SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
TIM PENGUJI
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Gambaran
Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mantan
Pecandu Sabu di Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan” yang
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta doa
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Darmayanti Siregar, drg., M.KM selaku Plt. Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat dan dosen penguji, atas
segala saran dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
3. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes dan Siska Ella Natassa Mtd, drg. selaku
dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dengan
sabar memberikan bimbingan, petunjuk, serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Rika Maya Sari, drg., M.Kes selaku dosen penguji skripsi yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp. KG(K) selaku dosen pembimbing
akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis selama menjalani
pendidikan akademis.
6. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf dan pegawai di Departemen
Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat atas bimbingan dan
bantuan yang diberikan kepada penulis.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Kepala Pimpinan Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf yang
telah memberikan izin dan kemudahan kepada penulis selama penelitian berlangsung.
8. Kepada pasien Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf yang
telah bersedia membantu dan bekerja sama mulai dari awal hingga akhir penelitian
berlangsung.
Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada
kedua orang tua tercinta, ayahanda Mirsus dan Ibunda Mestika Elinda beserta saudara
penulis Muhammad Diva Vernanda, Alfitrah Salam, dan Inatsya Azzahra, atas segala
kasih sayang, doa, dukungan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga tidak lupa
menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis Adjie, Jehan, Anjelina,
Arief, Yatcen, Rotuana, Andi, Ilham, Lady, Regina, Wulan, Deandini, Ovie, Yoni,
Keumala, Fathia dan seluruh teman-teman FKG USU angkatan 2012 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna
bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi, khususnya
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat serta di
kalangan masyarakat.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI ..........................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................... 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 23
3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................. 23
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 23
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................. 23
3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................. 23
3.3.2 Sampel penelitian ................................................................... 23
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................... 24
3.5 Cara Pengumpulan Data ........................................................... 27
3.6 Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 28
3.7 Etika Penelitian ......................................................................... 28
LAMPIRAN
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Struktur methamphetamine ..................................................................... 6
2 Bong (alat untuk mengonsumsi sabu) ..................................................... 7
3 Berbagai sediaan sabu ............................................................................. 8
4 Perubahan yang terjadi pada dopamin transporter di otak ...................... 11
5 Meth mouth pada pecandu sabu .............................................................. 12
6 Keausan pada gigi anterior ...................................................................... 12
7 Kerusakan pada jaringan periodontal ...................................................... 13
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Variabel penelitian dan definisi operasional ........................................... 28
2 Karakteristik mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan ........... 33
3 Riwayat mengonsumsi sabu pada mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf
Medan ..................................................................................................... 35
4 Persentase pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan .................................................................... 36
5 Tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan .................................................................... 38
6 Persentase perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan ......................................... 38
7 Tingkat perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan ...................................................... 39
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian
2 Lembar persetujuan subjek penelitian (Informed Consent)
3 Lembar kuesioner penelitian
4 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian kesehatan
5 Surat permohonan izin penelitian di PSPP Insyaf Medan
6 Surat keterangan telah melakukan penelitian di PSPP Insyaf Medan
7 Hasil pengolahan data
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
untuk memiliki perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik pula.
Dengan pengetahuan yang adekuat mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut
dan cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang tepat, diharapkan adanya
