546X
Pelindung
Dr. Drg. Zaki Mubarak, MS.
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah
Penanggung Jawab
Dr. Drg. Hj. Suzanna Sungkar, Sp. KGA
Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah
Ketua Penyunting
Dr. Drg. Munifah, MARS.
Penyunting Ahli
Prof. drg. Bambang Irawan, Ph.D
Prof. Dr. drg. Narlan Sumawinata, Sp. KG
Prof. Boy M. Bachtiar, Ph.D
Prof. Dr. drg. Eki S. Soemantri, Sp. Ortho
Dr. drg. Rasmi Rikmasri, Sp. Pros (K)
Prof. Dr. Coen Pramono, Sp. BM
Prof. Dr. drg. Dewi Nurul, MS, Sp. Perio
drg. Gus Permana Subita, Ph.D, Sp. PM
Prof. Dr. drg. Hanna H. B. Iskandar, Sp. RKG
Prof . Dr. drg. Retno Hayati, Sp. KGA
Penyunting Pelaksana
drg. Ahmad Fauzi Muharriri, Sp. KG
drg. Sarinah Rambe
drg. Siti Coryniken
drg. Asmaul Husna
drg. Sartika
Desain Grafis
drg. Rizki Dumna
drg. Rizky Darmawan
SEKRETARIAT REDAKSI:
Cakradonya Dental Journal
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Syiah Kuala
Darussalam Banda Aceh
Aceh-Indonesia
23211
TELEPHONE/ FAX:
0651 7555183
EMAIL:
cakradonyadentaljournal@gmail.com
WEBSITE:
jurnal.unsyiah.ac.id/cdj
From Editor’s Desk
Cakradonya Dental Journal (CDJ) diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi sebagai media
komunikasi ilmiah untuk pemajuan dan perkembangan intelektualitas civitas akademika antar
perguruan tinggi, peneliti dan stakeholder yang mengetengahkan tentang kesehatan gigi dan
mulut serta keilmuan lain yang terkait. Pada volume 8 nomor 2 ini kami ingin mengajak untuk
mengenali dan mengetahui lebih dalam mengenai berbagai hal seputar kesehatan gigi mulut
mulai dari jenis kelainan dan penyakit rongga mulut, resiko, faktor pemicu, perawatannya,
sampai dengan terobosan-terobosan medis yang ditemukan. Kesemuanya menarik dan
memberikan kita informasi tentang hal-hal sederhana di seliling kita yang berpengaruh terhadap
kesehatan. Sebagaimana sebelumnya, volume ini menyuguhkan tentang penelitian
pengembangan kedokteran gigi dan korelasi ilmu kesehatan integrasi mencakup bidang
Konservasi, Biologi Oral, Kesehatan Masyarakat, Ortodonsia, Prostodonsia, Bedah Mulut,
Periodonsia dan Dental Material.
Ucapan terima kasih kepada penulis atas kepercayaan memilih CDJ sebagai wadah publikasi
ilmiah. Kepercayaan anda ini akan menjadi tantangan bagi kami untuk selalu memperbaharui
dan memperbaiki sistem dan manajemen pengelolaan jurnal CDJ menjadi lebih baik.
Semoga informasi yang CDJ ketengahkan pada edisi ini dapat menambah hasanah pengetahuan
Anda dan menjaga diri kita senantiasa sehat. Kami ingin mengajak pembaca untuk selalu
melengkapi diri dengan informasi. Mengenali dan mengetahui sesuatu jauh lebih baik artinya
daripada berada pada ketidak-tahuan. Trust me, knowledge can save our lives.
Salam Sehat,
DAFTAR ISI
Abstrak
Hampir semua penyakit pulpa atau penyakit periradikuler disebabkan oleh bakteri. Enterococcus
faecalis (E. faecalis) merupakan salah satu bakteri yang sering menyebabkan terjadinya kegagalan
perawatan saluran akar. Salah satu tahapan penting dalam perawatan saluran akar adalah preparasi
dan desinfeksi saluran akar menggunakan bahan antibakteri. Batang serai (Cymbopogon
citratus) adalah salah satu tanaman herbal yang mengandung senyawa antibakteri alkaloid,
flavonoid, saponin, terpenoid dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek antibakteri
ekstrak batang serai terhadap pertumbuhan E. faecalis. Jenis penelitian ini adalah eksperimental
laboratoris. Ekstrak batang serai dibuat dengan metode maserasi dalam pelarut etanol 96% dan
diuji fitokimia. Uji pengaruh efek antibakteri ekstrak batang serai terhadap pertumbuhan E.
faecalis dilakukan dengan metode difusi cakram pada media MHA. Konsentrasi ekstrak batang serai
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25%, 50%, 75%, dan 100%. Zona hambat tertinggi
terbentuk pada ekstrak 100% seluas 11,3 mm, namun tidak lebih tinggi dari pada CHX 2% seluas
24,9 mm. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dengan p<0,05 yang
menunjukkan terdapat efek antibakteri ekstrak serai terhadap pertumbuhan E. faecalis. Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak batang serai (Cymbopogon citratus) memiliki
efek antibakteri terhadap pertumbuhan E. faecalis.
Kata kunci: Saluran akar, Enterococcus faecalis, serai (Cymbopogon citratus)
Abstract
Almost all pulp disease or periradicular disease caused by bacterium.Enterococcus faecalis (E.
faecalis) isone of bacteria that often caused failure of root canal treatment. One important step
in root canal treatment is preparation and disinfecting root canal using antibacterial
material. Lemongrass (Cymbopogon citratus) is one herb that contains antibacterial compounds
alkaloids, flavonoids, saponins, terpenoids, and tannin. The purpose of this research was to know the
antibacterial effect of extracts lemongrass to the growth of E. faecalis. This type of research is an
experimental laboratory. Lemongrass extract made by maceration method in 96% ethanol and tested
phytochemical. The effect test of the antibacterial of extracts lemongrass to the growth E. faecalis
done by disc diffusion method on MHA media. Lemongrass extract concentrations used in this
research is 25%, 50%, 75%, and 100%. The highest inhibit zone i s formed on the extract 100%
measuring 11,3 mm, but not higher than 2% CHX measuring 24,9mm. Research data analyzed by
Kruskal-Wallis test by p<0,05 wich indicates the antibacterial effects of extract lemongrass to the
growth of E. faecalis. The conclusion of this research that the extract lemongrass (Cymbopogon
citratus) has an antibacterial effect on the growth of E. faecalis.
Keywords: Root canal, Enterococcus faecalis, Lemongrass (Cymbopogon citratus)
69
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78
70
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78
mordant (Lugol’s iodine), Kristal violet mengetahui kandungan zat aktif di dalam
counterstain (safranin), aluminium foil, etanol ekstrak. Ekstrak mentah disimpan dalam
96%, sterile wooden cotton, kapas, kertas desikator maksimal selama tiga hari dan
label, handscoon, masker, dan tisu. kemudian disimpan di freezer (-20C) untuk
Alat-alat yang digunakan adalah digunakan lebih lanjut.10 Berikut ini cara
autoklaf, rotary evaporator, timbangan pengujian fitokimia untuk uji tanin, alkaloid,
analitik, labu erlenmeyer, jarum ose, flavonoid, dan saponin.11
inkubator, kaca preparat (object glass), Uji tanin dilakukan dengan cara
blender, cawan petri, gelas ukur, kertas saring, larutan ekstrak batang serai ditetesi dengan air
pipet tetes, tabung reaksi, vortex, lampu suling 0,01g dan ditambahkan asetat. Jika
spiritus, rak tabung, lemari pendingin, terbentuk endapan putih yang keruh
mikroskop cahaya, kertas cakram, spuite, hot menunjukkan adanya kandungan tanin.
plate, pinset, dan jangka sorong. Uji alkaloid dilakukan dengan cara
Pertama dilakukan pembuatan ekstrak larutan ekstrak batang serai dicampur dengan
batang serai. Batang serai yang segar dan 2N HCI dan ditambahkan dua tetes reagen
wangi diambil dari Desa Gani, Kecamatan Mayer. Jika terbentuk endapan putih yang
Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, keruh menunjukkan adanya alkaloid.
pengambilan dilakukan dari daun paling Uji flavonoid dilakukan dengan cara
bawah yang belum mati atau kering. larutan ekstrak batang serai dicampur dengan
Kemudian batang serai dicuci hingga bersih 100μ1 alkohol, 0,02g paradimetil 1 amina
dan dipotong ukuran 1 cm setelah itu benzaldehida dan dua tetes konsentrasi HCl.
dikeringkan dengan cara diangin- anginkan Jika terlihat warna merah atau merah muda
(tidak dikeringkan dengan sinar matahari agar menandakan adanya kandungan flavonoid.
zat kimia di dalamnya tidak rusak) selama Uji saponin dilakukan dengan cara
tujuh hari. Setelah batang serai kering, bahan tetesi larutan ekstrak batang serai dengan air
tersebut dihaluskan dengan menggunakan suling dua tetes. Ketika terlihat berbusa
blender hingga menjadi serbuk. Selanjutnya menunjukkan adanya kandungan saponin.
batang serai yang telah dijadikan serbuk, Selanjutnya, uji daya hambat
diekstraksi menggunakan metode maserasi. dilakukan pada media Mueller Hinton Agar
Serbuk batang serai tersebut dimasukkan ke (MHA). Cara pembuatan Mueller Hinton
dalam labu Erlenmeyer dan direndam Agar (MHA) adalah dengan melarutkan
dengan etanol 96% selama 3 hari pada suhu 2,28 gram bubuk media Mueller Hinton
ruangan (270C) sampai ekstrak dan pelarut Agar (MHA) ke dalam 60 ml akuades.
tercampur semua. Setelah itu dilakukan Kemudian dipanaskan di hot plate sampai
penyaringan dengan menggunakan kertas mendidih. Media yang telah masak, disterilkan
saring sehingga didapat filtrat dan ampas. di dalam autoklaf selama 15 menit dengan
Filtrat tersebut dipekatkan dengan alat rotary tekanan udara 2 atm suhu 1210C lalu
evaporator pada suhu 500C.8 dituangkan ke dalam cawan petri secara sepsis
Hasil ekstrak murni yang telah didapat dan dibiarkan hingga dingin dan mengeras.12
dilakukan pengenceran dengan akuades agar Pengkulturan dilakukan dengan teknik
didapat konsentrasi yang diperlukan, goresan T (streak T) dibagi menjadi 3 bagian
selanjutnya hasil pengenceran di menggunakan spidol marker. Kultur E.
homogenkan menggunakan vortex. Adapun faecalis dilakukan pada MHA. Cara
rumus pengenceran yang digunakan adalah mengkultur adalah memanaskan jarum ose di
sebagai berikut: atas api lampu spiritus dan ditunggu hingga
dingin, kemudian mengambil 1 ose biakan
V 1 x M1 = V 2 x M2 murni untuk diinokulasi di daerah 1 dengan
goresan zig-zag. Setelah itu dilanjutkan
Keterangan: M1: konsentrasi awal, M2: dengan goresan zig-zag pada daerah 2, tegak
konsentrasi akhir, V : volume awal (M1), V2: lurus dengan goresan pertama, kemudian
volume akhir (M1) dilanjutkan ke daerah 3, tegak lurus daerah
2.12 Cawan petri yang telah digoreskan bakteri
Kemudian dilakukan uji fitokimia pada kemudian ditutup rapat dan diinkubasi dalam
ekstrak batang serai dilakukan untuk inkubator selama 24 jam pada suhu 370 C.9
71
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78
72
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78
konsentrasi ekstrak batang serai yang diuji Hasil uji fitokimia menyatakan bahwa
menggunakan jangka sorong.15 Hasil terdapat kandungan senyawa aktif pada
pengukuran yang diperoleh diinterpretasikan ekstrak batang serai. Senyawa aktif yang
berdasarkan klasifikasi Tabel Ahn di bawah terkandung dalam ekstrak batang serai dapat
ini. dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Klasifikasi Respon Hambat Pertumbuhan
Bakteri berdasarkan Ahn Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Batang
Diameter zona Respon hambat Serai (Cymbopogon citratus)
terang pertumbuhan Hasil
No Uji Fitokimia Keterangan
Uji
>20 mm Kuat
16-19 mm Sedang 1 Terbentuk
Alkaloid +
10-15 mm Lemah Endapan
<10 mm Tidak ada 2 Steroid - Hijau
3 Terpenoid + Merah
Analisis data dilakukan mengunakan
one way ANOVA dengan 95% (P<0,05) untuk 4
mengetahui adanya efek antibakteri pemberian Saponin + Berbusa
berbagai konsentrasi ekstrak batang serai 5 Merah
Flavonoid +
(Cymbopogon citratus) terhadap E. faecalis. Muda/Ungu
Kemudian dilanjutkan dengan uji Least.16 6 Hijau
Tanin +
Kehitaman
HASIL PENELITIAN
Hasil ekstraksi batang serai E. faecalis ATCC 29212 yang telah
pengambilan dilakukan dari daun paling dikultur pada media MHA dan diinkubasi
bawah yang belum mati atau kering sebanyak selama 48 jam dengan temperatur 370C
2 kg. Batang serai dicuci hingga bersih dan dalam suasana anaerob menunjukkan koloni
dipotong ukuran 1 cm setelah itu dikeringkan bakteri berwarna putih (Gambar 2).
dengan cara diangin- anginkan (tidak dikonfirmasi dengan melakukan pewarnaan
dikeringkan dengan sinar matahari agar zat Gram. Hasil pewarnaan Gram kemudian
kimia di dalamnya tidak rusak) selama tujuh diamati di bawah mikroskop dengan 1000 kali
hari. Setelah batang serai kering, bahan pembesaran sehingga menunjukkan adanya E.
tersebut dihaluskan dengan menggunakan faecalis berbentuk coccus dan berwarna ungu
blender hingga menjadi serbuk. Selanjutnya (Gambar 3)
batang serai yang telah dijadikan serbuk,
diekstraksi menggunakan metode maserasi.
Serbuk batang serai tersebut dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer dan direndam dengan
etanol 96% selama 3 hari pada suhu ruangan
(270C) sampai ekstrak dan pelarut tercampur
semua. Setelah itu dilakukan penyaringan Gambar 2. Hasil Kultur E. faecalis pada Media
dengan menggunakan kertas saring sehingga MHA
didapat filtrat dan ampas. Filtrat tersebut
dipekatkan dengan alat rotary evaporator
sehingga didapatkan ekstrak murni seperti
terlihat pada (Gambar 1). Hasil ekstraksi yang
didapat sebanyak 36,46 ml.
73
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78
Enterococcus faecalis √
74
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78
Tabel 4. Hasil Uji Efek Antibakteri Ekstrak Batang Hasil uji Kruskal-Wallis
Serai (Cymbopogon citratus) Terhadap menunjukkan nilai p=0,006 (p<0,05) yang
Pertumbuhan E. faecalis
menunjukkan terdapat efek antibakteri
Zona Hambat
Ahn dkk ekstrak batang serai (Cymbopogon
Konsen (mm) Rata-
trasi rata Diameter citratus) terhadap pertumbuhan E. faecalis.
Bahan zona zona Respon
Uji 1 2 3 hambat terang hambat
(mm) Tabel 5. Hasil Uji Mann-Whitney Zona Hambat E.
faecalis
Tidak
25% 6,1 6,2 6,1 6,1 <10
ada
Kelo
mpok 25 50 75 100 CH Aku
50% 6,5 7,2 8,8 <10
Tidak Perla % % % % X ades
7,5 ada kuan
Tidak 25% _ 0,046* 0,043* 0,046* 0,046* 0,034*
75% 8,7 9,5 9,5 9,2 <10
ada
50% 0,046* _ 0,121 0,050* 0,050* 0,037*
100
%
12,0 11,3 10,6 11,3 >10 Lemah 75% 0,043* 0,121 _ 0,046* 0,046* 0,034*
75
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78
76
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78
77
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78
stage pada ekstraksi oleoresin jahe 24. Ratih MS, Praharani D, Purwanto. Daya
(Zingiber officinale Rosc) secara Antibakteri Ekstrak Daun Pare dalam
batch. Semarang: Universitas Menghambat Pertumbuhan Streptococcu
Diponogoro, 2010. Skripsi viridans. Artikel hasil Penelitian
19. Anita Verawati P, Khairul Anam, Dewi Mahasiswa 2012;1(1):98-106.
Kusrini. Identifikasi Kandungan Kimia 25. Liyantari DS. Effect of wuluh starfruit
Ekstrak Etanol Serai Bumbu leaf extracs for Streptococcus mutans
(Andropogon citratus D.C) dan Uji growth. J majority 2014;3(7):28-34.
