Anda di halaman 1dari 84

PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMELIHARAAN

KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MANTAN


PECANDU SABU DI PSPP INSYAF MEDAN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

MUHAMMAD RIDHA VERNANDA


NIM : 120600059

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Fakultas Kedokteran Gigi


Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2019

Muhammad Ridha Vernanda


Pengetahuan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mantan Pecandu
Sabu di PSPP Insyaf Medan
x + 46 halaman
Sabu merupakan narkoba yang merangsang kerja sistem saraf pusat dan
menyebabkan efek euforia terhadap penggunanya. Dalam pengaruh obat, pecandu
sabu tidak peduli terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya. Pemeliharaan
kesehatan rongga mulut yang inadekuat, perubahan gaya hidup dan bahan toksik
dalam sabu menyebabkan individu penyalahguna sabu rentan mengalami berbagai
masalah kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan. Jenis penelitian ini adalah survey
deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh mantan pecandu narkoba yang
menjalani program rehabilitasi di PSPP Insyaf Medan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu berhenti
menggunakan sabu ≤2 tahun, serta kriteria eksklusi yaitu memiliki riwayat gangguan
mental, sehingga diperoleh sampel yang berjumlah 130 orang. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat pengetahuan responden mengenai kesehatan gigi dan mulut
tergolong kurang sebesar 59,20%, hanya sebanyak 23,08% yang mengetahui
pengertian plak gigi, 26,92% yang mengetahui penyebab gusi berdarah dan manfaat
kandungan fluor dalam pasta gigi, serta 40% yang mengetahui tentang penyebab
kanker rongga mulut dan frekuensi kunjungan minimal ke dokter gigi. Perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut responden termasuk dalam kategori kurang
sebesar 77,70%, hanya 16,92% dari responden yang biasa menyikat gigi di waktu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang tepat, 10% mengunjungi dokter gigi bila mengalami masalah gigi dan mulut,
dan 6,15% yang memiliki riwayat kunjungan rutin ke dokter gigi dalam 1 tahun
terakhir. Perlu diadakan penyuluhan kepada mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf
Medan mengenai dampak buruk sabu terhadap kesehatan rongga mulut dan
diharapkan kepada tenaga kesehatan gigi serta Dinas Kesehatan setempat untuk
bekerja sama dengan pihak panti dalam program pembinaan demi meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran mantan pecandu sabu tentang pentingnya pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut.
Daftar Pustaka: 50 (2001-2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan


Tim penguji skripsi

Medan, 15 Mei 2019


Pembimbing :
Tanda tangan

1. Gema Nazri Yanti, drg., M. Kes


NIP. 19790625 200312 2 002

2. Siska Ella Natassa Mtd, drg.


NIP. 19871129 2012 12 2002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan penguji


pada tanggal 15 Mei 2019

TIM PENGUJI

KETUA : Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes


ANGGOTA : Siska Ella Natassa, drg.
Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes
Darmayanti Siregar, drg., MK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Gambaran
Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mantan
Pecandu Sabu di Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan” yang
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta doa
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Darmayanti Siregar, drg., M.KM selaku Plt. Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat dan dosen penguji, atas
segala saran dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
3. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes dan Siska Ella Natassa Mtd, drg. selaku
dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dengan
sabar memberikan bimbingan, petunjuk, serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Rika Maya Sari, drg., M.Kes selaku dosen penguji skripsi yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp. KG(K) selaku dosen pembimbing
akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis selama menjalani
pendidikan akademis.
6. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf dan pegawai di Departemen
Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat atas bimbingan dan
bantuan yang diberikan kepada penulis.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Kepala Pimpinan Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf yang
telah memberikan izin dan kemudahan kepada penulis selama penelitian berlangsung.
8. Kepada pasien Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf yang
telah bersedia membantu dan bekerja sama mulai dari awal hingga akhir penelitian
berlangsung.
Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada
kedua orang tua tercinta, ayahanda Mirsus dan Ibunda Mestika Elinda beserta saudara
penulis Muhammad Diva Vernanda, Alfitrah Salam, dan Inatsya Azzahra, atas segala
kasih sayang, doa, dukungan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga tidak lupa
menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis Adjie, Jehan, Anjelina,
Arief, Yatcen, Rotuana, Andi, Ilham, Lady, Regina, Wulan, Deandini, Ovie, Yoni,
Keumala, Fathia dan seluruh teman-teman FKG USU angkatan 2012 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna
bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi, khususnya
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat serta di
kalangan masyarakat.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI ..........................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Narkoba ..................................................................................... 5
2.1.1 Sabu......................................................................................... 5
2.1.2 Jenis Sabu dan Cara Penggunaannya ..................................... 6
2.13 Pecandu Sabu.......................................................................... 8
2.1.4 Mekanisme Kerja Sabu ........................................................... 8
2.1.5 Pengaruh Sabu Terhadap Sistem Saraf Pusat ........................ 9
2.1.6 Manifestasi Oral Pada Pecandu Sabu ..................................... 11
2.2 Pengetahuan .............................................................................. 14
2.3 Perilaku ...................................................................................... 15
2.3.1 Tahap Pembentukan Perilaku ................................................. 16
2.4 Kesehatan Gigi dan Mulut ........................................................ 17
2.4.1 Dampak Bila Tidak Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut 17
2.4.2 Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut .............................. 17
2.5 Profil Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf ....................................... 20
2.6 Kerangka Konsep ...................................................................... 22

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................... 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 23
3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................. 23
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 23
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................. 23
3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................. 23
3.3.2 Sampel penelitian ................................................................... 23
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................... 24
3.5 Cara Pengumpulan Data ........................................................... 27
3.6 Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 28
3.7 Etika Penelitian ......................................................................... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Karakteristik Responden ............................................................ 29
4.2 Riwayat Mengonsumsi Sabu...................................................... 30
4.3 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Responden ................. 31
4.4 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Responden . 34

BAB 5 PEMBAHASAN .............................................................................. 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ............................................................................... 40
6.2 Saran ......................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

LAMPIRAN

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1 Struktur methamphetamine ..................................................................... 6
2 Bong (alat untuk mengonsumsi sabu) ..................................................... 7
3 Berbagai sediaan sabu ............................................................................. 8
4 Perubahan yang terjadi pada dopamin transporter di otak ...................... 11
5 Meth mouth pada pecandu sabu .............................................................. 12
6 Keausan pada gigi anterior ...................................................................... 12
7 Kerusakan pada jaringan periodontal ...................................................... 13

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Variabel penelitian dan definisi operasional ........................................... 28
2 Karakteristik mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan ........... 33
3 Riwayat mengonsumsi sabu pada mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf
Medan ..................................................................................................... 35
4 Persentase pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan .................................................................... 36
5 Tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan .................................................................... 38
6 Persentase perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan ......................................... 38
7 Tingkat perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan ...................................................... 39

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian
2 Lembar persetujuan subjek penelitian (Informed Consent)
3 Lembar kuesioner penelitian
4 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian kesehatan
5 Surat permohonan izin penelitian di PSPP Insyaf Medan
6 Surat keterangan telah melakukan penelitian di PSPP Insyaf Medan
7 Hasil pengolahan data

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Narkotika dan obat/bahan berbahaya atau sering diistilahkan sebagai narkoba
adalah bahan/zat yang memiliki ciri-ciri tertentu dan bisa menimbulkan suatu
pengaruh bila dimasukkan ke dalam tubuh, khususnya memengaruhi kerja sistem
saraf pusat. Penyalahgunaan narkoba akan membahayakan kehidupan penggunanya,
baik kondisi kesehatan fisik dan psikis/jiwa dan fungsi sosial.1
Penyalahgunaan narkoba adalah masalah dunia. Berdasarkan hasil survei
United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) pada tahun 2013, diperkirakan
246 juta orang atau setara dengan 5,2% dari populasi dunia yang berusia antara 15-64
tahun pernah menggunakan narkoba seperti ganja, opium, kokain, dan amphetamin
setidaknya sekali dalam setahun terakhir.2 Perkembangan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba yang melanda dunia juga berimbas hingga ke tanah air.3
Berdasarkan hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI Tahun 2011
tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia,
diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia telah mencapai
2,23% atau sekitar 4,2 juta orang dari total populasi penduduk (berusia 10 - 59
tahun).4 Kemudian pada tahun 2014 diperkirakan ada sebanyak 3,8 - 4,1 juta orang
kelompok usia 10-59 tahun yang pernah mengonsumsi narkoba, atau dengan kata lain
ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang dari mereka yang berusia 10-59 tahun masih
atau pernah memakai narkoba di tahun 2014.5
Sumatera Utara berada di peringkat ke empat dari lima daerah di Indonesia
dengan prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi.6 Berdasarkan hasil survei
Badan Narkotika Nasional, salah satu jenis narkoba yang paling banyak
disalahgunakan di Sumatera Utara adalah sabu dengan prevalensi pengguna sebesar
13%.5,6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Individu yang melakukan penyalahgunaan sabu (pecandu sabu) sangat rentan


mengalami berbagai masalah kesehatan baik gangguan kesehatan secara fisik maupun
psikis dan perilaku. Rongga mulut yang berkontak langsung dengan bahan toksik
dalam sabu adalah salah satu yang terkena dampaknya. Beberapa kelainan rongga
mulut yang sering dijumpai pada pecandu sabu adalah karies rampan khas yang
dikenal dengan istilah meth mouth, xerostomia, penyakit periodontal, dan keausan
gigi.8,9
Selain masalah kesehatan umum dan rongga mulut, sabu juga menyebabkan
perubahan gaya hidup dan perilaku pada penggunanya, efek euforia yang berlangsung
lama menyebabkan pengguna sabu malas melakukan pemeliharaan kebersihan rongga
mulut.9 Oral hygiene yang buruk diperparah dengan diet yang tidak sehat. Sabu
menyebabkan penurunan nafsu makan dan menyebabkan sugar craving yaitu
keinginan untuk terus mengonsumsi gula sehingga pecandu sabu melewatkan
makanan sehat dan cenderung mengonsumsi minuman manis dalam jumlah yang
tinggi.8,9
Menurut beberapa survei yang dilakukan di Iran dan Amerika Serikat
ditemukan bahwa perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu masih tergolong buruk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Shekarchizadeh terhadap mantan pecandu di Iran, dinyatakan bahwa 48% mantan
pecandu tidak teratur dalam menyikat gigi, 81% tidak pernah menggunakan dental
floss, 57% selalu mengonsumsi jajanan manis diantara jam makan, dan 57% sudah
setahun tidak berkunjung ke dokter gigi.10 Hasil yang sama juga ditemukan pada
penelitian yang dilakukan Morio dkk, 39% tidak pernah menyikat gigi, 67% tidak
pernah menggunakan dental floss, 89% mengonsumsi makanan ringan, 94%
mengonsumsi minuman bersoda.11 Saat ini masih minim sekali laporan mengenai
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu narkoba di
Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.11
Perilaku erat hubungannya dengan pengetahuan. Menurut Notoatmojo,
pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang menentukan perilaku
seseorang.12 Individu dengan pengetahuan yang baik akan memiliki kecenderungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

untuk memiliki perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik pula.
Dengan pengetahuan yang adekuat mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut
dan cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang tepat, diharapkan adanya
perubahan perilaku menjadi lebih baik. Berdasarkan penelitian Scheutz mengenai
pengetahuan, sikap, dan perilaku pada pecandu narkoba, ditemukan bahwa
pengetahuan pecandu mengenai pencegahan gigi berlubang dan penyakit periodontal
sangat terbatas.13
Program promosi kesehatan gigi dan mulut sangat diperlukan, mengingat
tujuan rehabilitasi yang bukan hanya menghentikan penggunaan narkoba dan
memperbaiki masalah kesehatan, baik kesehatan umum maupun kesehatan gigi dan
mulut, namun juga perubahan perilaku menjadi lebih baik. Panti rehabilitasi narkoba
seharusnya dipertimbangkan sebagai wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan
mengintegrasikan program kesehatan gigi dan mulut dengan program lain yang
disediakan untuk mantan pecandu.10
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut pada mantan pecandu sabu di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui karakteristik pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan.
3. Mengetahui karakteristik perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
pada mantan pecandu sabu di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