perubahan perilaku menjadi lebih baik. Berdasarkan penelitian Scheutz mengenai
pengetahuan, sikap, dan perilaku pada pecandu narkoba, ditemukan bahwa
pengetahuan pecandu mengenai pencegahan gigi berlubang dan penyakit periodontal
sangat terbatas.13
Program promosi kesehatan gigi dan mulut sangat diperlukan, mengingat
tujuan rehabilitasi yang bukan hanya menghentikan penggunaan narkoba dan
memperbaiki masalah kesehatan, baik kesehatan umum maupun kesehatan gigi dan
mulut, namun juga perubahan perilaku menjadi lebih baik. Panti rehabilitasi narkoba
seharusnya dipertimbangkan sebagai wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan
mengintegrasikan program kesehatan gigi dan mulut dengan program lain yang
disediakan untuk mantan pecandu.10
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dewasa ini, banyak sekali zat-zat adiktif yang berbahaya bagi tubuh dan
menjadi masalah bagi manusia di berbagai belahan bumi. Salah satunya dikenal
dengan istilah narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) atau istilah
yang populer di kalangan masyarakat sebagai narkoba.6 Satu sisi narkoba merupakan
obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat menimbulkan
ketergantungan bila digunakan tanpa indikasi.14
2.1 Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat/bahan
berbahaya.14 Menurut Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, contohnya heroin, ganja dan kokain.15 Psikotropika
menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1997, adalah zat atau obat baik alami atau
sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku, contohnya ekstasi dan sabu. Zat adiktif/bahan berbahaya merupakan bahan
yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang menggunakannya akibat
timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis, contohnya alkohol.14
2.1.1 Sabu
Sabu atau metamfetamin (C10H15N) adalah kelompok narkoba golongan
stimulans turunan dari amfetamin yang bekerja secara langsung di sistem saraf pusat
dan memiliki efek adiktif yang kuat bila dibandingkan dengan jenis stimulan
lainnya.7 Nama kimia dari sabu adalah methamphetamine hidochloride, namun sabu
lebih dikenal dengan istilah lain seperti glass, beanies, chalk, crank, speed, yaba, hot
ice dan junk.9 Seperti amfetamin, sabu juga menyebabkan peningkatan kesadaran dan
aktivitas, serta mengurangi nafsu makan, namun efek dari sabu mampu bertahan lebih
lama.7 Efek stimulannya bisa bertahan antara 7 hingga 24 jam tergantung pada bentuk
dan cara penggunaanya.16
Sabu pertama kali disintesis di Jepang pada tahun 1919 oleh Ogata dan
digunakan untuk pengobatan parkinson, asma, depresi, dan penyakit lainnya.8,9 Pada
pertengahan 1940-1950 penyalahgunaan sabu mulai marak dilakukan karena efek
penggunaan sabu yang dapat mencegah kelelahan, meningkatkan kesadaran, dan
menurunkan nafsu makan. Sejak saat itu cara pembuatan, bentuk, dan cara
penggunaannya mulai bervariasi sehingga penyalahgunaan sabu terus berkembang.9
lainnya. Asap yang dihasilkan dihisap dengan menggunakan alat yang disebut bong,
yaitu sebuah pipa berisi air yang berfungsi sebagai filter untuk menyaring asap.16
Sabu dalam bentuk bubuk dikenal dengan istilah speed atau louie tersedia dalam
bermacam warna seperti putih, merah muda, jingga, cokelat, dan kuning. Sabu jenis
ini dikonsumsi dengan cara dihirup melalui hidung. Sabu dalam bentuk tablet
dikonsumsi secara oral, dan sabu dalam bentuk cairan disuntikkan melalui
intravena.16,18
ini akan bertahan antara 4-12 jam sejak pemakaian. Efek positif yang dirasakan ini
akan merangsang dopamine reward system, dimana pengguna sabu ingin mengulangi
pemakaian demi merasakan sensasi yang sama.
Setelah efek sabu menghilang, sensasi yang dirasakan adalah sakit kepala,
sulit berkonsentrasi, hilangnya semangat, depresi, dan kelelahan yang bisa bertahan
hingga 24 jam. Untuk bisa kembali merasa normal, pengguna akan terdorong untuk
kembali menggunakan sabu dengan dosis serta frekuensi yang lebih tinggi dan cara
pemakaian yang berbeda. Fenomena ini dikenal dengan istilah toleransi dimana dosis
yang sama pada pemakaian awal tidak akan memberikan efek euforia yang sama.7,9
Lama kelamaan pemakaian sabu yang diiringi dengan peningkatan dosis dan
frekuensi akan menyebabkan ketergantungan.9
2.1.5 Pengaruh Sabu Terhadap Sistem Saraf Pusat dan Fungsi Kognitif
Sistem saraf pusat adalah bagian yang paling terkena dampak akibat
penyalahgunaan sabu. Beberapa struktur yang mengalami perubahan adalah
neurotransmitter dopamine, gray matter, dan hipokampus. Efek negatif sabu pada
neurotransmiter dopamin adalah kandungannya yang dapat meracuni sel-sel yang
terdiri dari neurotransmiter ini. Jumlah yang berakumulasi menunjukkan bahwa sabu
yang dikonsumsi berulang kali dalam dosis tinggi, dapat menimbulkan radikal bebas
yang merusak sel-sel otak. Pada akhirnya, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan
yang berkelanjutan untuk fungsi sel-sel yang terdiri dari dopamin.
Studi pemetaan otak pada pecandu sabu menunjukkan adanya perubahan pada
aktivitas neurotransmitter dopamin dan perubahan struktur serta fungsi otak.16
Berdasarkan penelitian Sekine et al dengan metode positron emission tomography
(PET) terhadap pecandu sabu (yang hanya mengonsumsi narkoba jenis sabu) dan
bukan pecandu, ditemukan bahwa pada pecandu sabu jangka panjang terjadi
penurunan kepadatan dopamin transporter yang berhubungan dengan kecepatan
motorik, emosi, ingatan, kemampuan verbal dan kognitif.7,9,20
Struktur otak lainnya yang terkena dampak adalah gray matter (penghubung
abu-abu) yang berfungsi sebagai pusat pemrosesan dan untuk menganalisis informasi.
