Anda di halaman 1dari 80

PENGARUH EKSTRAK DAUN KARAMUNTING

(Rhodomyrtus tomentosa) TERHADAP


JUMLAH SEL MAKROFAG PADA
INFLAMASI PULPA

Skripsi
diajukan guna memenuhi sebagian syarat memperoleh
derajat Sarjana Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan Oleh
Indah Septiani
1611111320017

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN

Juli, 2020
PENGARUH EKSTRAK DAUN KARAMUNTING
(Rhodomyrtus tomentosa) TERHADAP
JUMLAH SEL MAKROFAG PADA
INFLAMASI PULPA

Skripsi
diajukan guna memenuhi sebagian syarat memperoleh
derajat Sarjana Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan Oleh
Indah Septiani
1611111320017

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN

Juli, 2020

i
PERNYATAAN ORIGINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri

dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di suatu perguruan tinggi negeri. Semua sumber yang diikuti atau dirujuk dalam

skripsi ini telah saya sebutkan didalam daftar pustaka.

Banjarmasin, Juli 2020

Indah Septiani

ii
PERSETUJUAN UJIAN USULAN PENELITIAN SKRIPSI

Usulan Penelitian Skripsi oleh Indah Septiani ini


telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan.

Banjarmasin, 13 Juli 2020


Pembimbing Utama

(drg. M. Yanuar Ichrom Nahzi, Sp.KG)


NIP. 19861229 201404 1 001

Pembimbing Pendamping

(drg. Nolista Indah Rasyid, Sp.Ort)

iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Skripsi oleh Indah Septiani ini


telah dipertahankan didepan dewan penguji
pada tanggal Juli 2020

Dewan Penguji
Ketua (Pembimbing Utama)

drg. M. Yanuar Ichrom Nahzi, Sp.KG

Anggota (Pembimbing Pendamping)

drg. Nolista Indah Rasyid, Sp.Ort

Anggota

dr. Huldani, M. Imun

Anggota

drg. Irham Taufiqurrahman, M.Si.Med, Sp.BM

iv
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH

EKSTRAK DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) TERHADAP

JUMLAH SEL MAKROFAG PADA INFLAMASI PULPA” tepat pada

waktunya.

Skripsi dengan judul diatas sebagai implementasi visi dan misi Universitas

Lambung Mangkurat dan Fakultas Kedokteran Gigi yaitu menjadikan program

studi kedokteran gigi yang unggul dalam menyelenggarakan pendidikan, penelitian

dan pengabdian masyarakat berbasis permasalahan kesehatan gigi berwawasan

penyakit pada lahan basah.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh derajat

sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung

Mangkurat Banjarmasin. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Dr. drg. Maharani Laillyza Apriasari, Sp.PM

dan Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Gigi drg. Irham Taufiqurrahman, M.Si.,

Med., Sp.BMM yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas dalam

pelaksanaan penelitian.

Koordinator Program Studi Kedokteran Gigi drg. Isnur Hatta, M.A.P yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

vi
Kedua dosen pembimbing yaitu drg. M. Yanuar Ichrom Nahzi, Sp.KG dan drg.

Nolista Indah Rasyid, Sp.Ort yang berkenan memberikan saran dan arahan dalam

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Kedua dosen penguji yaitu dr. Huldani, M. Imun dan drg. Irham

Taufiqurrahman, M.Si., Med., Sp.BMM yang memberikan kritik dan saran

sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi semakin baik.

Semua dosen Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat

yang telah mendidik, membantu dan memberikan masukan yang sangat berharga

kepada penulis selama menjalani masa pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.

Semua staff Tata Usaha Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Lambung

Mangkurat yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan dan

penulisan skripsi ini.

Laboratorium Farmakologi FK Universitas Airlangga dan Laboratorium

Research Center Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga yang telah

memberikan izin, saran dan bantuan dalam penelitian ini.

Kedua orang tua tercinta Bapak Sudaryono dan Ibu Ikha Rosselawati serta

keluarga besar yang selalu memberikan perhatian dan dukungan penuh baik moral,

materil, harapan dan doa sampai terselesaikannya skripsi ini. Kepada Reisha

Dahliani teman sepayung yang telah membantu selama proses penelitian. Sahabat-

sahabat tercinta Andri Yulianti, Rizki Ramadhiyanti Mahdjar, Nurul Hikmah,

Grefita Hanis Krismonike, Karimatul Munawarah yang selalu memberi semangat,

dukungan dan menghibur penulis saat proses penulisan penelitian ini. Semoga kita

bisa terus berteman hingga akhir hayat.

vii
Teman-teman terkasih Anisa Rahma, Izaati Aqmar DW, Nabilah, Rachmi

Pratiwi, Alya Rahmasari, Hatfina Sabila dan Lailatul Qomariyah yang telah

banyak membantu dalam pembuatan naskah skripsi, selalu ada mengisi hari-hari

penulis dan memberikan dukungan serta doa.

Teman-teman kecebong tersayang Yuni, Jessica, Nova, Cimey dan Fennita

yang telah melewati bersama-sama suka maupun duka selama kuliah di Kedokteran

Gigi, selalu memberikan doa, dukungan, bantuan, masukan dan semangat yang

tiada hentinya serta memberikan candaan yang mewarnai kehidupan penulis.

Rekan penelitian bidang Konservasi, teman-teman PSKG angkatan 2016 serta

semua pihak yang telah membantu proses penelitian yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu atas sumbangan pikiran dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan

terutama di bidang Kedokteran Gigi.

viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Lambung Mangkurat, saya yang bertanda


tangan dibawah ini:
Nama : Indah Septiani
NIM : 1611111320017
Program Studi : Kedokteran Gigi
Fakultas : Kedokteran Gigi
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan Hak

Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) kepada

Universitas Lambung Mangkurat atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengaruh Ekstrak Daun Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) Terhadap


Jumlah Sel Makrofag Pada Inflamasi Pulpa”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non

Eksklusif ini Universitas Lambung Mangkurat berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Banjarmasin
pada tanggal Juli 2020
yang menyatakan

(Indah Septiani)

ix
RINGKASAN

“PENGARUH EKSTRAK DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus


tomentosa) TERHADAP JUMLAH SEL MAKROFAG PADA INFLAMASI
PULPA”

Indah Septiani

Pulpitis merupakan suatu inflamasi pada pulpa karena penumpukan darah

berlebih yang disebabkan oleh kongesti vaskular. Hal ini dapat terjadi karena iritasi

pada pulpa. Salah satu perawatan untuk pulpitis adalah direct pulp capping. Direct

pulp capping merupakan perawatan pada pulpa terbuka menggunakan bahan seperti

kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida merupakan bahan yang paling sering

digunakan untuk perawatan direct pulp capping karena sifatnya yang antibakteri

dan dapat membentuk jembatan dentin. Namun, kalsium hidroksida dapat

menimbulkan nekrosis sehingga perlu bahan alternatif lain yang bersifat noniritasi

dan nontoksik dengan harga yang terjangkau. Salah satunya yaitu karamunting

tanaman endemik khas kalimantan yang memiliki manfaat antiinflamasi dan

antibakteri.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post-test only

group design, menggunakan Rancangan Acak Sederhana, terdiri dari 24 tikus

wistar jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok. Pulpa gigi tikus diperforasi yang

kemudian diberi perlakuan ekstrak daun karamunting sebagai kelompok perlakuan,

dengan diberikan kalsium hidroksida sebagai kelompok kontrol positif, dan tidak

diberikan aplikasi apapun (tanpa obat) sebagai kelompok kontrol negatif. Sampel

dianalisis secara histologis pada hari ke -3 hingga hari ke -7 setelah aplikasi, reaksi

inflamasi terjadi pada seluruh kelompok.

x
SUMMARY

THE EFFECT OF KARAMUNTING LEAVES EXTRACTS (Rhodomyrtus


tomentosa) ON THE NUMBER OF MACROPHAGE CELLS IN PULP
INFLAMMATION"

Indah Septiani

Pulpitis is an inflammation of the pulp due to excess blood buildup caused by

vascular congestion. This can occur due to irritation of the pulp. One of the

treatments for pulpitis is direct pulp capping. Direct pulp capping is a treatment on

open pulp using materials such as calcium hydroxide. Calcium hydroxide is the

material most often used for direct pulp capping treatment because of its

antibacterial properties and can form dentin bridges. However, calcium hydroxide

can cause necrosis, so we need alternative materials that are non-irritating and

non-toxic at an affordable price. One of them is the endemic plant caramunting

typical of Borneo which has anti-inflammatory and antibacterial benefits.

This is a true experimental research with posttest-only group design, using

simple random sampling that consist of 24 male Wistar rats which later be divided

into 3 groups. The perforated rat dental pulp was then treated with karamunting

leaf extract as a treatment group, given calcium hydroxide as a positive control

group, and not given any application (without drug) as a negative control group.

The samples were analyzed histologically on the 3rd to 7th day after the

application, inflammatory response occurred in all groups

xi
ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus


tomentosa) TERHADAP JUMLAH SEL MAKROFAG PADA INFLAMASI
PULPA

Indah Septiani

Latar Belakang: Pulpitis reversible merupakan kondisi keradangan pada pulpa


yang disebabkan oleh terbukanya pulpa akibat karies. Salah satu prosedur dalam
perawatan pulpa terbuka adalah direct pulp capping menggunakan bahan kalsium
hidroksida, tetapi bahan ini memiliki efek samping, pHnya yang tinggi dapat
menyebabkan nekrosis sehingga diperlukan bahan alternatif yang lebih aman
digunakan. Ekstrak Daun karamunting mengandung senyawa golongan fenol,
flavonoid, tanin, dan saponin yang memiliki sifat imunomodulator yang berperan
penting dalam penyembuhan pulpa yang terbuka. Tujuan: Untuk mengetahui
pengaruh ekstrak daun karamunting terhadap jumlah makrofag pada inflamasi
pulpa dan membandingkannya dengan kalsium hidroksida. Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental murni dengan post-test only group design,
menggunakan Rancangan Acak Sederhana, terdiri dari 24 tikus wistar jantan yang
dibagi menjadi 3 kelompok. Pulpa gigi tikus diperforasi yang kemudian diberi
perlakuan ekstrak daun karamunting sebagai kelompok perlakuan, dengan
diberikan kalsium hidroksida sebagai kelompok kontrol positif, dan tidak diberikan
aplikasi apapun (tanpa obat) sebagai kelompok kontrol negatif. Sampel dianalisis
secara histologis pada hari ke -3 hingga hari ke -7 setelah aplikasi, reaksi inflamasi
terjadi pada seluruh kelompok. Hasil: Hasil two way anova menunjukan bahwa
terdapat perbedaan bermakna antara kelompok ekstrak daun karamunting dengan
kelompok tanpa obat dan kelompok kalsium hidroksida dengan nilai p<0,05.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa pemberian ekstrak daun karamunting dapat menurunkan jumlah makrofag
pada inflamasi pulpa.
Kata kunci: pulpa terbuka, inflamasi pulpa, makrofag, daun karamunting,

kalsium hidroksida.