Efektifitas Repelen terhadap Nyamuk 26. Monalisa D, Tri H, Sukmawati D. Uji
Aedes aegypti. Jurnal Sains dan daya antibakteri ekstrak daun tapak liman
Matematika: 2013;21(1):20-24. (Elephantopus scaber) terhadap
20. Marta O. Soares, Rita C. Alves, Pedro C. Staphylococcus aureus dan Salmonella
Pires, M. Beatriz P.P. Oliveira , Ana F. typhi. BIOMA 2011;9(2):13-20.
Vinha. Angolan Cymbopogon citratus 27. Manero A, R. Blanch A. Identification
used for therapeutic benefits: Nutritional of Enterococcus faecalis spp. with a
composition and influence of solvents in Biochemical Key. Applied and
phytochemicals content and antioxidant Environmental Microbiology 1999;
activity of leaf extracts. Food and 65(10):4425-30.
Chemical Toxicology: 2013;60:413-418. 28. Vasconcelos BC, Cruz SML, Deus G,
21. Suryani M. Farmakognosi. academia. Moraes IG, Ferreira CM, Filho EDG.
edu.Accessed 14 Mei 2016. Cleaning Ability of Chlorhexidine Gel
22. Nuria MC, Faizatun A, Sumantri. Uji and Sodium Hypoclorite Assosiated or
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Not With EDTA As Root Canal Irigants:
Pagar (Jatropha curcas L) Terdapat A Scanning Electron Micriscopy Study. J
Bakteri Staphylococcus Aureus ATCC Appl Oral Sci 2007;15(5):387-391.
25923, Escherichia coli ATCC 25922, 29. Almeida RBA, Akisue G, Cardoso LML,
dan Salmonella typhi ATCC 1408. Junqueira JC, Jorge AO. Antimicrobial
Mediargo 2009;5(2):26-37. activity of the essential oil of
23. Kumalasari E, Sulistyani N. Aktivitas Cymbopogon citratus (DC) stapf. On
Antifungi Ektrak Etanol Batang Binahong staphylococcus spp., streptococcus
(Anredera cordifolia (Tenore) Steen). mutans and candida spp. Revista
Terhadap Candida Albicans serta skrining brasileira de plantas medicinais
fitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian 2013;15(4):474-482.
2011;1(2):51-62.
78
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87
Abstrak
Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri dominan pada periodontitis agresif.
Daun salam (Eugenia polyantha w) bersifat sebagai anti-inflamasi, antimikroba, analgesik dan
antibakteri. Saat ini, belum banyak penelitian potensi daun salam dalam respon inflamasi yang
diperankan oleh makrofag. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan air rebusan daun
salam dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80% terhadap jumlah sel makrofag pada gambaran
histologi periodontitis agresif. Penelitian ini merupakan penelitian eskperimental laboratoris yang
menggunakan tikus putih rattus norvegiccus dibagi empat kelompok, tiga kelompok perlakuan air
rebusan daun salam dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80%, dan satu kelompok kontrol akuades.
Pada hari pertama kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diinokulasi bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans sampai hari ketujuh. Hari kedelapan sampai kesepuluh kelompok perlakuan
diaplikasikan air rebusan daun salam dan kelompok kontrol diaplikasikan akuades. Hari kesebelas
tikus dieuthanasi, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel histologi jaringan periodontal tikus
diamati secara mikroskopik. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan jumlah makrofag kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang bermakna (p≤0,05). Dapat
disimpulkan, kandungan air rebusan daun salam dapat membantu respon inflamasi yang diperankan
oleh sel makrofag.
Kata kunci : Aggregatibacter actinomycetemcomitans, daun salam, periodontitis agresif.
Abstract
Aggregatibacter actinomycetemcomitans is known as dominant bacteria in periodontitis aggressive.
Bay leaves (Eugenia polyantha w) have chemical compound as an anti-inflammatory, antimicrobial,
analgesic, and antibacterial. There were little information on the potential of bay leaves in the
inflammatory response that facilitated by macrophages. This research is an experimental
laboratorial research using white mice (rattus norvegiccus) divided into three treatment groups with
bay leaves decoction in the concentration of 20%, 40%, and 80%, and control group with distilled
water. In day 1th-7th, the treatment and control group were inoculated with aggregatibacter
actinomycetemcomitans. In the morning and afternoon of 8th-10th, the treatment groups immersed
with bay leaves decoction, while the control immersed with distilled water. On Day 11th, mice were
euthanatized to prepare and resulted periodontal tissue. The result of microscopically number of
macrophages were categorized by descriptive statistic. The comparison of the number of
macrophages between treatment group and control group that analyzed with Kruskal-Wallis in
Microsoft Excel-Analyze it v2.30 were significant (p≤0.05). Based on the result that concluded
the bay leaves improving inflammatory response that participated by macrophages.
Key word: Aggregatibacter actinomycetemcomitans, bay leaves, Aggressive Periodontitis
79
22
4
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87
Aceh, dan tikus putih Rattus norvegiccus A. actinomycetemcomitans dengan dosis 0,5
diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan untuk konsentrasi 20 %, 1 ml untuk
(FKH) Universitas Syiah Kuala. Pengujian konsentrasi 40 %, 2 ml untuk konsentrasi 80
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi %, dan 0,25 ml untuk kelompok kontrol, tikus
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala terdeteksi periodontitis agresif setelah hari ke
untuk pemeliharaan dan pembiakan bakteri. tujuh.15 Bakteri A. actinomycetemcomitans
Laboratorium Hewan Coba Mencit dan Tikus diberikan dalam dosis sesuai dengan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas konsentrasi masing-masing.16
Syiah Kuala dan Laboratorium Histologi Pada hari ke delapan untuk kelompok
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas perlakuan diaplikasikan air rebusan daun
Syiah Kuala untuk pengujian aktivitas salam (Eugenia polyantha w) dengan
kandungan kimia daun salam (Eugenia konsentrasi 20 %, 40 %, dan 80 % pada
polyantha w) terhadap jumlah makrofag pada setiap tikus dengan cara disemprotkan pada
gambaran histologi periodontitis agresif. jaringan periodontalnya dengan mengunakan
Jumlah sampel dari tiap kelompok perlakuan spuit 1 ml dan untuk kelompok kontrol
akan dihitung menggunakan sampel Size diaplikasikan akuades diberikan sebanyak dua
Retensional. Kelompok perlakuan kali sehari, pagi dan sore hari selama tiga hari
menggunakan air rebusan daun salam berturut- turut.
(Eugenia polyantha w) berjumlah 3 (20 %, Pada hari ke sebelas tikus
40 %, dan 80 %). dimatikan, setiap tikus diambil jaringan
Langkah pertama kultur A. periodontalnya dengan cara dipotong
actinomycetemcomitans pada media AaGM menggunakan Scalpel. Potongan jaringan
pada suhu 37˚C selama 24 jam dengan periodontalnya dimasukkan ke dalam larutan
suasana anaerob. Selanjutnya uji konfirmasi fiksasi buffer netral formalin (BNF) 10 %.
bakteri dengan pewarnaan Gram.12 Lalu dehidrasi dengan alkohol bertingkat
Pembuatan suspensi A. (alkohol 70 %, 80%, 90 %, 95 %), alkohol
actinomycetemcomitans dalam media cair absolut (I dan II), xylol (I dan II), dan parafin
TSB 5 ml dan dihomogenkan dengan Vortex. (I dan II).17
Kekeruhan sel dihitung menggunakan Proses ini dilakukan pada masing-
spektrofotometri dengan panjang masing cairan selama dua jam. Tahap
gelombang 625 nm dengan nilai selanjutnya penjernihan (clearing)
absorbansi 0,08-0,10.13 menggunakan xylol/benzol masing-masing
Selanjutnya, 10 helai daun salam jaringan direndam selama 1 ½ jam.
segar warna hijau tua dicuci kemudian Kemudian proses pencetakan (embedding),
dimasukan kedalam panci infus ditambahkan proses ini dikerjakan di dekat sumber panas
akuades sebanyak 100 ml dan ditambah lagi dengan alat-alat yang telah dihangatkan
akuades sebanyak dua kali bobot daun salam terlebih dahulu untuk mencegah pembekuan
kemudian dipanaskan selama 15 menit mulai parafin sebelum proses selesai. Zat yang
dihitung ketika suhunya mencapai 90˚C digunakan adalah parafin histoplast yang
sambil sekali-kali diaduk. Air rebusan diserkai memiliki titik cair 56-57 ˚C. Irisan sampel
selagi panas melalui kain flannel. Untuk jaringan direndam dalam parafin cair selama
mencukupi kekurangan air dan dapat 2 jam. Cetakan diisi dengan parafin cair
menambakan air melalui ampasnya. kemudian jaringan diletakkan di dalamnya
Selanjutnya hasil rebusan diencerkan dengan bantuan pinset. Blok parafin yang
hingga mendapat konsentrasi 20 %, 40 %, sudah setengah beku diberi label untuk
dan 80 % dengan menambahkan akuades.14 memudahkan identifikasi jaringan. Tahap
Langkah berikutnya tikus putih jantan selanjutnya adalah pendinginan blok
dengan usia 2-3 bulan (200-300 gram) parafin pada suhu 4-5˚C. Setelah dingin
diadaptasikan dengan lingkungan penelitian blok parafin dilepaskan dari cetakannya dan
selama 1 hari dan diberi pakan standar dan siap untuk tahap pengirisan jaringan
minum air putih.14 Untuk menjadikannya menggunakan alat mikrotom (5μm). Hasil
periodontitis agresif tikus diinokulasi bakteri potongan yang berbentuk pita (ribbon)
81
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87
(a)
82
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87
(d)
Gambar 3. (a) Gingiva Rahang Atas Tikus
Sehat. (b) Gingiva Rahang Bawah Tikus
Sehat.(c) (c) Gingiva rahang atas tikus setelah
inokulasi bakteri A. actinomycetemcomitans.
(d) Gingiva rahang bawah tikus setelah
inokulasi bakteri A. actinomycetemcomitans
.
Air rebusan daun salam (Eugenia
polyantha w) diaplikasikan pada gingiva tikus
setiap pagi dan sore hari selama 3 hari Gambar 4. Foto mikroskopik jumlah
menggunakan spuit insulin. Air rebusan daun makrofag banyak yang terjadi pada jaringan
salam (Eugenia polyantha w) disemprotkan di periodontal tikus kelompok kontrol. H&E,
gingiva rahang atas 100 x.
dan rahang bawah. Dosis pemberian air
rebusan daun salam (Eugenia polyantha
w) dan dosis pemberian A.
actinomycetemcomitans seperti pada tabel 1.
83
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87
Tabel 5.3. Hasil pengamatan histologi negatif terdiri dari tiga lapisan, namun lapisan
jumlah makrofag pada kelompok kontrol peptidoglikannya lebih tipis dan lapisan
dan kelompok perlakuan lemaknya lebih tebal sehingga zat warna
Ke lompok Jumlah Makrofag Skor kristal violet luntur saat pencucian dengan
alkohol dan dinding selnya menyerap warna
Kontrol 11 3
merah dari safranin.50
Kontrol 13 3 Daun salam (Eugenia polyantha w)
Kontrol 24 3 adalah tanaman yang banyak digunakan
20% 1 0 masyarakat baik sebagai bumbu masakan juga
20% 3 1 digunakan sebagai obat. 5,9,33 Badan POM
20% 5 2 (Pemeriksa Obat dan Makanan) telah
40% 5 2 menetapkan daun salam sebagai salah satu
dari sembilan obat unggulan yang telah
40% 7 2
diteliti atau diuji secara klinis untuk
40% 4 1 menanggulangi masalah kesehatan tertentu.33
80% 3 1 Daun salam (Eugenia polyantha w) memiliki
80% 3 1 potensi sebagai efek farmakologi, anti-
80% 1 0 inflamasi, antimikroba, analgesik dan
antibakteri.9 Hasil penelitian Sumono dan
Hasil penelitian pada semua tikus baik Wulan (2009) menunjukkan bahwa daun
kelompok kontrol maupun kelompok salam (Eugenia polyantha w) mengandung
perlakuan menunjukkan terjadinya senyawa kimia yang terdiri dari tanin,
peningkatan jumlah magrofag yang di amati flavonoid, minyak asiri, saponin, trirerpenoid
secara histologi, walaupun secara klinis hanya dan alkaloid yang bersifat sebagai
satu dari empat tikus yang terlihat adanya farmakologis.9
pembengkakan pada gingiva rahang atas dan Sampel penelitian adalah tikus putih
rahang bawah. (ratus norvegicus), karena tikus putih relatif
Berdasarkan hasil analisis statistik tenang, mudah ditangani, selain itu bentuk
menggunakan Kruskal-Wallis dengan dan susunan jaringan periodontalnya tidak
Microsoft Excel-Analyse it v 2.30 berbeda dengan jaringan periodontal
menunjukkan bahwa air rebusan daun salam manusia.59 Tikus putih yang digunakan jenis
(Eugenia polyantha w) berpengaruh secara kelamin jantan dan berusia 2 – 3 bulan. Tikus
bermakna dalam membantu jumlah makrofag laboratorium adalah spesies tikus ratus
(p=0,05), tabel analisis dapat dilihat pada norvegicus yang dibesarkan dan disimpan
lampiran. untuk penelitian ilmiah. Tikus putih telah
digunakan dalam banyak penelitian
PEMBAHASAN eksperimental mengenai penyakit, pengaruh
A. actinomytemcomitans yang obat-obatan dan topikal lain dalam kesehatan
digunakan pada penelitian ini adalah A. dan kedokteran.60
actinomycetemcomitans dari strain Bakteri A. actinomycetemcomitans
laboratorium, namun untuk menghindari mempunyai kemampuan melakukan penetrasi
terjadinya kontaminasi yang mungkin terjadi ke epitel gingiva, bakteri ini memproduksi
selama penyimpanan, maka pada penelitian leukotoksin yang dapat membunuh netrofil
ini juga dilakukan uji konfirmasi dengan dan monosit. Dinding sel bakteri Gram
pewarnaan Gram. Hasil pewarnaan Gram A. negatif mengandung lipopolisakarida (LPS,
actinomycetemcomitans terlihat berwarna endotoksin) yang mana dikeluarkan setelah
kemerahan dan koloninya berbentuk bakteri mati, selain sebagai pencetus
kokobasilus. Terbentuknya warna merah terjadinya proses inflamasi, LPS juga dapat
merupakan karakteristik bakteri Gram negatif menyebabkan nekrosis jaringan. Selain itu
yang disebabkan oleh ketidakmampuan bakteri ini juga memproduksi enzim
dinding selnya menyerap warna kristal violet. kolagenase yang dapat merusak kolagen tipe
Susunan dinding sel pada bakteri Gram 1. Hal ini dapat mendorong terjadinya
85
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87
degradasi kolagen dan gangguan pada secara bermakna dalam membantu jumlah
jaringan ikat periodontal.61 makrofag (p=0,05). Kehadiran makrofag
Inflamasi merupakan respon tubuh dalam proses inflamasi seperti diketahui
terhadap jejas dan benda asing atau merupakan satu indikasi jejas ataupun infeksi
mikroorganisme yang masuk ke tubuh sedang memasuki tahap penyembuhan. Hasil
penjamu. Penelitian ini membuktikan bahwa ini sesuai dengan tampilan histologi penelitian
respon tersebut sangat tergantung pada dimana ditemukan sejumlah fibroblas. Peran
seberapa besar bakteri A. fibroblas sangat besar pada proses perbaikan
actinomycetemcomitans yang masuk ke yaitu bertanggung jawab pada persiapan
tubuh tikus. Sebagaimana diperlihatkan pada menghasilkan produk struktur protein yang
hasil dimana tikus pada kelompok perlakuan akan digunakan selama proses rekonstruksi
80% yang diinokulasikan lebih banyak jaringan.66 Fibroblas akan aktif bergerak dari
daripada kelompok perlakuan lainnya yang jaringan sekitar inflamasi ke daerah inflamasi,
secara klinis menunjukkan pembengkakan kemudian akan berproliferasi serta
pada gingiva rahang atas dan bawahnya. mengeluarkan beberapa substansi seperti
Walau demikian, kelompok tikus lainnya kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin
secara histologi tetap menunjukkan adanya dan proteoglycans yang berperan dalam
respon inflamasi. Ini dibuktikan dengan rekontruksi jaringan baru.66 Hal ini terjadi
adanya ciri-ciri terjadinya respon inflamasi karena daun salam memiliki efek anti-
seperti vasodilatasi. Hal ini sesuai dengan inflamasi yang dapat meringankan respon
pernyataan Baratawidjaja GK dan Rengganis inflamasi serta dapat mempercepat proses
I yang menyebutkan pada jaringan yang penyembuhan.