untuk melakukan pemeliharaan rongga mulut. Sering dijumpai kasus dimana gigi
tidak bisa lagi dipertahankan, sehingga satu-satunya perawatan yang bisa dilakukan
adalah ekstraksi.27
4. Penyakit Periodontal
Pecandu sabu juga lebih rentan mengalami penyakit periodontal. Hal ini
disebabkan oleh kandungan sabu yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
sehingga suplai darah ke jaringan periodontal menjadi berkurang.9 Dengan
pemakaian sabu yang berkelanjutan dan vasokonstriksi yang terjadi secara terus
menerus, lama kelamaan pembuluh darah yang menyuplai jaringan rongga mulut
akan mengalami kerusakan.9,27
5. Ulserasi Mukosa
Ulserasi mukosa rongga mulut disebabkan oleh efek lokal sabu yang
digunakan secara dihisap/intranasal. Bahan-bahan toksik yang terkandung dalam sabu
akan terakumulasi di rongga mulut dan mengiritasi mukosa.9
6. Kanker rongga mulut
Kanker adalah penyakit yang terjadi bila terdapat pembelahan sel secara
abnormal dan tidak terkontrol, sel-sel ini disebut sebagai kanker atau keganasan.
Kanker rongga mulut umumnya terjadi di daerah bibir bagian bawah, bagian dalam
rongga mulut, kelenjar saliva, dan jaringan lunak rongga mulut. Merokok dan
mengunyah tembakau, serta konsumsi minuman beralkohol merupakan kebiasaan
buruk yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kanker rongga
mulut. Umumnya pecandu sabu merupakan perokok aktif, hal ini merupakan alasan
mengapa pecandu sabu sangat berisiko mengalami kanker rongga mulut.
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil atau wujud dari penginderaan terhadap suatu
objek tertentu.12 Penginderaan terjadi melalui pancaindera. Pengetahuan bisa
didapatkan secara alami ataupun melalui pendidikan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan hal yang penting demi terbentuknya tindakan.27
Pengetahuan individu terhadap suatu objek terbagi menjadi beberapa
intensitas atau tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat kembali informasi spesifik dari
seluruh materi yang telah dipelajari sebelumnya. Karena itu, tahu adalah tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang suatu informasi antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan
menyatakan.
2. Memahami (comprehension), adalah kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan apa yang telah dipelajari secara benar. Orang yang memiliki
pemahaman mengenai suatu objek akan mampu menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, dan meramalkan objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application), adalah kemampuan untuk menggunakan informasi
yang telah dipelajari bila dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis), adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke
dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis), adalah kemampuan untuk menggabungkan bagian-
bagian tertentu ke dalam bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada. Misalnya
2.3 Perilaku
Perilaku adalah hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia
dengan lingkungannya. Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Menurut
Notoatmodjo, perilaku adalah segala tindakan dan aktivitas dari individu baik yang
dapat diamati maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.11 Perilaku manusia
merupakan cerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap,
reaksi, rasa takut, cemas, dan sebagainya. Perilaku manusia dibentuk dari faktor yang
berasal dari dalam diri manusia (unsur kejiwaan) dan faktor yang berasal dari luar
(unsur lingkungan).28 Manusia berperilaku dan beraktivitas karena adanya kebutuhan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu, kebutuhan ini akan menyebabkan timbulnya
motivasi yang bertindak sebagai penggerak. Bila perilaku telah dilaksanakan dan
tujuannya tercapai, maka kepuasan pun akan diperoleh.
Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Pada perilaku tertutup, respon terhadap stimulus masih dalam bentuk
terselubung sehingga tidak bisa diamati dari luar (unobservable behavior). Respon
seseorang masih terbatas pada bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan
sikap terhadap stimulus yang ada.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Pada perilaku terbuka, respon terhadap stimulus sudah diwujudkan dalam
bentuk tindakan sehingga dapat diamati oleh pihak lain (observable behavior).11,28
Pemeliharaan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut
antara lain:
1. Menyikat Gigi
Menyikat gigi adalah tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut/kontrol
plak yang paling utama.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menyikat gigi, yaitu:
a. Frekuensi menyikat gigi
Frekuensi menyikat gigi yang direkomendasikan adalah setidaknya dua kali
sehari, pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.13 Menyikat gigi
sebelum tidur sangat penting karena saat tidur terjadi interaksi antara bakteri rongga
mulut dengan sisa makanan pada gigi.31
b. Cara menyikat gigi yang benar
Masalah yang seringkali ditemui pada masyarakat Indonesia adalah cara
menyikat gigi belum tepat. Pada prinsipnya menyikat gigi yang benar harus dapat
membersihkan semua sisa-sisa makanan yang tertinggal setelah makan. Gerakan sikat
tidak merusak jaringan gusi dan mengabrasi lapisan gigi serta tidak melakukan
penekanan secara berlebihan. Dalam menyikat gigi seluruh permukaan baik
permukaan luar dan permukaan dalam gigi harus dapat terjangkau.
c. Pemilihan sikat gigi yang tepat
Sikat gigi menjadi salah satu faktor dalam menjaga kesehatan gigi. Kesalahan
dalam memilih dan menggunakan sikat gigi menyebabkan sisa-sisa makanan yang
ada di sela gigi tidak dapat terjangkau. Penggunaan sikat gigi dengan bulu sikat
lembut sangat disarankan karena lebih nyaman dan tidak melukai gusi. Menurut
American Dental Association, ukuran kepala sikat harus sesuai dengan rongga mulut
untuk bisa menjangkau seluruh permukaan gigi dengan mudah. Dengan teknik yang
tepat, sikat gigi setidaknya mampu bertahan hingga 3 bulan. Bila bulu sikat telah
mengembang, sebaiknya sikat gigi segera diganti dengan yang baru.31
d. Penggunaan pasta gigi mengandung fluoride
Fluoride dibutuhkan oleh gigi untuk melindungi gigi dari kerusakan.