xii
ABSTRACT

THE EFFECT OF KARAMUNTING LEAVES EXTRACTS (Rhodomyrtus


tomentosa) ON THE NUMBER OF MACROPHAGE CELLS IN PULP
INFLAMMATION"

Indah Septiani

Background: Reversible pulpitis is an inflammation of dental pulp caused by


the opening of the pulp due to cavities. One of the procedures in exposed pulp
treatment is direct pulp capping using calcium hydroxide. However, this material
has side effects, its high pH can cause necrosis, and due to that, a safer alternative
material is needed. Karamunting leaf extract contains phenolic compounds,
flavonoids, tannins, and saponins which have immunomodulatory properties that
play an important role in healing exposed pulp. Objective: To determine the effect
of karamunting leaf extract on the number of macrophages in pulp inflammation
and compare it to calcium hydroxide. Method: This is a true experimental research
with posttest-only group design, using simple random sampling that consist of 24
male Wistar rats which later be divided into 3 groups. The perforated rat dental
pulp was then treated with karamunting leaf extract as a treatment group, given
calcium hydroxide as a positive control group, and not given any application
(without drug) as a negative control group. The samples were analyzed
histologically on the 3rd to 7th day after the application, inflammatory response
occurred in all groups. Results: The two-way ANOVA results showed that there
was a significant difference between the karamunting leaf extract group, the group
that was not given drug, and the group given calcium hydroxide with a value
p<0.05. Conclusion: Based on the research conducted, it is concluded that the
administration of karamunting leaf extract can reduce the number of macrophages
in pulp inflammation.

Keywords: exposed pulp, pulp inflammation, macrophages, karamunting leaf,

calcium hydroxide.

xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN ORIGINALITAS.................................................................... ii

PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI .................................................................. iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... viii

RINGKASAN .................................................................................................... ix

SUMMARY ......................................................................................................... x

ABSTRAK......................................................................................................... xi

ABSTRACT....................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xx

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 3

xiv
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Teori ................................................................................ 4
1.4.2 Manfaat Praktisi ............................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies ..................................................................................................... 5
2.2 Pulpitis.................................................................................................... 5
2.2.1 Reversible Pulpitis ......................................................................... 6
2.2.2 Irreversible Pulpitis ....................................................................... 6
2.2.3 Mekanisme Inflamasi Pulpa ........................................................... 7
2.2.4 Makrofag ....................................................................................... 8
2.3 Pulp Capping ........................................................................................ 10
2.3.1 Jenis Pulp Capping ...................................................................... 10
2.3.2 Syarat Pulp Capping ..................................................................... 1`
2.3.3 Bahan Pulp Capping .................................................................... 12
2.4 Karamunting ......................................................................................... 13
2.4.1 Deskripsi dan Taksonomi ............................................................ 13
2.4.2 Kandungan Karamunting ............................................................. 14
2.5 Kerangka Teori Penelitian ..................................................................... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 17
3.2 Hipotesis ............................................................................................... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 19
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................. 19
4.2.1 Populasi ....................................................................................... 19
4.2.2 Sampel Penelitian ........................................................................ 19
4.2.2.1 Kriteria Inklusi ................................................................ 19
4.2.2.2 Kriteria Eksklusi ............................................................. 19
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................................ 20
4.2.4 Besar Sampel ............................................................................... 20
4.3 Variabel Penelitian ................................................................................ 21

xv
4.3.1 Variabel Bebas ............................................................................ 21
4.3.2 Variabel Terikat ........................................................................... 21
4.3.3 Variabel Terkendali ..................................................................... 22
4.3.4 Definisi Operasional .................................................................... 22
4.4 Bahan Penelitian ................................................................................... 23
4.5 Alat Penelitian ...................................................................................... 25
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 26
4.7 Prosedur Penelitian ............................................................................... 26
4.7.1 Pembuatan Ekstrak Daun Karamunting ........................................ 26
4.7.2 Perlakuan Hewan Coba ................................................................ 27
4.7.3 Tahap Pembuatan Preparat Jaringan............................................. 28
4.7.4 Tekhnik Perhitungan .................................................................... 29
4.7.5Tahap Pengamatan dan Pengambilan data ..................................... 29
4.7.6 Penanganan Hewan Coba setelah Pengambilan Jaringan .............. 29
4.7.7 Alur Penelitian............................................................................. 30
4.8 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ..................................... 31
4.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 31
BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1 Data Penelitian ...................................................................................... 33

5.2 Analisis dan Hasil Penelitian ................................................................. 35

BAB 6 PEMBAHASAN

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan ........................................................................................... 41

7.2 Saran..................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xvi
DAFTAR SINGKATAN

IL-1 : Interleukin-1
IL-2 : Interleukin-2
IL-12 : Interleukin-12
LPS : lipopolisakarida
Th-1 : T helper-1
TNF-α : Tumor Necrosis Factor-alpha
TLRs : Toll- Like Receptors
SMAF : Spesific Makrofag Activating Factor

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional ........................................................................... 22

Tabel 5.1 Rata-rata Jumlah Sel Makrofag ........................................................... 33

Tabel 5.2 Nilai Signifikansi Jumlah Sel Makrofag ............................................. 36

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Sel Makrofag ................................................................................. 10

Gambar 2.2 Daun Karamunting.......................................................................... 14

Gambar 2.3 Kerangka Teori ............................................................................... 15

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 17

Gambar 4.2 Skema Alur Penelitian .................................................................... 30

Gambar 5.1 HPA Inflamasi Pulpa Hari Ke-3 ...................................................... 34

Gambar 5.1 HPA Inflamasi Pulpa Hari Ke-7 ...................................................... 35

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Uraian tentang Jadwal Kegiatan

2. Biaya Penelitian

3. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)

4. Surat Izin Penelitian Laboratorium Farmak ologi FK UNAIR

5. Surat Izin Penelitian Laboratorium Farmakologi Departemen

6. Surat Izin Penelitian Laboratorium Patologi FKG UNAIR

7. Prosedur Penelitian Pembuatan Ekstrak Daun Karamunting

8. Prosedur Penelitian Perlakuan Hewan Coba

9. Prosedur Penelitian Pembuatan Preparat

10. Analisis Statistik

xx
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang disebabkan

oleh demineralisasi email dan dentin sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan

dan terbukanya jaringan pulpa. Pulpa yang terbuka menjadi jalan masuk bagi

mikroorganisme yang akan menginfeksi jaringan sekitarnya. Mikroorganisme yang

masuk kedalam pulpa yang terbuka akan mengakibatkan tubuh mempertahankan

diri dengan melakukan perlawanan, proses tersebut menyebabkan reaksi inflamasi

atau peradangan pada pulpa. Menurut data riset kesehatan dasar (RISKESDAS)

tahun 2018, menunjukkan pravelensi penduduk Indonesia yang memiliki masalah

karies gigi sebesar 57,6% (Mustika dkk, 2014; Riskesdas, 2018; Widiyandini dkk,

2019).

Karies yang dibiarkan menjadi salah satu penyebab reversible pulpitis.

reversible pulpitis merupakan inflamasi pulpa yang dapat hilang ketika

penyebabnya dihilangkan, salah satu perawatan untuk reversible pulpitis adalah

direct pulp capping. Direct pulp capping merupakan perawatan pada pulpa terbuka

menggunakan bahan seperti mineral trioksida agregat (MTA), Zinc Oxide Eugenol

(ZOE), dan kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida merupakan bahan yang paling

sering digunakan untuk perawatan direct pulp capping karena sifatnya yang

antibakteri dan dapat membentuk jembatan dentin. Kalsium hidroksida memiliki

beberapa kekurangan yaitu resisten dengan beberapa mikroorgnisme dan dapat

1
2

menimbulkan abses pada gigi. Berkaitan dengan pHnya yang tinggi, kalsium

hidroksida juga dapat menimbulkan nekrosis sehingga perlu bahan alternatif lain

yang bersifat noniritasi dan nontoksik dengan harga yang terjangkau (Dwitanandi

dkk, 2016; Luthfiyah dkk, 2016; Hakim IA dkk, 2017; Widiyandini NW dkk, 2019).

Bahan alternatif lain yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti kalsium

hidroksida untuk bahan pulp capping yaitu karamunting. Karamunting merupakan

tanaman endemik khas kalimantan yang memiliki manfaat antiinflamasi dan

antibakteri. Kandungan flavonoid dan beberapa senyawa lain dalam daun

karamunting dapat membantu proses penyembuhan peradangan dengan cara

menghambat enzim siklooksigenase yang merubah asam arakidonat menjadi

prostaglandin dan menghambat lipooksigenase yang merubah asam arakidonat

menjadi leukotrien, hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pada kemotaksis

radang ke jaringan dan menghambat proses inflamasi sehingga terjadi penurunan

pada jumlah sel makrofag. Pada penelitian ramadhiani tahun 2019 telah dilakukan

pengujian antiinflamasi daun karamunting dengan dosis 200 mg/kgBB, 400

mg/kgBB, dan 800mg/kgBB didapatkan bahwa dosis yang efektif ekstrak daun

karamunting dalam proses inflamasi adalah 800 mg/kgBB. (Ramadhiani dkk, 2019;

Soleha TU dkk, 2016; Tarigan NTRB dkk, 2017; Niah, 2018).

Makrofag merupakan leukosit yang berperan dalam fagositosis atau mencerna

secara selular bahan-bahan yang mengganggu. Makrofag berada di jaringan dalam

5 hingga 6 jam setelah adanya respon inflamasi. Makrofag akan menggantikan

neutrofil secara besar-besaran pada hari ke-3 di fase inflamasi dan mulai menurun
3

dihari ke-7 karena sudah memasuki fase proliferasi Makrofag dapat melahap dan

me-ngeliminasi partikel ekstraseluler, sel yang rusak atau mati, dan juga bakteri

patogen (Sugiman, 2011; Kumar dkk, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui potensi dari ekstrak daun karamunting sebagai bahan alternatif

direct pulp capping terhadap sel makrofag di inflamasi pulpa tikus wistar (Rattus

norvegicus) jantan pada hari ke-3 dan 7.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh ekstrak daun karamunting terhadap jumlah sel

makrofag pada inflamasi pulpa tikus wistar dihari ke-3 dan 7?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh daun

karamunting sebagai bahan direct pulp capping terhadap sel makrofag pada

inflamasi pulpa.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun karamunting terhadap sel makrofag

dalam inflamasi pulpa pada hari ke-3 dan hari ke-7.