mencirikan telah terjadi respon inflamasi Kemampuan daun salam dalam
ditemukan vasodilatasi yang menghasilkan membantu jumlah makrofag karena
peningkatan volume darah.65 mempunyai kandungan kimia seperti tanin,
Volume darah yang meningkat di flavonoid yang bersifat sebagai antiinflamasi,
jaringan dapat menimbulkan perdarahan. antimikroba dan antibakteri, minyak asiri
permeabilitas vaskular yang memungkinkan yang bersifat analgetik dan antibakteri
sel-sel inflamasi seperti PMN dan sel sedangkan saponin, triterpenoid dan alkaloid
makrofag untuk menyingkirkan bahan-bahan yang juga bersifat sebagai antibakteri
asing dan mati di jaringan yang cedera.65 sehingga mampu membatu terjadinya proses
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian inflamasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
ini, dimana ditemukan sejumlah makrofag air rebusan daun salam (Eugenia polyantha
yang merupakan salah satu sel fagosit yang w) berpengaruh terhadap jumlah makrofag
dikeluarkan untuk respon inflamasi. pada periodontitis agresif yang terlihat pada
Pada sediaan histologi, didapatkan gambaran histologi.
jaringan periodontal tikus memperlihatkan
minimnya kehadiran sel-sel PMN, dominasi KESIMPULAN
sel fagosit yang ditemukan adalah sel Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
makrofag. Hasil ini juga telah disimpulkan bahwa air rebusan daun salam
mengkonfirmasikan bahwa air rebusan daun (Eugenia polyantha w) dengan konsentrasi
salam terbukti memiliki fungsi anti-inflamasi, 20%, 40%, dan 80% berpengaruh secara
dimana kandungan air rebusan daun salam bermakna terhadap jumlah makrofag pada
dapat menekan aktivitas PMN yang secara gambaran histologi periodontitis agresif.
klinis akan memperlihatkan ciri-ciri rubor,
dolor, dan kalor. Sebaliknya, air rebusan daun
salam berdasarkan penelitian ini dapat DAFTAR PUSTAKA
membantu respon inflamasi. Berdasarkan 1. Kesic L, Petrovic M, Obradovic R, Pejcic
hasil analisis statistik menggunakan Kruskal- A. The importance of aggregatibacter
Wallis dengan Microsoft ExcelAnalyse it v actinomycetemcomitans in etiology of
2.30 menunjukkan bahwa air rebusan daun periodontal disease-mini review. Acta
salam (Eugenia polyantha w) berpengaruh Medica Medianae 2009;48:35-37
86
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87
2. Utami TE, Kuncoro AR, Hutami RI, Sari bakteri Streptococcus sp. Majalah
TF, dan Handajani J. Efek antiinflamasi Farmasi Indonesia 2009; 20:112-118.
ekstrak daun sembukan (Paederia 10.Winarto W.P. memanfaatkan bumbu dapur
scandens) pada tikus wistar. Majalah Obat untuk meengatasi aneka penyakit.
Tradisional 2011;16:95-100. Agromedia Pustaka. Jakarta 2004.
3. Taughels W, Haake SK, Sliepen I, 11.Noveriza R, Miftakhurohmah. Efektivitas
Pauwels M, Van Eldere J, Cassiman JJ, ekstrak mentol daun salam (Eugenia
Quirynen M. Bacteria interfere with A. polyantha) dan daun jeruk peruk (Cytrus
actinomycetemcomitans colonization. histrix) sebagai antijamur pada
Journal of Dental Research 2007; 86:611- pertumbuhan Fausarium axysporum.
617. Jurnal Littri 2010;16:6-11
4. Quirinen M, Teughels W, Haake SK, 12.Benson. Microbiological applications
Newman MG. Microbiology of laboratory manual in general
periodontal disease. In: Carranza, editors. microbiology. 8th ed. The MeGraw-Hill
Carranza’s Clinical Periodontology. 10th Companies, 2001. p. 93-98
ed. St.Louis: Elsevier. 2007. p.160-161. 13.Tim mikrobiologi. Penuntun praktikum
5. Wijayakusuma H. Tumbuhan berkasiat mikrobiologi. Fakultas Kedokteran
obat Indonesia rempah, rimpang dan umbi. Universitas Syiah Kuala. 2002.
Prestasi instan Indonesia. Jakarta 2002. 14. Ariyanti R, Wahyuningtyas N,
6. Fine DH, Makowitz K, Furgang D, Wahyuni SA. Pengaruh pemberian
Velliyagounder K. Aggregatibacter infusa daun salam (Eugenia polyantha
actinomycetemcomitans as an early wight) terhadap penurunan kadar asam
colonizer of oral tissue: epithelium as a urat darah mencit putih jantan yang
resevoir? Journal of Clinical Microbiolgy
2010; 48:4464-4473.
diinduksi dengan potassium
7. Nakanishi FA, Avila-Camos MJ, Kamiji oksonat.Pharmacon 2007;8:56-63.
NH, Itano EN. Immunoglobulin 15. Praptiwi, Muis FS, Hadisaputro S,
Gproteolytic activity of Actinobacillus Suryono. Sumbangan All-Trans asam
Actinomycetemcomitans. Braz J Microbiol retinoat (ATRA) baggi penyembuhan
2006; 37:42-6. periodontitis. Media Medika Indonesia
8. Fine DH, Markowitz K, Furgang D, Fairlie 2011;45:169-173.
K, Ferrandiz J, Nasri C, et al. 16. Mohamad M. Teknik pembuatan
aggregatibacter actinomycetemcomitans preparat histology dari jaringan hewan
and its relationship to initiation of dengan pewarnaan hematoksilin dan
localized aggressive periodontitis: eosin (H&E). Balai Penelitian
longitunal cohort study of initially healthy
adolescent. J Clin Microbiol 2007;
Veteriner, Jl. R. E Martadinata 30,
45:3859-3869. Bogor 2001.
9. Sumono A dan Wulan A. Kemampuan air 17. Jusuf AA. Histoteknik dasar. Fakultas
rebusan daun salam (Eugenia polyantha Kedokteran Universitas Indonesia 20
w) dalam menurunkan jumlah koloni
87
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91
ABSTRAK
Saliva merupakan cairan mulut kompleks yang disekresi olehkelenjar saliva mayor dan minor.
Hampir 90% saliva dihasilkan pada saat makan sebagairespon terhadap rangsangan
pengecapan dan pengunyahan makanan. Unsur-unsur penting di dalam saliva terdiri dari
beberapa komponen, salah satunya adalah laju aliran saliva. Laju aliran saliva dalam mulut
dapat berubah karena adanya rangsangan baik mekanis maupun kimiawi. Kopi memiliki
kandungan asam dan kafein yang berdampak negatif pada kesehatan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbandingan kecepatan laju aliran saliva sebelum dan sesudah
mengkonsumsi kopi jenis Robusta (Coffea cannephora) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Syiah Kuala. Saliva yang distimulasi dikumpulkan dari 30 orang mahasiswa
dengan menggunakan metode spitting sebelum dan sesudah meminum kopi robusta. Uji
penelitian menggunakan analitik komparatif dengan metode kategori berpasangan. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna laju aliran saliva sebelum
dan sesudah konsumsi minuman kopi jenis Robusta (Coffea cannephora). Sebagai kesimpulan,
laju aliran saliva didapatkan lebih rendah saat sebelum mengkonsumsi kopi robusta.
Kata kunci:laju aliran saliva, kopi Robusta (Coffea cannephora)
ABSTRACT
Saliva is a complex oral fluid secreted byboth major and minor salivary glands. Almost 90%
of saliva is produced during meal time as a response to taste and mastication. Saliva contains
several essential components, one of which is the salivary flow rate. The salivary flow rate in
the mouth can change due to mechanicaland chemical stimuli. Coffee contains acid and
caffeine which have negative impacts towards health. This study aims to compare the salivary
flow rate ratio before and after consumption of Robusta coffee (Coffea cannephora) among
dental students at University ofSyiah Kuala. Stimulated saliva was collected from 30 students
using spitting method before and after drinking robusta coffee. This study used comparative
analytic which tested pair category method. The statistical analysis showed there was
significant difference of salivary flow rate before and after consumption of robusta coffee. In
conclusion, the salivary flow rate was found to be slower at the time before consumption of
robusta coffee.
Keyword: salivary flow rate, Robusta coffee (Coffea cannephora)
88
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91
89
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91
90
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91
91
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97
Abstrak
Bahan cetak alginate digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan negatif dari rongga mulut.Bahan
cetak ini memiliki sifat imbibisi yaitu menyerap air sehingga dapat mempengaruhi stabilitas dimensi
apabila direndam dalam desinfektan.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek imbibisi pada
bahan cetak alginate yang direndam dalam larutan desinfektan Sodium Hypochlorite.Metode
penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan pretest dan posttest dengan kontrol
aquades. Alginate dicetak dengan menggunakan cetakan dengan diameter 28 mm dan tinggi 18 mm.
Hasil cetakan alginate direndam dalam larutan sodium hypochlorite 0,5% dan 1% selama 3 menit, 5
menit dan 10 menit. Perhitungan berat imbibisi dilakukan dengan menggunakan timbangan
digital.Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya imbibisi pada bahan cetak alginate yang direndam
larutan Sodium Hypochlorite selama 3 menit, 5 menit dan 10 menit. Uji statistik Two Way Anova
Repeated Measure menunjukan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada menit imbibisi, sedangkan
konsentrasi larutan memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini
adalah bahan cetak alginate memiliki efek imbibisi terhadap perendaman dalama larutan Sodium
Hypochlorite.
Kata Kunci: Hydrocolloid, Alginate, Sodium ,Hypochlorite, Imbibisi
Abstract
Alginate impression used to obtain the results of a negative mold of the oral cavity . The impression
materials have character that absorb water it is imbibition that can affect the dimensional stability
when immersed in disinfectant . Aim of this study is to observed the effect of imbibition on alginate
impression material which immersed in a disinfectant solution of Sodium Hypochlorite .The method
used was experimental with pretest and posttest with control group design . The mold were diameter
of 28 mm and height 18 mm .the impression were immersed in sodium hypochlorite 0.5 % and 1 %
for 3 minutes , 5 minutes and 10 minutes . Imbibition weight calculation is done by using digital
scales.The results showed that the presence of imbibition on impression material alginate that
immersed in Sodium Hypochlorite solution for 3 minutes , 5 minutes and 10 minutes . Statistical Test
Two Way Repeated Measure ANOVA showed a significant difference ( p< 0.05 )in minutes
imbibition , while the concentration of the solution had a significant difference ( p > 0.05 ).The
conclusion of this study is the alginate impression material has the effect of imbibition to immersion
Sodium Hypochlorite solution.
Keywords: Hydrocolloid, Alginate , Sodium, Hypochlorite , imbibition
92
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97
93
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97
94
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97
95
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97
adanya kalsium alginate yang terkandung direndam dalam larutan 0.5% sodium
dalam alginate sehingga alginate dapat hypochlorite selama 3 menit, 5 menit dan 10
berikatan dengan air dan mudah mengembang.1 menit yang artinya terdapat penyerapan air
Berdasarkan Penelitian ini dapat pada bahan cetak. Terdapat perbedaan yang
disimpulkan bahwa bahan cetak irreversible bermakna (p<0.05) pada imbibisi bahan cetak
hydrocolloid alginate memiliki efek imbibisi hydrocolloid irreversible alginate yang
yang dapat menyebabkan perubahan stabilitas direndam dalam larutan 1 % sodium
dimensi sebelum di cor dengan gypsum apabila hypochlorite selama 3 menit, 5 menit dan 10
direndam dalam desinfektan sodium menit yang artinya terdapat penyerapan air.
hypochlorite 0,5%, 1% dan aquadest sebagai Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
kontrol . Semakin lama waktu perendaman (p>0.05) pada imbibisi bahan cetak
akan mengakibatkan cetakan alginat mengalami hydrocolloid irreversible alginate yang
imbibisi sehingga kandungan air yang direndam dalam larutan 0.5 % sodium
terkandung didalamnya meningkat yang hypochlorite dan 1% sodium hypochlorite
menyebabkan cetakan menjadi tidak akurat selama 3 menit, 5 menit dan 10 menit.
lagi. Ditambah lagi bahan cetak alginate
mengandung banyak air yaitu sekitar 85% SARAN
sehingga cenderung untuk terjadi distorsi yang Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
disebabkan oleh ekspansi yang berhubungan penulis menyampaikan saran bahwa perlu
dengan sifat imbibisi dari cetakan alginate.23 dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
Perubahan bahan cetak alginate terjadi perendaman bahan cetak hydrocolloid
setelah bahan cetak direndam Irreversible Alginate dalam larutan Sodium
desinfektan.Disimpulkan bahwa adanya Hypochlorite.
penyerapan pada bahan cetak alginate sehingga
menyebabkan terjadinya ekspansi, dimana pada DAFTAR PUSTAKA
alginat terdapat ion-ion seperti Na, SO42-, 1. Philips RW. Buku Ajar Ilmu Bahan
PO43- sebagai potensial osmotik.20 Kedokteran Gigi. Edisi 10. Anusavice,
Hydrocolloid Irreversible merupakan Keneth J. Jakarta: EGC, 2003: 94-114
bahan cetak yang dapat berikatan dengan air. 2. Fitriana, Destriana dkk. Pengaruh
Menurut Sushan (2012) dalam jurnal Study for desinfeksi dengan berbagai macam
imbibitiom and syneresis menyatakan salah larutan desinfektan pada hasil cetakan
satu faktor yang menyebabkan imbibisi pada alginate terhadap stabilitas dimensional.
bahan cetak hydrocolloid irreversible adanya Universitas Jember. 2013.
kalsium alginate yang menyebabkan 3. Ahsan, Mohamad Rafiul dkk. Study on
pembengkakan yang menyebabkan perubahan antimicrobial effect of disinfecting
stabilitas dimensi apabila alginate direndam solutions on alginate impression material:
dalam air dan mengurangi kalsium alginate Update Dent, J 2013; 3(1) : 18-23
dapat mengurangi pembengkakan tersebut.21 4. Panza, Leonardo Henrique Vadenal dkk.
Saito, dkk (1998) juga mengatakan bahwa Evaluation of Dimensional Stability of
tekanan osmotik antara gel alginat dan larutan Impression Materials Immersed in
perendaman menyebabkan alginate mengalami disinfectant solution using a metal tray,
ekspansi (mengembang) ketika direndam 2005.
dengan larutan desinfektan.22 5. Memariam Maryam, Fazzel Reza M,
Ketidakstabilan dimensi pada bahan Jamalifar Hossein, Azimnejad.
cetak juga dapat disebabkan kesalahan yang Disinfection efficiency of hydrocolloid
bersifat random dalam penelitian ini misalnya, impression using different concentration of
gerakan melepas alginate dari cetakan yang sodium hyochlorite: a pilot study. The
tidak tepat ataupun suhu ruangan. Journal of Contemporary Dental Practice
2007;8(4): 1-8
KESIMPULAN 6. Warden, Robert J. Hypochlorite based
Setelah dilakukan penelitian dapat di desinfektan for dental impression
simpulkan bahwaTerdapat perbedaan yang <http://www.google.com/patents/US56246
bermakna (p<0.05) pada imbibisi bahan cetak 36>, 1997.
hydrocolloid irreversible alginate yang
96
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97
97
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104
Abstrak
Penanganan trauma dentoalveolar merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
dokter gigi. Dibutuhkan pengetahuan dokter gigi yang memadai agar dapat menghasilkan perawatan
yang efektif dan menghindari konsekuensi yang serius dalam penanganan kasus trauma dentoalveolar,
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa mayoritas dokter gigi memiliki tingkat pengetahuan
penanganan trauma dentoalveolar yang tidak memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dokter gigi muda terhadap penanganan trauma dentoalveolar di Rumah Sakit
Gigi Mulut Univesitas Syiah Kuala. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain
cross sectional. Cara pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner dengan jumlah subjek
sebanyak 256 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dokter gigi muda
terhadap penanganan trauma dentoalveolar mayoritas adalah sedang berjumlah 196 orang (sebesar
76,56%) dan tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 58 orang (sebesar 22,66%), serta pengetahuan
rendah hanya berjumlah 2 orang (sebesar 0,78%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan dokter gigi muda terhadap penanganan trauma dentoalveolar di RSGM Unsyiah
dikategorikan sedang dengan jumlah 196 orang (sebesar 76,56%).
