan spesies Candida.29 2014;8(1): 1-4.
7. Thakur S, Emil J, Paulaian B.
KESIMPULAN DAN SARAN Evaluation of Mineral Trioxide
Ekstrak batang serai mampu Aggregate as Root Canal Sealer : A
menghambat pertumbuhan Enterococcus Clinical Study. J Conserv Dent 2013;
faecalis. Ekstrak batang serai dengan 16(6) : 494-498.
konsentrasi 100% dapat membentuk zona 8. Mario S. Howarto, Pemsi M. Wowor,
hambat yang dikategorikan lemah. Christy N. Mintjelungan. Uji Efektivitas
Penelitian yang telah dilakukan ini Antibakteri Minyak Atseri Sereh Dapur
hanya menguji antibakteri dengan Sebagai bahan Medikamen Saluran Akar
menggunakan metode difusi cakram dan Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis.
pelarut etanol 96%, perlu dilakukan penelitian Jurnal e-Gigi 2015; 3(2): 432-438.
lebih lanjut untuk menguji antibakteri dengan 9. Soraya C, Chismirina S, Islahuddin A.
menggunakan metode dan pelarut yang Aktivitas Antibakteri Propolis Terhadap
berbeda. Streptococcus mutan dan Enterococcus
Penelitian yang telah dilakukan ini faecalis. Cakradonya Dental Journal
hanya melihat efek antibakteri ekstrak batang 2011;3(2): 356-365.
serai terhadap pertumbuhan E. faecalis, perlu 10. Pradhan C, Mohanty M. Phytoconstituent
dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk Analysis and Comparative Bioefficacy
melihat efek antijamur, antioksidan dan Assessment of Breadfruit Leaf and Fruit
atiinflamasi. Extracts for Antipathogenic Potentiality.
Advanced Journal of Phytomedicine and
DAFTAR PUSTAKA Clinical Therapeutics 2014;2(1):77-87.
11. Oladipupo AA. Comparative Study of
1. Baumgartner JC. Microbiologic aspects Photochemical and Proximate Analysis of
of endodontic infections. J Can Dent Breadfruit Seeds, Leaves and Barks. IOSR
Assoc 2004; 32(6):459-68. Journal of Applied Chemistry (IOSR-
2. Narayana LL.C Vaishani. Endodontic JAC) 2014;7(5):86-89.
microbiologi J.Conserv Dent [serial 12. Mikrobiologi T. Penuntun praktikum
online] 2010;13. 233-4: [internet]. mikrobiologi. Fakultas Kedokteran
Diakses: www.jcd org in 16 Juni 2013. Hewan: Universitas Syiah Kuala; 2008.
3. Ferreira CM. da Silva ROP, Torres SA, 13. Day AM, Sandoe JA, Cove JH, Philips-
de Andrabe FFB, Bernardinelli N. activity Jones M. Evaluation of a biochemicaltest
of endodontic antibacterial agents against scheme for identifying chnical isolates of
selected anaerobic bacteria Braz. Dent J Enterococcus faecalis and Enterococcus
[serial online] 2002,13 (2). [internet]. faecium. Letterz in applied microbiology
Diakses: www.scielo.org 18 Juni 2013. 2001;33(5);392-396.
4. Denny N, Mieke HS. Peranan 14. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar.
Enterococcus faecalis terhadap persistensi Purwokerto: Laboratorium Mikrobiologi
infeksi saluran akar. Bandung: Universitas Jendral Sudirman; 2008.
Universitas Padjajaran Bandung, 2013. 15. Mulyani Y, Bachtiar E, Kurnia MU.
Skripsi. p.1-12. Peranan senyawa metabolik sekunder
5. Damayanti A. Efektivitas Antibakteri tumbuhan mangrove terhadap infeksi
Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan
americana) Sebagai Bahan Irigasi Saluran mas (Cyprinus carpio L). 2013;4(1):1-9.
Akar Terhadap Pertumbuhan Bakteri 16. Dahlan MS. Statistika untuk kedokteran
Enterococcus faecalis. Surakarta: dan kesehatan. 4 ed. Jakarta: Salemba
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Medika; 2009. p. 83-85.
Muhammadiyah Surakarta, 2014. Skripsi. 17. Voigt R. Buku pelajaran teknologi
p.1. farmasi. Yogyakarta: gajah mada
6. Charyadie FL, Adi S, Sari RP. Daya University Press; 1994.
Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea 18. Ramadhan AE, Phaza HA. Pengaruh
americana, Mill) Terhadap pertumbuhan konsentrasi etanol, suhu dan jumlah

77
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

stage pada ekstraksi oleoresin jahe 24. Ratih MS, Praharani D, Purwanto. Daya
(Zingiber officinale Rosc) secara Antibakteri Ekstrak Daun Pare dalam
batch. Semarang: Universitas Menghambat Pertumbuhan Streptococcu
Diponogoro, 2010. Skripsi viridans. Artikel hasil Penelitian
19. Anita Verawati P, Khairul Anam, Dewi Mahasiswa 2012;1(1):98-106.
Kusrini. Identifikasi Kandungan Kimia 25. Liyantari DS. Effect of wuluh starfruit
Ekstrak Etanol Serai Bumbu leaf extracs for Streptococcus mutans
(Andropogon citratus D.C) dan Uji growth. J majority 2014;3(7):28-34.
Efektifitas Repelen terhadap Nyamuk 26. Monalisa D, Tri H, Sukmawati D. Uji
Aedes aegypti. Jurnal Sains dan daya antibakteri ekstrak daun tapak liman
Matematika: 2013;21(1):20-24. (Elephantopus scaber) terhadap
20. Marta O. Soares, Rita C. Alves, Pedro C. Staphylococcus aureus dan Salmonella
Pires, M. Beatriz P.P. Oliveira , Ana F. typhi. BIOMA 2011;9(2):13-20.
Vinha. Angolan Cymbopogon citratus 27. Manero A, R. Blanch A. Identification
used for therapeutic benefits: Nutritional of Enterococcus faecalis spp. with a
composition and influence of solvents in Biochemical Key. Applied and
phytochemicals content and antioxidant Environmental Microbiology 1999;
activity of leaf extracts. Food and 65(10):4425-30.
Chemical Toxicology: 2013;60:413-418. 28. Vasconcelos BC, Cruz SML, Deus G,
21. Suryani M. Farmakognosi. academia. Moraes IG, Ferreira CM, Filho EDG.
edu.Accessed 14 Mei 2016. Cleaning Ability of Chlorhexidine Gel
22. Nuria MC, Faizatun A, Sumantri. Uji and Sodium Hypoclorite Assosiated or
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Not With EDTA As Root Canal Irigants:
Pagar (Jatropha curcas L) Terdapat A Scanning Electron Micriscopy Study. J
Bakteri Staphylococcus Aureus ATCC Appl Oral Sci 2007;15(5):387-391.
25923, Escherichia coli ATCC 25922, 29. Almeida RBA, Akisue G, Cardoso LML,
dan Salmonella typhi ATCC 1408. Junqueira JC, Jorge AO. Antimicrobial
Mediargo 2009;5(2):26-37. activity of the essential oil of
23. Kumalasari E, Sulistyani N. Aktivitas Cymbopogon citratus (DC) stapf. On
Antifungi Ektrak Etanol Batang Binahong staphylococcus spp., streptococcus
(Anredera cordifolia (Tenore) Steen). mutans and candida spp. Revista
Terhadap Candida Albicans serta skrining brasileira de plantas medicinais
fitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian 2013;15(4):474-482.
2011;1(2):51-62.

78
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

KEMAMPUAN AIR REBUSAN DAUN SALAM (Eugenia polyantha wight)


TERHADAP JUMLAH MAKROFAG PADA GAMBARAN HISTOLOGI
PERIODONTITIS AGRESIF (PENELITIAN PADA TIKUS MODEL)

THE ABILITY OF BOILING WATER OF BAY LEAVES (EUGENIA


POLYANTHA WIGHT) TO MACROFAG ON HISTOLOGY PRIODONTITIS
AGRESIF (MOUSE MODELS)

Ridha Andayani, Abdillah Imron Nst, Afini Rahimi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

Abstrak
Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri dominan pada periodontitis agresif.
Daun salam (Eugenia polyantha w) bersifat sebagai anti-inflamasi, antimikroba, analgesik dan
antibakteri. Saat ini, belum banyak penelitian potensi daun salam dalam respon inflamasi yang
diperankan oleh makrofag. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan air rebusan daun
salam dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80% terhadap jumlah sel makrofag pada gambaran
histologi periodontitis agresif. Penelitian ini merupakan penelitian eskperimental laboratoris yang
menggunakan tikus putih rattus norvegiccus dibagi empat kelompok, tiga kelompok perlakuan air
rebusan daun salam dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80%, dan satu kelompok kontrol akuades.
Pada hari pertama kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diinokulasi bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans sampai hari ketujuh. Hari kedelapan sampai kesepuluh kelompok perlakuan
diaplikasikan air rebusan daun salam dan kelompok kontrol diaplikasikan akuades. Hari kesebelas
tikus dieuthanasi, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel histologi jaringan periodontal tikus
diamati secara mikroskopik. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan jumlah makrofag kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang bermakna (p≤0,05). Dapat
disimpulkan, kandungan air rebusan daun salam dapat membantu respon inflamasi yang diperankan
oleh sel makrofag.
Kata kunci : Aggregatibacter actinomycetemcomitans, daun salam, periodontitis agresif.

Abstract
Aggregatibacter actinomycetemcomitans is known as dominant bacteria in periodontitis aggressive.
Bay leaves (Eugenia polyantha w) have chemical compound as an anti-inflammatory, antimicrobial,
analgesic, and antibacterial. There were little information on the potential of bay leaves in the
inflammatory response that facilitated by macrophages. This research is an experimental
laboratorial research using white mice (rattus norvegiccus) divided into three treatment groups with
bay leaves decoction in the concentration of 20%, 40%, and 80%, and control group with distilled
water. In day 1th-7th, the treatment and control group were inoculated with aggregatibacter
actinomycetemcomitans. In the morning and afternoon of 8th-10th, the treatment groups immersed
with bay leaves decoction, while the control immersed with distilled water. On Day 11th, mice were
euthanatized to prepare and resulted periodontal tissue. The result of microscopically number of
macrophages were categorized by descriptive statistic. The comparison of the number of
macrophages between treatment group and control group that analyzed with Kruskal-Wallis in
Microsoft Excel-Analyze it v2.30 were significant (p≤0.05). Based on the result that concluded
the bay leaves improving inflammatory response that participated by macrophages.
Key word: Aggregatibacter actinomycetemcomitans, bay leaves, Aggressive Periodontitis

79
22
4
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

PENDAHULUAN signifikan pada patogenesitas periodontitis


Jaringan periodontal merupakan agresif oleh A.actinomycetemcomitans.1,4,8
jaringan di sekitar gigi yang berfungsi Penggunaan tumbuhan herbal di
sebagai penyangga/pendukung gigi, terdiri Indonesia sebagai obat-obatan pada
dari jaringan gingiva, sementum, ligamen hakekatnya merupakan bagian dari
periodontal, dan tulang alveolar.1 kebudayaan bangsa Indonesia.5 Salah satunya
Aggregatibacter actinomycetemcomitans (A. adalah daun salam (Eugenia polyantha w)
actinomycetemcomitans) merupakan bakteri selain digunakan sebagai bumbu penyedap
patogen jaringan periodontal dan makanan, daun salam juga berfungsi sebagai
penyebab terjadinya periodontitis agresif. 1 obat kumur.9 Bagian tanaman salam yang
Periodontitis agresif merupakan inflamasi paling banyak dimanfaatkan adalah daunnya.
pada jaringan pendukung gigi yang Winarto (2004) menyatakan daun salam
menyebabkan kerusakan progresif dari mempunyai kandungan kimia yaitu
ligamen periodontal dan tulang alveolar.1 tanin,flavonoid, dan minyak asiri 0,05 % yang
Inflamasi merupakan tindakan terdiri dari eugenol dan sitral.10 Kandungan
protektif melawan jejas sel.2 Fenomena kimia daun salam merupakan bahan aktif
yang terjadi dalam proses inflamasi meliputi yang mempunyai efek farmakologi. Tanin dan
kerusakan mikrovaskular, meningkatnya flavonoid merupakan bahan aktif yang
permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit dan mempunyai efek anti-inflamasi dan
makrofag menuju jaringan inflamasi.2 antimikroba, sedangkan minyak asiri
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, mempunyai efek analgetik.9 Penelitian yang
inflamasi akut yaitu inflamasi yang dilakukan oleh Sumono dan Wulan (2009)
berlangsung relatif singkat, dari menit sampai membuktikan bahwa kemampuan air rebusan
beberapa hari, dan ditandai dengan perubahan daun salam (Eugenia polyantha w) dengan
vaskular, eksudasi cairan dan protein plasma konsentrasi 50%, 75%, dan 100% dapat
serta akumulasi leukosit yang menonjol. menurunkan jumlah koloni bakteri
Inflamasi akut dapat berkembang menjadi Streptococcus sp, semakin tinggi konsentrasi
suatu inflamasi kronis jika agen penyebab rebusan daun salam, jumlah koloni bakteri
injuri masih tetap ada. Inflamasi kronis yaitu Streptococcus sp semakin sedikit.9 Penelitian
respon proliferasi dimana terjadi proliferatif lain oleh Noveriza dan Miftakhurohman
fibroblas, endotelium vaskuler, dan infiltrasi juga membuktikan bahwa ekstrak metanol
sel mononuklear (limfosit, sel plasma dan daun salam dapat menghambat
makrofag). Respon inflamasi meliputi suatu pertumbuhan F. oxysporum, meskipun
perangkat komplek yang mempengaruhi persentase penghambatan tertinggi hanya
perubahan vaskular dan selular.2 Kesic L, sebesar 57,16% pada konsentrasi 5%.11
Petrovic M, Obradovic R, dan Pecic A Berdasarkan uraian di atas maka
menyatakan bahwa salah satu bakteri utama dilakukan penelitian invitro pada tikus untuk
yang mempunyai kemampuan menembus dan mengetahui kemampuan air rebusan daun
merusak jaringan periodontal adalah A. salam (Eugenia polyantha w) dengan
actinomycetemcomitans.1 konsentrasi 20%, 40%, dan 80% terhadap
A. actinomycetemcomitans merupakan jumlah makrofag pada gambaran histologi
bakteri Gram negatif, nonmotil, anaerob periodontitis agresif.
fakultatif, pendek (0,4-1 μm), berbentuk
batang dengan ujung membulat.1,3 Bakteri ini BAHAN DAN METODE
menggunakan sel epitelium sebagai reservoir Penelitian ini bersifat eksperimental
saat perlekatan inisial dan pada akhirnya laboratories. Sampel pada penelitian ini
berpindah ke permukaan gigi. 4,5 Faktor adalah isolat Aggregatibacter
virulen yang dimiliki oleh bakteri ini adalah actinomycetemcomitans ATCC 702358 yang
leukotoksin, lipopolisakarida (LPS), dan berasal dari Laboratorium Fakultas
Cytolethal distending toxin (Cdt).1,6,7 Kedokteran Gigi (FKG) Universitas
Leukotoksin memainkan peran yang Indonesia (UI), daun salam (Eugenia
polyantha w) yang berasal dari Banda
80
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

Aceh, dan tikus putih Rattus norvegiccus A. actinomycetemcomitans dengan dosis 0,5
diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan untuk konsentrasi 20 %, 1 ml untuk
(FKH) Universitas Syiah Kuala. Pengujian konsentrasi 40 %, 2 ml untuk konsentrasi 80
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi %, dan 0,25 ml untuk kelompok kontrol, tikus
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala terdeteksi periodontitis agresif setelah hari ke
untuk pemeliharaan dan pembiakan bakteri. tujuh.15 Bakteri A. actinomycetemcomitans
Laboratorium Hewan Coba Mencit dan Tikus diberikan dalam dosis sesuai dengan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas konsentrasi masing-masing.16
Syiah Kuala dan Laboratorium Histologi Pada hari ke delapan untuk kelompok
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas perlakuan diaplikasikan air rebusan daun
Syiah Kuala untuk pengujian aktivitas salam (Eugenia polyantha w) dengan
kandungan kimia daun salam (Eugenia konsentrasi 20 %, 40 %, dan 80 % pada
polyantha w) terhadap jumlah makrofag pada setiap tikus dengan cara disemprotkan pada
gambaran histologi periodontitis agresif. jaringan periodontalnya dengan mengunakan
Jumlah sampel dari tiap kelompok perlakuan spuit 1 ml dan untuk kelompok kontrol
akan dihitung menggunakan sampel Size diaplikasikan akuades diberikan sebanyak dua
Retensional. Kelompok perlakuan kali sehari, pagi dan sore hari selama tiga hari
menggunakan air rebusan daun salam berturut- turut.
(Eugenia polyantha w) berjumlah 3 (20 %, Pada hari ke sebelas tikus
40 %, dan 80 %). dimatikan, setiap tikus diambil jaringan
Langkah pertama kultur A. periodontalnya dengan cara dipotong
actinomycetemcomitans pada media AaGM menggunakan Scalpel. Potongan jaringan
pada suhu 37˚C selama 24 jam dengan periodontalnya dimasukkan ke dalam larutan
suasana anaerob. Selanjutnya uji konfirmasi fiksasi buffer netral formalin (BNF) 10 %.
bakteri dengan pewarnaan Gram.12 Lalu dehidrasi dengan alkohol bertingkat
Pembuatan suspensi A. (alkohol 70 %, 80%, 90 %, 95 %), alkohol
actinomycetemcomitans dalam media cair absolut (I dan II), xylol (I dan II), dan parafin
TSB 5 ml dan dihomogenkan dengan Vortex. (I dan II).17
Kekeruhan sel dihitung menggunakan Proses ini dilakukan pada masing-
spektrofotometri dengan panjang masing cairan selama dua jam. Tahap
gelombang 625 nm dengan nilai selanjutnya penjernihan (clearing)
absorbansi 0,08-0,10.13 menggunakan xylol/benzol masing-masing
Selanjutnya, 10 helai daun salam jaringan direndam selama 1 ½ jam.
segar warna hijau tua dicuci kemudian Kemudian proses pencetakan (embedding),
dimasukan kedalam panci infus ditambahkan proses ini dikerjakan di dekat sumber panas
akuades sebanyak 100 ml dan ditambah lagi dengan alat-alat yang telah dihangatkan
akuades sebanyak dua kali bobot daun salam terlebih dahulu untuk mencegah pembekuan
kemudian dipanaskan selama 15 menit mulai parafin sebelum proses selesai. Zat yang
dihitung ketika suhunya mencapai 90˚C digunakan adalah parafin histoplast yang
sambil sekali-kali diaduk. Air rebusan diserkai memiliki titik cair 56-57 ˚C. Irisan sampel
selagi panas melalui kain flannel. Untuk jaringan direndam dalam parafin cair selama
mencukupi kekurangan air dan dapat 2 jam. Cetakan diisi dengan parafin cair
menambakan air melalui ampasnya. kemudian jaringan diletakkan di dalamnya
Selanjutnya hasil rebusan diencerkan dengan bantuan pinset. Blok parafin yang
hingga mendapat konsentrasi 20 %, 40 %, sudah setengah beku diberi label untuk
dan 80 % dengan menambahkan akuades.14 memudahkan identifikasi jaringan. Tahap
Langkah berikutnya tikus putih jantan selanjutnya adalah pendinginan blok
dengan usia 2-3 bulan (200-300 gram) parafin pada suhu 4-5˚C. Setelah dingin
diadaptasikan dengan lingkungan penelitian blok parafin dilepaskan dari cetakannya dan
selama 1 hari dan diberi pakan standar dan siap untuk tahap pengirisan jaringan
minum air putih.14 Untuk menjadikannya menggunakan alat mikrotom (5μm). Hasil
periodontitis agresif tikus diinokulasi bakteri potongan yang berbentuk pita (ribbon)
81
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

tersebut dibentangkan di atas waterbath


yang bersuhu 46˚C. Potongan jaringan
tersebut kemudian ditempelkan pada gelas
objek dengan menggunakan albumin dan
dimasukkan ke inkubator dengan suhu 37˚C
selama 24 jam sampai jaringan melekat
sempurna.16,17
Selanjutnya, preparat diwarnai dengan
pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE).
Preparat dideparafinisasi dengan dicelupkan
secara bertahap ke dalam larutan xylol I Gambar 1. Hasil Kultur A.
dan II masing-masing selama 2 menit. actinomycetemcomintans
Dicelupkan ke dalam alkohol absolut selama
2 menit, alkohol 95 %, 90 %, dan 80 % Uji Konfirmasi pewarnaan Gram
masing-masing selama 1 menit. Setelah itu menunjukkan bahwa bakteri ini berbentuk
preparat dicuci dengan air mengalir selama 1 kokobasilus ( batang dengan ujung membulat)
menit. Pewarnaan Hemaktosilin dilakukan dan berwarna kemerahan (Gambar 2)
selama 8 menit lalu dicuci pada air yang
mengalir selama 30 menit. Untuk pewarnaan
Eosin, preparat direndam di dalam larutan
Eosin selama 2-3 menit kemudian dicuci
dengan air yang mengalir selama 30 detik.
Proses berikutnya preparat dicelupkan
masing-masing sebanyak 10 celupan ke
dalam alkohol 95 % dan alkohol absolut (I
dan II). Kemudian dilakukan selama 1 menit
dan selanjutnya di dalam xylol II selama 2
menit.16,17 Gambar 1. Hasil pewarnaan Aggregatibacter
Terakhir adalah penutupan jaringan actinomycetemcomitans
yang dilakukan dengan cara menempatkan
gelas objek di atas kertas tisu pada tempat Masing-masing tikus pada tiap
yang datar. Gelas objek ditetesi dengan bahan kelompok ditandai dengan pemberian nomor
perekat yaitu Entellan. Setelah itu jaringan 1 – 4 pada bagian ekornya. Periodontitis
ditutup dengan cover glass secara hati-hati agresif dibuat di gingiva rahang atas dan
dan dilakukan pengamatan histologi. 16,17 rahang bawah tikus dengan menggunakan
spuit insulin dengan cara menyemprotkan
HASIL bakteri pada gingiva rahang atas dan rahang
Kultur A. actinomycetemcomintans bawah tikus. Periodontitis terdeteksi pada hari
yang dilakukan pada media AaGM dengan ketujuh setelah inokulasi bakteri A.
teknik goresan selama 24 jam pada suhu actinomycetemcomitans. Gambaran klinis
37˚C menunjukkan adanya koloni A. periodontitis agresif ditandai dengan
actinomycetemcomitans yang berbentuk terjadinya proses inflamasi seperti rubor,
bulatan kecil berwarna putih kekuningan kalor, tumor, dolor, dan functio lease
dengan permukaan yang cembung (Gambar1). (Gambar 3).

(a)
82
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

Tabel 1. Dosis Air rebusan daun salam dan A.


actinomycetemcomitans yang diberikan pada
tikus.
No Dosis Dosis Kelompok
daun A.a
salam
1 0,5 0,5 20%
ml ml
2 0,25 0,25 Kontrol
ml ml
(b) 3 1 ml 1 ml 40%
2 ml 2 ml 80%

Pada hari kesebelas, untuk


pengambilan sampel, tikus dieuthunasi
dengan menggunakan chloroform. Kemudian
pemotongan jaringan periodontal rahang
atas dan bawah tikus dimasukkan ke dalam
larutan fiksasi dengan buffer netral formalin
(BNF) 10 % untuk membuat sedian histologi.
Hasil pewarnaan H&E untuk
(c) kelompok kontrol menunjukkan banyaknya
makrofag pada jaringan periodontal (Gambar
4) dan untuk kelompok perlakuan yaitu
aplikasi air rebusan daun salam (Eugenia
polyantha w) dengan konsentrasi 20%, 40%
dan 80% juga terlihat makrofag dalam
jumlah sedikit dibandingkan dengan
kelompok kontrol (Gambar 4,5,6,7)

(d)
Gambar 3. (a) Gingiva Rahang Atas Tikus
Sehat. (b) Gingiva Rahang Bawah Tikus
Sehat.(c) (c) Gingiva rahang atas tikus setelah
inokulasi bakteri A. actinomycetemcomitans.
(d) Gingiva rahang bawah tikus setelah
inokulasi bakteri A. actinomycetemcomitans
.
Air rebusan daun salam (Eugenia
polyantha w) diaplikasikan pada gingiva tikus
setiap pagi dan sore hari selama 3 hari Gambar 4. Foto mikroskopik jumlah
menggunakan spuit insulin. Air rebusan daun makrofag banyak yang terjadi pada jaringan
salam (Eugenia polyantha w) disemprotkan di periodontal tikus kelompok kontrol. H&E,
gingiva rahang atas 100 x.
dan rahang bawah. Dosis pemberian air
rebusan daun salam (Eugenia polyantha
w) dan dosis pemberian A.
actinomycetemcomitans seperti pada tabel 1.

83
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

periodontal tikus kelompok perlakuan air


rebusan daun salam (Eugenia polyantha w)
konsentrasi 80 %. H&E, 100 x, (d) Foto
mikroskopik jumlah makrofag banyak yang
terjadi pada jaringan periodontal tikus
kelompok kontrol. H&E, 100 x.

Hasil gambar histologi untuk kelompok


kontrol terlihat jumlah makrofag lebih banyak
dari fibroblas. Untuk kelompok perlakuan
Gambar 5. (a)(b)(c) Foto mikroskopik jumlah 20% secara histologi terlihat sedikit jumlah
makrofag ringan yang terjadi pada jaringan makrofag dibanding fibroblas. Kelompok
periodontal tikus kelompok perlakuan air perlakuan 40% secara histologi terlihat sedikit
rebusan daun salam (Eugenia polyantha w) jumlah makrofag dibanding fibroblas, dan
konsentrasi 20 %. H&E, 100 x, (d) Foto untuk kelompok perlakuan 80% secara
mikroskopik jumlah makrofag banyak yang histologi juga terlihat sedikit jumlah makrofag
terjadi pada jaringan periodontal tikus dibandingkan fibroblas. Berdasarkan analisis
kelompok kontrol. H&E, 100 x. statistik didapatkan katagori berdasarkan
jumlah makrofag data penelitian, katagori
tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. ketagori dari hasil statistik


Kategori Skor Ket
≥0-≤2,99 0 Tidak terdapat
infiltrasi sel
makrofag
≥3-≤4,49 1 Infiltrasi sel
makrofag sedikit
Gambar 6. (a)(b)(c) Foto mikroskopik jumlah ≥4,5-≤9,29 2 Infiltrasi sel
makrofag moderat yang terjadi pada jaringan
periodontal tikus kelompok perlakuan air makrofag
rebusan daun salam (Eugenia polyantha w) moderat
konsentrasi 40 %. H&E, 100 x, (d) Foto
mikroskopik jumlah makrofag banyak yang ≥9,3-≥24 3 Infiltrasi sel
terjadi pada jaringan periodontal tikus makrofag
kelompok kontrol. H&E, 100 x.
banyak
Berdasarkan ketagori tersebut di
atas dilakukan analisis terhadap jumlah
makrofag antara kelompok perlakuan,
hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.3.