2. Mengetahui pengaruh kalsium hidroksida terhadap sel makrofag dalam

inflamasi pulpa pada hari ke-3 dan hari ke-7.


4

3. Mengetahui pengaruh kelompok tanpa obat terhadap sel makrofag dalam

inflamasi pulpa pada hari ke-3 dan hari ke-7.

4. Menganalisis perbandingan jumlah sel makrofag pada inflamasi pulpa

yang diberi ekstrak daun karamunting dengan kalsium hidroksida dan

tanpa obat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teori

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi tambahan dan sebagai

referensi bagi penelitian selanjutnya tentang manfaat dari ekstrak daun

Karamunting dalam mempengaruhi sel makrofag yang merupakan salah satu

indikator dalam inflamasi.

1.4.2 Manfaat Praktisi

Manfaat praktis dari penilitan ini dapat memberikan data ilmiah yang

mendukung penggunaan dan pengembangan daun Karamunting sebagai obat herbal

berbahan dasar alami yang mempunyai efek antiinflamasi serta sebagai alternatif

pilihan bahan direct pulp capping.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies

Karies merupakan suatu penyakit infeksi yang bersifat multifaktorial, penyebab

karies dipengaruhi beberapa faktor penting seperti host, agent, substrat dan waktu

yang keempatnya saling bekerjasama dalam terbentuknya karies. Pembentukan

karies diawali dengan adanya proses demineralisasi komponen anorganik gigi,

kemudian terjadi destruksi komponen organik, yang akan menyebabkan

terbentuknya kavitas sehingga menyebabkan rusaknya struktur gigi (Mustika dkk,

2014; Adhani R dkk, 2018).

Kavitas yang terbentuk menjadi jalan masuk bagi mikroorganisme untuk

menginfeksi gigi dan jaringan sekitarnya. Ketika mikroorganisme masuk kedalam

pulpa yang terbuka, tubuh akan mempertahankan diri dengan melakukan

perlawanan, proses tersebut akan menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi atau

peradangan pada pulpa. Karies yang tidak diobati merupakan salah satu penyebab

dari terjadinya reversible pulpitis, jika keadaan ini dibiarkan secara terus menerus

akan berlanjut menjadi nekrosis (Hakim IA dkk, 2017; Widiyandini dkk, 2019).

2.2 Pulpitis

Pulpitis merupakan suatu inflamasi pada pulpa karena penumpukan darah

berlebih yang disebabkan oleh kongesti vaskular. Hal ini dapat terjadi karena iritasi

pada pulpa. Pulpa yang teriritasi menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

permeabilitas. Hasilnya terjadi peningkatan filtrasi dari kapiler ke ruang pulpa

5
6

sehingga terjadi peningkatan tekanan pada pulpa yang menimbulkan gejala sakit.

Klasifikasi dan diagnosis penyakit pulpa biasanya didasarkan pada tanda dan gejala

klinis atau tidak adanya korelasi antara data histologik penyakit pulpa dan

gejalanya, tetapi pada umumnya pulpitis terbagi menjadi dua yaitu reversible

pulpitis dan irreversible pulpitis (Tarigan, 2015; Enggardipta, 2016).

2.2.1 Reversible Pulpitis

Reversible pulpitis merupakan suatu kondisi inflamasi pulpa yang tidak parah

dan akan pulih ketika penyebabnya dihilangkan. Apabila reversible pulpitis

dibiarkan dan tidak segera ditangani bisa menyebabkan pulpitis lebih parah, yaitu

irreversible pulpitis hingga nekrosis. Reversible pulpitis dapat disebabkan karena

adanya trauma oklusi, stimulus kimiawi misalnya bahan makanan manis serta

bakteri karies, dehidrasi kavitas dengan alkohol atau klorofm yang berlebihan,

rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka atau syok termal misalnya

karena bur yang terlalu lama menyebabkan panas. Gejala reversible pulpitis ada

dua yaitu simtomatik dan asimtomatik. Gejala simtomatik berupa rasa sakit ngilu

saat minum manis, asam, panas, atau dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak

berlanjut apabila penyebabnya ditiadakan, sedangkan gejala asimtomatik dapat

disebabkan oleh karies yang baru mulai dan dapat normal kembali apabila karies

dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik (Torabinejad dkk, 2014; Tarigan,

2015; Astuti ND,2018).

2.2.2 Irreversible Pulpitis

Irreversible pulpitis merupakan inflamasi pada pulpa yang terjadi terus-

menerus dengan atau tanpa gejala dan disertai dengan kerusakan jaringan pulpa
7

meskipun rangsangan dihilangkan. Penyebab utama irreversible pulpitis adalah

bakteri. Penyebab lainnya diantaranya, makanan manis, stimulus termis, mekanis,

kimiawi dan asam. Gejala pada pasien irreversible pulpitis dapat berupa akut atau

kronis. Akut apabila terjadi sakit terus menerus, spontan, dan bisa menjalar, sakit

yang tajam, rasa sakit bertahan beberapa menit sampai berjam-jam tetap ada

meskipun stimulus dihilangkan. Gejala kronis apabila pasien tanpa gejala dan

biasanya sudah terjadi drainase eksudat (Tarigan, 2015).

2.2.3 Mekanisme Inflamasi Pulpa

Inflamasi atau peradangan pulpa diawali dengan adanya rangsangan pada

jaringan pulpa yang akan mengaktifkan enzim fosfolipase untuk mengubah

fosfolipid menjadi asam arakidonat. Kemudian sebagian dari asam arakidonat

berubah menjadi prostaglandin karena pengaruh enzim siklooksigenase.

Prostaglandin mempunyai efek pada premeabilitas pembuluh darah dan sel-sel

radang yang nantinya akan berperan dalam proses inflamasi. Sedangkan bagian lain

dari asam arakidonat akan diubah menjadi leukotriene dan hidroperoksida oleh

enzim lipooksigenase. Leukotrien bertanggung jawab terhadap perubahan dalam

permeabilitas pembuuh darah dan kemotaksis sel-sel radang (Walton LE dan

Torabinejad, 2008; Wahyun SN dkk, 2019; Tarigan, 2015).

Adanya rangsangan eksternal pada jaringan pulpa mengakibatkan lapisan

odontoblas cedera. Odontoblas adalah sel bentukan dentin dan merupakan sel

pertama yang menghadapi injuri. Respon odontoblas mendeteksi injuri melalui

Toll- Like Receptors (TLRs) yang diekspresikan oleh odontoblas. Odontoblas akan

memproduksi sitokin pro-inflamasi seperti (TNFα dan IL-1) dan prostaglandin.


8

Sitokin hasil produksi odontoblas akan mengubah sistem mikrosirkulasi dalam

jaringan pulpa dan menyebabkan hambatan aliran darah. Mula-mula akan terjadi

vasodilatasi jaringan yang menyebabkan sirkulasi darah menjadi statis dan

menyebabkan inflamasi akut, dimana sel-sel polimorfonuklear neutrofil (PMN)

mengadakan marginasi yang dilanjutkan dengan migrasi ke jaringan sekitamya. Hal

ini mengakibatkan pengumpulan eksudat di jaringan untuk proses fagositosis.

Polimorfonuklear neutrofil (PMN) hanya berumur (24-36 jam). Setelah

menghancurkan iritan dan jaringan yang rusak melalui proses fagositosis, Neutrofil

akan mulai mati. Kemudian Sisa benda asing dan luruhan sel yang tidak terfagosit

oleh neutrofil akan di fagositosis oleh makrofag sebagai pertahanan lini kedua

untuk mengisolasi, menghancurkan, atau mengaktifkan pertahanan, membersihkan

debris dan mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan. Makrofag yang

teraktivasi akan mensekresi IL-I dan IL-12 setelah memproses antigen. Interleukin-

1 akan memberi sinyal kepada limfosit-T helper untuk berikatan dengan molekul

MHC klas II pada makrofag dan IL-12 berperan pada aktivasi limfosit (Walton LE

dan Torabinejad, 2008; Sherwood, 2011).

2.2.4 Makrofag

Makrofag merupakan sel leukosit terbesar yang memiliki diameter 10-30 μm,

bentuk inti sedikit oval atau berbentuk tapal kuda dan memiliki butir-butir kromatin

yang halus . Pada pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan hematoxylin-eosin

(HE) di bawah mikroskop, makrofag berbentuk ireguler dan berwarna kebiruan

dengan granul hasil fagositosis berwarna kecoklatan. Makrofag memiliki fungsi

untuk proses fagositosis, makrofag mencerna dan memfagosit organisme patogen,


9

debris, benda asing dan sel - sel yang tidak berguna lagi. Selain memfagosit,

makrofag yang aktif juga melepaskan beberapa bahan aktif yang penting untuk

proses peradangan. Makrofag berasal dari sel monosit darah yang bermigrasi ke

jaringan ikat. Apabila terjadi peradangan, jumlah monosit yang bermigrasi ke

jaringan ikat menjadi berlipat-lipat dan makrofag yang telah ada di jaringan ikat

akan teraktivasi (Mills, 2016; Apriasari dkk, 2017).

Makrofag mulai bermunculan setelah neutrofil menyelesaikan tugasnya untuk

memfagosit partikel asing, yakni pada hari ke-3 dan akan menurun jumlahnya pada

hari ke-7 karena mulai memasuki fase penyembuhan. Makrofag akan berubah

menjadi makrofag efferositosis (M2) yang mensekresi sitokin anti inflamasi seperti

IL-4, IL-10, IL13. Makrofag M2 merupakan penghasil sitokin dan growth factor

yang menstimulasi proliferasi fibroblast, produksi kolagen, pembentukan

pembuluh darah baru, dan proses penyembuhan lainnya. Meskipun respon

inflamasi merupakan suatu pertahanan tubuh namun keadaan ini biasanya sangat

mengganggu aktivitas seseorang jika respon inflamasi tersebut berlebihan

(Sugiaman, 2011; Mills, 2016; Apriasari dkk, 2017).