Kata kunci: Trauma dentoalveolar, tingkat pengetahuan
Abstract
Handling dentoalveolar trauma is a competence that must be owned by a dentist. In dealing with
dentoalveolar trauma cases, adequate knowledge of the dentist is needed in order to produce an
effective treatment and avoid the serious consequences that can occur in treatment. Previous study
states that the majority of dentists have the knowledge level handling dentoalveolar trauma inadequate
to do treatment. The purpose of this study was to determine the knowledge level dental students for
treatment dentoalveolar trauma at RSGM Syiah Kuala University. This study is descriptive reasearch
using cross sectional study design with a number of subjects as much as 256 people. The data
collected through questionnaires. The results showed that the knowledge level of dental students to
dentoalveolar trauma treatment at RSGM Syiah Kuala University majority moderate the number of
196 people (76.56%) and the high knowledge level numbering 58 people (22.66%), and low only
account for 2 persons (0 , 78%). From the results of this study concluded that the knowledge level of
dental students to dentoalveolar trauma treatment at RSGM Syiah Kuala University moderate
categorized by the number of 196 people (76.56%).
Keywords: Trauma dentoalveolar, knowledge level
98
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104
99
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104
100
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104
80
30
tepat.14,15
20
Tabel 3 Menunjukkan bahwa
10
mayoritas dari dokter gigi muda di RSGM
0
Unsyiah memiliki pengetahun terhadap
Prosedur Diagnosis Penanganan Fraktur Gigi Penanganan Trauma
periodontal
Penanganan Fraktur
Alveolar penanganan trauma dentoalveolar dalam
kategori sedang yaitu (76,56%). Hasil ini
Gambar 1. Diagram batang tingkat pengetahuan
sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
berdasarkan bagian
Kostopoulou dan Duggal (2005) menyatakan
bahwa pengetahuan keseluruhan dokter gigi
dalam pengobatan darurat terhadap trauma
dentoalveolar tidak memadai. Hasil penelitian
ini dikonfirmasi oleh Hamilton dkk, bahwa
dokter gigi di sektor perawatan primer
101
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104
memiliki pengetahuan yang tidak cukup untuk dengan kondisi dokter gigi muda yang masa
menangani trauma gigi, dan sebagian besar kepaniteraannya semakin lama memiliki
dokter gigi memiliki pengalaman yang pengetahuan yang semakin rendah yakni pada
minimal dalam menangani trauma gigi.10 dokter gigi muda dengan masa kepaniteraan
Hasil penelitian ini yang menunjukkan lebih dari 3 tahun hanya terdapat 10 orang
bahwa mayoritas subjek memiliki pengetahuan (23,3%) dengan kategori tinggi. Hasil ini
tentang penanganan trauma dentoalveolar sesuai dengan penelitian Nuvvula (2011),
dalam kategori sedang berkaitan dengan menyatakan bahwa dokter gigi dengan masa
pendidikan yang didapat oleh dokter gigi. Thai kerja lebih lama yakni diatas 10 tahun
dan Parashos (2007), menyatakan bahwa memiliki tingkat pengetahuan tentang
kurangnya pendidikan lanjutan tentang penanganan trauma dentoalveolar yang lebih
penanganan trauma gigi setelah masa sarjana rendah dibandingkan dengan dokter gigi yang
menyebabkan kurangnya pengetahuan dan masa kerjanya 1-5 tahun.19
kemampuan dokter gigi.16 Hal ini dapat berkaitan dengan
Tabel 4 dan Gambar 1 Menunjukkan kurangnya pengalaman dan informasi dokter
bahwa dokter gigi muda mayoritas memiliki gigi muda dalam menangani trauma
pengetahuan yang rendah terhadap dentoalveolar, serta disebabkan oleh tidak
penanganan fraktur gigi dibandingkan dengan adanya pembelajaran lebih lanjut tentang
ketiga bagian penanganan trauma trauma dentoalveolar pada dokter gigi muda
dentoalveolar lainnya, hingga frekuensi dokter setelah masa sarjana. Thai dan Parashos
gigi muda yang dikategorikan rendah pada (2007), menyatakan bahwa kurangnya paparan
penanganan fraktur gigi mencapai (37,11%) dokter gigi terhadap penanganan trauma gigi
dan frekuensi kategori tinggi hanya (23,44%) dan tidak ada pembelajaran lebih lanjut oleh
yang merupakan nilai terendah dari tiga bagian dokter gigi menyebabkan ilmu pengetahuan
lainnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian tentang penanganan gigi yang telah diperoleh
sebelumnya oleh Glendor (2009), menyatakan semakin berkurang dari waktu ke waktu.16
bahwa beberapa laporan antara tahun 1999- Pernyataan tersebut sesuai dengan Nuvvula
2009 telah dipublikasikan dengan hasil yang (2011), yang menyatakan bahwa untuk
mengecewakan bahwa pengetahuan dokter mendapatkan pengetahuan yang baik
gigi terhadap penanganan Traumatic Dental dibutuhan pembelajaran yang terus berlanjut
Injury (TDI) masih dikategorikan rendah.11 serta meningkat frekuensi dalam menangani
Talluri (2014) juga memaparkan hasil kasus trauma gigi secara langsung.19
penelitian yang sama bahwa tenaga medis Menurut peneliti penurunan tingkat
yang menjadi subjek pada penelitiannya pengetahuan pada dokter gigi muda di RSGM
memiliki pengetahuan terhadap penanganan Unsyiah dapat berhubungan dengan perolehan
trauma gigi yang tidak memadai untuk informasi terhadap penanganan trauma
melakukan perawatan.17 dentoalveolar selama masa kepaniteraannya.
Hasil ini berbanding terbalik dengan Kurangnya perolehan informasi terhadap
penelitian Red (2014) menyatakan bahwa penanganan trauma dentoalveolar baik secara
dokter gigi yang menjadi subjek pada teori maupun pengalaman dalam melakukan
penelitiannya memiliki tingkat pengetahuan penanganan trauma dentoalveolar dapat
yang tinggi terhadap penanganan trauma menyebabkan kurangnya pengetahuan untuk
gigi.18 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh menguasainya.20 Hal ini sesuai dengan kondisi
perolehan pendidikan yang cukup terhadap dokter gigi muda di RSGM Unsyiah bahwa
penanganan trauma baik secara teori maupun mereka tidak melakukan semua tindakan
pengalaman penanganan langsung pada pasien perawatan terhadap trauma dentoalveolar dan
yang dapat meningkatkan pengetahuan. pembelajaran yang didapat hanya sebatas pada
Tabel 5 dan Gambar 2 Menunjukkan masa pre-klinik saja, namun hal ini dibutuhkan
bahwa tingkat pengetahuan dokter gigi muda penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
terhadap penanganan trauma dentoalveolar faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya
dengan kategori tinggi mayoritas terdapat pada pengetahuan dokter gigi muda terhadap
dokter gigi muda dengan masa kepaniteraan perawatan khususnya terhadap penanganan
kurang dari 1 tahun yakni 23 orang (31,5%) trauma dentoalveolar.
102
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104
103
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104
104
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110
ABSTRAK
Fluoride sering terdapat di dalam pasta gigi dengan kadar 1500 ppm. Jika fluoride terpapar dengan
dentin, fluoride dapat mengubah struktur dan ukuran kristal Hidroksiapatit yang merupakan
pembentuk dentin. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemaparan fluoride 1500 ppm
terhadap diameter tubulus dentin. Penelitian ini menggunakan Atomic Force Microscopy dan ukuran
diameter tubulus dentin dianalisis dengan software gwyddion v.2.30. Enam gigi premolar digunakan
sebagai spesimen dan dipotong pada area mahkota dekat CEJ kemudian dihaluskan. Spesimen
dikelompokkan ke dalam enam kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang dipaparkan
larutan fluoride 1500 ppm dengan durasi 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8 menit dan 10 menit. Pemaparan
dengan fluoride dilakukan selama 7 hari. Sebanyak 5 tubulus dentin dari masing-masing spesimen
dihitung ukuran diameternya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa diameter tubulus dentin pada
kelompok kontrol memiliki ukuran rerata yang paling besar yaitu 4,41 µm. Sedangkan ukuran rerata
diameter tubulus dentin pada kelompok perlakuan yaitu 2,63-3,53 µm. Hasil uji analisi statistik one-
way ANOVA dan uji Tukey menunjukkan semua kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang
signifikan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemaparan larutan fluoride
1500 ppm dapat mengurangi diameter tubulus dentin secara signifikan walaupun belum mampu
menutupi tubulus dentin yang terbuka dengan sempurna.
Kata kunci: fluoride, diameter tubulus dentin,Atomic Force Microscopy.
ABSTRACT
A concentration of 1500 ppm fluoride is often contained in toothpaste . If fluoride exposed to dentin,
it can change the structure and size of hydroxyapatite crystals which is dentinal forming structure.
This study aimed to analyze the effect of 1500 ppm fluoride exposure on dentinal tubules size. This
study used Atomic Force Microscopy and the diameter size of dentinal tubules was analyzed by
software gwyddion v.2.30. The total of six premolars were prepared as specimens and was cut in on
the crown area near CEJ and afterwards was polished. Specimens were divided into six groups as
follows; control group and experimental group which was exposed to 1500 ppm fluoride solution as
long as 1 minute, 3 minutes, 5 minutes, 8 minutes and 10 minutes. Fluoride exposure was conducted
for 7 days. The diameter size of five dentinal tubules of each specimen was counted. The result of this
study showed that diameter size of dentinal tubules in control group had the highest mean value of
4.41 µm. While the mean size of diameter of dentinal tubules in experimental group was 2.63 μm to
3.53 μm. The statistical result of one-way ANOVA and Tukey test showed that all the control groups
had significant difference with the control group (p<0.05). It was concluded that exposure to 1500
ppm fluoride solution could significantly reduce the diameter size of dentinal tubules, although it was
incapable to throughly cover the exposed dentin.
Keyword: fluoride, dentinal tubules diameter, Atomic Force Microscopy
105
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110
106
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110
direndam dalam larutan NaF masing-masing kelompok yang berbeda secara signifikan
selama 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8 menit dan (P<0,05). Dengan demikian pemaparan
10 menit. Larutan natrium fluoride yang telah larutan NaF 1500 ppm dapat mempengaruhi
dipersiapkan di tempatkan dalam vial plastik ukuran diameter tubulus dentin.
sebanyak 10 ml untuk setiap spesimen dan Analisis post hoc dengan
diganti setiap kali perendaman. Setelah menggunakan uji Tukey dilakukan untuk
dipaparkan dengan larutan Fluoride, setiap melihat kelompok mana yang menunjukkan
spesimen ditempatkan dalam wadah berisi perbedaan yang bermakna. Hasil uji Tukey ini
aquades dan disimpan dalam inkubator pada dapat dilihat pada Tabel 2.
suhu 37±1oC. Perlakuan terhadap spesimen
tersebut diulangi selama 7 hari. Tabel 2 Perbandingan nilai kemaknaan antar
Area yang diperiksa adalah bagian kelompok perlakuan
permukaan dentin dengan luas permukaan Kelompok pembanding P
yang discan dengan AFM yaitu 20x20 µm
sehingga akan memberikan gambaran yang kontrol 1 menit 0,041*
107
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110
menghilangkan smear layer juga ikut Keadaan ini bisa saja disebabkan oleh waktu
mempengaruhi peningkatan diameter tubulus pemaparan yang masih kurang lama.
dentin. Hal ini disebabkan penetrasi asam ke Pemakaian natrium fluoride untuk mengurangi
dalam tubulus dentin yang melarutkan mineral hipersensitivitas dentin juga tidak memberikan
pada dinding tubulus dentin dan memperlebar hasil yang signifikan, seperti penelitian yang
diameter tubulus dentin.20,21 dilakukan oleh Plagmann yang masih
Penurunan diameter tubulus dentin menemukan respon hipersensitivitas setelah
menunjukkan adanya perubahan pada tubulus pemakaian pasta gigi yang mengandung
dentin akibat pengaruh dari fluoride. Ion fluoride 1400 ppm setelah 8 minggu. Respon
fluoride dalam larutan dapat berinteraksi hipersensitivitas dentin yang masih timbul ini
dengan mineral dentin dalam beberapa cara mengindikasikan masih adanya tubulus dentin
yang berbeda. Interaksi antara ion fluoride yang terbuka. 51
dengan kalsium dalam tubulus dentin dapat
membentuk kalsium fluoride (CaF2) yang KESIMPULAN
dapat menurunkan permeabilitas tubulus Pemaparan fluoride 1500 ppm pada
dentin. Pembentukan kalsium fluoride ini durasi waktu 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8
menjadi faktor penurunan diameter tubulus menit, dan 10 menit dapat mengurangi
dentin dan penutupan tubulus dentin. diameter tubulus dentin. Semakin lama durasi
Pembentukan kalsium fluoride juga dapat pemaparan fluoride 1500 ppm akan semakin
memicu proses remineralisasi pada mengurangi ukuran diameter tubulus dentin
hidroksiapatite. Menurut Aoba, pembentukan
kalsium fluoride dimungkinkan ketika DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi ion fluoride lebih dari 100 ppm 1. Roveri N, Battistella E, Bianchi CL,
dan jumlah kalsium fluoride yang terbentuk Foltran I, Foresti E, Lafisco M dkk.
akan meningkat sejalan dengan peningkatan Surface enamel remineralization:
aktifitas ion fluoride.4 biomimetic apatite nanocrystals and
Fluoride merupakan ion yang sangat Fluoride ions different Effects. Journal of
reaktif. Skala Pauling untuk fluoride adalah Nanomaterials Volume 2009; 10:1-6.
3,98. Hal ini membuat fluoride memiliki sifat 2. Bizang M, Yong-hee P Chun, Winterfeld
elektronegativitas yang tinggi sehingga akan MT, Alterburger MJ, Wolfgang HM,
menimbulkan gaya tarik terhadap ion kalsium Zimmer S. Effect of a 5000 ppm Fluoride
yang berdekatan. Selain dapat membentuk toothpaste and a 250 ppm Fluoride mouth
kalsium fluoride, fluoride juga secara rinse on the demineralisation of dentin
fisikokimia dapat mengendap ke dalam surfaces. BMC Research Notes 2009;
struktur kristal dentin. Fluoride dapat 147(2):1-6
mengganti gugus hidroksida (OH-) pada 3. Rakita PE. Dentifrice Fluoride. Journal
kristal hidroksiapatit yang terdapat pada of Chemical Education.
dentin. Penggantian gugus hidroksida dengan http://www.jce.divched.org, 18
fluoride akan membentuk fluorohidroksiapatit September 2012.
dan fluoroapatit serta mampu memicu proses 4. Aoba T. The effect of fluoride on apatite
remineralisasi.4,47 Miglani juga berpendapat structure and growth. Crit Rev OralBiol
bahwa pemaparan larutan fluoride terhadap Med 1997; 8(2):136-153.
dentin dapat memicu pembentukan kristal 5. Agarwal SK, Tandon R. Praveen G,
fluoroapatit yang jauh lebih stabil Gupta S. Dentine hypersensitivity: a new
dibandingkan kalsium fluoride di dalam vision on old dental science. Indian
tubulus dentin.48 Journal of Dental Science 2010; 2(2):20-
Berdasarkan hasil penelitian, walaupun 30.
terjadi penurunan ukuran diameter yang 6. Arrais AG, Micheloni CD, Giannini M,
signifikan pada spesimen perlakuan Chan D. Occluding Effect of Dentifrices
dibandingkan spesimen kontrol, penggunaan on Dentinal Tubules. Journal of Dentistry
natrium fluoride 1500 ppm sebagai bahan 2003; 31:577-8.
untuk pengobatan hipersensitivitas dentin 7. Ritter AV, Dias W, Miguez P, Caplan
tidak memberikan hasil yang optimal. Hal ini DJ, Swift EJ. Treating cervical dentin
dikarenakan masih adanya tubulus dentin yang hypersensitivity with Fluoride varnish. A
terbuka meskipun pada durasi 10 menit.
108
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110
randomized clinical study. JADA 2006; 20. Riset Kesehatan Dasar 2007. Departemen
137:1013-1020 Kesehatan RI, 2008.p.137.
8. Bartold PM. Dentinal Hypersensitivity: a 21. Bray KK. Toothbrushing behavior
Review. Australian Dental Journal 2006; change. American Dental
51(3):212-218. HygienistAssosiation 2010.p.2.
9. Pinto SC, Silveira CMM, Pochapski MT, 22. Mjor IA. Ole Feejerskov. Human Oral
Pilatti GL, Santos FA. Effect of Embriology and Histology. Alih bahasa:
desensitizing toothpastes on dentin. Braz Siregar F. Jakarta: Widya Medika,
Oral Res 2012; 26(5):410-417. 1991.p.81-92.