Gambar 7. (a)(b)(c) Foto mikroskopik jumlah


makrofag ringan yang terjadi pada jaringan
84
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

Tabel 5.3. Hasil pengamatan histologi negatif terdiri dari tiga lapisan, namun lapisan
jumlah makrofag pada kelompok kontrol peptidoglikannya lebih tipis dan lapisan
dan kelompok perlakuan lemaknya lebih tebal sehingga zat warna
Ke lompok Jumlah Makrofag Skor kristal violet luntur saat pencucian dengan
alkohol dan dinding selnya menyerap warna
Kontrol 11 3
merah dari safranin.50
Kontrol 13 3 Daun salam (Eugenia polyantha w)
Kontrol 24 3 adalah tanaman yang banyak digunakan
20% 1 0 masyarakat baik sebagai bumbu masakan juga
20% 3 1 digunakan sebagai obat. 5,9,33 Badan POM
20% 5 2 (Pemeriksa Obat dan Makanan) telah
40% 5 2 menetapkan daun salam sebagai salah satu
dari sembilan obat unggulan yang telah
40% 7 2
diteliti atau diuji secara klinis untuk
40% 4 1 menanggulangi masalah kesehatan tertentu.33
80% 3 1 Daun salam (Eugenia polyantha w) memiliki
80% 3 1 potensi sebagai efek farmakologi, anti-
80% 1 0 inflamasi, antimikroba, analgesik dan
antibakteri.9 Hasil penelitian Sumono dan
Hasil penelitian pada semua tikus baik Wulan (2009) menunjukkan bahwa daun
kelompok kontrol maupun kelompok salam (Eugenia polyantha w) mengandung
perlakuan menunjukkan terjadinya senyawa kimia yang terdiri dari tanin,
peningkatan jumlah magrofag yang di amati flavonoid, minyak asiri, saponin, trirerpenoid
secara histologi, walaupun secara klinis hanya dan alkaloid yang bersifat sebagai
satu dari empat tikus yang terlihat adanya farmakologis.9
pembengkakan pada gingiva rahang atas dan Sampel penelitian adalah tikus putih
rahang bawah. (ratus norvegicus), karena tikus putih relatif
Berdasarkan hasil analisis statistik tenang, mudah ditangani, selain itu bentuk
menggunakan Kruskal-Wallis dengan dan susunan jaringan periodontalnya tidak
Microsoft Excel-Analyse it v 2.30 berbeda dengan jaringan periodontal
menunjukkan bahwa air rebusan daun salam manusia.59 Tikus putih yang digunakan jenis
(Eugenia polyantha w) berpengaruh secara kelamin jantan dan berusia 2 – 3 bulan. Tikus
bermakna dalam membantu jumlah makrofag laboratorium adalah spesies tikus ratus
(p=0,05), tabel analisis dapat dilihat pada norvegicus yang dibesarkan dan disimpan
lampiran. untuk penelitian ilmiah. Tikus putih telah
digunakan dalam banyak penelitian
PEMBAHASAN eksperimental mengenai penyakit, pengaruh
A. actinomytemcomitans yang obat-obatan dan topikal lain dalam kesehatan
digunakan pada penelitian ini adalah A. dan kedokteran.60
actinomycetemcomitans dari strain Bakteri A. actinomycetemcomitans
laboratorium, namun untuk menghindari mempunyai kemampuan melakukan penetrasi
terjadinya kontaminasi yang mungkin terjadi ke epitel gingiva, bakteri ini memproduksi
selama penyimpanan, maka pada penelitian leukotoksin yang dapat membunuh netrofil
ini juga dilakukan uji konfirmasi dengan dan monosit. Dinding sel bakteri Gram
pewarnaan Gram. Hasil pewarnaan Gram A. negatif mengandung lipopolisakarida (LPS,
actinomycetemcomitans terlihat berwarna endotoksin) yang mana dikeluarkan setelah
kemerahan dan koloninya berbentuk bakteri mati, selain sebagai pencetus
kokobasilus. Terbentuknya warna merah terjadinya proses inflamasi, LPS juga dapat
merupakan karakteristik bakteri Gram negatif menyebabkan nekrosis jaringan. Selain itu
yang disebabkan oleh ketidakmampuan bakteri ini juga memproduksi enzim
dinding selnya menyerap warna kristal violet. kolagenase yang dapat merusak kolagen tipe
Susunan dinding sel pada bakteri Gram 1. Hal ini dapat mendorong terjadinya
85
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

degradasi kolagen dan gangguan pada secara bermakna dalam membantu jumlah
jaringan ikat periodontal.61 makrofag (p=0,05). Kehadiran makrofag
Inflamasi merupakan respon tubuh dalam proses inflamasi seperti diketahui
terhadap jejas dan benda asing atau merupakan satu indikasi jejas ataupun infeksi
mikroorganisme yang masuk ke tubuh sedang memasuki tahap penyembuhan. Hasil
penjamu. Penelitian ini membuktikan bahwa ini sesuai dengan tampilan histologi penelitian
respon tersebut sangat tergantung pada dimana ditemukan sejumlah fibroblas. Peran
seberapa besar bakteri A. fibroblas sangat besar pada proses perbaikan
actinomycetemcomitans yang masuk ke yaitu bertanggung jawab pada persiapan
tubuh tikus. Sebagaimana diperlihatkan pada menghasilkan produk struktur protein yang
hasil dimana tikus pada kelompok perlakuan akan digunakan selama proses rekonstruksi
80% yang diinokulasikan lebih banyak jaringan.66 Fibroblas akan aktif bergerak dari
daripada kelompok perlakuan lainnya yang jaringan sekitar inflamasi ke daerah inflamasi,
secara klinis menunjukkan pembengkakan kemudian akan berproliferasi serta
pada gingiva rahang atas dan bawahnya. mengeluarkan beberapa substansi seperti
Walau demikian, kelompok tikus lainnya kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin
secara histologi tetap menunjukkan adanya dan proteoglycans yang berperan dalam
respon inflamasi. Ini dibuktikan dengan rekontruksi jaringan baru.66 Hal ini terjadi
adanya ciri-ciri terjadinya respon inflamasi karena daun salam memiliki efek anti-
seperti vasodilatasi. Hal ini sesuai dengan inflamasi yang dapat meringankan respon
pernyataan Baratawidjaja GK dan Rengganis inflamasi serta dapat mempercepat proses
I yang menyebutkan pada jaringan yang penyembuhan.
mencirikan telah terjadi respon inflamasi Kemampuan daun salam dalam
ditemukan vasodilatasi yang menghasilkan membantu jumlah makrofag karena
peningkatan volume darah.65 mempunyai kandungan kimia seperti tanin,
Volume darah yang meningkat di flavonoid yang bersifat sebagai antiinflamasi,
jaringan dapat menimbulkan perdarahan. antimikroba dan antibakteri, minyak asiri
permeabilitas vaskular yang memungkinkan yang bersifat analgetik dan antibakteri
sel-sel inflamasi seperti PMN dan sel sedangkan saponin, triterpenoid dan alkaloid
makrofag untuk menyingkirkan bahan-bahan yang juga bersifat sebagai antibakteri
asing dan mati di jaringan yang cedera.65 sehingga mampu membatu terjadinya proses
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian inflamasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
ini, dimana ditemukan sejumlah makrofag air rebusan daun salam (Eugenia polyantha
yang merupakan salah satu sel fagosit yang w) berpengaruh terhadap jumlah makrofag
dikeluarkan untuk respon inflamasi. pada periodontitis agresif yang terlihat pada
Pada sediaan histologi, didapatkan gambaran histologi.
jaringan periodontal tikus memperlihatkan
minimnya kehadiran sel-sel PMN, dominasi KESIMPULAN
sel fagosit yang ditemukan adalah sel Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
makrofag. Hasil ini juga telah disimpulkan bahwa air rebusan daun salam
mengkonfirmasikan bahwa air rebusan daun (Eugenia polyantha w) dengan konsentrasi
salam terbukti memiliki fungsi anti-inflamasi, 20%, 40%, dan 80% berpengaruh secara
dimana kandungan air rebusan daun salam bermakna terhadap jumlah makrofag pada
dapat menekan aktivitas PMN yang secara gambaran histologi periodontitis agresif.
klinis akan memperlihatkan ciri-ciri rubor,
dolor, dan kalor. Sebaliknya, air rebusan daun
salam berdasarkan penelitian ini dapat DAFTAR PUSTAKA
membantu respon inflamasi. Berdasarkan 1. Kesic L, Petrovic M, Obradovic R, Pejcic
hasil analisis statistik menggunakan Kruskal- A. The importance of aggregatibacter
Wallis dengan Microsoft ExcelAnalyse it v actinomycetemcomitans in etiology of
2.30 menunjukkan bahwa air rebusan daun periodontal disease-mini review. Acta
salam (Eugenia polyantha w) berpengaruh Medica Medianae 2009;48:35-37
86
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

2. Utami TE, Kuncoro AR, Hutami RI, Sari bakteri Streptococcus sp. Majalah
TF, dan Handajani J. Efek antiinflamasi Farmasi Indonesia 2009; 20:112-118.
ekstrak daun sembukan (Paederia 10.Winarto W.P. memanfaatkan bumbu dapur
scandens) pada tikus wistar. Majalah Obat untuk meengatasi aneka penyakit.
Tradisional 2011;16:95-100. Agromedia Pustaka. Jakarta 2004.
3. Taughels W, Haake SK, Sliepen I, 11.Noveriza R, Miftakhurohmah. Efektivitas
Pauwels M, Van Eldere J, Cassiman JJ, ekstrak mentol daun salam (Eugenia
Quirynen M. Bacteria interfere with A. polyantha) dan daun jeruk peruk (Cytrus
actinomycetemcomitans colonization. histrix) sebagai antijamur pada
Journal of Dental Research 2007; 86:611- pertumbuhan Fausarium axysporum.
617. Jurnal Littri 2010;16:6-11
4. Quirinen M, Teughels W, Haake SK, 12.Benson. Microbiological applications
Newman MG. Microbiology of laboratory manual in general
periodontal disease. In: Carranza, editors. microbiology. 8th ed. The MeGraw-Hill
Carranza’s Clinical Periodontology. 10th Companies, 2001. p. 93-98
ed. St.Louis: Elsevier. 2007. p.160-161. 13.Tim mikrobiologi. Penuntun praktikum
5. Wijayakusuma H. Tumbuhan berkasiat mikrobiologi. Fakultas Kedokteran
obat Indonesia rempah, rimpang dan umbi. Universitas Syiah Kuala. 2002.
Prestasi instan Indonesia. Jakarta 2002. 14. Ariyanti R, Wahyuningtyas N,
6. Fine DH, Makowitz K, Furgang D, Wahyuni SA. Pengaruh pemberian
Velliyagounder K. Aggregatibacter infusa daun salam (Eugenia polyantha
actinomycetemcomitans as an early wight) terhadap penurunan kadar asam
colonizer of oral tissue: epithelium as a urat darah mencit putih jantan yang
resevoir? Journal of Clinical Microbiolgy
2010; 48:4464-4473.
diinduksi dengan potassium
7. Nakanishi FA, Avila-Camos MJ, Kamiji oksonat.Pharmacon 2007;8:56-63.
NH, Itano EN. Immunoglobulin 15. Praptiwi, Muis FS, Hadisaputro S,
Gproteolytic activity of Actinobacillus Suryono. Sumbangan All-Trans asam
Actinomycetemcomitans. Braz J Microbiol retinoat (ATRA) baggi penyembuhan
2006; 37:42-6. periodontitis. Media Medika Indonesia
8. Fine DH, Markowitz K, Furgang D, Fairlie 2011;45:169-173.
K, Ferrandiz J, Nasri C, et al. 16. Mohamad M. Teknik pembuatan
aggregatibacter actinomycetemcomitans preparat histology dari jaringan hewan
and its relationship to initiation of dengan pewarnaan hematoksilin dan
localized aggressive periodontitis: eosin (H&E). Balai Penelitian
longitunal cohort study of initially healthy
adolescent. J Clin Microbiol 2007;
Veteriner, Jl. R. E Martadinata 30,
45:3859-3869. Bogor 2001.
9. Sumono A dan Wulan A. Kemampuan air 17. Jusuf AA. Histoteknik dasar. Fakultas
rebusan daun salam (Eugenia polyantha Kedokteran Universitas Indonesia 20
w) dalam menurunkan jumlah koloni

87
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91

PERBANDINGAN KECEPATAN LAJU ALIRAN SALIVA SEBELUM


DAN SESUDAH KONSUMSI KOPI ROBUSTA (Coffea cannephora)

THE COMPARISON OF SALIVARY FLOW RATE BEFORE AND AFTER


CONSUMPTION ROBUSTA COFFEE (Coffea cannephora)

Santi Chismirina, Afrina, Cut Maidis Safrianda

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Saliva merupakan cairan mulut kompleks yang disekresi olehkelenjar saliva mayor dan minor.
Hampir 90% saliva dihasilkan pada saat makan sebagairespon terhadap rangsangan
pengecapan dan pengunyahan makanan. Unsur-unsur penting di dalam saliva terdiri dari
beberapa komponen, salah satunya adalah laju aliran saliva. Laju aliran saliva dalam mulut
dapat berubah karena adanya rangsangan baik mekanis maupun kimiawi. Kopi memiliki
kandungan asam dan kafein yang berdampak negatif pada kesehatan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbandingan kecepatan laju aliran saliva sebelum dan sesudah
mengkonsumsi kopi jenis Robusta (Coffea cannephora) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Syiah Kuala. Saliva yang distimulasi dikumpulkan dari 30 orang mahasiswa
dengan menggunakan metode spitting sebelum dan sesudah meminum kopi robusta. Uji
penelitian menggunakan analitik komparatif dengan metode kategori berpasangan. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna laju aliran saliva sebelum
dan sesudah konsumsi minuman kopi jenis Robusta (Coffea cannephora). Sebagai kesimpulan,
laju aliran saliva didapatkan lebih rendah saat sebelum mengkonsumsi kopi robusta.
Kata kunci:laju aliran saliva, kopi Robusta (Coffea cannephora)

ABSTRACT
Saliva is a complex oral fluid secreted byboth major and minor salivary glands. Almost 90%
of saliva is produced during meal time as a response to taste and mastication. Saliva contains
several essential components, one of which is the salivary flow rate. The salivary flow rate in
the mouth can change due to mechanicaland chemical stimuli. Coffee contains acid and
caffeine which have negative impacts towards health. This study aims to compare the salivary
flow rate ratio before and after consumption of Robusta coffee (Coffea cannephora) among
dental students at University ofSyiah Kuala. Stimulated saliva was collected from 30 students
using spitting method before and after drinking robusta coffee. This study used comparative
analytic which tested pair category method. The statistical analysis showed there was
significant difference of salivary flow rate before and after consumption of robusta coffee. In
conclusion, the salivary flow rate was found to be slower at the time before consumption of
robusta coffee.
Keyword: salivary flow rate, Robusta coffee (Coffea cannephora)

88
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91

PENDAHULUAN robusta. Kopi robusta cenderung lebih pahit


Kesehatan gigi dan mulut merupakan dari kopi arabikakarena komposisi kafeinnya
bagian dari kesehatan tubuh seseorang secara lebih tinggi, yaitu 1,7-4,0%, sedangkan
keseluruhan. Salah satu masalah kesehatan gigi komposisi kafein dalam kopi arabika hanya 0,8-
dan mulut yang paling sering dialami oleh 1,4% saja.9
masyarakat adalah karies gigi.1 Karies gigi Sukrosa dan monosakarida merupakan
adalah penyakit infeksi yang merusak struktur kandungan karbohidrat sederhana didalam kopi
gigi sehingga gigi menjadiberlubang.2 Proses dengan konsentrasi yang tinggi sehingga dapat
terjadinya karies pada gigi melibatkan beberapa difermentasi oleh bakteri yang ada dalam
faktor, faktor penting yang saling berinteraksi mulut. Asam yang dihasilkan dari proses
dalam pembentukan karies gigi yaitu fermentasi dapat menyebabkan penurunan
mikroorganisme, gigi (host), makanan, dan kapasitas buffer dan sekresi laju aliran saliva.
waktu.3 Sementara itu, di dalam kopi terkandung dua
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar unsur asam yaitu asam klorogenat dan asam
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa nikotinat yang secara langsung berpengaruh
tingkat keparahan kerusakan gigimeningkat terhadap pH saliva, selain itu juga akan terjadi
seiring dengan bertambahnya umur. Prevalensi penurunan aliran saliva dan buffer saliva.9,10
nasional indeks DMF-T adalah 4,6, dimana PenelitianRika Rizkia (2013) telah
sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi melakukan pengujian perbandingan laju aliran
diatas prevalensi nasional. Hasil ini saliva terhadap kopi arabika(Coffea arabica),
menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi yang hasilnya menunjukkan penurunanlaju
penduduk Indonesia masih tinggi.4,5 aliran saliva yang signifikan, karena kopi
Secara teori proses terjadinya karies memiliki derajat keasaman (pH) yang tinggi,
dapat dipengaruhi oleh saliva yang memiliki konsentrasi asam klorogenat dan asam alifatik
peran penting pada mekanisme terjadinya yang tinggi. Sehingga laju aliran saliva menjadi
karies. Saliva dapat menurunkan akumulasi rendah setelah mengkonsumsi kopi.11
plak pada permukaan gigi dan juga menaikan Belum banyak peneliti yang membahas
tingkat pembersihan karbohidrat dari rongga keterkaitan minuman kopi terutama kopi
mulut.6 robustadengan laju aliran saliva. Oleh karena
Saliva dapat dipengaruhi oleh itu peneliti tertarik untuk menglihat
rangsangan minuman yang mengandung asam perbandingan kecepatan laju aliran saliva
yang berlebihan. Salah satu minuman yang sebelum dan sesudah mengkonsumsi kopi
mengandung asam yaitu kopi. Sebagaimana Robusta.
telah diketahui bahwa kopi merupakan salah
satu minuman yang paling sering dikonsumsi BAHAN DAN METODE PENELITIAN
oleh masyarakat. Kopi digemari karena Jenis penelitian yang digunakan adalah
memiliki cita rasa dan aroma yang khas, analitik komparatif dengan metode kategorik
walaupun memiliki kandungan asam dan kafein berpasangan untuk melihat perbandingan laju
yang berdampak negatif pada kesehatan.7Kopi aliran saliva sebelum dan sesudah
dapat digolongkan sebagai minuman mengkonsumsi kopi robusta pada mahasiswa
psikostimulant yang dapat membuat orang tetap Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Syiah
terjaga. dapat mengurangi kelelahan, dan Kuala angkatan 2016. Penelitian ini melibatkan
membuat perasaan menjadi lebih tenang. Oleh 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria
karena itu, kopi menjadi minuman favorit menggunakan teknik purposive sampling.
terutama bagi kaum pria diseluruh dunia. Subjek hasil seleksidiambil saliva dan
Tanaman kopi termasuk dalam golongan dilakukan pemeriksaan laju aliran saliva.
Famili Rubiaceae yang mempunyai 500 macam Selanjutnya subjek tersebut diberikan minuman
genus dan lebih dari 6000 spesies. Kebanyakan kopi robusta dan saliva dari subjek tersebut
merupakan tumbuhan tropis dan tumbuhan dikumpulkan kembali untuk pemerikasaan laju
peralihan yang tumbuh di lereng gunung.8 aliran saliva. Proses minum minuman kopi jenis
Kopi mengandung unsur-unsuryang robusta (Coffea cannephora) dilakukan
berupa kafein, trigonelin, sukrosa, masing-masing sebanyak 10 ml dihabiskan
monosakarida, asam klorogenat, dan asam dalam waktu 3 menit kemudian dilakukan
nikotinat. Jenis kopi yang komersial di dunia pengumpulan saliva dengan metode
yaitu kopi Arabika (Coffea arabica)dan kopi spitting.Proses pengumpulan saliva memakan

89
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91

waktu ± 5 menit untuk masing-masing Tabel 5.4.Distribusi frekuensi laju aliran


perlakuan. salivasesudah minum kopi robustaberdasarkan jenis
kelamin.
Jenis LAS Sesudah Distimulasi Jumlah
HASIL PENELITIAN Kelamin Sangat RendahRendahNormal Tinggi (%)
Dari penelitian yang dilakukan Laki-laki 1 (8,3) 4 (33,3) 7 (58,4) 0 (0,0) 12 (100)
diperoleh data sebagai berikut : perempuan 3 (16,7) 7 (38,9) 8 (44,4) 0 (0,0) 18 (100)
Total 4 (13,3) 11 (36,6) 15 (50,0) 0 (0,0) 30 (100)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi laju aliran saliva


sebelum minum kopi robusta. Laju aliran saliva sesudah minum kopi
LAS Sebelum Jumlah Persentase robusta pada laki-laki didapatkan kategori
Distimulasi Subjek (%) sangat rendah sebesar 8,3%, dan kategori
Sangatrendah - - normal sebesar 58,3%. Sedangkan pada
Rendah 3 10,0 perempuan didapatkan kategori sangat rendah
Normal 2 6,7 sebesar 16,7%, dan kategori normal sebesar
Tinggi 25 83,3
44,4%. (tabel 5.4)
Total 30 100,0
PEMBAHASAN
Laju aliran saliva sebelum Penelitian yang dilakukan pada
meminum kopi robusta dengan kategori mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi
rendah sebanyak 3 subjek atau 10 %, dan Universitas Syiah Kuala, terdapat perbedaan
kategori tinggi sebanyak 25 subjek atau laju aliran saliva yang bermakna antara sebelum
83,3% (tabel 5.1) dan sesudah distimulasi dengan minuman kopi
robusta. Dari hasil Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.
Tabel 5.2Distribusi frekuensi laju aliran saliva terlihat peningkatan laju aliran saliva sebelum
sesudah minum kopi robusta dan sesudah minum kopi robusta, tetapi terjadi
LAS Sesudah Jumlah Persentase
peningkatan dalam katergori normal.
Distimulasi Subjek (%)
Peningkatan laju aliran saliva tersebut
Sangatrendah 4 13,3
Rendah 11 36.7 diakibatkan karena adanya stimulus kimiawi
Normal 15 50,0 yang berupa rasa dari kandungan kopi antara
Tinggi - - lain kafein dan asam klorogenat dari biji kopi
Total 30 100,0 robusta.9,10,12
Studi sebelumnya menyebutkan bahwa
Laju aliran saliva sesudah meminum bahwa konsumsi minuman yang mengandung
kopi robusta dengan katagori normal kafein dapat menstimulasi sekresi saliva.
didapatkan sebanyak 15 subjek atau 50 % (tabel Sebagaimana diketahui kafein memiliki rasa
5.2) yang pahit, yang membuat reflek saliva yang
terjadi sewaktu adanya kemoreseptor di dalam
Tabel 5.3Distribusi frekuensi laju aliran saliva sebelum rongga mulut terhadap adanya stimulus. Ketika
minum kopi robusta berdasarkan jenis kelamin diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai
Jenis LAS SebelumDistimulasi impuls di serat saraf eferen yang membawa
Kelamin SSangat rendahRendahNormalTinggi Jumlah
(%) (%)(%) (%) (%) informasi ke pusat saliva di medulla oblongata
Laki-laki 0 (0,0) 1 (8,3) 0 (0,0) 11 (91,7) 12(100)
(batang otak), kemudian melalui mekanisme
perempuan 0 (0,0) 2 (11,1) 2 (11,1) 14 (77,8) 18(100) dimana pusat saliva mengirim impuls melalui
Total 0 (0,0) 3 (19,4) 2 (11,1)25 (168,15) 30 (100)
saraf parasimpatis ke kelenjar saliva untuk
meningkatkan sekresi saliva sepanjang jalan
Laju aliran saliva sebelum meminum kopi dari nukleus salivarius superior dan inferior.
robusta berdasarkan jenis kelamin di dapatkan 14 Nukleus salivarius superior akan meneruskan
subjek pada perempuan yaitu sebesar 77,8%, dan rangsangan ke kelenjar submandibularis dan
11 subjek pada laki-lakiyaitu sebesar 91,7% (tabel sublingualis, nukleus salivarius inferior akan
5.3). meneruskan rangsangan saraf ke kelenjar
parotis sehingga menghasilkan produksi saliva
dalam jumlah yang banyak, hal inilah yang
menyebabkan laju aliran saliva menjadi
meningkat.13,14

90
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91

Teori Patricia Del Vigna De Almeida Masyarakat, Maret 2013-september2013,


dkk yang menyatakan bahwa pada jenis Vol. 7, No.2
kelamin laki-laki laju aliran saliva lebih tinggi 4. Trihono. Riset kesehatan dasar, badan
dibandingkan dengan perempuan karena laki- penelitian dan pengembangan kesehatan
laki memiliki kelenjar saliva yang lebih besar kementerian kesehatan RI tahun 2013
dibandingkan perempuan hal ini dapat 5. Najoan SB, Kepel BJ, Wicaksono DA.
menyebabkan laju aliran saliva laki-laki lebih Perubahan pH saliva siswa MA Darul
banyak dibandingkan dengan laju aliran saliva Istiqamah Manado sesudah menyikat gigi
perempuan.13 dengan pasta gigi mengandung xilitol. J e-
Dari hasil penelitian ini terdapat adanya GIGI (eG), Vol 2, No 2, juli-desember 2014
peningkatan laju aliran saliva dalam kategori 6. Soesilo D, Santoso RE, Diyantri I. Peranan
normal, berbeda halnya dengan hasil penelitian sorbitol dalam mempertahankan kestabilan
Rika Rizkia (2013) yang telah melakukan pH aliva pada proses pencegahan karies.
penelitian terhadap perbandingan laju aliran Dent J 2005;38(1):25-28
saliva sebelum dan setelah minum kopi jenis 7. Farida A, Ristanti R E, Kumoro AC.
Arabika yang hasilnya menunjukkan Penurunan Kadar Kafein dan Asam Total
penurunan laju aliran saliva yang signifikan.11 Pada Biji Kopi Robusta Menggunakan
Kopi arabika dan robusta memiliki kandungan Teknologi Fermentasi Anaerob Fakultatif
yang sama antara lain yaitu kafein dan asam Dengan Mikroba Nopkor MZ-15. J.
klorogenat, tetapi hasil penelitian kopi arabika Teknologi kimia dan industri 2(3)2013: 70-
dan robusta berbeda, hal ini disebabkan jumlah 75.
kandungan kafein dan asam klorogenat pada 8. Bhara M, Ismail A. Pengaruh pemberian
kopi robusta lebih tinggi dari kandungan kafein kopi dosis bertingkat per oral 30 hari
dan asam klorogenat pada kopi arabika.9 terhadap gambaran histologi hepar tikus
wistar. Fakultas Kedokteran Universitas
KESIMPULAN diponegoro Semarang 2009.
Laju aliran saliva sesudah minum kopi 9. Andriany P, Hakim RF, mahlianur.
robusta pada mahasiwa Fakultas Kedokteran Pengaruh Konsumsi Kopi Ule kareng
Gigi (FKG) Universitas Syiah Kuala (Arabika) terhadap pH Saliva Pada Usia
mengalami peningkatan. Dari aspek jenis Dewasa Muda.
kelamin, diketahui bahwa pada jenis kelamin 10.AnastasiaE, Siswosubroto DHC,
laki-laki laju aliran saliva lebih tinggi Pangemanan, Michael A, Leman. Gambaran
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini di konsumsi yoghurt terhadap waktu
duga terjadi karena laki-laki memiliki kelenjar peningkatan pH saliva. PHARMACON J
saliva yang lebih besar dibandingkan ilmiah farmasi-UNSRAT vol.4 no.4
perempuan, sehingga produksi saliva laki-laki November 2015 ISSN 2302-2493
lebih banyak daripada perempuan. 11.Rizkia R. Perbandingan laju aliran saliva
sebelum dan setelah minum kopi jenis
DAFTAR PUSTAKA arabika pada siswa-siswi kelas XI MA
1. Rodian M, Satari MH, Rolleta E. Efek Ruhul islam Anak Bangsa. Fakultas
mengunyah permenkaret yang mengandung Kedokteran Gigi. Oral Biologi. Universitas
sukrosa, xylitol, probiotik terhadap Syiah Kuala. 2013
karakteristik saliva. Dentika Dental Journal 12.Indriana T. Perbedaan laju aliran saliva dan
2011;16(1):44-48. pH karena pengaruh stimulus kimiawi dan
2. Sumini, Amikasari B, Nurhayati D. mekanik. J kedokt meditek 17(44). Mei-
Hubungan konsumsi makanan manis Agust 2011
dengan kejadian karies gigi pada anak 13.Almaida PDVA, Gregio AMT, Machado
Prasekolah Di TK B RA Muslimat PSM MAN, Lima AAS, Azevedo LR. Saliva
Tegalrejodesa Semen Kecamatan composition and functios: a comprehensive
Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Jurnal review. The Jour Contemp Dent Prac 2008;
Delima harapan, Vol 3, No. 2 Agustus- 9(3):1-11
januari 2014:20-27 14.Susanti L.Pengaruh minuman ringan
3. Ramayanti S, Purnakarya I. Peran makanan berkarbonat yang mengandung kafein
terhadap kajadian karies. Jurnal Kesehatan terhadap ph saliva.Fak. Kes Mas Universitas
Indonesia. 2016.

91
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

EFEK IMBIBISI PERENDAMAN BAHAN CETAK HYDROCOLLOID


IRREVERSIBLE ALGINATE DALAM LARUTAN SODIUM HYPOCHLORITE

IMBIBITION EFFECT OF IMMERSING HYDROCOLLOID


IRREVERSIBLE ALGINATE IN SODIUM HYPOCHLORITE

Didin Kustantiningtyastuti, Afwardi, Siti Coryniken

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas

Abstrak
Bahan cetak alginate digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan negatif dari rongga mulut.Bahan
cetak ini memiliki sifat imbibisi yaitu menyerap air sehingga dapat mempengaruhi stabilitas dimensi
apabila direndam dalam desinfektan.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek imbibisi pada
bahan cetak alginate yang direndam dalam larutan desinfektan Sodium Hypochlorite.Metode
penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan pretest dan posttest dengan kontrol
aquades. Alginate dicetak dengan menggunakan cetakan dengan diameter 28 mm dan tinggi 18 mm.
Hasil cetakan alginate direndam dalam larutan sodium hypochlorite 0,5% dan 1% selama 3 menit, 5
menit dan 10 menit. Perhitungan berat imbibisi dilakukan dengan menggunakan timbangan
digital.Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya imbibisi pada bahan cetak alginate yang direndam
larutan Sodium Hypochlorite selama 3 menit, 5 menit dan 10 menit. Uji statistik Two Way Anova
Repeated Measure menunjukan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada menit imbibisi, sedangkan
konsentrasi larutan memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini
adalah bahan cetak alginate memiliki efek imbibisi terhadap perendaman dalama larutan Sodium
Hypochlorite.
Kata Kunci: Hydrocolloid, Alginate, Sodium ,Hypochlorite, Imbibisi

Abstract
Alginate impression used to obtain the results of a negative mold of the oral cavity . The impression
materials have character that absorb water it is imbibition that can affect the dimensional stability
when immersed in disinfectant . Aim of this study is to observed the effect of imbibition on alginate
impression material which immersed in a disinfectant solution of Sodium Hypochlorite .The method
used was experimental with pretest and posttest with control group design . The mold were diameter
of 28 mm and height 18 mm .the impression were immersed in sodium hypochlorite 0.5 % and 1 %
for 3 minutes , 5 minutes and 10 minutes . Imbibition weight calculation is done by using digital
scales.The results showed that the presence of imbibition on impression material alginate that
immersed in Sodium Hypochlorite solution for 3 minutes , 5 minutes and 10 minutes . Statistical Test
Two Way Repeated Measure ANOVA showed a significant difference ( p< 0.05 )in minutes
imbibition , while the concentration of the solution had a significant difference ( p > 0.05 ).The
conclusion of this study is the alginate impression material has the effect of imbibition to immersion
Sodium Hypochlorite solution.
Keywords: Hydrocolloid, Alginate , Sodium, Hypochlorite , imbibition

92
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

PENDAHULUAN dan di desinfektan untuk menghilangkan sisa


Dalam kedokteran gigi, penggunaan saliva dan darah sebelum dikirim ke
bahan cetak dilakukan untuk mendapatkan hasil laboratorium guna menghindari terjadinya
cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. kontaminasi bakteri.2,3,4,5
Hasil cetakan ini digunakan untuk membuat Sebagai pertimbangan untuk
model studi maupun model kerja untuk penggunaan, desinfektan sebaiknya tidak
mendukung penetapan rencana perawatan. mahal dan harus secara efektif membunuh
Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi mikroorganisme rongga mulut yang terbawa
reversible atau irreversible, berdasarkan cara pada cetakan, tanpa merusak dan mengurangi
bahan tersebut mengeras. Istilah irreversibel keakuratannya. Glutaraldehyde sering
menunjukan bahwa reaksi kimia telah terjadi, direkomendasikan sebagai bahan desinfeksi
bahan tidak bisa diubah kembali ke keadaan dari cetakan, namun desinfektan tersebut sangat
semula. Misalnya, hidrocolloid alginate, pasta bervariasi dalam keefektifitasannya dan sangat
cetak oksida seng eugenol (OSE), dan plaster mahal. Selain itu glutaraldehyd berbahaya bagi
of paris yang mengeras dengan reaksi kimia, jaringan hidup dan dapat menyebabkan
sedang bahan cetak elastomerik mengeras hipersensitivitas, sehingga petugas harus
dengan polimerisasi. Sebaliknya, reversible menggunakan sarung tangan dan alat pelindung
berarti bahan tersebut melunak dengan lainnya dalam penggunaan desinfektan ini.
pemanasan dan dengan pendinginan, tanpa Iodophor dan phenol disetujui oleh ADA
terjadi perubahan kimia. Contohnya, sebagai bahan desinfektan cetakan, tapi
hydrocolloid reversible dan kompoun. Bahan umumnya tidak efektif dalam mendesinfeksi
cetak yang sering digunakan sampai saat ini hasil cetakan hydrocolloid irreversible
adalah hydrocolloid irreversible alginate alginate. Selain itu Iodophor dan phenol juga
karena keuntungannya seperti sifat hidrofilik, dapat mengurangi permukaan beberapa bahan
murah dan baik dalam merekam detail cetakan serta menghasilkan kualitas gypsum
cetakan.1,2,3 yang buruk.6
Hasil cetakan alginat sebagai salah satu Diantara desinfektan tersebut,
jalan transmisi patogen yang berpotensi hypochlorite direkomendasikan oleh ADA
terjadinya infeksi silang. Mikroorganisme sebagai desinfektan yang efektif untuk
patogen didalam saliva, darah dan pus yang mendesinfeksi cetakan hydrocolloid
menempel pada bahan cetak akan berinteraksi irreversible.7 Hypochlorite memiliki spektrum
dengan bahan cetak dan menjadi agen luas terhadap bakteri, tidak berpengaruh oleh
penyebab infeksi sehingga menjadi pencetus kesadahan air dan memiliki insiden toksik yang
penularan penyakit.2 rendah serta harganya murah.7
Penelitian yang dilakukan oleh American Dental Association (ADA) dan
Mohammad Raifu Ahsan dkk (2013), Central Disease Control (CDC) menyarankan
mengemukakan bahwa 67% dari bahan-bahan teknik untuk disinfeksi cetakan yaitu,
yang di kirim dokter gigi ke laboratorium perendaman dan penyemprotan.7 Kedua teknik
dokter gigi terkontaminasi oleh bakteri patogen. ini telah menunjukan keefektifitasan dalam
Berdasarkan penelitian tersebut, Streptococcus mendesinfeksi permukaan cetakan, namun
sanguis, Streptococcuspyogenes, Streptococcus ADA (1977); Durr et al (1987); Jhonson et al
agalactiae, Staphylococcus epidermidis, (1998); Langerwalter et al (1990) menyatakan
Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas perendaman merupakan teknik desinfeksi yang
aeruginoa merupakan mikroorganisme yang paling efektif dibanding penyemprotan karena
sering terdapat pada bahan cetak. Beberapa pada perendaman semua permukaan cetakan
penyakit yang paling umum dapat menginfeksi dan sendok cetak terendam seluruhnya dalam
adalah, influenza, pneumonia, TBC, herpes, larutan disinfektan.4
hepatitis, dan AIDS. Oleh karena itu, semua Blaire dan Wassel dalam penelitian yang
bahan cetak alginate harus di disinfeksi dilakukan oleh Sheila dkk (2006) menyarankan
sebelum dituang dengan gypsum. semua cetakan, terlepas dari jenis bahannya,
The American Dental Association (ADA) harus direndam dalam 1% larutan sodium
juga menganjurkan bahan cetak harus dicuci hypochlorite selama 10 menit, karena waktu ini