Gambar 2.1 Sel makrofag (Mills, 2016)


10

2.3 Pulp Capping

Mempertahankan pulpa yang sehat dan utuh merupakan pilihan yang lebih baik

dibandingkan dengan prosedur endodonsia lainnya, mengingat bahwa perawatan

tersebut memakan waktu, rumit dan mahal. Dalam menghadapai suatu lesi karies

yang dalam, beberapa ahli menganjurkan tindakan pulp capping. Pulp capping

merupakan suatu prosedur untuk mencegah terbukanya pulpa selama pembuangan

dentin yang terkena karies yang kemudian diaplikasikan semen zinc oxide eugenol

atau kalsium hidroksida di atas sisa dentin guna menekan invasi bakteri (Bogen,

2008; Torabinejad dkk, 2014)

2.3.1 Jenis Pulp Capping

A. Direct Pulp Capping

Perawatan direct pulp capping adalah tindakan pemeliharaan pulpa gigi yang

terbuka dengan pemberian bahan pelindung. Indikasi dari direct pulp capping yaitu

pulpa masih vital, gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis,

lebarnya tidak lebih dari 1 mm dan tidak ada gejala, gigi sulung dengan pulpa

terbuka karena sebab mekanis dan ukuran tidak lebih dari 1 mm, pulpa yang terbuka

akibat. karies bukan merupakan indikasi karena pulpa sudah terinfeksi oleh bakteri,

usia dari pulpa (tingkat keberhasilan perawatan lebih tinggi pada gigi permanen di

bawah usia 30 tahun oleh karena pulpa memiliki suplai darah yang lebih baik)

(Ingle dkk, 2008).

Adanya nyeri spontan, nyeri pada malam hari, pembengkakan, fistula, gigi

goyang secara patologis, resorpsi akar eksterna atau interna, radiolusensi di

periapeks atau di antara akar, adanya kalsifikasi jaringan pulpa, perdarahan yang
11

banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa serta terdapat pus atau eksudat

merupakan kontraipdikasi dalam perawatan direct pulp capping (Dwitanandi dkk,

2016)

B. Indirect Pulp Capping

Indirect pulp capping adalah perawatan yang diberikan pada pulpa gigi tidak

terbuka atau masih tertutup oleh lapisan dentin yang tipis, kemudian diberi bahan

pelindung. Indikasi indirect pulp capping, yaitu: (1) gigi vital dengan karies

profunda yang belum perforasi dengan lapisan dentin yang tipis, (2) tidak ada

keluhan spontan, (3) pada gigi sulung/dewasa muda yang kaya dengan suplai darah

dan daya tahan tubuh tinggi (Ingle dkk, 2008; Dwitanandi dkk, 2016).

Kontraindikasi perawatan indirect pulp capping adalah : (1) gigi vital dengan

pulpa meradang, (2) terdapat fistula, (3) goyang patologis, (4) terdapat resorbsi akar

interna/eksterna, (5) kalsifikasi pulpa Indirect pulp capping nantinya akan

merangsang pembentukan dentin reaksioner, sementara direct pulp capping

merangsang dalam pembentukan dentin reparatif oleh jembatan dentin, yang akan

menutup hampir keseluruhan pulpa yang terbuka (Ingle dkk, 2008; Dwitanandi dkk,

2016).

2.3.2 Syarat Bahan Pulp Capping

Idealnya bahan pulp capping harus mempunyai sifat biokompatibilitas atau

dapat diterima tubuh dan ketika diletakan dalam rongga mulut tidak membahayakan

jaringan sekitarmya. Selain itu, bahan pulp capping harus memiliki sifat ideal, yaitu

dapat merangsang pembentukan dentin reparatif, dapat mempertahankan vitalitas

pulpa, bersifat bakterisida atau bakteriostatik, adesif pada dentin, dan bahan
12

restoratif, tahan terhadap tekanan selama penempatan restorasi dan selama masa

restorasi, steril, bersifat radiopaque dan memberikan segel bakteri (Qureshi, 2014).

2.3.3 Bahan Pulp Capping

Dalam bidang kedokteran gigi kalsium hidroksida merupakan bahan

perlindungan pulpa yang digunakan sejak lama pada perawatan endodontik karena

kemampuannya dalam penyembuhan jaringan. Kalsium hidroksida memiliki sifat

yang sangat basa sehingga memiliki kemampuan antibakteri dan berperan penting

dalam inisiasi proses remineralisasi. Pelepasan ion hidroksil dari kalsium

hidroksida yang tinggi dapat membunuh mikroorganisme penyebab peradangan.

Ion hidroksil bekerja dengan mendenaturasi protein dan menghidrolisis lemak

lipopolisakarida (LPS) seperti pirogenitas, toksisitas, aktivasi makrofag dan

komplemen, sehingga dinding sel rusak dan mengakibatkan kematian bakteri

(Prananingrum, 2010; Mostafa NM dkk, 2018).

Dibalik kekuatan dan keuntungannya, kalsium hidroksida memiliki kelemahan

seperti formulasi dari self-cure yang mudah larut, bahan seal yang rendah dan

tidak memiliki bahan adesif yang bagus. Kalsium hidroksida juga menimbulkan

tunnel defect yaitu dentin reparatif yang terbentuk menipis dengan ditandai adanya

fibroblas dan kapiler pada jembatan dentin yang akan memudahkan bakteri masuk,

menyebabkan nekrosis koagulasi dan memperlambat proses kesembuhan dan

menimbulkan iritasi pada pulpa (Prananingrum, 2010; Mostafa NM dkk, 2018).


13

2.4 Karamunting

2.4.1 Deskripsi dan Taksonomi

Karamunting merupakan salah satu tanaman tradisional yang banyak ditemukan

di hutan Kalimantan Selatan. Tanaman yang memiliki nama lain senduduk ini

memiliki berbagai manfaat seperti pengobatan disentri, basiler, diare, dispesia,

hepatitis, busung air, bisul , leukhorea, sariwan dan sakit gigi. Tanaman ini bisa

tumbuh hingga ketinggian 1.650 m di atas permukaan laut, memiliki ciri-ciri yaitu

tinggi 0,5-4 m, banyak bercabang, bersisik, dan berambut. Karamunting memiliki

daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan silang. Helai daun bundar telur

memanjang sampai lonjong, tepi rata, permukaan berambut pendek sehingga teraba

kasar (Arief dkk, 2012; Purwanto, 2015).

Menurut Rajenderan (2010) taksonomi tanaman karamunting sebagai berikut.

1) Kingdom : Plantae

2) Subkingdom : Tracheobionta

3) Superdivision : Spermatophyta

4) Divisi : Magnoliophyta

5) Class : Magnoliopsida

6) Subclass : Rosidae

7) Ordo : Myrtales

8) Family : Melastomataceae

9) Genus : Melastoma L.

10) Species : Melastoma Malabathricum L


14

Gambar 2.2 Daun karamunting

2.4.2 Kandungan Karamuntinng

Tanaman karamunting mengandung senyawa kimia seperti flavonoid, fenol,

steroid, tanin, alkaloid, terpenoid dan saponin yang terdapat pada bagian akar,

batang, daun, buah. Fenol dan flavonoid dalam daun karamunting dapat

menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim hsosom dari membran

dengan jalan menghambat jalur siklooksigenase, lipooksigenase dan enzim

fosfolipase. Sementara pada konsentrasi rendah, senyawa ini hanya dapat

menghambat jalur lipooksigenase. Sehingga dengan terhambatnya pelepasan asam

arakidonat dari sel atau jaringan yang terinflamasi menyebabkan kurang

tersedianya substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenase maupun lipooksigenase

dan akhirnya proses peradangan akan menurun. Lipooksigenase sendiri merupakan

enzim yang merubah asam arakidonat menjadi leukotrien yang berperan terhadap

migrasi leukosit (Niah, 2018; Marsepriani dkk, 2017).


15

2.5 Kerangka Teori

Ekstrak Daun
Karamunting
800 mg/kgBB

Saponin Alkaloid Strenoid Terpenoid

Fenol Flavonoid Tanin


Karies

Pulpa Terbuka Antibakteri Antiinflamasi

Metabolisme Asam Menghambat


Pelepasan Asam
Arakhidonat
Arakidonat

Prostaglandin Leukotrin Terganggunya


Kemotaksi Sel-Sel
Radang
Pulpitis Reversibel

Direct Pulp Capping

Jumlah Sel Makrofag


Menurun

Fase Penyembuhan

Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2.3 Kerangka Teori Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Karamunting
(Rhodomyrtus Tomentosa) terhadap Jumlah Sel makrofag pada
Inflamasi Pulpa Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Jantan.
16

Penjelasan Kerangka Teori


Terbukanya pulpa karena karies akan menyebabkan rangsangan pada jaringan

pulpa yang mengaktifkan enzim fosfolipase untuk mengubah fosfolipid menjadi

asam arakidonat. Kemudian sebagian dari asam arakidonat berubah menjadi

prostaglandin karena pengaruh enzim siklooksigenase. Sedangkan bagian lain dari

asam arakidonat akan diubah menjadi leukotriene oleh enzim lipooksigenase.

Leukotrien dan prostaglandin bertanggung jawab terhadap perubahan dalam

permeabilitas pembuluh darah dan kemotaksis sel-sel radang keadaan ini disebut

reversible pulpitis. Perawatan untuk reversible pulpitis adalah direct pulp capping

(Tarigan, 2015).

Daun karamunting mengandung flavonoid, fenol, steroid, tanin, alkaloid,

terpenoid dan saponin. Kandungan metabolit sekunder paling tinggi yaitu fenol

(671,51 mg GAE/g), flavonoid (102,92 QE mg/g) dan tanin (Danladi et al, 2015).

Tanin yang mempunyai aktivitas antioksidan yang berperan sebagai

antiinflamasi dengan cara menghambat produksi oksidan (O2) oleh sel neutrofil,

monosit dan sel makrofag. Kandungan flavonoid dan fenol dalam daun

karamunting dapat membantu proses penyembuhan peradangan dengan cara

menghambat enzim siklooksigenase yang merubah asam arakidonat menjadi

prostaglandin dan menghambat lipooksigenase yang merubah asam arakidonat

menjadi leukotrien, hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pada kemotaksis

radang ke jaringan dan menghambat proses inflamasi sehingga terjadi penurunan

pada jumlah sel makrofag (Soleha TU dkk, 2016; Tarigan NTRB dkk, 2017; Niah,

2018).
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas: Variabel Terikat:

Ekstrak daun karamunting Jumlah sel Makrofag


(Rhodomyrtus Tomentosa) pada pulpa gigi tikus
. wistar dihari ke-3 dan
7.

Variabel terkendali
1. Lingkungan hidup Hewan coba (tikus wistar)
2. Hewan coba (tikus wistar) berdasarkan :
o Jenis kelamin, usia, dan berat badan
o Pemeliharaan
o Makanan dan minuman
o Prosedur pembuatan ekstrak daun karamunting
o Cara preparasi gigi tikus wistar
o Cara pengaplikasian kaping pulpa dari ekstrak
daun karamunting
o Cara pengambilan preparat jaringan
o Cara perhitungan sel makrofag
Gambar 3.1 Diagram Kerangka Konsep
18

Variabel bebas:

Ekstrak daun karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) .

Variabel terikat:

Jumlah sel Makrofag pada pulpa gigi tikus wistar dihari ke-3 dan 7.