Penggunaan pasta gigi dengan fluoride merupakan salah satu cara yang efektif dan
ekonomis dalam usaha pencegahan karies.32 Selain terdapat pada pasta gigi, di negara
maju seperti belanda dan amerika serikat, sebagian besar jumlah fluoride berasal dari
air minum fluoridasi. Frekuensi penggunaan pasta gigi berflouride yang disarankan
adalah sesering mungkin atau setiap menyikat gigi.33
2. Penggunaan dental floss atau benang gigi
Walaupun sikat gigi mampu membersihkan plak di berbagai permukaan gigi,
metode sikat gigi kurang efektif untuk membersihkan plak yang terdapat pada bagian
interproksimal gigi posterior. Penggunaan dental floss atau benang gigi untuk
membersihkan permukaan interproksimal gigi mampu membersihkan hingga 80%
plak pada interdental.34 American Dental Association menyarankan penggunaan
dental floss setidaknya satu kali setiap hari.
3. Diet sehat, dan batasi jajanan diantara jam makan dan minuman bersoda
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa diet atau pola makan sangat erat
kaitannya dengan tingkat kejadian karies. Diet tinggi karbohidrat seperti glukosa dan
sukrosa akan menyebabkan gigi menjadi lebih rentan mengalami karies. Kedua jenis
karbohidrat tersebut dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
sehingga pH rongga mulut akan mengalami penurunan. Bila terus dibiarkan, lama-
kelamaan akan terjadi proses demineralisasi pada permukaan gigi yang rentan dan
proses karies pun dimulai.35 Beberapa contoh makanan dan minuman yang erat
kaitannya dengan karies (kariogenik) antara lain permen, kopi, dan minuman bersoda.
Pemilihan asupan nutrisi sangatlah penting, perbanyak konsumsi makanan yang baik
untuk kesehatan gigi dan mulut seperti buah-buahan dan sayur berserat, daging, telur,
dan ikan yang kaya fosfor, serta produk olahan susu seperti keju dan yogurt.36
4. Menghindari narkoba, alkohol, dan rokok
Kandungan berbahaya dalam narkoba, alkohol, dan tar juga bisa
menyebabkan kerusakan gigi dan rongga mulut.37
5. Pemeriksaan secara berkala ke Dokter Gigi
Melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi juga tak kalah penting. Kunjungan
rutin setiap 6 bulan sekali sangat disarankan.33 Pencegahan lebih baik daripada
pengobatan, dokter gigi akan memberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan
mulut serta melakukan pemeriksaan kesehatan rongga mulut. Bila ditemukan adanya
masalah pada gigi dan mulut seperi karies, penyakit periodontal, trauma, kanker
mulut dan kelainan lainnya, perawatan bisa segera dilakukan di tahap awal sehingga
masalah bisa diatasi sebelum berkembang menjadi lebih parah.36
pecandu yang akan menjalani rehabilitasi), serta menumbuhkan minat mereka untuk
direhabilitasi dan termotivasinya orang tua untuk menyerahkan anaknya mengikuti
program rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf.
2. Penerimaan
Merupakan kegiatan registrasi yang berhubungan dengan persyaratan
administrasi berupa pencatatan dalam buku induk, pengisian formulir, interview dan
penempatan mantan pecandu pada asrama.
3. Assesment
Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai latar belakang
permasalahan individu mantan pecandu meliputi: bakat, minat, potensi yang dimiliki,
kemampuan, harapan dan rencananya untuk masa depan yang dapat digunakan untuk
pemecahan masalah serta upaya lain untuk pengembangan potensinya.
4. Bimbingan Sosial
Meliputi pembinaan fisik, mental psikologis dan mental keagamaan.
Disamping itu, mantan pecandu juga mendapatkan bimbingan ketrampilan praktis.
5. Resosialisasi
Merupakan kegiatan untuk mempersiapkan mantan pecandu kembali ke
masyarakat dalam membantu proses pemulihan harga diri klien melalui kegiatan
magang, kewirausahaan, bantuan stimulan usaha ekonomi produktif dan penyaluran
klien.