93
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

merupakan waktu minimum yang diperlukan bahan cetak irreversiblehydrocolloid setelah


untuk penggunaan efektif seluruh perendaman dalam larutan sodium hypochlorite
desinfektan.19 Penelitian yang dilakukan J. 0,5% dan 1% selama 30 menit.5,7
bustos dkk (2010) juga menyatakan bahwa
perendaman selama 5-10 menit bahan cetak BAHAN DAN METODE
hydrocolloid ireversible dalam larutan 0,5% Alat dan bahan yang digunakan dalam
sodium hypochlorite menunjukan penurunan penelitian ini adalah Rubber bowl dan spatula,
pertumbuhan bakteri secara signifikan. The Master cast diameter 28 mm dan tinggi 18 mm,
American Dental Association (ADA) juga Spuit 5 ml, Timbangan digital, Lempeng kaca,
merekomendasikan untuk merendam selama 10 Kertas tissue, Stopwatch, Gelas beaker, dan
menit dalam pengenceran 1:10 larutan sodium Gelas ukur. Bahan penelitian yang digunakan
hypochlorite (0,525%) sebagai desinfektan adalah Bahan cetak alginate, Aquadest, Sodium
cetakan hydrocolloid irreversible. Dilaporkan hypochlorite 0,5%, Sodium hypochlorite 1%.
juga bahwa terjadi 4-log 10 (99,9%)
pengurangan dari bakteri pada hasil cetakan METODE PENELITIAN
hidrocolloid irreversible ketika direndam Jenis penelitian adalah Eksperimental
dalam 0,5% cairan sodium hypochlorite selama laboratorium dengan desain penelitian Pre and
10 menit, sedangkan menurut Ahsan MR et al Post Tes control group design. Tempat
(2013), penurunan 100% mikroorganisme penelitian di Ruang Skills Lab Fakultas
terjadi setelah direndam selama 3 menit dalam Kedokteran Gigi Universitas Andalas pada
larutan 1% sodium hypochlorite. 3,4,7 bulan Desember 2014.
Terkait dengan teknik disinfeksi, Sampel berupa die hasil cetakan dari
alginate mempunyai sifat imbibisi yang bahan cetak alginate yang di rendam dalam
berpengaruh pada saat dilakukannya proses larutan desinfektan sodium hypochlrite 0,5%
desinfeksi. Sifat imbibisi dari bahan cetak dan 1 % selama 3 menit, 10 menit, 15 menit.
alginate yaitu sifat menyerap air bila berkontak Pada penelitian ini akan diberikan 3
dengan air sehingga mudah mengembang. Hal perlakuan dari 2 konsentrasi larutan NaOCl
ini dapat menyebabkan perubahan bentuk atau yang berbeda. Pada konsentrasi NaOCl 0,5%
dimensi hasil cetakan sehingga terjadi ekspansi waktu perendaman 3 menit, 5 menit, 10 menit
yang dapat menyebabkan ketidakakuratan hasil dan pada konsentrai NaOCl 1% selama 3 menit,
cetakan alginate. Pada penelitian Sari et al 5 menit dan 10 menit. Hasil perhitungan
(2013) menunjukan teknik perendaman lebih didapatkan jumlah sample minimal adalah 4
berpengaruh terhadap perubahan dimensional pada masing-masing waktu, yaitu 3 menit, 5
hasil cetakan, dibandingkan dengan teknik menit, 10 menit, pada larutan 0,5% sodium
penyemprotan karena pada teknik perendaman Hypochlorite dan 1% sodium hypochlorite.
hanya terdapat penyerapan cairan (imbibisi), Total sample adalah sebanyak 12 buah model
sehingga perubahan stabilitas dimensi lebih cetakan perkonsentrasi larutan sodium
mudah terjadi pada teknik ini, sedangkan pada hypochlorite.
teknik penyemprotan terjadi keseimbangan
antara proses imbibisi dan sineresis. ANALISA DATA
Ruggerberg dkk (1992), mempunyai Analisa univariat dilakukan untuk melihat
catatan bahwa terjadi perubahan dimensi pada distribusi data dari masing- masing variable
cetakan yang menggunakan bahan cetak independen dan dependen. Dilanjutkan analisa
irreversible hydrocolloid jika direndam larutan bivariate untuk melihat perbedaan 2 variabel
sodium hypochlorite 0,5% selama 10 menit. yaitu variable yang direndam dengan larutan
Tullur dkk (2007), menyatakan sebagian bahan sodium hipoklorit 0,5% dan yang direndam
cetak irreversible hydrocolloid tidak larut jika dengan larutan sodium hipoklorit 1% dengan
direndam dalam larutan sodium hypochlorite imbibisi menggunakan uji two way ANOVA
1% selama 15 menit. Hiraguchi et al (2007), Reated Measure dengan program SPSS. Derajat
dalam waktu yang singkat perendaman kepercayaan 95% dan hasil dikatakan
merekomendasikan untuk merendam cetakan bermakna jika p < 0,05.
alginate dalam larutan 1% sodium hypochlorite,
sedangkan menurut Herrera dan Merchant
(2010), tidak ada efek keakuratan dimensi pada

94
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

HASIL PENELITIAN memiliki nilai lebih tinggi terhadap imbibisi


Tabel 5.1 Rata-rata pertambahan berat alginate bahan cetak hydrocolloid alginate sehingga
direndam dalam 0.5% sodium hypochlorite berpengaruh terhadap stabilitas dimensi.
3 menit 5 menit 10 menit Perbandingan konsentrasi desinfektan tidak
memiliki perbedaan yang bermakna p>0,05
Rata-rata 0,825 gr 0,1675gr 0,2575gr artinya konsentrasi yang berbeda dari
desinfektan yang sama, serta aquadest tidak
Standar berpengaruh terhadap besarnya imbibisi.
0,00957 0,015 0,02986 Pada hasil berat die sesudah
Deviasi
perendaman pada waktu 3 menit diperoleh
signifikan 0.003 (p<0.05), 5 menit diperoleh
Tabel 5.2 Rata-rata pertambahan berat alginate signifikan 0.007 (p<0.05) dan 10 menit
direndam dalam 1% sodium hypochlorite diperoleh signifikan 0.006 (p<0.05) yang
3 menit 5 menit 10 menit artinya terjadi perubahan berat pada hasil
cetakan setelah perendaman hasil cetakan
Rata-rata 0,800 gr 0,21gr 0,325gr dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite
0,5% selama 3 menit, 5 menit dan 10 menit.
Standar Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan hasil
0,01155 0,0216 0,01732
Deviasi penelitian Mohit (2013) dalam penelitiannya
terhadap bahan cetak alginate yang direndam
Tabel 5.3 Rata-rata pertambahan berat alginate
dalam sodium hypochlorite menyatakan
direndam dalam aquadest
3 menit 5 menit 10 menit
perendaman bahan cetak hydrocolloid
irreversible alginate dalam desinfektan sodium
Rata-rata 0,1150gr 0,2325gr 0,3275gr hypochlorite selama 5 menit menunjukan
sedikitnya perubahan dimensi dibandingkan
Standar desinfektan lain dan dengan hasil penelitian
0,02646 0,03775 0,03862 Ruggereberg dkk (1992) yang menyatakan
Deviasi
bahwa terjadi perubahan dimensi pada bahan
PEMBAHASAN cetak yang direndam dalam larutan sodium
Hasil cetakan dapat dikatakan baik bila hypochlorite 0,5% selama 10 menit.
keakuratannya terjamin dan memiliki Pada hasil berat die sesudah
kestabilan dimensi sampai akan diisi oleh gips. perendaman pada waktu 3 menit diperoleh
Keakuratan adalah kemampuan untuk signifikan 0.005 (p<0.05), 5 menit diperoleh
mereproduksi nilai hasil pengukuran yang signifikan 0.02 (p<0.05) dan 10 menit diperoleh
sama. Stabilitas dimensi adalah kemampuan signifikan 0.000 (p<0.05) yang artinya terjadi
untuk mempertahankan keakuratan selama perubahan berat pada hasil cetakan setelah
selang waktu tertentu. Namun demikian, perendaman hasil cetakan dalam larutan
cetakan alginat dapat mengalami ekspansi desinfektan sodium hypochlorite 1% selama 3
dengan terjadinya imbibisi, pengerutan atau menit, 5 menit dan 10 menit. Hasil penelitian
sineresis.12 ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Panza
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dkk (2006) dalam penelitiannya terhadap
efek imbibisi bahan cetak alginate yang stabilitas dimensi bahan cetak yang direndam
direndam dalam desinfektan sodium dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite
hypochlorite 0,5% dan 1% yang berpengaruh 1% menyatakan terjadinya perubahan stabilitas
terhadap perubahan dimensi hasil cetakan dimensi.
alginate. Untuk melihat efek imbibisi ini Pada hasil berat die sesudah
dilakukan penimbangan sebelum dan sesudah perendaman pada waktu 3 menit diperoleh
perendaman. signifikan 0.019 (p<0.05), 5 menit diperoleh
Berdasarkan penelitian yang telah signifikan 0.007 (p<0.05) dan 10 menit
dilakukan, diketahui bahwa terdapat efek diperoleh signifikan 0.003 (p<0.05) yang
imbibisi pada bahan cetak alginate yang artinya terjadi perubahan berat pada hasil
direndam selama 3 menit, 5 menit, 10 cetakan setelah perendaman hasil cetakan
menit.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dalam aquadest selama 3 menit, 5 menit dan 10
dilakukan oleh Sari (2013) teknik perendaman menit. Hal ini mungkin disebabkan karena

95
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

adanya kalsium alginate yang terkandung direndam dalam larutan 0.5% sodium
dalam alginate sehingga alginate dapat hypochlorite selama 3 menit, 5 menit dan 10
berikatan dengan air dan mudah mengembang.1 menit yang artinya terdapat penyerapan air
Berdasarkan Penelitian ini dapat pada bahan cetak. Terdapat perbedaan yang
disimpulkan bahwa bahan cetak irreversible bermakna (p<0.05) pada imbibisi bahan cetak
hydrocolloid alginate memiliki efek imbibisi hydrocolloid irreversible alginate yang
yang dapat menyebabkan perubahan stabilitas direndam dalam larutan 1 % sodium
dimensi sebelum di cor dengan gypsum apabila hypochlorite selama 3 menit, 5 menit dan 10
direndam dalam desinfektan sodium menit yang artinya terdapat penyerapan air.
hypochlorite 0,5%, 1% dan aquadest sebagai Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
kontrol . Semakin lama waktu perendaman (p>0.05) pada imbibisi bahan cetak
akan mengakibatkan cetakan alginat mengalami hydrocolloid irreversible alginate yang
imbibisi sehingga kandungan air yang direndam dalam larutan 0.5 % sodium
terkandung didalamnya meningkat yang hypochlorite dan 1% sodium hypochlorite
menyebabkan cetakan menjadi tidak akurat selama 3 menit, 5 menit dan 10 menit.
lagi. Ditambah lagi bahan cetak alginate
mengandung banyak air yaitu sekitar 85% SARAN
sehingga cenderung untuk terjadi distorsi yang Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
disebabkan oleh ekspansi yang berhubungan penulis menyampaikan saran bahwa perlu
dengan sifat imbibisi dari cetakan alginate.23 dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
Perubahan bahan cetak alginate terjadi perendaman bahan cetak hydrocolloid
setelah bahan cetak direndam Irreversible Alginate dalam larutan Sodium
desinfektan.Disimpulkan bahwa adanya Hypochlorite.
penyerapan pada bahan cetak alginate sehingga
menyebabkan terjadinya ekspansi, dimana pada DAFTAR PUSTAKA
alginat terdapat ion-ion seperti Na, SO42-, 1. Philips RW. Buku Ajar Ilmu Bahan
PO43- sebagai potensial osmotik.20 Kedokteran Gigi. Edisi 10. Anusavice,
Hydrocolloid Irreversible merupakan Keneth J. Jakarta: EGC, 2003: 94-114
bahan cetak yang dapat berikatan dengan air. 2. Fitriana, Destriana dkk. Pengaruh
Menurut Sushan (2012) dalam jurnal Study for desinfeksi dengan berbagai macam
imbibitiom and syneresis menyatakan salah larutan desinfektan pada hasil cetakan
satu faktor yang menyebabkan imbibisi pada alginate terhadap stabilitas dimensional.
bahan cetak hydrocolloid irreversible adanya Universitas Jember. 2013.
kalsium alginate yang menyebabkan 3. Ahsan, Mohamad Rafiul dkk. Study on
pembengkakan yang menyebabkan perubahan antimicrobial effect of disinfecting
stabilitas dimensi apabila alginate direndam solutions on alginate impression material:
dalam air dan mengurangi kalsium alginate Update Dent, J 2013; 3(1) : 18-23
dapat mengurangi pembengkakan tersebut.21 4. Panza, Leonardo Henrique Vadenal dkk.
Saito, dkk (1998) juga mengatakan bahwa Evaluation of Dimensional Stability of
tekanan osmotik antara gel alginat dan larutan Impression Materials Immersed in
perendaman menyebabkan alginate mengalami disinfectant solution using a metal tray,
ekspansi (mengembang) ketika direndam 2005.
dengan larutan desinfektan.22 5. Memariam Maryam, Fazzel Reza M,
Ketidakstabilan dimensi pada bahan Jamalifar Hossein, Azimnejad.
cetak juga dapat disebabkan kesalahan yang Disinfection efficiency of hydrocolloid
bersifat random dalam penelitian ini misalnya, impression using different concentration of
gerakan melepas alginate dari cetakan yang sodium hyochlorite: a pilot study. The
tidak tepat ataupun suhu ruangan. Journal of Contemporary Dental Practice
2007;8(4): 1-8
KESIMPULAN 6. Warden, Robert J. Hypochlorite based
Setelah dilakukan penelitian dapat di desinfektan for dental impression
simpulkan bahwaTerdapat perbedaan yang <http://www.google.com/patents/US56246
bermakna (p<0.05) pada imbibisi bahan cetak 36>, 1997.
hydrocolloid irreversible alginate yang

96
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

7. Bustos. J; Herrera. R; Gonzales. U; Disinfectant Solution. J Pak


Martinez. A & catalan. A. Effect of MedAssoc2011; 61: 756-59.
Inmersion Desinfection with 0.5% Sodium 21. Garg Sushan, dkk. A Study on Imbibition
Hypochlorite and 2% Glutaraldehyde on and Syneresis in Four Commercially
Alginate and Silicone: Microbiology and Available Irreversible Hydrocolloid
SEM Study. Int. J. (Alginate) Impression Material. Jp-
Odontostomat.,4(2):169-177, 2010. Journal-10019-1037
8. Jeddy. Pengaruh empat macam perlakuan 22. Saito S, Ichimaru T, Araki Y. Factors
pada bahan cetak alginat terhadap Affecting Dimensional Instability of
perubahan dimensi, dentika Dental Journal Alginate Impression duri ng Immersion in
2001; 6(1): 1-5 the Fixing and Disinfectant Solutions. J
9. Mitchell DA, Mitchell L. Oxford Dent Material 1998; 4: 294-300
handbook of clinical dentistry (e-book). 23. Walker MP, Burckhard J, Mitts DA,
New York: Oxford; 2005. p. 686. Williams KB. Dimensional change over
10. Basker RM. Perawatan prostodontik bagi time of extended-storage alginate
pasien tak bergigi edisi ke-3. Alih bahasa: impression material.
Soebekti TS, Arsil H. Jakarta: EGC; 1994,
h. 70-1; 131-2.
11. Joseph WO, editor. Dental materials and
their selection 3rd ed. Chicago:
Quintessence Publishing Co, Inc.; 2002. p.
90, 96.
12. Imbery TA, Nehring J, Janus C, Moon PC.
Accuracy an Dimensional Stability of
Extended-pour and Conventional Alginate
Impression Material. J Am Dent Assoc,
2010; 141: 32-9.
13. M Powers, Jhon & C Wataha Jhon. Dental
material: Properties and Manipulation.
14. Nichols PV. An Investigation of the
Dimensional Stability of Dental Alginates.
Dissertation. Australia : University of
Sydney, 2006 : 23-5.
15. Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s
Restorative Dental Materials. 12th ed. St.
Louis: Mosby Elsevier, 2006: 272-9.
16. http://enwikipedia.org/wiki/Sodium_hypoc
hlorite
17. Centre For Disease and Control and
Preventing. Guidline for Disinfection and
Sterilization Healrcare Facilities. 2008.
http://www.cdc.gov/hicpac/disinfection_st
erilization/6_0disinfection.html
18. https://encrypted-tbn1.gstatic.com/image
19. Porta Sheila R.S, Gomes Vanderlei. L,
Pavanin Luis.A, Souza Carla C.B.
Analysis of three disinfectants after
immersion of irreversible hydrocolloid and
ZOE paste impressions;Braz J Oral Sci.
July-September 2006 - Vol. 5 - Number 18
20. Muzaffar D, Ahsan SH, Afaq A.
Dimensional Changes in Alginate
Impression During Immersion in a

97
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

TINGKAT PENGETAHUAN DOKTER GIGI MUDA TERHADAP


PENANGANAN TRAUMA DENTOALVEOLAR DI RUMAH SAKIT GIGI
MULUT UNIVERSITAS SYIAH KUALA

KNOWLEDGE LEVEL AGAINTS DENTAL STUDENTS HANDLING


DENTOALVEOLAR TRAUMA AT RSGM SYIAH KUALA UNIVERSITY

Teuku Ahmad Arbi, Cut Fera Novita, Mulya

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

Abstrak
Penanganan trauma dentoalveolar merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
dokter gigi. Dibutuhkan pengetahuan dokter gigi yang memadai agar dapat menghasilkan perawatan
yang efektif dan menghindari konsekuensi yang serius dalam penanganan kasus trauma dentoalveolar,
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa mayoritas dokter gigi memiliki tingkat pengetahuan
penanganan trauma dentoalveolar yang tidak memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dokter gigi muda terhadap penanganan trauma dentoalveolar di Rumah Sakit
Gigi Mulut Univesitas Syiah Kuala. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain
cross sectional. Cara pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner dengan jumlah subjek
sebanyak 256 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dokter gigi muda
terhadap penanganan trauma dentoalveolar mayoritas adalah sedang berjumlah 196 orang (sebesar
76,56%) dan tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 58 orang (sebesar 22,66%), serta pengetahuan
rendah hanya berjumlah 2 orang (sebesar 0,78%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan dokter gigi muda terhadap penanganan trauma dentoalveolar di RSGM Unsyiah
dikategorikan sedang dengan jumlah 196 orang (sebesar 76,56%).
Kata kunci: Trauma dentoalveolar, tingkat pengetahuan

Abstract
Handling dentoalveolar trauma is a competence that must be owned by a dentist. In dealing with
dentoalveolar trauma cases, adequate knowledge of the dentist is needed in order to produce an
effective treatment and avoid the serious consequences that can occur in treatment. Previous study
states that the majority of dentists have the knowledge level handling dentoalveolar trauma inadequate
to do treatment. The purpose of this study was to determine the knowledge level dental students for
treatment dentoalveolar trauma at RSGM Syiah Kuala University. This study is descriptive reasearch
using cross sectional study design with a number of subjects as much as 256 people. The data
collected through questionnaires. The results showed that the knowledge level of dental students to
dentoalveolar trauma treatment at RSGM Syiah Kuala University majority moderate the number of
196 people (76.56%) and the high knowledge level numbering 58 people (22.66%), and low only
account for 2 persons (0 , 78%). From the results of this study concluded that the knowledge level of
dental students to dentoalveolar trauma treatment at RSGM Syiah Kuala University moderate
categorized by the number of 196 people (76.56%).
Keywords: Trauma dentoalveolar, knowledge level

98
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

PENDAHULUAN terjadinya trauma adalah gigi anterior yang


Trauma dentoalveolar adalah protrusif pada maloklusi kelas I tipe II atau
trauma yang melibatkan tiga komponen kelas II divisi I. Insidensi pada anak dengan
jaringan yaitu jaringan periodontal, gigi, dan kondisi tersebut dua kali lebih besar
tulang alveolar yang dapat terjadi secara dibandingkan anak dengan kondisi oklusi
terpisah atau bersamaan. Trauma normal. Anak dengan overjet berlebih juga
dentoalveolar dapat mengakibatkan terjadinya dapat memiliki faktor risiko lebih tinggi
displacement (luksasi), avulsi, fraktur gigi, terjadi trauma dibandingkan dengan anak
serta trauma tulang alveolar maksila, dengan overjet normal.9
mandibula dan jaringan lunak disekitar lokasi Dari hasil penelitian Glendor (2009),
trauma.1,2 Kasus trauma dentoalveolar laporan tahun 1999-2009 telah dipublikasikan
menjadi salah satu masalah yang serius dalam dengan hasil yang mengecewakan seperti
kedokteran gigi yang bahkan prevalensi kurangnya pengetahuan dokter gigi terhadap
insidensinya mencapai 647 pasien antara penanganan Traumatic Dental Injury (TDI).8
tahun 2003-2005 di pusat penanganan trauma Penelitian Thai dan Parashos (2008) di
dentoalveolar Pontifical Catholic University, Australia, menyatakan bahwa dari hasil survei
Parana, Brazil.3 tingkat pengetahuan keseluruhan dokter gigi
Trauma dentoalveolar dapat terjadi dikategorikan rendah, dan mereka memiliki
pada berbagai kelompok usia, mulai dari pengalaman mengobati anak-anak dengan
anak-anak, remaja, hingga dewasa. Pada masa trauma gigi permanen dan sulung yang sangat
kanak-kanak, penyebab utamanya biasanya rendah.10
adalah jatuh, terutama pada usia 2-4 dan 8-10 Kasus trauma dentoalveolar
tahun.4,5 Kasus Trauma dentoalveolar dapat merupakan suatu standar kompetensi yang
disebabkan oleh berbagai faktor yang harus dimiliki oleh seorang dokter gigi. Sudah
bervariasi di setiap daerah. Penyebab umum seharusnya seorang dokter gigi memiliki
trauma adalah karena terjatuh saat bermain, pengetahuan yang mencukupi dalam
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, penanganan trauma dentoalveolar.2,10,11 Dokter
perkelahian dan kecelakaan industri, selain itu gigi muda di Rumah Sakit Gigi Mulut
juga terdapat faktor pendukung trauma (RSGM) Universitas Syiah Kuala telah
dentoalveolar seperti maloklusi. 2,3,6 mendapatkan pengetahuan mengenai
Hasil Riset Kesehatan Dasar penanganan trauma dentoalveolar selama
(Riskesdas, 2007) menunjukkan bahwa pendidikan pra-klinik sehingga diharapkan
prevalensi jumlah korban trauma mengalami mampu menerapkannya di masa kepaniteraan
kenaikan yang cukup signifikan dari tahun klinik dengan efektif. Berdasarkan kondisi
2004 (56.818 kasus) ke tahun 2005 (72.281 dan paparan di atas membuat penulis merasa
kasus), rata-rata pasien trauma akibat perlu untuk melakukan penelitian mengenai
kecelakaan sepeda motor yang masuk ke tingkat pengetahuan dokter gigi muda
Instalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit terhadap penanganan trauma dentoalveolar di
di Indonesia sekitar 80–85 orang tiap bulan. Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Syiah
Trauma akibat kecelakaan sepeda motor Kuala.
berkontribusi 70% dari Road Traffic Tujuan penelitian ini adalah untuk
Accidents (RTA).7 Meningkatnya prevalensi mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan
trauma menjadi ancaman terhadap dokter gigi muda terhadap penanganan trauma
meningkatnya trauma dentoalveolar yang dentoalveolar di Rumah Sakit Gigi Mulut
lebih signifikan sehingga dibutuhkan tenaga Universitas Syiah Kuala agar dapat dijadikan
medis dengan pengetahuan yang memadai dan sebagai pertimbangan dan acuan dalam
berkompeten agar terciptanya penanganan membuat kebijakan untuk peningkatan
trauma dentoalveolar yang efektif untuk kompetensi dokter gigi muda dalam
meminimalisir konsekuensi yang serius pada menangani pasien darurat khususnya
hasil perawatan.1,8 terhadap pasien dengan trauma
Maloklusi dapat menjadi faktor dentoalveolar.
pendukung terjadinya trauma dentoalveolar.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan

99
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

BAHAN DAN METODE Tabel 2. Distribusi frekuensi data demografi subjek


Penelitian ini merupakan penelitian penelitian berdasarkan lama kepaniteraan.
deskriptif dengan desain penelitian cross Lama Jumlah (%)
sectional. Jumlah populasi yang diambil pada Kepaniteraan
penelitian ini adalah semua dokter gigi muda < 1 Tahun 73 (28,5%)
di Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM) 1-2 Tahun 80 (31,3%)
2-3 Tahun 60 (23,4%)
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
> 3 Tahun 43 (16,8%)

Peneliti akan mengumpulkan subjek Total(%) 256 (100%)


penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Kemudian peneliti terlebih dahulu
menjelaskan kepada subjek tentang penelitian Tabel 2 Menunjukkan bahwa
yang akan dilakukan. Selanjutnya peneliti mayoritas subjek penelitian telah menjalani
meminta kesediaan subjek untuk diteliti. masa kepaniteraan selama 1-2 tahun yang
Pengujian kuisioner dilakukan pada 20 berjumlah 80 orang (31,3%) serta yang telah
mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran menjalani masa kepaniteraan < 1 tahun
Gigi Unsyiah yang telah mendapatkan materi berjumlah 73 orang (28,5%), masa
pembelajaran tentang trauma dentoalveolar. kepaniteraan 2-3 tahun berjumlah 60 orang
Kemudian setelah subjek menyetujui, peneliti (23,4%) dan masa kepaniteraan > 3 tahun
memberikan kuisioner yang telah dirancang berjumlah 43 orang (16,8%).
oleh peneliti untuk diisi dalam jangka waktu
lebih kurang 20 menit. Setelah selesai peneliti Penelitian ini menunjukkan bahwa
mengumpulkan kuisioner untuk dilakukan mayoritas subjek memiliki pengetahuan
proses analisis data. Uji validitas dan uji tentang penanganan trauma dentoalveolar
reliabilitas digunakan untuk mengetahui dalam kategori sedang berkaitan dengan
sejauh mana tingkat kesahihan dan kehandalan pendidikan yang didapat oleh dokter gigi
alat ukur. (tabel 3 dan 4).
Tabel 3. Tingkat pengetahuan dokter gigi muda
HASIL terhadap penanganan trauma dentoalveolar di
Tabel 1. Distribusi frekuensi data demografi subjek RSGM Unsyiah.
penelitian berdasarkan jenis kelamin. Tingkat Pengetahuan Jumlah (%)
Jenis Kelamin Jumlah (%)
Tinggi 58 (22,66%)
Laki-laki 58 (22,66%) Sedang 196 (76,56%)
Perempuan 198 (77,34%) Rendah 2 (0,78%)

Total (%) 256 (100%) Total (%) 256 (100%)

Tabel 3 Menunjukkan bahwa


Tabel 2 Menunjukkan bahwa
pengetahuan dokter gigi muda terhadap
mayoritas subjek penelitian telah menjalani
penanganan trauma dentoalveolar di RSGM
masa kepaniteraan selama 1-2 tahun yang
Unsyiah mayoritas sedang dengan jumlah 196
berjumlah 80 orang (31,3%) serta yang telah
orang (76,56%) dan yang berpengetahuan
menjalani masa kepaniteraan < 1 tahun
tinggi berjumlah 58 orang (22,66%), serta
berjumlah 73 orang (28,5%), masa
yang rendah hanya berjumlah 2 orang (0,78%).
kepaniteraan 2-3 tahun berjumlah 60 orang
(23,4%) dan masa kepaniteraan > 3 tahun
berjumlah 43 orang (16,8%).