10. Arrais AG, Chan D, Giannini M. Effect 23. Syngcuk K, Hayeraas J, Haug S.
of Desensitizing Agent on Dentinal Structure and Function of the Dentin-
Tubule Occlusion. J Appl Oral Sci 2004; Pulp
12(2):144-8. Complex.Http://www.4endo.net/9b63ecc
11. Rosing CK, Fiorini T, Liberman DN, oe8, 21 Oktober 2012.
Cavagni J. Dentin Hypersensistivity: 24. Balogh MB, Fehrenbach MJ. Dental
Analisis of Self-Care Product. Braz Oral Embriology, Histology, and Anatomy. 2nd
Res 2009; 23(1):56-63. ed. Missouri: Evolve Elsevier,
12. Akca AE, Gokce S. Kurkcu M, Ozdemir 2006.p.192-201.
A. Clinical Assessment of Bond and 25. Phashley, David H. Richard E.Walton.
Fluoride in Dentin Hypersensitivity. Harold.C.Slavkin. Histology
Gulhane Military Medical Academy andPhysiologi of the Dental Pulp. In
Centerof Dental Sciences Department of Endodentic. 5t h. Chapter 2. USA: Bc
Periodontology 2006; 30(4):92-100. DeckerInc, 2008.p.48-53.
13. Vierra APGF, Hancock R, Dumitriu M, 26. Brand RW, Isselhard DE. Enamel,
Limeback H, Grynpas MD. Fluoride’s dentin, and pulp. In: Anatomy of
effect on human dentin ultrasound Orofacial Structure. 7th ed. Missouri:
velocity (elastic modulus) and tubule Mosby Elsevier, 2003.p. 271-273.
size.Eur J Oral Sci 2006; 114:83-88. 27. Nanci A. Dentin-pulp complex. In: Ten
14. Mc Ginley JS, Stoufflet MN. Cate’s Oral Histology Development,
Fluoridation fact. American Dental Structure and Function. 7t hed. Missouri:
Asosiation 2005:10. Mosby Elsevier, 2008.p.191-214.
15. U.S Departement of Health and Human Avery JK, Chiego DJ Jr. Essential of
Servis. Recommendation for Using Oral Histology and Embriology. A
Fluoride to Prevent and Control Dental ClinicalApproach. 3rded. Missouri:
Caries in the United State. 2001; Mosby Elsevier, 2006.p.108-113.
50(14):13-21 29. Mjor IA. Dentine Permeability: The
16. Jones S, Burt BA, Petersen PE, Lennon Basis of Understanding Pulp Reaction
MA. The Effective Use of Fluorides in and Adhesive Technology. Braz Dent J
Public Health. Bulletin of the World 2009; 20(1):3-16.
Health Organization 2005; 83(9):670- 30. Ghazali FB. Permeability of Dentin.
676. Malaysian Journal of Oral Science 2003;
17. Kadir RA, Latif LA. Fluoride Level in 10(1):27-36.
Dentistry. Annals of Dent Univ Malaya 31. Leventouri T, Antonakos A, Kyriacou A,
1998; 5:2-5 Venturelli R, Liarokapis E, Perdikatsis
18. Badan Pengawasan Obat dan Makanan V. Crystal Structure Studies of Human
Indonesia. Manfaat dan Resiko Fluoride Dental Apatite as Function
dalam Pasta Gigi. 2009; 10(2):10. Age.International Jurnal of Biomaterial
19. Tseveenjaw B, Suominen AL, Housen A, 2009;1-6. Leroy N, Bress E. Structure
Vehkalati MM. The role of sugar, xylitol, and Substitution in Fluoroapatite.
toothbrusing frequency, and use of European Celland Material 2001; 2:36-
fluoride toothpaste in maintenance fo 48.
adult’s health: finding from the Finnish 32. Zurlinden K, Laup M, Jennisen HP.
National Health 2000 survey. Eur J Chemical Functionalzation of a
OralSci 2011; 119: 40-47 Hydroxyapatite Base Bone Replacement
Material for the Immobilization of
109
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110
110
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116
ABSTRAK
Glass Ionomer Cement (GIC) konvensional merupakan salah satu meterial restorasi di bidang
kedokteran gigi yang memiliki banyak keuntungan, karena bersifat biokompatibel, mampu berikatan
dengan baik terhadap struktur gigi, dan melepaskan fluor. Namun, GIC konvensional juga memiliki
kekurangan yakni brittle dan mudah terkikis apabila terpapar cairan asam sehingga menyebabkan
kekasaran permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh minuman
berkarbonasi terhadap kekasaran permukaan GIC konvensional yang ditinjau dari sebelum dan setelah
perendaman. Spesimen berbentuk silinder dengan diameter 10 mm dan tebal 2 mm. Jumlah spesimen
10 buah yang diberi perlakuan siklus perendaman 5 menit dalm minuman berkarbonasi dan 15 menit
dalam aquades sebanyak 6 kali siklus selama 2 jam untuk 5 hari. Kekasaran permukaan sebelum dan
sesudah perendaman diukur menggunakan surface roughness tester Mitutoyo SJ 201. Data dianalisis
dengan paired t-test untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan antara sebelum dan sesudah
perendaman dalam minuman berkarbonasi. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan
bermakna antara kekasaran permukaan sebelum (Ra = 0,5363 µm) dan sesudah (Ra = 0,6368 µm)
perendaman. Dapat disimpulkan bahwa minuman berkarbonasi dapat meningkatkan kekasaran
permukaan GIC konvensional.
Kata kunci: GIC konvensional, minuman berkarbonasi, kekasaran permukaan
ABSTRACT
Conventional Glass Ionomer Cement (GIC) is one of restorative material in dentistry that very useful,
such as biocompatible, good adhesive to tooth structure, and release of fluoride. However,
conventional GIC has some limited include brittle and eroded if exposed of acid so that cause surface
roughness. The objective of this study was to evaluate the effect of carbonated beverage on surface
roughness of conventional GIC that reviewed before and after immersion. The specimen have a
cylinder shape with 10 mm of diameter and 2 mm of thickness. Total specimens was 10 that treated
with cycling immersion 5 minutes in carbonated beverage and 15 minutes in deionized water, 6 cycles
for 2 hours to 5 days. Surface roughness that reviewed before and after immersion were tested by
surface roughness tester Mitutoyo SJ 201. Data was analyzed with paired t-test to know the
difference of surface roughness that reviewed before and after immersion in carbonated beverage.
Statistical test results showed there was a significantly difference of surface roughness value between
before (Ra = 0,5363 µm) and after (Ra = 0,6368 µm) immersion. In conclusion, carbonated beverage
increasing surface roughness of conventional GIC.
Key words: Conventional GIC, carbonated beverage, surface roughness
111
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116
112
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116
tersebut.3,9 Cetakan diberikan beban seberat 1 sebanyak 3 kali menggunakan alat Surface
kg selama 20 detik agar seluruh permukaan Roughness Tester pada permukaan atas
rata dan halus (dibiarkan sampai mengeras ± 3 spesimen. Setelah spesimen direndam dalam
- 4 menit). Setelah mengeras, spesimen pepsi, spesimen dikeluarkan lalu dibersihkan
dilepaskan dari cetakan lalu kelebihan semen dengan air dan dikeringkan dengan tisu.
dipotong menggunakan scalpel. Spesimen Kemudian dilakukan pengukuran kekasaran
dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu akhir sebanyak 3 kali pada setiap spesimen di
37ºC selama 24 jam. permukaan yang sama dengan permukaan
Pengukuran derajat keasaman (pH) dari saat pengukuran awal, n a m u n pada area
larutan perendaman pepsi menggunakan yang berbeda. Cara pengukuran yakni dengan
Hanna portable 210 pH meter yang telah meletakkan spesimen di atas meja, kemudian
dikalibrasi terlebih dahulu dengan detektor mitutoyo SJ 201 diletakkan di atas
mencelupkan elektroda ke dalam aquades (pH spesimen dengan sudut 90º. Pengukuran
netral = 7). Kemudian pH meter dinyalakan dilakukan dengan menggerakkan stylus mulai
dengan menekan tombol ON/OFF. Elektroda dari ujung spesimen yang telah ditandai
lalu dimasukkan ke dalam pepsi, diaduk agar dengan jarak masing-masing 2,5 mm,
larutannya homogen. Untuk memulai kecepatan 0,5 mm, tekanan 0,8 mN, dan
pengukuran, ditekan tombol MEAS pada pH radius jarum 2-5 µm. Setelah dilakukan
meter, maka pada layar akan muncul tulisan pengukuran, pada layar LCD alat akan tertera
HOLD (dibiarkan sesaat sampai tulisan angka kekasaran permukaan spesimen.
HOLD di layar berhenti berkelap-kelip). Nilai Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan
pH yang ditunjukkan di layar adalah nilai pH dengan mengadaptasi metode rata - rata
larutan pepsi yang diuji. pH meter dimatikan kekasaran permukaan, diukur pada tiap
dengan menekan kembali tombol ON/OFF. pengukuran lalu setiap nilai yang didapat
Pengukuran pH ini dilakukan sebanyak 3 kali dirata-ratakan sebagai nilai kekasaran
pengulangan dan nilai dirata-ratakan untuk permukaan.
didapat nilai pHnya. Nilai rata-rata dari kekasaran permukaan
Perendaman 10 spesimen dilakukan dianalisis menggunakan paired t-test untuk
secara siklus dalam pepsi masing-masing mengetahui perbedaan kekasaran permukaan
sebanyak 20 ml dan aquades sebanyak 20 ml. antara sebelum dan setelah perendaman dalam
Perendaman dalam pepsi selama 5 menit, minuman berkarbonasi.
lalu direndam dalam aquades selama 15 menit.
Perendaman dilakukan dalam 6 kali siklus HASIL PENELITIAN
selama 2 jam setiap hari untuk 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan nilai
Perlakuan siklus perendaman selama 5 hari kekasaran permukaan sesudah perendaman
diasumsikan dengan 30 kali konsumsi lebih kasar dibandingkan sebelum perendaman
minuman berkarbonasi, dengan perhitungan (Tabel 1.).
bila dalam 1 jam 3 kali konsumsi minuman
berkarbonasi, maka 2 jam 6 kali konsumsi (6 Tabel 1. Nilai rata-rata kekasaran permukaan GIC
x 5 hari = 30 kali konsumsi). Selama konvensional sebelum dan sesudah perendaman
perendaman spesimen dimasukkan ke dalam dalam minuman berkarbonasi
inkubator pada suhu 37ºC. Selama menunggu Perlakuan Rerata Kekasaran p
Permukaan GIC
hari perendaman selanjutnya, spesimen
Sebelum 0,5363 ± 0,1029
dikondisikan dalam inkubator suhu 37ºC yang Sesudah 0,6368 ± 0,1077
0,000*
dilakukan dengan memasukkan spesimen *Terdapat perbedaan bermakna (paired t-test p<0,05)
dalam wadah kosong tertutup, kemudian
wadah kosong tersebut diletakkan dalam Dalam penelitian ini juga dilakukan
wadah yang berisi air agar menciptakan pengukuran pH dari larutan minuman
suasana moist selama 22 jam. Bahan berkarbonasi dengan hasil nilai pH rata-rata
perendaman diganti setiap harinya. adalah 2,9.
Sebelum spesimen direndam dalam
pepsi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran PEMBAHASAN
awal kekasaran permukaan GIC konvensional, Kekasaran permukaan adalah suatu
yakni ± 24 jam setelah pencampuran. bentuk ketidakteraturan permukaan material.
Pengukuran awal kekasaran dilakukan
113
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116
114
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116
115
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116
Modifikasi Resin Setelah Perendaman 26. Ashton JJB, Geary L. The effect of
Dalam Minuman Cola. Skripsi. temperature on pH measurement.
Surabaya: Universitas Airlangga. 2011. Technical Service Page. Ireland, 2006. p.
Hal: 7. 1-7.
16. Chandra EM. Gambaran Umum
Minuman Ringan Berkarbonasi dan
Penerapan Cukai Minuman Ringan
Berkarbonasi di Negara Lain.
Universitas Indonesia 2009. Hal: 41-53.
17. Universitas Sumatera Utara. Sejarah
Minuman Berkarbonasi.
http://repository.
usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf.
Diunduh tanggal 13 November 2012.
18. Machado C, Lacefield w, Catledge A.
Human enamel nanohardness, elastic
modulus and surface integrity after
beverage contact. Braz Dent J 2008;
19(1):68-72.
19. Francisconi LF, Honorio HM, Rios D,
Magalhaes AC, Machado MAAM,
Buzalaf MAR. Effect of Erosive Ph
Cycling on Different Restorative
materials and on Enamel Restored with
These Materials. Operative Dentistry
2008; 33(2):203-208.
20. Beresescu G, Cristina LB. Effect of
artificial saliva on the surface roughness
of glass ionomer cement. Scientific
Bulletin of the “Petru Maior”
University of Targu Mures. 2011;
8(15):134-136.
21. Wongkhantee S, Patanapiradej V,
Maneenut D, Tantbiroj D. Effect of
Acidic Food and Drinks on Surface
Hardness of Enamel, Dentine and Tooth-
Coloured Filling Materials. Journal of
Dentistry. 2005: 1-7.
22. Brown CJ, Smith G, Shaw L, Parry J,
Smith AJ. The erosive potential of
flavoured sparkling water drinks. Int J
Paediatr Dent. 2007; 17(2):86-91.
23. Shakhashiri. Phosphoric Acid, H3PO4.
Chemical of The Week. 2008;
142:142-144.
24. Van Noort R. Introduction to Dental
Materials. 2nd ed. London: CV Mosby
Company, 2003. p. 127.
25. Zaki DYI, Hamzawi EMA, El Halim
SA, Amer MA. Effect of simulated
gastric juice on surface characteristics of
direct estetic restorations. Australian
Journal of Basic and Applied Sciences.
2012; 6(3):686-694.
116
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122
Abstrak
Stres akademik didefinisikan sebagai perasaan tertekan yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan
ketidakmampuan mahasiswa dalam menguasai suatu bidang ilmu pengetahuan. Belum ada data
mengenai pengaruh stres akademik yang dialami oleh mahasiswa terhadap gingivitis di Universitas
Syiah Kuala. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara stres akademik dengan
gingivitis pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi UniversitasSyiah Kuala. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik korelatif yang bersifat cross-sectional dengan menggunakan
Educational Stress Scale for Adolescence (ESSA) untuk mengukur stres akademik pada mahasiswa
dan Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) untuk mengukur derajat gingivitis. Sebanyak 140
mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala ikut serta dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara stres akademik dengan
gingivitis (p<0,05) dengan menggunakan uji Kendall-tau. Kekuatan hubungan antara stres akademik
dengan gingivitis bersifat lemah (r=0,271) dengan arah positif. Kesimpulan penelitian ini adalah
terdapat hubungan yang bermakna antara stres akademik dengan gingivitis pada mahasiswa Program
Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala, dan kekuatan hubungan bersifat lemah dengan arah
yang positif.
Kata kunci: Stres akademik, gingivitis
Abstract
Academic stress is feeling of distress due to limited time and unable of undergraduate students to
master a subject. There is no data about correlation between academic stress on undergraduate
students with gingivitis at Syiah Kuala University. The purpose of this research is to know the
correlation between academic stress with gingivitis in dental undergraduate students at Syiah Kuala
University. This is a correlative analitic research with cross-sectional design using Educational Stress
Scale for Adolescents (ESSA) to measure academic stress on undergraduate students and Modified
Papilla Bleeding Index to measure gingivitis level. 140 dental undergraduate students participated in
this research. The results show significant correlation between academic stress with gingivitis
(p<0,05) using Kendall-tau test. The correlation is weak (r=0,271) with positive relationship. It
concluded that there is significant correlation between academic stress with gingivitis in dental
undergraduate students at Syiah Kuala University, and the correlation is weak with positive
relationship.