Variabel terkendali:

1. Lingkungan hidup Hewan coba (tikus wistar)

2. Hewan coba (tikus wistar) berdasarkan :

o Jenis kelamin, usia, dan berat badan

o Pemeliharaan

o Makanan dan minuman

o Prosedur pembuatan ekstrak daun karamunting

o Cara preparasi gigi tikus wistar

o Cara pengaplikasian kaping pulpa dari ekstrak daun karamunting

o Cara pengambilan preparat jaringan

o Cara perhitungan sel makrofag

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep di atas, hipotesis yang diambil adalah ekstrak

daun karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) dapat menaikan jumlah makrofag

dihari ke-3 dan menurunkan jumlah sel makrofag dihari ke-7 pada tikus wistar

jantan.
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan true experiment al design atau eksperimental murni

dengan rancangan posttest-only with control design.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah tikus wistar (Rattus novergicus) jantan yang

memenuhi kriteria inklusi.

4.2.2 Sampel Penelitian

4.2.2.1 Kriteria Inklusi

a. Kondisi tikus sehat.

b. Berat badan 250-300gr.

c. Jenis kelamin jantan.

d. Usia tikus 3-4 bulan.

4.2.2.2 Kriteria Eksklusi

a. Tikus mati

b. Tikus wistar yang kusam, rontok, botak.

c. Tikus tampak emas dan tidak aktif.

d. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di

laboratorium.
20

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple


random sampling. Jumlah sampel untuk setiap dihitung menggunakan rumus
Lemeshow :
(Z α + Z β)2 𝑠 2
𝑛=2
((𝑥1 − 𝑥2 )2 )

(2,92)2 2,82
𝑛=2
((10 − 4)2 )

𝑛 = 3,71

𝑛=4

Keterangan:
n : Besar sampel
Zα : Deviat baku alfa = 1,64 (Dahlan, 2011)
Zβ : Deviat baku beta = 1,28 (Dahlan, 2011)
S : Simpang baku gabungan (penelitian sebelumnya)
X1 : Rata-rata sampel 1 (penelitian sebelumnya)
X2 : Rata-rata sampel 2 (penelitian sebelumnya)
Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah sampel minimal untuk masing-masing

kelompok dalam penelitian adalah 4 ekor tikus wistar jantan.

4.2.4 Besar Sampel (Sample Size)

Pada penelitian ini terdapat 3 kelompok perlakuan yaitu dengan ekstrak daun

karamunting 800 mg/kgBB, kelompok yang menggunakan kalsium hidroksida

(kontrol positif) dan kelompok tanpa obat (kontrol negatif) dengan masing-masing

2 hari yang berbeda. Berdasarkan perhitungan pada rumus jumlah sampel diatas,
21

sehingga pada penelitian ini diperlakukan 24 tikus wistar yang didapat dari rumus

besar sampel:

t x n = 6 x 4= 24 ekor tikus wistar.

Keterangan:

t= Kelompok perlakuan

n = Jumlah sampel

Kelompok 1 (pasta ekstrak daun karamunting konsentrasi 800 mg/kgBB):

a. Kelompok kontrol diberikan pasta ekstrak daun karamunting konsentrasi

800 mg/kgBB dan dimatikan pada hari ke-3.

b. Kelompok kontrol diberikan pasta ekstrak daun karamunting konsentrasi

800 mg/kgBB dan dimatikan pada hari ke-7.

Kelompok 2 (Ca(OH)2):

a. Diberikan kasium hidroksida dan dimatikan pada hari ke-3.

b. Diberikan kasium hidroksida dan dimatikan pada hari ke-7.

Kelompok 3 (Kontrol Negatif):

a. Tanpa obat dan dimatikan pada hari ke-3.

b. Tanpa obat dan dimatikan pada hari ke-7.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian:

 Ekstrak daun karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) dengan konsentrasi

800 mg/kgBB.
22

4.3.2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah sel makrofag pada inflamasi

pulpa tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan pada hari ke-3 dan 7.

4.3.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah :

a. Ekstrak daun karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) konsentrasi 800

mg/kgBB.

b. Tikus wistar putih (Rattus novergicus) kondisi sehat, jenis kelamin jantan,

berat badan 250-300 gram dan umur 3-4 bulan.

c. Nutrisi tikus wistar putih dengan pemberian pakan standar yang sama yaitu

BR2 setiap hari.

d. Kondisi kandang dibersihkan 2x sehari, suhu kandang 25-28o C, terhindar

dari sinar matahari, tidak lembab.

4.3.4 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional


No Nama Variabel Definisi Alat Ukur & Satuan Skala
Operasional Cara Ukur
1. Variabel bebas

Ekstrak daun Sediaan kental yang Micropipet Microm Nominal


karamunting diperoleh dengan dan illiter
(Rhodomyrtus metode ekstrak diukur dengan
Tomentosa) maserasi daun cara
karamunting menggunakan
menggunakan neraca
pelarut etanol 96% analitik untuk
dan diencerkan mendapatkan
sampai dosis 800 konsentrasi
mg/kgBB. ekstrak yang
diperlukan.
23

2. Variabel terikat

Jumlah sel Proses inflamasi Banyaknya Buah Numerik


makrofag pada dapat menjadi cepat sel makrofag
pulpa tikus dikarenakan dihitung
wistar makrofag yang melalui
banyak. pengamatan
Jumlah sel dari lensa
makrofag melalui mikroskop
gambaran dengan
histopatologi dan pembesaran
dilakukan 400 kali
pewarnaan HE

3. Variabel
terkendali

Tikus wistar Tikus wistar putih Berat badan Ekor Numerik


putih yang berjenis tikus
kelamin jantan, ditimbang
berumur 3-4 bulan dengan
dan berat badan menggunakan
250-300 gram. neraca
Yang dipreparasi analitik.
menggunakan bur
intan bundar
0,84mm sampai
mata bur.

4.4. Bahan Penelitian

Bahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Daun karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) 800mg/kgBB dan etanol 96%

untuk pembuatan ektrak daun karamunting.

2. Aquadest.

3. Bahan tumpatan semen ionomer kaca (GIC)

4. Bahan anastesi ketamine (Ketalar®, Warner Lambert, Irlandia) (65mg/kg

berat badan) dan xylazine HCI (Rompun®, Bayer, Leverkusen, Jerman)


24

(7mg/kg berat badan) yang dilarutkan dalam phosphate buffered saline

(PBS) steril.

5. Bahan untuk mematikan tikus yaitu dietil eter.

6. Bahan untuk membuat preparat dan pewarnaan hispatologi adalah buffer

formalin 10% larutan dekalsifikasi asam nitrat 2%, xylol, paraffin dan

pewarnaan haemtoxylin-eosin (HE).

7. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini 24 ekor tikus wistar (Rattus

norvegicus) dengan jenis kelamin jantan, berat badan 250-300 gram, umur

3-4 bulan, pergerakan aktif dan dalam kondisi sehat.

4.5 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam preparasi penelitian ini meliputi:

1. Xyringe 1 ml

2. Micromotor

3. Handpiece

4. Bur intan bundar (diameter 0,84mm)

5. Scalpel

6. Gunting tulang

7. Ball applicator

8. Sarung tangan steril

9. Masker

10. Toples

11. Paper point steril

12. Paper pad


25

13. Spatula agate.

Peralatan untuk pembuatan ekstrak terdiri dari :

1. Penapisan senyawa kimia

2. Alat pemotong

3. Timbangan gram kasar

4. Batang pengaduk

5. Kertas saring

6. Cawan penguap, gelas ukur 100ml

7. Dryer oven vacuum

8. Seperangkat alat maserasi

9. Corong pisah

10. Vacuum rotary evaporator IKA type RV OS-ST IP-B

11. Water bath.

Alat-alat lain yaitu:

1. kandang tikus (Rattus norvegicus) wistar

2. Botol minuman tikus (Rattus norvegicus) wistar

3. Baskom besar

4. Cotton bud

5. Kasa dan kain hitam.

Peralatan untuk membuat sedian preparat yaitu:

1. mikromotom

2. Basemould

3. Kaca objek dan penutup kaca objek.


26

4. Pemeriksaan hispatologi menggunakan mikroskop cahaya dengan

pembesaran 400 kali.

Semua alat penelitian yang terbuat dari logam dicuci bersih kemudian

disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121oC. Sedangkan alat yang

terbuat dari plastik dicuci bersih dan dikeringkan kemudian diulas dengan alkohol

70%.

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari-April 2020, pembuatan ekstrak daun

karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) dari spesies Melastoma malabathricum L.

dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian dan Konsultasi Industri Surabaya dan

perlakuan hewan coba untuk penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium

Farmako FK UNAIR Surabaya, pembuatan preparat dan pengamatan menggunakan

mikroskop cahaya dilaksanakan di Research Center FKG UNAIR Surabaya.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Pembuatan Ekstrak Daun Karamunting

Daun karamunting yang digunakan berasal dari Banjarbaru, Kalimantan

Selatan. Daun karamunting ditimbang 2 kg dan dibersihkan daun karamunting yang

telah bersih diiris-iris dan dikeringkan dengan dryer oven vacum pada suhu 60oC

selama dua jam. Daun karamunting yang sudah kering dihaluskan dengan blender

dan diayak sehingga didapatkan serbuk. Daun karamunting yang telah menjadi

serbuk dicampur dengan bahan pelarut dengan perbandingan 1:2. Pelarut yang

digunakan adalah etanol 96% dan air. Hasil pencampuran serbuk dan pelarut

disaring dan diperas. Kemudian hasil saringan yang didapat dicuci kembali dengan
27

etanol konsentrasi 96% sebanyak 1 liter kembali dengan cara dicampur, kemudian

dipindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat yang sejuk, terlindung

cahaya selama 24 jam. Hasil tersebut disaring kembali, penyulingan pada tekanan

rendah (untuk membebaskan pelarut etanol dalam ekstrak) dengan mesin rotary

evaporation pada suhu 40-45oC selanjutnya diletakan pada waterbath hingga

didapatkan ekstrak yang kental (Dwitanandi, 2016; Niah, 2018).

4.7.2 Perlakuan Hewan Coba

Perlakuan hewan dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteraan Hewan

Universitas Airlangga Surabaya. Tikus (Rattus norvegicus) wistar diadaptasikan

terlebih dahulu terhadap kondisi laboratorium yang akan digunakan. Setiap tikus

diberikan makanan dan minuman standar, kemudian dibagi menjadi kelompok

perlakuan yang diberi ekstrak daun karamunting (kelompok 1) , kelompok kontrol

positif yaitu pemberian kalsium hidroksida (kelompok 2) dan kelompok kontrol

negatif tanpa pemberian obat (kelompok 3) dengan masing-masing 2 hari yang

berbeda, terdiri dari 4 ekor perkelompok sehingga total sampel 24 tikus wistar

jantan yang diberi nomor sesuai kelompok. Tikus putih wistar jantan dianastesi

intramuscular dengan laruan ketamine (Ketalar®, Warner Lambert, Irlandia)

(65mg/kg berat badan) dan xylazine HCI (Rompun®, Bayer, Leverkusen, Jerman)

(7mg/kg berat badan) yang dilarutkan dalam phospat buffered saline (PBS) steril.