100
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

Tabel 4. Tingkat pengetahuan dokter gigi muda


terhadap penanganan trauma dentoalveolar pada 100

80

Tingkat Tinggi Sedang Rendah 60


Rendah
Pengetahuan (%) (%) (%) 40 Sedang

Prosedur 212 43 20 Tinggi


diagnosis (82,81%) (16,80%) 1 (0,39%) 0
<1 2-3
Penaganan 60 101 Tahun Tahun
fraktur gigi (23,44%) (39,45%) 95 (37,11%)
Penanganan Gambar 2. Diagram batang tingkat pengetahuan
trauma 75 133 48 dokter gigi muda terhadap penanganan trauma
periodontal (29,30%) (51,95%) (18,75%) dentoalveolar berdasarkan lama kepanitraan

Penanganan 135 93 PEMBAHASAN


fraktur aveolar (52,73%) (36,33%) 28 (10,94%) Trauma dentoalveolar termasuk
masing-masing bagian
kedalam salah satu masalah kesehatan yang
sangat memprihatinkan, dikarenakan trauma
Tabel 5. Tingkat pengetahuan dokter gigi muda dentoalveolar dapat menyebabkan kerusakan
terhadap penanganan trauma dentoalveolar yang signifikan pada jaringan keras gigi,
ditinjau dari lama kepaniteraan. periodontal dan tulang alveolar yang dapat
Lama
Rendah Sedang Tinggi Total mengganggu sistem stomatognatik, namun
Kepani-
teraan
(%) (%) (%) (%) tidak hanya terjadi gangguan fisik saja, trauma
dentoalveolar juga merusak estetik yang dapat
< 1 Tahun 0 (0%) 50 (68,5%) 23 (31,5%) 73 (100%)
menyebabkan masalah psikologis pada
pasien.1,12,13
1-2 Tahun 2(2,5%) 67 (83,8%) 11 (13,8%) 80 (100%) Dalam menangani kasus trauma
2-3 Tahun 0(0%) 46 (76,7%) 14 (23,3%) 60 (100%) dentoalveolar, pengetahuan dokter gigi yang
> 3 Tahun 0(0%) 33 (76,7%) 10 (23,3%) 43 (100%)
memadai sangat dibutuhkan untuk dapat
menghasilkan perawatan yang efektif dan
menghindari konsekuensi yang serius yang
Total (%) 22(0,8%) 196 (76,6%) 558 (22,7%) 256(100%)
dapat terjadi dalam perawatan.13,14 Tingkat
pengetahuan terhadap penanganan trauma
dentoalveolar sangat mempengaruhi
90 keberhasilan suatu perawatan, sehingga
80 evaluasi pengetahuan dokter gigi terhadap
70 penanganan trauma dentoalveolar sangat
60 diperlukan, yang dapat dijadikan salah satu
50
Tinggi
langkah dasar untuk mempertimbangkan
40
Sedang pengembangan sistem pendidikan yang
Rendah

30
tepat.14,15
20
Tabel 3 Menunjukkan bahwa
10
mayoritas dari dokter gigi muda di RSGM
0
Unsyiah memiliki pengetahun terhadap
Prosedur Diagnosis Penanganan Fraktur Gigi Penanganan Trauma
periodontal
Penanganan Fraktur
Alveolar penanganan trauma dentoalveolar dalam
kategori sedang yaitu (76,56%). Hasil ini
Gambar 1. Diagram batang tingkat pengetahuan
sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
berdasarkan bagian
Kostopoulou dan Duggal (2005) menyatakan
bahwa pengetahuan keseluruhan dokter gigi
dalam pengobatan darurat terhadap trauma
dentoalveolar tidak memadai. Hasil penelitian
ini dikonfirmasi oleh Hamilton dkk, bahwa
dokter gigi di sektor perawatan primer

101
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

memiliki pengetahuan yang tidak cukup untuk dengan kondisi dokter gigi muda yang masa
menangani trauma gigi, dan sebagian besar kepaniteraannya semakin lama memiliki
dokter gigi memiliki pengalaman yang pengetahuan yang semakin rendah yakni pada
minimal dalam menangani trauma gigi.10 dokter gigi muda dengan masa kepaniteraan
Hasil penelitian ini yang menunjukkan lebih dari 3 tahun hanya terdapat 10 orang
bahwa mayoritas subjek memiliki pengetahuan (23,3%) dengan kategori tinggi. Hasil ini
tentang penanganan trauma dentoalveolar sesuai dengan penelitian Nuvvula (2011),
dalam kategori sedang berkaitan dengan menyatakan bahwa dokter gigi dengan masa
pendidikan yang didapat oleh dokter gigi. Thai kerja lebih lama yakni diatas 10 tahun
dan Parashos (2007), menyatakan bahwa memiliki tingkat pengetahuan tentang
kurangnya pendidikan lanjutan tentang penanganan trauma dentoalveolar yang lebih
penanganan trauma gigi setelah masa sarjana rendah dibandingkan dengan dokter gigi yang
menyebabkan kurangnya pengetahuan dan masa kerjanya 1-5 tahun.19
kemampuan dokter gigi.16 Hal ini dapat berkaitan dengan
Tabel 4 dan Gambar 1 Menunjukkan kurangnya pengalaman dan informasi dokter
bahwa dokter gigi muda mayoritas memiliki gigi muda dalam menangani trauma
pengetahuan yang rendah terhadap dentoalveolar, serta disebabkan oleh tidak
penanganan fraktur gigi dibandingkan dengan adanya pembelajaran lebih lanjut tentang
ketiga bagian penanganan trauma trauma dentoalveolar pada dokter gigi muda
dentoalveolar lainnya, hingga frekuensi dokter setelah masa sarjana. Thai dan Parashos
gigi muda yang dikategorikan rendah pada (2007), menyatakan bahwa kurangnya paparan
penanganan fraktur gigi mencapai (37,11%) dokter gigi terhadap penanganan trauma gigi
dan frekuensi kategori tinggi hanya (23,44%) dan tidak ada pembelajaran lebih lanjut oleh
yang merupakan nilai terendah dari tiga bagian dokter gigi menyebabkan ilmu pengetahuan
lainnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian tentang penanganan gigi yang telah diperoleh
sebelumnya oleh Glendor (2009), menyatakan semakin berkurang dari waktu ke waktu.16
bahwa beberapa laporan antara tahun 1999- Pernyataan tersebut sesuai dengan Nuvvula
2009 telah dipublikasikan dengan hasil yang (2011), yang menyatakan bahwa untuk
mengecewakan bahwa pengetahuan dokter mendapatkan pengetahuan yang baik
gigi terhadap penanganan Traumatic Dental dibutuhan pembelajaran yang terus berlanjut
Injury (TDI) masih dikategorikan rendah.11 serta meningkat frekuensi dalam menangani
Talluri (2014) juga memaparkan hasil kasus trauma gigi secara langsung.19
penelitian yang sama bahwa tenaga medis Menurut peneliti penurunan tingkat
yang menjadi subjek pada penelitiannya pengetahuan pada dokter gigi muda di RSGM
memiliki pengetahuan terhadap penanganan Unsyiah dapat berhubungan dengan perolehan
trauma gigi yang tidak memadai untuk informasi terhadap penanganan trauma
melakukan perawatan.17 dentoalveolar selama masa kepaniteraannya.
Hasil ini berbanding terbalik dengan Kurangnya perolehan informasi terhadap
penelitian Red (2014) menyatakan bahwa penanganan trauma dentoalveolar baik secara
dokter gigi yang menjadi subjek pada teori maupun pengalaman dalam melakukan
penelitiannya memiliki tingkat pengetahuan penanganan trauma dentoalveolar dapat
yang tinggi terhadap penanganan trauma menyebabkan kurangnya pengetahuan untuk
gigi.18 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh menguasainya.20 Hal ini sesuai dengan kondisi
perolehan pendidikan yang cukup terhadap dokter gigi muda di RSGM Unsyiah bahwa
penanganan trauma baik secara teori maupun mereka tidak melakukan semua tindakan
pengalaman penanganan langsung pada pasien perawatan terhadap trauma dentoalveolar dan
yang dapat meningkatkan pengetahuan. pembelajaran yang didapat hanya sebatas pada
Tabel 5 dan Gambar 2 Menunjukkan masa pre-klinik saja, namun hal ini dibutuhkan
bahwa tingkat pengetahuan dokter gigi muda penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
terhadap penanganan trauma dentoalveolar faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya
dengan kategori tinggi mayoritas terdapat pada pengetahuan dokter gigi muda terhadap
dokter gigi muda dengan masa kepaniteraan perawatan khususnya terhadap penanganan
kurang dari 1 tahun yakni 23 orang (31,5%) trauma dentoalveolar.

102
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

KESIMPULAN DAN SARAN Biomedis Dan Farmasi Badan


Berdasarkan penelitian ini dapat Penelitian Dan Pengembangan
disimpulkan bahwa mayoritas dokter gigi Kesehatan Departemen Kesehatan Rl.
muda di RSGM Unsyiah memiliki tingkat 2010. Hal.12 (Laporan Akhir)
pengetahuan terhadap penanganan trauma 8. Glendor U. Has the education of
dentoalveolar dalam kategori sedang yakni
196 orang (76,56%). Dokter gigi muda di
professional caregivers and lay
RSGM Unsyiah yang memiliki tingkat people in dental trauma care failed?.
pengetahuan terhadap penanganan trauma Dental Traumatology 2009;25:12–8
dentoalveolar dalam kategori tinggi berjumlah 9. Miloro M. Peterson's Principles Of
58 orang (22,66%) dan dalam kategori rendah Oral And Maxillofacial Surgery. 2nd
berjumlah 2 orang (0,78%). ed. BC Decker Inc. Hamilton –
Penelitian selanjutnya diperlukan agar London. 2004.p.384
dapat melakukan penelitian yang lebih spesifik
10. Thai Y and Parashos P. Dentists’
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dokter gigi muda di RSGM management of dental injuries and
Unsyiah khususnya tentang penanganan dental trauma in Australia: a review.
trauma dentoalveolar. Dental Traumatology 2008;24:268–71
11. Standar Kompetensi Dokter Gigi,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta : Konsil Kedokteran
1. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker Indonesia. 2006
MR. Contemporary Oral And 12. Alencar AHG, Bruno KF, Freire
Maxillofacial Surgery:Soft Tissue and MCM, Moraes MR, Queroz LB.
Dento alveolar Injuries:Capture 23.4th ed. Knowledge And Attitudes Of Physical
Mosby. 1998: 504-26 Education Undergraduates Regarding
2. Mushtaq M, Baz Khan D. Age,
Dental Trauma. Dental Press Endod
2012;2(1):74-9
Gender Distribution And Etiology Of 13. Abidi SYA, Mumtaz A, Ahmed M,
Dentoalveolar Fractures. Pakistan Qazi FU, Ghazali NZ. Knowledge
Oral & Dental Journal 2010;30;(2): About The Management Of Avulsed
303-5 Tooth Among Karachi School
3. Fernando L, Helena M, Dietzel VP, Teachers. Pakistan Oral and Dental
Everdan, Ulisses X, et al. Evaluation Journal 2010;30(2):515-20
of care of dentoalveolar trauma. J 14. Antunes LAA, Pretti RT, Lima LF,
Appl Oral Sci 2010;18(4):343-5 Salgado VE, Almeida MH, Antunes
LS. Traumatic Dental Injury in
4. Turkistani J, Hanno A. Recent trends Primary Teeth: Knowledge and
in the management of dentoalveolar Management in Brazilian Preschool
traumatic injuries to primary and Teachers. J. Dent. Oral Hyg
young permanent teeth. Dental 2015;7(2);9-15
Traumatology 2011; 27: 46–54 15. Pujita C, Nuvvula S, Shilpa G,
5. Moara DR, Andiara DR, Mussolino Nirmala SVSG, Yamini V.
A, Paulo NF. Management of a Informative Promotional Outcome On
Complex DentoalveolarTrauma: A School Teachers’ Knowledge About
Emergency Management Of Dental
Case Report. Braz Dent J 2009;20(3): Trauma. Journal of Conservative
259-62 Dentistry 2013;16(1);21-7
6. Jeni LI HO. Overview of 16. Talluri D, Bommireddy VS, Rao V,
Dentoalveolar Fractures. Hong Kong Ravoori S. Management Of Dental
Medical Diary 2013;18(11):20-4 Injuries By South Indian Medical
7. Riyadina W. Pengembangan Model Professionals - A Hospital Based
Database Registrasi Trauma Sebagai Questionnaire Design Study. IJADS
Penunjang Sistem Surveilans Cedera. 2014; 1(1): 18-21
17. Red D, Augusti D, Paglia G, Augusti G,
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Cotti E. Treatment Of Traumatic Dental

103
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

Injuries: Evaluation Of Knowledge


Among Italian Dentists. European Journal
of Paediatric Dentistry 2014;15(1);23-8
18. Yeng T, Parashos P. An Investigation Into
Dentists’ Perceptions Of Barriers To
Providing Care Of Dental Trauma To
Permanent Maxillary Incisors In
Children In Victoria, Australia. ADJ
2007;52(3);210-15
19. Nuvvula S, Dedeepya P, Rekhalakshmi
K. Knowledge Regarding Emergency
Management Of Avulsed Teeth: A Survey
Of General Dentists In Nellore, Andhra
Pradesh. Journal of The Indian
Association of Public Health Dentistry
2011;17(2);560-3
20. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan
dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka
Cipta. 2007; p. 143-7

104
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

STUDI DIAMETER TUBULUS DENTIN SETELAH PEMAPARAN


FLUORIDE 1500 ppm (GAMBARAN ATOMIC FORCE
MICROSCOPY)

THE STUDY OF TUBULAR DIAMETER OF DENTINE AFTER


USING FLOURIDE 1500 PPM (ATOMIC FORCE MICROSCOPY)

Abdillah Imron Nasution, Mursal, Iqbal Saputra

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Fluoride sering terdapat di dalam pasta gigi dengan kadar 1500 ppm. Jika fluoride terpapar dengan
dentin, fluoride dapat mengubah struktur dan ukuran kristal Hidroksiapatit yang merupakan
pembentuk dentin. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemaparan fluoride 1500 ppm
terhadap diameter tubulus dentin. Penelitian ini menggunakan Atomic Force Microscopy dan ukuran
diameter tubulus dentin dianalisis dengan software gwyddion v.2.30. Enam gigi premolar digunakan
sebagai spesimen dan dipotong pada area mahkota dekat CEJ kemudian dihaluskan. Spesimen
dikelompokkan ke dalam enam kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang dipaparkan
larutan fluoride 1500 ppm dengan durasi 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8 menit dan 10 menit. Pemaparan
dengan fluoride dilakukan selama 7 hari. Sebanyak 5 tubulus dentin dari masing-masing spesimen
dihitung ukuran diameternya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa diameter tubulus dentin pada
kelompok kontrol memiliki ukuran rerata yang paling besar yaitu 4,41 µm. Sedangkan ukuran rerata
diameter tubulus dentin pada kelompok perlakuan yaitu 2,63-3,53 µm. Hasil uji analisi statistik one-
way ANOVA dan uji Tukey menunjukkan semua kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang
signifikan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemaparan larutan fluoride
1500 ppm dapat mengurangi diameter tubulus dentin secara signifikan walaupun belum mampu
menutupi tubulus dentin yang terbuka dengan sempurna.
Kata kunci: fluoride, diameter tubulus dentin,Atomic Force Microscopy.

ABSTRACT
A concentration of 1500 ppm fluoride is often contained in toothpaste . If fluoride exposed to dentin,
it can change the structure and size of hydroxyapatite crystals which is dentinal forming structure.
This study aimed to analyze the effect of 1500 ppm fluoride exposure on dentinal tubules size. This
study used Atomic Force Microscopy and the diameter size of dentinal tubules was analyzed by
software gwyddion v.2.30. The total of six premolars were prepared as specimens and was cut in on
the crown area near CEJ and afterwards was polished. Specimens were divided into six groups as
follows; control group and experimental group which was exposed to 1500 ppm fluoride solution as
long as 1 minute, 3 minutes, 5 minutes, 8 minutes and 10 minutes. Fluoride exposure was conducted
for 7 days. The diameter size of five dentinal tubules of each specimen was counted. The result of this
study showed that diameter size of dentinal tubules in control group had the highest mean value of
4.41 µm. While the mean size of diameter of dentinal tubules in experimental group was 2.63 μm to
3.53 μm. The statistical result of one-way ANOVA and Tukey test showed that all the control groups
had significant difference with the control group (p<0.05). It was concluded that exposure to 1500
ppm fluoride solution could significantly reduce the diameter size of dentinal tubules, although it was
incapable to throughly cover the exposed dentin.
Keyword: fluoride, dentinal tubules diameter, Atomic Force Microscopy

105
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

PENDAHULUAN 1000-1100 ppm, dan beberapa produk di


Email, dentin, dan sementum Eropa kandungannya mencapai 1500 ppm.15
merupakan jaringan keras gigi yang tersusun Kandungan fluoride di Indonesia dan beberapa
dari struktur mineral berupa kristal negara kawasan Asia Tenggara mencapai 1500
hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Mineral ppm.17
hidroksiapatit dapat mengalami demineralisasi Sediaan fluoride 1500 ppm bisa
dan larut jika terpapar dengan asam yang didapatkan dari senyawa natrium fluoride
menyebabkan kerusakan jaringan gigi seperti (NaF) yang merupakan sediaan fluoride yang
karies atau erosi.1 Selain itu, struktur mineral sering digunakan pada beberapa produk pasta
ini dapat tersubstitusi oleh ion fluoride gigi, sedangkan senyawa lain yang diizinkan
membentuk fluoroapatit (Ca10(PO4)6F) yang oleh Food and Drug Association (FDA)
membuat jaringan keras gigi seperti email dan sebagai sumber fluoride dalam produk pasta
dentin lebih tahan terhadap asam, sehingga gigi atau obat kumur adalah timah fluoride
fluoride sering digunakan untuk mencegah (SnF), atau sodium monofluorofosfat
karies gigi.2,3,4 (Na2PO3F).3,18
Selain untuk mencegah karies, fluoride
juga dapat digunakan sebagai salah satu bahan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
dalam perawatan hipersensitivitas dentin.5,6,7 Adapun alat dan bahan yang digunakan
Hipersensitivitas dentin berkaitan erat adalah Carborundum disc, Bur diamond
dengan peningkatan permeabilitas tubulus fissure dan bur silindris, Mikromotor, Sonde
dentin yang terbuka pada area permukaan gigi. half moon, pemoles aluminium oxide, Gelas
8
Tubulus dentin dapat terbuka jika lapisan ukur, timbangan analitik, Stopwatch, Wadah
pelindung dentin berupa email dan sementum untuk meletakkan specimen, inkubator
hilang karena karies, erosi, abrasi ataupun (Heraeus), Atomic Force Microscopy
atrisi. Permeabilitas tubulus dentin yang tinggi (Nanosurf), Software Gwyddion version 2.30,
dapat menyebabkan cairan di dalam tubulus Gigi, Asam sitrat 6%, aquades.
dentin bergerak karena respon dari suhu, Penelitian ini merupakan penelitian
sentuhan, ataupun perubahan tekanan eksperimental dengan desain post test
sehingga menganggu reseptor saraf di onlycontrol group Penelitian dilakukan di
dalamnya dan menimbulkan sensasi nyeri.9 Laboratorium Program Studi Kedokteran Gigi
Fluoride yang digunakan pada perawatan Fakultas Kedokteran, Laboratorium Dasar
hipersensitivitas gigi dapat berpenetrasi ke Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
dalam tubulus dentin dan mengubah ukuran Syiah Kuala, dan Laboratorium Fisika
diameter tubulus dentin. Senyawa fluoride Material Fakultas MIPA Universitas Syiah
tersebut akan mengunci tubulus dentin yang Kuala. Waktu penelitian dilaksanakan pada
terpapar dengan lingkungan rongga mulut dan Januari 2013.
menahan stimulus yang memicu Dengan menggunakan alat mikromotor
hipersensitivitas dentin.10,11,12,13 dan carborundum disc, gigi premolar yang
Fluoride merupakan suatu ion yang telah dipersiapkan dipotong lurus dari arah
berasal dari unsur fluor. Unsur fluor tidak mesial ke arah distal pada mahkota gigi di
terdapat dalam bentuk zat tunggal, tetapi dekat garis Cementoenamel Junction (CEJ).
bergabung dengan unsur lain membentuk Setelah permukaan mahkota yang
suatu senyawa fluor. Fluoride secara alami dipotong tersebut rata, spesimen gigi tersebut
merupakan mineral yang terdapat di dalam dihaluskan kembali dengan menggunakan
batuan dan air dalam jumlah yang kecil.14 pemoles aluminium oxide selama 20-30 detik.6
Fluoride juga ditemukan dalam tubuh manusia Setelah penghalusan, spesimen dibilas dengan
dan biasanya bergabung dengan jaringan yang aquades. Setelah dipreparasi, spesimen
terkalsifikasi, misalnya pada tulang dan gigi. direndam dengan larutan asam sitrat (C6H8O7)
Dalam bidang kedokteran gigi, fluoride sering 6% selama 1 menit.
digunakan sebagai salah satu bahan campuran Dentin gigi yang telah dipersiapkan
dalam produk pasta gigi dan obat kumur. 15,16 dikelompokkan ke dalam 6 kelompok.
Kandungan fluoride dalam produk pasta Kelompok pertama direndam dalam aquades
gigi untuk orang dewasa memiliki variasi, di tanpa dipaparkan dengan natrium fluoride
Amerika Serikat biasanya berkisar antara (kelompok kontrol). Sedangkan sisanya

106
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

direndam dalam larutan NaF masing-masing kelompok yang berbeda secara signifikan
selama 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8 menit dan (P<0,05). Dengan demikian pemaparan
10 menit. Larutan natrium fluoride yang telah larutan NaF 1500 ppm dapat mempengaruhi
dipersiapkan di tempatkan dalam vial plastik ukuran diameter tubulus dentin.
sebanyak 10 ml untuk setiap spesimen dan Analisis post hoc dengan
diganti setiap kali perendaman. Setelah menggunakan uji Tukey dilakukan untuk
dipaparkan dengan larutan Fluoride, setiap melihat kelompok mana yang menunjukkan
spesimen ditempatkan dalam wadah berisi perbedaan yang bermakna. Hasil uji Tukey ini
aquades dan disimpan dalam inkubator pada dapat dilihat pada Tabel 2.
suhu 37±1oC. Perlakuan terhadap spesimen
tersebut diulangi selama 7 hari. Tabel 2 Perbandingan nilai kemaknaan antar
Area yang diperiksa adalah bagian kelompok perlakuan
permukaan dentin dengan luas permukaan Kelompok pembanding P
yang discan dengan AFM yaitu 20x20 µm
sehingga akan memberikan gambaran yang kontrol 1 menit 0,041*

lebih jelas terhadap keadaan tubulus dentin, 3 menit 0,005*


dan dapat dilakukan pengamatan terhadap 5 menit 0,000*
diameternya. 8 menit 0,000*
Untuk mendapatkan panjang setiap garis 10 menit 0,000*
diameter yang akurat, pembuatan garis dan 1 menit 3 menit 0,933
perhitungan panjang garisnya menggunakan
5 menit 0,315
tool measure distance and direction between
points pada software analisis gambar AFM 8 menit 0,062
Gwyddion version 2.30. 10 menit 0,038*
3 menit 5 menit 0,845
HASIL 8 menit 0,343
Hasil pengukuran diameter tubulus 10 menit 0,242
dentin pada spesimen kontrol yang tidak 5 menit 8 menit 0,948
dipaparkan larutan natrium fluoride 1500 ppm 10 menit 0,876
memiliki nilai rerata yang paling tinggi yaitu
8 menit 10 menit 1,000
sebesar 4,41 µm. Nilai ini berbeda dengan
rerata kelompok perlakuan yaitu antara 2,63
Dari hasil uji analisis ANOVA dan
µm - 3,53 µm seperti yang terdapat pada
Tukey menunjukkan bahwa pemaparan larutan
Tabel 1. Nilai rerata diameter tubulus dentin
natrium fluoride 1500 ppm pada beberapa
cenderung mengalami penurunan sejalan
durasi waktu dapat mengurangi ukuran
dengan kenaikan durasi perendaman.
diameter tubulus dentin secara signifikan
Tabel 1 Ukuran rerata diameter tubulus dentin Diameter tubulus sehingga hipotesis dapat diterima. Berdasarkan
dentin (± SD) uji tingkat lanjut antar kelompok spesimen
Control 1 menit 3 menit 5 menit 8 menit 10 menit
menunjukkan bahwa antar kelompok
perlakuan yang memiliki perbedaan yang
4,41 (± 3,53 (± 3,26 (± 2,93 (± 2,69 (± 2,63 (±
0,22) 0,36) 0,38) 0,67) 0,52) 0,35) bermakna adalah kelompok spesimen yang
diberi perlakuan 1 menit dengan 10 menit.

Hasil uji normalitas data dengan PEMBAHASAN


menggunakan uji Shapiro Wilk menunjukkan Hasil penelitian didapatkan bahwa
data normal (P>0,05) pada semua kelompok ukuran diameter tubulus dentin terbesar
spesimen. Uji homogenitas data juga terdapat pada spesimen kontrol yaitu 4,41 µm.
menunjukkan bahwa data homogen (P>0,05). Beberapa penelitian sebelumnya diketahui
Nilai P>0,05 telah memenuhi syarat untuk bahwa ukuran diameter tubulus dentin normal
dilakukan analisi ANOVA one way yang di area dekat dinding pulpa adalah 3-4 µm.
bertujuan untuk melihat apakah ada Peningkatan ukuran diameter tubulus dentin
perbedaan yang signifikan antar kelompok ini disebabkan oleh prosedur preparasi seperti
spesimen. Hasil analisis ANOVA posisi pemotongan tubulus dentin yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua diamati. Penggunaan asam untuk

107
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

menghilangkan smear layer juga ikut Keadaan ini bisa saja disebabkan oleh waktu
mempengaruhi peningkatan diameter tubulus pemaparan yang masih kurang lama.
dentin. Hal ini disebabkan penetrasi asam ke Pemakaian natrium fluoride untuk mengurangi
dalam tubulus dentin yang melarutkan mineral hipersensitivitas dentin juga tidak memberikan
pada dinding tubulus dentin dan memperlebar hasil yang signifikan, seperti penelitian yang
diameter tubulus dentin.20,21 dilakukan oleh Plagmann yang masih
Penurunan diameter tubulus dentin menemukan respon hipersensitivitas setelah
menunjukkan adanya perubahan pada tubulus pemakaian pasta gigi yang mengandung
dentin akibat pengaruh dari fluoride. Ion fluoride 1400 ppm setelah 8 minggu. Respon
fluoride dalam larutan dapat berinteraksi hipersensitivitas dentin yang masih timbul ini
dengan mineral dentin dalam beberapa cara mengindikasikan masih adanya tubulus dentin
yang berbeda. Interaksi antara ion fluoride yang terbuka. 51
dengan kalsium dalam tubulus dentin dapat
membentuk kalsium fluoride (CaF2) yang KESIMPULAN
dapat menurunkan permeabilitas tubulus Pemaparan fluoride 1500 ppm pada
dentin. Pembentukan kalsium fluoride ini durasi waktu 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8
menjadi faktor penurunan diameter tubulus menit, dan 10 menit dapat mengurangi
dentin dan penutupan tubulus dentin. diameter tubulus dentin. Semakin lama durasi
Pembentukan kalsium fluoride juga dapat pemaparan fluoride 1500 ppm akan semakin
memicu proses remineralisasi pada mengurangi ukuran diameter tubulus dentin
hidroksiapatite. Menurut Aoba, pembentukan
kalsium fluoride dimungkinkan ketika DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi ion fluoride lebih dari 100 ppm 1. Roveri N, Battistella E, Bianchi CL,
dan jumlah kalsium fluoride yang terbentuk Foltran I, Foresti E, Lafisco M dkk.
akan meningkat sejalan dengan peningkatan Surface enamel remineralization:
aktifitas ion fluoride.4 biomimetic apatite nanocrystals and
Fluoride merupakan ion yang sangat Fluoride ions different Effects. Journal of
reaktif. Skala Pauling untuk fluoride adalah Nanomaterials Volume 2009; 10:1-6.
3,98. Hal ini membuat fluoride memiliki sifat 2. Bizang M, Yong-hee P Chun, Winterfeld
elektronegativitas yang tinggi sehingga akan MT, Alterburger MJ, Wolfgang HM,
menimbulkan gaya tarik terhadap ion kalsium Zimmer S. Effect of a 5000 ppm Fluoride
yang berdekatan. Selain dapat membentuk toothpaste and a 250 ppm Fluoride mouth
kalsium fluoride, fluoride juga secara rinse on the demineralisation of dentin
fisikokimia dapat mengendap ke dalam surfaces. BMC Research Notes 2009;
struktur kristal dentin. Fluoride dapat 147(2):1-6
mengganti gugus hidroksida (OH-) pada 3. Rakita PE. Dentifrice Fluoride. Journal
kristal hidroksiapatit yang terdapat pada of Chemical Education.
dentin. Penggantian gugus hidroksida dengan http://www.jce.divched.org, 18
fluoride akan membentuk fluorohidroksiapatit September 2012.
dan fluoroapatit serta mampu memicu proses 4. Aoba T. The effect of fluoride on apatite
remineralisasi.4,47 Miglani juga berpendapat structure and growth. Crit Rev OralBiol
bahwa pemaparan larutan fluoride terhadap Med 1997; 8(2):136-153.
dentin dapat memicu pembentukan kristal 5. Agarwal SK, Tandon R. Praveen G,
fluoroapatit yang jauh lebih stabil Gupta S. Dentine hypersensitivity: a new
dibandingkan kalsium fluoride di dalam vision on old dental science. Indian
tubulus dentin.48 Journal of Dental Science 2010; 2(2):20-
Berdasarkan hasil penelitian, walaupun 30.
terjadi penurunan ukuran diameter yang 6. Arrais AG, Micheloni CD, Giannini M,
signifikan pada spesimen perlakuan Chan D. Occluding Effect of Dentifrices
dibandingkan spesimen kontrol, penggunaan on Dentinal Tubules. Journal of Dentistry
natrium fluoride 1500 ppm sebagai bahan 2003; 31:577-8.
untuk pengobatan hipersensitivitas dentin 7. Ritter AV, Dias W, Miguez P, Caplan
tidak memberikan hasil yang optimal. Hal ini DJ, Swift EJ. Treating cervical dentin
dikarenakan masih adanya tubulus dentin yang hypersensitivity with Fluoride varnish. A
terbuka meskipun pada durasi 10 menit.

