SKRIPSI
Oleh:
AYU GRACE SITINJAK
NIM: 130600192
TIM PENGUJI
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran
Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
perhatian dan telah rela meluangkan waktu untuk membimbing, memberi pengarahan
serta memberikan dorongan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini
hingga selesai.
3. Siska Ella Natassa, drg., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan perhatian dan telah rela meluangkan waktu untuk membimbing,
memberi pengarahan serta memberikan dorongan semangat kepada penulis selama
penulisan skripsi ini hingga selesai.
4. Simson Damanik, drg., M.Kes dan Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes selaku
dosen penguji dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara atas saran yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik
Penelitian di Bidang Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
persetujuan perlaksanaan penelitian ini.
6. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes selaku dosen penasehat
akademik yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat dan arahan selama
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
5. Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Kesehatan No. 468
BAB 1
PENDAHULUAN
perkembangannya dengan enam kategori yang jelas mulai dari perubahan awal yang
secara klinis terlihat pada enamel sampai kavitasi yang lebih luas. 14
Saat ini, evaluasi hubungan antara kesehatan rongga mulut dengan kualitas
hidup adalah permasalahan utama yang menjadi perhatian di negara berkembang.
Salah satu instrumen kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut yang sering
digunakan adalah COHIP (Child Oral Health Impact Profile) karena memiliki tingkat
validitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk membedakan anak-anak berdasarkan
kondisi klinis dan tingkat keparahan yang berbeda. Instrumen COHIP disederhanakan
menjadi bentuk yang lebih singkat, yaitu COHIP-SF 19 (Child Oral Health Impact
Profile-Short Form) karena penggunaannya dinilai lebih efisien. Instrumen ini
digunakan untuk anak dengan rentang usia 7-18 tahun dan dapat menilai dampak
keadaan rongga mulut terhadap kondisi sosio-emosional.15 Perkembangan sosio-
emosional pada masa remaja sangat berpengaruh terhadap masa kehidupan
selanjutnya.16 Oleh karena itu, instrumen COHIP-SF 19 sesuai digunakan untuk
menilai kualitas hidup pada remaja.13
Berdasarkan penelitian Broder HL dkk. menggunakan indeks COHIP-SF,
responden yang memiliki karies gigi permanen secara signifikan memiliki skor
kualitas hidup yang lebih rendah (p<0,05) dan domain yang paling dipengaruhi karies
responden adalah kondisi rongga mulut, yaitu keluhan rasa sakit. 17 Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratap R dkk., responden yang memiliki skor
DMFT yang tinggi secara signifikan memiliki skor COHIP-SF 19 yang lebih rendah
(p=0,002) dan domain yang paling dipengaruhi adalah kondisi rongga mulut, yaitu
keluhan rasa sakit.18 Penelitian yang dilakukan oleh Guedes dkk. di Brazil
menunjukkan bahwa responden yang memiliki karies dengan kode 3-6 berdasarkan
kriteria ICDAS secara signifikan mengalami penurunan kualitas hidup yang
menggunakan indeks ECOHIS (p=0,013) dan domain yang paling dipengaruhi adalah
domain fungsi dan psikologis.19 Penelitian yang dilakukan oleh Ramos-Jorge dkk. di
Brazil menunjukkan bahwa karies dengan kode 5 dan 6 secara signifikan berdampak
negatif terhadap kualitas hidup yang menggunakan indeks ECOHIS (p<0,001) dan
domain yang paling dipengaruhi adalah domain fungsi dan sosial.20 Berdasarkan
Medan. Sistem yang digunakan Pesantren MTs Al-Manar sama dengan sistem
sekolah umum, yaitu siswa/i tinggal dengan orang tua, membayar biaya pendidikan
per bulan dan kurikulum pembelajaran yang sama. Berdasarkan hasil observasi,
diperoleh data bahwa rata-rata status ekonomi orang tua siswa/i tergolong menengah
ke bawah. Berdasarkan profil Kecamatan Medan Johor, daerah ini memiliki enam
Puskesmas yang masih aktif menjalankan aktivitasnya baik di dalam gedung
Puskesmas maupun di luar Puskesmas. Selain itu, siswa/i Pesantren MTs Al-Manar
memperoleh pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut dari sekolah dan peran
orang tua.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
pengalaman karies dengan kualitas hidup pada remaja usia 12-15 tahun. Penelitian ini
akan dilakukan di Pesantren MTs Al-Manar Medan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
Penyakit pada rongga mulut yang paling banyak terjadi dan masih menjadi
masalah utama adalah karies. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa alasan
sebagian besar masyarakat melakukan perawatan gigi adalah karena mengeluh sakit
gigi akibat karies. Karies merupakan penyakit progresif yang sering terjadi dari usia
dini.25 Karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan
sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat
yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan
keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Ada tiga faktor utama yang
memegang peranan terbentuknya lubang gigi, yaitu faktor host, agen atau
mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan
sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi
setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu host yang rentan, kolonisasi
mikroorganisme, substrat yang kariogenik dan waktu yang lama. 26
Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai
faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko karies gigi
adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva dan
pola makan, usia, jenis kelamin dan sosial ekonomi. 26 Beberapa penyebab tingginya
prevalensi karies pada masa remaja adalah kurangnya pengetahuan mengenai
kesehatan gigi dan motivasi, ketidakpedulian, kebersihan rongga mulut yang buruk,
teknik menyikat gigi yang kurang tepat dan asupan fluor yang inadekuat.25
dan faktor kimia. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies
karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pada pit dan
fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan
plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel terdiri atas
kristal hidroksiapatit yang tersusun dalam prisma. Kepadatan kristal enamel sangat
menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka
kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Sampai saat ini
diketahui bahwa enamel yang mengandung garam-garam fluor akan lebih tahan
karies dibanding yang tidak mengandung fluor.26,27
b. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk pada gigi dan melekat erat
pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Pada awal pembentukan plak, kokus
gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus
mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, dan Streptococcus salivarius
serta beberapa strain lainnya.26
c. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat memengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat memengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta
bahan lain dan menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami
kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung
lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal
ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam
terjadinya karies.26
d. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48
bulan.26
juga telah dilaporkan memiliki validitas yang baik dan kehandalan yang tinggi untuk
mendeteksi karies.14
Metode ICDAS menggunakan sistem pengkodean dengan rentang kode 0-6
berdasarkan tingkat keparahan lesi. Pemberian kode menurut ICDAS II dijelaskan
dengan kriteria sebagai berikut:29
Kode Kriteria
0 Tidak ada karies, tidak ada perubahan warna saat kering
Hipoplasia enamel, fluorosis, lesi non-karies (atrisi, abrasi, erosi) serta
stain ekstrinsik dan intrinsik
1 White spot atau kecoklatan terlihat setelah dilakukan semprotan udara selama
5 detik
2 White spot terlihat dalam keadaan gigi basah dan/atau terlihat lesi berwarna
kecoklatan yang lebih lebar dari fissure/fossa normal
3 Karies sedalam enamel, tidak melibatkan dentin
4 Terdapat kerusakan enamel disertai terlihatnya bayangan dentin yang
diskolorasi (abu-abu, kebiruan atau kecoklatan) dengan atau tanpa kerusakan
enamel lokal
5 Karies terlihat jelas mencapai dentin tetapi luas dan dalam kavitas kurang
dari setengah permukaan gigi
6 Karies dentin yang luas dan dalam mencapai setengah permukaan gigi,
dinding dan dasar dentin terlihat jelas bahkan mencapai pulpa
Saat ini, adanya hubungan kualitas hidup dengan kesehatan gigi dan mulut
mendapat perhatian para ahli sehingga menjadi sebuah gagasan utama dalam
kebijakan kesehatan di negara-negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah
karena kondisi kesehatan gigi dan mulut dapat memengaruhi kualitas hidup. Dampak
yang ditimbulkan akibat kesehatan gigi dan mulut dapat memengaruhi kesehatan
fisik, psikologis, sosial dan kegiatan sehari-hari. Kesehatan rongga mulut
dihubungkan dengan kualitas hidup (Oral Health Related Quality of Life)
didefinisikan sebagai persepsi seseorang mengenai bagaimana kesehatan rongga
mulut memengaruhi kualitas hidup dan kesehatan secara keseluruhan. 33 Oral Health
Related Quality of Life (OHRQoL) diakui oleh WHO sebagai segmen penting dalam
program kesehatan rongga mulut di dunia. OHRQoL penting untuk diketahui karena
keterlibatannya dalam perbedaan keadaan rongga mulut masyarakat dan akses untuk
dilakukannya perawatan.34
periapikal dan membentuk abses. Hal ini dapat menyebabkan kondisi seperti
pembengkakan, rasa sakit, demam dan trismus yang dapat menyebabkan
terganggunya aktivitas sehari-hari. Karies yang parah juga dapat menjadi fokal
infeksi bagi organ tubuh lainnya. Lubang pada gigi merupakan tempat jutaan bakteri.