Pada permukaan oklusal gigi molar rahang atas dilakukan preparasi kavitas klas 1

menggunakan handpiece dengan bur intan bundar dengan kecepatan 3000 rpm/s

hingga mencapai ruang pulpa yang di kontrol menggunakan digital tachometer

laser. Kedalaman preparasi diperkirakan sebesar kepala bur. Setelah perforasi,


28

kavitas diirigasi dengan larutan saline steril dan dikeringkan dengan catton pallet.

Pendarahan yang timbul dihentikan dengan menggunakan ujung paper point steril.

Masing-masing kelompok perlakuan 1 (n=8) diaplikasikan ekstrak daun

karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) dengan dosis 800mg/kgBB, kelompok 2

kontrol positif (n=8) diaplikasikan kalsium hidroksida (Ca(OH) 2) dan kelompok 3

kontrol negatif tanpa obat. Aplikasi bahan pada permukaan pulpa dilakukan dengan

ball applicator, kavitas direstorasi dengan bahan tumpatan glass ionomer cement.

Kemudian hewan tersebut dimatikan dengan cara inhalasi dietil eter pada hari ke-3

dan 7 setelah perlakuan. Setelah tikus putih wistar jantan, tulang rahang didaerah

interdental gigi molar rahang atas diambil. Semua tikus wistar jantan yang telah

dimatikan dilakukan penguburan.

4.7.3 Tahap Pembuatan Preparat Jaringan

Setelah tikus dimatikan, tulang rahang di daerah interdental gigi molar rahang

atas diambil. Semua tikus (Rattus norvegicus) Wistar yang telah dimatikan

kemudian dilakukan penguburan. Potongan jaringan dimasukkan ke dalam larutan

fiksasi yaitu buffer formalin 10% selama ± 4 hari pada temperatur kamar.

Dilanjutkan proses dekalsifikasi dengan menggunakan larutan asam nitrat 2%

selama ± 10 hari pada temperatur kamar kemudian dicuci dengan air mengalir.

Setelah itu lanjut ke tahap prosessing yang dilakukan selama ± 18 jam, dan

dilakukan proses embedding terhadap spesimen. Setelah selesai, jaringan diiris

secara seri dengan mikrotom dengan ketebalan ± 6 µm paralel sumbu panjang gigi.

Potongan lembaran jaringan yang telah dipotong dengan mikrotom diapungkan di

atas air hangat di waterbath pada suhu 40º-50º C untuk menghindari pengerutan,
29

setelah itu tempatkan pada object glass kemudian diberi label. Setelah itu parafin

dilelehkan dengan cara meletakkan object glass tersebut di atas hotplate dan sediaan

siap untuk diwarnai.

Untuk melihat ada atau tidaknya makrofag pada pulpa gigi, dilakukan

pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE). Bila pewarnaan telah dianggap baik,

sediaan dikeringkan pada bagian bawah dengan menggunakan tisu, diberi label b

dan terakhir object glass ditutup dengan deck glass dan dilakukan pengamatan

mikroskop cahaya.

4.7.4 Teknik Perhitungan

Pengamatan sel makrofag menggunakan mikroskop cahaya dengan teknik zig-

zag dengan perbesaran 400 kali sehingga terlihat makrofag.

4.7.5 Tahap Pengamatan dan Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data primer yang merupakan

pengumpulan data langsung dari hasil penelitian. Data diperoleh berdasarkan

pengukuran jumlah sel makrofag pada tikus wistar putih jantan yang diberi

perlakuan dengan melalui pengamatan secara mikroskopis di hari ke-3 dan 7.

4.7.6 Penanganan Hewan Coba Setelah Pengambilan Jaringan

Hewan coba yang telah dilakukan pengambilan jaringan selanjutnya dikubur

dengan membersihkan bangkai hewan coba terlebih dahulu kemudian bangkai

hewan coba akan dibalut dengan kain dan dikuburkan dengan kedalaman ± 75cm.
30

4.7.7 Alur Penelitian

Alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat secara skematik adalah sebagai

berikut: Perizinan

Ethical Clearance

Tikus Wistar

Dengan kriteria penilaian:


 Berat badan 250-300 gram
 Umur 3-4 bulan

Kelompok Kelompok Kelompok


1: 8 ekor 2: 8 ekor 3: 8 ekor

Pemberian adaptasi makanan yang Preparasi gigi molar


sama selama satu minggu rahang atas tikus wistar

Diberi ekstrak daun Diberi kalsium


Tanpa obat
karamunting konsentrasi 800 Hidroksida
(kontrol negatif)
mg/kgBB (kelompok perlakuan) (kontrol positif)

Pembuatan preparat histopatologi dan pewarnaan HE

Pengamatan dan pengambilan data dari pengamatan mikroskopis

Penghitungan jumlah sel makrofag

Analisis Data

Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian Pengaruh Ekstrak Kulit Daun Karamunting
(Rhodomyrtus Tomentosa) Terhadap Jumlah Sel makrofag Pada Inflamasi
Pulpa (Dilihat melalui pengamatan mikroskopis).
31

4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Data yang diambil dan dianalisis melalui data primer yang didapatkan melalui

hasil uji penelitian secara langsung lalu diperoleh dari masing-masing periode

waktu pengamatan yang telah ditetapkan.

4.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh diuji terlebih dahulu menggunakan uji nor

malitas dan uji homogenitas. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-

Wilk karena jumlah data penelitian kurang dari 50. Uji homogenitas yang digunakan

adalah Levene’s Test.

Hasil Pengamatan pada penelitian yang terdistribusi normal dan homogen

(p>0,05) diolah dengan uji parametrik Two Way ANOVA untuk melihat perbedaan

bermakna antar perlakuan dengan tingkat kepercayaan 95%. Data pada hari ke-3

dan hari ke-7 pada setiap kelompok, kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc

Bonferroni. Namun apabila pada penelitian data tidak terdistribusi normal maka

diolah dengan uji non parametric mann whitney yang setara dengan anova yang

kemudian dilanjutkan dengan uji kruskall wallis untuk menentukan adakah

perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau lebih kelompok variabel

independen pada variabel dependen yang berskala data numerik (interval atau rasio)

dan skala ordinal jadi dapat ditentukan kelompok mana yang memberikan

perbedaan bermakna dan disusun dengan proses editing, tabulasi dan pengumpulan

data, setelah itu dilakukan uji analisis statistik. Editing dilakukan untuk memastikan

keseragaman, kelengkapan dan kesinambungan data. Tabulasi data yaitu


32

menyajikan data ke dalam bentuk tabel dan grafik sesuai dengan kriteria data. Data

diolah dan diproses menggunakan program software komputer SPSS.


BAB 5
ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1 Data Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh ekstrak daun

karamunting 800 mg/kgBB, kelompok perlakuan yang diberikan Kalsium

Hidroksida (Ca(OH)₂) dan kelompok tanpa obat, berupa jumlah sel makrofag di

hari ke-3 dan hari ke-7.

Berdasarkan hasil penelitian pengukuran jumlah sel makrofag didapatkan rata-

rata yang disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Rata-rata (Mean ± SD) Jumlah Sel Makrofag pada Inflamasi Pulpa Tikus
Wistar
Mean ± SD Jumlah Sel
Kelompok
Hari ke-3 Hari ke-7
Ekstrak Daun Karamunting 800mg/kgBB 12,20 ± 1,30 8,20 ± 0,83
Kalsium Hidroksida (Ca(OH)₂) 10,00 ± 0,70 7,60 ± 1,39
Tanpa Obat 7,20 ± 0,83 9,40 ± 0,54

Tabel 5.1 menunjukkan jumlah sel makrofag di hari ke-3 dan hari ke-7 dari

setiap perlakuan. Pada hari ke-3 jumlah sel makrofag terbesar adalah kelompok

ekstrak daun karamunting 800 mg/kgBB dengan nilai rata-rata sebesar 12.20 sel,

kelompok Kalsium Hidroksida (Ca(OH)₂) memiliki rata-rata sebesar 10 sel, dan

kelompok tanpa obat memiliki rata-rata sebesar 7,20 sel. Penelitian pada hari ke-7

menunjukkan penurunan jumlah sel makrofag pada kelompok ekstrak daun

karamunting sebanyak 8,20 sel dan kalsium hidroksida sebanyak 7,60. Sedangkan

kelompok tanpa obat mengalami peningkatan yaitu 9,40 sel.


34

A B

Gambar 5.2 Histopatologi hari ke-3 (Tanda panah warna kuning menunjunkkan
sel makrofag)

Keterangan Gambar 5.1:

A. Gambaran histopatologi sel makrofag di hari ke-3 dengan pembesaran 400x

pada inflamasi pulpa gigi tikus wistar yang diberikan ekstrak daun

karamunting memiliki jumlah sel makrofag sebanyak 11-14 sel.

B. Gambaran histopatologi sel makrofag di hari ke-3 dengan pembesaran 400x

pada inflamasi pulpa gigi tikus wistar yang diberikan kalsium hidroksida

memiliki jumlah sel makrofag sebanyak 9-11 sel.


35

C. Gambaran histopatologi sel makrofag di hari ke-3 dengan pembesaran 400x

pada inflamasi pulpa gigi tikus wistar tanpa obat memiliki jumlah sel

makrofag sebanyak 6-8 sel.

A B

Gambar 5.2 Histopatologi hari ke-7 (Tanda panah warna kuning menunjunkkan
sel makrofag)

Keterangan Gambar 5.2:

A. Gambaran histopatologi sel makrofag di hari ke-7 dengan pembesaran 400x

pada inflamasi pulpa gigi tikus wistar yang diberikan ekstrak daun

karamunting memiliki jumlah sel makrofag sebanyak 6-9 sel.


36

B. Gambaran histopatologi sel makrofag di hari ke-7 dengan pembesaran 400x

pada inflamasi pulpa gigi tikus wistar yang diberikan kalsium hidroksida

memiliki jumlah sel makrofag sebanyak 7-8 sel.

C. Gambaran histopatologi sel makrofag di hari ke-7 dengan pembesaran 400x

pada inflamasi pulpa gigi tikus wistar tanpa obat memiliki jumlah sel

makrofag sebanyak 9-10 sel.