108
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

randomized clinical study. JADA 2006; 20. Riset Kesehatan Dasar 2007. Departemen
137:1013-1020 Kesehatan RI, 2008.p.137.
8. Bartold PM. Dentinal Hypersensitivity: a 21. Bray KK. Toothbrushing behavior
Review. Australian Dental Journal 2006; change. American Dental
51(3):212-218. HygienistAssosiation 2010.p.2.
9. Pinto SC, Silveira CMM, Pochapski MT, 22. Mjor IA. Ole Feejerskov. Human Oral
Pilatti GL, Santos FA. Effect of Embriology and Histology. Alih bahasa:
desensitizing toothpastes on dentin. Braz Siregar F. Jakarta: Widya Medika,
Oral Res 2012; 26(5):410-417. 1991.p.81-92.
10. Arrais AG, Chan D, Giannini M. Effect 23. Syngcuk K, Hayeraas J, Haug S.
of Desensitizing Agent on Dentinal Structure and Function of the Dentin-
Tubule Occlusion. J Appl Oral Sci 2004; Pulp
12(2):144-8. Complex.Http://www.4endo.net/9b63ecc
11. Rosing CK, Fiorini T, Liberman DN, oe8, 21 Oktober 2012.
Cavagni J. Dentin Hypersensistivity: 24. Balogh MB, Fehrenbach MJ. Dental
Analisis of Self-Care Product. Braz Oral Embriology, Histology, and Anatomy. 2nd
Res 2009; 23(1):56-63. ed. Missouri: Evolve Elsevier,
12. Akca AE, Gokce S. Kurkcu M, Ozdemir 2006.p.192-201.
A. Clinical Assessment of Bond and 25. Phashley, David H. Richard E.Walton.
Fluoride in Dentin Hypersensitivity. Harold.C.Slavkin. Histology
Gulhane Military Medical Academy andPhysiologi of the Dental Pulp. In
Centerof Dental Sciences Department of Endodentic. 5t h. Chapter 2. USA: Bc
Periodontology 2006; 30(4):92-100. DeckerInc, 2008.p.48-53.
13. Vierra APGF, Hancock R, Dumitriu M, 26. Brand RW, Isselhard DE. Enamel,
Limeback H, Grynpas MD. Fluoride’s dentin, and pulp. In: Anatomy of
effect on human dentin ultrasound Orofacial Structure. 7th ed. Missouri:
velocity (elastic modulus) and tubule Mosby Elsevier, 2003.p. 271-273.
size.Eur J Oral Sci 2006; 114:83-88. 27. Nanci A. Dentin-pulp complex. In: Ten
14. Mc Ginley JS, Stoufflet MN. Cate’s Oral Histology Development,
Fluoridation fact. American Dental Structure and Function. 7t hed. Missouri:
Asosiation 2005:10. Mosby Elsevier, 2008.p.191-214.
15. U.S Departement of Health and Human Avery JK, Chiego DJ Jr. Essential of
Servis. Recommendation for Using Oral Histology and Embriology. A
Fluoride to Prevent and Control Dental ClinicalApproach. 3rded. Missouri:
Caries in the United State. 2001; Mosby Elsevier, 2006.p.108-113.
50(14):13-21 29. Mjor IA. Dentine Permeability: The
16. Jones S, Burt BA, Petersen PE, Lennon Basis of Understanding Pulp Reaction
MA. The Effective Use of Fluorides in and Adhesive Technology. Braz Dent J
Public Health. Bulletin of the World 2009; 20(1):3-16.
Health Organization 2005; 83(9):670- 30. Ghazali FB. Permeability of Dentin.
676. Malaysian Journal of Oral Science 2003;
17. Kadir RA, Latif LA. Fluoride Level in 10(1):27-36.
Dentistry. Annals of Dent Univ Malaya 31. Leventouri T, Antonakos A, Kyriacou A,
1998; 5:2-5 Venturelli R, Liarokapis E, Perdikatsis
18. Badan Pengawasan Obat dan Makanan V. Crystal Structure Studies of Human
Indonesia. Manfaat dan Resiko Fluoride Dental Apatite as Function
dalam Pasta Gigi. 2009; 10(2):10. Age.International Jurnal of Biomaterial
19. Tseveenjaw B, Suominen AL, Housen A, 2009;1-6. Leroy N, Bress E. Structure
Vehkalati MM. The role of sugar, xylitol, and Substitution in Fluoroapatite.
toothbrusing frequency, and use of European Celland Material 2001; 2:36-
fluoride toothpaste in maintenance fo 48.
adult’s health: finding from the Finnish 32. Zurlinden K, Laup M, Jennisen HP.
National Health 2000 survey. Eur J Chemical Functionalzation of a
OralSci 2011; 119: 40-47 Hydroxyapatite Base Bone Replacement
Material for the Immobilization of

109
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

Protein.Werkstofftech 2005; 36(12):820- Analysis. Material Reseach 2007;


828. 10(2):153-159.
33. Jena P. Synthesis and Charaterization of 44. Blanchard CR, AtomicForce Microscopy.
Hidroxyapatite. Rourkela:Institute The Chemical Educator 1996; 1(5):1-8.
ofTechnology, 2007.p.11. Thesis. 45. Vilalta-clemente A, Gloystein K.
34. Tredwin CJ. Sol-gel Derived Principles of Atomic Force (AFM).
Hydroxyapatite, Fluorhidroxyapatite and Greece:
Fluoroapatite Coating fot Titanium Aristotle University,2008.p.1-10.
Implant. London:University College 46. Fantner G. Atomic Force Microscopy.
London, 2009.P.27-29.Thesis\ Advanced bioengineering methode
35. Ki-Young K, Eddi W, Nofal M, Seung- laboratory.
wuk L. Microscopy Study of 47. Nasution, AI. Gambaran nanostruktur
Hidroxyapatite Dissolution as Affected by kristal hidroksi apatit pada email fluorisis.
Fluoride Ion. Languir Jakarta: Universitas Indonesia, 2008.
Article,2011;http://www.pubs.acs.org/La Thesis. H:39-40.
ngmuir, 22 September 2012 48. Miglani S, Aggarwal V, Ahuja B. Dentin
35. Porto ICCM, Andrade AKM, Montes hypersensitivity: recent trend in
MAJR. Diagnosis and Treatment of management. J Conserv Dent 2010;
Dentinal Hypersensitifity. Journal of 13(4): 218-224.
Oral Science 2009; 5(3):323-332. 49. Vierra A, Hancock R, Limback H,
36. Assis JS, Rodrigues LK, Fonteles CR, Schwartz M, Grynpas M. How does
Colares RCR, Souza AMB, Santiago SL. fluoride concentration in the tooth affect
Dentin Hypersensitivity After Treatment apatite crystal size. J Dent Res 2003;
With Desensitizing Agents: A 82(11):909-913.
Randomized, Double-Blind, Split-Mouth 50. Markovic M, Takagi S, Chow LC,
Clinical Trial. Braz Dent J Frukhtbeyn S. Calsium Fluoride
2011;22(2):157-161. precipitation and deposition from 12
37. Pinto SCS, Pochapski MT, Wambier DS, mmol/l fluoride solution with different
Pilatti GL, Santos FA. In Vitro and in calsium addition rate. J Res Natl 2009;
Vivo Analyse of The Effect of 114(5): 293-301.
Desensitizing Agents on Dentin 51. Plagmann HC, konig J, Bernimoulin JP,
Permeability an Dentinal Tubules Rudhart AC, Deschner J. A clinical study
Occlusion. Journal of Oral Science 2010; comparing two high-fluoride dentifrices
32(1):23-32. for the treatment of dentinal
38. Petrou I, Heu R, Stranick , Lavender S, hipersensitivity. Quintessence
Zaidel R, Cummins D. A Breakthrough Internasional 1997; 28(6):403-408.
Therapy for Dentin Hipersensitivity: How
Dental Product Containing 8% Arginine
and Calcium Carbonate Work to Deliver
Effective Relief of Sensitive Teeth. J Clin
Dent 2009; 20:23-31.
39. Lee SY, Kwon HK, Kim BI. Effect of
Dentinal Tubules Occlusion by
Dentifrices Containing Nano Carbonat
Apatit. Journal of Oral Rehabilitation
2008; 35:847-853.
42. Kubinek R, Zapletalova Z, Vujtek M,
Novotny R, Kolarova H, Chmelickova H.
Examination of Dentin Surface Using
AFM and SEM. Modern Research
andEducation Topics in Microscopy
2007; 593-598.
43. Cautinho ET, Moraes JR, Paciornic S.
Evaluation of Microstructure Parameter
of Human Dentin by Digital Image

110
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

EVALUASI KEKASARAN PERMUKAAN GLASS IONOMER CEMENT


(GIC) KONVENSIONAL SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN
BERKARBONASI

EVALUATION OF SURFACE ROUGHNESS GLASS IONOMER CEMENT


CONVENTIONAL AFTER IMMERSION IN CARBONATED BEVERAGE

Viona Diansari, Diana Setya Ningsih, Cindy Moulinda

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Glass Ionomer Cement (GIC) konvensional merupakan salah satu meterial restorasi di bidang
kedokteran gigi yang memiliki banyak keuntungan, karena bersifat biokompatibel, mampu berikatan
dengan baik terhadap struktur gigi, dan melepaskan fluor. Namun, GIC konvensional juga memiliki
kekurangan yakni brittle dan mudah terkikis apabila terpapar cairan asam sehingga menyebabkan
kekasaran permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh minuman
berkarbonasi terhadap kekasaran permukaan GIC konvensional yang ditinjau dari sebelum dan setelah
perendaman. Spesimen berbentuk silinder dengan diameter 10 mm dan tebal 2 mm. Jumlah spesimen
10 buah yang diberi perlakuan siklus perendaman 5 menit dalm minuman berkarbonasi dan 15 menit
dalam aquades sebanyak 6 kali siklus selama 2 jam untuk 5 hari. Kekasaran permukaan sebelum dan
sesudah perendaman diukur menggunakan surface roughness tester Mitutoyo SJ 201. Data dianalisis
dengan paired t-test untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan antara sebelum dan sesudah
perendaman dalam minuman berkarbonasi. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan
bermakna antara kekasaran permukaan sebelum (Ra = 0,5363 µm) dan sesudah (Ra = 0,6368 µm)
perendaman. Dapat disimpulkan bahwa minuman berkarbonasi dapat meningkatkan kekasaran
permukaan GIC konvensional.
Kata kunci: GIC konvensional, minuman berkarbonasi, kekasaran permukaan

ABSTRACT
Conventional Glass Ionomer Cement (GIC) is one of restorative material in dentistry that very useful,
such as biocompatible, good adhesive to tooth structure, and release of fluoride. However,
conventional GIC has some limited include brittle and eroded if exposed of acid so that cause surface
roughness. The objective of this study was to evaluate the effect of carbonated beverage on surface
roughness of conventional GIC that reviewed before and after immersion. The specimen have a
cylinder shape with 10 mm of diameter and 2 mm of thickness. Total specimens was 10 that treated
with cycling immersion 5 minutes in carbonated beverage and 15 minutes in deionized water, 6 cycles
for 2 hours to 5 days. Surface roughness that reviewed before and after immersion were tested by
surface roughness tester Mitutoyo SJ 201. Data was analyzed with paired t-test to know the
difference of surface roughness that reviewed before and after immersion in carbonated beverage.
Statistical test results showed there was a significantly difference of surface roughness value between
before (Ra = 0,5363 µm) and after (Ra = 0,6368 µm) immersion. In conclusion, carbonated beverage
increasing surface roughness of conventional GIC.
Key words: Conventional GIC, carbonated beverage, surface roughness

111
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

PENDAHULUAN Francisconi LF et al menunjukkan bahwa


Glass Ionomer Cement (GIC) perendaman GIC dalam minuman cola selama
konvensional pertama sekali diperkenalkan 5 menit yang dilakukan 3 kali sehari secara
oleh Wilson dan Kent pada tahun 1972.1 siklus dengan perendaman dalam saliva buatan
Material ini secara umum terdiri atas powder menyebabkan erosi pada permukaan GIC.19
yang mengandung kaca fluoroaluminosilikat Berdasarkan latar belakang di atas
dan liquid yang mengandung asam dilakukan penelitian dengan tujuan untuk
poliakrilik.1,2 Glass Ionomer Cement (GIC) mengetahui pengaruh minuman berkarbonasi
konvensional sering digunakan di bidang terhadap kekasaran permukaan GIC
kedokteran gigi sebagai material restorasi konvensional setelah dilakukan perendaman
karena biokompatibel dengan jaringan pulpa, secara siklus. Sampai dengan saat ini masih
berikatan dengan baik terhadap struktur terbatas informasi mengenai pengaruh
gigi, serta melepaskan fluor sebagai anti minuman berkarbonasi terhadap kekasaran
kariogenik.3,4 Sifat lain dari GIC konvensional permukaan GIC konvensional. Oleh karena itu,
adalah brittle dan mudah terkikis sehingga untuk memperoleh informasi lebih lanjut
menyebabkan peningkatan kekasaran dilakukan penelitian mengenai evaluasi
permukaan.5,6,7 kekasaran permukaan Glass Ionomer Cement
Kekasaran permukaan merupakan suatu (GIC) konvensional setelah perendaman dalam
bentuk ketidakteraturan permukaan material.8 minuman berkarbonasi.
Kekasaran permukaan dapat mempercepat
kolonisasi bakteri dan maturasi plak gigi BAHAN DAN METODE
sehingga berpotensial meningkatkan resiko Jenis penelitian ini adalah eksperimental
penyakit mulut, menyebabkan iritasi gingiva, laboratories yang dilakukan di Laboratorium
dan mengurangi estetik.9,10 Salah satu faktor CNC Politeknik Negeri Medan Jurusan Teknik
yang dapat mempengaruhi kekasaran Mesin dan Laboratorium Mikrobiologi
permukaan GIC adalah terjadinya perubahan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
derajat keasaman (pH) di dalam rongga mulut Spesimen penelitian berupa GIC
akibat mengkonsumsi makanan dan minuman konvensional (GC Fuji IX) berbentuk silinder
asam.11,12 Hal ini sesuai dengan penelitian dengan ukuran diameter 10 mm dan tebal 2
Larasati AA yang menunjukkan bahwa mm. Jumlah spesimen 10 buah yang diberi
perendaman GIC dalam minuman asam perlakuan siklus perendaman selama 5 menit
selama 108 jam dapat meningkatkan kekasaran dalam pepsi dan 15 menit dalam aquades.
permukaan GIC.13 Hasil penelitian Tanthanuch Minuman berkarbonasi yang digunakan adalah
S menyatakan bahwa terjadi peningkatan pepsi dengan komposisi: air, CO2, gula, asam
kekasaran permukaan yang signifikan pada fosfat, asam sitrat, perisa rasa cola, natrium
semua material restorasi termasuk GIC setelah sitrat, kafein, pengawet natrium benzoat, gum
dilakukan perendaman di dalam minuman arab, pewarna makanan biru berlian CI 42090,
asam (anggur merah dan anggur putih). pewarna makanan merah alura CI 16095.
Perendaman tersebut dilakukan secara siklus, Spesimen dibuat dengan cara: powder
yakni spesimen direndam dalam anggur dan liquid GIC dicampur di atas mixing slab
selama 25 menit dan di dalam saliva buatan (rasio 1:1 sesuai instruksi pabrik).2 Sebelum
selama 5 menit untuk 4 kali siklus.14 Adapun diaduk, powder dibagi menjadi 2 bagian.
minuman lain yang bersifat asam adalah Bagian pertama diaduk dengan liquid sampai
minuman berkarbonasi.15 homogen menggunakan semen spatula plastik.
Minuman berkarbonasi merupakan Kemudian ditambahkan sisa powder, diaduk
minuman yang dibuat dengan melarutkan dengan gerakan melipat (rolling) sampai
karbondioksida (CO2) ke dalam air minum. konsistensi seperti dempul (waktu pengadukan
Minuman berkarbonasi yang umum sekitar 30 – 40 detik). Kemudian ditumpatkan
dipasarkan adalah pepsi, coca-cola, sprite, ke dalam cetakan menggunakan plastic filling
fanta, dan lain-lain.16 Minuman berkarbonasi instrument sampai cetakan penuh. Bagian atas
umumnya mengandung asam sitrat.16,17 Asam cetakan diletakkan milar strip, lalu kaca slide
sitrat lebih berpotensial menyebabkan erosi mikroskop diletakkan di atas milar strip
daripada asam fosfat.18 Hasil penelitian

112
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

tersebut.3,9 Cetakan diberikan beban seberat 1 sebanyak 3 kali menggunakan alat Surface
kg selama 20 detik agar seluruh permukaan Roughness Tester pada permukaan atas
rata dan halus (dibiarkan sampai mengeras ± 3 spesimen. Setelah spesimen direndam dalam
- 4 menit). Setelah mengeras, spesimen pepsi, spesimen dikeluarkan lalu dibersihkan
dilepaskan dari cetakan lalu kelebihan semen dengan air dan dikeringkan dengan tisu.
dipotong menggunakan scalpel. Spesimen Kemudian dilakukan pengukuran kekasaran
dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu akhir sebanyak 3 kali pada setiap spesimen di
37ºC selama 24 jam. permukaan yang sama dengan permukaan
Pengukuran derajat keasaman (pH) dari saat pengukuran awal, n a m u n pada area
larutan perendaman pepsi menggunakan yang berbeda. Cara pengukuran yakni dengan
Hanna portable 210 pH meter yang telah meletakkan spesimen di atas meja, kemudian
dikalibrasi terlebih dahulu dengan detektor mitutoyo SJ 201 diletakkan di atas
mencelupkan elektroda ke dalam aquades (pH spesimen dengan sudut 90º. Pengukuran
netral = 7). Kemudian pH meter dinyalakan dilakukan dengan menggerakkan stylus mulai
dengan menekan tombol ON/OFF. Elektroda dari ujung spesimen yang telah ditandai
lalu dimasukkan ke dalam pepsi, diaduk agar dengan jarak masing-masing 2,5 mm,
larutannya homogen. Untuk memulai kecepatan 0,5 mm, tekanan 0,8 mN, dan
pengukuran, ditekan tombol MEAS pada pH radius jarum 2-5 µm. Setelah dilakukan
meter, maka pada layar akan muncul tulisan pengukuran, pada layar LCD alat akan tertera
HOLD (dibiarkan sesaat sampai tulisan angka kekasaran permukaan spesimen.
HOLD di layar berhenti berkelap-kelip). Nilai Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan
pH yang ditunjukkan di layar adalah nilai pH dengan mengadaptasi metode rata - rata
larutan pepsi yang diuji. pH meter dimatikan kekasaran permukaan, diukur pada tiap
dengan menekan kembali tombol ON/OFF. pengukuran lalu setiap nilai yang didapat
Pengukuran pH ini dilakukan sebanyak 3 kali dirata-ratakan sebagai nilai kekasaran
pengulangan dan nilai dirata-ratakan untuk permukaan.
didapat nilai pHnya. Nilai rata-rata dari kekasaran permukaan
Perendaman 10 spesimen dilakukan dianalisis menggunakan paired t-test untuk
secara siklus dalam pepsi masing-masing mengetahui perbedaan kekasaran permukaan
sebanyak 20 ml dan aquades sebanyak 20 ml. antara sebelum dan setelah perendaman dalam
Perendaman dalam pepsi selama 5 menit, minuman berkarbonasi.
lalu direndam dalam aquades selama 15 menit.
Perendaman dilakukan dalam 6 kali siklus HASIL PENELITIAN
selama 2 jam setiap hari untuk 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan nilai
Perlakuan siklus perendaman selama 5 hari kekasaran permukaan sesudah perendaman
diasumsikan dengan 30 kali konsumsi lebih kasar dibandingkan sebelum perendaman
minuman berkarbonasi, dengan perhitungan (Tabel 1.).
bila dalam 1 jam 3 kali konsumsi minuman
berkarbonasi, maka 2 jam 6 kali konsumsi (6 Tabel 1. Nilai rata-rata kekasaran permukaan GIC
x 5 hari = 30 kali konsumsi). Selama konvensional sebelum dan sesudah perendaman
perendaman spesimen dimasukkan ke dalam dalam minuman berkarbonasi
inkubator pada suhu 37ºC. Selama menunggu Perlakuan Rerata Kekasaran p
Permukaan GIC
hari perendaman selanjutnya, spesimen
Sebelum 0,5363 ± 0,1029
dikondisikan dalam inkubator suhu 37ºC yang Sesudah 0,6368 ± 0,1077
0,000*
dilakukan dengan memasukkan spesimen *Terdapat perbedaan bermakna (paired t-test p<0,05)
dalam wadah kosong tertutup, kemudian
wadah kosong tersebut diletakkan dalam Dalam penelitian ini juga dilakukan
wadah yang berisi air agar menciptakan pengukuran pH dari larutan minuman
suasana moist selama 22 jam. Bahan berkarbonasi dengan hasil nilai pH rata-rata
perendaman diganti setiap harinya. adalah 2,9.
Sebelum spesimen direndam dalam
pepsi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran PEMBAHASAN
awal kekasaran permukaan GIC konvensional, Kekasaran permukaan adalah suatu
yakni ± 24 jam setelah pencampuran. bentuk ketidakteraturan permukaan material.
Pengukuran awal kekasaran dilakukan

113
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

Pada penelitian ini, nilai kekasaran lebih rendah dibandingkan setelah


permukaan GIC konvensional sebelum perendaman.20
perendaman jauh lebih tinggi dibandingkan Nilai kekasaran permukaan GIC
nilai kekasaran permukaan penelitian konvensional setelah perendaman lebih tinggi
terdahulu. Penelitian ini menunjukkan nilai dibandingkan sebelum perendaman. Hal ini
kekasaran awal permukaan adalah 0,5363 µm. diduga terjadi karena GIC telah terpapar
Penelitian sebelumnya oleh Tanthanuch S dan dengan larutan asam yakni minuman
Gabriela MCM menunjukkan nilai kekasaran berkarbonasi yang memiliki pH cukup rendah
awal permukaan GIC masing-masing adalah yakni 2,9. Terpaparnya GIC dengan larutan
0,0364 µm dan 0,21 µm.4,14 Nilai kekasaran asam diduga menyebabkan terlarutnya ion-ion
permukaan kritis untuk bakteri berkolonisasi dari GIC konvensional yang akan membentuk
adalah 0,2 µm. Kekasaran permukaan di atas porus sehingga meningkatkan kekasaran
0,2 µm berpotensi meningkatkan perlekatan permukaan. Hal ini sesuai penelitian
bakteri dan maturasi plak gigi.9,11 Diduga Wongkhantee et al yang menyatakan bahwa
perbedaan nilai kekasaran permukaan ini minuman asam dengan pH≤5,5 (pH kritis)
terjadi karena pemakaian alat ukur kekasaran dapat menyebabkan erosi pada gigi maupun
permukaan yang berbeda antara penelitian ini material kedokteran gigi sehingga
dan penelitian sebelumnya. Pada penelitian menimbulkan kekasaran permukaan.21
sebelumnya pengukuran kekasaran permukaan Selain itu, penelitian Brown CJ et al
GIC dilakukan dengan menggunakan Taylor menyatakan bahwa minuman berkarbonasi
Hobson Talysurf, sedangkan pada penelitian bersifat erosif terhadap gigi.22 Daya erosif
ini menggunakan surface roughness tester asam bergantung pada jenis asam yang
Mitutoyo SJ 201.14 Taylor Hobson Talysurf terkandung di dalam minuman.23 Minuman
memiliki keunggulan yakni dapat memberikan berkarbonasi mengandung asam sitrat dengan
informasi lebih cepat dan pengukuran yang derajat keasaman yang cukup rendah yakni
lebih akurat. 2,9. Asam sitrat memiliki daya erosif yang
Selain itu, perbedaan tersebut diduga sangat tinggi.23 Adanya sifat erosif yang sangat
terjadi karena perbedaan ukuran partikel GIC tinggi dari asam sitrat yang terdapat di dalam
antara penelitian ini dengan penelitian minuman berkarbonasi diduga menyebabkan
sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya GIC kelarutan ion-ion pada GIC sehingga terjadi
yang digunakan memiliki ukuran partikel <10 kekasaran permukaan. Dengan adanya
mm, sementara penelitian ini GIC yang penambahan asam fosfat atau asam sitrat ke
digunakan memiliki ukuran partikel 10 mm. dalam minuman berkarbonasi menyebabkan
Perbedaan ukuran partikel ini diduga dapat pH menjadi semakin rendah dan lebih
mempengaruhi kekasaran permukaan. meningkatkan daya erosifnya.22 Hal ini sesuai
Semakin besar ukuran partikel maka semakin penelitian Francisconi LF et al menunjukkan
tinggi pula kekasaran permukaan yang bahwa terjadi peningkatan kekasaran
dihasilkan.3 Hal ini sesuai dengan penelitian permukaan GIC setelah direndam secara siklus
Bala O, dimana ukuran partikel yang lebih dalam minuman cola akibat dari terlepasnya
kecil akan menghasilkan kekasaran permukaan kation-kation dari GIC tersebut.19
yang jauh lebih rendah dibandingkan partikel Glass Ionomer Cement (GIC)
yang berukuran besar.3 konvensional terdiri dari kaca aluminosilikat
Pada Tabel 1. terlihat nilai rerata dan asam poliakrilat. Awalnya, saat ion
kekasaran permukaan GIC konvensional saat hidrogen (H+) yang berasal dari minuman
sebelum perendaman menunjukkan nilai yang berkarbonasi masuk, maka ion H+ tersebut
lebih rendah daripada sesudah perendaman. akan menyerang permukaan terluar partikel
Hal ini diduga karena GIC belum terpapar kaca yang masih halus. Hal ini menyebabkan
dengan larutan asam sehingga menyebabkan kation-kation pada permukaan kaca seperti
demineralisasi yang terjadi pada GIC masih Ca2+, Na+ dan Al3+ yang sebelumnya
sedikit akibatnya nilai kekasaran GIC masih berikatan dengan asam poliakrilat akan
rendah. Sesuai penelitian Beresescu G et al terlepas dan keluar dari GIC sehingga
dimana GIC konvensional yang belum terbentuk pori-pori kecil pada permukaan
terpapar saliva buatan dengan pH 3 kaca.24 Semakin lama direndam, maka akan
memiliki nilai kekasaran permukaan yang semakin banyak ion H+ yang masuk ke dalam
partikel kaca dan semakin banyak pula

114
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

kation-kation yang terlepas sehingga pori-pori roughness and hardness of different


akan semakin membesar dan kekasaran glass ionomer cements. European
permukaan akan semakin meningkat.25 Journal of Dentistry 2012; 6(1):79-86.
Peningkatan nilai kekasaran permukaan 4. Gabriela MCM, Cristiane RdS, Carlos
ini juga diduga akibat temperatur minuman JPI, Molina C, Navarro RS, Ribeiro
berkarbonasi pada saat perendaman. SJL. “In Vitro” surface roughness of
Temperatur minuman bergantung pada suhu different glass ionomer cements
ruangan, dimana minuman bila dalam kondisi indicated for ART restorations. Braz J
dingin akan menaikkan nilai pHnya sehingga Oral Sci. 2010; 9(2):77-80.
menurunkan daya erosifnya.26 Diduga kondisi 5. Tyas MJ. Clinical performance of
minuman berkarbonasi dengan temperatur glass-ionomer cements. Journal of
yang lebih tinggi (suhu ruangan) saat Minimum Intervention in Dentistry 2008;
pengukuran pH dan saat perendaman yakni 1(2):88-94.
pada suhu 37ºC akan menyebabkan nilai pH 6. Tyas MJ. Clinical Evaluation of glass-
menjadi lebih rendah sehingga ionomer cements restorations. Journal
meningkatkan daya erosifnya dan of Applied Oral Science 2006; 14(sp.
demineralisasi yang terjadi pada GIC semakin Issue):10-3.
meningkat. 7. Curtis RV, Watson TF. Dental
Biomaterials: Imaging, Testing, and
KESIMPULAN Modelling. England: Woodhead
Dari hasil penelitian pengaruh minuman Publishing Limited, 2008. p. 171.
berkarbonasi terhadap kekasaran permukaan 8. Song JF, Verburger TV. Surface
Glass Ionomer Cement (GIC) konvensional Texture. National Institute of Standards
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan and Technology, 2010. p. 334-345.
kekasaran permukaan Glass Ionomer Cement 9. R.C. da Silva, Zuanon ACC. Surface
(GIC) konvensional yang signifikan (p<0,05) roughness of glass ionomer cements
antara sebelum dan setelah perendaman dalam indicated for Atraumatic Restorative
minuman berkarbonasi. Treatment (ART). Braz Dent J 2006;
17(2):106-109.
SARAN 10. Bagheri R, Burrow MF, Tyas MJ.
Memberikan penjelasan kepada Surface characteristics of aesthetic
masyarakat bahwa pepsi aman untuk restorative materials-an SEM study.
dikonsumsi, namun sebaiknya tidak Journal of Oral Rehabilitation 2007;
dikonsumsi secara rutin dalam jangka waktu 34:68-76.
lama karena akan meningkatkan kekasaran 11. Helena FS, Fernandes AS, Michelon
permukaan bahan restorasi Glass Ionomer D, Piva E, Sergio MC, Fernando FD.
Cement (GIC) konvensional. Perlu dilakukan Surface roughness of orthodontic band
penelitian lanjutan menggunakan alat cements with different compositions. J
Scanning Electron Microscopy (SEM) atau Appl Oral Sci. 2011; 19(3):223-7.
Atommic Force Microscopy (AFM) untuk 12. Craigh G. Robert, Powers M. John,
melihat topografi pada permukaan GIC akibat Watahana G. John. Dental Material
terpapar asam. Properties and Manipulation, 8th ed.
2004. p. 66-70, 197-199.
DAFTAR PUSTAKA 13. Larasati AA. Kekasaran Permukaan
1. Schmalz G, Arenholt-Bindslev D. Semen Ionomer Kaca Konvensional
Biocompatibility of Dental Materials. Setelah Perendaman Dalam Kefir.
Germany: Le-tex Publishing service Skripsi. Surabaya: Universitas
OHG, 2009. p. 149. Airlangga. 2011. Hal: 1.
2. Asti Meizarini, Irmawati. Kekerasan 14. Tanthanuch saijai, Patanapiradej visana.
permukaan semen ionomer kaca Effect of Thai wine on surface
konvensional tipe II akibat lama roughness and corrosion of various
penyimpanan. Maj. Ked. Gigi. (Dent. tooth-coloured filling material. Journal
J.) 2005; 38(3):146-150. Dental Assoc Thai 2009; 59:100-107.
3. Bala O, Arisu HD, Yikilgan I, Arslan 15. Sari AP. Kekasaran Permukaan Semen
S, Gullu A. Evaluation of surface Ionomer Kaca Konvensional dan

115
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

Modifikasi Resin Setelah Perendaman 26. Ashton JJB, Geary L. The effect of
Dalam Minuman Cola. Skripsi. temperature on pH measurement.
Surabaya: Universitas Airlangga. 2011. Technical Service Page. Ireland, 2006. p.
Hal: 7. 1-7.
16. Chandra EM. Gambaran Umum
Minuman Ringan Berkarbonasi dan
Penerapan Cukai Minuman Ringan
Berkarbonasi di Negara Lain.
Universitas Indonesia 2009. Hal: 41-53.
17. Universitas Sumatera Utara. Sejarah
Minuman Berkarbonasi.
http://repository.
usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf.
Diunduh tanggal 13 November 2012.
18. Machado C, Lacefield w, Catledge A.
Human enamel nanohardness, elastic
modulus and surface integrity after
beverage contact. Braz Dent J 2008;
19(1):68-72.
19. Francisconi LF, Honorio HM, Rios D,
Magalhaes AC, Machado MAAM,
Buzalaf MAR. Effect of Erosive Ph
Cycling on Different Restorative
materials and on Enamel Restored with
These Materials. Operative Dentistry
2008; 33(2):203-208.
20. Beresescu G, Cristina LB. Effect of
artificial saliva on the surface roughness
of glass ionomer cement. Scientific
Bulletin of the “Petru Maior”
University of Targu Mures. 2011;
8(15):134-136.
21. Wongkhantee S, Patanapiradej V,
Maneenut D, Tantbiroj D. Effect of
Acidic Food and Drinks on Surface
Hardness of Enamel, Dentine and Tooth-
Coloured Filling Materials. Journal of
Dentistry. 2005: 1-7.
22. Brown CJ, Smith G, Shaw L, Parry J,
Smith AJ. The erosive potential of
flavoured sparkling water drinks. Int J
Paediatr Dent. 2007; 17(2):86-91.
23. Shakhashiri. Phosphoric Acid, H3PO4.
Chemical of The Week. 2008;
142:142-144.
24. Van Noort R. Introduction to Dental
Materials. 2nd ed. London: CV Mosby
Company, 2003. p. 127.
25. Zaki DYI, Hamzawi EMA, El Halim
SA, Amer MA. Effect of simulated
gastric juice on surface characteristics of
direct estetic restorations. Australian
Journal of Basic and Applied Sciences.
2012; 6(3):686-694.