6. Rujukan & Bimbingan Lanjut
Merupakan kegiatan untuk memantapkan kesembuhan dan kepulihan mantan
pecandu dan agar terbina lingkungan keluarga, sekolah dan kerja yang mendukung
pemantapan sosialnya.38
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Pengetahuan
kurang, bila
skor jawaban
<60%38
2 Perilaku Tindakan sehari-hari Kuesioner Jawaban Nominal
pemeliharaan responden dalam benar = 1
kesehatan pemeliharaan Jawaban
gigi kesehatan gigi dan salah = 0
dan mulut mulut.
Yang meliputi: Perilaku baik,
1. Frekuensi bila skor
menyikat gigi, jawaban
idealnya adalah responden
dua kali dalam ≥80%.
sehari
2. Waktu menyikat Perilaku
gigi, adalah pada cukup, bila
pagi setelah skor jawaban
sarapan dan malam 60-79%.
sebelum tidur
Perilaku
kurang, bila
skor jawaban
<60%38
menghindari terjadinya data yang bias, kuesioner bagian perilaku dibagikan terlebih
dahulu.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Lanjutan Tabel 2. Karakteristik mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Karakteristik Responden n %
Pekerjaan
Bekerja 86 66,20
Tidak bekerja 44 33,80
Masa Rehabilitasi
< 3 bulan 19 14,60
3-6 bulan 61 46,90
> 6 bulan 50 38,50
Kebiasaan merokok
Merokok 129 99,20
Tidak merokok 1 0,80
Jumlah rokok/hari
<10 batang 101 77,70
10-20 batang 18 13,80
>20 batang 10 7,70
Tidak merokok 1 0,80
Tabel 3. Riwayat mengonsumsi sabu pada mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf
Medan (n=130)
Riwayat Mengonsumsi Sabu n %
Lama berhenti mengonsumsi sabu
<6 bulan 71 54,62
1-2 tahun 59 45,38
Lama mengonsumsi sabu
<5 tahun 56 43,10
5 – < 10 tahun 46 35,40
≥10 tahun 28 21,50
Cara mengonsumsi sabu
Dihisap 120 92,30
Oral 4 3,10
Injeksi 4 3,10
Nasal 2 1,50
Tujuan mengonsumsi sabu
Bersenang-senang 51 39,23
Coba-coba 37 28,46
Tujuan tertentu 18 13,85
Lainnya
Lari dari masalah/stress/depresi 20 15,38
Agar tenang/rileks 3 2,31
Kebutuhan 1 0,77
4.3 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mantan Pecandu Sabu
di PSPP Insyaf Medan
Persentase pengetahuan kesehatan gigi dan mulut responden menunjukkan
banyak responden yang mengetahui tentang permukaan gigi yang harus disikat
sebesar 90%, jenis makanan penyebab gigi berlubang sebesar 83,08%, dan
ada/tidaknya pengaruh kesehatan rongga mulut terhadap kesehatan tubuh secara
umum sebesar 82,31%. Lebih dari separuh responden yang mengetahui tentang
tujuan menyikat gigi sebesar 65,38%, frekuensi dan waktu menyikat gigi sebesar
62,31%, serta akibat dari melekatnya sisa makanan yang tidak dibersihkan pada gigi
sebesar 73,85%. Masih sedikit responden yang tahu mengenai jenis sikat gigi yang
sebaiknya digunakan sebesar 55,38%, pengertian plak gigi sebesar 23,08%, penyebab
gusi berdarah dan manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi masing-masing sebesar
26,92%, penyebab kanker rongga mulut dan frekuensi kunjungan minimal ke dokter
gigi masing-masing sebesar 40%. (Tabel 4)
Tabel 4. Persentase pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut n %
Tujuan menyikat gigi
Mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi 85 65,38
Agar gigi menjadi lebih putih dan bersih 22 16,92
Menghilangkan noda/stain yang menempel pada gigi 19 14,62
Tidak tahu 4 3,08
Frekuensi dan waktu menyikat gigi yang tepat
Dua kali sehari, pagi dan sore hari 28 21,54
Dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan 81 62,31
malam hari sebelum tidur
Setiap selesai makan 15 11,54
Tidak tahu 6 4,62
Jenis sikat gigi yang sebaiknya digunakan
Sikat gigi yang bulu sikatnya lembut dan ujung sikat 72 55,38
kecil
Sikat gigi yang bulu sikatnya keras 7 5,38
Sikat gigi yang bulu sikatnya lembut 32 28,46
Tidak tahu 14 10,77
Permukaan gigi yang harus disikat
Permukaan luar saja 6 4,62
Seluruh permukaan gigi 117 90,00
Permukaan dalam saja 2 1,54
Tidak tahu 5 3,85
Jenis makanan penyebab gigi berlubang
Makanan yang mengandung gula 108 83,08
Makanan berserat 8 6,15
Makanan asin 2 1,54
Tidak tahu 12 9,23
Pengertian plak gigi
Perubahan warna pada gigi 39 30,00
Akumulasi deposit lunak yang membentuk 30 23,08
biofilm, menempel pada permukaan gigi atau
permukaan keras lainnya pada rongga mulut
Bercak putih pada gigi 9 6,92
Tidak tahu 52 40,00
Lanjutan Tabel 4. Persentase pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut n %