4. Mengetahui tingkat perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada


mantan pecandu sabu di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kajian tentang pengaruh
penggunaan sabu terhadap perubahan perilaku, gaya hidup dan kesehatan
penggunanya.
2. Dapat memberi informasi kepada pengguna sabu bahwa selain berdampak
buruk terhadap kesehatan tubuh dan rongga mulut, juga menyebabkan masalah
perubahan perilaku kesehatan dan gaya hidup.
3. Dapat digunakan sebagai acuan bagi institusi kesehatan gigi dan mulut
untuk melakukan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat terhadap
penyalahgunaan sabu.
4. Dapat digunakan sebagai data dan sumber informasi bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa ini, banyak sekali zat-zat adiktif yang berbahaya bagi tubuh dan
menjadi masalah bagi manusia di berbagai belahan bumi. Salah satunya dikenal
dengan istilah narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) atau istilah
yang populer di kalangan masyarakat sebagai narkoba.6 Satu sisi narkoba merupakan
obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat menimbulkan
ketergantungan bila digunakan tanpa indikasi.14

2.1 Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat/bahan
berbahaya.14 Menurut Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, contohnya heroin, ganja dan kokain.15 Psikotropika
menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1997, adalah zat atau obat baik alami atau
sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku, contohnya ekstasi dan sabu. Zat adiktif/bahan berbahaya merupakan bahan
yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang yang menggunakannya akibat
timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis, contohnya alkohol.14

2.1.1 Sabu
Sabu atau metamfetamin (C10H15N) adalah kelompok narkoba golongan
stimulans turunan dari amfetamin yang bekerja secara langsung di sistem saraf pusat
dan memiliki efek adiktif yang kuat bila dibandingkan dengan jenis stimulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

lainnya.7 Nama kimia dari sabu adalah methamphetamine hidochloride, namun sabu
lebih dikenal dengan istilah lain seperti glass, beanies, chalk, crank, speed, yaba, hot
ice dan junk.9 Seperti amfetamin, sabu juga menyebabkan peningkatan kesadaran dan
aktivitas, serta mengurangi nafsu makan, namun efek dari sabu mampu bertahan lebih
lama.7 Efek stimulannya bisa bertahan antara 7 hingga 24 jam tergantung pada bentuk
dan cara penggunaanya.16
Sabu pertama kali disintesis di Jepang pada tahun 1919 oleh Ogata dan
digunakan untuk pengobatan parkinson, asma, depresi, dan penyakit lainnya.8,9 Pada
pertengahan 1940-1950 penyalahgunaan sabu mulai marak dilakukan karena efek
penggunaan sabu yang dapat mencegah kelelahan, meningkatkan kesadaran, dan
menurunkan nafsu makan. Sejak saat itu cara pembuatan, bentuk, dan cara
penggunaannya mulai bervariasi sehingga penyalahgunaan sabu terus berkembang.9

Gambar 1 : Struktur kimia methamphetamine (sabu)17

2.1.2 Jenis Sediaan Sabu dan Cara Penggunaannya


Sabu tersedia dalam beragam bentuk, warna, dan cara penggunaan. Hal ini
dikarenakan banyaknya variasi bahan dan resep dalam memproduksinya. 9,16 Adapun
beberapa bentuk sediaan sabu yaitu kristal, bubuk, tablet, dan cairan.16
Sabu dalam bentuk kristal dikenal dengan istilah ice, glass, crystal meth, dan
shabu merupakan jenis sabu yang paling banyak dikonsumsi karena bisa digunakan
dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara dihisap.8,9,16 Sabu jenis kristal
dibakar di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung yang satu ke ujung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

lainnya. Asap yang dihasilkan dihisap dengan menggunakan alat yang disebut bong,
yaitu sebuah pipa berisi air yang berfungsi sebagai filter untuk menyaring asap.16
Sabu dalam bentuk bubuk dikenal dengan istilah speed atau louie tersedia dalam
bermacam warna seperti putih, merah muda, jingga, cokelat, dan kuning. Sabu jenis
ini dikonsumsi dengan cara dihirup melalui hidung. Sabu dalam bentuk tablet
dikonsumsi secara oral, dan sabu dalam bentuk cairan disuntikkan melalui
intravena.16,18

Gambar 2: Berbagai sediaan sabu: a) kristal, b) serbuk,


c) tablet, dan d) cairan18

Gambar 3: Bong (alat untuk mengonsumsi sabu)17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2.1.3 Pecandu Sabu


Pecandu sabu adalah individu yang menyalahgunakan sabu dan dalam
keadaan ketergantungan pada sabu.15 Pecandu sabu bisa berasal dari berbagai
kelompok usia dan profesi. Individu yang menggunakan sabu mempunyai berbagai
pola, yaitu coba-coba (experimental use), untuk tujuan tertentu (instrumental use),
bersenang-senang (recreational use), dan sudah menjadi kebiasaan/kebutuhan
(regular use). Banyak orang khususnya remaja, mencoba menggunakan sabu untuk
memenuhi rasa penasarannya (experimental use), ada pula yang menggunakan sabu
agar bisa melaksanakan pekerjaan tertentu seperti supir yang harus melakukan
perjalanan jauh, atlet untuk meningkatkan energi selama berolahraga, dan
pelajar/mahasiswa untuk meningkatkan konsentrasi saat belajar (instrumental use).
Selain itu ada yang menggunakan sabu hanya untuk bersenang-senang dan
bersosialiasi seperti di tempat hiburan (recreational use). Pola selanjutnya adalah saat
sabu menjadi kebutuhan, konsumsi sabu dilakukan secara rutin baik mingguan
bahkan harian (regular use).9,16

2.1.4 Mekanisme Kerja Sabu


Sabu bekerja pada neurotransmitter yang membawa pesan di sistem saraf,
yaitu neurotransmiter dopamin karena kemiripan strukturnya.19 Neurotransmiter
dopamin diketahui berperan penting pada sejumlah perilaku termasuk gerakan dan
pengaturan suasana hati (mood), jika aktivitas neurotransmiter dopamin terlalu sedikit
dapat menyebabkan depresi dan jika terlalu banyak dapat menyebabkan sebuah
kondisi manic (asal kata untuk mania atau maniak).20
Prinsip kerja sabu adalah menyebabkan pelepasan monoamine dari sel-sel
otak, yang berdampak pada meningkatnya suasana hati, bertambahnya kewaspadaan,
serta meredakan capek dan rasa kantuk. Pada 1 jam pertama pasca pemakaian sabu,
yang langsung dirasakan adalah perasaan senang yang luar biasa (euforia).
Kandungan sabu yang mirip dengan neurotransmitter dopamin akan merangsang
pelepasan dopamin secara berlebihan. Energi, kesadaran, konsentrasi, aktivitas dan
mood akan mengalami peningkatan sedangkan nafsu makan menjadi menurun.19 Efek

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

ini akan bertahan antara 4-12 jam sejak pemakaian. Efek positif yang dirasakan ini
akan merangsang dopamine reward system, dimana pengguna sabu ingin mengulangi
pemakaian demi merasakan sensasi yang sama.
Setelah efek sabu menghilang, sensasi yang dirasakan adalah sakit kepala,
sulit berkonsentrasi, hilangnya semangat, depresi, dan kelelahan yang bisa bertahan
hingga 24 jam. Untuk bisa kembali merasa normal, pengguna akan terdorong untuk
kembali menggunakan sabu dengan dosis serta frekuensi yang lebih tinggi dan cara
pemakaian yang berbeda. Fenomena ini dikenal dengan istilah toleransi dimana dosis
yang sama pada pemakaian awal tidak akan memberikan efek euforia yang sama.7,9
Lama kelamaan pemakaian sabu yang diiringi dengan peningkatan dosis dan
frekuensi akan menyebabkan ketergantungan.9

2.1.5 Pengaruh Sabu Terhadap Sistem Saraf Pusat dan Fungsi Kognitif
Sistem saraf pusat adalah bagian yang paling terkena dampak akibat
penyalahgunaan sabu. Beberapa struktur yang mengalami perubahan adalah
neurotransmitter dopamine, gray matter, dan hipokampus. Efek negatif sabu pada
neurotransmiter dopamin adalah kandungannya yang dapat meracuni sel-sel yang
terdiri dari neurotransmiter ini. Jumlah yang berakumulasi menunjukkan bahwa sabu
yang dikonsumsi berulang kali dalam dosis tinggi, dapat menimbulkan radikal bebas
yang merusak sel-sel otak. Pada akhirnya, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan
yang berkelanjutan untuk fungsi sel-sel yang terdiri dari dopamin.
Studi pemetaan otak pada pecandu sabu menunjukkan adanya perubahan pada
aktivitas neurotransmitter dopamin dan perubahan struktur serta fungsi otak.16
Berdasarkan penelitian Sekine et al dengan metode positron emission tomography
(PET) terhadap pecandu sabu (yang hanya mengonsumsi narkoba jenis sabu) dan
bukan pecandu, ditemukan bahwa pada pecandu sabu jangka panjang terjadi
penurunan kepadatan dopamin transporter yang berhubungan dengan kecepatan
motorik, emosi, ingatan, kemampuan verbal dan kognitif.7,9,20
Struktur otak lainnya yang terkena dampak adalah gray matter (penghubung
abu-abu) yang berfungsi sebagai pusat pemrosesan dan untuk menganalisis informasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Berdasarkan pengamatan klinis menggunakan metode PET pada kelompok pecandu


sabu dan kelompok kontrol, terjadi penurunan volume gray matter yang lebih besar
pada pecandu sabu jangka panjang. Bila pada kelompok kontrol terjadi penurunan
volume sebesar 0,1-3,5% setiap dekade, penurunan pada kelompok pecandu adalah
6,4-8,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok pecandu sabu lebih rentan
mengalami gangguan kognitif dan proses degeneratif.21
Ditemukan perbedaan yang signifikan antara volume hipokampus pada
kelompok mantan pecandu sabu dan kelompok kontrol, dimana volume hipokampus
pada kelompok sabu lebih kecil karena mengalami atrofi. Hipokampus berperan
penting dalam penyimpanan memori jangka panjang. Berkurangnya volume
hipokampus dihubungkan dengan penurunan daya ingat.22
Beberapa studi menemukan bahwa kerusakan di otak akibat pemakaian sabu
jangka panjang bersifat reversibel sebagian. Fungsi verbal dan motorik menunjukkan
perbaikan setelah menghentikan pemakaian selama ± 14 bulan.7 Studi lain dengan
teknik neuroimaging menunjukkan pemulihan pada bagian dopamin transporter
setidaknya memerlukan waktu 2 tahun bahkan lebih, sedangkan pada bagian lainnya
menyebabkan kerusakan permanen yang bisa memicu terjadinya stroke, edema
serebral, perdarahan otak, dan psikosis.7,9

Gambar 4: Perubahan yang terjadi pada dopamin transporter di otak7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

2.1.6 Manifestasi Oral Pada Pecandu Sabu


Penelitian menunjukkan bahwa pecandu sabu lebih rentan mengalami masalah
rongga mulut bila dibandingkan dengan bukan pecandu. Umumnya pecandu sabu
memiliki lebih dari satu masalah pada rongga mulutnya.23 Berbagai masalah ini
muncul akibat pengaruh langsung dari sabu dan diperparah oleh pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut yang inadekuat dan perubahan gaya hidup.8,18,24
Beberapa masalah rongga mulut yang sering dijumpai pada pecandu sabu
antara lain:
1. Xerostomia
Xerostomia atau mulut kering merupakan kondisi yang paling umum dijumpai
pada pecandu sabu.24 Penyebab utama xerostomia yang dipicu oleh pemakaian sabu
masih belum dapat dijelaskan secara pasti, namun hal ini mungkin disebabkan
aktivasi reseptor alpha-adrenergic pada pembuluh darah kelenjar saliva yang
berakibat pada terjadinya vasokonstriksi sehingga aliran saliva menjadi berkurang
dan menyebabkan rongga mulut menjadi kering.7,18,25,26 Kerja sabu yang
meningkatkan metabolisme dan aktivitas fisik, menyebabkan dehidrasi dan hal ini
ikut berperan dalam terjadinya xerostomia. Kondisi rongga mulut yang kering dan
tubuh yang mengalami dehidrasi akan mendorong pecandu sabu untuk mengonsumsi
minuman bersoda dalam jumlah tinggi.7,9,18,25,26
2. Meth Mouth
Meth mouth adalah karies spesifik yang terjadi pada pecandu sabu.9 Ciri khas
meth mouth adalah kerusakan yang parah pada permukaan gigi dan melibatkan lebih
dari satu gigi. Umumnya, karies terjadi pada permukaan bukal gigi posterior dan
permukaan interproksimal gigi anterior hingga akhirnya merusak semua bagian
mahkota.7,18,26 Penyebab terjadinya meth mouth pada pecandu sabu bersifat
multifaktorial, antara lain: kandungan sabu yang bersifat asam dan mengiritasi, kerja
sabu yang menyebabkan penurunan produksi saliva sehingga efek efek self-cleansing
menjadi menurun, konsumsi minuman manis/bersoda yang tinggi akibat dehidrasi,
kecenderungan untuk menggertakkan gigi akibat aktifnya otot mastikasi, serta durasi
efek sabu terhadap otak yang cukup lama, sehingga penggunanya menjadi malas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

untuk melakukan pemeliharaan rongga mulut. Sering dijumpai kasus dimana gigi
tidak bisa lagi dipertahankan, sehingga satu-satunya perawatan yang bisa dilakukan
adalah ekstraksi.27

Gambar 5: Meth mouth pada pecandu sabu 9

3. Keausan pada gigi


Keausan gigi yang parah banyak ditemukan pada pecandu sabu. Pengguna
sabu mempunyai energi dan aktivitas neuro-muskular yang sangat tinggi, sehingga
otot mastikasi menjadi lebih aktif dan berakibat pada terjadinya bruksism atau
kebiasaan menggertakkan gigi, hal ini akan menyebabkan terjadinya keausan pada
permukaan gigi dalam waktu yang relatif cepat.9,26

Gambar 6: Keausan pada gigi anterior9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

4. Penyakit Periodontal
Pecandu sabu juga lebih rentan mengalami penyakit periodontal. Hal ini
disebabkan oleh kandungan sabu yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
sehingga suplai darah ke jaringan periodontal menjadi berkurang.9 Dengan
pemakaian sabu yang berkelanjutan dan vasokonstriksi yang terjadi secara terus
menerus, lama kelamaan pembuluh darah yang menyuplai jaringan rongga mulut
akan mengalami kerusakan.9,27

Gambar 7: Kerusakan pada jaringan periodontal9

5. Ulserasi Mukosa
Ulserasi mukosa rongga mulut disebabkan oleh efek lokal sabu yang
digunakan secara dihisap/intranasal. Bahan-bahan toksik yang terkandung dalam sabu
akan terakumulasi di rongga mulut dan mengiritasi mukosa.9
6. Kanker rongga mulut
Kanker adalah penyakit yang terjadi bila terdapat pembelahan sel secara
abnormal dan tidak terkontrol, sel-sel ini disebut sebagai kanker atau keganasan.
Kanker rongga mulut umumnya terjadi di daerah bibir bagian bawah, bagian dalam
rongga mulut, kelenjar saliva, dan jaringan lunak rongga mulut. Merokok dan
mengunyah tembakau, serta konsumsi minuman beralkohol merupakan kebiasaan
buruk yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kanker rongga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

mulut. Umumnya pecandu sabu merupakan perokok aktif, hal ini merupakan alasan
mengapa pecandu sabu sangat berisiko mengalami kanker rongga mulut.

2.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil atau wujud dari penginderaan terhadap suatu
objek tertentu.12 Penginderaan terjadi melalui pancaindera. Pengetahuan bisa
didapatkan secara alami ataupun melalui pendidikan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan hal yang penting demi terbentuknya tindakan.27
Pengetahuan individu terhadap suatu objek terbagi menjadi beberapa
intensitas atau tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat kembali informasi spesifik dari
seluruh materi yang telah dipelajari sebelumnya. Karena itu, tahu adalah tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang suatu informasi antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan
menyatakan.
2. Memahami (comprehension), adalah kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan apa yang telah dipelajari secara benar. Orang yang memiliki
pemahaman mengenai suatu objek akan mampu menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, dan meramalkan objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application), adalah kemampuan untuk menggunakan informasi
yang telah dipelajari bila dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis), adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke
dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis), adalah kemampuan untuk menggabungkan bagian-
bagian tertentu ke dalam bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada. Misalnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

dapat menyusun, merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan dengan teori yang


telah ada.
6. Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk menilai atau melakukan
justifikasi terhadap suatu objek. Penilaian tersebut bisa dilakukan berdasarkan kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.12

2.3 Perilaku
Perilaku adalah hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia
dengan lingkungannya. Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Menurut
Notoatmodjo, perilaku adalah segala tindakan dan aktivitas dari individu baik yang
dapat diamati maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.11 Perilaku manusia
merupakan cerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap,
reaksi, rasa takut, cemas, dan sebagainya. Perilaku manusia dibentuk dari faktor yang
berasal dari dalam diri manusia (unsur kejiwaan) dan faktor yang berasal dari luar
(unsur lingkungan).28 Manusia berperilaku dan beraktivitas karena adanya kebutuhan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu, kebutuhan ini akan menyebabkan timbulnya
motivasi yang bertindak sebagai penggerak. Bila perilaku telah dilaksanakan dan
tujuannya tercapai, maka kepuasan pun akan diperoleh.
Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Pada perilaku tertutup, respon terhadap stimulus masih dalam bentuk
terselubung sehingga tidak bisa diamati dari luar (unobservable behavior). Respon
seseorang masih terbatas pada bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan
sikap terhadap stimulus yang ada.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Pada perilaku terbuka, respon terhadap stimulus sudah diwujudkan dalam
bentuk tindakan sehingga dapat diamati oleh pihak lain (observable behavior).11,28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

4.3.1 Tahap Pembentukan Perilaku


Perilaku adalah proses yang dilakukan berulang kali. Perilaku tidak dapat
muncul begitu saja. Sebelum individu memiliki perilaku baru, maka individu tersebut
akan melalui beberapa tahapan. Proses tersebut antara lain:
a. Awareness (Kesadaran)
Awareness merupakan tahap awal dalam mengadopsi sebuah perilaku. Karena
dengan kesadaran ini akan memicu seseorang untuk berfikir lebih lanjut tentang apa
yang ia terima.
b. Interest (Ketertarikan)
Interest merupakan tahap kedua setelah seseorang sadar terhadap suatu
stimulus. Seseorang pada tahap ini sudah mulai melakukan suatu tindakan dari
stimulus yang diterimanya.
c. Evaluation (Menimbang)
Evaluation merupakan sikap seseorang dalam memikirkan baik buruk
stimulus yang ia terima setelah adanya sikap ketertarikan. Apabila stimulus yang
dianggap buruk atau kurang berkesan, maka ia akan diam atau acuh. Sebaliknya bila
stimulus tersebut dianggap baik, ia akan membuat seseorang melakukan suatu
tindakan.
d. Trial (Mencoba)
Trial merupakan tahap lanjutan pada seseorang yang telah mampu
memikirkan stimulus yang diperoleh baik atau buruk. Sehingga menimbulkan
keinginan untuk mencoba.
e. Adoption (Mengadopsi)
Adoption merupakan tahap terakhir setelah dilewati tahapan-tahapan
sebelumnya. Perilaku ini akan muncul sesuai dengan kesadaran, pengetahuan, dan
sikap yang dimiliki seseorang. Sehingga ia mampu melakukan suatu tindakan yang
dianggap baik atau salah sesuai stimulus yang ia terima.29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

2.4 Kesehatan Gigi dan Mulut


Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Selain
kesehatan tubuh secara umum, kesehatan gigi dan mulut juga tak kalah penting,
karena kesehatan gigi dan mulut dapat menggambarkan kondisi kesehatan tubuh.30
Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan dan merupakan bagian integral
dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan segera sebelum
terlambat dan dapat memengaruhi kondisi kesehatan seseorang.

2.4.1 Dampak Bila Tidak Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut


1. Karies
Karies merupakan kerusakan permanen pada bagian permukaan keras gigi
yang berkembang menjadi pembukaan atau lubang kecil pada gigi. Kerusakan ini
ditandai dengan timbulnya bercak putih pada permukaan gigi yang lama-kelamaan
akan membentuk lubang. Proses terjadinya karies diawali dengan reaksi antara
bakteri yang terdapat pada plak dengan sisa makanan yang tidak dibersihkan sehingga
menghasilkan asam dan racun. Reaksi ini akan menyebabkan suasana rongga mulut
menjadi asam dan menyebabkan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi.
2. Penyakit Gusi
Penyakit gusi, adalah inflamasi atau peradangan pada daerah gusi yang
merupakan akibat dari penumpukan plak dan kalkulus pada gigi karena pemeliharaan
kebersihan rongga mulut yang tidak adekuat. Gingivitis menyebabkan gusi menjadi
bengkak dan berdarah saat menyikat gigi. Dua tahapan utama dari penyakit gusi
adalah gingivitis dan periodontitis. Beberapa gejala penyakit gusi adalah, adanya
perdarahan, perubahan warna serta konsistensi pada gusi, dan bau mulut.31

2.4.2 Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut


Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan usaha penjagaan untuk
mencegah terjadinya kerusakan gigi serta kelainan rongga mulut lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Pemeliharaan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut
antara lain:
1. Menyikat Gigi
Menyikat gigi adalah tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut/kontrol
plak yang paling utama.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menyikat gigi, yaitu:
a. Frekuensi menyikat gigi
Frekuensi menyikat gigi yang direkomendasikan adalah setidaknya dua kali
sehari, pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.13 Menyikat gigi
sebelum tidur sangat penting karena saat tidur terjadi interaksi antara bakteri rongga
mulut dengan sisa makanan pada gigi.31
b. Cara menyikat gigi yang benar
Masalah yang seringkali ditemui pada masyarakat Indonesia adalah cara
menyikat gigi belum tepat. Pada prinsipnya menyikat gigi yang benar harus dapat
membersihkan semua sisa-sisa makanan yang tertinggal setelah makan. Gerakan sikat
tidak merusak jaringan gusi dan mengabrasi lapisan gigi serta tidak melakukan
penekanan secara berlebihan. Dalam menyikat gigi seluruh permukaan baik
permukaan luar dan permukaan dalam gigi harus dapat terjangkau.
c. Pemilihan sikat gigi yang tepat
Sikat gigi menjadi salah satu faktor dalam menjaga kesehatan gigi. Kesalahan
dalam memilih dan menggunakan sikat gigi menyebabkan sisa-sisa makanan yang
ada di sela gigi tidak dapat terjangkau. Penggunaan sikat gigi dengan bulu sikat
lembut sangat disarankan karena lebih nyaman dan tidak melukai gusi. Menurut
American Dental Association, ukuran kepala sikat harus sesuai dengan rongga mulut
untuk bisa menjangkau seluruh permukaan gigi dengan mudah. Dengan teknik yang
tepat, sikat gigi setidaknya mampu bertahan hingga 3 bulan. Bila bulu sikat telah
mengembang, sebaiknya sikat gigi segera diganti dengan yang baru.31
d. Penggunaan pasta gigi mengandung fluoride
Fluoride dibutuhkan oleh gigi untuk melindungi gigi dari kerusakan.
Penggunaan pasta gigi dengan fluoride merupakan salah satu cara yang efektif dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

ekonomis dalam usaha pencegahan karies.32 Selain terdapat pada pasta gigi, di negara
maju seperti belanda dan amerika serikat, sebagian besar jumlah fluoride berasal dari
air minum fluoridasi. Frekuensi penggunaan pasta gigi berflouride yang disarankan
adalah sesering mungkin atau setiap menyikat gigi.33
2. Penggunaan dental floss atau benang gigi
Walaupun sikat gigi mampu membersihkan plak di berbagai permukaan gigi,
metode sikat gigi kurang efektif untuk membersihkan plak yang terdapat pada bagian
interproksimal gigi posterior. Penggunaan dental floss atau benang gigi untuk
membersihkan permukaan interproksimal gigi mampu membersihkan hingga 80%
plak pada interdental.34 American Dental Association menyarankan penggunaan
dental floss setidaknya satu kali setiap hari.
3. Diet sehat, dan batasi jajanan diantara jam makan dan minuman bersoda
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa diet atau pola makan sangat erat
kaitannya dengan tingkat kejadian karies. Diet tinggi karbohidrat seperti glukosa dan
sukrosa akan menyebabkan gigi menjadi lebih rentan mengalami karies. Kedua jenis
karbohidrat tersebut dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
sehingga pH rongga mulut akan mengalami penurunan. Bila terus dibiarkan, lama-
kelamaan akan terjadi proses demineralisasi pada permukaan gigi yang rentan dan
proses karies pun dimulai.35 Beberapa contoh makanan dan minuman yang erat
kaitannya dengan karies (kariogenik) antara lain permen, kopi, dan minuman bersoda.
Pemilihan asupan nutrisi sangatlah penting, perbanyak konsumsi makanan yang baik
untuk kesehatan gigi dan mulut seperti buah-buahan dan sayur berserat, daging, telur,
dan ikan yang kaya fosfor, serta produk olahan susu seperti keju dan yogurt.36
4. Menghindari narkoba, alkohol, dan rokok
Kandungan berbahaya dalam narkoba, alkohol, dan tar juga bisa
menyebabkan kerusakan gigi dan rongga mulut.37
5. Pemeriksaan secara berkala ke Dokter Gigi
Melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi juga tak kalah penting. Kunjungan
rutin setiap 6 bulan sekali sangat disarankan.33 Pencegahan lebih baik daripada
pengobatan, dokter gigi akan memberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

mulut serta melakukan pemeriksaan kesehatan rongga mulut. Bila ditemukan adanya
masalah pada gigi dan mulut seperi karies, penyakit periodontal, trauma, kanker
mulut dan kelainan lainnya, perawatan bisa segera dilakukan di tahap awal sehingga
masalah bisa diatasi sebelum berkembang menjadi lebih parah.36

2.5 Profil Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf


Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan atau yang dikenal dengan PSPP
Insyaf Medan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia yang
berdasarkan KEPMENSOS RI No.59/HUK/2003, mempunyai tugas untuk
melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkoba
yang meliputi: bimbingan mental, sosial, fisik, dan pelatihan keterampilan praktis
agar mereka mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, rujukan
regional, pengkajian, dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta
koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sasaran program dari Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf
adalah mantan penyalahguna narkoba yang sudah tidak ketergantungan dan yang
masih ketergantungan, lingkungan korban penyalahgunaan narkoba, lingkungan
sosial korban narkoba seperti: lingkungan kerabat, lingkungan teman sebaya,
lingkungan sekolah, lingkungan sekitar tempat tinggal korban narkoba. Kapasitas
daya tampung dan isi PSPP Insyaf dalam melaksanakan rehabilitasi sosial adalah
kapasitas isi sebesar 250 orang dan kapasitas tampung sebesar 200 orang.
Proses rehabilitasi sosial di Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra
Insyaf terdiri atas beberapa tahapan, yaitu:
1. Pendekatan Awal
Kegiatan yang mengawali proses rehabilitasi yang dilaksanakan di masyarakat
untuk mendapatkan kemudahan dan kerjasama dengan mengadakan kontak langsung
dengan pemerintah daerah dan keluarga. Pendekatan awal dilakukan untuk
mendapatkan gambaran dan informasi yang jelas guna penetapan calon klien (mantan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

pecandu yang akan menjalani rehabilitasi), serta menumbuhkan minat mereka untuk
direhabilitasi dan termotivasinya orang tua untuk menyerahkan anaknya mengikuti
program rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf.
2. Penerimaan
Merupakan kegiatan registrasi yang berhubungan dengan persyaratan
administrasi berupa pencatatan dalam buku induk, pengisian formulir, interview dan
penempatan mantan pecandu pada asrama.
3. Assesment
Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai latar belakang
permasalahan individu mantan pecandu meliputi: bakat, minat, potensi yang dimiliki,
kemampuan, harapan dan rencananya untuk masa depan yang dapat digunakan untuk
pemecahan masalah serta upaya lain untuk pengembangan potensinya.
4. Bimbingan Sosial
Meliputi pembinaan fisik, mental psikologis dan mental keagamaan.
Disamping itu, mantan pecandu juga mendapatkan bimbingan ketrampilan praktis.
5. Resosialisasi
Merupakan kegiatan untuk mempersiapkan mantan pecandu kembali ke
masyarakat dalam membantu proses pemulihan harga diri klien melalui kegiatan
magang, kewirausahaan, bantuan stimulan usaha ekonomi produktif dan penyaluran
klien.
6. Rujukan & Bimbingan Lanjut
Merupakan kegiatan untuk memantapkan kesembuhan dan kepulihan mantan
pecandu dan agar terbina lingkungan keluarga, sekolah dan kerja yang mendukung
pemantapan sosialnya.38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

2.6 Kerangka Konsep

Mantan Pecandu Sabu di


PSPP Insyaf Medan

Pengetahuan Kesehatan Gigi Perilaku Pemeliharaan


dan Mulut Kesehatan Gigi dan Mulut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei deskriptif untuk mengetahui
gambaran pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra
Insyaf Medan yang berlokasi di Jalan Berdikari No.37 Desa Lau Bakeri, Kabupaten
Deli Serdang, Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, survei awal,
mempersiapkan proposal penelitian dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian
sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian dimulai pada bulan Desember 2017 –
April 2019.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi di
Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putera Insyaf yaitu sebanyak 200 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian
Pengambilan Sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang berjumlah 130 orang.
Kriteria inklusi, yaitu:
a. Mantan pecandu sabu dengan riwayat berhenti memakai sabu ≤ 2 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

b. Bersedia untuk ikut serta dalam penelitian dan menandatangani lembar


persetujuan setelah penjelasan dan kooperatif
Kriteria eksklusi, yaitu memiliki riwayat gangguan mental

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Tabel 1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1 Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Jawaban Nominal
kesehatan responden mengenai benar = 1
gigi dan kesehatan gigi dan Jawaban
mulut mulut salah = 0
Yang meliputi:
1. Tujuan menyikat Pengetahuan
gigi, yaitu untuk baik, bila
mencegah gigi skor
berlubang dan jawaban
penyakit gusi responden
2. Frekuensi yang ≥80%.
tepat untuk
menyikat gigi, Pengetahuan
yakni dua kali cukup, bila
dalam sehari skor
3. Waktu yang tepat jawaban 60-
untuk menyikat 79%.
gigi, yaitu pada
pagi hari setelah Pengetahuan
sarapan dan malam kurang, bila
hari sebelum tidur skor
4. Permukaan gigi jawaban
yang harus disikat <60%39
yaitu seluruh
permukaan gigi
5. Jenis makanan
yang dapat
menyebabkan gigi
berlubang yaitu
makanan yang
mengandung gula

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Lanjutan Tabel 1. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional


Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
6. Pengertian plak Kuesioner Jawaban Nominal
gigi, adalah benar = 1
akumulasi Jawaban
deposit lunak salah = 0
yang membentuk
biofilm, Pengetahuan
menempel pada baik, bila
permukaan gigi skor jawaban
dan permukaan responden
keras lainnya ≥80%.
pada rongga
mulut Pengetahuan
7. Penyebab gusi cukup, bila
berdarah, yaitu skor jawaban
peradangan pada 60-79%.
gusi
8. Akibat dari Pengetahuan
melekatnya sisa kurang, bila
makanan pada skor jawaban
gigi yang tidak <60%38
dibersihkan, yaitu
dapat
menyebabkan
gigi berlubang
9. Manfaat
kandungan fluor
pada pasta gigi,
yaitu untuk
mencegah gigi
berlubang
10. Ada tidaknya
pengaruh
kesehatan gigi
dan mulut
terhadap
kesehatan tubuh
secara umum,
yaitu ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Lanjutan Tabel 1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
11. Salah satu Kuesioner Jawaban Nominal
penyebab kanker benar = 1
rongga mulut, Jawaban
yaitu merokok salah = 0
dan mengunyah
tembakau Pengetahuan
12. Frekuensi baik, bila
kunjungan ke skor jawaban
dokter gigi, yaitu responden
minimal 6 bulan ≥80%.
sekali
Pengetahuan
cukup, bila
skor jawaban
60-79%.

Pengetahuan
kurang, bila
skor jawaban
<60%38
2 Perilaku Tindakan sehari-hari Kuesioner Jawaban Nominal
pemeliharaan responden dalam benar = 1
kesehatan pemeliharaan Jawaban
gigi kesehatan gigi dan salah = 0
dan mulut mulut.
Yang meliputi: Perilaku baik,
1. Frekuensi bila skor
menyikat gigi, jawaban
idealnya adalah responden
dua kali dalam ≥80%.
sehari
2. Waktu menyikat Perilaku
gigi, adalah pada cukup, bila
pagi setelah skor jawaban
sarapan dan malam 60-79%.
sebelum tidur
Perilaku
kurang, bila
skor jawaban
<60%38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Lanjutan Tabel 1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
3. Penggunaan pasta Kuesioner Jawaban Nominal
gigi untuk benar = 1
menyikat gigi, Jawaban
adalah setiap kali salah = 0
menyikat gigi
4. Permukaan gigi Perilaku
yang biasa disikat, baik, bila
yaitu seluruh skor jawaban
permukaan gigi. responden
5. Waktu mengganti ≥80%.
sikat gigi, yaitu
ketika bulu sikat Perilaku
telah cukup, bila
6. Tindakan yang skor jawaban
dilakukan bila 60-79%.
terjadi masalah
gigi dan mulut Perilaku
seperti karang gigi kurang, bila
dan gusi skor jawaban
7. Riwayat kunjungan <60%38
ke dokter gigi,
waktu saat
responden terakhir
kali datang ke
praktik doktek gigi
untuk
memeriksakan
rongga mulutnya.

3.5 Cara Pengumpulan Data


1. Penelitian dimulai dengan meminta persetujuan melakukan penelitian
dengan mengisi lembar persetujuan setelah penjelasan.
2. Kuesioner dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama, mengenai
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut diisi langsung oleh subjek penelitian
berdasarkan pengetahuan yang ia miliki, sedangkan kuesioner bagian kedua,
mengenai perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut diisi oleh pewawancara
berdasarkan praktik pemeliharaan yang dilakukan responden setiap harinya. Untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

menghindari terjadinya data yang bias, kuesioner bagian perilaku dibagikan terlebih
dahulu.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak komputer dan
selanjutnya data mengenai pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut dihitung dalam bentuk persentase.