5.2 Analisis dan Hasil Penelitian

Hasil perhitungan jumlah sel makrofag yang sudah terkumpul dilakukan

tabulasi, kemudian dilanjutkan dengan uji normalitas menggunakan uji Saphiro-

Wilk dan uji homogenitas varians menggunakan Levene’s Test. Berdasarkan uji

normalitas Saphiro-Wilk menunjukkan nilai sig. P = 0,196 (p > 0,005) pada

masing-masing kelompok yang berarti sebaran data terdistribusi normal. Data

kemudian dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene’s Test yang

menunjukkan nilai sig. p = 0.223 (p > 0,05) yang menunjukkan data bervariasi

homogen.

Data yang terdistribusi normal dan homogen kemudian dilanjutkan dengan

analisis data menggunakan analisis parametrik Two-way Anova dengan tingkat

kepercayaan 95%. Hasil uji statistik Two-way Anova menunjukkan nilai p = 0,000

(p < 0,05) yang menunjukkan ada perbedaan bermakna antara penggunaan ekstrak

daun karamunting terhadap jumlah sel makrofag di hari ke-3 dan 7. Analisis data

kemudian dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Post Hoc Bonferroni untuk

mengetahui kelompok yang memberikan perbedaan bermakna.

Tabel 5.2 Nilai Signifikansi dari Hasil Jumlah Sel Makrofag berdasarkan Perlakuan
37

Karamunting Ca(OH)₂ Kontrol Negatif

Karamunting 0,003* 0,000*

Ca(OH)₂ 0,003* 0,582

Kontrol Negatif 0,000* 0,582

Keterangan:

*: terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05)

Tabel 5.2 menunjukkan adanya perbedaan jumlah sel makrofag yang signifikan

antara kelompok perlakuan ekstrak daun karamunting terhadap kelompok

perlakuan yang diberikan Kalsium Hidroksida (Ca(OH)₂) dan kelompok tanpa obat.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kalsium hidroksida dan

kelompok tanpa obat.


BAB 6
PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh ekstrak daun

karamunting terhadap jumlah sel makrofag pada hari ke-3 dan hari ke-7. Pada hasil

statistik menunjukan jumlah rata-rata sel makrofag hari ke-3 pada kelompok

perlakuan ekstrak daun karamunting 800mg/kgBB lebih tinggi dibandingkan

kelompok kalsium hidroksida (Ca(OH)₂) dan kelompok tanpa obat, hal ini sejalan

degan penelitian dwitanandi tahun 2016 yang menyebutkan jumlah sel makrofag

pada inflamasi pulpa hari ke-3 mengalami peningkatan dan masih berlanjut pada

hari ke-5 karena kandungan fitokimia dan antioksidan kelompok perlakuan ekstrak

daun karamunting berperan dalam mengoptimalkan proses inflamasi. Flavonoid

dalam daun karamunting berpotensi sebagai imunostimulan yang akan merangsang

sel-sel fagosit yaitu makrofag untuk melakukan respon fagositosis. Makrofag akan

mengisolasi, menghancurkan, membersihkan debris, mengaktifkan pertahanan, dan

mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan, semakin banyak sel makrofag

dapat mengoptimalkan fase inflamasi dan penyembuhan luka. Kemudian sel

makrofag akan berkurang dan memperbaiki jaringan (Dwitanandi, 2016; Saidah M,

2020).

Hasil penelitian pada hari ke-7 menunjukan terjadinya penurunan jumlah sel

makrofag terhadap kelompok ekstrak daun karamunting dan kalsium hidroksida

(Ca(OH)2) hal ini dikarenakan jaringan yang mengalami fase inflamasi mulai

memasuki tahap transisi ke fase penyembuhan. Penurunan proses inflamasi ditandai

dengan menurunnya jumlah makrofag. Apabila didapatkan jumlah makrofag yang


39

terlalu tinggi pada jaringan yang mengalami inflamasi maka dapat menyebabkan

kerusakan pada jaringan sehat disekitar keradangan, sedangkan apabila terlalu

rendah maka tubuh tidak mampu melawan sumber infeksi (Dwintanandi dkk, 2016;

Rahmawati A, 2018)

Senyawa flavonoid dan fenol pada daun karamunting dapat menghambat enzim

siklooksigenase yang merubah asam arakidonat menjadi prostaglandin dan

menghambat lipooksigenase yang merubah asam arakidonat menjadi leukotrien,

sedangkan tanin bekerja dengan cara menghambat pengeluaran prostaglandin pada

jalur asam arakhidonat. Terhambatnya pelepasan asam arakhidonat dari sel

inflamasi akan menyebabkan kurang tersedianya substrat arakhidonat bagi jalur

siklooksigenase dan lipooksigenase yang pada akhirnya akan menekan jumlah

prostaglandin, prostaksiklin, endoperoksidase, dan leukotrin. Penekanan jumlah

tersebut mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal

yang akan berpengaruh pada migrasi sel–sel radang, hal ini menyebabkan

terjadinya gangguan pada kemotaksis radang ke jaringan dan menghambat proses

inflamasi sehingga terjadi penurunan pada jumlah sel makrofag pada hari ke-7 dan

mengoptimalkan proses inflamasi. Daun karamunting juga mengandung saponin

yang berperan penting dalam penyembuhan luka, karena saponin dapat

menstimulasi sintesis fibronektin oleh fibroblas dan merubah ekspresi dari reseptor

TGF-β. (Haniastuti, 2008 ; Dwintanandi dkk, 2016).

Proses inflamasi selesai ketika makrofag mengalami penurunan jumlah dan telah

memasuki tahap proliferasi awal yang kemudian digantikan oleh jaringan granulasi

dengan sel fibroblas dan pembuluh darah. Sel fibroblas akan membentuk kolagen
40

yang selanjutnya akan mengalami mineralisasi untuk membentuk dentin reparatif.

Dentin reparatif terbentuk karena adanya kerusakan struktur gigi yang

menyebabkan kematian sel odontoblas, sehingga terbentuklah odontoblas like-cell

yang berasal dari sel progenitor pulpa yang berdiferensiasi. Hal tersebut akan

memicu pelepasan faktor pertumbuhan oleh matrik dentin sebagai signal

pembentukan dentin reparatif (Kunarti, 2008 ; Haniastuti, 2008 ; Wiley dan Sons,

2012; Dwintanandi dkk, 2016 ; Enggardipta dkk, 2016).

Pada uji post hoc kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang merupakan kontrol positif

dalam penelitian ini menunjukan rerata lebih baik dibandingkan dari kelompok

kontrol negatif tanpa obat, hal ini dikarenakan kalsium hidroksida bekerja dengan

cara memicu pembentukan dentin sklerotik, dentin reparatif dan bersifat antibakteri.

Rerata jumlah sel makrofag pada kalsium hidroksida di hari ke-3 penelitian ini yaitu

10 dan pada hari ke 7 mengalami penurunan yaitu 7,6 sel hal ini sejalan dengan

penelitian Dwintanandi dkk 2016 yang menyebutkan jumlah sel makrofag hari ke -

7 pada kelompok perlakuan Ca(OH)₂ mengalami penurunan. Berdasarkan uji Post

Hoc Benferonni didapatkan perbedaan yang bermakna dari nilai signifikan antara

kelompok ekstrak daun karamunting dengan Ca(OH)₂ yaitu 0,003 (p<0,05). Hal

ini karena ekstrak daun karamunting memiliki senyawa yang bersifat

imunomodulator yang dapat meningkatkan aktivasi dan fagositosis makrofag,

sehingga jumlah sel makrofag pada kelompok ekstrak lebih besar dibanding

Ca(OH)₂. Graham dkk 2006 dan Hilton 2009 menyatakan bahwa pH kalsium

hidroksida yang tinggi menyebabkan iritasi pada pulpa, sehingga merangsang

terjadinya perbaikan melalui protein yaitu Bone Morphogenic Protein (BMP) dan
41

Transforming Growth Factor-Beta One (TGF-β1). Bone Morphogenic Protein

(BMP) dan Transforming Growth Factor- Beta One (TGF-β1) memberikan signal

pada odontoblast-like cell untuk berdiferensiasi. Odontoblast-like cell yang

terdiferensiasi akan memicu pembentukan dentin reparatif. (Graham dkk, 2006;

Hilton, 2009; Wiley dan, 2012; Pathak dkk, 2017)

Kalsium hidroksida mempunyai kemampuan antibakteri yang baik, Hilton 2009

menyatakan bahwa bakteri berkurang pada pulpa yang terinfeksi setelah satu jam

diaplikasikan kalsium hidroksida. Salah satu kerugian dari kalsium hidroksida

adalah tunnel defects. Dentin reparatif yang sudah terbentuk akan menipis dan

terkadang terdapat fibroblas dan kapiler dalam defek tersebut. Fibroblas dan kapiler

berperan dalam pembentukan jembatan dentin. Peneliti lain telah menemukan

bahwa kualitas dentin reparatif membaik saat jembatan dentin semakin tebal

(Hilton, 2009).

Dalam pelaksanaannya penelitian ini memiliki beberapa kendala, diantaranya

adalah aklimitasi berat badan dari tikus sulit mencapai kriteria inklusi yaitu 250-

300 gram. Diperlukan waktu 3-4 minggu untuk menyesuaikan dengan kriteria

inklusi. Kendala lainnya adalah diperlukan waktu yang lama dalam pembuatan

preparat dan pembacaan histopatologinya, sehingga diperlukan waktu lebih lama

lagi untuk penelitian, kekurangan dari penelitian ini adalah hanya dilakukan

penelitian pada hari ke-3 dan hari ke-7, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan

antara kelompok ekstrak daun karamunting, kalsium hidroksida dan tanpa obat.
BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1. Ekstrak daun karamunting 800 mg/kgBB yang diberikan sebagai bahan

direct pulp capping pada gigi molar tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan

di hari ke-3 adalah (12,20 sel) dan terjadi pengaruh berupa penurunan

jumlah sel di hari ke-7 (8.20 sel).

2. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)yang diberikan sebagai bahan direct pulp

capping pada gigi molar tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan di hari ke-

3 (10 sel) dan terjadi pengaruh berupa penurunan jumlah di hari ke-7 (7,6

sel).

3. Jumlah sel makrofag pada inflamasi pulpa tikus wistar (Rattus norvegicus)

jantan pada kelompok tanpa obat di hari ke-3 adalah (97,2 sel) dan

mengalami peningkatan jumlah di hari ke-7 (9,4 sel).

4. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah sel makrofag pada

inflamasi pulpa tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan yang diberikan

ekstrak daun karamunting 800 mg/kgBB, kalsium hidroksida (Ca(OH)2 dan

kelompok kontrol tanpa obat pada hari ke-3 dan ke-7.