Penyebab gusi berdarah
Kekurangan kalsium 16 12,31
Infeksi gigi 24 18,46
Peradangan pada gusi 35 26,92
Tidak tahu 55 46,31
Akibat lengketnya sisa makanan yang tidak dibersihkan
pada gigi
Dapat menyebabkan gigi berlubang 96 73,85
Dapat menyebabkan kekurangan kalsium 5 3,85
Dapat menyebabkan gusi berdarah 5 3,85
Tidak tahu 24 18,46
Manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi
Memutihkan gigi 28 21,54
Mencegah penyakit gusi 16 12,31
Mencegah gigi berlubang 35 26,92
Tidak tahu 51 39,23
Ada tidaknya pengaruh kesehatan gigi dan mulut
terhadap kesehatan tubuh secara umum
Ada 107 82,31
Tidak 8 6,15
Tidak tahu 15 11,54
Salah satu penyebab kanker rongga mulut
Kekurangan kalsium 12 9,23
Merokok dan mengunyah tembakau 52 40,00
Kekurangan vitamin C 16 12,31
Tidak tahu 50 38,46
Frekuensi kunjungan ke dokter gigi minimal
6 (enam) bulan sekali 52 40,00
2 (dua) tahun sekali 9 6,92
3 (tiga) tahun sekali 3 2,31
Tidak tahu 66 50,77
Tabel 5. Tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu sabu
di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Kategori Pengetahuan n %
Baik 12 9,20
Cukup 41 31,50
Kurang 77 59,20
Tabel 6. Persentase perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut n %
Frekuensi menyikat gigi
Tidak setiap hari/kadang-kadang 11 8,46
1 kali sehari 13 10,00
2 kali sehari 106 81,54
Waktu menyikat gigi
Pagi hari sebelum sarapan dan malam hari sebelum tidur 45 34,62
Pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum 22 16,92
tidur
Pagi hari setelah sarapan dan saat mandi sore 50 38,46
Pagi hari/sore hari saja 13 10,00
Penggunaan pasta gigi
Kadang-kadang 7 5,38
Tidak pernah 0 0,00
Setiap menyikat gigi 123 94,62
Lanjutan Tabel 6. Persentase perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut n %
Permukaan gigi yang disikat
Permukaan luar saja 17 13,08
Permukaan dalam saja 5 3,85
Seluruh permukaan gigi 108 83,08
Waktu penggantian sikat gigi
Tidak pernah 3 2,31
Ketika bulu sikat sudah mengembang 126 96,92
Setelah 1 tahun 1 0,77
Tindakan yang dilakukan bila terdapat masalah gigi dan
mulut seperti karang gigi atau gusi sering berdarah
Memeriksakan dan membersihkan karang gigi ke 13 10,00
praktik dokter gigi
Menyikat gigi 45 34,62
Dibiarkan 72 55,38
Riwayat kunjungan ke Dokter Gigi
Tidak pernah 107 82,31
1-2 tahun yang lalu 15 11,54
Kurang dari 1 tahun yang lalu 8 6,15
Tabel 7. Tingkat perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Kategori Perilaku n %
Baik 5 3,80
Cukup 24 18,50
Kurang 101 77,70
BAB 5
PEMBAHASAN
mengandung litium, asam sulfat, eter dan senyawa lainnya yang bersifat korosif
sehingga merusak struktur rongga mulut.9,25
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 99,2% responden memiliki
kebiasaan merokok (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Shekarchizadeh
terhadap mantan pecandu yang menempati pusat rehabilitasi narkoba di Iran, yaitu
sebesar 85% dari responden memiliki kebiasaan merokok. Hasil yang serupa juga
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Robinson terhadap pecandu narkoba
yang menjalani rehabilitasi di London, seluruh respondennya merupakan perokok
aktif.45 Banyak penelitian menyatakan bahwa ada hubungan erat antara
penyalahgunaan narkoba dengan kebiasaan merokok. Disebutkan bahwa individu
yang mengenal rokok sejak usia dini lebih rentan untuk mengalami kecanduan obat-
obatan di kemudian hari.46
Sebagian besar responden tidak mengetahui tentang pengertian plak gigi,
penyebab gusi berdarah, manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi, dan frekuensi
kunjungan minimal ke dokter gigi. Hanya sebesar 23,08% dari seluruh responden
yang mengetahui pengertian plak gigi, 26,92% yang mengetahui penyebab gusi
berdarah dan manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi, serta hanya 40% yang
mengetahui penyebab kanker rongga mulut dan frekuensi kunjungan minimal ke
dokter gigi (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa mereka selama ini kurang
mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang adekuat.13 Pecandu sabu
adalah kelompok minoritas yang cenderung mengasingkan diri sehingga akses
terhadap informasi kesehatan khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut menjadi
lebih sulit.