Bakteri tersebut dapat menyebar ke organ tubuh lain dan menyebabkan infeksi.
Jaringan target fokal infeksi adalah kepala dan leher, mata, sistem pernapasan dan
sistem kardiovaskular. Beberapa penyakit sistemik yang merupakan akibat jangka
panjang fokal infeksi adalah arteriosklerosis, pneumonia bakterial bahkan stroke. 11
Menurut WHO, penyakit pada rongga mulut terutama karies dapat
menyebabkan perasaan tidak nyaman, rasa sakit, dan kehilangan gigi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya produktivitas saat bekerja. 10 Biazevic dkk. menemukan
bahwa keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan
keberadaan karies. Anak yang memiliki angka karies rendah memiliki dampak negatif
pada kualitas hidup yang lebih sedikit daripada anak yang memiliki karies lebih
tinggi.35
terkait kesehatan rongga mulut anak dapat menggunakan beberapa instrumen sebagai
berikut:
1. Child Oral Health-Related Quality of Life (COHRQoL)
Jokovic, dkk. membagi instrumen ini menjadi dua kuesioner yang terdiri dari:
a. Child Perceptions Questionnaire (CPQ)
Kuesioner ini memiliki tiga tipe yang diaplikasikan sesuai dengan usia
responden dan kuesionernya diisi menurut persepsi anak. CPQ 8-10 ditujukan untuk
menilai dampak gangguan gigi dan mulut terhadap kualitas hidup pada anak usia 8-10
tahun sedangkan CPQ11-14 usia 11-14 tahun.36
b. Parental Perceptions Questionnaire (PPQ)
Kuesioner ini terdiri dari 31 pertanyaan yang digunakan untuk menilai
dampak gangguan gigi dan mulut anak terhadap kualitas hidup mereka yang diisi
berdasarkan sudut pandang orang tua dari anak tersebut.36
2. Child Oral Impacts on Daily Performances (Child-OIDP)
Instrumen Child-OIDP merupakan adaptasi dari OIDP, digunakan untuk
mengukur dampak masalah kesehatan gigi dan mulut terhadap aktivitas sehari-hari
pada anak dan dapat digunakan untuk menilai kebutuhan kesehatan gigi dan mulut
serta mengevaluasi suatu program kesehatan rongga mulut. 10
3. Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS)
Locker menggunakan indeks ECOHIS untuk mengukur penyakit, kecacatan,
keterbatasan fungsional dan kerugian sosial yang saling berhubungan tetapi dapat
dimodifikasi oleh kondisi psikologis dan sosial yang berbeda-beda.13
4. Child Oral Health Impact Profile (COHIP)
Castro menggunakan COHIP yang memiliki 34 pertanyaan untuk menilai
OHRQoL pada anak dengan berbagai karakteristik budaya di setiap negara.
Instrumen ini telah digunakan untuk penelitian epidemiologi dan intervensional,
dimana fungsi utamanya adalah untuk menilai kebutuhan suatu populasi akan
perawatan gigi dan mulut. Instrumen ini memiliki validitas yang tinggi dan di desain
untuk membedakan anak-anak berdasarkan kondisi klinis dan tingkat keparahan yang
berbeda.36 Selain itu, COHIP dapat digunakan pada rentang usia yang luas, yaitu 7-18
Jumlah Versi
Instrumen Tahun Usia Domain Kualitas Hidup
Item Pendek
COHRQOL Kegiatan keluarga,
6-14 Tidak keuangan, konflik dalam
2002 14
tahun ada keluarga, dan aspek
emosional orang tua
Child Gejala oral, keterbatasan
Perceptions fungsional, kesejahteraan
11-14
Questionnaire 2002 37 Ada emosional, kesejahteraan
tahun
11-14 (CPQ sosial
11-14)
Child Gejala oral, keterbatasan
Perceptions fungsional, kesejahteraan
8-10 Tidak
Questionnaire 2004 25 emosional, kesejahteraan
tahun ada
8-10 (CPQ 8- sosial
10)
Child Oral Kegiatan sehari-hari yang
Impacts on berkaitan dengan kinerja,
10-12 Tidak psikologi, fisik, dan sosial
Daily 2004 8
tahun ada
Performances
(Child-OIDP)
Early Fungsional, psikologis,
Childhood dan kondisi sosial
Tidak
Oral Health 2007 3-5 tahun 13
ada
Impact Scale
(ECOHIS)
Child Oral Gejala oral, kondisi
Health Impact Ada fungsional,
7-18
Profile 2007 34 (COHIP- sosial/emosional,
tahun
(COHIP) SF 19) lingkungan sekolah dan
citra diri
seperti penelitian klinis dan studi epidemiologi serta dinilai lebih efisien untuk