116
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

HUBUNGAN ANTARA STRES AKADEMIK DENGAN GINGIVITIS PADA


MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
SYIAH KUALA

CORRELATION BETWEEN ACADEMIC STRESS WITH GINIGIVITIS


IN DENTAL UNDERGRADUATE STUDENTS AT SYIAH KUALA
UNIVERSITY

Rizky Darmawan, Sunnati, Sri Rezeki

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

Abstrak

Stres akademik didefinisikan sebagai perasaan tertekan yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan
ketidakmampuan mahasiswa dalam menguasai suatu bidang ilmu pengetahuan. Belum ada data
mengenai pengaruh stres akademik yang dialami oleh mahasiswa terhadap gingivitis di Universitas
Syiah Kuala. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara stres akademik dengan
gingivitis pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi UniversitasSyiah Kuala. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik korelatif yang bersifat cross-sectional dengan menggunakan
Educational Stress Scale for Adolescence (ESSA) untuk mengukur stres akademik pada mahasiswa
dan Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) untuk mengukur derajat gingivitis. Sebanyak 140
mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala ikut serta dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara stres akademik dengan
gingivitis (p<0,05) dengan menggunakan uji Kendall-tau. Kekuatan hubungan antara stres akademik
dengan gingivitis bersifat lemah (r=0,271) dengan arah positif. Kesimpulan penelitian ini adalah
terdapat hubungan yang bermakna antara stres akademik dengan gingivitis pada mahasiswa Program
Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala, dan kekuatan hubungan bersifat lemah dengan arah
yang positif.
Kata kunci: Stres akademik, gingivitis

Abstract
Academic stress is feeling of distress due to limited time and unable of undergraduate students to
master a subject. There is no data about correlation between academic stress on undergraduate
students with gingivitis at Syiah Kuala University. The purpose of this research is to know the
correlation between academic stress with gingivitis in dental undergraduate students at Syiah Kuala
University. This is a correlative analitic research with cross-sectional design using Educational Stress
Scale for Adolescents (ESSA) to measure academic stress on undergraduate students and Modified
Papilla Bleeding Index to measure gingivitis level. 140 dental undergraduate students participated in
this research. The results show significant correlation between academic stress with gingivitis
(p<0,05) using Kendall-tau test. The correlation is weak (r=0,271) with positive relationship. It
concluded that there is significant correlation between academic stress with gingivitis in dental
undergraduate students at Syiah Kuala University, and the correlation is weak with positive
relationship.
Keywords: Academic stress, gingivitis

117
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

PENDAHULUAN Salah satu indikator utama dalam


Mahasiswa adalah peserta didik yang mendiagnosis gingivitis adalah perdarahan
terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi pada saat probing.13
tertentu.1 Mahasiswa dapat digolongkan Deinzer dkk. (2001) menyatakan
sebagai remaja akhir (usia 18-21 tahun) dan terdapat hubungan antara stres psikologis dan
dewasa awal (usia 22-24 tahun). Pada usia inflamasi gingiva.17 Stres akademik dilaporkan
tersebut mahasiswa mengalami masa peralihan dapat menyebabkan kebersihan rongga mulut
dari remaja akhir ke dewasa awal. Masa menjadi terabaikan dan meningkatkan
peralihan tersebut mendorong mahasiswa akumulasi plak, serta dapat menjadi salah satu
untuk menghadapi berbagai tuntutan dan faktor penyebab terjadinya gingivitis dan
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang periodontitis.9 Saat ini di Universitas Syiah
baru.2 Kuala belum ada data mengenai pengaruh stres
Stres merupakan gangguan fisiologis akademik yang dialami oleh mahasiswa
dan metabolisme yang disebabkan oleh terhadap gingivitis. Maka peneliti tertarik
berbagai faktor yang disertai dengan respon untuk melakukan penelitian mengenai
individu dalam menghadapinya,3 dapat bersifat hubungan antara stres akademik dengan
positif (eustress) dan negatif (distress).4 Stres gingivitis pada mahasiswa Program Studi
akademik didefinisikan sebagai perasaan Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala.
tertekan yang disebabkan oleh keterbatasan
waktu dan ketidakmampuan dalam menguasai BAHAN DAN METODE
suatu ilmu pengetahuan.5 Stres akademik Penelitian ini menggunakan metode
secara psikologis dapat melemahkan dan penelitian analitik korelatif dan desain
memiliki efek merusak performa akademik penelitian analitik cross sectional. Penelitian
mahasiswa.6 dilakukan pada bulan Desember 2012 di
Penelitian terakhir melaporkan adanya Program Studi Kedokteran Gigi Universitas
hubungan yang kuat antara stres dan Syiah Kuala. Subjek penelitian adalah
mahasiswa.7 Mahasiswa dilaporkan mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi
mengalami stres akademik pada waktu tertentu Universitas Syiah Kuala yang belum
di setiap semester, dengan penyebab utama menyelesaikan Pendidikan Strata 1 di Program
berasal dari ujian akademik, persaingan meraih Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah
nilai yang baik, dan penguasaan materi kuliah Kuala. Penentuan subjek penelitian dengan
dalam waktu yang singkat.8 Ujian akademik teknik stratified random sampling. Kriteria
dapat menjadi salah satu penyebab stres inklusi subjek yaitu mahasiswa PSKG Unsyiah
akademik, termasuk didalamnya masa angkatan 2009-2011 yang belum selesai
persiapan ujian dan ujian itu sendiri.9 Ujian Pendidikan Strata 1, masih memiliki gigi (16,
akademik dapat meningkatkan risiko 11, 26, 36, 31, dan 46), dan bersedia menjadi
terjadinya gingivitis yang mungkin subjek penelitian. Kriteria eksklusi subjek
berhubungan dengan peningkatan akumulasi yaitu perokok, penderita penyakit diabetes,
plak yang diinduksi oleh faktor stres.10 hamil atau menstruasi, dan ada gigi yang
Gingivitis merupakan inflamasi pada hilang dari gigi yang akan diperiksa.
gingiva yang tidak menyebabkan kehilangan Alat dan bahan yang digunakan yaitu
perlekatan gigi secara klinis,11 dan dapat prob periodontal (UNC 15), kaca mulut nomor
dikatakan sebagai kondisi umum yang paling 4, sonde half moon, pinset gigi, kapas, masker,
sering ditemui oleh dokter gigi.12 Penyebab sarung tangan, gelas disposable, senter, ember
utama gingivitis adalah akumulasi plak kecil, handuk kecil, alat tulis, lembar
mikrobial di servikal gigi dan sekitarnya.13 pengisian, larutan antiseptik (Dettol), dan gel
Gingivitis memiliki tampilan klinis berwarna disclosing plaque. Cara kerja penelitian
kemerahan, pembengkakan, hilangnya tekstur dilakukan dengan cara melihat data mahasiswa
gingiva bebas, dan biasanya tidak termasuk usia, jenis kelamin, dan tahun
menimbulkan rasa sakit.14 Rebelo dkk. (2009) angkatan. Pada subjek yang memenuhi kriteria
melaporkan prevalensi gingivitis pada siswa inklusi maka akan diberikan informed consent,
usia 15-19 tahun di Brazil mencapai 94,71%.15 lembar pengisian data subjek, dan lembar
Ababneh dkk. (2012) juga melaporkan pengisian Educational Stress Scale for
prevalensi gingivitis pada orang dewasa di Adolescents (ESSA) selanjutnya dilakukan
Yordania bagian utara mencapai 75,8%.16 pemeriksaan klinis terhadap subjek yaitu

118
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

pemeriksaan gingivitis dan OHI-S secara dilakukan dengan menggunakan Debris Index
kalibrasi. Pemeriksaan dilakukan pada pagi (DI). Sebelum pemeriksaan, kepada subjek
menjelang siang hari pada saat subjek diaplikasikan disclosing agent ke permukaan
masihdalam kondisi yang prima/tidak gigi subjek. Pemeriksaan dilakukan dengan
kelelahan. Subjek didudukkan di kursi dengan menggunakan sonde half moon. Permukaan
sumber cahaya seperti lampu senter yang gigi dibagi 3 bagian secara horizontal, yaitu
diarahkan ke mulut subjek. Kepala subjek 1/3 servikal, 1/3 tengah, dan 1/3 insisal.
bersandar pada tempat duduk sedemikian rupa Pemeriksaan dilakukan pada gigi indeks yaitu
sehingga kepala setengah menengadah. gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pemeriksaan
Kemudian subjek diminta untuk membuka dimulai dari gigi 16 bagian bukal, gigi 11
mulut untuk dilakukan pemeriksaan gingivitis bagian labial, gigi 26 bagian bukal, gigi 36
menggunakan Indeks Perdarahan Papila bagian lingual, gigi 31 bagian labial, dan gigi
Dimodifikasi (IPPD) dengan menggunakan 46 bagian lingual. Sonde half moon
prob periodontal dan kaca mulut serta ditempatkan pada 1/3 insisal gigi kemudian
pemeriksaan OHI-S dengan menggunakan digerakkan ke arah 1/3 servikal gigi. Hasil
sonde half moon dan kaca mulut. Hasil pemeriksaan dicatat di lembar yang
pemeriksaan dicatat pada lembar pengisian tersedia.Pemeriksaan kalkulus dilakukan
yang telah tersedia. dengan menggunakan Calculus Index (CI).
Pemeriksaan stres akademik Sebelum pemeriksaan, kepada subjek
menggunakan Educational Stress Scale for diaplikasikan disclosing agent kepermukaan
Adolescents (ESSA) yang dipelopori oleh Sun gigi subjek. Pemeriksaan dilakukan dengan
dkk. Skala ini dikhususkan pada mahasiswa menggunakan sonde half moon. Permukaan
Asia yang memiliki beban akademik lebih gigi dibagi 3 bagian secara horizontal, yaitu
berat dibandingkan dengan mahasiswa non 1/3 servikal, 1/3 tengah, dan 1/3 insisal.
Asia. Skala terdiri dari 16 pernyataan yang Pemeriksaan dilakukan pada gigi indeks yaitu
mencakup 5 hal terkait dengan stres akademik, gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pemeriksaan
yaitu tekanan pada saat belajar, beban tugas, dimulai dari gigi 16 bagian bukal, gigi 11
kecemasan terhadap nilai-nilai, cita-cita dan bagian labial, gigi 26 bagian bukal, gigi 36
harapan, dankemurungan. Format pernyataan bagian lingual, gigi 31 bagian labial, dan
ESSA menggunakan skala 5 poin tipe Likert, gigi46 bagian lingual. Adanya kalkulus
dengan rentang nilai dari 1=sangat tidak setuju supragingiva juga dapat diobservasi
sampai 5=sangat setuju. Skor stres akademik secaralangsung. Hasil pemeriksaan dicatat di
didapat dengan menjumlahkan nilai setiap lembar yang tersedia.Bila ada kasus salah satu
pernyataan yang dijawab oleh subjek gigi dari gigi tersebut tidak ada (telah dicabut
penelitian.18 atau hanya sisa akar), penilaian dilakukan pada
Gingivitis diukur dengan Indeks gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk
Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD). Prob mewakilinya, yaitu: a) bila gigi M1 rahang
periodontal diselipkan dari arah vestibular ke atas atau rahang bawah tidak ada, maka
col sebelah mesial dari gigi yang diperiksa. penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atas
Dengan tetap mempertahankan ujung prob atau rahang bawah; b) bila gigi M1 dan M2
menyentuh dasar sulkus, secara perlahan prob rahang atas atau rahang bawah tidak ada, maka
digerakkan sepanjang permukaan vestibular penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas
gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus atau rahang bawah; c) bila gigi M1, M2, dan
pada sudut mesiovestibular gigi tetangganya. M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada,
Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang tidak dapat dilakukan penelitian; d) bila gigi I1
akan diukur indeks perdarahannya. Skor kanan rahang atas tidak ada, maka penilaian
didapatkan dengan menjumlahkan skor dari dilakukan pada gigi I1 kiri rahang atas; e) bila
semua gigi yang diperiksa dibagi jumlah gigi gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, maka
yang diperiksa. penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan rahang
Pemeriksaan oral hygiene menggunakan bawah; f) bila kedua gigi I1 rahang atas dan
Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari kedua gigi I1 rahang bawah tidak ada, tidak
Greene dan Vermillion. Pengukuran dilakukan dapat dilakukan penelitian.
dengan menjumlahkan Debris Index (DI) dan Manajemen dan analisis data
Calculus Index (CI) dari setiap subjek mnggunakan SPPS 17 dengan kemaknaan P <
penelitian yang diperiksa.Pemeriksaan debris 0,05. Untuk melihat sebaran data digunakan

119
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. Tabel 6. Distribusi Frekuensi OHI-S


Analisis statistik dengan uji Kendall-tau untuk Skor OHI-S Jumlah Persentase (%)
melihat besar hubungan stres akademikdengan Baik 108 77,1
gingivitis. Sedang 32 22,9
Buruk 0 0
HASIL
Subjek berjumlah 140 orang yang Berdasarkan hasil uji Kendall-tau,
tersebar di angkatan 2009-2011, dengan subjek terdapathubungan yang bermakna antara stres
laki-laki 37 orang dan perempuan 103 orang. akademik dengan gingivitis (p<0,05).
Subjek paling banyak berusia 20 tahun Kekuatan hubungan stres akademik dengan
sebanyak 50 orang. Subjek dengan stres gingivitis bersifat lemah dalam arah yang
akademik sedang merupakan yang terbanyak positif, yang ditunjukkan dengan koefisien
yaitu 104 orang. Subjek dengan gingiva sehat korelasi r=0,271.
merupakan subjek terbanyak yaitu 99 orang.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi OHI-S
Subjek dengan OHI-S baik sebanyak 108
Variabel Koefisien Signifikansi (p)
orang.
Korelasi (r)
Stres 0,271 0,001*
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian akademik-
Angkatan 2009-2011 gingivitis
Tahun Jumlah Persentase (%) Keterangan: * = Uji Kendall-tau, p<0,05
Angkatan
Angkatan 2009 44 31,4
Angkatan 2010 48 34,3
Angkatan 2011 48 34,3 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, subjek
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Subjek dengan tingkat stres akademik sedang
Penelitian merupakan subjek dengan jumlah terbanyak
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) yaitu 104 orang (74,3%), dan subjek dengan
Laki-laki 37 26,4 gingiva sehat merupakan subjek dengan
Perempuan 103 73,6 jumlah terbanyak yaitu 99 orang (70,7 %). Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Usia Subjek subjek penelitian memiliki tingkat stres
Penelitian akademik sedang dengan gingiva yang sehat.
Usia Subjek Jumlah Persentase (%) Hasil uji Kendall-tau pada 140 orang subjek
18 tahun 6 4,3 penelitian menunjukkan bahwa terdapat
19 tahun 40 28,6
hubungan yang bermakna antara stres
20 tahun 50 35,7
21 tahun 38 27,1 akademik dengan gingivitis (p<0,05).
22 tahun 5 3,6 Kekuatan hubungan stres akademik dengan
23 tahun 1 0,7 gingivitis bersifat lemah dengan arah positif
(r=0,271), yang berarti semakin tinggi nilai
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Stres Akademik stres akademik maka semakin tinggi juga
Mahasiswa keparahan gingivitisnya. Hasil penelitian ini
Skor Stres Jumlah Persentase (%) sesuai dengan penelitian Johannsen dkk.
Akademik (2010) yang menyatakan bahwa stres
Rendah 26 74,3 akademik dapat mengganggu kesehatan
Sedang 104 18,6 jaringan periodontal.9Hamissi dkk. (2010) juga
Tinggi 10 7,2
menyatakan bahwa stres psikososial dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gingivitis
periodontal.19
Skor Jumlah Persentase (%)
Gingivitis
Hubungan yang bermakna antara stres
Gingiva Sehat 99 70,7 akademik dengan gingivitis pada penelitian ini
Gingivitis Ringan 40 28,6 diduga karena terjadi perubahan kerja sistem
Gingivitis Sedang 1 0,7 endokrin. Pada mahasiswa yang mengalami
Gingivitis Berat 0 0 stres akademik, terjadi peningkatan kortisol
yang diaktifkan oleh tubuh sebagai respon
stres.9 Pada orang dengan fungsi imun yang

120
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

baik, sel-sel imun dan antibodi yang terdapat menyebabkan hanya ditemukan hubungan
pada cairan krevikular gingiva dan saliva yang lemah pada penelitian ini.
(seperti sIgA, IgG, dan neutrofil) akan
melindungi jaringan periodontal dari patogen KESIMPULAN DAN SARAN
penyakit periodontal. Tetapi kadar kortisol Berdasarkan hasil penelitian hubungan
yang berlebihan dapat menurunkan fungsi sel- antara stres akademik dengangingivitis pada
sel imun dan antibodi tersebut, menyebabkan mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi
jaringan periodontal lebih rentan diserang oleh Universitas Syiah Kuala dapat disimpulkan
patogen penyakit periodontal.4Kekuatan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
hubungan stres akademik dengan gingivitis antara stres akademik dengan gingivitis.
yang bersifat lemah (r=0,271) karena subjek Kekuatan hubungan stres akademik dengan
penelitian yang merupakan mahasiswa gingivitis bersifat lemah dengan arah yang
Kedokteran Gigi, telah memiliki pengetahuan positif.
tentang cara menjaga kesehatan gigi dan Perlu dilakukan penelitian selanjutnya
mulutnya serta memiliki perhatian yang lebih pada subjek selain kedokteran gigi untuk
baik dibandingkan dengan mahasiswa jurusan melihat hubungan ini lebih jauh.
lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, subjek
dengan OHI-S yang baik merupakan subjek UCAPAN TERIMA KASIH
dengan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 108 Kami mengucapkan terima kasih kepada
orang (77,1 %). Hal ini juga dapat dilihat pada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya
subjek dengan stres akademik sedang yang penelitian ini yang tidak disebutkan satu-
merupakan jumlah subjek yang terbanyak persatu.
yaitu sebanyak 104 orang (74,3 %), dan 79
orang diantaranya memiliki OHI-S yang baik. DAFTAR PUSTAKA
Hal ini menunjukkan bahwa stres akademik 1. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan
tidak menyebabkan subjek mengabaikan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal ini Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi;
sesuai dengan penelitian Dabrowska dkk. Bab I Pasal 1.
(2006) yang menyatakan bahwa mahasiswa 2. Gunawati R, Hartati S, Listiara A.
Kedokteran Gigi memiliki kesehatan gigi dan Hubungan antara efektivitas komunikasi
mulut yang baik,20 sehingga perubahan mahasiswa-dosen pembimbing utama
perilaku negatif yang disebabkan oleh stres skripsi dengan stres dalam menyusun
akademik tidak membuat subjek pada skripsi pada mahasiswa program studi
penelitian ini mengabaikan kebersihan gigi psikologi fakultas kedokteran universitas
dan mulutnya. diponegoro. Jurnal Psikologi Undip
Mahasiswa Kedokteran Gigi memiliki 2006; 3(2): 93-115.
kesadaran dan pengetahuan yang lebih baik 3. Reners M, Brecx M. Stress and
dibandingkan dengan mahasiswa jurusan lain periodontal disease. Int J Dent Hygiene
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal 2007; 5: 199-204.
ini telah dibuktikan oleh Kumar dkk. (2012) 4. Padma R, Bhutani N. Stress and
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan periodontal disease. AEDJ 2010; 2(4):
status kesehatan gigi dan mulut antara 190- 194.
mahasiswa Kedokteran Gigi dengan 5. Farghadani A, Mohammadi FS, Taraz Z,
mahasiswa Farmasi di Arab Niusha B. A survey on the effectivenss of
Saudi.21Mahasiswa Kedokteran Gigi telah fordyce’s happiness-based cognitive-
memahami cara-cara menjaga kesehatan gigi behavioral training on the stress due to
dan mulut dengan baik, mempelajari masalah- academic expectations of students,
masalah kesehatan gigi dan mulut, serta parents, teachers and the student’s
perawatannya secara berkesinambungan. Hal academic achievement and happiness.
ini membuat mereka memahami akibatnya EJSR 2012; 78(3): 488-497.
apabila mengabaikan kesehatan gigi dan 6. Muirhead V, Locker D. Canadian dental
mulut, sehingga dapat memotivasi mahasiswa students’ perceptions of stress. JCDA
Kedokteran Gigi untuk menjaga kebersihan 2007; 73(4): 323-323e.
gigi dan mulut. Hal-hal tersebutlah yang 7. Pfeiffer D. Academic and environtmental
stress among undergraduate and graduate

121
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

college students: a literature review. among 15 to 19 year-old students in


Menomonie: University of Wisconsin- Manaus, AM, Brazil. Braz Oral Res
Stout, 2001. 29 pp. Thesis. 2009; 23(3): 248-254.
8. Nandamuri PP, Ch G. Sources of 16. Ababneh KT, Hwaij ZMFA, Khader YS.
academic stress – a study on management Prevalence and risk indicators of
students. JMS 2011; 1: 31-42. gingivitis and periodontitis in a multi-
9. Johannsen A, Bjurshammar N, Gustaffson centre study in North Jordan: a cross
A. The influence of academic stress on sectional study. BMC Oral Health 2012;
gingival inflammation. Int J Dent 12(1): 1-8.
Hygiene 2010; 8: 22-27. 17. Deinzer R, Hilpert D, Bach K, Schwacht
10. Dumitrescu AL, Toma C, Lascu V. M, Herforth A. Effects of academic stress
Evaluation of inter-relationship between on oral hygiene – a potential link between
behavioral inhibition, behavioral stress and plaque associated disease?. J
activation, avoidance, daily stressor and Clin Periodontol 2001; 28: 459-464.
oral health. Rom J Intern Med 2010; 18. Sun J, Dunne MP, Hou X, Xu A.
48(3): 281-290. Educational stress scale for adolescents:
11. American Academy of Pediatric development, validity, and reliability with
Dentistry. Treatment of plaque-induced Chinese students. JPA 2011; 29(6):534-
gingivitis, chronic periodontitis, and other 546.
clinical conditions. Pediatric Dentistry 19. Hamissi J, Kakaei S, Hamissi H.
2011; 33(6): 307-316. Psychological Stres and Periodontal
12. Cope G. Gingivitis: symptoms, causes Disease. Pakistan Oral Dent J 2010;
and treatment. Dental Nursing 2011; 7(8): 30(2): 464-467.
436-439. 20. Dabrowska E, Letko R, Balunowska M.
13. Fiorellini JP, Kim DM, Uzel NG. Clinical Assessment of dentition status and oral
features of gingivitis. In: Newman MG, hygiene in first year dental students,
Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Medical University of Bialystok.
Carranza’s Clinical Periodontology. 11th Advances in Medical Sciences 2006; 51:
ed. St.Louis: Elsevier Saunders, 2012. p. 104-105.
76-83. 21. Kumar S, Busaly IA, Tadakamadla J,
14. Lang NP, Schätzle MA, Löe H. Gingivitis Tobaigy F. Attitudes of dental and
as a risk factor in periodontal disease. J pharmacy students to oral health
Clin Periodontol 2009; 36: 3-8. behaviour at Jazan University, Kingdom
15. Rebelo MAB, Lopes MC, Vieira JMR, of Saudi Arabia. Arch Orofac Sci 2012;
Parente RCP. Dental caries and gingivitis 7(1): 9-13.

122
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

GAMBARAN PENGGUNAAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS


(INFORMED CONSENT) OLEH DOKTER GIGI MUDA DI RSGM UNSYIAH

AN OVERVIEW OF THE USE OF INFORMED CONSENT


BY FRESH DENTIST AT RSGM UNSYIAH

Herwanda, Liana Rahmayani, Sarah Fadhilla

Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah

ABSTRAK
Informed consent merupakan persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan
dengannya. Pentingnya mendapatkan informed consent dalam kedokteran gigi semakin diakui untuk
membuat rasa aman dalam tindakan medis pada pasien dan sebagai pembelaan diri terhadap
kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari pasien atau keluarganya apabila timbul akibat yang
tidak dikehendaki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran penggunaan
persetujuan tindakan medis (informed consent) oleh dokter gigi muda di RSGM Unsyiah. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Metode pengambilan subjek
dilakukan dengan teknik total sampling yang melibatkan 259 subjek yang merupakan dokter gigi
muda di RSGM Unsyiah. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk mengetahui
gambaran penggunaan informed consern oleh dokter gigi muda di RSGM Unsyiah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa subjek penelitian yang menggunakan informed consent dengan kriteria baik
adalah sebanyak 246 orang (95,0%), kriteria sedang sebanyak 12 orang (4,6%), dan kriteria buruk
sebanyak 1 orang (0,4%).
Kata Kunci: Informed Consent, Dokter Gigi Muda, RSGM Unsyiah

ABSTRACT
The doctors and health institutions in the decision of informed consent usually ask patients to signing
an informed consent. Informed consent is approved by patients or their families on the basis of
information about the disease, the medical action, what to do, and the risks associated with it. The
importance of getting informed consent in dentistry is increasing recognized to create a sense of
security in a medical procedure to patient and as a defense against possible claims or lawsuits from
patients or their families if arising from unintended. The purpose of this study to know description of
using informed consent among young dentist at the Dental Hospital of unsyiah.This study is a
descriptive study with cross-sectional study approach.The method of subject selection was done by
purposive sampling method involved 259 subject which is young dentists in the Dental Hospital of
unsyiah. This study used a questionnaire as a measure to describe the use of Informed Consent among
young dentist at the Dental Hospital of Syiah Kuala University. The result of this study showed that
young dentists was using informed consent with good criteria 246 persons (95.0%), fair criteria 12
persons (4.6%), and poor criteria only 1 person (0.4%).
Keywords: Informed consent, young dentist, dental hospital of Unsyiah

123
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

PENDAHULUAN dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara


Informed consent berasal dari dua kata, tertulis maupun lisan, persetujuan
yaitu informed yang berarti telah mendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
penjelasan atau informasi dan consent yang setelah pasien mendapat penjelasan yang
berarti persetujuan atau memberi izin.1 diperlukan tentang perlunya tindakan
Informed consent merupakan persetujuan yang kedokteran dilakukan.7
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas Pasal 3 menyatakan bahwa setiap
dasar penjelasan mengenai tindakan medis tindakan kedokteran yang mengandung risiko
yang akan dilakukan terhadap dirinya serta tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis
resiko yang berkaitan dengannya.2 yang ditandatangani oleh yang berhak
Pentingnya mendapatkan informed memberikan persetujuan, tindakan kedokteran
consent dalam kedokteran gigi semakin diakui yang tidak termasuk dalam ketentuan
untuk membuat rasa aman dalam tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
medis pada pasien dan sebagai pembelaan diri diberikan dengan persetujuan lisan,
terhadap kemungkinan adanya tuntutan atau persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud
gugatan dari pasien atau keluarganya apabila pada ayat (1) dibuat dalam bentuk pernyataan
timbul akibat yang tidak dikehendaki.3 yang tertuang dalam formulir khusus yang
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor dibuat untuk itu, persetujuan sebagaimana
585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan dalam
Tindakan Medis Pasal 1 sub (a) menyatakan bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan
bahwa Persetujuan tindakan medis (informed menganggukkan kepala yang dapat diartikan
consent) adalah persetujuan yang diberikan sebagai ucapan setuju, dalam hal persetujuan
oleh pasien atau keluarganya atas dasar lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud
penjelasan mengenai tindakan medis yang pada ayat (2) dianggap meragukan, maka
akan dilakukan terhadap pasien tersebut.4 dapat dimintakan persetujuan tertulis.7
Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran Menurut pengertian di atas terlihat
gigi yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dengan jelas bahwa Informed consent
pasien harus mendapatkan persetujuan, hal dilakukan sebelum pasien terikat perjanjian
tersebut diatur dalam Pasal 45 Undang- terapeutik, karena selayaknya pasien
Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Praktik mendapatkan informasi terlebih dahulu
Kedokteran. Persetujuan tersebut dilakukan mengenai perawatan. Informed consent
setelah pasien mendapat penjelasan secara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
lengkap dari dokter mengenai diagnosis dan perjanjian. Keberadaan informed consent pada
tata cara tindakan medis, tujuan tindakan hakikatnya merupakan penerapan asas setiap
medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain manusia mempunyai hak untuk berperan serta
dan resikonya, resiko dan komplikasi yang dalam mengambil keputusan menyangkut
mungkin terjadi dan prognosis terhadap dirinya sendiri. Asas ini dapat dijabarkan atas
tindakan yang dilakukan.5 dua bagian yaitu pasien harus mempunyai
Informed consent dapat dinyatakan informasi yang cukup untuk mengambil
secara lisan dan tertulis. Persetujuan lisan keputusan mengenai perawatan terhadap
dimana pasien menyatakan persetujuan pasien dirinya dan pasien harus memberikan
yang dinyatakan secara verbal dan tidak persetujuan atas perawatan terhadapnya, baik
menandatangani dalam bentuk tertulis, secara lisan maupun tulisan.8
sedangkan persetujuan tertulis diperlukan Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah
dalam kasus intervensi luas yang melibatkan rumah sakit yang menyelenggarakan
resiko dimana anastesi atau sedasi digunakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang juga
sebagai restoratif, prosedur invasif atau digunakan sebagai sarana prasarana proses
pembedahan, pemberian obat dengan risiko pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi
tinggi.6 profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan
Peraturan menteri kesehatan RI No. tenaga kesehatan lainnya, dan terikat melalui
290/Menkes/Per/III/2008 tentang persetujuan kerja sama dengan Fakultas Kedokteran
tindakan kedokteran dinyatakan dalam pasal 2 Gigi.9,10
dan 3 yaitu Semua tindakan kedokteran yang
akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat peretujuan, persetujuan sebagaimana

124
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

BAHAN DAN METODE setelah atau sebelum dokter gigi muda


Jenis penelitian yang digunakan adalah melakukan perawatan pada pasien.
penelitian deskriptif. Desain penelitian yang Selanjutnya, peneliti menjelaskan maksud dan
digunakan adalah cross sectional. Penelitian tujuan peneliti. Jika subjek bersedia, peneliti
cross sectional merupakan pengamatan yang meminta subjek untuk menandatangani
dilakukan dalam satu waktu atau satu periode Informed consent dan menjelaskan prosedur
tertentu dengan ciri setiap subjek hanya pengisian kuisioner kepada subjek penelitian,
diamati atau diperiksa satu kali dalam satu kemudian peneliti meminta subjek untuk
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di mengisi kuisioner yang telah disediakan.
RSGM Unsyiah pada bulan Agustus 2016. Setelah subjek selesai mengisi kuisioner,
Populasi dalam penelitian ini adalah peneliti akan mengumpulkan kuisioner yang
seluruh dokter gigi muda di RSGM Unsyiah telah diisi untuk melakukan analisis data.
gelombang 13-22 yang berjumlah 293 orang.
Subjek penelitian adalah dokter gigi muda di HASIL PENELITIAN
RSGM Unsyiah yang memenuhi kriteria Tabel 5.1. Distribusi Penggunaan Persetujuan
inklusi. Penentuan besar subjek dilakukan Tindakan Medis Berdasarkan Jenis Kelamin
dengan teknik total sampling yang sesuai Kategori Jumlah Subjek Persentase
dengan kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi (N) (%)
subjek penelitian yaitu seluruh dokter gigi Laki-laki 43 16,6
muda gelombang 13-22 yang sedang
mengikuti kepaniteraan klinik di RSGM Perempuan 216 83,
Unsyiah, dokter gigi muda yang bersedia
Total 259 100,0
menjadi subjek penelitian.