Keywords: Academic stress, gingivitis
117
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122
118
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122
pemeriksaan gingivitis dan OHI-S secara dilakukan dengan menggunakan Debris Index
kalibrasi. Pemeriksaan dilakukan pada pagi (DI). Sebelum pemeriksaan, kepada subjek
menjelang siang hari pada saat subjek diaplikasikan disclosing agent ke permukaan
masihdalam kondisi yang prima/tidak gigi subjek. Pemeriksaan dilakukan dengan
kelelahan. Subjek didudukkan di kursi dengan menggunakan sonde half moon. Permukaan
sumber cahaya seperti lampu senter yang gigi dibagi 3 bagian secara horizontal, yaitu
diarahkan ke mulut subjek. Kepala subjek 1/3 servikal, 1/3 tengah, dan 1/3 insisal.
bersandar pada tempat duduk sedemikian rupa Pemeriksaan dilakukan pada gigi indeks yaitu
sehingga kepala setengah menengadah. gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pemeriksaan
Kemudian subjek diminta untuk membuka dimulai dari gigi 16 bagian bukal, gigi 11
mulut untuk dilakukan pemeriksaan gingivitis bagian labial, gigi 26 bagian bukal, gigi 36
menggunakan Indeks Perdarahan Papila bagian lingual, gigi 31 bagian labial, dan gigi
Dimodifikasi (IPPD) dengan menggunakan 46 bagian lingual. Sonde half moon
prob periodontal dan kaca mulut serta ditempatkan pada 1/3 insisal gigi kemudian
pemeriksaan OHI-S dengan menggunakan digerakkan ke arah 1/3 servikal gigi. Hasil
sonde half moon dan kaca mulut. Hasil pemeriksaan dicatat di lembar yang
pemeriksaan dicatat pada lembar pengisian tersedia.Pemeriksaan kalkulus dilakukan
yang telah tersedia. dengan menggunakan Calculus Index (CI).
Pemeriksaan stres akademik Sebelum pemeriksaan, kepada subjek
menggunakan Educational Stress Scale for diaplikasikan disclosing agent kepermukaan
Adolescents (ESSA) yang dipelopori oleh Sun gigi subjek. Pemeriksaan dilakukan dengan
dkk. Skala ini dikhususkan pada mahasiswa menggunakan sonde half moon. Permukaan
Asia yang memiliki beban akademik lebih gigi dibagi 3 bagian secara horizontal, yaitu
berat dibandingkan dengan mahasiswa non 1/3 servikal, 1/3 tengah, dan 1/3 insisal.
Asia. Skala terdiri dari 16 pernyataan yang Pemeriksaan dilakukan pada gigi indeks yaitu
mencakup 5 hal terkait dengan stres akademik, gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pemeriksaan
yaitu tekanan pada saat belajar, beban tugas, dimulai dari gigi 16 bagian bukal, gigi 11
kecemasan terhadap nilai-nilai, cita-cita dan bagian labial, gigi 26 bagian bukal, gigi 36
harapan, dankemurungan. Format pernyataan bagian lingual, gigi 31 bagian labial, dan
ESSA menggunakan skala 5 poin tipe Likert, gigi46 bagian lingual. Adanya kalkulus
dengan rentang nilai dari 1=sangat tidak setuju supragingiva juga dapat diobservasi
sampai 5=sangat setuju. Skor stres akademik secaralangsung. Hasil pemeriksaan dicatat di
didapat dengan menjumlahkan nilai setiap lembar yang tersedia.Bila ada kasus salah satu
pernyataan yang dijawab oleh subjek gigi dari gigi tersebut tidak ada (telah dicabut
penelitian.18 atau hanya sisa akar), penilaian dilakukan pada
Gingivitis diukur dengan Indeks gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk
Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD). Prob mewakilinya, yaitu: a) bila gigi M1 rahang
periodontal diselipkan dari arah vestibular ke atas atau rahang bawah tidak ada, maka
col sebelah mesial dari gigi yang diperiksa. penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atas
Dengan tetap mempertahankan ujung prob atau rahang bawah; b) bila gigi M1 dan M2
menyentuh dasar sulkus, secara perlahan prob rahang atas atau rahang bawah tidak ada, maka
digerakkan sepanjang permukaan vestibular penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas
gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus atau rahang bawah; c) bila gigi M1, M2, dan
pada sudut mesiovestibular gigi tetangganya. M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada,
Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang tidak dapat dilakukan penelitian; d) bila gigi I1
akan diukur indeks perdarahannya. Skor kanan rahang atas tidak ada, maka penilaian
didapatkan dengan menjumlahkan skor dari dilakukan pada gigi I1 kiri rahang atas; e) bila
semua gigi yang diperiksa dibagi jumlah gigi gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, maka
yang diperiksa. penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan rahang
Pemeriksaan oral hygiene menggunakan bawah; f) bila kedua gigi I1 rahang atas dan
Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari kedua gigi I1 rahang bawah tidak ada, tidak
Greene dan Vermillion. Pengukuran dilakukan dapat dilakukan penelitian.
dengan menjumlahkan Debris Index (DI) dan Manajemen dan analisis data
Calculus Index (CI) dari setiap subjek mnggunakan SPPS 17 dengan kemaknaan P <
penelitian yang diperiksa.Pemeriksaan debris 0,05. Untuk melihat sebaran data digunakan
119
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122
120
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122
baik, sel-sel imun dan antibodi yang terdapat menyebabkan hanya ditemukan hubungan
pada cairan krevikular gingiva dan saliva yang lemah pada penelitian ini.
(seperti sIgA, IgG, dan neutrofil) akan
melindungi jaringan periodontal dari patogen KESIMPULAN DAN SARAN
penyakit periodontal. Tetapi kadar kortisol Berdasarkan hasil penelitian hubungan
yang berlebihan dapat menurunkan fungsi sel- antara stres akademik dengangingivitis pada
sel imun dan antibodi tersebut, menyebabkan mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi
jaringan periodontal lebih rentan diserang oleh Universitas Syiah Kuala dapat disimpulkan
patogen penyakit periodontal.4Kekuatan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
hubungan stres akademik dengan gingivitis antara stres akademik dengan gingivitis.
yang bersifat lemah (r=0,271) karena subjek Kekuatan hubungan stres akademik dengan
penelitian yang merupakan mahasiswa gingivitis bersifat lemah dengan arah yang
Kedokteran Gigi, telah memiliki pengetahuan positif.
tentang cara menjaga kesehatan gigi dan Perlu dilakukan penelitian selanjutnya
mulutnya serta memiliki perhatian yang lebih pada subjek selain kedokteran gigi untuk
baik dibandingkan dengan mahasiswa jurusan melihat hubungan ini lebih jauh.
lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, subjek
dengan OHI-S yang baik merupakan subjek UCAPAN TERIMA KASIH
dengan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 108 Kami mengucapkan terima kasih kepada
orang (77,1 %). Hal ini juga dapat dilihat pada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya
subjek dengan stres akademik sedang yang penelitian ini yang tidak disebutkan satu-
merupakan jumlah subjek yang terbanyak persatu.
yaitu sebanyak 104 orang (74,3 %), dan 79
orang diantaranya memiliki OHI-S yang baik. DAFTAR PUSTAKA
Hal ini menunjukkan bahwa stres akademik 1. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan
tidak menyebabkan subjek mengabaikan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal ini Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi;
sesuai dengan penelitian Dabrowska dkk. Bab I Pasal 1.
(2006) yang menyatakan bahwa mahasiswa 2. Gunawati R, Hartati S, Listiara A.
Kedokteran Gigi memiliki kesehatan gigi dan Hubungan antara efektivitas komunikasi
mulut yang baik,20 sehingga perubahan mahasiswa-dosen pembimbing utama
perilaku negatif yang disebabkan oleh stres skripsi dengan stres dalam menyusun
akademik tidak membuat subjek pada skripsi pada mahasiswa program studi
penelitian ini mengabaikan kebersihan gigi psikologi fakultas kedokteran universitas
dan mulutnya. diponegoro. Jurnal Psikologi Undip
Mahasiswa Kedokteran Gigi memiliki 2006; 3(2): 93-115.
kesadaran dan pengetahuan yang lebih baik 3. Reners M, Brecx M. Stress and
dibandingkan dengan mahasiswa jurusan lain periodontal disease. Int J Dent Hygiene
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal 2007; 5: 199-204.
ini telah dibuktikan oleh Kumar dkk. (2012) 4. Padma R, Bhutani N. Stress and
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan periodontal disease. AEDJ 2010; 2(4):
status kesehatan gigi dan mulut antara 190- 194.
mahasiswa Kedokteran Gigi dengan 5. Farghadani A, Mohammadi FS, Taraz Z,
mahasiswa Farmasi di Arab Niusha B. A survey on the effectivenss of
Saudi.21Mahasiswa Kedokteran Gigi telah fordyce’s happiness-based cognitive-
memahami cara-cara menjaga kesehatan gigi behavioral training on the stress due to
dan mulut dengan baik, mempelajari masalah- academic expectations of students,
masalah kesehatan gigi dan mulut, serta parents, teachers and the student’s
perawatannya secara berkesinambungan. Hal academic achievement and happiness.
ini membuat mereka memahami akibatnya EJSR 2012; 78(3): 488-497.
apabila mengabaikan kesehatan gigi dan 6. Muirhead V, Locker D. Canadian dental
mulut, sehingga dapat memotivasi mahasiswa students’ perceptions of stress. JCDA
Kedokteran Gigi untuk menjaga kebersihan 2007; 73(4): 323-323e.
gigi dan mulut. Hal-hal tersebutlah yang 7. Pfeiffer D. Academic and environtmental
stress among undergraduate and graduate
121
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122
122
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131
ABSTRAK
Informed consent merupakan persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan
dengannya. Pentingnya mendapatkan informed consent dalam kedokteran gigi semakin diakui untuk
membuat rasa aman dalam tindakan medis pada pasien dan sebagai pembelaan diri terhadap
kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari pasien atau keluarganya apabila timbul akibat yang
tidak dikehendaki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran penggunaan
persetujuan tindakan medis (informed consent) oleh dokter gigi muda di RSGM Unsyiah. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Metode pengambilan subjek
dilakukan dengan teknik total sampling yang melibatkan 259 subjek yang merupakan dokter gigi
muda di RSGM Unsyiah. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk mengetahui
gambaran penggunaan informed consern oleh dokter gigi muda di RSGM Unsyiah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa subjek penelitian yang menggunakan informed consent dengan kriteria baik
adalah sebanyak 246 orang (95,0%), kriteria sedang sebanyak 12 orang (4,6%), dan kriteria buruk
sebanyak 1 orang (0,4%).
Kata Kunci: Informed Consent, Dokter Gigi Muda, RSGM Unsyiah
ABSTRACT
The doctors and health institutions in the decision of informed consent usually ask patients to signing
an informed consent. Informed consent is approved by patients or their families on the basis of
information about the disease, the medical action, what to do, and the risks associated with it. The
importance of getting informed consent in dentistry is increasing recognized to create a sense of
security in a medical procedure to patient and as a defense against possible claims or lawsuits from
patients or their families if arising from unintended. The purpose of this study to know description of
using informed consent among young dentist at the Dental Hospital of unsyiah.This study is a
descriptive study with cross-sectional study approach.The method of subject selection was done by
purposive sampling method involved 259 subject which is young dentists in the Dental Hospital of
unsyiah. This study used a questionnaire as a measure to describe the use of Informed Consent among
young dentist at the Dental Hospital of Syiah Kuala University. The result of this study showed that
young dentists was using informed consent with good criteria 246 persons (95.0%), fair criteria 12
persons (4.6%), and poor criteria only 1 person (0.4%).
Keywords: Informed consent, young dentist, dental hospital of Unsyiah
123
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131
124
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131
125
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131
Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat
bahwa subjek yang tidak membutuhkan bahwa subjek yang tidak memberikan
persetujuan tindakan medis sebanyak 2 orang penjelasan sebelum melakukan informed
(0,8%) kadang-kadang 31 orang (12,0%) dan consent sebanyak 2 orang (0,8%), kadang-
subjek yang membutuhkan persetujuan kadang 21 orang (8,1) dan subjek yang
tindakan medis sebanyak 226 orang (87,3%). memberikan penjelasan sebanyak 236 orang
(91,1%). Dari hasil penelitian dapat
Tabel 5.3. Gambaran Kebutuhan Persetujuan
disimpulkan bahwa mayoritas subjek
Tindakan Medis di RSGM Unsyiah
Kategori Jumlah Subjek Persentase
penelitian di RSGM Unsyiah memberikan
(N) (%) penjelasan sebelum melakukan infomed
consent.
Tidak 2 0,8
Kadang-kadang 31 12,0 Tabel 5.6. Gambaran Kebutuhan Informed Consent
dalam Bedah Mulut
Ya 226 87,3 Kategori Jumlah Subjek Persentase
Total 259 100,0 (N) (%)
Tidak 5 1,9
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Kadang-kadang 22 8,5
bahwa mayoritas subjek penelitian di RSGM Ya 232 89,6
Unsyiah membutuhkan infomed consent.
Total 259 100,0
Tabel 5.4 Gambaran Kelengkapan Pengisian
Formulir Informed Consent di RSGM Unsyiah
Kategori Jumlah Subjek Persentase Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat
(N) (%) bahwa subjek yang tidak membutuhkan
informed consent dalam bedah mulut sebanyak
Tidak 8 3,1
5 orang (1,9%), kadang-kadang 22 orang
Kadang-kadang 72 27,8 (8,5%) dan yang membutuhkan informed
consent dalam bedah mulut sebanyak 232
Ya 179 69,1 orang (89,6%). Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa mayoritas subjek
Total 259 100,0
penelitian di RSGM Unsyiah membutuhkan
infomed consent dalam bedah mulut.
Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat
bahwa subjek yang tidak melakukan pengisian Tabel 5.7.Gambaran Persetujuan Tindakan Medis
formulir informed consent secara lengkap dari Pasien
sebanyak 8 orang (3,1%), kadang-kadang 72 Kategori Jumlah Subjek Persentase
orang (27,8%) dan subjek yang melakukan (N) (%)
pengisian secara lengkap sebanyak 179 orang Tidak 6 2,3
(60,1%). Dari hasil penelitian dapat Kadang-kadang 18 6,9
disimpulkan bahwa mayoritas subjek
Ya 235 90,7
penelitian di RSGM Unsyiah melakukan
pengisian formulir infomed consent secara Total 259 100,0
lengkap.
Tabel 5.5 Gambaran Pemberian Penjelasan Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa
sebelum Melakukan Informed Consent subjek yang tidak mendapatkan persetujuan
Kategori Jumlah Subjek Persentase tindakan medis dari setiap pasien yang dilakukan
(N) (%) perawatan adalah sebanyak 6 orang (2,3%),
Tidak 2 0,8 kadang-kadang 18 orang (6,9%) dan yang
Kadang-kadang 21 8,1 mendapatkan persetujuan dari setiap pasien
sebanyak 235 (90,7%). Dari hasil penelitian
Ya 236 91,1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek
Total 259 100,0 penelitian mendapatkan persetujuan tindakan
medis dari setiap pasien yang dilakukan
perawatan di RSGM Unsyiah.
126
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat orang tua dalam perawatan anak adalah
bahwa subjek yang tidak menggunakan sebanyak 3 orang (1,2%), kadang-kadang 47
persetujuan tindakan medis secara tertulis orang (18,1%) dan yang mendapatkan
adalah sebanyak 47 orang (18,1%), kadang- persetujuan orang tua dalam perawatan anak
kadang 113 orang (43,6%) dan yang sebanyak 209 orang (80,7%). Dari hasil
menggunakan persetujuan tindakan medis penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
secara tertulis sebanyak 99 orang (38,2%). mayoritas subjek di RSGM Unsyiah
Tabel 5.8. Gambaran Penggunaan Persetujuan melakukan persetujuan orang tua dalam
Tindakan Medis secara Tertulis informed consent perawatan anak.
Kategori Jumlah Subjek (N) Persentase
(%) Tabel 5.11. Gambaran Pemberian Penjelasan
Tidak 47 18,1 Prognosis Perawatan.
Kategori Jumlah Subjek Persentase
Kadang-
113 43,6 (N) (%)
kadang
Tidak 2 0,8
Ya 99 38,2
Total 259 100,0 Kadang-
23 8,9
kadang
Ya 234 90,3
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa subjek penelitian yang menggunkan Total 259 100,0
infomed consent secara tertulis sebanyak
38,2%. Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihat
Tabel 5.9. Gambaran Persetujuan Tindakan Medis bahwa yang tidak memberikan penjelasan
secara Lisan. prognosis sebelum melakukan informed
Kategori Jumlah Subjek Persentase consent adalah sebanyak 2 orang (0,8%),
(N) (%) kadang-kadang 23 orang (8,9%) dan yang
Tidak 2 0,8 melakukan penjelasan prognosis sebelum
melakukan informed consent sebanyak 234
Kadang-
kadang
45 17,4 orang (90,3%). Dari hasil penelitian dapat
Ya disimpulkan bahwa mayoritas subjek
212 81,9
penelitian di RSGM Unsyiah memberikan
Total 259 100,0 penjelasan prognosis sebelum melakukan
informed consent.
Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat Tabel 5.12.Gambaran Pemberian Penjelasan
bahwa yang tidak menggunakan persetujuan Resiko Perawatan
tindakan medis secara lisan adalah sebanyak 2 Kategori Jumlah Subjek Persentase
orang (0,8%, kadang-kadang 45 orang (17,4%) (N) (%)
dan yang menggunakan persetujuan tindakan Tidak 1 0,4
medis secara lisan sebanyak 212 orang (81,9). Kadang-
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 32 12,4
kadang
mayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiah Ya 226 87,3
menggunakan infomed consent secara lisan. Total 259 100,0
Tabel 5.10. Gambaran Persetujuan Orang Tua
dalam Perawatan Anak Berdasarkan tabel 5.12. dapat dilihat
Kategori Jumlah Subjek Persentase bahwa yang tidak memberikan penjelaskan
(N) (%) resiko yang akan terjadi sebelum melakukan
Tidak 3 1,2 tindakan medis adalah sebanyak 1 orang
Kadang- (0,4%), kadang-kadang 32 orang (12,4%) dan
47 18,1
kadang yang memberikan penjelasan sebelum
Ya 209 80,7 tindakan medis sebanyak 226 orang (87,3%).
Total Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
259 100,0
mayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiah
memberikan penjelasan resiko yang akan
Berdasarkan tabel 5.10. dapat dilihat terjadi sebelum melakukan informed consent.
bahwa yang tidak mendapatkan persetujuan
127
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131
128
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131
129
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131
informed consent tertulis.24 Menurut Fisher terjadi sebelum melakukan informed consent
dan Oransky (2008), pentingnya informed memiliki kriteria baik 87,3%.
consent tertulis diperlukan untuk melepaskan
instansi rumah sakit dari tanggungjawab KESIMPULAN
hukum.18 Berdasarkan penelitian yang telah
Tabel 5.9. menunjukkan mayoritas dilakukan dengan jumlah subjek sebanyak 259
subjek penelitian menggunakan informed orang di RSGM Unsyiah, maka dapat
consent secara lisan yaitu sebanyak 81,9%. disimpulkan bahwa mayoritas tingkat
Hal ini sesuai denga penelitian Yudha (2015) pengetahuan dokter gigi muda terhadap
yang menunjukkan bahwa dari 20 tindakan, penggunaan informed consent di Rumah Sakit
seluruhnya menggunakan persetujuan tindakan Gigi dan Mulut Unsyiah kriteria baik adalah
secara lisan yang diberikan oleh pasien sebanyak 246 orang (95,0%), kriteria sedang
sebelum dokter melakukan tindakan. Hal sebanyak 12 orang (4,6%), dan kriteria buruk
tersebut dapat dihubungkan dengan jumlah sebanyak 1 orang (0,4%).
pasien yang banyak, tindakan yang harus
dilakukan dengan segera dan membutuhkan DAFTAR PUSTAKA
waktu untuk meminta tanda tangan sehingga 1. Farelya G, Nurrobikha. Etikolegal dalam
umumnya dokter menggunakan informed Pelayanan Kebidanan. Ed. 1.
consent secara lisan.25 Dengan memberikan Yogyakarta: Deepublish. 2015. P. 48.
informasi yang cukup dan jelas pada pasien 2. Kinanti AD, Permatasari DA, Shinta DC.
dapat membantu pasien dan keluarga dalam Urgensi penerapan Mekanisme Informed
mengambil keputusan apakah pasien dan Consent untuk Mencegah Tuntunan
keluarga bersedia untuk menerima Malpraktik dalam Perjanjian Terapeutik.
pengobatan atau menolak.18 Privat Law 2015;3(2):109-13.
Tabel 5.10. menunjukkan bahwa 3. Juliawati M. Pentingnya Surat
mayoritas subjek dalam penelitian melibatkan Persetujuan Tindakan Medik (Informed
orang tua dalam informed consent perawatan Consent) pada Praktek Dokter Gigi.
anak memiliki kriteria baik 80,7%. Hal ini Jurnal PDGI 2014;63(2):46-53.
sesuai dengan Avramova et al. (2011) 4. Kumpulan Peraturan Perundangan
menunjukkan bahwa sebanyak 70 responden Tentang Praktik Kedokteran, Undang-
(87.5%) meminta persetujuan orang tua Undang Republik Indonesia Nomor 29
sebelum perawatan anak pada semua kasus, 7 Tahun 2004. Yogyakarta: Pustaka
responden (8,75%) hanya pada kasus tertentu Yustisia. 2006. P. 179.
saja dan 3 responen (3,75%) tidak meminta 5. Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran
persetujuan orang tua. Berdasarkan penelitian dan Hukum Kesehatan. Ed. 4. Jakarta:
sebelumnya juga menunjukkan sebanyak 90% EGC. 2008. P. 74-5.
responden mendapatkan persetujuan dari orang 6. Kakar H, Gambhir RS, Singh S, Kaur A,
tua pada perawatan anak.21 Nanda T. Informed Consent Corner
Berdasarkan pasal 45 ayat 3 Undang- Stone in Ethical Medical and Dental
Undang Nomor 29 Tahun 2004 menyebutkan Practice. J Family Med Prim Care
bahwa penjelasan informed consent yang harus 2014;3(1):68-71.
diberikan kepada pasien mencakup yaitu 7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan Tentang Persetujuan Tindakan
tindakan medis yang dilakukan, alternatif Kedokteran. Undang-Undang Republik
tindakan lain dan resikonya, resiko dan Indonesia Nomor 290 Tahun 2008.
komplikasi yang mungkin terjadi dan 8. Iskandar D. Rumah Sakit, Tenaga
prognosis tindakan yang dilakukan.5 Kesehatan, dan Pasien. Jakarta: Sinar
Tabel 5.11. menunjukkan bahwa Grafika. 1998. P. 62-4.
mayoritas subjek dalam penelitian di RSGM 9. Patel JY. Astudy on Evaluation of Patient
Unsyiah memberikan penjelasan prognosis Satisfaction with of Dental Health
sebelum melakukan informed consent Services andSatisfaction among
memiliki kriteria baik 90,3%. Dan pada tabel Adolescent Females in Riyadh City. The
tabel 5.12. menunjukkan bahwa mayoritas Saudi Dental Journal 2010;22:19-25.
subjek penelitian di RSGM Unsyiah 10. Oktarina. Kebijakan Informed Consent
memberikan penjelasan resiko yang akan dalam Pelayanan Gigi di Indonesia.
130
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131
131
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138
Abstrak
Maloklusi adalah suatu anomali yang menyebabkan gangguan fungsi oral dan estetika serta
memerlukan perawatan jika sudah mengganggu seseorang baik secara fisik maupun emosional. Masa
remaja adalah masa dimana seseorang mencari jati diri sehingga penampilan wajah dan gigi-geligi
sangat berpengaruh dengan hubungan sosial remaja tersebut. Berbagai penelitian telah menemukan
maloklusi gigi anterior atas berdampak negatif terhadap status psikosial sosial remaja. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak maloklusi gigi anterior protrusif terhadap status
psikososial remaja di Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dan
pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Sampel penelitian berasal dari empat
SMA Negeri Banda Aceh yaitu SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3 serta SMAN 4, dengan total subjek 108
siswa. Kepada subjek diberikan kuisioner PIDAQ untuk mengetahui dampak maloklusi gigi anterior
protrusif terhadap status psikososial siswa tersebut. Data hasil penelitian tersebut kemudian dianalisis
menggunakan SPSS dengan metode Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan maloklusi gigi
anterior protrusif berdampak negatif terhadap status psikososial remaja, sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa semakin berat derajat keparahan maloklusi gigi anterior protrusif maka
semakin besar kemungkinannya berpengaruh terhadap status psikososial.
Kata kunci: maloklusi gigi anterior, status psikososial, PIDAQ
Abstract
Malocclusion is an anomaly caused oral function and aesthetics and required treatment if it disturbing
someone by physically and emotionally. Adolescence is a period of a person looking for identity so
that the appearance of the face and teeth are very influential regard to their social relations. Several
studies have found the role of upper anterior malocclusion in rendering negative impact on adolescent
psychosocial status. The aim of this research was to known the relation of anterior protrusive
malocclusion on psychosocial status of adolescent in Banda Aceh. This research is observational
analytic research and selection sample by purposive sampling. The sample of this research came from
four high school, there are SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3 and SMAN 4 with 108 total sample. Then
student asked to filling out the PIDAQ questionnaire to identify the relation of anterior protrusive
malocclusion on their psychosocial status. Data were analized by using SPSS (Chi-Square). The result
showed anterior protrusive malocclusion in rendering negative impact on adolescent psychosocial
status, so the conclusion of this study is that the more severety of the anterior protrusive malocclusion
the more likely effect on psychosocial status.
Keyword: anterior protrusive malocclusion, psychosocial status, PIDAQ
132
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138
133
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138
sebanyak 105 orang.30 Alat dan bahan yang Tabel 5.1. Karakteristik Responden
digunakan yaitu Lembar data kuisioner dan No. Karakteristik Jumlah Persentase
alat tulis. Kaca mulut dan prob, baki, kamera
autoklaf, Sarung tangan (Handscoon), masker, 1 Jenis Kelamin
alkohol 75% tisu. a. Laki-Laki 46 42,6%
Cara kerja penelitian dilakukan dengan b.Perempuan 62 57,4%
Jumlah 108 100%
cara pengumpulan data kemudian subjek yang
2 Umur
sesuai kriteria inklusi peneliti diberikan surat
a.15 Tahun 19 17,6%
permohonan persetujuan (informed consent). b.16 Tahun 40 37,0%
Subjek yang telah terpilih kemudian dilakukan c.17 Tahun 49 45,4%
pengukuran dengan menggunakan prob pada Jumlah 100%
saat subjek berada pada posisi didudukkan di
kursi dan posisi subjek menghadap ke peneliti Tabel 5.1. menunjukkan bahwa jumlah
dan kepala subjek setengah mengadah dengan keseluruhan dari sampel adalah 108 orang
kondisi subjek diinstruksikan untuk membuka dengan siswa laki-laki yang mengalami gigi
mulut serta menelan ludah agar posisi oklusi anterior protrusif baik ringan, sedang, maupun
subjek dalam keadaan oklusi sentrik. Setelah berat sebanyak 46 orang (42,6%), sedangkan
itu dilakukan pengelompokkan sesuai dengan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 62
tingkat keparahan dari maloklusi subjek. orang (57,4%). Dilihat dari tingkat umur,
Setelah itu kuisioner dibagikan kepada para paling banyak adalah umur 17 tahun yaitu 49
subjek penelitian dan diberikan penjelasan orang (45,4%), untuk umur 16 tahun sebanyak
mengenai cara pengisian kuisioner tersebut. 40 orang (37,0%), serta umur 15 tahun
Pengumpulan data kuisioner dengan penilaian sebanyak 19 orang (17,6%).
berdasarkan pertanyaan dari kuisioner PIDAQ
yang terdiri dari 23 pertanyaan. Setiap Tabel 5.2. Distribusi frekuensi maloklusi gigi
pertanyaan diisi menggunakan skala Likert, anterior protrusif berdasarkan tingkat keparahan
yaitu 0 untuk jawaban tidak setuju, 1 untuk pada remaja di empat SMA Negeri Banda Aceh
jawaban netral, 2 untuk jawaban setuju. No. Derajat Keparahan Jumlah Presentase
Setelah selesai pengisian seluruh pertanyaan Maloklusi Gigi
dari kuisioner maka dijumlahkan total skor Anterior
untuk pertanyaan dari masing-masing subjek 1 Ringan 63 58,3%
(gigi protrusif) jika skor 0-23 dikategorikan 2 Sedang 31 28,7%
tidak berdampak, jika skor 24-46 3 Berat 14 13,0%
dikategorikan berdampak. Jumlah 108 100%
Data yang telah diperoleh dari ketiga
kelompok dianalisis dengan menggunakan Tabel 5.2. menggambarkan distribusi
SPSS dengan melakukan pengujian chi-square frekuensi sampel berdasarkan karakteristik
untuk menganalisis dampak dari ketiga derajat keparahan maloklusi gigi anterior
variabel protrusif terhadap status psikososial. protrusif yang dialami oleh subjek. Dimana
Pengambilan keputusan ada tidaknya sebanyak 63 orang (58,3%) mengalami
hubungan berdasarkan nilai probabilitas. maloklusi protrusif ringan, kemudian sebanyak
Apabila nilai probabilitas (p-value) lebih besar 31 orang (28,7%) mengalami maloklusi
dari 0,05, maka Ho diterima, sedangkan jika p- protrusif sedang dan sebanyak 14 orang
value lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak. (13,0%) mengalami maloklusi protrusif berat.
134
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138
Tabel 5.3. menggambarkan distribusi orang (10,0%) tidak berdampak pada status
status psikososial remaja umur 15, 16, dan 17 psikososial.
tahun pada maloklusi gigi anterior protrusif
ringan. Dimana pada umur 15 tahun yang Tabel 5.6. Distribusi frekuensi maloklusi gigi
berdampak sebanyak 3 orang (17,6%) dan 14 anterior protrusif terhadap status psikososial
orang (82,4%) tidak berdampak, pada umur 16 remaja laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis
tahun sebanyak 2 orang (9,5%) berdampak dan kelamin
19 orang (90,5%) tidak berdampak, serta pada Jenis Kelamin
umur 17 tahun tidak ada yang berdampak pada Remaja Tidak
No. Berdampak
(protrusif Berdampak
25 orang responden (100%).
ringan)
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi maloklusi gigi 1 Laki-laki 20(43,5%) 26(56,5%)
anterior protrusif sedang dengan status 2 Perempuan 18(29,0%) 44(71,0%)
psikososial remaja berdasarkan umur Jumlah 38(35,2%) 70(64,8%)
No. Umur Berdampak Tidak
Remaja Berdampak
(protrusif Tabel 5.6. menunjukkan pada kelompok
ringan) laki-laki terlihat lebih perbandingan yang tidak
1 15 Tahun 1(50%) 1(50%) terlalu signifikan antara yang berdampak dan
2 16 Tahun 11(73,3%) 4(26,7%) tidak berdampak yaitu sebanyak 20 orang
3 17 Tahun 8(57,1%) 6(42,9%) (43,5%) berdampak dan sebanyak 26 orang
Jumlah 20(64,5%) 11(35,5%) (56,5%) tidak berdampak. Namun terdapat
perbandingan yang signifikan antara yang
Tabel 5.4. menggambarkan distribusi berdampak dan tidak berdampak pada
status psikososial remaja umur 15, 16, dan 17 perempuan yaitu sebanyak 18 orang (29,0%)
tahun pada maloklusi gigi anterior protrusif berdampak dan sebanyak 44 orang (71,0%)
sedang. Dimana pada umur 15 tahun yang tidak berdampak terhadap status psikososial.
berdampak sebanyak 1 orang (50%) dan 1
orang (50%) tidak berdampak, pada umur 16 PEMBAHASAN
tahun sebanyak 11 orang (73,3%) berdampak Pada tabel 5.1. menunjukkan distribusi
dan 4 orang (26,7%) tidak berdampak, serta data primer mengenai jenis kelamin dan umur
pada umur 17 tahun sebanyak 8 orang (57,1%) pada setiap subjek. Terlihat pada karakteristik
berdampak dan 6 orang (42,9%) tidak jenis kelamin perempuan memiliki jumlah
berdampak pada status psikososial. yang lebih banyak yaitu 64 orang (57,4%)
dibandingkan laki-laki sebanyak 46 orang
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi maloklusi gigi (42,6%). Hal ini sejalan dengan penelitian
anterior protrusif berat dengan status psikososial Emad dan Mahmoud (2007) di Palestina yang
remaja berdasarkan umur dalam penelitiannya melihat tingkat prevalensi
No. Umur Berdampak Tidak maloklusi protrusif pada 79 subjek. Jumlah
Remaja Berdampak perempuan yang mengalami maloklusi
(protrusif protrusif memiliki distribusi yang lebih tinggi
ringan)
yaitu 54 subjek dibandingkan dengan jumlah
1 15 Tahun 1(100%) 0(0%)
laki-laki yaitu 25 subjek sehingga disimpulkan
2 16 Tahun 2(66,7%) 1(33,3%)
3 17 Tahun 9(90,0%) 1(10,0%)
prevalensi perempuan yang memiliki keadaan
Jumlah 12(85,7%) 2(14,3%) maloklusi protrusif lebih tinggi dibandingkan
laki-laki.31 Pada karakteristik umur terlihat
frekuensi yang tertinggi adalah pada umur 17
Tabel 5.5. menggambarkan distribusi
status psikososial remaja umur 15, 16, dan 17 tahun yaitu sebanyak 49 orang (45,4%), diikuti
pada umur 16 tahun sebanyak 40 orang
tahun pada maloklusi gigi anterior protrusif
(37,0%) serta umur 15 tahun sebanyak 19
berat. Dimana pada umur 15 tahun 100%
orang (17,6%). Hal ini disebabkan pada saat
berdampak karena hanya terdapat 1 subjek,
melakukan penelitian, peneliti berfokus pada
pada umur 16 tahun sebanyak 2 orang (66,7%)
pengambilan kriteria sampel berdasarkan
berdampak dan 1 orang (33,3%) tidak
pengalaman maloklusi daripada pengambilan
berdampak, serta pada umur 17 tahun
subjek berdasarkan sebaran umur.
sebanyak 9 orang (90,0%) berdampak dan 1
135
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138
Pada tabel 5.2. menunjukkan sebaran laki lebih berpengaruh terhadap status
derajat keparahan maloklusi protrusif di empat psikososial. Hal ini sesuai dengan penelitian
SMAN di Banda Aceh. Pada tabel tersebut Arsie (2012) yang lakukan di Jakarta bahwa
menunjukkan bahwa jumlah tertinggi untuk laki-laki memiliki dampak psikososial dalam
derajat keparahan maloklusi protrusif adalah bidang estetika yang lebih besar dibanding
protrusif ringan sebanyak 63 orang (58,3%), perempuan. Dalam penelitiannya Arsie juga
lalu protrusif sedang sebanyak 31 orang mengatakan kalau laki-laki lebih merasa tidak
(28,7%) serta yang paling rendah itu ada puas dengan penampilan gigi-geligi saat
protrusif berat sebanyak 14 orang (13,0%). Hal bercermin, melihat foto maupun video diri
ini sesuai dengan apa yang dituliskan dalam sendiri.27 Hal ini jarang terjadi dan bertolak
buku Contemporary Orthodontics mengenai belakang dengan hasil penelitian Peres et al
jumlah penderita dari maloklusi protrusif, (2008). Mereka menyatakan bahwa biasanya
disebutkan bahwa protrusif ringan paling para perempuan lebih memperhatikan
banyak diderita oleh masyarakat dibandingkan penampilan fisik mereka secara detail dan
dengan protrusif sedang dan berat.17 cenderung selalu mengikuti standar kecantikan
Pada table 5.3. tidak terlihat bahwa pada dibanding laki-laki yang cenderung cuek akan
umur 15, 16 maupun 17 tahun para siswa penampilannya sehingga perempuan
memiliki dampak psikososial terhadap seharusnya yang merasakan dampak yang
maloklusi gigi anterior protrusif ringan. Hal ini lebih besar terhadap psikososial mereka
berbeda dengan studi yang telah dilakukan dibanding laki-laki.34
oleh Shaw (1981) yang menemukan bahwa
keadaan gigi-geligi anterior protrusif sering KESIMPULAN DAN SARAN
menimbulkan reaksi sosial yang negatif, Berdasarkan penelitian yang telah
dianggap kurang menarik, dan kurang diterima dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
di lingkungan sosial untuk dijadikan teman.18 hubungan yang signifikan antara derajat
Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi keparahan maloklusi gigi anterior protrusif
maloklusi gigi-geligi mereka masih tidak terhadap status psikososial remaja usia 15-17
terlalu mencolok sehingga bukan menjadi tahun dengan menggunkaan indeks PIDAQ di
penghalang dalam sosialisasi. Pada penelitian empat SMA Negeri Banda Aceh.
Kilpelainen et al (1993) menemukan bahwa Perlu dilakukan penelitian lanjutan
separuh dari remaja dengan jarak gigit atau tentang dampak maloklusi gigi anterior
overjet yang besar mengalami ejekan karena lainnya menurut derajat keparahannya (gigi
kondisi ini.32 Hasil dari penelitian tersebut berjejal, gigi bercelah) terhadap status
sejalan dengan apa yang didapat peneliti, psikososial remaja. Penelitian juga dapat
terlihat pada tabel 5.4. dan tabel 5.5. yang dilakukan pada populasi remaja dengan usia
menunjukkan bahwa terdapatnya dampak yang lebih muda atau lebih tua dibandingkan
psikososial terhadap maloklusi siswa dengan yang peneliti lakukan dan pada berbagai
keadaan protrusif sedang dan berat. Dampak tingkat sosial ekonomi dan budaya.
psikososial yang paling mencolok adalah pada
maloklusi protrusif berat yang dapat dilihat DAFTAR PUSTAKA
pada tabel 5.5. Hasil yang didapat oleh 1. Rogol AD, Roemich JN, Clark PA.
Kilpelainen (1993) dan peneliti sama dengan Growth at Puberty. J Adolesc Health
apa yang didapat oleh Bellot-Arcis et al (2013) 2002;31(65):192-200.
yang menyebutkan semakin besarnya overjet 2. Geld VD, Oosterveld P, Heck VG,
maka akan semakin menimbulkan resiko Jagtman K. Smile Attractiveness: Self-
berdampaknya terhadap psikososial seseorang, Perception and Influence on Personality.
dan lebih mempengaruhi kualitas hidup Angle Orthod 2007;77:759-65.
seseorang.33 3. Espeland LV,Odont C, Stenvik A, Odont
Penilaian tentang dampak karakteristik L. Perception of Personal Dental
maloklusi gigi anterior protrusif berdasarkan Appearance in Young Adults
jenis kelamin pada tabel 5.6. tidak Relationship Between Occlusion,
menunjukkan perbedaan baik laki-laki maupun Awareness, and Satisfaction. AJO-DO
perempuan. Secara keseluruhan sama-sama 1991;100(3):234-41.
tidak berdampak terhadap status psikosisal,
namun pada tabel tersebut terlihat bahwa laki-
136
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138
4. Batubara JRL. Adolescent Development 18. Shaw WC, Addy M, Dummer PM, Ray
(Perkembangan Remaja). Sari Pediatri C, Frude N. Dental and Social Effects of
2010;12:1. Malocclusion and Effectiveness of
5. Paula DF, Junior, Santos NC, Silva ET, Orthodontic Treatment: A Strategy for
Nunes MF, Leles CR. Psychosocial Investigation. Community Dent Oral
Impact of Dental Esthetics on Quality of Epidemiol 1986;14(1):60-4.
Life in Adolescent. Angle Orthod 19. Waheed M, Rahbar MI. Dental Crowding
2009;79:1188-93. and Its Relationship to Tooth Size and
6. Jayanto KD. Ortodonti Atasi Maloklusi. Arch Dimensions. PODJ 2005;25(1):47-
Majalah-Atasi Maloklusi. 2008. 52.
7. Kumar DA, Varghese RK, Chaturvedi SS, 20. Howe RP, Mcnamara JA, O’Connor KA.
Agrawal A, Fating C, Makkad RS. An Examination of Dental Crowding and
Prevalence of Malocclusion Among Its Relationship to Tooth Size and Arch
Children and Adolescents Residing in Dimension. Am J Orthod 1983;5:363-73.
Orphanages of Bilaspur, Chattishgarh, 21. Al-Rubayee MAH. Median Diastema in a
India. JoAOR 2012;3(3):21-8. College Students Sample in the Baghdad
8. Cavalcanti AL, Santos JAD, Aguiar YPC, City. MJB 2013;10(2):400-6.
Xavier AFC, Moura C. Prevalence and 22. Gkantidis N, Kolokitha OE, Topouzelis
Severity of Malocclusion in Brazilian N. Management of Maxillary Midline
Adolescents Using The Dental Aesthetic Diastema With Emphasis on Etiology. J
Index (DAI). PODJ 2013;33(3):473. Clin Pediatr Dent 2008;32(4):265-72.
9. Kareem FA, Mahmood TMA. 23. Kim YH, Cho YB. Diastema Closure
Psychological Impact of Dental With Direct Composite : Architectural
Aesthetics for Kurdish Adolescents Gingival Contouring. JKACD
Seeking Orthodontic Treatment. IJO 2011;36(6):515-20.
2011:46. 24. Liling DT. Hubungan Kasus Maloklusi
10. Bernabe E, Flores C. Orthodontic Gigi Anterior Dengan Status Psikososial
Treatment Need in Peruvian Young Pada Pelajar SMP di Makassar. Makassar.
Adults Evaluated Through Dental FKG UNHAS. 2013.
Aesthetic Index. Angle Orthod 25. Jafar N. Pertumbuhan Remaja. Makassar
2006;76(3):417-21. : FKG UNHAS. 2005. P. 1-2.
11. Dibiase AT, Sandler PJ. Malocclusion, 26. Delcides Ferreira Paula DF, Silva ET,
Orthodontics and Bullying. Dent Update Campos ACV, Nunez MO, Leles CR.
2001;28:464-6. Effect of Anterior Teeth Display During
12. Loughry M, Eyber C Psychosocial Smiling on The Self-Perceived Impactsof
Concept in Humanitarian Work with Malocclusion in Adolescents. Angle
Children: A Review of the Concept and Orthod 2011;81(3):411-22.
Related Literature. 2011. 27. Arsie RY. Dampak Berbagai
"http://www.nap.edu/catalog/10698.html. Karakteristik Oklusi Gigi Anterior
". Accessed 17 November 2013. Terhadap Status Psikososial Remaja Awal
13. Graber TM. Orthodontics Principles and (Penelitian Epidemiologi Pada Remaja
Practice. 2 ed. Philadelphia, London: SMP 51 dan SMP 195 di Jakarta Timur).
WB.Saunders Company. 1966. p. 121-3. Jakarta: FKG UI. 2012.
14. Hassan R, Rahimah AK. Occlusion, 28. Bellot C, Ferrer M, Carrasco A, Montiel
Malocclusion and Method of JM, Almerich JM. Differences in
Measurements - an overview. Rrch Psychological Traits Between Lingual
Orofac Sci 2007;2:3-9. and Labial Orthodontic Patients
15. Iyyer BS. Orthodontics - The Art and Perfectionism, Body Image, and the
Science. 3 ed. New Delhi: Arya (MEDI) Impact of Dental Esthetics. Angle Orthod
Publishing House. 2003. p. 55. 2013.
16. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. 29. Susanti FR, Wanei GK. Hubungan Antara
Philadelphia: WB.Saunders Company. Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian
2001. p. 90-2. Sosial Siswa Kelas VIII SMP Santa Maria
17. Proffit WR. Contemporary Orthodontics. Fatima. Jakarta. FKIP Unika Atma Jaya.
4th ed. St. Louis: Mosby Elsevier. 2007. 2008:21-33.
137
Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138
138
ISSN: 2085-546X
Petunjuk Bagi Penulis
Cakradonya Dental Journal (CDJ) adalah jurnal ilmiah yang ▪ Nama penulis
terbit dua kali setahun, Februari dan Agustus. Artikel yang ▪ Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris
diterima CDJ akan dibahas para pakar dalam bidang keilmuan ▪ Pendahuluan (tanpa subjudul)
yang sesuai (peer-review) bersama redaksi. Sekiranya peer- ▪ Subjudul-subjudul sesuai kebutuhan
review menyarankan adanya perubahan, maka penulis diberi ▪ Penutup (kesimpulan dan saran)
kesempatan untuk memperbaikinya. ▪ Daftar pustaka
3. Laporan Kasus. Berisi artikel tentang kasus di klinik yang
CDJ menerima artikel konseptual dari hasil penelitian original cukup menarik, dan baik untuk disebarluaskan dikalangan
yang relevan dengan bidang kesehatan, kedokteran gigi dan sejawat lainnya. Format terdiri atas: Pendahuluan,
kedokteran. CDJ juga menerima literature review, dan Laporan kasus, Pembahasan dan Daftar pustaka.
laporan kasus. 4. Gambar dan tabel. Kirimkan gambar yang dibutuhkan
bersama makalah. Tabel harus diketik 1 spasi.
Artikel yang dikirim adalah artikel yang belum pernah 5. Metode statistik. Jelaskan tentang metode statistik secara
dipublikasi, untuk menghindari duplikasi CDJ tidak menerima rinci pada bagian “metode”. Metode yang tidak lazim,
artikel yang juga dikirim pada jurnal lain pada waktu ditulis secara rinci berikut rujukan metode tersebut.
bersamaan untuk publikasi. Penulis memastikan bahwa seluruh 6. Judul ditulis dengan huruf besar 11 point, baik judul
penulis pembantu telah membaca dan menyetujui isi artikel. singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk
huruf dan spasi. Diletakkan di bagian tengah atas dari
1. Artikel Penelitian halaman pertama. Subjudul dengan huruf 11 point.
Tatacara penulisan: 7. Nama dan alamat penulis disertai pas photo. Nama penulis
✓ Judul dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. tanpa gelar dan alamat atau lembaga tempat bekerja ditulis
✓ Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia & Inggris, lengkap dan jelas. Alamat korespondensi, nomor telepon,
dalam bentuk tidak terstruktur dengan jumlah nomor facsimile, dan alamat e-mail. Pas photo terbaru
maksimal 200 kata, harus mencerminkan isi artikel, ukuran 3x4.
ringkas dan jelas, sehingga memungkinkan pembaca 8. Ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih hanya untuk
memahami tentang aspek baru atau penting tanpa para profesional yang membantu penyusunan naskah,
harus membaca seluruh isi artikel. Diketik dengan termasuk pemberi dukungan teknis, dana dan dukungan
spasi tunggal satu kolom. umum dari suatu institusi.
✓ Kata Kunci dicantumkan pada halaman yang sama 9. Daftar pustaka. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan
dengan abstrak. Pilih 3-5 buah kata yang dapat aturan penulisan Vancouver, diberi nomor urut sesuai
membantu penyusunan indek. dengan pemunculan dalam keseluruhan teks ditulis secara
✓ Artikel utama ditulis dengan huruf jenis Times New super script. Jumlah daftar pustaka minimal 10 referensi.
Roman ukuran 11 point, spasi satu. Disebutkan 5 nama pengarang kemudian at al.
✓ Artikel termasuk tabel, daftar pustaka dan gambar - Jurnal: Hendarto H, Gray S. Surgical and non surgical
harus diketik 1 spasi pada kertas dengan ukuran 21,5 intervation for speech rehabilitation in Parkinson
x 28 cm (kertas A4) dengan jarak dari tepi 2,5 cm, disease. Med J Indonesia 2000; 9 (3): 168-74.
jumlah halaman maksimum 12. Setiap halaman diberi - Buku: Lavelle CLB. Dental plaque. In: Applied Oral
nomor secara berurutan dimulai dari halaman judul Physiology, 2nd ed. London: Wright. 1988:93-5.
sampai halaman terakhir. - Book Section: Shklar G, Carranza FA. The Historical
✓ Laporan tentang penelitian pada manusia harus Background of Periodontology. In: Carranza's Clinical
memperoleh persetujuan tertulis (signed informed Periodontology (Newman MG, Takei HH, Klokkevold
consent). PR, Carranza FA, eds), 10th ed. St. Louis: Saunders
✓ Sistematika penulisan artikel hasil penelitian, adalah Elsevier, 2006: 1-32.
sebagai berikut: - Website : Almas K. The antimicrobial effects of seven
▪ Judul different types of Asian chewing sticks. Available in
▪ Nama dan alamat penulis disertai pas photo http://www.santetropicale.com/resume/49604.pdf
▪ Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris Accessed on April, 2004.
▪ Kata kunci 10. Artikel dikirim sebanyak 1 (satu) eksemplar, dalam
▪ Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar bentuk hard dan soft copy, tuliskan nama file dan program
belakang masalah dan sedikit tinjauan pustaka, dan yang digunakan, kirimkan paling lambat 2 (dua) bulan
masalah/tujuan penelitian). sebelum bulan penerbitan kepada:
▪ Bahan dan Metode Ketua Dewan Penyunting
▪ Hasil Cakradonya Dental Journal (CDJ)
▪ Pembahasan Fakultas Kedokteran Gigi-Unsyiah
▪ Kesimpulan dan Saran Darussalam Banda Aceh 23211
▪ Ucapan terima kasih Telp/fax. 0651-7551843
▪ Daftar Pustaka. 11. Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan
2. Tinjauan pustaka/artikel konseptual (setara hasil diberitahukan secara tertulis. Penulis yang artikelnya
penelitian) merupakan artikel review dari jurnal dan atau dimuat akan mendapat imbalan berupa nomor bukti
buku mengenai ilmu kedokteran gigi, kedokteran dan pemuatan sebanyak 1 (satu) eksemplar. Artikel yang tidak
kesehatan mutakhir memuat: dimuat tidak akan dikembalikan kecuali atas permintaan
▪ Judul penulis.