mengukur OHRQoL pada anak-anak. Instrumen ini mencakup persepsi kualitas hidup
positif, seperti rasa percaya diri dan daya tarik, serta persepsi negatif. Indeks COHIP-
SF 19 terdiri dari tiga domain, yaitu kondisi rongga mulut, kondisi fungsional dan
kondisi sosio-emosional. Domain kondisi sosio-emosional merupakan gabungan dari
tiga buah domain, yaitu kondisi sosial/emosional, lingkungan sekolah dan citra diri. 17
Perkembangan sosio-emosional pada masa remaja sangat berpengaruh terhadap masa
kehidupan selanjutnya (masa dewasa) sehingga penting untuk dilakukan penilaian
keadaan sosio-emosional yang merupakan bagian dari kualitas hidup. 16 Oleh karena
itu, instrumen COHIP-SF 19 sesuai digunakan untuk menilai kualitas hidup remaja.13
Instrumen COHIP-SF terdiri dari 19 buah pertanyaan. Setiap pertanyaan
dijawab dengan seberapa sering dampaknya dialami dalam tiga bulan terakhir yang
diukur menggunakan skala Likert yaitu, 0= tidak pernah, 1= jarang, 2= kadang-
kadang, 3= sering dan 4= hampir setiap waktu. Namun pemberian skor dibalik pada
pertanyaan persepsi positif, menjadi 0=hampir setiap waktu, 1= sering, 2= kadang-
kadang, 3= jarang dan 4= tidak pernah. Skor COHIP-SF 19 yang semakin tinggi
menyatakan kualitas hidup yang semakin positif. Total skor COHIP-SF 19 diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh skor dari 19 pertanyaan yang berkisar 0-76.38
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus:
n= Z21-α/2 . P (1-P) N
Keterangan:
n : Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z21-α/2 : Nilai baku normal alfa (1,962)
P : Prevalensi anak 12-15 tahun yang bermasalah gigi dan mulut
berdasarkan Riskesdas (36,4%)
N : Populasi (219 orang)
d : Nilai presisi (0,05)
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh besar
sampel adalah 138 orang. Jika memperhitungkan drop out sebesar 10%, maka besar
sampel optimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 155 orang siswa.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling.
Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
2. Kualitas Skor kualitas Kuesioner Total skor (0-76) Rasio
hidup hidup yang COHIP-
(variabel diukur SF 19
terikat) menggunakan
COHIP-SF 19 Kategori:39
dengan skala - Baik (>75%) : skor
Likert: >57
Hampir setiap - Sedang (60%-75%):
waktu (0): skor 46-57
setiap hari Buruk (<60%): skor
Sering (1): tiga <46
kali seminggu
Kadang-kadang
(2): satu kali
seminggu
Jarang (3): satu
kali sebulan
Tidak pernah
(4)
7. Apabila saat kondisi basah lesi white spot tidak terlihat, gigi dikeringkan
menggunakan chip blower (pus-pus), kemudian diperiksa kembali apakah terdapat
lesi white spot atau tidak. Hasil dicatat pada formulir sesuai dengan kriteria ICDAS.
8. Peneliti/pemeriksa mewawancarai responden untuk mendapatkan data
kualitas hidup responden. Indeks yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup
responden adalah indeks COHIP-SF 19. Hasil yang didapatkan dicatat pada kuesioner
yang telah disediakan.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Karakteristik n %
Jenis kelamin
Laki-laki 87 56,1
Perempuan 68 43,9
Usia (tahun)
12 56 36,1
13 60 38,7
14 28 18,1
15 11 7,1
Tabel 5. Persentase distribusi gigi yang karies pada siswa/i Pesantren MTs Al-Manar
Medan (n=4340)
Jumlah Total
Kategori
n % n %
Caries free (d0) Kode 0 (sehat) 2854 65,8 2854 65,8
Kode 1 (white spot-gigi kering) 375 8,6
Initial caries
Kode 2 (white spot-gigi basah) 620 14,3 1246 28,7
lesion (d1-3)
Kode 3 (karies enamel) 251 5,8
Kode 4 (karies enamel-dentin 105 2,4
Manifest caries diskolorasi)
240 5,5
lesion (d4-6) Kode 5 (karies dentin) 31 0,7
Kode 6 (karies pulpa) 104 2,4
Rerata gigi yang bebas karies (caries free) pada responden adalah sebesar
18,4±6,5. Rerata initial caries lesion (d1-3) pada responden adalah sebesar 8±6,6 dan
manifest caries lesion (d4-6) sebesar 1,6±2,2 (Tabel 6).