ALAT DAN BAHAN PENELITIAN Berdasarkan tabel 5.1. di atas dapat


Pada penelitian ini alat dan bahan dilihat bahwa subjek dalam penelitian ini
yang digunakan adalah sebagai berikut: alat sebanyak 259 orang dengan perempuan
tulis, lembar informed consent dan lembar berjumlah 216 orang (83,4%) dan laki-laki 43
kuisioner. orang (16,6%). Dari hasil penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek
PENGUMPULAN DATA dalam penelitian ini adalah perempuan.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Tabel 5.2. Gambaran Penggunaan Persetujuan
Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Tindakan Medis (Informed Consent)
Syiah Kuala Banda Aceh pada tanggal 15-30 Kategori Jumlah Subjek Persentase
Agustus 2016. Jenis penelitian yang digunakan (N) (%)
pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif Baik 246 95,0
dan subjek penelitian diambil dengan teknik
total sampling dengan jumlah seluruh dokter Sedang 12 4,6
gigi muda gelombang 13-22 di RSGM
Buruk 1 0,
Unsyiah sebanyak 293 orang, namun dokter
gigi Muda yang bersedia menjadi subjek Total 259 100,0
penelitian dan memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 259 orang. Sebelum penelitian
dilakukan, dokter gigi muda yang memenuhi Berdasarkan tabel 5.2. menunjukkan
kriteria inklusi telah mengisi lembar bahwa subjek penelitian yang menggunakan
persetujuan menjadi responden. Penelitian informed consent dengan kriteria baik adalah
yang dilakukan adalah mengenai gambaran sebanyak 246 orang (95,0%), kriteria sedang
penggunaan informed consent oleh dokter gigi sebanyak 12 orang (4,6%), dan kriteria buruk
muda di RSGM Unsyiah. Teknik sebanyak 1 orang (0,4%). Dari hasil penelitian
pengumpulan data dilakukan dengan cara dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek
pembagian kuesioner. penelitian yang memberikan infomed consent
Pada saat penelitian, peneliti terlebih terhadap pasien di RSGM Unsyiah memiliki
dahulu mencari subjek sesuai dengan kriteria kriteria baik.
inklusi, kemudian meminta kesediaan waktu
dokter gigi muda menjadi subjek penelitian

125
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat
bahwa subjek yang tidak membutuhkan bahwa subjek yang tidak memberikan
persetujuan tindakan medis sebanyak 2 orang penjelasan sebelum melakukan informed
(0,8%) kadang-kadang 31 orang (12,0%) dan consent sebanyak 2 orang (0,8%), kadang-
subjek yang membutuhkan persetujuan kadang 21 orang (8,1) dan subjek yang
tindakan medis sebanyak 226 orang (87,3%). memberikan penjelasan sebanyak 236 orang
(91,1%). Dari hasil penelitian dapat
Tabel 5.3. Gambaran Kebutuhan Persetujuan
disimpulkan bahwa mayoritas subjek
Tindakan Medis di RSGM Unsyiah
Kategori Jumlah Subjek Persentase
penelitian di RSGM Unsyiah memberikan
(N) (%) penjelasan sebelum melakukan infomed
consent.
Tidak 2 0,8
Kadang-kadang 31 12,0 Tabel 5.6. Gambaran Kebutuhan Informed Consent
dalam Bedah Mulut
Ya 226 87,3 Kategori Jumlah Subjek Persentase
Total 259 100,0 (N) (%)
Tidak 5 1,9
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Kadang-kadang 22 8,5
bahwa mayoritas subjek penelitian di RSGM Ya 232 89,6
Unsyiah membutuhkan infomed consent.
Total 259 100,0
Tabel 5.4 Gambaran Kelengkapan Pengisian
Formulir Informed Consent di RSGM Unsyiah
Kategori Jumlah Subjek Persentase Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat
(N) (%) bahwa subjek yang tidak membutuhkan
informed consent dalam bedah mulut sebanyak
Tidak 8 3,1
5 orang (1,9%), kadang-kadang 22 orang
Kadang-kadang 72 27,8 (8,5%) dan yang membutuhkan informed
consent dalam bedah mulut sebanyak 232
Ya 179 69,1 orang (89,6%). Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa mayoritas subjek
Total 259 100,0
penelitian di RSGM Unsyiah membutuhkan
infomed consent dalam bedah mulut.
Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat
bahwa subjek yang tidak melakukan pengisian Tabel 5.7.Gambaran Persetujuan Tindakan Medis
formulir informed consent secara lengkap dari Pasien
sebanyak 8 orang (3,1%), kadang-kadang 72 Kategori Jumlah Subjek Persentase
orang (27,8%) dan subjek yang melakukan (N) (%)
pengisian secara lengkap sebanyak 179 orang Tidak 6 2,3
(60,1%). Dari hasil penelitian dapat Kadang-kadang 18 6,9
disimpulkan bahwa mayoritas subjek
Ya 235 90,7
penelitian di RSGM Unsyiah melakukan
pengisian formulir infomed consent secara Total 259 100,0
lengkap.
Tabel 5.5 Gambaran Pemberian Penjelasan Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa
sebelum Melakukan Informed Consent subjek yang tidak mendapatkan persetujuan
Kategori Jumlah Subjek Persentase tindakan medis dari setiap pasien yang dilakukan
(N) (%) perawatan adalah sebanyak 6 orang (2,3%),
Tidak 2 0,8 kadang-kadang 18 orang (6,9%) dan yang
Kadang-kadang 21 8,1 mendapatkan persetujuan dari setiap pasien
sebanyak 235 (90,7%). Dari hasil penelitian
Ya 236 91,1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek
Total 259 100,0 penelitian mendapatkan persetujuan tindakan
medis dari setiap pasien yang dilakukan
perawatan di RSGM Unsyiah.

126
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat orang tua dalam perawatan anak adalah
bahwa subjek yang tidak menggunakan sebanyak 3 orang (1,2%), kadang-kadang 47
persetujuan tindakan medis secara tertulis orang (18,1%) dan yang mendapatkan
adalah sebanyak 47 orang (18,1%), kadang- persetujuan orang tua dalam perawatan anak
kadang 113 orang (43,6%) dan yang sebanyak 209 orang (80,7%). Dari hasil
menggunakan persetujuan tindakan medis penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
secara tertulis sebanyak 99 orang (38,2%). mayoritas subjek di RSGM Unsyiah
Tabel 5.8. Gambaran Penggunaan Persetujuan melakukan persetujuan orang tua dalam
Tindakan Medis secara Tertulis informed consent perawatan anak.
Kategori Jumlah Subjek (N) Persentase
(%) Tabel 5.11. Gambaran Pemberian Penjelasan
Tidak 47 18,1 Prognosis Perawatan.
Kategori Jumlah Subjek Persentase
Kadang-
113 43,6 (N) (%)
kadang
Tidak 2 0,8
Ya 99 38,2
Total 259 100,0 Kadang-
23 8,9
kadang
Ya 234 90,3
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa subjek penelitian yang menggunkan Total 259 100,0
infomed consent secara tertulis sebanyak
38,2%. Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihat
Tabel 5.9. Gambaran Persetujuan Tindakan Medis bahwa yang tidak memberikan penjelasan
secara Lisan. prognosis sebelum melakukan informed
Kategori Jumlah Subjek Persentase consent adalah sebanyak 2 orang (0,8%),
(N) (%) kadang-kadang 23 orang (8,9%) dan yang
Tidak 2 0,8 melakukan penjelasan prognosis sebelum
melakukan informed consent sebanyak 234
Kadang-
kadang
45 17,4 orang (90,3%). Dari hasil penelitian dapat
Ya disimpulkan bahwa mayoritas subjek
212 81,9
penelitian di RSGM Unsyiah memberikan
Total 259 100,0 penjelasan prognosis sebelum melakukan
informed consent.
Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat Tabel 5.12.Gambaran Pemberian Penjelasan
bahwa yang tidak menggunakan persetujuan Resiko Perawatan
tindakan medis secara lisan adalah sebanyak 2 Kategori Jumlah Subjek Persentase
orang (0,8%, kadang-kadang 45 orang (17,4%) (N) (%)
dan yang menggunakan persetujuan tindakan Tidak 1 0,4
medis secara lisan sebanyak 212 orang (81,9). Kadang-
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 32 12,4
kadang
mayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiah Ya 226 87,3
menggunakan infomed consent secara lisan. Total 259 100,0
Tabel 5.10. Gambaran Persetujuan Orang Tua
dalam Perawatan Anak Berdasarkan tabel 5.12. dapat dilihat
Kategori Jumlah Subjek Persentase bahwa yang tidak memberikan penjelaskan
(N) (%) resiko yang akan terjadi sebelum melakukan
Tidak 3 1,2 tindakan medis adalah sebanyak 1 orang
Kadang- (0,4%), kadang-kadang 32 orang (12,4%) dan
47 18,1
kadang yang memberikan penjelasan sebelum
Ya 209 80,7 tindakan medis sebanyak 226 orang (87,3%).
Total Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
259 100,0
mayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiah
memberikan penjelasan resiko yang akan
Berdasarkan tabel 5.10. dapat dilihat terjadi sebelum melakukan informed consent.
bahwa yang tidak mendapatkan persetujuan

127
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

PEMBAHASAN menangani pasien dan faktor pasien yang


Setiap tindakan medis diperlukan diberikan informed consent tersebut.12
informed consent, yaitu persetujuanyang Di Indonesia hasil kajian tim
diberikan pasien atau keluarganya Manajemen Patient Safety untuk pelayanan
berdasarkanpenjelasan mengenai tindakan rumah sakit diperoleh informasi bahwa
medis yang akan dilakukanterhadap pasien pemberian informed consent di berbagai
tersebut.10 institusi pelayanan kesehatan belum dilakukan
Berdasarkan penjelasan Peraturan dengan optimal, sebagian besar petugas
Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. kesehatan hanya meminta pasien dan keluarga
290/ MENKES/PER/ III/ 2008, informed untuk menandatangani lembar informed
consent adalah pernyataan sepihak pasien atau consent tanpa memberikan penjelasan secara
yang sah mewakilinya yang isinya berupa rinci, kondisi ini tentunya sangat berpengaruh
persetujuan atas rencana tindakan kedokteran terhadap pengetahuan pasien dan keluarga,
atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter pengetahuan yang kurang baik dari pasien dan
atau dokter gigi, setelah menerima informasi keluarga tentunya berpotensi menimbulkan
yang cukup untuk dapat membuat persetujuan permasalahan jika seandainya terjadi hal-hal
atau penolakan.30 Dalam hal ini,yang wajib yang tidak diinginkan.13
memberikan informasi adalah dokter yang Tabel 5.3 menunjukkan bahwa
hendak melakukan tindakan medis karena mayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiah
dokter tersebut yang mengetahui kondisi membutuhkan infomed consent yaitu mencapai
pasien serta hal-hal yang berkaitan dengan 87,3%. Hal ini sesuai dengan penelitian Sri
tindakan medis yang akan dilakukan, termasuk Wahyuni (2015) di Rumah Sakit Umum
dokter gigi muda yang melakukan pelayanan Gunung Jati Kota Cirebon yang menunjukkan
kesehatan di RSGM Unsyiah.11 bahwa 90% subjek membutuhkan persetujuan
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa total tindakan medis dalam perawatan.14 Surat
subjek dalam penelitian ini berjumlah 259 persetujuan tindakan medis merupakan
orang dengan 83,4% subjeknya adalah pedoman atau perlindungan hukum yang
perempuan atau sebanyak 216 orang. Hal ini mengikat karena didalamnya terdapat catatan
dapat dihubungkan dengan jumlah dokter gigi tentang tindakan, pelayanan, waktu, tanda
muda gelombang 13-22 di RSGM Unsyiah tangan yang merawat dan tanda tangan pasien
yang lebih banyak perempuan dibanding laki- yang bersangkutan.15Menurut asumsi peneliti,
laki, yaitu perempuan sebanyak 228 orang dan informed consent diperlukan di RSGM
laki-laki sebanyak 65 orang dengan total Unsyiah karena RSGM Unsyiah merupakan
seluruhnya adalah sebanyak 293 orang. salah satu pusat pelayanan kesehatan gigi dan
Tabel 5.2. menunjukkan bahwa mulut yang dalam perawatannya dapat
mayoritas subjek penelitian yang menimbulkan resiko, baik resiko yang ringan
memberikaninfomed consent terhadap pasien hingga berat. Dengan adanya informed consent
di RSGM Unsyiah memiliki kriteria baik yaitu tersebut, maka rumah sakit sebagai pusat
mencapai 95%. Hal ini sesuai dengan pelayanan kesehatan dan dokter sebagai
penelitian Realita (2014) di Rumah Sakit Islam praktisi yang memberikan pelayanan
Sultan Agung Semarang yang menunjukkan kesehatan tersebut dapat lebih aman dalam
bahwa dari 9 responden terdapat 5 responden melaksanakan perawatan sehingga rumah sakit
yang melakukan persetujuan tindakan medis, 1 maupun dokter terlindung dari tuntutan pasien
responden kadang memberikan persetujuan atas hal-hal yang tidak dikehendaki.
tindakan medis dan 3 responden tidak Tabel 5.4. menunjukkan bahwa
memberikan persetujuan tindakan medis mayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiah
sebelum melakukan tindakan kedokteran. melakukan pengisian formulir informed
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa consent secara lengkap yaitu sebanyak 60,1%.
mayoritas dokter yang melakukan pelayanan Hal ini sesuai dengan penelitian yang
kesehatan memberikan informed consent dilakukan di Rumah Sakit Umum Bedah
sebelum dilakukan perawatan. Kepatuhan Surabaya (2013) menunjukkan bahwa yang
penggunaan informed consent dapat mengisi formulir Informed consent secara
dihubungkan dengan beberapa faktor seperti lengkap sebanyak 70,84%.16Menurut peneliti
faktor sistem pelaksanaan informed consent hal tersebut dapat dihubungkan dengan
yang ada di rumah sakit, faktor dokter yang kurangnya arahan dari dokter kepada pasien

128
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

mengenai pengisian informed consent serta penelitian Avramova (2011) penggunaan


kurangnya pemahaman pasien mengenai informed consent terbanyak adalah pada
pentingnya informed consent sehingga perawatan bedah mulut.21Menurut asumsi
menghambat pelaksanaan pengisian informed peneliti perawatan bedah mulut banyak
consent tersebut. Indikator informed consent mengunakan informed consent karena
yang lengkap adalah kelengkapan nama dan perawatan bedah mulut memiliki banyak
tanda tangan oleh dokter dan keluarga pasien. resiko dan komplikasi akibat perawatannya.
Keterangan waktu dan jenis tindakan juga Informed consentselalu diperlukanuntuk setiap
tidak kalah pentingnya dalam pengisian tindakan medis baik yang bersifat diagnostik
lembar informed consent, karena hal ini dapat maupun terapeutik. Tindakan pembedahan
menjelaskan kapan dan apa tindakan medis merupakan tindakan yang berisiko baik
yang dilakukan terhadap pasien.Kelengkapan terhadap pasien maupun terhadap operator
isi informed consent harus memuat data yang beserta staf. Risiko yang sering terjadi adalah
lengkap, sehingga pasien,dokter, dan rumah kontaminsasi mikroorganisme baik bakteri
sakit dapat mencegah terjadinyakasus-kasus maupun virus. Penularan dapat melalui darah,
hukum. Apalagi sekarang ini banyak terjadi saliva, instrumen pembedahan. Selain
malpraktek sehingga membuat pasien merasa kontaminasi mikroorganisme juga terdapat
waswas terhadap kasus tersebut.17 komplikasi selama pembedahan dari
Tabel 5.5. menunjukkan bahwa komplikasi ringan sampai kepada kematian
mayoritas subjek penelitian yang memberikan pasien. Dengan adanya resiko dan komplikasi
penjelasan sebelum melakukan informed dari perawatan tersebut, maka informed
consent memiliki kriteria baik 91,1%. Hal ini consent ini dibutuhkan dalam perawatan bedah
sesuai dengan penelitian Ivvana (2005) di mulut.22
Rumah Sakit Umun Adam Malik Medan yang Tabel 5.7. menunjukkan bahwa
mayoritas subjeknya memberikan informasi mayoritas subjek penelitian mendapatkan
sebelum melakukan tindakan, yaitu sebanyak persetujuan dari setiap pasien yaitu sebanyak
31 orang (96,9%).18 Penelitian Pratita (2013) 90,7%. Menurut asumsi peneliti, persetujuan
juga menunjukkan bahwa sebanyak 15 dari pasien didasarkan atas informasi yang
responden (100%) selalu diberikan informasi diberikan oleh dokter. Dengan penjelasan yang
yang lengkap sebelum melakukan tindakan lengkap oleh dokter, pasien dapat menentukan
medis.19 Informasi medis harus sendiri keputusannya sesuai dengan pilihan dia
dikomunikasikan dengan pasien atau keluarga sendiri (informed decision) karena pasienjuga
pasien dengan baik, agar pasien dan keluarga berhak menolak tindakan medis yang
paham dengan kondisi kesehatannya dan sadar dianjurkan.23
dengan keputusannya untuk menerima atau Jenis informed consent dapat dinyatakan
menolak diberikan tindakan medis. Joffe secara lisan dan tertulis. Persetujuan lisan
dalam penelitiannya menyatakan bahwa merupakan persetujuan pasien yang
pemberian informasi medis secara jelas dan dinyatakan secara verbal dan tidak
lengkap membuat pasien merasa puas akan ditandatangani dalam bentuk tertulis,
pelayanan. Kurangnya penjelasan informasi sedangkan persetujuan tertulis membutuhkan
berakibat pada ketidakpahaman pasien tentang tanda tangan dan diperlukan dalam kasus
kondisinya dan jika terjadi kesalahan pada saat intervensi yang luas melibatkan resiko seperti
tindakan, pasien dapat saja beranggapan anastesi atau sedasi, perawatan restoratif,
bahwa dirinya adalah korban malpraktik. prosedur invasif atau pembedahan, pemberian
Dengan adanya persetujuan tersebut maka obat dengan risiko tinggi.6
informed consent tersebut dapat dijadikan Tabel 5.8. menunjukkan bahwa
sebagai suatu bukti bahwa pasien telah mayoritas subjek penelitian yang melakukan
memberikan persetujuannya dan dapat informed consent secara tertulis yaitu
dijadikan sebagai bukti jika pasien atau sebanyak 38,2%. Hal ini sesuai dengan
keluarga menuntut terhadap perawatan yang penelitian Nadia (2011) yang menunjukkan
telah dilakukan.18 bahwa sebanyak 37,5% subjek penelitiannya
Tabel 5.6. menunjukkan bahwa menggunakan informed consenttertulis
mayoritas subjek penelitian yang sebelum melakukan perawatan.21 Penelitian
membutuhkan informed consent dalam bedah Kotrashetti et al (2010) juga menunjukkan
mulut yaitu sebanyak 89,6%. Menurut bahwa sebanyak 54% responden menggunakan

129
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

informed consent tertulis.24 Menurut Fisher terjadi sebelum melakukan informed consent
dan Oransky (2008), pentingnya informed memiliki kriteria baik 87,3%.
consent tertulis diperlukan untuk melepaskan
instansi rumah sakit dari tanggungjawab KESIMPULAN
hukum.18 Berdasarkan penelitian yang telah
Tabel 5.9. menunjukkan mayoritas dilakukan dengan jumlah subjek sebanyak 259
subjek penelitian menggunakan informed orang di RSGM Unsyiah, maka dapat
consent secara lisan yaitu sebanyak 81,9%. disimpulkan bahwa mayoritas tingkat
Hal ini sesuai denga penelitian Yudha (2015) pengetahuan dokter gigi muda terhadap
yang menunjukkan bahwa dari 20 tindakan, penggunaan informed consent di Rumah Sakit
seluruhnya menggunakan persetujuan tindakan Gigi dan Mulut Unsyiah kriteria baik adalah
secara lisan yang diberikan oleh pasien sebanyak 246 orang (95,0%), kriteria sedang
sebelum dokter melakukan tindakan. Hal sebanyak 12 orang (4,6%), dan kriteria buruk
tersebut dapat dihubungkan dengan jumlah sebanyak 1 orang (0,4%).
pasien yang banyak, tindakan yang harus
dilakukan dengan segera dan membutuhkan DAFTAR PUSTAKA
waktu untuk meminta tanda tangan sehingga 1. Farelya G, Nurrobikha. Etikolegal dalam
umumnya dokter menggunakan informed Pelayanan Kebidanan. Ed. 1.
consent secara lisan.25 Dengan memberikan Yogyakarta: Deepublish. 2015. P. 48.
informasi yang cukup dan jelas pada pasien 2. Kinanti AD, Permatasari DA, Shinta DC.
dapat membantu pasien dan keluarga dalam Urgensi penerapan Mekanisme Informed
mengambil keputusan apakah pasien dan Consent untuk Mencegah Tuntunan
keluarga bersedia untuk menerima Malpraktik dalam Perjanjian Terapeutik.
pengobatan atau menolak.18 Privat Law 2015;3(2):109-13.
Tabel 5.10. menunjukkan bahwa 3. Juliawati M. Pentingnya Surat
mayoritas subjek dalam penelitian melibatkan Persetujuan Tindakan Medik (Informed
orang tua dalam informed consent perawatan Consent) pada Praktek Dokter Gigi.
anak memiliki kriteria baik 80,7%. Hal ini Jurnal PDGI 2014;63(2):46-53.
sesuai dengan Avramova et al. (2011) 4. Kumpulan Peraturan Perundangan
menunjukkan bahwa sebanyak 70 responden Tentang Praktik Kedokteran, Undang-
(87.5%) meminta persetujuan orang tua Undang Republik Indonesia Nomor 29
sebelum perawatan anak pada semua kasus, 7 Tahun 2004. Yogyakarta: Pustaka
responden (8,75%) hanya pada kasus tertentu Yustisia. 2006. P. 179.
saja dan 3 responen (3,75%) tidak meminta 5. Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran
persetujuan orang tua. Berdasarkan penelitian dan Hukum Kesehatan. Ed. 4. Jakarta:
sebelumnya juga menunjukkan sebanyak 90% EGC. 2008. P. 74-5.
responden mendapatkan persetujuan dari orang 6. Kakar H, Gambhir RS, Singh S, Kaur A,
tua pada perawatan anak.21 Nanda T. Informed Consent Corner
Berdasarkan pasal 45 ayat 3 Undang- Stone in Ethical Medical and Dental
Undang Nomor 29 Tahun 2004 menyebutkan Practice. J Family Med Prim Care
bahwa penjelasan informed consent yang harus 2014;3(1):68-71.
diberikan kepada pasien mencakup yaitu 7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan Tentang Persetujuan Tindakan
tindakan medis yang dilakukan, alternatif Kedokteran. Undang-Undang Republik
tindakan lain dan resikonya, resiko dan Indonesia Nomor 290 Tahun 2008.
komplikasi yang mungkin terjadi dan 8. Iskandar D. Rumah Sakit, Tenaga
prognosis tindakan yang dilakukan.5 Kesehatan, dan Pasien. Jakarta: Sinar
Tabel 5.11. menunjukkan bahwa Grafika. 1998. P. 62-4.
mayoritas subjek dalam penelitian di RSGM 9. Patel JY. Astudy on Evaluation of Patient
Unsyiah memberikan penjelasan prognosis Satisfaction with of Dental Health
sebelum melakukan informed consent Services andSatisfaction among
memiliki kriteria baik 90,3%. Dan pada tabel Adolescent Females in Riyadh City. The
tabel 5.12. menunjukkan bahwa mayoritas Saudi Dental Journal 2010;22:19-25.
subjek penelitian di RSGM Unsyiah 10. Oktarina. Kebijakan Informed Consent
memberikan penjelasan resiko yang akan dalam Pelayanan Gigi di Indonesia.

130
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

Jurnal Manajemen Pelayanan Orthopedi. Jurnal Manajemen Informasi


Kesehatan2010;13(1):3-8. Kesehatan Indonesia 2015;3(2):81-8.
11. Darmini N, Widyaningtyas RS. Informed 18. Wardani I. Gambaran Kelengkapan
Consent atas Tindakan Kedokteran di Informed Consent pada Tindakan Operasi
Rumah Sakit Grhasia Pakem Yogyakarta. yang Dilakukan di RSUP H.ADAM
Mimbar Hukum 2014;26(7):234-46. Malik Medan. FKM USU. P.20. Skripsi.
12. Realita F. Implementasi Persetujuan 19. Pratita D. Tinjauan Pelaksanaan Prosedur
Tindakan Medik (Informed Consent) pada Informed Consent Pasien Bedah Ortopedi
Kegiatan Bakti Sosial Kesehatan di di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
Rumah Sakit Islam Sultan Agung FK UDINUS 2013. P. 31. Karya Tulis
Semarang. Jurnal Involusi Kebidanan Ilmiah.
2014;4(7):25-39. 20. Satiti YR, Derwanto A, Susilo H.
13. Kustiawan R, Lesharini E. Pengalaman Penyampaian Informasi oleh Perawatan
Pemberian Informed Consent Tindakan dalam Persetujuan Tindakan Medis di
Pembedahan pada Pasien Pre Operatif Rumah Sakit: Permasalahn dan Solusi.
Elektif di Ruang IIIA RSU Kota Jurnal Kedokteran Brawijaya
Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti 2015;20(2):169-73.
Tunas Husada 2014;11(1):68-80. 21. Ikatan Alumni Universitas Indonesia
14. Wahyuni S. Pengaruh Pemberian Fakultas Kedokteran Tahun 1983.
Persetujuan Tindakan Medis (Informed Kesehatan dan Ilmu Kedokteran. 2010.
Consent) Kasus Pembedahan Terhadap www.ilunifk83.com/t143p15-Informed–
Pemahaman Tentang Tindakan Medis Consent.
pada Pasien Post Operasi di Ruang 22. Kasim A, Riawan L. Materi Kuliah Bedah
Mawar RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Dento Alveolar. Bandung: Universitas
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan padjajaran 2007. P .1-7.
MEDISINA AKPER YPIB Majalengka 23. Oktarina. Kebijakan Informed Consent
2015;1(2):1-12. dalam Pelayanan Gigi di Indonesia. Jurnal
15. Naili YT, Sumarni T. Studi Kelengkapan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Persetujuan Tindakan Medik di Rumah 2010;13(1):3-8.
Sakit Umum Ajibarang Kabupaten 24. Kotrashetti V, KleAD, Hebbal M,
Banyumas.pdf. Hallikerernth SR. Informed Consent: a
16. Rohmah M, Supriyanto S. Kepatuhan Surve of General Dental Practitioners in
Petugas Kesehatan dalam Kelangkapan Belgaum City. Indian Journal of Medical
Pengisian InformedConsent. Jurnal Ethics 2010;7(2):90-4.
Administrasi Kesehatan Indonesia 25. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
2014;2(2):128-37. Tentang Praktik Kedokteran. Undang-
17. Herfiyanti L. Kelengkapan Informed Undang Republik Indonesia Nomor 29
Consent Tindakan Bedah Menunjang Tahun 2004.
Akreditasi JCI Standar HPK 6 Pasien

131
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

DAMPAK MALOKLUSI GIGI ANTERIOR PROTRUSIF TERHADAP


STATUS PSIKOSOSIAL REMAJA USIA 15-17 TAHUN MENGGUNAKAN
INDEKS PIDAQ (STUDI PADA 4 SMAN BANDA ACEH)

IMPACT OF SEVERAL ANTERIOR PROTRUSIVE MALOCCLUSION


CHARACTERISTIC ON THE PSYCHOSOCIAL STATUS OF
ADOLESCENCE AGED 15-17 YEARS BY USING PIDAQ INDEX (STUDY
IN 4 SENIOR HIGH SCHOOL BANDA ACEH)

Rafinus Arifin, Sunnati, Rizky Kurniawan siregar

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

Abstrak
Maloklusi adalah suatu anomali yang menyebabkan gangguan fungsi oral dan estetika serta
memerlukan perawatan jika sudah mengganggu seseorang baik secara fisik maupun emosional. Masa
remaja adalah masa dimana seseorang mencari jati diri sehingga penampilan wajah dan gigi-geligi
sangat berpengaruh dengan hubungan sosial remaja tersebut. Berbagai penelitian telah menemukan
maloklusi gigi anterior atas berdampak negatif terhadap status psikosial sosial remaja. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak maloklusi gigi anterior protrusif terhadap status
psikososial remaja di Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dan
pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Sampel penelitian berasal dari empat
SMA Negeri Banda Aceh yaitu SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3 serta SMAN 4, dengan total subjek 108
siswa. Kepada subjek diberikan kuisioner PIDAQ untuk mengetahui dampak maloklusi gigi anterior
protrusif terhadap status psikososial siswa tersebut. Data hasil penelitian tersebut kemudian dianalisis
menggunakan SPSS dengan metode Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan maloklusi gigi
anterior protrusif berdampak negatif terhadap status psikososial remaja, sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa semakin berat derajat keparahan maloklusi gigi anterior protrusif maka
semakin besar kemungkinannya berpengaruh terhadap status psikososial.
Kata kunci: maloklusi gigi anterior, status psikososial, PIDAQ

Abstract
Malocclusion is an anomaly caused oral function and aesthetics and required treatment if it disturbing
someone by physically and emotionally. Adolescence is a period of a person looking for identity so
that the appearance of the face and teeth are very influential regard to their social relations. Several
studies have found the role of upper anterior malocclusion in rendering negative impact on adolescent
psychosocial status. The aim of this research was to known the relation of anterior protrusive
malocclusion on psychosocial status of adolescent in Banda Aceh. This research is observational
analytic research and selection sample by purposive sampling. The sample of this research came from
four high school, there are SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3 and SMAN 4 with 108 total sample. Then
student asked to filling out the PIDAQ questionnaire to identify the relation of anterior protrusive
malocclusion on their psychosocial status. Data were analized by using SPSS (Chi-Square). The result
showed anterior protrusive malocclusion in rendering negative impact on adolescent psychosocial
status, so the conclusion of this study is that the more severety of the anterior protrusive malocclusion
the more likely effect on psychosocial status.
Keyword: anterior protrusive malocclusion, psychosocial status, PIDAQ

132
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

PENDAHULUAN peningkatan overjet atau gigi protrusif


Masa remaja merupakan masa transisi terhadap kualitas hidup seseorang dan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang keluarga mereka. Mereka menemukan bahwa
ditandai dengan perubahan fisik karena hal ini tidak hanya berdampak negatif terhadap
pubertas, perubahan kognitif, dan sosial.1 Pada kualitas kehidupan si anak saja, namun
remaja, penampilan wajah dan gigi-geligi kualitas hidup keluarga si anak juga
memiliki peran yang sangat penting dalam terpengaruh.11
pembentukan konsep dan harga diri.2 Estetika Psikososial terdiri dari dua aspek yang
dan susunan gigi-geligi yang kurang baik saling berkaitan satu sama lain, yakni aspek
dapat memberikan pengaruh yang besar bagi psikologis dan sosial. Aspek psikologis
remaja, terutama pada remaja menengah usia berkaitan dengan perkembangan kognitif dan
15-17 tahun. Hal ini dikarenakan pada fase ini emosi yang berhubungan dengan kemampuan
para remaja sangat memperhatikan penampilan belajar, mengingat, membaca, memahami, dan
mereka dan sudah sangat perhatian terhadap lainnya. Sedangkan aspek sosial berkaitan
lawan jenis.3,4 dengan kemampuan seseorang berinteraksi
Menurut Tarwoto et al (2010) maloklusi dengan orang lain.12 Penelitian mengenai
merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dampak maloklusi terhadap status psikososial
dan mulut yang sering dialami oleh remaja. remaja masih jarang dilakukan di luar negeri.
Namun, maloklusi bukanlah suatu penyakit, Namun salah satu penelitian tentang dampak
melainkan suatu keadaan dimana susunan gigi- maloklusi terhadap status psikososial remaja di
geligi atas maupun bawah tidak harmonis yang Brazil (Delcides et al) menyebutkan bahwa
berhubungan dengan bentuk rongga mulut makin berat derajat keparahan maloklusi,
ataupun lainnya yang memiliki efek pada maka semakin buruk dampaknya terhadap
psikologis seseorang.6 Penyebab terjadinya status psikososial remaja.5
maloklusi bisa disebabkan karena faktor Di Indonesia, khususnya di Banda Aceh
genetik, faktor lingkungan atau yang biasanya penelitian tentang dampak maloklusi gigi
terjadi adalah kombinasi dari kedua faktor anterior protrusif terhadap status psikososial
tersebut yang terjadi secara bersamaan remaja usia 15-17 tahun belum pernah
(multifaktor).7 Maloklusi dan deformitas gigi dilakukan, sehingga tidak diketahui secara
sangat mempengaruhi estetika dan fungsi. pasti apakah maloklusi gigi anterior protrusif
Penampilan gigi yang buruk seperti crowded dapat berdampak langsung terhadap status
parah pada gigi anterior, atau diastema psikososial remaja usia 15-17 di Banda Aceh.
mungkin dapat berpengaruh negatif pada Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk
penampilan dentofacial secara umum.8 mengetahui dampak karakteristik maloklusi
Susunan gigi geligi anterior yang tidak gigi anterior terhadap status psikososial remaja
rapi dapat dengan jelas terlihat saat usia 15-17 tahun di Banda Aceh.
berinteraksi dengan lawan bicara dan juga
mudah disadari keberadaannya karena terdapat BAHAN DAN METODE
pada bagian depan mulut. Hal ini sesuai Penelitian ini menggunakan metode
dengan peneltian yang dilakukan oleh observasional analitik untuk mengkaji dampak
Eduardo dan Carlos (2006) di Peru yang maloklusi gigi-geligi protrusif berdasarkan
menyimpulkan bahwa maloklusi gigi anterior tingkat keparahannya terhadap status
berpengaruh negatif terhadap penampilan psikososial remaja di Banda Aceh dengan
wajah dan psiokologis seorang remaja desain penelitian cross-sectional.
sehingga dibutuhkan perawatan orthodonti Populasi dari penelitian ini adalah
untuk mengembalikan estetika dan seluruh siswa dan siswi kelas 2 dari SMAN 1,
kepercayaan diri dari remaja tersebut.10 SMAN 2, SMAN 3 dan SMAN 4 Banda Aceh.
Maloklusi yang paling menonjol atau Sampel diambil secara random sampling.
paling banyak dalam sebuah penelitian adalah Besar sampel yang digunakan adalah jumlah
gigi anterior maksila protrusif, hal ini populasi siswa dan siswi dari kelas 2 SMAN 1,
dikarenakan gigi anterior protrusif sangat SMAN 2, SMAN 3 dan SMAN 4 Banda Aceh
mudah dan cepat untuk dikenali. Hal ini sesuai sebanyak 144 orang, Maka besar sampel
dengan yang dilakukan oleh Johan et al yang penelitian berdasarkan tabel Isaac & Michael
melakukan penelitian tentang aspek kesehatan dalam sugiyono (2007) dengan nilai presisi
gigi dan mulut dengan menilai dampak yang dipakai sebesar 5% atau 0,5 adalah

133
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

sebanyak 105 orang.30 Alat dan bahan yang Tabel 5.1. Karakteristik Responden
digunakan yaitu Lembar data kuisioner dan No. Karakteristik Jumlah Persentase
alat tulis. Kaca mulut dan prob, baki, kamera
autoklaf, Sarung tangan (Handscoon), masker, 1 Jenis Kelamin
alkohol 75% tisu. a. Laki-Laki 46 42,6%
Cara kerja penelitian dilakukan dengan b.Perempuan 62 57,4%
Jumlah 108 100%
cara pengumpulan data kemudian subjek yang
2 Umur
sesuai kriteria inklusi peneliti diberikan surat
a.15 Tahun 19 17,6%
permohonan persetujuan (informed consent). b.16 Tahun 40 37,0%
Subjek yang telah terpilih kemudian dilakukan c.17 Tahun 49 45,4%
pengukuran dengan menggunakan prob pada Jumlah 100%
saat subjek berada pada posisi didudukkan di
kursi dan posisi subjek menghadap ke peneliti Tabel 5.1. menunjukkan bahwa jumlah
dan kepala subjek setengah mengadah dengan keseluruhan dari sampel adalah 108 orang
kondisi subjek diinstruksikan untuk membuka dengan siswa laki-laki yang mengalami gigi
mulut serta menelan ludah agar posisi oklusi anterior protrusif baik ringan, sedang, maupun
subjek dalam keadaan oklusi sentrik. Setelah berat sebanyak 46 orang (42,6%), sedangkan
itu dilakukan pengelompokkan sesuai dengan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 62
tingkat keparahan dari maloklusi subjek. orang (57,4%). Dilihat dari tingkat umur,
Setelah itu kuisioner dibagikan kepada para paling banyak adalah umur 17 tahun yaitu 49
subjek penelitian dan diberikan penjelasan orang (45,4%), untuk umur 16 tahun sebanyak
mengenai cara pengisian kuisioner tersebut. 40 orang (37,0%), serta umur 15 tahun
Pengumpulan data kuisioner dengan penilaian sebanyak 19 orang (17,6%).
berdasarkan pertanyaan dari kuisioner PIDAQ
yang terdiri dari 23 pertanyaan. Setiap Tabel 5.2. Distribusi frekuensi maloklusi gigi
pertanyaan diisi menggunakan skala Likert, anterior protrusif berdasarkan tingkat keparahan
yaitu 0 untuk jawaban tidak setuju, 1 untuk pada remaja di empat SMA Negeri Banda Aceh
jawaban netral, 2 untuk jawaban setuju. No. Derajat Keparahan Jumlah Presentase
Setelah selesai pengisian seluruh pertanyaan Maloklusi Gigi
dari kuisioner maka dijumlahkan total skor Anterior
untuk pertanyaan dari masing-masing subjek 1 Ringan 63 58,3%
(gigi protrusif) jika skor 0-23 dikategorikan 2 Sedang 31 28,7%
tidak berdampak, jika skor 24-46 3 Berat 14 13,0%
dikategorikan berdampak. Jumlah 108 100%
Data yang telah diperoleh dari ketiga
kelompok dianalisis dengan menggunakan Tabel 5.2. menggambarkan distribusi
SPSS dengan melakukan pengujian chi-square frekuensi sampel berdasarkan karakteristik
untuk menganalisis dampak dari ketiga derajat keparahan maloklusi gigi anterior
variabel protrusif terhadap status psikososial. protrusif yang dialami oleh subjek. Dimana
Pengambilan keputusan ada tidaknya sebanyak 63 orang (58,3%) mengalami
hubungan berdasarkan nilai probabilitas. maloklusi protrusif ringan, kemudian sebanyak
Apabila nilai probabilitas (p-value) lebih besar 31 orang (28,7%) mengalami maloklusi
dari 0,05, maka Ho diterima, sedangkan jika p- protrusif sedang dan sebanyak 14 orang
value lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. (13,0%) mengalami maloklusi protrusif berat.

HASIL Tabel 5.3. Distribusi frekuensi maloklusi gigi


Penelitian ini dilakukan di SMAN 1, anterior protrusif ringan dengan status
psikososial remaja berdasarkan umur
SMAN 2, SMAN 3, dan SMAN 4 Banda
No. Umur Remaja Berdampak Tidak
Aceh. Siswa yang dijadikan sampel adalah
(protrusif Berdampak
murid kelas X dan XI. Total sampel adalah ringan)
108 siswa/i. Berdasarkan hasil penelitian dari 1 15 tahun 3(17,6%) 14(82,4%)
ke empat SMA Negeri Banda Aceh, diperoleh 2 16 tahun 2(9,5%) 19(90,5%)
gambaran mengenai karakteristik responden, 3 17 tahun 0(0%) 25(100%)
disajikan pada tabel berikut : Jumlah 5(7,9%) 58(92,1%)

134
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

Tabel 5.3. menggambarkan distribusi orang (10,0%) tidak berdampak pada status
status psikososial remaja umur 15, 16, dan 17 psikososial.
tahun pada maloklusi gigi anterior protrusif
ringan. Dimana pada umur 15 tahun yang Tabel 5.6. Distribusi frekuensi maloklusi gigi
berdampak sebanyak 3 orang (17,6%) dan 14 anterior protrusif terhadap status psikososial
orang (82,4%) tidak berdampak, pada umur 16 remaja laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis
tahun sebanyak 2 orang (9,5%) berdampak dan kelamin
19 orang (90,5%) tidak berdampak, serta pada Jenis Kelamin
umur 17 tahun tidak ada yang berdampak pada Remaja Tidak
No. Berdampak
(protrusif Berdampak
25 orang responden (100%).
ringan)
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi maloklusi gigi 1 Laki-laki 20(43,5%) 26(56,5%)
anterior protrusif sedang dengan status 2 Perempuan 18(29,0%) 44(71,0%)
psikososial remaja berdasarkan umur Jumlah 38(35,2%) 70(64,8%)
No. Umur Berdampak Tidak
Remaja Berdampak
(protrusif Tabel 5.6. menunjukkan pada kelompok
ringan) laki-laki terlihat lebih perbandingan yang tidak
1 15 Tahun 1(50%) 1(50%) terlalu signifikan antara yang berdampak dan
2 16 Tahun 11(73,3%) 4(26,7%) tidak berdampak yaitu sebanyak 20 orang
3 17 Tahun 8(57,1%) 6(42,9%) (43,5%) berdampak dan sebanyak 26 orang
Jumlah 20(64,5%) 11(35,5%) (56,5%) tidak berdampak. Namun terdapat
perbandingan yang signifikan antara yang
Tabel 5.4. menggambarkan distribusi berdampak dan tidak berdampak pada
status psikososial remaja umur 15, 16, dan 17 perempuan yaitu sebanyak 18 orang (29,0%)
tahun pada maloklusi gigi anterior protrusif berdampak dan sebanyak 44 orang (71,0%)
sedang. Dimana pada umur 15 tahun yang tidak berdampak terhadap status psikososial.
berdampak sebanyak 1 orang (50%) dan 1
orang (50%) tidak berdampak, pada umur 16 PEMBAHASAN
tahun sebanyak 11 orang (73,3%) berdampak Pada tabel 5.1. menunjukkan distribusi
dan 4 orang (26,7%) tidak berdampak, serta data primer mengenai jenis kelamin dan umur
pada umur 17 tahun sebanyak 8 orang (57,1%) pada setiap subjek. Terlihat pada karakteristik
berdampak dan 6 orang (42,9%) tidak jenis kelamin perempuan memiliki jumlah
berdampak pada status psikososial. yang lebih banyak yaitu 64 orang (57,4%)
dibandingkan laki-laki sebanyak 46 orang
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi maloklusi gigi (42,6%). Hal ini sejalan dengan penelitian
anterior protrusif berat dengan status psikososial Emad dan Mahmoud (2007) di Palestina yang
remaja berdasarkan umur dalam penelitiannya melihat tingkat prevalensi
No. Umur Berdampak Tidak maloklusi protrusif pada 79 subjek. Jumlah
Remaja Berdampak perempuan yang mengalami maloklusi
(protrusif protrusif memiliki distribusi yang lebih tinggi
ringan)
yaitu 54 subjek dibandingkan dengan jumlah
1 15 Tahun 1(100%) 0(0%)
laki-laki yaitu 25 subjek sehingga disimpulkan
2 16 Tahun 2(66,7%) 1(33,3%)
3 17 Tahun 9(90,0%) 1(10,0%)
prevalensi perempuan yang memiliki keadaan
Jumlah 12(85,7%) 2(14,3%) maloklusi protrusif lebih tinggi dibandingkan
laki-laki.31 Pada karakteristik umur terlihat
frekuensi yang tertinggi adalah pada umur 17
Tabel 5.5. menggambarkan distribusi
status psikososial remaja umur 15, 16, dan 17 tahun yaitu sebanyak 49 orang (45,4%), diikuti
pada umur 16 tahun sebanyak 40 orang
tahun pada maloklusi gigi anterior protrusif
(37,0%) serta umur 15 tahun sebanyak 19
berat. Dimana pada umur 15 tahun 100%
orang (17,6%). Hal ini disebabkan pada saat
berdampak karena hanya terdapat 1 subjek,
melakukan penelitian, peneliti berfokus pada
pada umur 16 tahun sebanyak 2 orang (66,7%)
pengambilan kriteria sampel berdasarkan
berdampak dan 1 orang (33,3%) tidak
pengalaman maloklusi daripada pengambilan
berdampak, serta pada umur 17 tahun
subjek berdasarkan sebaran umur.
sebanyak 9 orang (90,0%) berdampak dan 1

135
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

Pada tabel 5.2. menunjukkan sebaran laki lebih berpengaruh terhadap status
derajat keparahan maloklusi protrusif di empat psikososial. Hal ini sesuai dengan penelitian
SMAN di Banda Aceh. Pada tabel tersebut Arsie (2012) yang lakukan di Jakarta bahwa
menunjukkan bahwa jumlah tertinggi untuk laki-laki memiliki dampak psikososial dalam
derajat keparahan maloklusi protrusif adalah bidang estetika yang lebih besar dibanding
protrusif ringan sebanyak 63 orang (58,3%), perempuan. Dalam penelitiannya Arsie juga
lalu protrusif sedang sebanyak 31 orang mengatakan kalau laki-laki lebih merasa tidak
(28,7%) serta yang paling rendah itu ada puas dengan penampilan gigi-geligi saat
protrusif berat sebanyak 14 orang (13,0%). Hal bercermin, melihat foto maupun video diri
ini sesuai dengan apa yang dituliskan dalam sendiri.27 Hal ini jarang terjadi dan bertolak
buku Contemporary Orthodontics mengenai belakang dengan hasil penelitian Peres et al
jumlah penderita dari maloklusi protrusif, (2008). Mereka menyatakan bahwa biasanya
disebutkan bahwa protrusif ringan paling para perempuan lebih memperhatikan
banyak diderita oleh masyarakat dibandingkan penampilan fisik mereka secara detail dan
dengan protrusif sedang dan berat.17 cenderung selalu mengikuti standar kecantikan
Pada table 5.3. tidak terlihat bahwa pada dibanding laki-laki yang cenderung cuek akan
umur 15, 16 maupun 17 tahun para siswa penampilannya sehingga perempuan
memiliki dampak psikososial terhadap seharusnya yang merasakan dampak yang
maloklusi gigi anterior protrusif ringan. Hal ini lebih besar terhadap psikososial mereka
berbeda dengan studi yang telah dilakukan dibanding laki-laki.34
oleh Shaw (1981) yang menemukan bahwa
keadaan gigi-geligi anterior protrusif sering KESIMPULAN DAN SARAN
menimbulkan reaksi sosial yang negatif, Berdasarkan penelitian yang telah
dianggap kurang menarik, dan kurang diterima dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
di lingkungan sosial untuk dijadikan teman.18 hubungan yang signifikan antara derajat
Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi keparahan maloklusi gigi anterior protrusif
maloklusi gigi-geligi mereka masih tidak terhadap status psikososial remaja usia 15-17
terlalu mencolok sehingga bukan menjadi tahun dengan menggunkaan indeks PIDAQ di
penghalang dalam sosialisasi. Pada penelitian empat SMA Negeri Banda Aceh.
Kilpelainen et al (1993) menemukan bahwa Perlu dilakukan penelitian lanjutan
separuh dari remaja dengan jarak gigit atau tentang dampak maloklusi gigi anterior
overjet yang besar mengalami ejekan karena lainnya menurut derajat keparahannya (gigi
kondisi ini.32 Hasil dari penelitian tersebut berjejal, gigi bercelah) terhadap status
sejalan dengan apa yang didapat peneliti, psikososial remaja. Penelitian juga dapat
terlihat pada tabel 5.4. dan tabel 5.5. yang dilakukan pada populasi remaja dengan usia
menunjukkan bahwa terdapatnya dampak yang lebih muda atau lebih tua dibandingkan
psikososial terhadap maloklusi siswa dengan yang peneliti lakukan dan pada berbagai
keadaan protrusif sedang dan berat. Dampak tingkat sosial ekonomi dan budaya.
psikososial yang paling mencolok adalah pada
maloklusi protrusif berat yang dapat dilihat DAFTAR PUSTAKA
pada tabel 5.5. Hasil yang didapat oleh 1. Rogol AD, Roemich JN, Clark PA.
Kilpelainen (1993) dan peneliti sama dengan Growth at Puberty. J Adolesc Health
apa yang didapat oleh Bellot-Arcis et al (2013) 2002;31(65):192-200.
yang menyebutkan semakin besarnya overjet 2. Geld VD, Oosterveld P, Heck VG,
maka akan semakin menimbulkan resiko Jagtman K. Smile Attractiveness: Self-
berdampaknya terhadap psikososial seseorang, Perception and Influence on Personality.
dan lebih mempengaruhi kualitas hidup Angle Orthod 2007;77:759-65.
seseorang.33 3. Espeland LV,Odont C, Stenvik A, Odont
Penilaian tentang dampak karakteristik L. Perception of Personal Dental
maloklusi gigi anterior protrusif berdasarkan Appearance in Young Adults
jenis kelamin pada tabel 5.6. tidak Relationship Between Occlusion,
menunjukkan perbedaan baik laki-laki maupun Awareness, and Satisfaction. AJO-DO
perempuan. Secara keseluruhan sama-sama 1991;100(3):234-41.
tidak berdampak terhadap status psikosisal,
namun pada tabel tersebut terlihat bahwa laki-

136
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

4. Batubara JRL. Adolescent Development 18. Shaw WC, Addy M, Dummer PM, Ray
(Perkembangan Remaja). Sari Pediatri C, Frude N. Dental and Social Effects of
2010;12:1. Malocclusion and Effectiveness of
5. Paula DF, Junior, Santos NC, Silva ET, Orthodontic Treatment: A Strategy for
Nunes MF, Leles CR. Psychosocial Investigation. Community Dent Oral
Impact of Dental Esthetics on Quality of Epidemiol 1986;14(1):60-4.
Life in Adolescent. Angle Orthod 19. Waheed M, Rahbar MI. Dental Crowding
2009;79:1188-93. and Its Relationship to Tooth Size and
6. Jayanto KD. Ortodonti Atasi Maloklusi. Arch Dimensions. PODJ 2005;25(1):47-
Majalah-Atasi Maloklusi. 2008. 52.
7. Kumar DA, Varghese RK, Chaturvedi SS, 20. Howe RP, Mcnamara JA, O’Connor KA.
Agrawal A, Fating C, Makkad RS. An Examination of Dental Crowding and
Prevalence of Malocclusion Among Its Relationship to Tooth Size and Arch
Children and Adolescents Residing in Dimension. Am J Orthod 1983;5:363-73.
Orphanages of Bilaspur, Chattishgarh, 21. Al-Rubayee MAH. Median Diastema in a
India. JoAOR 2012;3(3):21-8. College Students Sample in the Baghdad
8. Cavalcanti AL, Santos JAD, Aguiar YPC, City. MJB 2013;10(2):400-6.
Xavier AFC, Moura C. Prevalence and 22. Gkantidis N, Kolokitha OE, Topouzelis
Severity of Malocclusion in Brazilian N. Management of Maxillary Midline
Adolescents Using The Dental Aesthetic Diastema With Emphasis on Etiology. J
Index (DAI). PODJ 2013;33(3):473. Clin Pediatr Dent 2008;32(4):265-72.
9. Kareem FA, Mahmood TMA. 23. Kim YH, Cho YB. Diastema Closure
Psychological Impact of Dental With Direct Composite : Architectural
Aesthetics for Kurdish Adolescents Gingival Contouring. JKACD
Seeking Orthodontic Treatment. IJO 2011;36(6):515-20.
2011:46. 24. Liling DT. Hubungan Kasus Maloklusi
10. Bernabe E, Flores C. Orthodontic Gigi Anterior Dengan Status Psikososial
Treatment Need in Peruvian Young Pada Pelajar SMP di Makassar. Makassar.
Adults Evaluated Through Dental FKG UNHAS. 2013.
Aesthetic Index. Angle Orthod 25. Jafar N. Pertumbuhan Remaja. Makassar
2006;76(3):417-21. : FKG UNHAS. 2005. P. 1-2.
11. Dibiase AT, Sandler PJ. Malocclusion, 26. Delcides Ferreira Paula DF, Silva ET,
Orthodontics and Bullying. Dent Update Campos ACV, Nunez MO, Leles CR.
2001;28:464-6. Effect of Anterior Teeth Display During
12. Loughry M, Eyber C Psychosocial Smiling on The Self-Perceived Impactsof
Concept in Humanitarian Work with Malocclusion in Adolescents. Angle
Children: A Review of the Concept and Orthod 2011;81(3):411-22.
Related Literature. 2011. 27. Arsie RY. Dampak Berbagai
"http://www.nap.edu/catalog/10698.html. Karakteristik Oklusi Gigi Anterior
". Accessed 17 November 2013. Terhadap Status Psikososial Remaja Awal
13. Graber TM. Orthodontics Principles and (Penelitian Epidemiologi Pada Remaja
Practice. 2 ed. Philadelphia, London: SMP 51 dan SMP 195 di Jakarta Timur).
WB.Saunders Company. 1966. p. 121-3. Jakarta: FKG UI. 2012.
14. Hassan R, Rahimah AK. Occlusion, 28. Bellot C, Ferrer M, Carrasco A, Montiel
Malocclusion and Method of JM, Almerich JM. Differences in
Measurements - an overview. Rrch Psychological Traits Between Lingual
Orofac Sci 2007;2:3-9. and Labial Orthodontic Patients
15. Iyyer BS. Orthodontics - The Art and Perfectionism, Body Image, and the
Science. 3 ed. New Delhi: Arya (MEDI) Impact of Dental Esthetics. Angle Orthod
Publishing House. 2003. p. 55. 2013.
16. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. 29. Susanti FR, Wanei GK. Hubungan Antara
Philadelphia: WB.Saunders Company. Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian
2001. p. 90-2. Sosial Siswa Kelas VIII SMP Santa Maria
17. Proffit WR. Contemporary Orthodontics. Fatima. Jakarta. FKIP Unika Atma Jaya.
4th ed. St. Louis: Mosby Elsevier. 2007. 2008:21-33.

137
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

30. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian.


Bandung: CV.Alfabeta; 2007. Hal 69-71.
31. Hussein E, Mois MA. Bimaxillary
Protrusion in the Palestinian Population.
Angle Othod 2007;77(5):817-20.
32. Kilpelainen PVJ, Ceib Phillips, Joan FC
Tulloch. Anterior Tooth Position and
Motivation For Early Treatment. Angle
Orthod 1993;63:171-4.
33. Bellot C, Montiel JM, Almerich JM.
Psychosocial Impact of Malocclusion in
Spanish Adolescents. Korean J Orthod
2013;43(4):193-200.
34. Peres KG, Barros AJ, Anselmi L, Peres
MA, Barros FC. Does Malocclusion
Influence The Adolescent’s Satisfaction
With Appearance? A Cross-Sectional
Study Nested In A Brazilian Birth Cohort.
Community Dent Oral Epidemiol 2008;
36:137-43.

138
ISSN: 2085-546X
Petunjuk Bagi Penulis

Cakradonya Dental Journal (CDJ) adalah jurnal ilmiah yang ▪ Nama penulis
terbit dua kali setahun, Februari dan Agustus. Artikel yang ▪ Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris
diterima CDJ akan dibahas para pakar dalam bidang keilmuan ▪ Pendahuluan (tanpa subjudul)
yang sesuai (peer-review) bersama redaksi. Sekiranya peer- ▪ Subjudul-subjudul sesuai kebutuhan
review menyarankan adanya perubahan, maka penulis diberi ▪ Penutup (kesimpulan dan saran)
kesempatan untuk memperbaikinya. ▪ Daftar pustaka
3. Laporan Kasus. Berisi artikel tentang kasus di klinik yang
CDJ menerima artikel konseptual dari hasil penelitian original cukup menarik, dan baik untuk disebarluaskan dikalangan
yang relevan dengan bidang kesehatan, kedokteran gigi dan sejawat lainnya. Format terdiri atas: Pendahuluan,
kedokteran. CDJ juga menerima literature review, dan Laporan kasus, Pembahasan dan Daftar pustaka.
laporan kasus. 4. Gambar dan tabel. Kirimkan gambar yang dibutuhkan
bersama makalah. Tabel harus diketik 1 spasi.
Artikel yang dikirim adalah artikel yang belum pernah 5. Metode statistik. Jelaskan tentang metode statistik secara
dipublikasi, untuk menghindari duplikasi CDJ tidak menerima rinci pada bagian “metode”. Metode yang tidak lazim,
artikel yang juga dikirim pada jurnal lain pada waktu ditulis secara rinci berikut rujukan metode tersebut.
bersamaan untuk publikasi. Penulis memastikan bahwa seluruh 6. Judul ditulis dengan huruf besar 11 point, baik judul
penulis pembantu telah membaca dan menyetujui isi artikel. singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk
huruf dan spasi. Diletakkan di bagian tengah atas dari
1. Artikel Penelitian halaman pertama. Subjudul dengan huruf 11 point.
Tatacara penulisan: 7. Nama dan alamat penulis disertai pas photo. Nama penulis
✓ Judul dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. tanpa gelar dan alamat atau lembaga tempat bekerja ditulis
✓ Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia & Inggris, lengkap dan jelas. Alamat korespondensi, nomor telepon,
dalam bentuk tidak terstruktur dengan jumlah nomor facsimile, dan alamat e-mail. Pas photo terbaru
maksimal 200 kata, harus mencerminkan isi artikel, ukuran 3x4.
ringkas dan jelas, sehingga memungkinkan pembaca 8. Ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih hanya untuk
memahami tentang aspek baru atau penting tanpa para profesional yang membantu penyusunan naskah,
harus membaca seluruh isi artikel. Diketik dengan termasuk pemberi dukungan teknis, dana dan dukungan
spasi tunggal satu kolom. umum dari suatu institusi.
✓ Kata Kunci dicantumkan pada halaman yang sama 9. Daftar pustaka. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan
dengan abstrak. Pilih 3-5 buah kata yang dapat aturan penulisan Vancouver, diberi nomor urut sesuai
membantu penyusunan indek. dengan pemunculan dalam keseluruhan teks ditulis secara
✓ Artikel utama ditulis dengan huruf jenis Times New super script. Jumlah daftar pustaka minimal 10 referensi.
Roman ukuran 11 point, spasi satu. Disebutkan 5 nama pengarang kemudian at al.
✓ Artikel termasuk tabel, daftar pustaka dan gambar - Jurnal: Hendarto H, Gray S. Surgical and non surgical
harus diketik 1 spasi pada kertas dengan ukuran 21,5 intervation for speech rehabilitation in Parkinson
x 28 cm (kertas A4) dengan jarak dari tepi 2,5 cm, disease. Med J Indonesia 2000; 9 (3): 168-74.
jumlah halaman maksimum 12. Setiap halaman diberi - Buku: Lavelle CLB. Dental plaque. In: Applied Oral
nomor secara berurutan dimulai dari halaman judul Physiology, 2nd ed. London: Wright. 1988:93-5.
sampai halaman terakhir. - Book Section: Shklar G, Carranza FA. The Historical
✓ Laporan tentang penelitian pada manusia harus Background of Periodontology. In: Carranza's Clinical
memperoleh persetujuan tertulis (signed informed Periodontology (Newman MG, Takei HH, Klokkevold
consent). PR, Carranza FA, eds), 10th ed. St. Louis: Saunders
✓ Sistematika penulisan artikel hasil penelitian, adalah Elsevier, 2006: 1-32.
sebagai berikut: - Website : Almas K. The antimicrobial effects of seven
▪ Judul different types of Asian chewing sticks. Available in
▪ Nama dan alamat penulis disertai pas photo http://www.santetropicale.com/resume/49604.pdf
▪ Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris Accessed on April, 2004.
▪ Kata kunci 10. Artikel dikirim sebanyak 1 (satu) eksemplar, dalam
▪ Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar bentuk hard dan soft copy, tuliskan nama file dan program
belakang masalah dan sedikit tinjauan pustaka, dan yang digunakan, kirimkan paling lambat 2 (dua) bulan
masalah/tujuan penelitian). sebelum bulan penerbitan kepada:
▪ Bahan dan Metode Ketua Dewan Penyunting
▪ Hasil Cakradonya Dental Journal (CDJ)
▪ Pembahasan Fakultas Kedokteran Gigi-Unsyiah
▪ Kesimpulan dan Saran Darussalam Banda Aceh 23211
▪ Ucapan terima kasih Telp/fax. 0651-7551843
▪ Daftar Pustaka. 11. Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan
2. Tinjauan pustaka/artikel konseptual (setara hasil diberitahukan secara tertulis. Penulis yang artikelnya
penelitian) merupakan artikel review dari jurnal dan atau dimuat akan mendapat imbalan berupa nomor bukti
buku mengenai ilmu kedokteran gigi, kedokteran dan pemuatan sebanyak 1 (satu) eksemplar. Artikel yang tidak
kesehatan mutakhir memuat: dimuat tidak akan dikembalikan kecuali atas permintaan
▪ Judul penulis.

Anda mungkin juga menyukai