3.7 Etika Penelitian


Etika penelitian mencakup:
1. Komisi Etik (Ethical Clearance)
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada
Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat
internasional maupun nasional.
2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan terlebih dahulu tujuan dilakukannya penelitian,
tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal
lain yang berkaitan dengan penelitian.
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti karena data yang ditampilkan berupa data kelompok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden


Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden di Panti Sosial Pamardi
Putera Insyaf berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan usia, responden terbanyak yaitu
usia 20-29 tahun sebesar 50%, diikuti dengan usia 30-39 tahun sebesar 27,69%, usia
≤19 tahun sebesar 17,69%, dan usia ≥40 tahun sebesar 4,62%. Mayoritas responden
merupakan tamatan SMA/SMK sederajat yaitu sebesar 53,10%, tamatan SMP
35,40%, tamatan SD 5,4%, Sarjana 3,8%, Diploma 1,5%, dan tidak bersekolah 0,8%.
Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebesar 66,2% dan sisanya tidak
bekerja. Berdasarkan masa rehabilitasi, dijumpai responden dengan masa rehabilitasi
3-6 bulan dengan persentase tertinggi sebanyak 46,9%, >6 bulan sebanyak 38,5%,
dan <3 bulan sebanyak 14,6%. Sebagian besar responden memiliki kebiasaan
merokok sebesar 99,2%, dan hanya 0,8% yang tidak memiliki kebiasaan merokok.
Responden yang mengonsumsi rokok <10 batang/hari sebanyak 77,7%, 10-20
batang/hari 13,8%, dan >20 batang/hari 7,7%. (Tabel 2)

Tabel 2. Karakteristik mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)


Karakteristik Responden n %
Usia
≤19 Tahun 23 17,69
20-29 Tahun 65 50,00
30-39 Tahun 36 27,69
≥40 Tahun 6 4,62
Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah 1 0,80
SD 7 5,40
SMP 46 35,40
SMA/SMK Sederajat 69 53,10
Diploma (D3) 2 1,50
Sarjana (S1) 5 3,80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Lanjutan Tabel 2. Karakteristik mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Karakteristik Responden n %
Pekerjaan
Bekerja 86 66,20
Tidak bekerja 44 33,80
Masa Rehabilitasi
< 3 bulan 19 14,60
3-6 bulan 61 46,90
> 6 bulan 50 38,50
Kebiasaan merokok
Merokok 129 99,20
Tidak merokok 1 0,80
Jumlah rokok/hari
<10 batang 101 77,70
10-20 batang 18 13,80
>20 batang 10 7,70
Tidak merokok 1 0,80

4.2 Riwayat Mengonsumsi Sabu


Sebagian besar responden sebesar 54,62% telah berhenti mengonsumsi sabu
selama <6 bulan, dan 45-38% sudah berhenti selama 1-2 tahun. Berdasarkan lama
mengonsumsi sabu, ditemukan responden yang mengonsumsi sabu selama 1,5-4,9
tahun dengan persentase 43,1%, 5-9,9 tahun sebesar 35,4%, dan ≥10 tahun sebesar
21,5%. Berdasarkan cara mengonsumsi sabu, diketahui bahwa mayoritas responden
memiliki riwayat mengonsumsi sabu dalam bentuk bubuk dengan cara dihisap
menggunakan alat yang disebut bong sebanyak 92,3%, secara oral dan injeksi
masing-masing sebesar 3,1%, dan dihirup sebesar 1,5%. Sebesar 39,23% responden
mengonsumsi sabu untuk bersenang-senang, 28,46% mengonsumsi sabu dengan
tujuan coba-coba, 15,38% mengonsumsi sabu untuk lari dari masalah/depresi,
13,85% mengonsumsi sabu untuk tujuan tertentu, 2,31% mengonsumsi sabu agar
merasa tenang/rileks, dan 0,77% mengonsumsi sabu karena sudah merupakan
kebutuhan (Tabel 3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Tabel 3. Riwayat mengonsumsi sabu pada mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf
Medan (n=130)
Riwayat Mengonsumsi Sabu n %
Lama berhenti mengonsumsi sabu
<6 bulan 71 54,62
1-2 tahun 59 45,38
Lama mengonsumsi sabu
<5 tahun 56 43,10
5 – < 10 tahun 46 35,40
≥10 tahun 28 21,50
Cara mengonsumsi sabu
Dihisap 120 92,30
Oral 4 3,10
Injeksi 4 3,10
Nasal 2 1,50
Tujuan mengonsumsi sabu
Bersenang-senang 51 39,23
Coba-coba 37 28,46
Tujuan tertentu 18 13,85
Lainnya
Lari dari masalah/stress/depresi 20 15,38
Agar tenang/rileks 3 2,31
Kebutuhan 1 0,77

4.3 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mantan Pecandu Sabu
di PSPP Insyaf Medan
Persentase pengetahuan kesehatan gigi dan mulut responden menunjukkan
banyak responden yang mengetahui tentang permukaan gigi yang harus disikat
sebesar 90%, jenis makanan penyebab gigi berlubang sebesar 83,08%, dan
ada/tidaknya pengaruh kesehatan rongga mulut terhadap kesehatan tubuh secara
umum sebesar 82,31%. Lebih dari separuh responden yang mengetahui tentang
tujuan menyikat gigi sebesar 65,38%, frekuensi dan waktu menyikat gigi sebesar
62,31%, serta akibat dari melekatnya sisa makanan yang tidak dibersihkan pada gigi
sebesar 73,85%. Masih sedikit responden yang tahu mengenai jenis sikat gigi yang
sebaiknya digunakan sebesar 55,38%, pengertian plak gigi sebesar 23,08%, penyebab
gusi berdarah dan manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi masing-masing sebesar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

26,92%, penyebab kanker rongga mulut dan frekuensi kunjungan minimal ke dokter
gigi masing-masing sebesar 40%. (Tabel 4)

Tabel 4. Persentase pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut n %
Tujuan menyikat gigi
Mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi 85 65,38
Agar gigi menjadi lebih putih dan bersih 22 16,92
Menghilangkan noda/stain yang menempel pada gigi 19 14,62
Tidak tahu 4 3,08
Frekuensi dan waktu menyikat gigi yang tepat
Dua kali sehari, pagi dan sore hari 28 21,54
Dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan 81 62,31
malam hari sebelum tidur
Setiap selesai makan 15 11,54
Tidak tahu 6 4,62
Jenis sikat gigi yang sebaiknya digunakan
Sikat gigi yang bulu sikatnya lembut dan ujung sikat 72 55,38
kecil
Sikat gigi yang bulu sikatnya keras 7 5,38
Sikat gigi yang bulu sikatnya lembut 32 28,46
Tidak tahu 14 10,77
Permukaan gigi yang harus disikat
Permukaan luar saja 6 4,62
Seluruh permukaan gigi 117 90,00
Permukaan dalam saja 2 1,54
Tidak tahu 5 3,85
Jenis makanan penyebab gigi berlubang
Makanan yang mengandung gula 108 83,08
Makanan berserat 8 6,15
Makanan asin 2 1,54
Tidak tahu 12 9,23
Pengertian plak gigi
Perubahan warna pada gigi 39 30,00
Akumulasi deposit lunak yang membentuk 30 23,08
biofilm, menempel pada permukaan gigi atau
permukaan keras lainnya pada rongga mulut
Bercak putih pada gigi 9 6,92
Tidak tahu 52 40,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Lanjutan Tabel 4. Persentase pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut n %
Penyebab gusi berdarah
Kekurangan kalsium 16 12,31
Infeksi gigi 24 18,46
Peradangan pada gusi 35 26,92
Tidak tahu 55 46,31
Akibat lengketnya sisa makanan yang tidak dibersihkan
pada gigi
Dapat menyebabkan gigi berlubang 96 73,85
Dapat menyebabkan kekurangan kalsium 5 3,85
Dapat menyebabkan gusi berdarah 5 3,85
Tidak tahu 24 18,46
Manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi
Memutihkan gigi 28 21,54
Mencegah penyakit gusi 16 12,31
Mencegah gigi berlubang 35 26,92
Tidak tahu 51 39,23
Ada tidaknya pengaruh kesehatan gigi dan mulut
terhadap kesehatan tubuh secara umum
Ada 107 82,31
Tidak 8 6,15
Tidak tahu 15 11,54
Salah satu penyebab kanker rongga mulut
Kekurangan kalsium 12 9,23
Merokok dan mengunyah tembakau 52 40,00
Kekurangan vitamin C 16 12,31
Tidak tahu 50 38,46
Frekuensi kunjungan ke dokter gigi minimal
6 (enam) bulan sekali 52 40,00
2 (dua) tahun sekali 9 6,92
3 (tiga) tahun sekali 3 2,31
Tidak tahu 66 50,77

Pengetahuan mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan mengenai


kesehatan gigi dan mulut paling banyak termasuk dalam kategori kurang sebesar
59,20%, kemudian cukup 31,50% dan baik 9,20%. (Tabel 5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Tabel 5. Tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu sabu
di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Kategori Pengetahuan n %
Baik 12 9,20
Cukup 41 31,50
Kurang 77 59,20

4.4 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mantan


Pecandu Sabu di PSPP Insyaf Medan
Hasil penelitian tentang perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan menunjukkan bahwa sebagian besar
responden sudah membiasakan menyikat gigi dua kali dalam sehari sebesar 81,54%,
selalu menggunakan pasta gigi sebesar 94,62%, menyikat seluruh permukaan gigi
sebesar 83,08%, dan rutin mengganti sikat gigi sebesar 96,92%. Masih sedikit
responden yang menyikat gigi di waktu yang tepat sebesar 16,92%, mengunjungi
dokter gigi bila terjadi masalah pada rongga mulut sebesar 10% dan memiliki riwayat
kunjungan ke dokter gigi dalam setahun terakhir sebesar 6,15% (Tabel 6).

Tabel 6. Persentase perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut n %
Frekuensi menyikat gigi
Tidak setiap hari/kadang-kadang 11 8,46
1 kali sehari 13 10,00
2 kali sehari 106 81,54
Waktu menyikat gigi
Pagi hari sebelum sarapan dan malam hari sebelum tidur 45 34,62
Pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum 22 16,92
tidur
Pagi hari setelah sarapan dan saat mandi sore 50 38,46
Pagi hari/sore hari saja 13 10,00
Penggunaan pasta gigi
Kadang-kadang 7 5,38
Tidak pernah 0 0,00
Setiap menyikat gigi 123 94,62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Lanjutan Tabel 6. Persentase perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut n %
Permukaan gigi yang disikat
Permukaan luar saja 17 13,08
Permukaan dalam saja 5 3,85
Seluruh permukaan gigi 108 83,08
Waktu penggantian sikat gigi
Tidak pernah 3 2,31
Ketika bulu sikat sudah mengembang 126 96,92
Setelah 1 tahun 1 0,77
Tindakan yang dilakukan bila terdapat masalah gigi dan
mulut seperti karang gigi atau gusi sering berdarah
Memeriksakan dan membersihkan karang gigi ke 13 10,00
praktik dokter gigi
Menyikat gigi 45 34,62
Dibiarkan 72 55,38
Riwayat kunjungan ke Dokter Gigi
Tidak pernah 107 82,31
1-2 tahun yang lalu 15 11,54
Kurang dari 1 tahun yang lalu 8 6,15

Hasil penelitian menunjukkan perilaku responden dalam hal pemeliharaan


kesehatan gigi dan mulut paling banyak termasuk kategori kurang sebesar 77,70%,
kategori cukup sebesar 18,50% diikuti kategori baik sebesar 3,80% (Tabel 7).