Kategori ̅ ± SD Total
Caries free (d0) Kode 0 (sehat) 18,4±6,5 18,4±6,5
Kode 1 (white spot-gigi kering) 2,4±3,2
Initial caries
Kode 2 (white spot-gigi basah) 4±5,4 8±6,6
lesion (d1-3)
Kode 3 (karies enamel) 1,6±1,9
Kode 4 (karies enamel-dentin 0,7±1,3
Manifest caries diskolorasi)
1,6±2,2
lesion (d4-6) Kode 5 (karies dentin) 0,2±0,5
Kode 6 (karies pulpa) 0,7±1,2
Tabel 7. Distribusi frekuensi kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan
(n=155)
Frekuensi
Hampir
Domain Tidak Kadang-
Jarang Sering setiap
pernah kadang
waktu
n % n % n % n % n %
Kondisi rongga
mulut
Sakit gigi 49 31,6 39 25,2 25 16,1 38 24,5 4 2,6
Gigi diskolorasi 115 74,2 0 0 0 0 0 0 40 25,8
Gigi berjejal 101 65,2 0 0 0 0 0 0 54 34,8
Bau mulut 17 11 74 47,7 43 27,7 19 12,3 2 1,3
Gusi berdarah 35 22,6 25 33,6 37 23,9 27 17,4 4 2,6
Fungsional
Sulit saat makan 86 55,5 25 16,1 12 7,7 27 17,4 5 3,2
Sulit tidur 95 61,3 23 14,9 14 9 18 11,6 5 3,2
Sulit mengucapkan
114 73,6 20 13 9 5,8 9 5,8 3 1,9
kata
Sulit
membersihkan 105 67,7 24 15,5 15 9,7 8 5,2 3 1,9
rongga mulut
Tabel 7. Distribusi frekuensi kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan
(n=155)
Frekuensi
Hampir
Tidak Kadang-
Domain Jarang Sering setiap
pernah kadang
waktu
n % n % n % n % n %
Sosio-emosional
Sedih 86 55,5 13 8,4 30 19,4 20 12,9 6 3,9
Takut/khawatir 84 54,2 17 11 26 16,8 23 14,8 5 3,2
Menghindari
108 69,7 18 11,6 20 12,9 5 3,2 4 2,6
tersenyum
Terlihat berbeda 110 71 14 9 11 7,1 14 9 6 3,9
Cemas 118 76,1 16 10,3 11 7,1 5 3,2 5 3,2
Diintimidasi 111 71,6 24 15,5 9 5,8 9 5,8 2 1,3
Absen sekolah 113 72,9 14 9 10 6,5 7 4,5 11 7,1
Malas berbicara 100 64,5 27 17,4 14 9 6 3,9 8 5,2
Percaya diri 34 21,9 15 9,7 18 11,6 33 21,2 55 35,5
Terlihat menarik 48 31 11 7,1 14 9 29 18,7 53 34,2
Tabel 8. Rerata kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan (n=155)
Domain ̅ ± SD
Skor COHIP-SF 19 (0-76) 57,4±10,7
Kondisi rongga mulut (0-20) 13,3±3,3
Fungsional (0-16) 13,1±3,3
Sosio-emosional (0-40) 31±6,7
Responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 41,3%, sedang 45,1%
dan buruk 13,6%.
Tabel 9. Kategori kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan (n=155)
Kategori kualitas hidup n %
Baik (>57) 64 41,3
Sedang (46-57) 70 45,1
Buruk (<46) 21 13,6
Total 155 100
Tabel 10. Korelasi skor karies dengan skor kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-
Manar Medan
BAB 5
PEMBAHASAN
65,8%. Keadaan rongga mulut berpengaruh terhadap interaksi sosial dan memegang
peranan penting terhadap penampilan seseorang. Keadaan rongga mulut yang baik
dan sehat dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang dalam kehidupan sosial. 21
Rata-rata kualitas hidup responden pada domain kondisi rongga mulut sebesar
13,3±3,3; fungsional sebesar 13,1±3,3 dan sosio-emosional sebesar 31±6,7. Rata-rata
skor kualitas hidup responden adalah sebesar 57,4±10,7 dari skor maksimal 76. Hasil
tersebut tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Li dkk. di China,
yaitu rata-rata domain kondisi rongga mulut sebesar 14,4; fungsional sebesar 13,7;
sosio-emosional sebesar 34,2 dan skor kualitas hidup sebesar 62,2. 38 Hasil tersebut
menunjukkan rata-rata kualitas hidup responden yang tinggi. Skor yang tinggi
menandakan kualitas hidup yang baik. Hal ini dapat disebabkan karena berdasarkan
hasil penelitian, sebanyak 65,8% gigi bebas karies dan 28,7% gigi mengalami initial
caries lesion (d1-3) sehingga sebagian besar responden tidak merasakan gangguan
pada masing-masing domain kualitas hidup. Oleh karena itu, rata-rata skor kualitas
hidup responden tinggi.
Responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 41,3%, sedang 45,1%
dan buruk 13,6%. Berdasarkan hasil tersebut, sebagian besar kualitas hidup responden
tergolong cukup baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa gigi bebas karies
pada responden sebanyak 65,8% dan 28,7% mengalami initial caries lesion (d1-3).
Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh keluhan akibat kondisi rongga mulut. Keadaan
gigi yang bebas karies atau yang masih mengalami initial caries lesion (d1-3) biasanya
tidak mengakibatkan keluhan dan tidak berdampak negatif terhadap kualitas hidup
sehingga sebagian besar kualitas hidup responden tergolong cukup baik.19
Berdasarkan hasil uji korelasi, terdapat hubungan yang signifikan dengan arah
positif antara caries free (d0) dengan domain kondisi rongga mulut (p<0,05) maka
dapat diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah gigi yang bebas karies, kondisi
rongga mulut semakin baik. Hubungan antara initial caries lesion (d1-3) dengan
masing-masing domain fungsional, sosio-emosional dan skor kualitas hidup
signifikan dengan arah positif (p<0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan
bahwa initial caries lesion (d1-3) belum berdampak negatif terhadap aktivitas dan
BAB 6
6.1 Kesimpulan
1. Persentase gigi bebas karies (d0) siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan
adalah 65,8%. Distribusi karies terbanyak adalah initial caries lesion (d1-3), yaitu
28,7% dimana sebagian besar adalah karies kode 2 sebanyak 14,3%. Distribusi
manifest caries lesion (d4-6) adalah 5,5% dimana karies yang paling sedikit adalah
karies kode 5, yaitu 0,7%.
2. Rerata gigi siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan yang bebas karies (d0)
adalah 18,4±6,5 ; initial caries lesion (d1-3) sebesar 8±6,6 dan manifest caries lesion
(d4-6) sebesar 1,6±2,2.
3. Rerata skor kualitas hidup (COHIP-SF 19) siswa/i Pesantren MTs Al-
Manar Medan adalah 57,4±10,7 dengan rata-rata pada domain kondisi rongga mulut
sebesar 13,3±3,3, fungsional sebesar 13,1±3,3 dan sosio-emosional sebesar 31±6,7.
4. Siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan yang memiliki kualitas hidup
baik sebanyak 41,3%, sedang 45,1% dan buruk 13,6%.
5. Ada hubungan antara caries free (d0) dengan domain kondisi rongga mulut
(p<0,05). Ada hubungan antara initial caries lesion (d1-3) dengan kualitas hidup
siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan pada domain fungsional dan sosio-
emosional (p<0,05). Ada hubungan antara manifest caries lesion dan kualitas hidup
siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan dengan nilai korelasi negatif, artinya
semakin tinggi manifest caries lesion (d4-6) maka kualitas hidup cenderung semakin
rendah (p<0,05).
6. Semakin tinggi skor karies maka kualitas hidup semakin rendah dan
domain yang paling dipengaruhi adalah fungsional.
6.2 Saran
1. Kepada manajemen UKS Pesantren Al-Manar Medan diharapkan
melakukan kerjasama dengan dokter gigi dalam memberikan penyuluhan dan edukasi
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari karies dan
meningkatkan kesehatan rongga mulut siswa/i.
2. Kepada dokter gigi dan perawat gigi diharapkan secara aktif melaksanakan
program UKGS, yaitu memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan gigi untuk
mencegah kerusakan yang semakin parah akibat karies pada siswa/i.
3. Kepada guru diharapkan dapat melakukan pembinaan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut kepada siswa/i agar siswa/i dapat terbiasa berperilaku baik
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
11. Swastini AAP. Kerusakan gigi merupakan fokal infeksi penyebab timbulnya
penyakit sistemik. Jurnal Kesehatan Gigi 2013; 1(1): 63-8.
12. Dean JA, Avery DR, McDonald RE. Dentistry for the child and adolescent. 9th
ed., Indiana: Elsevier, 2010: 177, 205.
13. Piovesan C, Batista A, ferreira F, Ardenghi T. Oral health-related quality of life
in children: Conceptual issues. Dental Research Journal 2009; 24(1): 81-85.
14. Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over
the last decade. RSBO 2012; 9(3): 317-18.
15. Gilchrist F, Rodd H, Deery C, Marshman Z. Assessment of the quality of
measures of child oral health-related quality of life. BMC Oral Health 2014;
14(40): 3.
16. Hurlock EB. Perkembangan anak. Ed. 6, Jakarta: Erlangga, 2013: 120, 122.
17. Broder HL, Wilson-Genderson M, Sischo L. Reliability and validity testing for
the Child Oral Health Impact Profile-Reduced (COHIP-SF 19). J Public Health
Dent. 2012; 72: 302-12.
18. Pratap R, Puranik MP, Uma SR. Caries experience and its relationship with oral
health related quality of life among orphanage children in Bengaluru city: a
cross-sectional study. J Indian Assoc Public Health Dent 2016; 14: 400.
19. Guedes RS, Ardenghi TM, Piovesan C, EmmanuelLi B, Mendes FM. Influence
of initial caries lesion on quality of life in preschool children: a 2 year cohort
study. Community Dent Oral Epidemiol 2016; 44: 292-300.
20. Ramos-jorge J, Pordeus IA, Ramos-jorge ML, Marques LS, Paiva SM. Impact of
untreated dental caries on quality of life of preschool children : different stages
and activity. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/cdoe.12086/abstract (9
Oktober 2017)
21. Anwar AI. Hubungan antara status kesehatan gigi dengan kualitas hidup pada
manula di Kecamatan Malili, Luwu Timur. Dentofasial 2014; 13(3): 162.
22. Lu H, Wong MCM, Lo ECM, McGrath C. Oral health related quality of life
among young adults. Vol 10 Issue 1, March 2015.
http://link.springer.com/article/10.1007/s11482-013-9296-9 (17 April 2017).
23. Dewi O. Analisa hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU
kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008.
24. Budiarti R. Tingkat keimanan islam dan status karies gigi santri.
https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/851%20Rahaju%20Budiarti_T
ingkat%20Keimanan%20Islam%20Dan%20Status%20Karies%20Gigi%20Santri
.pdf (2 Juli 2017)
25. Mahfouz M, Esaid AA. Dental caries prevalence among 12-15 year old
Palestinian children. http://dx.doi.org/10.1155/2014/785404 (17 April 2017)
26. Sondang P, Harmada T. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan
pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 1-28.
27. Tarigan Rasinta. Karies Gigi. Jakarta: Hipokrates, 1995: 1.
28. Honkala E et al. Measuring dental caries in the mixed dentition by ICDAS.
https://www.hindawi.com/journals/ijd/2011/150424/ (23 Juni 2017)
29. ICDAS. International caries detection and assessment system. 2009.
30. Lara-capi C, Lingstrom P, Ashi H, Sales S, Campus G. Taste preference in
relation to dental caries in Italian adolecents.
http://phdsbio.uniss.it/images/pdf/28/Abstract%20LaraCapi%20C%20XXVIII%
20ciclo.pdf (7 Juli 2017).
31. Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International caries
detection and assessment system (ICDAS): a new concept. International Journal
of Clinical Pediatric Dentistry 2011; 4(2): 95.
32. World Health Organization. Health Promotion Glossary. 1998: 17.
33. Nuca C, Amariei C, Martoncsak E, Tomi DD. Study regarding the correlation
between the child-OIDP index and the dental status in 12-year-old children from
Harsova Constanta county. OHDMBSC 2005; 4(4): 4.
34. Sischo L, Broder HL. Oral health-related quality of life: what, why, how and
future implications. J Dent Res. 2011; 90: 1264.
35. Biazevic MGH, Risotto RR, Michel-Crosato E, Mendes LA, Mendes MOA.
Relationship between oral health and its impact on quality of life among
adolescents. Braz Oral Res 2008; 22(1): 39,41.
36. Nuca C, Amariei C, Rusu DL, Arendt C. Oral health-related quality of life
evaluation. OHDMBSC 2007; 6(1): 6-7.
37. Genderson MW, Sischo L, Markowitz K, Fine D, Broder HL. An overview of
children’s oral health-related quality of life assesment: from scale development
to measuring outcomes. Caries Res. 2013 ; 47(01): 13–21.
38. Li C, Xia B, Wang Y, Guan X, Yuan J, Ge L. Translation and psychometric
properties of the Chinese Version of the child oral health impact profile-short
form 19 (COHIP-SF 19) for school-age children. Health and Quality of Life
Outcomes 2014; 12: 171.
39. Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
40. Arangannal P, Mahadev SK, Jayaprakash J. Prevalence of dental caries among
school children in Chennai based on ICDAS II.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27190939 (6 September 2017)
41. Almerich-Silla JM, Boronat-Ferrer T, Montiel-Company JM, Iranzo-Cortes JE.
Caries prevalence in children from Valencia using ICDAS II criteria. Med Oral
Patol Oral Cir Bucal. 2014;19 (6): e574-80.
42. Abhishek KN, Shamarao S, Jain J, Haridas R, Ajagannanavar SL, Khanapure
SC. Impact of caries prevalence on oral health related quality of life among
police personnel in Virajpet.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4209619/ (30 Agustus 2017).
Selamat Pagi/Siang,
Perkenalkan nama saya Ayu Grace, saat ini saya sedang menjalani pendidikan
S1 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara dan saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul :
“Hubungan Pengalaman Karies Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja Usia 12-
15 Tahun di Pesantren MTs Al-Manar Medan”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status karies
dengan kualitas hidup. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk
memberikan informasi dan menambah ilmu pengetahuan Adik mengenai kualitas
hidup yang dapat dipengaruhi oleh karies.
Karies (gigi berlubang) dapat memengaruhi kesehatan umum, menghambat
seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, berbicara dan
bersosialisasi; serta memengaruhi rasa percaya diri. Kondisi ini kemudian dapat
berdampak pada kualitas hidup.
Prosedur penelitian yang akan Adik ikuti adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rongga mulut (karies)
2. Pengisian kuesioner yang akan dipandu oleh pemeriksa
Pada penelitian ini Adik tidak dikenakan biaya apapun, karena biaya
sepenuhnya ditanggung oleh peneliti. Peneliti menjamin kerahasiaan data Adik dalam
penelitian ini. Penelitian ini tidak akan menimbulkan efek samping dan tidak akan
mengubah kondisi rongga mulut Adik. Apabila Adik mengalami keluhan maka dapat
menghubungi saya:
Nama: Ayu Grace
No.HP: 082167930704
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Usia :
No Telp :
Dengan sadar atau tanpa paksaan, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Medan, / / 2017
Subjek Penelitian,
( )
2. Pemeriksaan Karies
17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
Status gigi
Kode Kriteria
0 Tidak ada karies, tidak ada perubahan warna saat kering
Hipoplasia enamel, fluorosis, lesi non-karies (atrisi, abrasi, erosi)
serta stain ekstrinsik dan intrinsik
1 White spot atau kecoklatan setelah semprotan udara selama 5 detik
Skor ICDAS
= ............ 3
= ............ 4
No Hampir
Tidak Kadang-
Pertanyaan Jarang Sering Setiap
Pernah Kadang
Waktu
Kondisi Gigi dan Mulut
1. Pernahkah anda merasakan
4 3 2 1 0
sakit gigi?
2. Pernahkah anda memiliki
bercak pada gigi 4 3 2 1 0
anda(diskolorasi)?
3. Pernahkah anda memiliki
gigi yang berjejal atau gigi 4 3 2 1 0
yang jarang?
4. Pernahkah anda mengalami
4 3 2 1 0
bau mulut?
5. Pernahkah anda mengalami
4 3 2 1 0
gusi berdarah?
Kondisi fungsional
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Distribusi karies
Correlations
*
Caries Free Correlation .159 .065 .044 .099 1.000
Coefficient
Kondisi Skor
GM Fungsional Sosioemosional Cohip Initial
* * *
Initial Correlation .044 .179 .192 .187 1.000
Coefficient
Correlations
Kondisi Skor
GM Fungsional Sosioemosional Cohip Manifest
** ** ** **
Manifest Correlation -.469 -.597 -.560 -.694 1.000
Coefficient