Secara umum, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan tergolong dalam kategori kurang sebesar 59,20% (Tabel
5). Selain minimnya edukasi yang diperoleh oleh responden, pengetahuan yang
kurang juga disebabkan faktor lain seperti kondisi sosioekonomi, pendidikan dan
pekerjaan. Pendidikan seseorang merupakan faktor yang penting dalam menunjang
pengetahuan, karena dengan pendidikan yang baik maka individu akan mampu
menerima banyak informasi dari luar.
Hasil penelitian tentang perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan menunjukkan sebesar 81,54%
responden telah membiasakan menyikat gigi dua kali dalam sehari, namun perilaku
responden dalam hal waktu menyikat gigi masih belum benar, hanya sebesar 16,92%
responden menyikat gigi di waktu yang tepat (Tabel 6). Mayoritas responden
menyikat giginya di waktu yang salah yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan saat
mandi sore sebesar 38,46%. Responden cenderung melewatkan menyikat gigi pada
malam hari sebelum tidur. Hal ini sesuai dengan hasil RISKESDAS 2007 yang
menunjukkan bahwa angka menyikat gigi masyarakat Indonesia di malam hari masih
memprihatinkan, secara nasional hanya 28,7% dari masyarakat yang menyikat gigi
tepat sebelum tidur.47
Data yang diperoleh dari penelitian tentang permukaan gigi yang disikat,
didapatkan hasil bahwa 83,08% sudah membiasakan menyikat seluruh permukaan
gigi (Tabel 6). Claessen et al menganjurkan untuk menyikat seluruh permukaan gigi
saat menyikat gigi. Penyikatan dilakukan selama kurang lebih 2 menit agar
keseluruhan gigi dapat dibersihkan dengan tepat. Gigi posterior harus diperhatikan
karena umumnya karies terjadi pada gigi posterior.48
Sebesar 94,62% responden selalu menggunakan pasta gigi setiap menyikat
giginya, dan 96,92% rutin mengganti sikat giginya bila sikat gigi telah mengembang
(Tabel 6). Hal ini mungkin disebabkan pihak PSPP Insyaf Medan yang menyediakan
sikat dan pasta gigi baru setiap bulannya bagi penghuni panti. Sikat gigi sebaiknya
diganti setiap tiga bulan sekali atau bila sikat gigi telah mengembang. Hal ini
disebabkan sikat gigi yang telah mengembang tidak lagi efektif untuk membersihkan
plak dari gigi dan gusi karena tidak mampu mencapai seluruh sudut di rongga
mulut.49
Gambaran hasil penelitian berdasarkan perilaku bila terjadi masalah pada gigi
dan mulut seperti sakit gigi dan gusi yang sering berdarah masih belum tepat karena
sebagian besar responden memilih untuk membiarkan saja bila terjadi masalah pada
rongga mulutnya, hanya 10% dari responden yang memeriksakan giginya ke praktik
dokter gigi bila terjadi masalah. (Tabel 6). Hal ini sesuai dengan pernyataan Robinson
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan :
a. Responden yang menjawab tujuan menyikat gigi dengan jawaban benar
merupakan persentase tertinggi sebesar 65,38%.
b. Responden yang menjawab frekuensi dan waktu menyikat gigi yang tepat
dengan jawaban benar merupakan persentase tertinggi sebesar 62,31%.
c. Responden yang menjawab jenis sikat gigi yang sebaiknya digunakan
dengan jawaban benar merupakan persentase tertinggi sebesar 55,38%.
d. Responden yang menjawab permukaan gigi yang harus disikat dengan
jawaban yang benar merupakan persentase tertinggi sebesar 90%.
e. Responden yang menjawab jenis makanan penyebab gigi berlubang dengan
jawaban benar merupakan persentase tertinggi sebesar 83,08%.
f. Responden yang menjawab pengertian plak gigi dengan jawaban benar
hanya sebesar 23,08%.
g. Responden yang menjawab penyebab gusi berdarah dengan jawaban benar
hanya sebesar 26,92%.
h. Responden yang menjawab akibat bila sisa makanan yang menempel pada
gigi tidak dibersihkan dengan jawaban benar merupakan persentase
tertinggi sebesar 73,85%.
i. Responden yang menjawab manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi
dengan jawaban yang benar hanya sebesar 26,92%.
j. Responden yang menjawab bahwa kesehatan gigi dan mulut memiliki
pengaruh terhadap kesehatan tubuh secara umum merupakan persentase
tertinggi sebesar 82,31%.
6.2 Saran
1. Bagi Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf, perlu membuat
program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada mantan pecandu sabu untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka tentang pentingnya pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut. Selain itu diperlukan penyediaan fasilitas dan petugas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di lingkungan panti rehabilitasi, mengingat
sulitnya akses penghuni panti rehabilitasi dalam memperoleh pelayanan kesehatan
gigi dan mulut.
2. Bagi Instansi Kesehatan Pemerintah setempat, agar mengadakan kerja sama
dengan pihak Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf dalam rangka penyediaan sarana
perawatan kesehatan gigi dan mulut dalam lingkungan panti mengingat banyaknya
masalah gigi dan mulut yang dialami penghuni panti.
3. Bagi peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan kondisi rongga mulut pada mantan
pecandu narkoba secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
29. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan kesehatan gigi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010: 1-24.
30. Malik I. Kesehatan gigi dan mulut. Dent and Mo Lith Health 2008; 1-17.
31. Kemenkes. Buku panduan pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut di
masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2012: 16-23.
32. American Academic of Pediatric Dentistry. Guidelines on adolescent oral health
care. AAPD 2015; 152.
33. Khami MR, et al. Oral health behaviour and its determinants amongst iranian
dental students. J of European Dental Education 2007; 43.
34. Asadoorian J. Flossing. J of Canadian Dental Hygiene 2006; 40(3): 1-2.
35. American Dental Association. Good foods for dental health. http://www.mouthhealthy.org
(18 Desember 2016)
36. American Dental Association. Top 9 foods that damaged your teeth. http://www.mouthhealthy.org
(18 Desember 2016)
37. American Dental Association. Diet and dental health. http://www.mouthhealthy.org
(18 Desember 2012)
38. Departemen Sosial Republik Indonesia. Profil PSPP insyaf. http://insyaf.kemsos.go.id
(13 Desember 2016)
39. Yanti GN. Hubungan faktor pengetahuan, kepercayaan, ketersediaan sarana,
peraturan dan pengawasan di rumah sakit kota Medan. Tesis. Medan: Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, 2013;
36-8.
40. Stringer KL, Baker EH. Stigma as a barrier to substance abuse treatment among
those with unment need: an analysis of parenthood and marital status. Alabama: J
of Family Issues. 2015: 1-4.
41. McKetin R, Kelly E. Socio-demographic factors associated with
methamphetamine treatment contact among dependent methamphetamine users in
Sidney, Australia. Sydney: National Drug and Alcohol Research Centre, 2007:
165-6.
Peneliti,
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap mengenai penelitian dan
paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada penelitian yang
berjudul:
Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
pada Mantan Pecandu Sabu di PSPP Insyaf Medan
Maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan
menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.
Medan,
Mahasiswa Peneliti Yang menyetujui,
Subjek Penelitian
(Ridho) (…………………………)
Lampiran 3
No.Urut :
Tanggal Periksa :
Nama Pemeriksa :
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ........................................................
Usia : ........................................................
Jenis Kelamin : ........................................................ .
Pendidikan terakhir : ........................................................ .
Pekerjaan : ........................................................ .
Masa Rehabilitasi : .......................... bulan
Gangguan mental : Ada/Tidak ada
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
b. 1-2 tahun
c. >2 tahun
b. 5 – 9,9 tahun
c. ≥ 10 tahun
3. Bagaimana cara Saudara mengonsumsi sabu-sabu?
3
a. Oral
4
b. Dihisap (rokok/bong)
c. Injeksi
d. Nasal (dihirup)
e. Lainnya Sebutkan :..............................................................
4. Apakah tujuan Saudara mengonsumsi sabu? 4
a. Coba-coba 4
b. Tujuan tertentu
c. Bersenang-senang
d. Lainnya Sebutkan :............................................................
5. Apakah Saudara punya kebiasaan merokok?
a. Ya 5
4
b. Tidak
6. Jika Saudara menjawab pertanyaan 5 dengan Ya, berapa batang
6
rokok yang Saudara konsumsi dalam sehari?
a. <10 batang
b. 10 – 20 batang
c. >20 batang
b. Infeksi gigi
c. Penumpukan plak pada gigi
d. Tidak tahu
8. Akibat dari lengketnya sisa makanan pada gigi yang dibiarkan 14
adalah 4
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
a. Kadang-kadang
b. Tidak pernah
c. Setiap menyikat gigi
4. Permukaan gigi mana saja yang biasanya saudara sikat? 24
a. Permukaan luar saja 4
a. Tidak pernah
b. 1-2 tahun yang lalu
c. Kurang dari 1 tahun lalu
8. Skor Perilaku :
28
4
9. Kategori Perilaku : 29
a. Baik ≥80% dari nilai maksimal (benar >5) 4
Lampiran 5
Lampiran 7
Frequencies
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kebiasaan Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 batang 1 .8 .8 .8
PENGETAHUAN
PT1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PT2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PT3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PT5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PT6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PT7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PT8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PT9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PT11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PT12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequencies
Skor Pengetahuan
Kategori Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Skor Perilaku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 1 .8 .8 .8
Kategori Perilaku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Cases
Count
Perilaku
Pengetahuan BAIK 0 2 10 12
CUKUP 3 10 28 41
KURANG 2 12 63 77