43

7.2 Saran

Saran untuk peneliti adalah:

a. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak daun

karamunting pada proses penyembuhan inflamasi pulpa.

b. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas sediaan ekstrak

daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) 800mg/kgBB.

c. Diperlukan jumlah hari lebih banyak dalam penelitian selanjutnya agar

terlihat pengaruh yang lebih signifikan.


44

DAFTAR PUSTAKA

Adhani R, Rachmadi P, Nurdiyana T, Widodo. Karies Gigi di Masyarakat Lahan


Basah. Ed 1st. Banjarmasin: MNC Publishing; 2018.
Apriasari ML, Dachlan YP, Ernawati DS. Potensi Bahan Alam terhadap
Penyembuhan Ulser Mukosa Mulut. Jakarta: Salemba Medika; 2017. p.28-
31.
Arief M. Iqbal, Novriansyah R, Budianto IT, Harmaji MB. Potensi Bunga
Karamunting (Melastoma Malabathricum L) Terhadap Kadar Kolesterol
Total Dan Trigliserida Pada Tikus Putih Jantan Hiperlipidemia Yang
Diinduksi Propiltiourasil. Prestasi. 2012; 1 (2): 118-26.
Astuti ND, Apriasari ML, Nahzi MY. The effect of mauli banana (Musa
acuminata) stem extract on magrophage cell number in pulp inflammation.
Jurnal Dentino Kedokteran Gigi. 20018;3 (1).
Enggardipta RA, Haniastuti T, Handajani J. Efek Eugenol Jumlah Sel Inflamasi
Pada Pulpa Gigi Tiku Sparague Dawley. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia. 2016; 2(2): 66-67.
Bogen G, dkk. 2008. Direct Pulp Capping with Mineral Trioxide Aggregate an
Observational Study. JAm Dental Assoc. 139(3).
Dwitanandi C, Nahzi MYI, Raharja SD. Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia
Mangostana Linn.) Terhadap Jumlah Makrofag Pada Inflamasi Pulpa Studi
In Vivo Pada Gigi Molar Rahang Atas Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar
Jantan . Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2016; 1(2): 151-153.
Hakim IA, Hidayat B, Suhardjo M. Pengolahan Citra Radiograf Periapikal Pada
Deteksi Pulpitis Irreversibel Dan Reversibel Menggunakan Metode
Principal Component Analysis (Pca) Dan Watershed Berbasis Android.e-
Proceeding of Engineering. 2017; 6 (1): 195-198.
Kumala YR, dkk. 2017. Stimulasi Dentin Reparatif Direct Pulp Capping
Menggunakan Ekstrak Ikan Teri (Stelophorus sp). E-Prodenta Journal of
Dentistry. 1(2).
Kumar V, dkk. 2015. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC.
Lutfiyah, Nahzi MYI, Raharja SD. Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia
Mangostana Linn.) Terhadap Jumlah Makrofag Pada Inflamasi Pulpa Studi
In Vivo Pada Gigi Molar Rahang Atas Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar
Jantan . Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2016; 1(2): 203-205.
Marsepriani, Fifendy M, Hidayat Y. Daya Hambat Ekstrak Daun Senduduk
(Melastoma malabathricum L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans. Program Studi Pendidikan Biologi. 2017.
Mills MP. 2016. Immunological and Inflammatory Aspects of Periodontal Disease.
Mustika MD, Amy NC, Cholil. Insidensi karies gigi pada anak usia prasekolah di
TK Merah Mandiangin Martapura Periode 2012-2013. Dentino Jurnal
Kedokteran. 2014; 2(2).
45

Nafsiah L, Sudrajat, Sudiastuti. Pengaruh Ekstrak Batang Karamunting (Melastoma


malabathricum Linn.) terhadap Proses Penyembuhan Luka pada Kulit Mencit
(Mus musculus L.). Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul.
2015; 1(1): 1-7.
Niah R, Baharsyah RN. Potensi Ekstrak Daun Tanaman Karamunting (Melastoma
malabathricum L.) di Daerah Kalimantan Sebagai Antibakteri
Staphylococcus Aureus. Jurnal Ilmiah Manuntung. 2018; 4 (1): 36-40.
Purwanto S. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Daun Senggani
(Melastoma Malabathricum L) Terhadap Escherichia Coli. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya. 2015; 2 (2): 84-92.
Qureshi, Asma., E, Soujanya., Nandakumar, Pratapkumar, Sambashivarao. 2014.
Recent Advances in Pulp Capping Materials. Journal of Clinical and
Diagnostie Research 8(1):316-321
Rajenderan MT. 2010. Ethno Medicinal Uses and Antimicrobial Properties of
Melastoma malabathricum. SEGi. 3(2).
Rasul M dan Setiady D. Efficacy of mengkudu leaves extract (Morinda citrifolia)
on wound healing rate post tooth extraction in white rats (Rattus
norvegicus). Journal of Dentomaxillofacial Science. 2018; 3 (1): 28-31.
Kemenkes RI. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun
2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes
RI; 2018.
Tarigan NTRB, Purnawati RD, Susilaningsih N. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Sirih Merah Dosis Bertingkat Terhadap Produksi Peroksida Makrofag:
Studi Pada Mencit Balb/C Yang Diinfeksi Salmonella Typhimurium. Jurnal
Kedokteran Diponegoro. 2017; 6 (2): 912-918
Tarigan R. 2015. Perawatan Pulpa Gigi Ed 3. Jakarta: EGC.
Wahyuni SN dan Lila Garjita. 2019. Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit
Gigi Menggunakan Algoritma Bayes. Indonesian Journal of Business
Intelligence. 2(1).
Walton RE dan Torabonejad M. 2008. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsi Ed 3.
Jakarta: EGC.
Wiyandini NW, dkk. 2019. Deteksi Barodontalgia pada Kasus Perawatan Pulpitis
Reversibel Melalui Sinyal Wicara dengan Metoda Melfrequency Cepstral
Coefficients dan Klasifikasi Decision Tree. e-Proceeding of Engineering.
6(1).
LAMPIRAN
47

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan


Waktu Penelitian (bulan ke-)

Kegiatan Penelitian 2019 2020

8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Penyusunan Proposal

Konsultasi

Seminar Proposal dan

Perbaikan

Penelitian

Pengolahan dan Analisis

Data

Seminar Skripsi dan

Perbaikan

Penyusunan Laporan
48

Lampiran 2. Biaya Penelitian

Penelitian ini memerlukan biaya sebagai berikut:

No. Keterangan Jumlah Biaya Satuan Total Biaya

1. Ekstraksi daun Rp 700.000,00

karamunting

2. Alat dan Bahan Rp 1.500.000,00

3. Tikus Wistar jantan 30 ekor Rp 135.000,00 Rp 4.050.000,00

4. Sewa kandang tikus 4 minggu Rp 25.000,00 Rp 100.000,00

5. Pemeliharaan tikus 4 minggu Rp 150.000,00 Rp 600.000,00

6. Pakan tikus 30 ekor Rp 20.000,00 Rp 600.000,00

7. Pewarnaan HE 30 preparat Rp 50.000,00 Rp 1.500.000,00

8. Pengambilan jaringan 30 sampel Rp 25.000,00 Rp 900.000,00

TOTAL BIAYA Rp 9.950.000,00


49

Lampiran 3. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)


50

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Laboratorium Farmakologi FK UNAIR


51

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Laboratorium Farmakologi Departemen

Ekstrak FK UNAIR
52

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Laboratorium Patologi FKG UNAIR


53

Lampiran 7. Prosedur Penelitian Pembuatan Ekstrak Daun Karamunting


Pengeringan daun
karamunting menggunakan
oven setelah dibersihkan

Simplisia halus yang sudah


diblender dan diayak

Perendaman simplisia
dengan larutan etanol 96%

Penyaringan ekstrak daun


karamunting

Dipekatkan dengan rotary


evaporator

Diuapkan dengan waterbath


54

Lampiran 8. Prosedur Penelitian Perlakuan Hewan Coba

Adapatasi tikus wistar

Anestesi tikus wistar


sebelum dilukai

preparasi kavitas klas 1

Aplikasi menggunakan

Ekstrak daun karamunting

Aplikasi menggunakan
Ca(OH)2

Tumpat GIC
55

Euthanasia tikus wistar

Pengambilan rahang gigi

Penyimpanan rahang dalam


larutan formalin

Penguburan hewan coba


56

Lampiran 9. Prosedur Penelitian Pembuatan Preparat

Mandibula dilakukan
deklasifikasi sampai lunak,
kemudian dilakukan
dehidrasi dan cleaning

Infiltrasi dengan paraffin

Proses Embedding

Didapatkan paraffin block

Proses sectioning paraffin


block

Inkubasi kedalam slide


warmer
57

Proses pewarnaan

Preparat siap diamatidengan


mikroskop
58

Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik

Univariate Analysis of Variance


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
*
Standardized Residual .104 30 .200 .952 30 .196
for makrofag

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Levene's Test of Equality of Error Variancesa,b


Levene Statistic df1 df2 Sig.
sel Based on Mean 1.515 5 24 .223
makr Based on Median .820 5 24 .548
ofag Based on Median and with .820 5 22.857 .548
adjusted df
Based on trimmed mean 1.476 5 24 .234
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across
groups.
a. Dependent variable: sel makrofag
b. Design: Intercept + perlakuan + hari + perlakuan * hari

Estimated Marginal Means

1. perlakuan
Dependent Variable: sel makrofag
95% Confidence Interval
perlakuan Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
Daun Karamunting 10.200 .265 9.654 10.746
Kalsium Hidroksida 8.800 .265 8.254 9.346
Kontrol Negatif 8.300 .265 7.754 8.846
59

3. perlakuan * hari luka

Dependent Variable: sel makrofag


95% Confidence Interval
perlakuan hari luka Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
Daun Hari ke-3 12.200 .374 11.428 12.972
Karamunting Hari ke-7 8.200 .374 7.428 8.972
Kalsium Hari ke-3 10.000 .374 9.228 10.772
Hidroksida Hari ke-7 7.600 .374 6.828 8.372
Kontrol Negatif Hari ke-3 7.200 .374 6.428 7.972
Hari ke-7 9.400 .374 8.628 10.172

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Bonferroni
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I- Std. Lower
(I) perlakuan (J) perlakuan J) Error Sig. Bound Upper Bound
Daun Kalsium 1.40* .374 .003 .44 2.36
Karamunting Hidroksida
Kontrol Negatif 1.90* .374 .000 .94 2.86
*
Kalsium Daun Karamunting -1.40 .374 .003 -2.36 -.44
Hidroksida Kontrol Negatif .50 .374 .582 -.46 1.46
Kontrol Negatif Daun Karamunting -1.90* .374 .000 -2.86 -.94
Kalsium -.50 .374 .582 -1.46 .46
Hidroksida
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,700.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.

Anda mungkin juga menyukai