Tabel 7. Tingkat perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan (n=130)
Kategori Perilaku n %
Baik 5 3,80
Cukup 24 18,50
Kurang 101 77,70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden di Panti Sosial


Pamardi Putera Insyaf berjenis kelamin laki-laki. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Sherkarchizadeh terhadap mantan pecandu penghuni rehabilitasi narkoba di Iran yang
menunjukkan bahwa mayoritas responden sebesar 96% adalah laki-laki.10 Jumlah
penghuni panti rehabilitasi yang tidak sebanding antara laki-laki dan perempuan
disebabkan beberapa alasan, seperti stigma dalam masyarakat dan ketersediaan
fasilitas, kebanyakan pusat rehabilitasi hanya fokus pada pemakai narkoba berjenis
kelamin pria, sementara wanita memiliki banyak kebutuhan dan kewajiban yang
berbeda seperti harus membesarkan anak dan lain-lain, sehingga hal ini menjadi
penghalang bagi wanita yang menyalahgunakan narkoba untuk mendapatkan
pelayanan rehabilitasi.40,41
Responden terbanyak berusia antara 20-29 tahun sebesar 50% (Tabel 2). Hal
ini sesuai dengan hasil riset McKetin di Australia yang menunjukkan bahwa
mayoritas pelaku penyalahgunaan sabu adalah kelompok dewasa muda (young adult)
yang berusia antara 20-29 tahun.42 Usia dewasa muda adalah usia dimana seseorang
mulai mengenal dunia luar, mencoba hal-hal baru seperti sabu untuk memenuhi rasa
penasaran mereka. Sabu juga menjadi alat pelarian sesaat bagi individu dari masalah
dalam hidupnya, selain itu mudah dan murahnya akses untuk memperoleh sabu juga
menjadi faktor banyaknya dewasa muda yang menyalahgunakan sabu.8,9
Dari hasil penelitian terhadap seluruh responden, sebesar 92,3% responden
memiliki riwayat mengonsumsi sabu dengan cara dihisap menggunakan alat yang
disebut bong (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan hasil riset Roche pada tahun 2013
terhadap pemakai sabu di Australia, yang menunjukkan bahwa kasus penggunaan
sabu dengan cara dihisap adalah yang paling banyak ditemukan, yaitu sebesar 41%.43
Hal ini mungkin disebabkan karena efek sabu bisa langsung dirasakan bila digunakan
dengan cara dihisap.42,44 Saat dihisap, sabu memancarkan asap beracun yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

mengandung litium, asam sulfat, eter dan senyawa lainnya yang bersifat korosif
sehingga merusak struktur rongga mulut.9,25
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 99,2% responden memiliki
kebiasaan merokok (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Shekarchizadeh
terhadap mantan pecandu yang menempati pusat rehabilitasi narkoba di Iran, yaitu
sebesar 85% dari responden memiliki kebiasaan merokok. Hasil yang serupa juga
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Robinson terhadap pecandu narkoba
yang menjalani rehabilitasi di London, seluruh respondennya merupakan perokok
aktif.45 Banyak penelitian menyatakan bahwa ada hubungan erat antara
penyalahgunaan narkoba dengan kebiasaan merokok. Disebutkan bahwa individu
yang mengenal rokok sejak usia dini lebih rentan untuk mengalami kecanduan obat-
obatan di kemudian hari.46
Sebagian besar responden tidak mengetahui tentang pengertian plak gigi,
penyebab gusi berdarah, manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi, dan frekuensi
kunjungan minimal ke dokter gigi. Hanya sebesar 23,08% dari seluruh responden
yang mengetahui pengertian plak gigi, 26,92% yang mengetahui penyebab gusi
berdarah dan manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi, serta hanya 40% yang
mengetahui penyebab kanker rongga mulut dan frekuensi kunjungan minimal ke
dokter gigi (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa mereka selama ini kurang
mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang adekuat.13 Pecandu sabu
adalah kelompok minoritas yang cenderung mengasingkan diri sehingga akses
terhadap informasi kesehatan khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut menjadi
lebih sulit.
Secara umum, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan tergolong dalam kategori kurang sebesar 59,20% (Tabel
5). Selain minimnya edukasi yang diperoleh oleh responden, pengetahuan yang
kurang juga disebabkan faktor lain seperti kondisi sosioekonomi, pendidikan dan
pekerjaan. Pendidikan seseorang merupakan faktor yang penting dalam menunjang
pengetahuan, karena dengan pendidikan yang baik maka individu akan mampu
menerima banyak informasi dari luar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Hasil penelitian tentang perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan menunjukkan sebesar 81,54%
responden telah membiasakan menyikat gigi dua kali dalam sehari, namun perilaku
responden dalam hal waktu menyikat gigi masih belum benar, hanya sebesar 16,92%
responden menyikat gigi di waktu yang tepat (Tabel 6). Mayoritas responden
menyikat giginya di waktu yang salah yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan saat
mandi sore sebesar 38,46%. Responden cenderung melewatkan menyikat gigi pada
malam hari sebelum tidur. Hal ini sesuai dengan hasil RISKESDAS 2007 yang
menunjukkan bahwa angka menyikat gigi masyarakat Indonesia di malam hari masih
memprihatinkan, secara nasional hanya 28,7% dari masyarakat yang menyikat gigi
tepat sebelum tidur.47
Data yang diperoleh dari penelitian tentang permukaan gigi yang disikat,
didapatkan hasil bahwa 83,08% sudah membiasakan menyikat seluruh permukaan
gigi (Tabel 6). Claessen et al menganjurkan untuk menyikat seluruh permukaan gigi
saat menyikat gigi. Penyikatan dilakukan selama kurang lebih 2 menit agar
keseluruhan gigi dapat dibersihkan dengan tepat. Gigi posterior harus diperhatikan
karena umumnya karies terjadi pada gigi posterior.48
Sebesar 94,62% responden selalu menggunakan pasta gigi setiap menyikat
giginya, dan 96,92% rutin mengganti sikat giginya bila sikat gigi telah mengembang
(Tabel 6). Hal ini mungkin disebabkan pihak PSPP Insyaf Medan yang menyediakan
sikat dan pasta gigi baru setiap bulannya bagi penghuni panti. Sikat gigi sebaiknya
diganti setiap tiga bulan sekali atau bila sikat gigi telah mengembang. Hal ini
disebabkan sikat gigi yang telah mengembang tidak lagi efektif untuk membersihkan
plak dari gigi dan gusi karena tidak mampu mencapai seluruh sudut di rongga
mulut.49
Gambaran hasil penelitian berdasarkan perilaku bila terjadi masalah pada gigi
dan mulut seperti sakit gigi dan gusi yang sering berdarah masih belum tepat karena
sebagian besar responden memilih untuk membiarkan saja bila terjadi masalah pada
rongga mulutnya, hanya 10% dari responden yang memeriksakan giginya ke praktik
dokter gigi bila terjadi masalah. (Tabel 6). Hal ini sesuai dengan pernyataan Robinson

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

bahwa pelaku penyalahgunaan narkoba cenderung tidak peduli terhadap kesehatan


diri dan rongga mulutnya, kecuali bila terjadi rasa sakit yang tidak dapat ditahan
lagi.45 Selain itu hal ini mungkin juga disebabkan minimnya akses untuk memperoleh
pelayanan kesehatan gigi dan mulut karena tidak tersedianya fasilitas dan petugas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di lingkungan panti rehabilitasi.
Perilaku responden berdasarkan riwayat kunjungan rutin ke dokter gigi masih
belum tepat, hanya sebesar 6,15% yang memiliki riwayat kunjungan ke dokter gigi
dalam satu tahun terakhir (Tabel 6). Hasil ini hampir serupa dengan penelitian
Charnock mengenai akses pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada penyalahguna
narkoba di Inggris, yang menemukan bahwa hanya sebanyak 29% dari responden
yang memiliki riwayat kunjungan ke dokter gigi dalam satu tahun terakhir, dan 57%
responden menghindari kunjungan ke dokter gigi dikarenakan rasa takut terhadap
dokter gigi.50 Responden yang merupakan mantan pecandu sabu adalah individu yang
sulit dalam hal mendapatkan pelayanan kesehatan.45 Faktor seperti kecemasan
dental/rasa takut terhadap dokter gigi menjadi penghalang bagi responden untuk
mengunjungi dokter gigi secara rutin.10
Secara umum perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada responden
tergolong dalam kategori kurang sebesar 77,7% (Tabel 7). Hasil yang serupa
diperoleh pada penelitian Shekarchizadeh di Tehran bahwa penghuni panti
rehabilitasi narkoba memiliki perilaku yang kurang dalam hal pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut.10 Tingkat perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
yang masih kurang dapat disebabkan oleh pengetahuan yang kurang. Pengetahuan
yang baik akan mendukung individu untuk memiliki perilaku yang baik pula.
Pengetahuan dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang kurang
pada mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan disebabkan minimnya informasi
dan pembinaan yang diperoleh tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
serta tidak tersedianya sarana pelayanan untuk kesehatan gigi dan mulut di dalam
lingkungan panti rehabilitasi. Hal ini membutuhkan perhatian khusus, mereka
membutuhkan edukasi dan instruksi mengenai cara pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut yang baik dan benar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan pecandu
sabu di PSPP Insyaf Medan :
a. Responden yang menjawab tujuan menyikat gigi dengan jawaban benar
merupakan persentase tertinggi sebesar 65,38%.
b. Responden yang menjawab frekuensi dan waktu menyikat gigi yang tepat
dengan jawaban benar merupakan persentase tertinggi sebesar 62,31%.
c. Responden yang menjawab jenis sikat gigi yang sebaiknya digunakan
dengan jawaban benar merupakan persentase tertinggi sebesar 55,38%.
d. Responden yang menjawab permukaan gigi yang harus disikat dengan
jawaban yang benar merupakan persentase tertinggi sebesar 90%.
e. Responden yang menjawab jenis makanan penyebab gigi berlubang dengan
jawaban benar merupakan persentase tertinggi sebesar 83,08%.
f. Responden yang menjawab pengertian plak gigi dengan jawaban benar
hanya sebesar 23,08%.
g. Responden yang menjawab penyebab gusi berdarah dengan jawaban benar
hanya sebesar 26,92%.
h. Responden yang menjawab akibat bila sisa makanan yang menempel pada
gigi tidak dibersihkan dengan jawaban benar merupakan persentase
tertinggi sebesar 73,85%.
i. Responden yang menjawab manfaat kandungan fluor dalam pasta gigi
dengan jawaban yang benar hanya sebesar 26,92%.
j. Responden yang menjawab bahwa kesehatan gigi dan mulut memiliki
pengaruh terhadap kesehatan tubuh secara umum merupakan persentase
tertinggi sebesar 82,31%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

k. Responden yang menjawab penyebab kanker rongga mulut dengan


jawaban benar adalah sebesar 40%.
l. Responden yang menjawab frekuensi kunjungan minimal ke dokter gigi
dengan jawaban yang benar adalah sebesar 40%.
2. Berdasarkan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan, ditemukan sebanyak 59,20% responden dengan
pengetahuan kurang, 31,50% responden dengan pengetahuan kurang, dan 9,20%
responden dengan pengetahuan baik.
3. Karakteristik perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada mantan
pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan :
a. Responden yang memiliki perilaku benar dalam hal frekuensi menyikat
gigi merupakan persentase tertinggi yaitu sebesar 81,54%.
b. Responden yang memiliki perilaku benar dalam hal waktu menyikat gigi
merupakan persentase terendah yaitu sebesar 16,92%.
c. Responden yang memiliki perilaku benar dalam hal penggunaan pasta gigi
merupakan persentase tertinggi yaitu sebesar 94,62%.
d. Responden sudah membiasakan menyikat seluruh permukaan gigi
merupakan persentase tertinggi yaitu sebesar 83,08%.
e. Responden yang memiliki perilaku benar dalam hal waktu penggantian
sikat gigi merupakan persentase tertinggi sebesar 96,92%.
f. Responden yang memiliki perilaku benar bila mengalami masalah gigi dan
mulut merupakan persentase terendah yaitu sebesar 10%.
g. Responden yang memiliki perilaku benar dalam hal riwayat kunjungan ke
dokter gigi merupakan persentase terendah sebesar 6,15%.
4. Berdasarkan tingkat perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
mantan pecandu sabu di PSPP Insyaf Medan, ditemukan sebanyak 77,70% responden
memiliki perilaku kurang, 18,50% responden memiliki perilaku cukup, dan 3,80%
responden memiliki perilaku baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

6.2 Saran
1. Bagi Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf, perlu membuat
program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada mantan pecandu sabu untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka tentang pentingnya pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut. Selain itu diperlukan penyediaan fasilitas dan petugas
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di lingkungan panti rehabilitasi, mengingat
sulitnya akses penghuni panti rehabilitasi dalam memperoleh pelayanan kesehatan
gigi dan mulut.
2. Bagi Instansi Kesehatan Pemerintah setempat, agar mengadakan kerja sama
dengan pihak Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf dalam rangka penyediaan sarana
perawatan kesehatan gigi dan mulut dalam lingkungan panti mengingat banyaknya
masalah gigi dan mulut yang dialami penghuni panti.
3. Bagi peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan kondisi rongga mulut pada mantan
pecandu narkoba secara umum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

DAFTAR PUSTAKA

1. National Institute on Drug Abuse. Prescription drugs: abuse and addiction.


National Institute of Health, 2011: 1.
2. United Nations Office on Drugs and Crime. World drug report of 2014. New
York: United Nations Publications, 2014: 1.
3. Badan Narkotika Nasional. Laporan kinerja badan narkotika nasional tahun 2015.
Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan UI, 2016: 1.
4. Badan Narkotika Nasional. Jurnal data pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) Tahun 2013. Depok: Pusat
Penelitian Kesehatan UI, 2014: 1, 22-3.
5. Badan Narkotika Nasional. Laporan Akhir survei nasional perkembangan
penyalahguna narkoba tahun anggaran 2014. Depok: Pusat Penelitian Kesehatan
UI, 2015: 16.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Gambaran umum penyalahgunaan
narkoba di indonesia. Jakarta, 2014: 3.
7. Volkow ND. Methamphetamxine. NIDA Research Report Series 2006; 1-4.
8. Klasser GD, Epstein J. Methamphetamine and its impact on dental care. J Can
Dent Assoc 2005; 759-761.
9. Frese PA, McClure E. Methamphemtamine: Implications for the dental team. J
Am Dent Assoc 2016; 2-9.
10. Shekarchizadeh H, Khami MR, Mohebbi SZ, Virtanen JI. Oral health behavior of
drug addicts in withdrawal treatment. Iranian J Publ Health 2013; 1-2.
11. Morio KA, Marshall TA, Qian F, Morgan TA. Comparing diet, oral hygiene and
caries status of adult methampethamine users and nonusers: a pilot study. J Am
Dent Assoc 2008, 139: 173-5.
12. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003:
114-21.
13. Scheutz F. Dental habits, knowledge, and attitudes of young drug addicts. J of
Scandinavian Social Medicine 1985; 36-9.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

14. Sholihah Q. Efektivitas program P4GN terhadap pencegahan penyalahgunaan


napza, KEMAS 2013; 9(1): 154-5.
15. Republik Indonesia. Undang-undang no. 35 tahun 2009 tentang narkotika.
Lembaran RI Tahun 2009, No. 143. Jakarta: Sekretariat Negara. 3-7.
16. Jenner J, Lee N. Treatment approaches for users of methamphetamine. Canberra:
Aus Gov Dept of Health and Ageing 2008: 13-15.
17. Schep LJ, Slaughter RJ, Beasley DM. The clinical toxicology of
methamphetamine. Informa Health Care 2010; 48: 679.
18. Kelsch NB. Methamphetamine abuse oral implication and care. California:
Pennwell 2009: 1-7.
19. Hart CL, et al. Is cognitive functioning impaired in methamphetamine user? A
critical review. American College of Neuropsychopharmacology 2012; 587-8.
20. Volkow ND. Association of dopamine transporter reduction with psychomotor
impairment in methamphetamine abusers. J Am Psychiatry 2001; 377-81.
21. Nakama H, et al. Methamphetamine users show greater than normal age-related
cortical grey matter loss. Addiction 2011.
22. Thompson PM, et al. Structural abnormalities in the brain of human subjects who
use methamphetamine. J Neurosci 2004; 6028-.
23. Shetty V, et al. The relationship between methamphetamine use and increased
dental disease. J Am Dent Assoc 2010; 141(3): 64-5
24. Singh R, et al. Evaluation of oral health status among drug addicts in
rehabilitation centre. IAIM 2016; 3(3): 66-8.
25. Donaldson M. Goodchild JH. Oral health of the methamphetamine abuser. J Am
Health-Syst Pharm 2006; 63: 2080-2.
26. Hamamoto DT, Rhodus NL. Methamphetamine abuse and dentistry. Oral Disease
J 2009; 15: 31-4.
27. Smit DA. Naidoo S. Methamphetamine abuse: oral symptoms and dental
treatment needs. SADJ 2016; 71: 150-1.
28. Notoatmodjo S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010: 21-32.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

29. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan kesehatan gigi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010: 1-24.
30. Malik I. Kesehatan gigi dan mulut. Dent and Mo Lith Health 2008; 1-17.
31. Kemenkes. Buku panduan pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut di
masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2012: 16-23.
32. American Academic of Pediatric Dentistry. Guidelines on adolescent oral health
care. AAPD 2015; 152.
33. Khami MR, et al. Oral health behaviour and its determinants amongst iranian
dental students. J of European Dental Education 2007; 43.
34. Asadoorian J. Flossing. J of Canadian Dental Hygiene 2006; 40(3): 1-2.
35. American Dental Association. Good foods for dental health. http://www.mouthhealthy.org
(18 Desember 2016)
36. American Dental Association. Top 9 foods that damaged your teeth. http://www.mouthhealthy.org
(18 Desember 2016)
37. American Dental Association. Diet and dental health. http://www.mouthhealthy.org
(18 Desember 2012)
38. Departemen Sosial Republik Indonesia. Profil PSPP insyaf. http://insyaf.kemsos.go.id
(13 Desember 2016)
39. Yanti GN. Hubungan faktor pengetahuan, kepercayaan, ketersediaan sarana,
peraturan dan pengawasan di rumah sakit kota Medan. Tesis. Medan: Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, 2013;
36-8.
40. Stringer KL, Baker EH. Stigma as a barrier to substance abuse treatment among
those with unment need: an analysis of parenthood and marital status. Alabama: J
of Family Issues. 2015: 1-4.
41. McKetin R, Kelly E. Socio-demographic factors associated with
methamphetamine treatment contact among dependent methamphetamine users in
Sidney, Australia. Sydney: National Drug and Alcohol Research Centre, 2007:
165-6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

42. McKetin R, McLaren J. The methamphetamine situation in Australia: a review of


routine data resources. Randwick: National Drug and Alcohol Research Centre,
2004: 7.
43. Roche A, et all, Methamphetamine use in Australia. Adelaide: National Centre for
Education and Training on Addiction, 2015: 1-2.
44. Alcohol dan Drug Foundation. Ice. https://adf.org.au/drug-facts/ice/ (31 Januari
2019)
45. Robinson PG, Acquah S, Gibson B. Drug users: oral health-related attitudes and
behaviours. British Dental Journal 2005; 198(4): .
46. McLaren E. Quitting smoking in addiction recovery. https://drugabuse.com (1 April
2019)
47. Kemenkes. Pedoman usaha kesehatan gigi sekolah. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2012: 8.
48. Claessen et al. Designing intervention to improve tooth brushing. International
Dental Journal 2008; 307.
49. Toothbrush care and replacement. https://www.colgate.com (1 April 2019)
50. Charnock et al. A community based programme to improve access to dental
services for drug users. British Dental Journal 2014; 386.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Bersama dengan ini, saya Ridho, mahasiswa yang sedang menjalani


pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara,
mohon kesediaan Saudara untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya tentang
“Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Mantan
Pecandu Sabu di PSPP Insyaf Medan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang biasa Saudara terapkan sehari-
hari, dan memberikan informasi mengenai cara pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut yang baik dan benar. Penelitian ini saya lakukan dengan menggunakan
kuesioner yang Saudara isi secara langsung. Penelitian ini tidak membahayakan dan
tidak mempunyai efek samping. Identitas Saudara akan disamarkan sehingga hanya
peneliti, dokter pembimbing peneliti, dan anggota komisi etik yang dapat melihat
data tersebut. Bila data ini dipublikasikan, kerahasiaannya akan tetap terjaga.
Perlu Saudara ketahui bahwa kesehatan gigi dan mulut sangat penting dan
dapat berdampak pada kesehatan secara umum. Untuk dapat mencapai kondisi
kesehatan gigi dan mulut yang optimal, diperlukan tindakan pemeliharaan yang baik
dan benar. Untuk bisa melakukan pemeliharaan yang baik, diperlukan informasi yang
lengkap dan jelas.
Jika Saudara telah mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia untuk
menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya Saudara untuk mengisi dan
menandatangani surat pernyataan persetujuan menjadi subjek penelitian yang
terlampir. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara
dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini
berlangsung. Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan
kesediaan waktunya, saya ucapkan terima kasih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Peneliti,

Muhammad Ridha Vernanda


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Telp. +6285270023236

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*)
Alamat :
No. Telp/Hp :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap mengenai penelitian dan
paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada penelitian yang
berjudul:
Pengetahuan dan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
pada Mantan Pecandu Sabu di PSPP Insyaf Medan
Maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan
menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan,
Mahasiswa Peneliti Yang menyetujui,
Subjek Penelitian

(Ridho) (…………………………)

Keterangan : *) coret yang tidak perlu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Lampiran 3

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN


GIGI MASYARAKAT FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI
UNIVERITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN


GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMELIHARAAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MANTAN
PECANDU SABU DI PSPP INSYAF MEDAN

No.Urut :
Tanggal Periksa :
Nama Pemeriksa :

A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ........................................................
Usia : ........................................................
Jenis Kelamin : ........................................................ .
Pendidikan terakhir : ........................................................ .
Pekerjaan : ........................................................ .
Masa Rehabilitasi : .......................... bulan
Gangguan mental : Ada/Tidak ada

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Sudah berapa lama Saudara berhenti mengonsumsi sabu? 1


a. < 6 bulan 4

b. 1-2 tahun
c. >2 tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Berapa lama Saudara mengonsumsi sabu?
2
a. 1,5 – 4,9 tahun
4

b. 5 – 9,9 tahun
c. ≥ 10 tahun
3. Bagaimana cara Saudara mengonsumsi sabu-sabu?
3
a. Oral
4
b. Dihisap (rokok/bong)
c. Injeksi
d. Nasal (dihirup)
e. Lainnya Sebutkan :..............................................................
4. Apakah tujuan Saudara mengonsumsi sabu? 4
a. Coba-coba 4

b. Tujuan tertentu
c. Bersenang-senang
d. Lainnya Sebutkan :............................................................
5. Apakah Saudara punya kebiasaan merokok?
a. Ya 5
4
b. Tidak
6. Jika Saudara menjawab pertanyaan 5 dengan Ya, berapa batang
6
rokok yang Saudara konsumsi dalam sehari?
a. <10 batang
b. 10 – 20 batang
c. >20 batang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

C. PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


1. Tujuan utama menyikat gigi adalah 7
a. Mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi 4

b. Agar gigi menjadi putih dan bersih


c. Menghilangkan noda/stain yang menempel pada gigi
d. Tidak tahu
2. Frekuensi dan waktu menyikat gigi yang tepat adalah
a. 2 kali sehari, pada pagi dan sore hari 8
4
b. 2 kali sehari, pagi hari setelah sarapan dan malam
sebelum tidur
c. Setiap selesai makan
d. Tidak tahu
3. Jenis sikat gigi yang disarankan untuk menyikat gigi adalah 9
a. Sikat gigi yang bulunya lembut dan ukuran ujung sikatnya kecil 4

b. Sikat gigi yang bulu sikatnya keras


c. Sikat gigi yang bulu sikatnya lembut
d. Tidak tahu
4. Permukaan gigi yang harus disikat adalah
a. Permukaan luar saja 10
b. Seluruh permukaan gigi 4

c. Permukaan dalam saja


d. Tidak tahu
5. Jenis makanan yang dapat dapat menyebabkan gigi berlubang 11
adalah 4

a. Makanan yang mengandung gula


b. Makanan yang berserat
c. Makanan yang asin
d. Tidak tahu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Plak gigi adalah
12
a. Perubahan warna pada gigi
4
b. Akumulasi deposit lunak yang membentuk biofilm, menempel
pada permukaan gigi dan permukaan keras lainnya pada rongga
mulut
c. Bercak putih pada gigi
d. Tidak tahu
7. Gusi berdarah dan bengkak adalah akibat dari
13
a. Kekurangan kalsium 4

b. Infeksi gigi
c. Penumpukan plak pada gigi
d. Tidak tahu
8. Akibat dari lengketnya sisa makanan pada gigi yang dibiarkan 14
adalah 4

a. Dapat menyebabkan gigi berlubang


b. Dapat menyebabkan kekurangan kalsium
c. Dapat menyebabkan gusi berdarah
d. Tidak tahu
9. Manfaat kandungan fluor pada pasta gigi adalah 15
a. Memutihkan gigi 4

b. Mencegah penyakit gusi


c. Mencegah gigi berlubang
d. Tidak tahu
10. Apakah kesehatan gigi dan mulut bisa memengaruhi kesehatan 16
tubuh secara umum? 4

a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

11. Salah satu penyebab terjadinya kanker rongga mulut adalah


17
a. Kekurangan kalsium
4

b. Merokok dan mengunyah tembakau


c. Kekurangan vitamin C
d. Tidak tahu
12. Seberapa sering sebaiknya kita melakukan kunjungan ke dokter
18
gigi? 4

a. 6 (enam) bulan sekali


b. 2 (dua) tahun sekali
c. 3 tahun sekali
d. Tidak tahu
13. Skor Pengetahuan : 19
4

14. Kategori Pengetahuan : 20


a. Baik ≥80% dari nilai maksimal (benar >9) 4

b. Sedang 60-79% dari nilai maksimal (benar 8-9)


c. Kurang <60% dari nilai maksimal (benar <8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


D. PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
1. Berapa kali Saudara menyikat gigi dalam sehari?
21
a. Tidak setiap hari 4

b. Rutin 1 kali setiap hari


c. Rutin minimal 2 kali setiap hari
2. Pada waktu kapan saja Saudara menyikat gigi dalam
22
sehari? 4

a. Pagi hari sebelum sarapan dan malam hari sebelum tidur


b. Pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur
c. Pagi hari setelah sarapan dan saat mandi sore
d. Pada saat mandi pagi atau sore hari
3. Seberapa sering Saudara menggunakan pasta gigi saat menyikat
23
gigi? 4

a. Kadang-kadang
b. Tidak pernah
c. Setiap menyikat gigi
4. Permukaan gigi mana saja yang biasanya saudara sikat? 24
a. Permukaan luar saja 4

b. Permukaan dalam saja


c. Seluruh permukaan gigi
5. Kapan biasanya Saudara mengganti sikat gigi? 25
a. Tidak pernah 4

b. Ketika bulu sikat sudah mengembang


c. Setelah 1 tahun
6. Apa yang biasanya saudara lakukan bila gigi kotor atau sering 26
berdarah? 4

a. Memeriksakan dan membersihkan karang gigi ke praktik dokter


gigi atau puskesmas
b. Menyikat gigi
c. Dibiarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

7. Kapan terakhir kali Saudara memeriksakan gigi dan mulut ke dokter 27


gigi? 4

a. Tidak pernah
b. 1-2 tahun yang lalu
c. Kurang dari 1 tahun lalu

8. Skor Perilaku :
28
4

9. Kategori Perilaku : 29
a. Baik ≥80% dari nilai maksimal (benar >5) 4

b. Sedang 60-79% dari nilai maksimal (benar 5)


c. Kurang <60% dari nilai maksimal (benar <5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Lampiran 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Lampiran 7

Frequencies

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <= 19 Tahun 23 17.7 17.7 17.7

20-29 Tahun 66 50.8 50.8 68.5

30-39 Tahun 35 26.9 26.9 95.4

>= 40 6 4.6 4.6 100.0

Total 130 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Diploma (D3) 2 1.5 1.5 1.5

Sarjana (S1) 5 3.8 3.8 5.4

SD 7 5.4 5.4 10.8

SMA/SMK sederajat 69 53.1 53.1 63.8

SMP 46 35.4 35.4 99.2

Tidak Sekolah 1 .8 .8 100.0

Total 130 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja 44 33.8 33.8 33.8

Bekerja 86 66.2 66.2 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Masa Rehabilitasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <3 bulan 19 14.6 14.6 14.6

3-6 bulan 61 46.9 46.9 61.5

>6 bulan 50 38.5 38.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

Lama Berhenti Mengonsumsi Sabu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <6 bulan 71 54.6 54.6 54.6

1-2 tahun 59 45.4 45.4 100.0

Total 130 100.0 100.0

Lama Mengonsumsi Sabu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1,5-4,9 tahun 56 43.1 43.1 43.1

5-9,9 tahun 46 35.4 35.4 78.5

>=10 tahun 28 21.5 21.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Cara Mengonsumsi Sabu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid oral 4 3.1 3.1 3.1

dihisap 120 92.3 92.3 95.4

nasal 4 3.1 3.1 98.5

lainnya 2 1.5 1.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

Tujuan Mengonsumsi Sabu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid coba-coba 37 28.5 28.5 28.5

tujuan tertentu 18 13.8 13.8 42.3

bersenang-senang 51 39.2 39.2 81.5

lainnya 24 18.5 18.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

Kebiasaan Merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid merokok 129 99.2 99.2 99.2

tidak merokok 1 .8 .8 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jumlah Rokok / Hari

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 batang 1 .8 .8 .8

<10 batang 101 77.7 77.7 78.5

10-20 batang 18 13.8 13.8 92.3

>20 batang 10 7.7 7.7 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

PENGETAHUAN

PT1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 85 65.4 65.4 65.4

2.00 22 16.9 16.9 82.3

3.00 19 14.6 14.6 96.9

4.00 4 3.1 3.1 100.0

Total 130 100.0 100.0

PT2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 28 21.5 21.5 21.5

2.00 81 62.3 62.3 83.8

3.00 15 11.5 11.5 95.4

4.00 6 4.6 4.6 100.0

Total 130 100.0 100.0

PT3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 72 55.4 55.4 55.4

2.00 7 5.4 5.4 60.8

3.00 37 28.5 28.5 89.2

4.00 14 10.8 10.8 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PT4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 6 4.6 4.6 4.6

2.00 117 90.0 90.0 94.6

3.00 2 1.5 1.5 96.2

4.00 5 3.8 3.8 100.0

Total 130 100.0 100.0

PT5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 108 83.1 83.1 83.1

2.00 8 6.2 6.2 89.2

3.00 2 1.5 1.5 90.8

4.00 12 9.2 9.2 100.0

Total 130 100.0 100.0

PT6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 39 30.0 30.0 30.0

2.00 30 23.1 23.1 53.1

3.00 9 6.9 6.9 60.0

4.00 52 40.0 40.0 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

PT7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 16 12.3 12.3 12.3

2.00 24 18.5 18.5 30.8

3.00 35 26.9 26.9 57.7

4.00 55 42.3 42.3 100.0

Total 130 100.0 100.0

PT8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 96 73.8 73.8 73.8

2.00 5 3.8 3.8 77.7

3.00 5 3.8 3.8 81.5

4.00 24 18.5 18.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

PT9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 28 21.5 21.5 21.5

2.00 16 12.3 12.3 33.8

3.00 35 26.9 26.9 60.8

4.00 51 39.2 39.2 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PT10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 107 82.3 82.3 82.3

2.00 8 6.2 6.2 88.5

3.00 15 11.5 11.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

PT11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 12 9.2 9.2 9.2

2.00 52 40.0 40.0 49.2

3.00 16 12.3 12.3 61.5

4.00 50 38.5 38.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

PT12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 52 40.0 40.0 40.0

2.00 9 6.9 6.9 46.9

3.00 3 2.3 2.3 49.2

4.00 66 50.8 50.8 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Frequencies

Skor Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid .00 2 1.5 1.5 1.5

2.00 4 3.1 3.1 4.6

3.00 8 6.2 6.2 10.8

4.00 6 4.6 4.6 15.4

5.00 14 10.8 10.8 26.2

6.00 19 14.6 14.6 40.8

7.00 24 18.5 18.5 59.2

8.00 25 19.2 19.2 78.5

9.00 16 12.3 12.3 90.8

10.00 10 7.7 7.7 98.5

11.00 2 1.5 1.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

Kategori Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 12 9.2 9.2 9.2

CUKUP 41 31.5 31.5 40.8

KURANG 77 59.2 59.2 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERILAKU

Frekuensi Menyikat Gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Setiap Hari 11 8.5 8.5 8.5

Rutin 1 kali sehari 13 10.0 10.0 18.5

rutin 2 kali sehari 106 81.5 81.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

Waktu Menyikat Gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 45 34.6 34.6 34.6

2 22 16.9 16.9 51.5

3 50 38.5 38.5 90.0

4 13 10.0 10.0 100.0

Total 130 100.0 100.0

Penggunaan Pasta Gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kadang-kadang 7 5.4 5.4 5.4

setiap menyikat gigi 123 94.6 94.6 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Permukaan Gigi yang Disikat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid luar saja 17 13.1 13.1 13.1

dalam saja 5 3.8 3.8 16.9

seluruh permukaan 108 83.1 83.1 100.0

Total 130 100.0 100.0

Waktu Mengganti Sikat Gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak pernah 3 2.3 2.3 2.3

bila bulu sikat mengembang 126 96.9 96.9 99.2

setelah 1 tahun 1 .8 .8 100.0

Total 130 100.0 100.0

Tindakan Bila Mengalami Masalah Rongga Mulut

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kunjungi dokter gigi 13 10.0 10.0 10.0

menyikat gigi 45 34.6 34.6 44.6

dibiarkan 72 55.4 55.4 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Riwayat Kunjungan ke Dokter Gigi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak pernah 107 82.3 82.3 82.3

1-2 tahun lalu 15 11.5 11.5 93.8

kurang dari 1 tahun lalu 8 6.2 6.2 100.0

Total 130 100.0 100.0

Skor Perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1.00 1 .8 .8 .8

2.00 5 3.8 3.8 4.6

3.00 27 20.8 20.8 25.4

4.00 68 52.3 52.3 77.7

5.00 24 18.5 18.5 96.2

6.00 5 3.8 3.8 100.0

Total 130 100.0 100.0

Kategori Perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 5 3.8 3.8 3.8

CUKUP 24 18.5 18.5 22.3

KURANG 101 77.7 77.7 100.0

Total 130 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Perilaku 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Pengetahuan * Perilaku Crosstabulation

Count

Perilaku

BAIK CUKUP KURANG Total

Pengetahuan BAIK 0 2 10 12

CUKUP 3 10 28 41

KURANG 2 12 63 77

Total 5 24 101 130

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai