Anda di halaman 1dari 62

HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DENGAN

KUALITAS HIDUP PADA REMAJA USIA 12–15


TAHUN DI PESANTREN MTS AL-MANAR
MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
AYU GRACE SITINJAK
NIM: 130600192

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2017

Ayu Grace Sitinjak


Hubungan Pengalaman Karies Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja Usia 12-
15 Tahun di Pesantren MTs Al-Manar Medan.
ix + 38 halaman
Masalah kesehatan rongga mulut terutama karies dapat memengaruhi kualitas
hidup karena menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti
berbicara, mengunyah, merasakan makanan, tidur, belajar dan bersosialisasi serta
dapat memengaruhi keadaan fisik, sosial dan psikologis seseorang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengalaman karies dengan kualitas hidup pada
remaja usia 12-15 tahun di Pesantren MTs Al-Manar Medan. Jenis penelitian adalah
analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah
siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan, dengan jumlah sampel 155 orang yang
dipilih dengan teknik simple random sampling. Pemeriksaan karies menggunakan
kriteria ICDAS dan kualitas hidup diukur menggunakan indeks Child Oral Health
Impact Profile-Short Form (COHIP-SF 19). Hasil penelitian menunjukkan rerata gigi
bebas karies (d0) siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan adalah 18,4±6,5, initial
caries lesion (d1-3) sebesar 8±6,6 dan manifest caries lesion (d4-6) sebesar 1,6±2,2.
Kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan cukup tinggi dengan nilai
rerata 57,4±10,7 dari skor total 76. Rata-rata kualitas hidup pada domain kondisi
rongga mulut sebesar 13,3±3,3, fungsional sebesar 13,1±3,3 dan sosio-emosional
sebesar 31±6,7. Responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 41,3%,
sedang 45,1% dan buruk 13,6%. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan
yang signifikan antara initial caries lesion (d1-3) dengan kualitas hidup siswa/i
Pesantren MTs Al-Manar Medan pada domain fungsional dan sosio-emosional
(p<0,05) dan antara manifest caries lesion dengan kualitas hidup siswa/i Pesantren

Universitas Sumatera Utara


MTs Al-Manar Medan pada seluruh domain dengan nilai korelasi negatif, artinya
semakin tinggi manifest caries lesion (d4-6) maka kualitas hidup semakin rendah
(p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi skor karies maka kualitas hidup
semakin rendah dan domain kualitas hidup yang paling dipengaruhi adalah domain
fungsional.

Daftar Rujukan: 42 (1990-2016)


Kata kunci: karies, kualitas hidup, ICDAS, COHIP-SF 19

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 25 Oktober 2017


Pembimbing: Tanda tangan

1. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes


NIP. 198105162005012003 ..................................
2. Siska Ella Natassa Mtd, drg.
NIP. 198711292012122002 ..................................

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 25 Oktober 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Simson Damanik, drg., M.Kes


2. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes
3. Siska Ella Natassa Mtd, drg.

Universitas Sumatera Utara


iv

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran
Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
perhatian dan telah rela meluangkan waktu untuk membimbing, memberi pengarahan
serta memberikan dorongan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini
hingga selesai.
3. Siska Ella Natassa, drg., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan perhatian dan telah rela meluangkan waktu untuk membimbing,
memberi pengarahan serta memberikan dorongan semangat kepada penulis selama
penulisan skripsi ini hingga selesai.
4. Simson Damanik, drg., M.Kes dan Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes selaku
dosen penguji dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara atas saran yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik
Penelitian di Bidang Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
persetujuan perlaksanaan penelitian ini.
6. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes selaku dosen penasehat
akademik yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat dan arahan selama

Universitas Sumatera Utara


v

penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas


Sumatera Utara.
7. Drs. Nasiruddin Saragih selaku kepala sekolah Pesantren MTs Al-Manar
Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Pesantren MTs Al-
Manar Medan beserta guru-guru yang telah membantu berjalannya penelitian.
Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta,
Alm. Bapak B. Sitinjak dan Mama T. Gurning serta terima kasih kepada kakak dan
abang tersayang Cici, Iis dan Benno atas segala perjuangan, kasih sayang, doa,
bimbingan, motivasi serta dukungan baik moril maupun materiil yang selama ini
diberikan kepada penulis.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayang di
FKG USU, yaitu Cia, Anemari, Kukur, Uci, Ode, Putri, Cele, Kiky dan Deti serta
teman-teman stambuk 2013 atas bantuan, motivasi dan hiburan yang diberikan
selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada partner tersayang, Andreas Sitio atas hiburan, doa,
semangat dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan
masyarakat.

Medan, 21 Oktober 2017


Penulis,

(AYU GRACE SITINJAK)


NIM: 130600192

Universitas Sumatera Utara


vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.4 Hipotesis Penelitian....................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7


2.1 Karies ............................................................................................. 7
2.1.1 Etiologi Karies ............................................................................ 7
2.2 Indeks Karies ................................................................................. 9
2.3 Kualitas Hidup .............................................................................. 11
2.3.1 Karies dan Kualitas Hidup ......................................................... 12
2.3.2 Pengukuran Kualitas Hidup ....................................................... 13
2.4 Kerangka Konsep .......................................................................... 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 19


3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 19
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 19
3.2.1 Tempat Penelitian....................................................................... 19
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................ 19
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 20

Universitas Sumatera Utara


vii

3.3.1 Populasi ...................................................................................... 20


3.3.2 Sampel ........................................................................................ 20
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional .............................. 20
3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 21
3.6 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 22
3.7 Etika Penelitian ............................................................................. 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 23


4.1 Karakteristik Responden ............................................................... 23
4.2 Persentase Distribusi Karies Berdasarkan ICDAS II .................... 23
4.3 Kualitas Hidup .............................................................................. 24
4.4 Hubungan Pengalaman Karies dengan Kualitas Hidup ................ 27

BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................. 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 33


6.1 Kesimpulan ................................................................................... 33
6.2 Saran.............................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kode dan kriteria ICDAS II ................................................................. 10

2 Instrumen pengukuran kualitas hidup anak yang berhubungan


dengan kesehatan rongga mulut ........................................................... 15

3 Instrumen pengukuran kualitas hidup yang berhubungan dengan


kesehatan rongga mulut (COHIP-SF 19 oleh Broder HL) ................... 16

4 Karakteristik siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan berdasarkan


jenis kelamin dan usia .......................................................................... 23

5 Persentase distribusi gigi yang karies pada siswa/i Pesantren MTs


Al-Manar Medan .................................................................................. 24

6 Rerata karies siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan....................... 24

7 Distribusi frekuensi kualitas hidup responden siswa/i Pesantren MTs


Al-Manar Medan .................................................................................. 25

8 Rerata kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan .......... 26

9 Kategori kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan ...... 27

10 Korelasi skor karies dengan skor kualitas hidup siswa/i Pesantren


MTs Al-Manar Medan ......................................................................... 28

Universitas Sumatera Utara


ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

2. Lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent)

3. Lembar pemeriksaan karies (ICDAS)

4. Lembar kuesioner kualitas hidup menggunakan indeks COHIP-SF 19

5. Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Kesehatan No. 468

6. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian dari Pesantren MTs Al-Manar Medan

7. Hasil analisis perhitungan statistik

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan rongga mulut yang paling banyak diderita anak-anak
maupun orang dewasa adalah karies.1 Karies adalah penyakit infeksi gigi yang
bersifat progresif pada jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin dan sementum serta
dapat meluas ke arah pulpa. Proses terjadinya karies ditandai dengan terjadinya
demineralisasi jaringan keras gigi diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.2
Prevalensi karies masih cukup tinggi di seluruh belahan dunia, sehingga
karies merupakan suatu penyakit infeksi gigi yang menjadi perhatian utama. 3 WHO
(World Health Organization) merekomendasikan kelompok usia 12 tahun untuk
dilakukan pemeriksaan karies. Usia 12 tahun ditetapkan sebagai usia pemantauan
global (global monitoring age) untuk karies karena umumnya di usia ini anak-anak
meninggalkan bangku sekolah dasar. Berdasarkan psikologi perkembangan, remaja
mulai mempertimbangkan penilaian terhadap penampilan mereka serta sudah
memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri. Selain itu, pada usia 12 tahun
semua gigi permanen diperkirakan sudah erupsi kecuali gigi molar tiga. Pada usia 15
tahun, gigi permanen telah terpapar dengan lingkungan rongga mulut selama 3-9
tahun. Berdasarkan hal tersebut, kelompok usia 12-15 tahun penting untuk dilakukan
pemeriksaan karies.4,5
WHO menyatakan, secara global 60–90% anak usia sekolah dan hampir 100%
orang dewasa mengalami karies.1 Berdasarkan Children’s Dental Health Survey
2013, prevalensi karies di negara-negara maju pada anak usia 12 tahun sebesar 68%
dan 15 tahun sebesar 79%.6 Sedangkan menurut penelitian Manji dkk. di negara-
negara berkembang, prevalensi karies pada anak usia 12 tahun sebesar 76,1% dan 15
tahun sebesar 81,1%.7 Berdasarkan penelitian Petersen dkk. di Thailand, prevalensi
karies pada anak usia 12 tahun di daerah perkotaan sebesar 71,7% dan pedesaan
sebesar 68,2%.8 Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar, persentase penduduk

Universitas Sumatera Utara


2

Indonesia yang mempunyai masalah kesehatan rongga mulut meningkat. Angka


DMFT yang menggambarkan tingkat keparahan kerusakan gigi di Indonesia pada
kelompok usia 12 dan 15 tahun menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2007 ke
2013. Angka DMFT pada kelompok usia 12 tahun meningkat dari 0,91 menjadi 1,4
dan 15 tahun meningkat dari 1,14 menjadi 1,5.9
Status kesehatan rongga mulut memiliki peranan penting terhadap kesehatan
umum. Pengalaman karies yang tinggi dapat memengaruhi kualitas hidup karena
dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti berbicara,
mengunyah, merasakan makanan, tidur, belajar dan bersosialisasi serta dapat
memengaruhi keadaan fisik, sosial dan psikologis seseorang. 10 Karies yang tidak
dirawat dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya abses periapikal akibat
perluasan infeksi dari pulpa yang nekrosis. Abses dapat menimbulkan gejala berupa
pembengkakan, rasa sakit, bahkan demam dan trismus (sulit membuka mulut). Pada
keadaan yang parah, karies gigi dapat menjadi fokal infeksi bagi organ tubuh lainnya.
Bakteri dari gigi yang terinfeksi dapat masuk ke dalam pembuluh darah menyebar ke
daerah sinus, sistem persarafan, kardiovaskuler, paru-paru dan mata. Hal ini dapat
memengaruhi kesejahteraan seseorang secara keseluruhan.11 Berdasarkan penelitian
Gift, anak-anak di Amerika kehilangan 51 juta jam belajar di sekolah dalam satu
tahun karena karies.12 Feitosa et al. menemukan bahwa karies gigi, yang merupakan
penyakit pada rongga mulut tertinggi di masyarakat dapat menimbulkan rasa sakit
dan tidak nyaman sehingga menyebabkan gangguan mengunyah, penurunan nafsu
makan, penurunan berat badan, gangguan tidur, perubahan perilaku dan kinerja
sekolah yang rendah.13 Keluhan dan dampak yang ditimbulkan karies tersebut dapat
dicegah atau dihentikan dengan melakukan perawatan restoratif pada gigi yang
berlubang atau pencabutan jika infeksi telah meluas sampai jaringan periapikal untuk
mencegah terjadinya penyebaran infeksi lebih lanjut. 11
Pengukuran indeks karies gigi yang sering digunakan saat ini adalah indeks
ICDAS (International Caries Detection and Assessment). Indeks ICDAS merupakan
indeks yang valid dan reliabel, dibuat untuk menilai karies berdasarkan tahap

Universitas Sumatera Utara


3

perkembangannya dengan enam kategori yang jelas mulai dari perubahan awal yang
secara klinis terlihat pada enamel sampai kavitasi yang lebih luas. 14
Saat ini, evaluasi hubungan antara kesehatan rongga mulut dengan kualitas
hidup adalah permasalahan utama yang menjadi perhatian di negara berkembang.
Salah satu instrumen kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut yang sering
digunakan adalah COHIP (Child Oral Health Impact Profile) karena memiliki tingkat
validitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk membedakan anak-anak berdasarkan
kondisi klinis dan tingkat keparahan yang berbeda. Instrumen COHIP disederhanakan
menjadi bentuk yang lebih singkat, yaitu COHIP-SF 19 (Child Oral Health Impact
Profile-Short Form) karena penggunaannya dinilai lebih efisien. Instrumen ini
digunakan untuk anak dengan rentang usia 7-18 tahun dan dapat menilai dampak
keadaan rongga mulut terhadap kondisi sosio-emosional.15 Perkembangan sosio-
emosional pada masa remaja sangat berpengaruh terhadap masa kehidupan
selanjutnya.16 Oleh karena itu, instrumen COHIP-SF 19 sesuai digunakan untuk
menilai kualitas hidup pada remaja.13
Berdasarkan penelitian Broder HL dkk. menggunakan indeks COHIP-SF,
responden yang memiliki karies gigi permanen secara signifikan memiliki skor
kualitas hidup yang lebih rendah (p<0,05) dan domain yang paling dipengaruhi karies
responden adalah kondisi rongga mulut, yaitu keluhan rasa sakit. 17 Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratap R dkk., responden yang memiliki skor
DMFT yang tinggi secara signifikan memiliki skor COHIP-SF 19 yang lebih rendah
(p=0,002) dan domain yang paling dipengaruhi adalah kondisi rongga mulut, yaitu
keluhan rasa sakit.18 Penelitian yang dilakukan oleh Guedes dkk. di Brazil
menunjukkan bahwa responden yang memiliki karies dengan kode 3-6 berdasarkan
kriteria ICDAS secara signifikan mengalami penurunan kualitas hidup yang
menggunakan indeks ECOHIS (p=0,013) dan domain yang paling dipengaruhi adalah
domain fungsi dan psikologis.19 Penelitian yang dilakukan oleh Ramos-Jorge dkk. di
Brazil menunjukkan bahwa karies dengan kode 5 dan 6 secara signifikan berdampak
negatif terhadap kualitas hidup yang menggunakan indeks ECOHIS (p<0,001) dan
domain yang paling dipengaruhi adalah domain fungsi dan sosial.20 Berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


4

penelitian Anwar di Makassar, terdapat hubungan signifikan antara status karies


(DMFT) dan kualitas hidup yang menggunakan OHIP-14 (p<0,05) dan domain yang
paling dipengaruhi karies responden adalah domain fungsi, yaitu kesulitan saat
makan.21 Namun berbeda dengan hasil penelitian Lu H, menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara karies (DMFT) dengan kualitas hidup yang
menggunakan indeks OHIP-14 (p>0,05).22
Masa remaja merupakan tahap penting dalam kurun kehidupan manusia
karena terjadi perubahan fisik, mental dan psikososial yang cepat dan berdampak
pada berbagai aspek kehidupannya.23 Minat terhadap kerapian juga semakin besar
sebagai upaya untuk menciptakan penampilan yang menarik. Minat terhadap
kesehatan yang semula hampir tidak ada berubah menjadi minat yang sedemikian
besar sehingga anak menjadi sadar akan kesehatan dan peranan kesehatan bagi
penampilan.16 Remaja dapat merasa tidak puas terhadap penampilan wajahnya yang
tidak hanya menyebabkan mereka merasa tertekan tapi juga akan menurunkan
fungsinya dalam kehidupan sosial, bahkan dapat menurunkan aktivitas belajar karena
sering tidak masuk sekolah akibat malu untuk bertemu dengan orang lain atau merasa
dicemoohkan. Masalah kesehatan pada rongga mulut terutama karies dapat
memengaruhi proses kegiatan di atas.10,23
Kondisi kesehatan rongga mulut individu tergantung perilaku dalam menjaga
kesehatannya. Keyakinan akan sesuatu hal akan menghasilkan perubahan perilaku
yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan. Ditinjau dari sisi keyakinan atau budaya
serta nilai-nilai/norma dalam kehidupan, keimanan dapat menjadi salah satu unsur
untuk meningkatkan sikap, motivasi dan perilaku seseorang sesuai dengan
kepercayaan yang dianutnya. Pesantren sebagai salah satu pusat pendidikan agama
yang islami mengutamakan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama, salah
satunya adalah mengenai kebersihan seperti yang diajarkan bahwa kebersihan
merupakan sebagian dari iman. Tindakan menjaga kebersihan rongga mulut dapat
memengaruhi terjadinya karies.3,24
Pesantren MTs Al-Manar adalah lembaga pendidikan Islami swasta setingkat
SMP yang terletak di Kec. Medan Johor yang berada di kawasan pinggiran Kota

Universitas Sumatera Utara


5

Medan. Sistem yang digunakan Pesantren MTs Al-Manar sama dengan sistem
sekolah umum, yaitu siswa/i tinggal dengan orang tua, membayar biaya pendidikan
per bulan dan kurikulum pembelajaran yang sama. Berdasarkan hasil observasi,
diperoleh data bahwa rata-rata status ekonomi orang tua siswa/i tergolong menengah
ke bawah. Berdasarkan profil Kecamatan Medan Johor, daerah ini memiliki enam
Puskesmas yang masih aktif menjalankan aktivitasnya baik di dalam gedung
Puskesmas maupun di luar Puskesmas. Selain itu, siswa/i Pesantren MTs Al-Manar
memperoleh pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut dari sekolah dan peran
orang tua.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
pengalaman karies dengan kualitas hidup pada remaja usia 12-15 tahun. Penelitian ini
akan dilakukan di Pesantren MTs Al-Manar Medan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan:
Apakah terdapat hubungan antara pengalaman karies dengan kualitas hidup pada
remaja usia 12-15 tahun di Pesantren MTs Al-Manar Medan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui distribusi karies berdasarkan kategori ICDAS pada
remaja usia 12-15 tahun di Pesantren Al-Manar Medan.
2. Untuk mengetahui rerata skor karies pada remaja usia 12-15 tahun di
Pesantren MTs Al-Manar Medan.
3. Untuk mengetahui rerata skor kualitas hidup pada remaja usia 12-15 tahun
di Pesantren MTs Al-Manar Medan.
4. Untuk mengetahui kategori kualitas hidup pada remaja usia 12-15 tahun di
Pesantren MTs Al-Manar Medan.
5. Untuk mengetahui hubungan pengalaman karies dengan kualitas hidup
serta domain kualitas hidup yang paling dipengaruhi oleh karies pada remaja usia 12-
15 tahun di Pesantren MTs Al-Manar Medan.

Universitas Sumatera Utara


6

1.4 Hipotesis Penelitian


Tidak ada hubungan antara pengalaman karies dengan kualitas hidup pada
remaja usia 12-15 tahun di Pesantren MTs Al-Manar Medan.

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Masyarakat
Bahan penyuluhan dan informasi tentang pengaruh karies terhadap kualitas
hidup serta pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut.
2. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat
Menambah kepustakaan dan sebagai informasi untuk melakukan penelitian
lebih lanjut pada masa yang akan datang.
3. Dinas Kesehatan
Bahan masukan dan pertimbangan bagi pembuat kebijakan di lingkungan
Dinas Kesehatan khususnya bagian pelayanan kesehatan rongga mulut sebagai
penyuluh kesehatan untuk mengoptimalkan status kesehatan rongga mulut remaja.
4. Peneliti
Mendapat pengalaman meneliti, mengetahui cara pemeriksaan karies
menggunakan ICDAS serta memberikan informasi tentang hubungan pengalaman
karies dengan kualitas hidup pada remaja di Pesantren MTs Al-Manar Medan.

Universitas Sumatera Utara


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies
Penyakit pada rongga mulut yang paling banyak terjadi dan masih menjadi
masalah utama adalah karies. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa alasan
sebagian besar masyarakat melakukan perawatan gigi adalah karena mengeluh sakit
gigi akibat karies. Karies merupakan penyakit progresif yang sering terjadi dari usia
dini.25 Karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan
sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat
yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan
keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Ada tiga faktor utama yang
memegang peranan terbentuknya lubang gigi, yaitu faktor host, agen atau
mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan
sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi
setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu host yang rentan, kolonisasi
mikroorganisme, substrat yang kariogenik dan waktu yang lama. 26
Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai
faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko karies gigi
adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva dan
pola makan, usia, jenis kelamin dan sosial ekonomi. 26 Beberapa penyebab tingginya
prevalensi karies pada masa remaja adalah kurangnya pengetahuan mengenai
kesehatan gigi dan motivasi, ketidakpedulian, kebersihan rongga mulut yang buruk,
teknik menyikat gigi yang kurang tepat dan asupan fluor yang inadekuat.25

2.1.1 Etiologi Karies


a. Faktor host
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,

Universitas Sumatera Utara


8

dan faktor kimia. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies
karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pada pit dan
fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan
plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel terdiri atas
kristal hidroksiapatit yang tersusun dalam prisma. Kepadatan kristal enamel sangat
menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka
kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Sampai saat ini
diketahui bahwa enamel yang mengandung garam-garam fluor akan lebih tahan
karies dibanding yang tidak mengandung fluor.26,27
b. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk pada gigi dan melekat erat
pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Pada awal pembentukan plak, kokus
gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus
mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, dan Streptococcus salivarius
serta beberapa strain lainnya.26
c. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat memengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat memengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta
bahan lain dan menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami
kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung
lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal
ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam
terjadinya karies.26

Universitas Sumatera Utara


9

d. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48
bulan.26

2.2 Indeks Karies


Gambaran kejadian karies pada suatu populasi dapat digunakan sebagai
pertimbangan untuk penegakan tindakan pencegahan dan kontrol karies. Untuk dapat
digunakan sebagai pertimbangan tindakan pelayanan kesehatan, gambaran kejadian
karies pada suatu populasi harus akurat dan representatif. Hal ini dapat diperoleh
dengan menggunakan pengukuran indeks karies yang reliabel.14
Pengukuran indeks karies gigi yang sering digunakan saat ini adalah indeks
ICDAS (International Caries Detection and Assessment System) yang dikembangkan
pada tahun 2001.14 Indeks ICDAS dibuat untuk menilai karies sesuai dengan tahap
perkembangannya dengan enam kategori yang jelas. Validitas dan kemampuan
indeks ICDAS telah diuji dalam beberapa percobaan dan uji klinis, serta terdapat
beberapa studi epidemiologi besar yang dilakukan dengan menggunakan indeks
ICDAS. Indeks ICDAS saat ini menjadi indeks yang direkomendasikan secara
internasional untuk survei kesehatan gigi.28
Indeks ICDAS dikembangkan oleh sekelompok peneliti, ahli epidemiologi
dan dokter gigi konservatif. ICDAS I dimaksudkan untuk mendeteksi karies dengan
tahap proses karies, topografi dan anatomi, penilaian proses karies baik yang
terkavitasi maupun yang tidak terkavitasi serta karies aktif. Komite ICDAS
berkoordinasi untuk membuat ICDAS II pada tahun 2009 yang menggambarkan
karies koronal dan karies terkait dengan restorasi. ICDAS II merupakan metode
visual terbaru yang dikembangkan untuk mendeteksi karies. Metode ICDAS II
mampu mendeteksi tahapan proses karies mulai dari perubahan awal yang secara
klinis terlihat pada enamel sampai kavitasi yang lebih luas. Kriteria pengukuran ini

Universitas Sumatera Utara


10

juga telah dilaporkan memiliki validitas yang baik dan kehandalan yang tinggi untuk
mendeteksi karies.14
Metode ICDAS menggunakan sistem pengkodean dengan rentang kode 0-6
berdasarkan tingkat keparahan lesi. Pemberian kode menurut ICDAS II dijelaskan
dengan kriteria sebagai berikut:29

Tabel 1. Kode dan kriteria ICDAS II29

Kode Kriteria
0  Tidak ada karies, tidak ada perubahan warna saat kering
 Hipoplasia enamel, fluorosis, lesi non-karies (atrisi, abrasi, erosi) serta
stain ekstrinsik dan intrinsik
1 White spot atau kecoklatan terlihat setelah dilakukan semprotan udara selama
5 detik
2 White spot terlihat dalam keadaan gigi basah dan/atau terlihat lesi berwarna
kecoklatan yang lebih lebar dari fissure/fossa normal
3 Karies sedalam enamel, tidak melibatkan dentin
4 Terdapat kerusakan enamel disertai terlihatnya bayangan dentin yang
diskolorasi (abu-abu, kebiruan atau kecoklatan) dengan atau tanpa kerusakan
enamel lokal
5 Karies terlihat jelas mencapai dentin tetapi luas dan dalam kavitas kurang
dari setengah permukaan gigi
6 Karies dentin yang luas dan dalam mencapai setengah permukaan gigi,
dinding dan dasar dentin terlihat jelas bahkan mencapai pulpa

Menurut Cynthia L, hasil pemeriksaan karies ICDAS dapat dikategorikan


menjadi tiga, yaitu caries free (kode 0), initial caries lesion (kode 1-3) dan manifest
caries lesion (kode 4-6).30

Universitas Sumatera Utara


11

Gambar 1. Gambaran klinis kriteria


ICDAS31

2.3 Kualitas Hidup


Kualitas hidup menurut WHO diartikan sebagai persepsi seseorang mengenai
posisi mereka di kehidupan dilihat dari konteks kebudayaan dan sistem nilai di
tempat mereka hidup serta hubungannya dengan target, ekspektasi, standar, dan hal-
hal yang penting bagi mereka.32 Menurut Bowling, ada beberapa komponen yang
terdapat dalam kualitas hidup yaitu kemampuan fungsional (kemampuan sehari-hari
dan kemampuan untuk bekerja), tingkat kualitas sosial dan interaksi dalam
masyarakat, kesehatan psikologi, kesehatan fisik dan kepuasan hidup. Shin dan
Johnson menyatakan bahwa kualitas hidup terdiri atas kepentingan seseorang untuk
memiliki kebahagiaan individu, kebutuhan, keinginan dan impian, keikutsertaan
dalam berbagai aktivitas dan kepuasan terhadap diri sendiri dan orang lain.23

Universitas Sumatera Utara


12

Saat ini, adanya hubungan kualitas hidup dengan kesehatan gigi dan mulut
mendapat perhatian para ahli sehingga menjadi sebuah gagasan utama dalam
kebijakan kesehatan di negara-negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah
karena kondisi kesehatan gigi dan mulut dapat memengaruhi kualitas hidup. Dampak
yang ditimbulkan akibat kesehatan gigi dan mulut dapat memengaruhi kesehatan
fisik, psikologis, sosial dan kegiatan sehari-hari. Kesehatan rongga mulut
dihubungkan dengan kualitas hidup (Oral Health Related Quality of Life)
didefinisikan sebagai persepsi seseorang mengenai bagaimana kesehatan rongga
mulut memengaruhi kualitas hidup dan kesehatan secara keseluruhan. 33 Oral Health
Related Quality of Life (OHRQoL) diakui oleh WHO sebagai segmen penting dalam
program kesehatan rongga mulut di dunia. OHRQoL penting untuk diketahui karena
keterlibatannya dalam perbedaan keadaan rongga mulut masyarakat dan akses untuk
dilakukannya perawatan.34

2.3.1 Karies dan Kualitas Hidup


Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dari kesehatan umum.
Status kesehatan umum yang baik lebih dari sekedar mempunyai gigi yang sehat.
Banyak anak-anak memiliki kesehatan umum yang inadekuat karena karies aktif yang
tidak dirawat. Karies tidak dapat sembuh dengan sendirinya, seperti demam atau
dengan mengonsumsi antibiotik seperti penyakit infeksi lainnya. Karies merupakan
penyakit kronis yang paling banyak dialami pada masa remaja. 12
Karies dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang karena berdampak pada
beberapa aspek kehidupan, yaitu fungsi, penampilan, hubungan interpersonal dan
bahkan dalam pekerjaan atau sekolah. Selain itu, karies dapat memengaruhi
perkembangan anak dan kesehatan umum. Karies yang parah dapat menurunkan
kualitas hidup karena menyebabkan sakit, tidak nyaman, infeksi akut maupun kronis
sehingga terjadi gangguan saat makan dan tidur, tingginya biaya untuk perawatan
karies dan absen sekolah meningkat karena kurangnya kemampuan untuk belajar. 35
Karies yang tidak dirawat dapat menyebabkan terjadinya abses. Pulpa gigi yang
nekrosis akibat karies memberi jalan bagi bakteri untuk masuk ke dalam jaringan

Universitas Sumatera Utara


13

periapikal dan membentuk abses. Hal ini dapat menyebabkan kondisi seperti
pembengkakan, rasa sakit, demam dan trismus yang dapat menyebabkan
terganggunya aktivitas sehari-hari. Karies yang parah juga dapat menjadi fokal
infeksi bagi organ tubuh lainnya. Lubang pada gigi merupakan tempat jutaan bakteri.
Bakteri tersebut dapat menyebar ke organ tubuh lain dan menyebabkan infeksi.
Jaringan target fokal infeksi adalah kepala dan leher, mata, sistem pernapasan dan
sistem kardiovaskular. Beberapa penyakit sistemik yang merupakan akibat jangka
panjang fokal infeksi adalah arteriosklerosis, pneumonia bakterial bahkan stroke. 11
Menurut WHO, penyakit pada rongga mulut terutama karies dapat
menyebabkan perasaan tidak nyaman, rasa sakit, dan kehilangan gigi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya produktivitas saat bekerja. 10 Biazevic dkk. menemukan
bahwa keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan
keberadaan karies. Anak yang memiliki angka karies rendah memiliki dampak negatif
pada kualitas hidup yang lebih sedikit daripada anak yang memiliki karies lebih
tinggi.35

2.3.2 Pengukuran Kualitas Hidup


Kualitas hidup dihubungkan dengan kesehatan rongga mulut adalah dampak
penyakit dan kelainan rongga mulut terhadap aspek kehidupan sehari-hari yang
dinilai berdasarkan frekuensi, keparahan atau durasi yang dapat memengaruhi
persepsi secara keseluruhan.15 Indikator kualitas hidup yang dihubungkan dengan
kesehatan rongga mulut diartikan sebagai pengukuran seberapa besar dampak
penyakit rongga mulut terhadap aktivitas sehari-hari seseorang. Untuk mengevaluasi
dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup individu, beragam indikator
OHRQoL telah diciptakan dan digunakan secara luas.36
Instrumen OHRQoL yang digunakan sebaiknya mencakup persepsi kesehatan
yang positif dan negatif, kemampuan dan ketidakmampuan untuk menghasilkan
perhitungan kesejahteraan yang valid dan dapat membedakan subjek berdasarkan
kondisi dan tingkat keparahan klinis yang berbeda. 34 Pengukuran kualitas hidup

Universitas Sumatera Utara


14

terkait kesehatan rongga mulut anak dapat menggunakan beberapa instrumen sebagai
berikut:
1. Child Oral Health-Related Quality of Life (COHRQoL)
Jokovic, dkk. membagi instrumen ini menjadi dua kuesioner yang terdiri dari:
a. Child Perceptions Questionnaire (CPQ)
Kuesioner ini memiliki tiga tipe yang diaplikasikan sesuai dengan usia
responden dan kuesionernya diisi menurut persepsi anak. CPQ 8-10 ditujukan untuk
menilai dampak gangguan gigi dan mulut terhadap kualitas hidup pada anak usia 8-10
tahun sedangkan CPQ11-14 usia 11-14 tahun.36
b. Parental Perceptions Questionnaire (PPQ)
Kuesioner ini terdiri dari 31 pertanyaan yang digunakan untuk menilai
dampak gangguan gigi dan mulut anak terhadap kualitas hidup mereka yang diisi
berdasarkan sudut pandang orang tua dari anak tersebut.36
2. Child Oral Impacts on Daily Performances (Child-OIDP)
Instrumen Child-OIDP merupakan adaptasi dari OIDP, digunakan untuk
mengukur dampak masalah kesehatan gigi dan mulut terhadap aktivitas sehari-hari
pada anak dan dapat digunakan untuk menilai kebutuhan kesehatan gigi dan mulut
serta mengevaluasi suatu program kesehatan rongga mulut. 10
3. Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS)
Locker menggunakan indeks ECOHIS untuk mengukur penyakit, kecacatan,
keterbatasan fungsional dan kerugian sosial yang saling berhubungan tetapi dapat
dimodifikasi oleh kondisi psikologis dan sosial yang berbeda-beda.13
4. Child Oral Health Impact Profile (COHIP)
Castro menggunakan COHIP yang memiliki 34 pertanyaan untuk menilai
OHRQoL pada anak dengan berbagai karakteristik budaya di setiap negara.
Instrumen ini telah digunakan untuk penelitian epidemiologi dan intervensional,
dimana fungsi utamanya adalah untuk menilai kebutuhan suatu populasi akan
perawatan gigi dan mulut. Instrumen ini memiliki validitas yang tinggi dan di desain
untuk membedakan anak-anak berdasarkan kondisi klinis dan tingkat keparahan yang
berbeda.36 Selain itu, COHIP dapat digunakan pada rentang usia yang luas, yaitu 7-18

Universitas Sumatera Utara


15

tahun.17 Indeks COHIP merupakan instrumen OHRQoL pertama yang


37
menggabungkan dampak positif dan negatif dari kesehatan rongga mulut.

Tabel 2. Instrumen pengukuran kualitas hidup anak yang berhubungan dengan


kesehatan rongga mulut37,38

Jumlah Versi
Instrumen Tahun Usia Domain Kualitas Hidup
Item Pendek
COHRQOL Kegiatan keluarga,
6-14 Tidak keuangan, konflik dalam
2002 14
tahun ada keluarga, dan aspek
emosional orang tua
Child Gejala oral, keterbatasan
Perceptions fungsional, kesejahteraan
11-14
Questionnaire 2002 37 Ada emosional, kesejahteraan
tahun
11-14 (CPQ sosial
11-14)
Child Gejala oral, keterbatasan
Perceptions fungsional, kesejahteraan
8-10 Tidak
Questionnaire 2004 25 emosional, kesejahteraan
tahun ada
8-10 (CPQ 8- sosial
10)
Child Oral Kegiatan sehari-hari yang
Impacts on berkaitan dengan kinerja,
10-12 Tidak psikologi, fisik, dan sosial
Daily 2004 8
tahun ada
Performances
(Child-OIDP)
Early Fungsional, psikologis,
Childhood dan kondisi sosial
Tidak
Oral Health 2007 3-5 tahun 13
ada
Impact Scale
(ECOHIS)
Child Oral Gejala oral, kondisi
Health Impact Ada fungsional,
7-18
Profile 2007 34 (COHIP- sosial/emosional,
tahun
(COHIP) SF 19) lingkungan sekolah dan
citra diri

Indeks COHIP kemudian dikembangkan oleh Broder HL pada tahun 2012,


menjadi bentuk yang lebih singkat, yaitu Child Oral Health Impact Profile Short
Form (COHIP-SF 19). Instrumen COHIP-SF 19 dibentuk untuk keperluan khusus

Universitas Sumatera Utara


16

seperti penelitian klinis dan studi epidemiologi serta dinilai lebih efisien untuk
mengukur OHRQoL pada anak-anak. Instrumen ini mencakup persepsi kualitas hidup
positif, seperti rasa percaya diri dan daya tarik, serta persepsi negatif. Indeks COHIP-
SF 19 terdiri dari tiga domain, yaitu kondisi rongga mulut, kondisi fungsional dan
kondisi sosio-emosional. Domain kondisi sosio-emosional merupakan gabungan dari
tiga buah domain, yaitu kondisi sosial/emosional, lingkungan sekolah dan citra diri. 17
Perkembangan sosio-emosional pada masa remaja sangat berpengaruh terhadap masa
kehidupan selanjutnya (masa dewasa) sehingga penting untuk dilakukan penilaian
keadaan sosio-emosional yang merupakan bagian dari kualitas hidup. 16 Oleh karena
itu, instrumen COHIP-SF 19 sesuai digunakan untuk menilai kualitas hidup remaja.13
Instrumen COHIP-SF terdiri dari 19 buah pertanyaan. Setiap pertanyaan
dijawab dengan seberapa sering dampaknya dialami dalam tiga bulan terakhir yang
diukur menggunakan skala Likert yaitu, 0= tidak pernah, 1= jarang, 2= kadang-
kadang, 3= sering dan 4= hampir setiap waktu. Namun pemberian skor dibalik pada
pertanyaan persepsi positif, menjadi 0=hampir setiap waktu, 1= sering, 2= kadang-
kadang, 3= jarang dan 4= tidak pernah. Skor COHIP-SF 19 yang semakin tinggi
menyatakan kualitas hidup yang semakin positif. Total skor COHIP-SF 19 diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh skor dari 19 pertanyaan yang berkisar 0-76.38

Tabel 3. Instrumen pengukuran kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan


rongga mulut (COHIP-SF 19 oleh Broder HL)17

No. Domain Kualitas Hidup Pertanyaan


1. Kondisi rongga mulut  Merasakan sakit gigi
 Memiliki gigi yang diskolorasi
 Memiliki gigi berjejal atau terdapat jarak
antar gigi
 Mengalami bau mulut
 Mengalami gusi berdarah
2. Kondisi fungsional  Kesulitan saat makan
 Gangguan saat tidur
 Kesulitan mengucapkan kata-kata
 Kesulitan membersihkan gigi

Universitas Sumatera Utara


17

Tabel 3. Lanjutan instrumen pengukuran kualitas hidup yang berhubungan dengan


kesehatan rongga mulut (COHIP-SF 19 oleh Broder HL)17
No. Domain Kualitas Hidup Pertanyaan
3. Kondisi sosio-emosional  Merasa tidak bahagia/sedih
 Merasa takut atau khawatir
 Mengindari tersenyum atau tertawa dengan
anak lain
 Merasa terlihat berbeda dari orang lain
 Merasa cemas tentang apa yang orang lain
pikirkan
 Merasa diejek, diintimidasi oleh anak lain
 Tidak hadir sekolah karena alasan apapun
terkait rongga mulut
 Tidak ingin berbicara/membaca dengan suara
keras di kelas
 Merasa percaya diri
 Merasa bahwa penampilan terlihat menarik

Universitas Sumatera Utara


18

2.4 Kerangka Konsep

Skor Kualitas Hidup


(COHIP-SF 19)
Domain Kondisi Rongga Mulut
 Sakit gigi
 Gigi diskolorasi
Skor ICDAS  Gigi berjejal
 Bau mulut
Caries free  Gusi berdarah
0: tidak ada karies Domain Fungsional
Initial caries lesion  Kesulitan makan
1: white spot saat kering  Gangguan saat tidur
2: white spot saat gigi  Kesulitan mengucapkan kata
basah  Kesulitan membersihkan
3: karies enamel gigi
Domain Sosio-emosional
Manifest caries lesion
 Sedih
4: karies enamel dengan
 Takut/khawatir
bayangan gelap dentin
 Menghindari
5: karies dentin tersenyum/tertawa
6: karies dentin  Terlihat berbeda
mencapai pulpa  Cemas
 Diejek
 Tidak hadir sekolah
 Tidak ingin berbicara
 Percaya diri
 Terlihat menarik

Universitas Sumatera Utara


19

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan
rancangan penelitian cross sectional, yaitu menjelaskan hubungan karies (ICDAS)
dengan kualitas hidup (COHIP-SF 19) siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan.
Pengukuran dan pengamatan dilakukan pada saat bersamaan atau sekali waktu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pesantren MTs Al-Manar Medan yang terletak di
Jl. Karya Bakti No.34, Pangkalan Masyhur, Kec. Medan Johor yang berada di
kawasan pinggiran bagian selatan Kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 9 bulan dimulai pada
Februari 2017 sampai Oktober 2017, yaitu mulai dari pembuatan proposal penelitian
sampai dengan pembuatan laporan akhir. Tenaga pemeriksa yang digunakan saat
penelitian sebanyak empat orang, yaitu untuk memeriksa karies dan mewawancarai
responden mengenai kualitas hidup serta mencatat hasilnya pada kuesioner yang telah
disediakan.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah pelajar di Pesantren MTs (setingkat SMP) Al-
Manar Medan yang berjumlah 219 siswa.

Universitas Sumatera Utara


20

3.3.2 Sampel
Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus:

n= Z21-α/2 . P (1-P) N

d2 (N-1) + Z21-α/2 . P (1-P)

Keterangan:
n : Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z21-α/2 : Nilai baku normal alfa (1,962)
P : Prevalensi anak 12-15 tahun yang bermasalah gigi dan mulut
berdasarkan Riskesdas (36,4%)
N : Populasi (219 orang)
d : Nilai presisi (0,05)
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh besar
sampel adalah 138 orang. Jika memperhitungkan drop out sebesar 10%, maka besar
sampel optimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 155 orang siswa.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Pengalaman Kedalaman ICDAS II Caries free Rasio
karies karies yang 0 tidak ada karies
(variabel dihitung Initial caries lesion
bebas) berdasarkan
1 white spot, gigi kering
diagnosa
menurut kriteria 2 white spot, gigi basah
ICDAS per gigi 3 karies enamel
Manifest caries lesion
4 karies enamel dengan
bayangan gelap dentin
5 karies dentin
6 karies mencapai pulpa

Universitas Sumatera Utara


21

Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
2. Kualitas Skor kualitas Kuesioner Total skor (0-76) Rasio
hidup hidup yang COHIP-
(variabel diukur SF 19
terikat) menggunakan
COHIP-SF 19 Kategori:39
dengan skala - Baik (>75%) : skor
Likert: >57
 Hampir setiap - Sedang (60%-75%):
waktu (0): skor 46-57
setiap hari Buruk (<60%): skor
 Sering (1): tiga <46
kali seminggu
 Kadang-kadang
(2): satu kali
seminggu
 Jarang (3): satu
kali sebulan
 Tidak pernah
(4)

3.5 Metode Pengumpulan Data


1. Jumlah kelas di MTs Al-Manar Medan terdiri dari delapan kelas, maka dari
setiap kelas diambil sampel sebanyak 19-20 orang siswa yang dipilih secara acak.
2. Pengambilan data siswa dilakukan di sekolah pada ruang yang telah
disediakan pihak sekolah.
3. Sebanyak 19-20 siswa yang telah terpilih menjadi sampel dipanggil dari
kelasnya secara berurutan dimulai dari siswa kelas VII dan dikumpulkan di ruang
yang telah disediakan sekolah.
4. Peneliti/pemeriksa mewawancarai responden untuk mendapatkan data
tentang identitas siswa dan mencatatnya pada kuesioner yang telah disediakan.
5. Pemeriksaan karies dilakukan dengan menggunakan kaca mulut, probe,
chip blower (pus-pus) dan alat penerangan senter.
6. Pada kondisi gigi basah, diperiksa apakah terdapat lesi berupa white spot,
lesi berwarna kecoklatan atau adanya lubang pada gigi. Hasil pemeriksaan
disesuaikan menurut kriteria ICDAS dan dicatat pada formulir yang telah disediakan.

Universitas Sumatera Utara


22

7. Apabila saat kondisi basah lesi white spot tidak terlihat, gigi dikeringkan
menggunakan chip blower (pus-pus), kemudian diperiksa kembali apakah terdapat
lesi white spot atau tidak. Hasil dicatat pada formulir sesuai dengan kriteria ICDAS.
8. Peneliti/pemeriksa mewawancarai responden untuk mendapatkan data
kualitas hidup responden. Indeks yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup
responden adalah indeks COHIP-SF 19. Hasil yang didapatkan dicatat pada kuesioner
yang telah disediakan.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Uji statistik dilakukan
dengan menghubungkan skor karies (ICDAS) dengan skor kualitas hidup (COHIP-SF
19). Uji korelasi Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan dan arah
hubungan pengalaman karies dengan kualitas hidup, serta domain kualitas hidup yang
paling dipengaruhi oleh karies.

3.7 Etika Penelitian


1. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan surat persetujuan pelaksanaan penelitian (Ethical
Clearance) kepada komisi etik penelitian kesehatan di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Informed Consent
Surat persetujuan penelitian diberikan kepada responden dengan tujuan agar
subjek penelitian mengetahui maksud, tujuan dan tindakan penelitian. Jika subjek
bersedia maka harus menandatangani surat persetujuan yang diajukan peneliti.

Universitas Sumatera Utara


23

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden


Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 155 orang responden, sebagian
besar responden adalah laki-laki, yaitu sebesar 56,1% dan responden perempuan
sebesar 43,9%. Usia responden terbanyak adalah 13 tahun sebesar 38,7 % (Tabel 4).

Tabel 4. Karakteristik siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan berdasarkan jenis


kelamin dan usia (n=155)

Karakteristik n %
Jenis kelamin
Laki-laki 87 56,1
Perempuan 68 43,9
Usia (tahun)
12 56 36,1
13 60 38,7
14 28 18,1
15 11 7,1

4.2 Persentase Distribusi Karies Berdasarkan ICDAS II


Hasil penelitian menunjukkan 100% responden memiliki gigi yang karies.
Distribusi gigi yang bebas karies adalah 65,8%. Distribusi karies terbanyak adalah
initial caries lesion, yaitu 28,7% dimana sebagian besar adalah karies kode 2
sebanyak 14,3%. Sedangkan distribusi manifest caries lesion adalah 5,5% dimana
karies yang paling sedikit adalah karies kode 5, yaitu 0,7% (Tabel 5).

Universitas Sumatera Utara


24

Tabel 5. Persentase distribusi gigi yang karies pada siswa/i Pesantren MTs Al-Manar
Medan (n=4340)

Jumlah Total
Kategori
n % n %
Caries free (d0) Kode 0 (sehat) 2854 65,8 2854 65,8
Kode 1 (white spot-gigi kering) 375 8,6
Initial caries
Kode 2 (white spot-gigi basah) 620 14,3 1246 28,7
lesion (d1-3)
Kode 3 (karies enamel) 251 5,8
Kode 4 (karies enamel-dentin 105 2,4
Manifest caries diskolorasi)
240 5,5
lesion (d4-6) Kode 5 (karies dentin) 31 0,7
Kode 6 (karies pulpa) 104 2,4

Rerata gigi yang bebas karies (caries free) pada responden adalah sebesar
18,4±6,5. Rerata initial caries lesion (d1-3) pada responden adalah sebesar 8±6,6 dan
manifest caries lesion (d4-6) sebesar 1,6±2,2 (Tabel 6).

Tabel 6. Rerata karies siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan

Kategori ̅ ± SD Total
Caries free (d0) Kode 0 (sehat) 18,4±6,5 18,4±6,5
Kode 1 (white spot-gigi kering) 2,4±3,2
Initial caries
Kode 2 (white spot-gigi basah) 4±5,4 8±6,6
lesion (d1-3)
Kode 3 (karies enamel) 1,6±1,9
Kode 4 (karies enamel-dentin 0,7±1,3
Manifest caries diskolorasi)
1,6±2,2
lesion (d4-6) Kode 5 (karies dentin) 0,2±0,5
Kode 6 (karies pulpa) 0,7±1,2

4.3 Kualitas Hidup


Pada domain kondisi rongga mulut, sebanyak 2,6% responden hampir setiap
waktu mengalami sakit gigi, 34,8% responden memiliki gigi berjejal, 25,8%
responden memiliki gigi diskolorasi, 2,6% responden mengalami gusi berdarah dan
1,3% responden mengalami bau mulut.

Universitas Sumatera Utara


25

Pada domain fungsional, sebanyak 17,4% responden sering mengalami


kesulitan saat makan, 11,6% responden sulit tidur, 5,8% responden sulit
mengucapkan kata dan 5,2% responden sulit membersihkan rongga mulut.
Pada domain sosio-emosional, sebanyak 14,8% responden sering merasa
takut/khawatir, 12,9% responden merasa sedih, 9% responden merasa terlihat
berbeda, 5,8% responden mengalami intimidasi, 4,5% responden absen sekolah, 3,9%
responden malas berbicara, 3,2% responden menghindari tersenyum dan 3,2%
responden merasa cemas. Responden yang hampir setiap waktu merasa percaya diri
adalah sebanyak 35,5% dan merasa terlihat menarik sebanyak 34,2% (Tabel 7
Lanjutan).

Tabel 7. Distribusi frekuensi kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan
(n=155)

Frekuensi
Hampir
Domain Tidak Kadang-
Jarang Sering setiap
pernah kadang
waktu
n % n % n % n % n %
Kondisi rongga
mulut
Sakit gigi 49 31,6 39 25,2 25 16,1 38 24,5 4 2,6
Gigi diskolorasi 115 74,2 0 0 0 0 0 0 40 25,8
Gigi berjejal 101 65,2 0 0 0 0 0 0 54 34,8
Bau mulut 17 11 74 47,7 43 27,7 19 12,3 2 1,3
Gusi berdarah 35 22,6 25 33,6 37 23,9 27 17,4 4 2,6
Fungsional
Sulit saat makan 86 55,5 25 16,1 12 7,7 27 17,4 5 3,2
Sulit tidur 95 61,3 23 14,9 14 9 18 11,6 5 3,2
Sulit mengucapkan
114 73,6 20 13 9 5,8 9 5,8 3 1,9
kata
Sulit
membersihkan 105 67,7 24 15,5 15 9,7 8 5,2 3 1,9
rongga mulut

Universitas Sumatera Utara


26

Tabel 7. Distribusi frekuensi kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan
(n=155)
Frekuensi
Hampir
Tidak Kadang-
Domain Jarang Sering setiap
pernah kadang
waktu
n % n % n % n % n %
Sosio-emosional
Sedih 86 55,5 13 8,4 30 19,4 20 12,9 6 3,9
Takut/khawatir 84 54,2 17 11 26 16,8 23 14,8 5 3,2
Menghindari
108 69,7 18 11,6 20 12,9 5 3,2 4 2,6
tersenyum
Terlihat berbeda 110 71 14 9 11 7,1 14 9 6 3,9
Cemas 118 76,1 16 10,3 11 7,1 5 3,2 5 3,2
Diintimidasi 111 71,6 24 15,5 9 5,8 9 5,8 2 1,3
Absen sekolah 113 72,9 14 9 10 6,5 7 4,5 11 7,1
Malas berbicara 100 64,5 27 17,4 14 9 6 3,9 8 5,2
Percaya diri 34 21,9 15 9,7 18 11,6 33 21,2 55 35,5
Terlihat menarik 48 31 11 7,1 14 9 29 18,7 53 34,2

Rerata skor kualitas hidup (COHIP-SF 19) responden adalah 57,4±10,7


dengan rata-rata pada domain kondisi rongga mulut sebesar 13,3±3,3, fungsional
sebesar 13,1±3,3 dan sosio-emosional sebesar 31±6,7 (Tabel 8).

Tabel 8. Rerata kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan (n=155)

Domain ̅ ± SD
Skor COHIP-SF 19 (0-76) 57,4±10,7
Kondisi rongga mulut (0-20) 13,3±3,3
Fungsional (0-16) 13,1±3,3
Sosio-emosional (0-40) 31±6,7

Universitas Sumatera Utara


27

Responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 41,3%, sedang 45,1%
dan buruk 13,6%.

Tabel 9. Kategori kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan (n=155)
Kategori kualitas hidup n %
Baik (>57) 64 41,3
Sedang (46-57) 70 45,1
Buruk (<46) 21 13,6
Total 155 100

4.4 Hubungan Pengalaman Karies dengan Kualitas Hidup


Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
caries free (d0) dengan domain kondisi rongga mulut (p=0,049) meskipun nilai
korelasi lemah (r=0,159). Terdapat hubungan yang signifikan antara initial caries
lesion (d1-3) dengan domain fungsional (p=0,026) dan antara initial caries lesion (d1-3)
dengan domain sosio-emosional (p=0,016) dengan masing-masing nilai korelasi
lemah (r=0,179) dan (r=0,192). Hubungan initial caries lesion (d1-3) dengan kualitas
hidup signifikan (p=0,020) dengan nilai korelasi lemah (r=0,187). Terdapat hubungan
yang signifikan antara manifest caries lesion (d4-6) dengan domain kondisi rongga
mulut (p<0,05) dengan nilai korelasi lemah dan negatif (r=-0,469). Terdapat
hubungan yang signifikan antara manifest caries lesion (d4-6) dengan domain
fungsional (p<0,005) dan antara manifest caries lesion (d4-6) dengan domain sosio-
emosional (p<0,05) dengan masing-masing nilai korelasi kuat dan negatif (r=-0,597)
dan (r=-0,560). Hubungan manifest caries lesion (d4-6) dengan kualitas hidup
signifikan (p<0,05) dengan nilai korelasi kuat dan negatif (r=-0,694). Nilai korelasi
manifest caries lesion (d4-6) dengan kualitas hidup bernilai negatif, artinya semakin
tinggi jumlah manifest caries lesion (d4-6) maka kualitas hidup responden semakin
rendah.

Universitas Sumatera Utara


28

Tabel 10. Korelasi skor karies dengan skor kualitas hidup siswa/i Pesantren MTs Al-
Manar Medan

Domain kualitas hidup


Skor
Kondisi
Korelasi Sosio- COHIP-
rongga Fungsional
emosional SF 19
mulut
Caries free (d0) 0,159 0,065 0,044 0,099
p-value 0,049* 0,424 0,589 0,219
Initial caries lesion (d1-3) 0,044 0,179 0,192 0,187
p-value 0,588 0,026* 0,016* 0,020*
Manifest caries lesion (d4-6) -0,469 -0,597 -0,560 -0,694
p-value 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
*hubungan signifikan (p<0,05)

Universitas Sumatera Utara


29

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada responden menunjukkan sebanyak 65,8% gigi bebas


karies (caries free), 28,7% gigi mengalami initial caries lesion (d1-3) dengan
distribusi karies kode 2 (white spot saat basah) sebanyak 14,3%. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arangannal dkk. di India, yaitu gigi bebas
karies pada responden sebanyak 87,97% dan distribusi karies terbanyak pada gigi
responden adalah karies kode 2 (white spot saat basah) sebesar 4,32%.40 Perbedaan ini
dapat disebabkan karena perbedaan karakteristik, yaitu usia responden. Pada
penelitian ini, responden berusia 12-15 tahun sedangkan pada penelitian Arangannal
dkk. berusia 6-14 tahun.40 Selain itu, responden pada penelitian Arangannal dkk.
telah memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di daerah mereka
sehingga jumlah gigi yang mengalami karies sedikit.
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata initial caries lesion (d1-3) pada
responden adalah sebesar 8±6,6 dan manifest caries lesion (d4-6) sebesar 1,6±2,2.
Rata-rata tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Almerich-Silla di kota Valencia, yaitu rata-rata initial caries lesion (d1-3) sebesar
3,65±0,4 dan manifest caries lesion (d4-6) sebesar 1,08±0,2.41 Perbedaan hasil tersebut
dapat disebabkan karena perbedaan karakteristik responden, yaitu usia dan tempat
tinggal. Karakteristik responden pada penelitian ini adalah remaja berusia 12-15
tahun yang bertempat tinggal di pinggiran kota dan merupakan penduduk negara
berkembang, sedangkan pada penelitian Almerich-Silla, responden yang diteliti
adalah anak berusia 6, 12 serta 15 tahun dan merupakan penduduk negara maju.41
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi dan rata-rata karies responden
tergolong rendah. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan sebagian besar responden
telah memiliki pengetahuan yang baik dan mengamalkan pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut.

Universitas Sumatera Utara


30

Hasil penelitian menunjukkan pada domain kondisi rongga mulut, sebanyak


2,6% responden hampir setiap waktu mengeluhkan sakit gigi. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian bahwa 5,5% gigi mengalami manifest caries lesion (d4-6) pada
responden. Karies yang telah mencapai dentin dan pulpa dapat menimbulkan rasa
sakit berulang. Frekuensi rasa sakit akibat karies dapat meningkat seiring bertambah
parahnya lesi karies yang terjadi. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pratap di India, responden yang hampir setiap waktu mengalami sakit
gigi sebanyak 19,5%.18 Perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan
karakteristik responden, yaitu usia dan tempat tinggal. Pada penelitian ini,
karakteristik responden adalah remaja berusia 12-15 tahun yang tinggal dengan orang
tua, sedangkan pada penelitian Pratap, responden berusia 7-18 tahun yang tinggal di
panti asuhan.18
Pada domain fungsional, dampak kondisi rongga mulut yang paling sering
dialami responden adalah kesulitan saat makan, yaitu sebanyak 17,4%. Hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramos-Jorge, persentase keterbatasan fungsi
yang paling sering dialami responden adalah kesulitan saat makan, yaitu sebanyak
18,2%.20 Karies dapat menyebabkan makanan mudah tersangkut di lubang gigi,
menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit sehingga menyebabkan gangguan
mengunyah dan penurunan nafsu makan.13
Pada domain sosio-emosional, dampak yang paling sering dialami responden
adalah rasa takut/khawatir, yaitu sebanyak 14,8%. Hal ini hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pratap di India, yaitu responden yang merasa
takut/khawatir adalah sebanyak 18%.18 Karies yang tidak dirawat dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan rasa takut karena sakit berulang yang ditimbulkan oleh karies. 35
Kondisi rongga mulut yang baik dan sehat dapat berdampak positif terhadap keadaan
sosio-emosional seseorang. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden
merasa percaya diri karena kondisi rongga mulut mereka, yaitu sebanyak 35,5%.
Hampir serupa dengan penelitian Pratap di India, responden yang merasa percaya diri
karena kondisi rongga mulut mereka sebanyak 36%.18 Hal ini kemungkinan terjadi
karena berdasarkan hasil penelitian sebagian besar gigi bebas karies, yaitu sebanyak

Universitas Sumatera Utara


31

65,8%. Keadaan rongga mulut berpengaruh terhadap interaksi sosial dan memegang
peranan penting terhadap penampilan seseorang. Keadaan rongga mulut yang baik
dan sehat dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang dalam kehidupan sosial. 21
Rata-rata kualitas hidup responden pada domain kondisi rongga mulut sebesar
13,3±3,3; fungsional sebesar 13,1±3,3 dan sosio-emosional sebesar 31±6,7. Rata-rata
skor kualitas hidup responden adalah sebesar 57,4±10,7 dari skor maksimal 76. Hasil
tersebut tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Li dkk. di China,
yaitu rata-rata domain kondisi rongga mulut sebesar 14,4; fungsional sebesar 13,7;
sosio-emosional sebesar 34,2 dan skor kualitas hidup sebesar 62,2. 38 Hasil tersebut
menunjukkan rata-rata kualitas hidup responden yang tinggi. Skor yang tinggi
menandakan kualitas hidup yang baik. Hal ini dapat disebabkan karena berdasarkan
hasil penelitian, sebanyak 65,8% gigi bebas karies dan 28,7% gigi mengalami initial
caries lesion (d1-3) sehingga sebagian besar responden tidak merasakan gangguan
pada masing-masing domain kualitas hidup. Oleh karena itu, rata-rata skor kualitas
hidup responden tinggi.
Responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 41,3%, sedang 45,1%
dan buruk 13,6%. Berdasarkan hasil tersebut, sebagian besar kualitas hidup responden
tergolong cukup baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa gigi bebas karies
pada responden sebanyak 65,8% dan 28,7% mengalami initial caries lesion (d1-3).
Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh keluhan akibat kondisi rongga mulut. Keadaan
gigi yang bebas karies atau yang masih mengalami initial caries lesion (d1-3) biasanya
tidak mengakibatkan keluhan dan tidak berdampak negatif terhadap kualitas hidup
sehingga sebagian besar kualitas hidup responden tergolong cukup baik.19
Berdasarkan hasil uji korelasi, terdapat hubungan yang signifikan dengan arah
positif antara caries free (d0) dengan domain kondisi rongga mulut (p<0,05) maka
dapat diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah gigi yang bebas karies, kondisi
rongga mulut semakin baik. Hubungan antara initial caries lesion (d1-3) dengan
masing-masing domain fungsional, sosio-emosional dan skor kualitas hidup
signifikan dengan arah positif (p<0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan
bahwa initial caries lesion (d1-3) belum berdampak negatif terhadap aktivitas dan

Universitas Sumatera Utara


32

kualitas hidup responden karena belum menimbulkan keluhan. Hubungan yang


signifikan dengan arah negatif terdapat antara manifest caries lesion (d4-6) dengan
seluruh domain kualitas hidup dan skor kualitas hidup (p<0,05). Nilai korelasi
manifest caries lesion (d4-6) dengan kualitas hidup bernilai negatif, artinya semakin
tinggi jumlah manifest caries lesion (d4-6) responden maka kualitas hidupnya
cenderung semakin rendah. Hasil tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan
oleh Abhishek di India, terdapat hubungan yang signifikan dengan arah negatif antara
karies (DMFT) dengan skor kualitas hidup (p<0,05).42 Penelitian Ramos-Jorge dkk. di
Brazil juga menyatakan responden yang memiliki karies kode 5 (karies dentin) dan 6
(karies pulpa) secara signifikan memiliki kualitas hidup yang rendah (p<0,001).20 Hal
ini menunjukkan bahwa kondisi karies yang parah dapat berdampak negatif terhadap
kualitas hidup responden karena karies yang telah mencapai dentin dan pulpa (d 4-6)
dapat menyebabkan munculnya gejala dan gangguan seperti sakit saat mengunyah,
terganggu saat tidur, malas berbicara dan kepercayaan diri yang menurun. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi skor karies maka kualitas hidup
semakin rendah dan domain kualitas hidup yang paling dipengaruhi adalah
fungsional.

Universitas Sumatera Utara


33

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Persentase gigi bebas karies (d0) siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan
adalah 65,8%. Distribusi karies terbanyak adalah initial caries lesion (d1-3), yaitu
28,7% dimana sebagian besar adalah karies kode 2 sebanyak 14,3%. Distribusi
manifest caries lesion (d4-6) adalah 5,5% dimana karies yang paling sedikit adalah
karies kode 5, yaitu 0,7%.
2. Rerata gigi siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan yang bebas karies (d0)
adalah 18,4±6,5 ; initial caries lesion (d1-3) sebesar 8±6,6 dan manifest caries lesion
(d4-6) sebesar 1,6±2,2.
3. Rerata skor kualitas hidup (COHIP-SF 19) siswa/i Pesantren MTs Al-
Manar Medan adalah 57,4±10,7 dengan rata-rata pada domain kondisi rongga mulut
sebesar 13,3±3,3, fungsional sebesar 13,1±3,3 dan sosio-emosional sebesar 31±6,7.
4. Siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan yang memiliki kualitas hidup
baik sebanyak 41,3%, sedang 45,1% dan buruk 13,6%.
5. Ada hubungan antara caries free (d0) dengan domain kondisi rongga mulut
(p<0,05). Ada hubungan antara initial caries lesion (d1-3) dengan kualitas hidup
siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan pada domain fungsional dan sosio-
emosional (p<0,05). Ada hubungan antara manifest caries lesion dan kualitas hidup
siswa/i Pesantren MTs Al-Manar Medan dengan nilai korelasi negatif, artinya
semakin tinggi manifest caries lesion (d4-6) maka kualitas hidup cenderung semakin
rendah (p<0,05).
6. Semakin tinggi skor karies maka kualitas hidup semakin rendah dan
domain yang paling dipengaruhi adalah fungsional.

Universitas Sumatera Utara


34

6.2 Saran
1. Kepada manajemen UKS Pesantren Al-Manar Medan diharapkan
melakukan kerjasama dengan dokter gigi dalam memberikan penyuluhan dan edukasi
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari karies dan
meningkatkan kesehatan rongga mulut siswa/i.
2. Kepada dokter gigi dan perawat gigi diharapkan secara aktif melaksanakan
program UKGS, yaitu memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan gigi untuk
mencegah kerusakan yang semakin parah akibat karies pada siswa/i.
3. Kepada guru diharapkan dapat melakukan pembinaan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut kepada siswa/i agar siswa/i dapat terbiasa berperilaku baik
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Universitas Sumatera Utara


35

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Oral health.


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en/ (17 Maret 2017).
2. Sutjipro C, Vonny NSW, Wulan PJK. Gambaran tindakan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anak usia 10-12 tahun di SD kristen eben haezar 02
Manado. Jurnal e-GiGi (eG) 2013; 1(1): 697.
3. Handayani H, Arifah AN. Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan
gigi dan mulut terhadap status kesehatan gigi siswa SMP/MTs Pondok Pesantren
Putri Ummul Mukminin. Makassar Dent J 2016; 5(2): 44.
4. World Health Organization (WHO). Oral health surveys: basic methods 5th ed.
Switzerland: WHO Press, 2013: 14.
5. Wong DL, Hockenberry-Eaton M, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P.
2008. Buku ajar keperawatan pediatrik. Ed. 6, Vol. 1. Alih Bahasa. Agus
Sutarna, dkk. Jakarta: EGC.
6. Ravaghi V, Hill K, Ryan R, Dennes M. Children’s dental health survey 2013
country spesific report: United Kingdom-2007. Government Statistical Service,
2015: Health and Social Care Information Centre.
7. Manji F, Fejerskov O. Dental caries in developing countries in relation to the
appropriate use of fluoride. J Dent Res 1990; 733-739.
8. Petersen PE, Hoerup N, Poomviset N, Prommajan J, Watanapa A. Oral health
status an oral health behavior of urban and rural schoolchildren in southern
Thailand. International Dental Journal 2001; 51 (2): 95-102.
9. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar Riskesdas 2013. Indonesia:
Kementerian Kesehatan RI. 2013.
10. Athira S, Jayakumar HL, Chandra M, Gupta T, Dithi C, Anand PJS. Oral health-
related quality of life of school children aged 12-17 years according to the child-
oral impacts on daily performances index and the impact of oral health status on
index scores. Int J Prevent Public Health Sci 2015; 1: 25.

Universitas Sumatera Utara


36

11. Swastini AAP. Kerusakan gigi merupakan fokal infeksi penyebab timbulnya
penyakit sistemik. Jurnal Kesehatan Gigi 2013; 1(1): 63-8.
12. Dean JA, Avery DR, McDonald RE. Dentistry for the child and adolescent. 9th
ed., Indiana: Elsevier, 2010: 177, 205.
13. Piovesan C, Batista A, ferreira F, Ardenghi T. Oral health-related quality of life
in children: Conceptual issues. Dental Research Journal 2009; 24(1): 81-85.
14. Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over
the last decade. RSBO 2012; 9(3): 317-18.
15. Gilchrist F, Rodd H, Deery C, Marshman Z. Assessment of the quality of
measures of child oral health-related quality of life. BMC Oral Health 2014;
14(40): 3.
16. Hurlock EB. Perkembangan anak. Ed. 6, Jakarta: Erlangga, 2013: 120, 122.
17. Broder HL, Wilson-Genderson M, Sischo L. Reliability and validity testing for
the Child Oral Health Impact Profile-Reduced (COHIP-SF 19). J Public Health
Dent. 2012; 72: 302-12.
18. Pratap R, Puranik MP, Uma SR. Caries experience and its relationship with oral
health related quality of life among orphanage children in Bengaluru city: a
cross-sectional study. J Indian Assoc Public Health Dent 2016; 14: 400.
19. Guedes RS, Ardenghi TM, Piovesan C, EmmanuelLi B, Mendes FM. Influence
of initial caries lesion on quality of life in preschool children: a 2 year cohort
study. Community Dent Oral Epidemiol 2016; 44: 292-300.
20. Ramos-jorge J, Pordeus IA, Ramos-jorge ML, Marques LS, Paiva SM. Impact of
untreated dental caries on quality of life of preschool children : different stages
and activity. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/cdoe.12086/abstract (9
Oktober 2017)
21. Anwar AI. Hubungan antara status kesehatan gigi dengan kualitas hidup pada
manula di Kecamatan Malili, Luwu Timur. Dentofasial 2014; 13(3): 162.
22. Lu H, Wong MCM, Lo ECM, McGrath C. Oral health related quality of life
among young adults. Vol 10 Issue 1, March 2015.
http://link.springer.com/article/10.1007/s11482-013-9296-9 (17 April 2017).

Universitas Sumatera Utara


37

23. Dewi O. Analisa hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU
kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008.
24. Budiarti R. Tingkat keimanan islam dan status karies gigi santri.
https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/851%20Rahaju%20Budiarti_T
ingkat%20Keimanan%20Islam%20Dan%20Status%20Karies%20Gigi%20Santri
.pdf (2 Juli 2017)
25. Mahfouz M, Esaid AA. Dental caries prevalence among 12-15 year old
Palestinian children. http://dx.doi.org/10.1155/2014/785404 (17 April 2017)
26. Sondang P, Harmada T. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan
pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 1-28.
27. Tarigan Rasinta. Karies Gigi. Jakarta: Hipokrates, 1995: 1.
28. Honkala E et al. Measuring dental caries in the mixed dentition by ICDAS.
https://www.hindawi.com/journals/ijd/2011/150424/ (23 Juni 2017)
29. ICDAS. International caries detection and assessment system. 2009.
30. Lara-capi C, Lingstrom P, Ashi H, Sales S, Campus G. Taste preference in
relation to dental caries in Italian adolecents.
http://phdsbio.uniss.it/images/pdf/28/Abstract%20LaraCapi%20C%20XXVIII%
20ciclo.pdf (7 Juli 2017).
31. Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International caries
detection and assessment system (ICDAS): a new concept. International Journal
of Clinical Pediatric Dentistry 2011; 4(2): 95.
32. World Health Organization. Health Promotion Glossary. 1998: 17.
33. Nuca C, Amariei C, Martoncsak E, Tomi DD. Study regarding the correlation
between the child-OIDP index and the dental status in 12-year-old children from
Harsova Constanta county. OHDMBSC 2005; 4(4): 4.
34. Sischo L, Broder HL. Oral health-related quality of life: what, why, how and
future implications. J Dent Res. 2011; 90: 1264.
35. Biazevic MGH, Risotto RR, Michel-Crosato E, Mendes LA, Mendes MOA.
Relationship between oral health and its impact on quality of life among
adolescents. Braz Oral Res 2008; 22(1): 39,41.

Universitas Sumatera Utara


38

36. Nuca C, Amariei C, Rusu DL, Arendt C. Oral health-related quality of life
evaluation. OHDMBSC 2007; 6(1): 6-7.
37. Genderson MW, Sischo L, Markowitz K, Fine D, Broder HL. An overview of
children’s oral health-related quality of life assesment: from scale development
to measuring outcomes. Caries Res. 2013 ; 47(01): 13–21.
38. Li C, Xia B, Wang Y, Guan X, Yuan J, Ge L. Translation and psychometric
properties of the Chinese Version of the child oral health impact profile-short
form 19 (COHIP-SF 19) for school-age children. Health and Quality of Life
Outcomes 2014; 12: 171.
39. Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
40. Arangannal P, Mahadev SK, Jayaprakash J. Prevalence of dental caries among
school children in Chennai based on ICDAS II.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27190939 (6 September 2017)
41. Almerich-Silla JM, Boronat-Ferrer T, Montiel-Company JM, Iranzo-Cortes JE.
Caries prevalence in children from Valencia using ICDAS II criteria. Med Oral
Patol Oral Cir Bucal. 2014;19 (6): e574-80.
42. Abhishek KN, Shamarao S, Jain J, Haridas R, Ajagannanavar SL, Khanapure
SC. Impact of caries prevalence on oral health related quality of life among
police personnel in Virajpet.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4209619/ (30 Agustus 2017).

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang,

Perkenalkan nama saya Ayu Grace, saat ini saya sedang menjalani pendidikan
S1 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara dan saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul :
“Hubungan Pengalaman Karies Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja Usia 12-
15 Tahun di Pesantren MTs Al-Manar Medan”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status karies
dengan kualitas hidup. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk
memberikan informasi dan menambah ilmu pengetahuan Adik mengenai kualitas
hidup yang dapat dipengaruhi oleh karies.
Karies (gigi berlubang) dapat memengaruhi kesehatan umum, menghambat
seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, berbicara dan
bersosialisasi; serta memengaruhi rasa percaya diri. Kondisi ini kemudian dapat
berdampak pada kualitas hidup.
Prosedur penelitian yang akan Adik ikuti adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rongga mulut (karies)
2. Pengisian kuesioner yang akan dipandu oleh pemeriksa
Pada penelitian ini Adik tidak dikenakan biaya apapun, karena biaya
sepenuhnya ditanggung oleh peneliti. Peneliti menjamin kerahasiaan data Adik dalam
penelitian ini. Penelitian ini tidak akan menimbulkan efek samping dan tidak akan
mengubah kondisi rongga mulut Adik. Apabila Adik mengalami keluhan maka dapat
menghubungi saya:
Nama: Ayu Grace
No.HP: 082167930704

Universitas Sumatera Utara


Demikian penjelasan mengenai penelitian yang akan saya lakukan. Atas
partisipasi dan kesediaan waktu Adik, saya mengucapkan terima kasih.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan mendapat keterangan secara lengkap, serta memahami


apa yang akan dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian mengenai
Hubungan Pengalaman Karies dengan Kualitas Hidup, maka saya yang bertanda
tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : L/P

No Telp :

Dengan sadar atau tanpa paksaan, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Medan, / / 2017

Subjek Penelitian,

( )

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DENGAN KUALITAS HIDUP PADA


REMAJA USIA 12-15 TAHUN DI PESANTREN MTS AL-MANAR MEDAN

Nama : ..... No.Kartu :


Usia : ..... Tanggal :
Kelas : ..... Pemeriksa :

1. Jenis Kelamin : a. Laki-laki 1


b. Perempuan

2. Pemeriksaan Karies

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

Status gigi

Kode Kriteria
0  Tidak ada karies, tidak ada perubahan warna saat kering
 Hipoplasia enamel, fluorosis, lesi non-karies (atrisi, abrasi, erosi)
serta stain ekstrinsik dan intrinsik
1 White spot atau kecoklatan setelah semprotan udara selama 5 detik

Universitas Sumatera Utara


2 White spot dalam keadaan gigi basah dan/atau lesi berwarna kecoklatan
lebih lebar dari fissure/fossa normal
3 Karies sedalam enamel
4 Kerusakan enamel dan ada bayangan dentin yang diskolorasi (abu-abu,
kebiruan atau kecoklatan) dengan atau tanpa kerusakan enamel lokal
5 Karies dentin <1/2permukaan gigi
6 Karies luas >1/2 permukaan, mencapai pulpa

Skor ICDAS

 Caries free = Kode 0 = ......... 2

 Initial caries lesion = Kode 1 + Kode 2 + Kode 3

= ............ + ........... + ...........

= ............ 3

 Manifest caries lesion= Kode 4 + Kode 5 + Kode 6

= ............ + ........... + ...........

= ............ 4

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Nama : ..... No.Kartu :

Usia : ..... Tanggal :


Kelas : ..... Pemeriksa :
Jenis Kelamin:

3. Pengukuran Kualitas Hidup dengan COHIP-SF 19


Lingkari pada nomor jawaban seberapa sering anda mengalami hal di bawah ini
dalam 3 bulan terakhir.

No Hampir
Tidak Kadang-
Pertanyaan Jarang Sering Setiap
Pernah Kadang
Waktu
Kondisi Gigi dan Mulut
1. Pernahkah anda merasakan
4 3 2 1 0
sakit gigi?
2. Pernahkah anda memiliki
bercak pada gigi 4 3 2 1 0
anda(diskolorasi)?
3. Pernahkah anda memiliki
gigi yang berjejal atau gigi 4 3 2 1 0
yang jarang?
4. Pernahkah anda mengalami
4 3 2 1 0
bau mulut?
5. Pernahkah anda mengalami
4 3 2 1 0
gusi berdarah?
Kondisi fungsional

Universitas Sumatera Utara


6. Pernahkah anda merasa
kesulitan saat makan
4 3 2 1 0
karena kondisi gigi/mulut
anda?
7. Pernahkah anda terganggu
saat tidur karena kondisi 4 3 2 1 0
gigi/mulut anda?
8. Pernahkah anda kesulitan
mengucapkan kata karena 4 3 2 1 0
kondisi gigi/mulut anda?
9. Pernahkah anda kesulitan
membersihkan gigi karena 4 3 2 1 0
kondisi gigi/mulut anda?
Kondisi sosio-emosional
10. Pernahkah anda merasa
tidak bahagia/sedih karena 4 3 2 1 0
kondisi gigi/mulut anda?
11. Pernahkah anda merasa
takut/khawatir karena 4 3 2 1 0
kondisi gigi/mulut anda?
12. Pernahkah anda
mengindari untuk
tersenyum atau tertawa 4 3 2 1 0
dengan anak yang lain
karena kondisi gigi/mulut
anda?
13. Pernahkah anda merasa
bahwa terlihat berbeda dari
4 3 2 1 0
yang lain karena kondisi
gigi/mulut anda?
14. Pernahkah anda 4 3 2 1 0

Universitas Sumatera Utara


mencemaskan yang orang
lain pikirkan tentang
penampilan gigi/mulut
anda?
15. Pernahkah anda
diejek/diintimidasi oleh 4 3 2 1 0
anak lain karena kondisi
gigi/mulut anda?
16. Pernahkah anda tidak hadir
sekolah karena masalah 4 3 2 1 0
pada gigi/mulut anda?
17. Pernahkah anda merasa
tidak ingin 4 3 2 1 0
berbicara/membaca dengan
suara keras di kelas?
18. Pernahkah anda merasa
percaya diri karena
0 1 2 3 4
penampilan gigi/mulut
anda?
19. Pernahkah anda merasa
terlihat menarik karena
0 1 2 3 4
penampilan gigi/mulut
anda?

Total skor COHIP-SF 19= ...


Kategori kualitas hidup COHIP-SF 19
a. Baik : >57
b. Sedang : 46-57
c. Buruk : <46

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 68 43.9 43.9 43.9

Laki-Laki 87 56.1 56.1 100.0

Total 155 100.0 100.0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 12.00 56 36.1 36.1 36.1

13.00 60 38.7 38.7 74.8

14.00 28 18.1 18.1 92.9

15.00 11 7.1 7.1 100.0

Total 155 100.0 100.0

Distribusi karies

Kategori n (%) Total (%)


Caries free (d0) Kode 0 2854 (65,8) 2854 (65,8)
Kode 1 375 (8,6)
Initial caries lesion
Kode 2 620 (14,3) 1246 (28,7)
(d1-3)
Kode 3 251 (5,8)
Kode 4 105 (2,4)
Manifest caries
Kode 5 31 (0,7) 240 (5,5)
lesion (d4-6)
Kode 6 104 (2,4)

Universitas Sumatera Utara


Mean SD

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Caries Free 155 3.00 27.00 18.4097 6.47659

Initial 155 .00 24.00 8.0581 6.60798

Manifest 155 .00 17.00 1.5584 2.15381

Kondisi GM 155 4.00 19.00 13.2710 3.31135

Fungsional 155 .00 16.00 13.1484 3.26093

Sosioemosional 155 5.00 40.00 31.0194 6.72220

Skor Cohip 155 13.00 75.00 57.4387 10.68382

Valid N (listwise) 155

Kategori kualitas hidup n %


Baik (>57) 64 41,3
Sedang (46-57) 70 45,1
Buruk (<46) 21 13,6
Total 155 100

Correlations

Kondisi Skor Caries


GM Fungsional Sosioemosional Cohip Free

*
Caries Free Correlation .159 .065 .044 .099 1.000
Coefficient

Sig. (2-tailed) .049 .424 .589 .219 .

N 155 155 155 155 155

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara


Correlations

Kondisi Skor
GM Fungsional Sosioemosional Cohip Initial

* * *
Initial Correlation .044 .179 .192 .187 1.000
Coefficient

Sig. (2-tailed) .588 .026 .016 .020 .

N 155 155 155 155 155

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

Kondisi Skor
GM Fungsional Sosioemosional Cohip Manifest

** ** ** **
Manifest Correlation -.469 -.597 -.560 -.694 1.000
Coefficient

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .

N 155 155 155 155 155

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai