SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
CALVINT
NIM : 150600169
Calvint
Perbedaan Tensile Strength Kawat Ortodonti Nikel-Titanium (NiTi) dan
Titanium Molybdenum Alloy (TMA) yang Direndam Dalam Pasta Gigi Deterjen.
xi + 41 halaman
Kawat ortodonti yang mengandung perpaduan bahan titanium seperti NiTi dan
TMA beberapa tahun terakhir banyak digunakan. Beberapa kandungan dari pasta gigi
dapat menyebabkan perubahan sifat pada logam dan dapat berakibat buruk terhadap
prosedur perawatan ortodonti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tensile
strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam dalam pasta gigi deterjen.
Jenis penelitian ini adalah comparative design. Sampel penelitian ini adalah kawat
ortodonti NiTi dan TMA (American Orthodontic) dengan diameter 0,016 x 0,022 inci
dan panjang 15 cm sebanyak 48 buah. Sampel dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan
yang terdiri dari 8 buah sampel untuk setiap kelompok perlakuan. Sampel direndam di
dalam 25 gram pasta gigi deterjen, kemudian disimpan di dalam inkubator (37⁰C).
Setelah itu dilakukan pengukuran tensile strength menggunakan alat universal testing
machine (Tensilon RTF-1350, Dynatech, Japan). Hasil penelitian menunjukkan tensile
strength kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8,
dan 12 jam berturut-turut adalah 1134,870 ± 72,201 MPa; 1126,219 ± 69,057 MPa;
dan 1095,882 ± 87,303 MPa sedangkan pada kawat ortodonti TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8, dan 12 jam berturut-turut adalah 878,873 ±
112,376 MPa; 874,965 ± 122,979 MPa; dan 812,369 ± 156,888 MPa. Hasil analisis
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat
ortodonti NiTi dan TMA yang yang direndam selama 4, 8, dan 12 jam. Kesimpulan
penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat
ortodonti NiTi dan TMA yang direndam dalam pasta gigi deterjen.
TIM PENGUJI
KETUA : Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort(K)
ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort(K)
2. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbedaan tensile
strength kawat ortodonti nikel-titanium (NiTi) dan titanium molybdenum alloys (TMA)
yang direndam dalam pasta gigi deterjen” guna sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Hilda Fitria Lubis drg., Sp.Ort(K) yang telah
meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis demi selesainya
skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
penulis, Ayahanda tercinta William Norman, dan Ibunda tercinta Erna yang telah
memberikan kasih sayang, doa dan dukungan serta segala bantuan baik moril maupun
materil yang tidak terbatas kepada penulis. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Siti Bahirrah drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Departemen Ortodonti Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen penguji skripsi yang
telah memberikan waktu dan masukan kepada penulis.
3. Hilda Fitria Lubis drg., Sp.Ort(K) selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan
dan motivasi selama proses penyusunan skripsi sampai selesai.
4. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu dan memberikan saran-saran yang membangun kepada penulis.
5. Ika Andryas drg., MSc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing, mendukung dan memotivasi penulis selama menjalankan perkuliahan
dan menyusun skripsi.
Calvint
NIM: 150600169
vi
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................
TIM PENGUJI SKRIPSI .................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
vii
LAMPIRAN
viii
Tabel Halaman
1. Komposisi pasta gigi deterjen ..................................................................... 24
2. Nilai rerata tensile strength dan standar deviasi kawat ortodonti NiTi ....... 27
3. Nilai rerata tensile strength dan standar deviasi kawat ortodonti TMA...... 28
4. Hasil uji Kruskal-wallis tensile strength kawat ortodonti NiTi yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam .... 30
5. Hasil uji ANOVA tensile strength kawat ortodonti TMA yang direndam
di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam .................... 30
6. Hasil uji T-independent tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam .......................... 31
7. Hasil uji T-independent tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 8 jam .......................... 31
8. Hasil uji Mann-whitney tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 12 jam ........................ 31
ix
Gambar Halaman
Lampiran
1. Alur Penelitian
2. Surat-surat Penelitian
3. Jadwal Kegiatan
4. Rincian Biaya Penelitian
5. Hasil Pengukuran Tensile Strength Kawat Ortodonti NiTi dan TMA
6. Hasil Uji Statistik
7. Hasil Pengukuran Tensile Strength
xi
BAB I
PENDAHULUAN
ortodonti cukup luas namun sedikit kurang populer. Kawat TMA mempunyai
kombinasi kekuatan dan fleksibilitas yang baik.7
Pemeliharaan kebersihan mulut yang baik adalah tugas yang menantang selama
perawatan ortodonti karena bracket, kawat, dan komponen lain dapat memfasilitasi
terjadinya akumulasi plak.11 Pasien yang sedang dalam perawatan ortodonti harus
menyikat giginya secara rutin. Namun, pasta gigi yang digunakan dapat merusak kawat
ortodonti dalam lingkungan mulut.12 Setiap pasta gigi mengandung bahan-bahan yang
penting seperti bahan abrasif, bahan penggosok, humectant, flouride, pemutih gigi, air,
bahan pemberi rasa, bahan pemanis, bahan pengikat, dan deterjen.13 Beberapa
kandungan dari pasta gigi dapat menyebabkan perubahan sifat pada logam. Perubahan
pada sifat permukaan bracket ortodonti dapat berakibat buruk terhadap prosedur
perawatan ortodonti.14
Kawat ortodonti pada alat cekat akan selalu berkontak dengan saliva dan jaringan
rongga mulut. Pada lingkungan rongga mulut, kawat yang digunakan dalam perawatan
ortodonti berpotensi mengalami korosi atau pelepasan elemen logam penyusun alloy.15
Penelitian Souza dkk., tentang sifat korosi pada peralatan kedokteran gigi stainless
steel terhadap pasta gigi vicco menunjukkan tingkat ketahanan korosi bahan stainless
steel meningkat pada perendaman saliva buatan yang dicampur dengan pasta gigi
vicco.12
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fatimah dkk., tentang efek obat
kumur berfluoride terhadap tensile strength kawat ortodonti stainless steel, diperoleh
hasil yang menunjukkan adanya perbedaan tensile strength kawat ortodonti stainless
steel setelah perendaman pada obat kumur dan saliva buatan selama 30 menit adalah
10,8 MPa, sedangkan pada perendaman selama 60 menit adalah 17,87 MPa, dan
perendaman selama 90 menit adalah 33,14 MPa.16
Penelitian yang dilakukan oleh Brindha dkk., tentang evaluasi tensile strength
dan topografi permukaan kawat ortodonti setelah prosedur kontrol infeksi mendapati
bahwa prosedur sterilisasi/ disinfeksi berpengaruh terhadap peningkatan tensile
strength kawat ortodonti stainless steel dan TMA.17 Penelitian Singh dkk.,
menunjukkan bahwa sterilisasi panas dan dingin dengan metode dry heat, autoclave,
etilen oksida, dan glutaraldehyde tidak berefek secara signifikan pada kawat ortodonti
stainless steel, namun berefek signifikan pada kawat ortodonti NiTi dan TMA.18
Penelitian tentang tensile strength kawat ortodonti sudah pernah dilakukan
sebelumnya, namun belum terdapat penelitian mengenai efek pasta gigi deterjen dan
saliva buatan tehadap perubahan nilai tensile strength kawat ortodonti terutama kawat
ortodonti yang berbahan dasar titanium. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap pebedaan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan
TMA yang direndam dalam pasta gigi detergen.
1.4 Hipotesis
Terdapat perbedaan antara tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Komponen Pasif terdiri dari band, bracket, buccal tube, lingual attachments,
lock pin, kawat ligatur, dan lain sebagainya.
sebagai antena satelit luar angkasa. Kawat ortodonti nikel-titanium baru pertama kali
digunakan oleh Andreasen dan koleganya pada awal tahun 1970-an.9
NiTi mengandung 55% nikel dan 45% titanium.8,25 Banyak paduan NiTi
digambarkan sebagai binary. Dengan kata lain, menyajikan dua fasa yaitu satu fasa
matriks NiTi dan fasa presipitasi Ni3 dan Ti4.25 Kawat NiTi memiliki spring-back yang
sangat baik dan menghasilkan gaya paling ringan dengan rentang elastis terluas di
antara alloy-alloy yang digunakan dalam ortodonti.8,10 Namun, kawat ini sedikit lebih
mahal, memiliki formabilitas yang rendah, dan tidak bisa disambung.10
Kawat NiTi memiliki fleksibilitas yang lebih baik daripada stainlees steel,
kobalt-kronium atau beta-titanium.5,25 Kawat NiTi sangat elastis sehingga sulit untuk
dijadikan loops, bahkan kawat ini akan kembali ke bentuk semula meskipun telah
mendapat gaya defleksi yang besar. Sifat ini disebut shape memory.5
2.4.1 Beta-Titanium
Beta-titanium alloy disebut juga sebagai alloy titanium fasa beta. Setelah
berhasil menstabilkan fasa beta dari titanium pada suhu kamar pada tahun 1977, beta-
titanium mulai diperkenalkan dalam bidang ortodonti oleh Goldberg dan Charles
Burstone pada tahun 1979.5,7 Pada tahun 1980an, Burstone mempatenkan kawat beta-
titanium dan kemudian diproduksi oleh Ormco dengan merek dagang TMA (Titanium
Molybdenium Alloys).5
Kawat beta-titanium adalah salah satu jenis kawat yang paling sering digunakan
dalam piranti cekat ortodonti karena biokompatibilitas, tidak mengandung bahan nikel,
permukaan tipis lapisan pasif TiO2, springback yang besar, serta sifat formabilitas luar
biasa yang disebabkan oleh banyaknya slip sistem yang tersedia untuk gerakan
dislokasi dalam struktur body centered cubic (bcc).26
TMA mempunyai komposisi 77,8% titanium, 11,3% molibdenium, 6,6%
zirkonia, dan 4,3% tin. Karakteristik dari titanium murni yaitu biokompatibel terhadap
jaringan mulut, tahan terhadap korosi, dan memiliki stiffness yang rendah. Keberadaan
molybdenum adalah untuk menstabilkan fasa beta (β) pada alloy titanium, dan pada
jumlah tertentu dapat menstabilkan fasa beta pada suhu kamar. Ion lain yang
ditambahkan adalah zirkonia, tin, atau zinc, yang gunanya untuk meningkatkan
kekuatan dan kekerasan. Adapun kegunaaan lain dari zirkonia adalah untuk mencegah
terbentuknya fasa omega (ω) selama proses pembuatan alloy beta-titanium pada
temperatur tinggi, yang dapat menyebabkan alloy menjadi rapuh.7
Kawat TMA sebelumnya digunakan pada aplikasi spesifik dalam segmentasi
arch technique untuk membuat retraction loops. Sekarang ini, kawat TMA telah
digunakan dalam pembuatan intrusion arch dan menguatkan molar spring. Kawat
TMA juga berguna sebagai penopang untuk intrusi atau ekstrusi dari gigi. Semua
penggunaan ini memungkinkan pergerakan gigi secara individual dan tetap
memberikan sistem kekuatan yang terkontrol.27
Kawat TMA adalah kawat yang paling sesuai untuk tahap aligning dan leveling
karena TMA mempunyai nilai kekakuan yang rendah dan nilai energi potensial yang
tinggi. Penggunaan kawat TMA sebagai kawat intermediate dapat mempersingkat
waktu perawatan, memperpanjang rentang waktu kunjungan, dan meminimalisasi
pergantian kawat karena memiliki sifat resilien dan springback yang tinggi. Dengan
karakteristik springback yang tinggi dan stiffness yang lebih rendah dari kawat SS,
kawat TMA merupakan pilihan yang baik sebagai kawat intrusion arch. Namun,
beberapa peneliti t idak menyarankan penggunaan kawat TMA sebagai pilihan kawat
untuk menutup ruang karena gaya dan koefisien friksi kawat TMA yang tinggi
sehingga akan menghasilkan pergerakan sliding yang tidak efisien.7
2. Bahan Pelembab
Bahan pelembab seperti gliserol, propilen glikol dan sorbitol berfungsi untuk
mencegah kehilangan air pada pasta gigi.41 Konsentrasi pelembab yang digunakan di
dalam pasta gigi adalah sebanyak 20-35%.39
3. Bahan Pengikat
Komposisi bahan pengikat sangat penting dalam sediaan pasta gigi karena
menghasilkan pasta gigi yang mudah dikeluarkan dari tube, kemampuan zat aktif
terdispersi baik dalam mulut dan memudahkan pembilasan.36 Bahan yang sering
digunakan antara lain karboksimetil selulosa, hidroksimetil selulosa dan
carragaenan.42
4. Deterjen
Bahan deterjen yang sering dipakai adalah sodium lauryl sulfate (SLS) yang
berfungsi untuk mengurangi minyak dan tegangan permukaan serta sebagai bahan
pembuat busa.43 Konsentrasi deterjen di dalam pasta gigi umumnya sebesar 1-2%.13
5. Bahan Pengawet
Formulasi pasta gigi yang tidak mengandung surfaktan ionik sering ditambahkan
dengan bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri selama penyimpanan
jangka panjang. Pada umumya bahan pengawet yang ditambahkan dalam pasta gigi
adalah sodium benzoate, methylparaben dan ethylparaben.44
6. Air
Air adalah pelarut penting untuk bahan aktif anorganik dan fluoride. Air perlu
dimurnikan terlebih dahulu untuk menghilangkan kalsium dan elemen yang dapat
menurunkan stabilitas dan ketersediaan hayati bahan aktif.44
7. Bahan Pemanis
Bahan pemanis ditambahkan ke pasta gigi untuk meningkatkan selera. Bahan
pemanis yang umum digunakan adalah pemanis buatan dan sebagian besar produsen
pasta gigi menggunakan sodium sakarin atau, walaupun jarang, sukralosa.44
8. Bahan Teraupetik
Bahan teraupetik yang terdapat pada pasta gigi adalah fluoride, bahan
desensitisasi, dan lain-lain. Senyawa fluoride memiliki fungsi agar jaringan keras gigi
lebih tahan terhadap lingkungan oral yang asam dan bersifat kariogenik, bakterisida,
dan memiliki efek antiplak tambahan. Contoh senyawa fluoride antara lain stannous
fluoride, sodium florida, dan sodium monophosphate fluoride.45
Maloklusi
Perawatan
Ortodonti
Piranti Pemeliharaan
Ortodonti oral hygine
Kobalt Stainless
NiTi TMA
kronium steel
Perubahan Tensile
Strength
Keterangan:
: yang diteliti
17
Universitas Sumatera Utara
18
Variabel Terkendali
Suhu perendaman inkubator
Merek pasta gigi deterjen
Diameter dan panjang kawat
ortodonti NiTi dan TMA
Volume pasta gigi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan:
t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah replikasi
Pada rumus ini digunakan t = 6, karena menggunakan enam kelompok perlakuan, maka
jumlah sampel r minimum tiap kelompok ditentukan sebagai berikut:
(6-1)(r-1) ≥15
5(r-1) ≥15
5r-5 ≥15
5r ≥20
r ≥4
Kelompok 2: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
8 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 2).
Kelompok 3: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
12 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 3).
Kelompok 4: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
4 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 4).
Kelompok 5: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
8 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 5).
Kelompok 6: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
12 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 6).
3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kawat ortodonti NiTi merek American Orthodontics dengan diameter
0,016 x 0,022 inci dan panjang 15 cm
2. Kawat ortodonti TMA merek American Orthodontics dengan diameter
0,016 x 0,022 inci dan panjang 15 cm
3. Pasta gigi deterjen non-fluoride Herbal HPAI
4. Aquadest
1 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian tentang perubahan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam dalam pasta gigi deterjen menggunakan 48 buat sampel yang terdiri dari
24 buah sampel kawat ortodonti NiTi dan 24 buah sampel kawat ortodonti TMA
dengan diameter 0,016 x 0,022 inci dan panjang tiap kawat 15 cm. Kemudian sampel
dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yang terdiri dari 8 sampel untuk setiap kelompok
perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat universal testing machine
(Tensilon RTF-1350, dynatech, Japan) untuk memperoleh besar tensile strength kawat.
Tabel 2. Rata-rata tensile strength dan standar deviasi kawat ortodonti NiTi setelah
direndam di dalam pasta gigi deterjen.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi
0 1138,373 50,871
1 1134,870 72,201
2 1126,219 69,057
3 1095,882 87,303
Keterangan :
Kelompok 0 : Kawat ortodonti NiTi sebelum perendaman.
Kelompok 1: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
4 jam.
Kelompok 2: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
8 jam.
Kelompok 3: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
12 jam.
Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti NiTi sebelum direndam di dalam
pasta gigi deterjen adalah 1138,373 ± 50,871 MPa. Setelah kawat direndam di dalam
pasta gigi deterjen, diperoleh rata-rata tensile strength kawat ortodonti NiTi pada
kelompok 1 adalah sebesar 1134,870 ± 72,201 MPa, pada kelompok 2 adalah sebesar
1126,219 ± 69,057 MPa, dan pada kelompok 3 adalah sebesar 1095,882 ± 87,303 MPa.
Tabel 3. Rata-rata tensile strength dan standar deviasi kawat ortodonti TMA setelah
direndam di dalam pasta gigi deterjen.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi
0 891,134 177.880
4 878,873 112,376
5 874,965 122,979
6 812,369 156,888
Keterangan :
Kelompok 0: Kawat ortodonti TMA sebelum perendaman.
Kelompok 4: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
4 jam.
Kelompok 5: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
8 jam.
Kelompok 6: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
12 jam.
Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti TMA sebelum direndam di dalam
pasta gigi deterjen adalah 891,134 ± 177.880 MPa. Setelah kawat direndam di dalam
pasta gigi deterjen, diperoleh rerata tensile strength kawat ortodonti TMA pada
kelompok 4 adalah sebesar 878,873 ± 112,376 MPa, pada kelompok 5 adalah sebesar
874,965 ± 122,979 MPa, dan pada kelompok 6 adalah sebesar 812,369 ± 156,888 MPa.
Perbandingan nilai rata-rata hasil pengukuran tensile strength dapat digambarkan
sesuai dengan diagram batang (gambar 12).
1200,000
1000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0,000
NiTi TMA
4 jam 1134,870 878,873
8 jam 1126,219 874,965
12 jam 1095,882 812,369
Gambar
Gambar 12.10.Diagram
Diagram batang
batang rata-rata
rata-rata tensile
tensilestrength
strength
kawat ortodonti NiTi dan TMA
kawat ortodonti NiTi dan TMA setelah yang
direndam selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
4 jam, 8 jam, dan 12 jam.
Tabel 4. Hasil uji Kruskal-wallis tensile strength kawat ortodonti NiTi yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
1 1134,870 72,201
2 1126,219 69,057 0,636
3 1095,883 87,303
Berdasarkan hasil uji normalitas untuk kelompok TMA, diperoleh seluruh data
berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05, sehingga pengujian dilanjutkan dengan
menggunakan uji ANOVA. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti TMA yang direndam
di dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8, dan 12 jam dengan nilai p = 0,538 (p > 0,05)
seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji ANOVA tensile strength kawat ortodonti TMA yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
4 878,8736 112,376
5 874,9651 122,979 0,538
6 812,3699 156,888
Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam (kelompok 1 dan kelompok 4) adalah 1134,87
MPa ± 72,201 dan 878,873 MPa ± 112,376. Uji signifikansi menggunakan uji T-
independent diperoleh p = 0,000 yang artinya terdapat perbedaan nilai tensile strength
yang signifikan (p < 0,05) (tabel 6).
Tabel 6. Hasil uji T-independent tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
1 1134,87 72,201
0,000
4 878,873 112,376
Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 8 jam (kelompok 2 dan kelompok 5) adalah 1126,219
MPa ± 69,057 dan 874,9651 MPa ± 122,979. Uji signifikansi menggunakan uji T-
independent diperoleh p = 0,000 yang artinya terdapat perbedaan nilai tensile strength
yang signifikan (p < 0,05) (tabel 7).
Tabel 7. Hasil uji T-independent tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 8 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
2 1126,219 69,057
0,000
5 874,9651 122,979
Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 12 jam (kelompok 3 dan kelompok 6) adalah 1095,882
MPa ± 87,303 dan 812,369 MPa ± 156,888. Uji signifikansi menggunakan Mann-
whitney diperoleh p = 0,002 yang artinya terdapat perbedaan nilai tensile strength
yang signifikan (p < 0,05) (tabel 8).
Tabel 8. Hasil uji Mann-whitney tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 12 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
3 1095,883 87,303
0,002
6 812,3699 156,888
menunjukkan bahwa tensile strength kawat ortodonti NiTi lebih besar dibandingkan
dengan kawat ortodonti TMA pada perendaman selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam.
Berdasarkan pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam
di dalam pasta gigi deterjen.
BAB V
PEMBAHASAN
Kawat ortodonti merupakan salah satu piranti ortodonti yang didesain untuk
mengaplikasikan gaya pada gigi yang malposisi agar bergerak ke dalam lengkung yang
ideal dan beroklusi dengan baik.7 Kawat ortodonti yang digunakan di dalam rongga
mulut pada jangka waktu yang cukup lama dapat terpapar dengan berbagai kondisi
seperti lingkungan yang bersifat asam, suhu, dan saliva, yang dapat mengakibatkan
korosi dan menyebabkan pelepasan ion logam di dalam rongga mulut.8,49 Sejalan
dengan pelepasan ion logam, korosi dapat berefek pada penurunan kekuatan bahan dan
fraktur pada bahan ortodonti.8
Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan adanya penurunan nilai tensile
strength kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam,
8 jam, dan 12 jam, namun tidak signifikan dengan nilai signifikansi p = 0,636
(p > 0,05) dan tabel 5 menunjukkan adanya penurunan nilai tensile strength kawat
ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan
12 jam, namun tidak signifikan dengan nilai signifikansi p = 0,538 (p > 0,05).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Brandao dkk., yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pelepasan ion
titanium, kromium, nikel, dan besi braket ortodonti yang direndam di dalam berbagai
macam pasta gigi.50
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah
dkk., yang menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai tensile strength kawat
ortodonti stainlees steel setelah direndam di dalam obat kumur fluoride selama 30, 60,
dan 90 menit, dimana semakin lama kawat ortodonti berkontak dengan obat kumur
fluoride, semakin kecil juga nilai tensile strength kawat tersebut.16
Tensile strength kawat ortodonti menentukan gaya tarik maksimum yang dapat
didistribusi oleh kawat ketika digunakan sebagai spring untuk menggerakkan gigi.16
Perubahan tensile strength dapat disebabkan karena korosi. Korosi menyebabkan
pelapasan ion-ion penyusun alloy yang berakibat pada melemahnya kawat.8 Lapisan
pelindung oksida pada permukaan logam sangat rentan terhadap gangguan mekanis
dan kimiawi. Lapisan pelindung oksida akan perlahan-lahan larut ketika logam
terpapar dengan oksigen. Lingkungan yang bersifat asam dan produk yang
mengandung fluoride juga dapat menyebabkan terjadinya korosi.8,51 Menurut Schmaltz
dkk., (cit. Rasyid dkk., 2014) ion nikel memiliki sifat larut di dalam cairan, sehingga
lama kawat ortodonti berkontak dengan cairan memengaruhi pelepasan ion logam. 15
Pasta gigi yang digunakan sehari-hari dapat mengakibatkan korosi pada kawat
ortodonti.12 Beberapa komposisi pasta gigi dapat mengakibatkan perubahan pada
logam.14 Komponen anorganik seperti fosfat, natrium, dan potassium yang terdapat di
dalam pasta gigi berperan sebagai media elektrolit yang dapat memicu reaksi
elektrokimia. Reaksi elektrokimia adalah reaksi yang terjadi pada anoda (mengalami
oksidasi) dan katoda (mengalami reduksi), dimana ion logam sebagai anoda dan H+
dari media elektrolit sebagai katoda.51,52
Pasta gigi deterjen non-fluoride pada penelitian ini mengandung komposisi
sodium lauryl sarcosinate, sodium saccharin, dan sodium benzoate yang dapat
mengakibatkan pelepasan ion karena adanya ion natrium yang dapat memicu reaksi
elektrokimia.52 Kalsium karbonat (CaCO3) dalam pasta gigi deterjen juga diduga
menyebabkan terjadinya perubahan sifat mekanis bahan. Menurut Tjitro dkk. (cit.
Wasono dkk., 2016), natrium klorida (NaCl), kalsium sulfat (CaSO4), kalsium karbonat
(CaCO3) dan oksigen terlarut dapat mempengaruhi proses korosi pada material. Ion
klorida, sulfat dan karbonat mampu menyerang permukaan logam sehingga terjadi
korosi pada logam.52
Perubahan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam menunjukkan bahwa
semakin lama kawat terpapar dengan pasta gigi deterjen, semakin kecil nilai tensile
strength kawat tersebut. Namun, perbedaan tensile strength secara statistik tidak
signifikan. Pasta gigi deterjen non-fluoride pada penelitian ini memiliki pengaruh yang
sedikit pada perubahan sifat mekanis kawat ortodonti NiTi dan TMA, khususnya
tensile strength.
Pada kawat ortodonti NiTi dan TMA, hilangnya stabilisasi ion logam diawali
dengan rusaknya lapisan pasif titanium oksida (TiO2) sebagai barier pertahanan awal
kawat. Setelah larutnya lapisan pasif titanium sebagai pelindung, selanjutnya ion nikel
pada kawat ortodonti NiTi akan teroksidasi dan terlepas.23 Ion-ion penyusun kawat
ortodonti TMA juga akan terlepas, seperti zirkonia dan tin (seng) yang berfungsi untuk
menambah kekuatan pada kawat.7 Pelepasan ion-ion penyusun logam tersebut
menyebabkan penurunan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan tensile strength yang
signifikan antara kawat ortodonti NiTi dan TMA yang di rendam di dalam pasta gigi
deterjen. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rerata tensile strength kawat ortodonti
NiTi lebih besar dibandingkan dengan kawat ortodonti TMA. Perbedaan tensile
strength tersebut terjadi karena kawat ortodonti NiTi memiliki fleksibilitas yang lebih
baik dibandingkan dengan kawat ortodonti TMA. Kawat ortodonti NiTi memiliki nilai
batas elastis yang lebih tinggi dan nilai modulus elastisitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan kawat ortodonti TMA.25 Faktor lain yang mempengaruhi
perbedaan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA adalah adanya ion nikel pada
kawat ortodonti NiTi yang tidak terdapat pada kawat ortodonti TMA. Ion nikel berguna
dalam menambah kekerasan, tahan terhadap panas dan memberikan kelenturan pada
kawat.23
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pada kawat ortodonti NiTi, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada tensile strength kawat setelah direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam dengan nilai p = 0,636 (p > 0,05).
2. Pada kawat ortodonti TMA, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada tensile strength kawat setelah direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam dengan nilai p = 0,538 (p > 0,05).
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti
NiTi dan TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melihat efek pasta gigi deterjen
non-fluoride terhadap sifat mekanis bahan lainnya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efek sodium lauryl
sarcosinate terhadap kawat ortodonti.
3. Dokter gigi perlu memperhatikan lamanya kawat ortodonti digunakan agar
tidak berpengaruh terhadap perawatan.
4. Lebih disarankan untuk menggunakan kawat ortodonti NiTi karena memiliki
nilai tensile strength yang lebih besar dibandingkan dengan kawat ortodonti TMA.
DAFTAR PUSTAKA
12. Souza R, Chatrree A, Rajendran S. Stainless steel alloys for dental application:
corrosion behaviour in the presence of toothpaste vicco. Der Pharma Chemica
2017; 9(8): 25-31.
13. Roslan AN, Sunariani J, Irmawati A. Penurunan sensitivitas rasa manis akibat
pemakaian pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate 5%. Jurnal PDGI
2009; 58(2): 10-3.
14. Nik, TH, Hosshmand T, Farhadifard H. Effect of different types of toothpaste on
frictional resistance between orthodontic stainless steel bracket and wire. J Demt
(Tehran) 2017; 14(5): 275.
15. Rasyid NI, Pudyani PS, Heryumani JCP. Pelepasan ion nikel dan kromium kawat
Australia dan stainless steel dalam saliva buatan. Dent. J. (Maj. Ked. Gigi) 2014;
14(3): 168-72.
16. Fatimah DI, Anggani HS, Ismah N. Effect of fluoride mouthwash on tensile
strength of stainless steel orthodontic archwires. J. Phys.: Conf. Ser 2017: 1-5.
17. Brindha M, Kumaran NK, Rajasigamani K. Evaluation of tensile strength and
surface topography of orthodontic wires after infection control procedures: An in
vitro study. J Pharm Bioall Sci 2014; 6: 44-8.
18. Singh S, Pai VS, Amrita N. The effects of hot and cold sterilization on the tensile
strength of orthodontic wires” (an in-vitro study). Virtual Journal of Orthodontics
2011; 9(3).
19. Alawiyah T. Komplikasi dan resiko yang berhubungan dengan perawatan
ortodonti. Jurnal Ilmiah Widya 2017; 4(1): 256-61.
20. Irwansyah M, Erwansyah E. Penilaian tingkat keberhasilan perawatan ortodontik
dengan piranti lepasan berdasarkan indeks PAR. Dentofasial: 2011; 10(3): 144-50.
21. Alam MK. A to z orthodontic: functional orthodontic appliances. Vol 10. Kota
Bharu: PPSP Publication, 2012: 9.
22. Alam MK. A to z orthodontic: fixed appliances. Vol 13. Kota Bharu: PPSP
Publication, 2012: 8.
23. Mawaddah CA, Devi LSAP, Prijatmoko D. Perbedaan defleksi kawat ortodonti
nikel-titanium dan niti epoxy resin coated pada perendaman dalam saliva buatan
dan minuman berkarbonasi. eJ. Pustaka Kes: 2016; 4(3): 519-24.
24. Kotha RS, Alla RK, Shammas M, Ravi RK. An overview of orthodontic wires.
Trends Biomater. Artif. Organs 2014; 28(1): 32-6.
25. Ferreira MA, Luersen MA, Borges PC. Nickel-titanium alloys: A systematic
review. Dental Press J Orthod 2012; 17(3): 71-82.
26. Murakami T, Iijima M, Muguruma T, Yano F, Kawashima I, Mizoguchi I. High-
cycle fatigue behavior of beta-titanium orthodontic wires. Dent Mater J 2015;
34(2): 189-95.
27. Gurgel JA, Pinzan-Vercelino CRM, Powers JM. Mechanical properties of beta-
titanium wires. Angle Orthod 2011; 81(3): 478-83.
28. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. 5th ed. Missouri:
Elsevier, 2013: 312-4.
29. Khamatkar A. Ideal properties of orthodontic wires and thier clinical implication-
a review. IOSR-JMDS 2015; 14(1): 47-50.
30. Aminian A, Nakhaei S, Agahi RH, Rezaeizade M, Aliabadi HM, Heidarpour M.
Evaluation of the effect of different stretching patterns on force decay and tensile
properties of elastomeric ligatures. Dent Res J 2015; 12: 589-95.
31. Alabduljabbar H. Forced decay associated with coloured elastomeric chains; an ex
vivo investigation. IJHS 2016; 3(2): 620-32.
32. Devaprasad AP, Chandrasekaran TR. Effects of intraoral ageing on ultimate
tensile strength and surface topography of superelastic NiTi wires from two
different manufacturers: a comparative in vivo study. J Ind Orthod Soc 2012; 46(3):
119-25.
33. Achmad H, Hartono R. Studies of toothpaste detergent and non detergent
composition to growth of plaque and saliva secretion: the study was conducted to
students of inpres primary school Hasanuddin University, District Tamalanrea
Jaya, Village Tamalanrea municipality Makassar. IJSR 2016; 5(11): 733-7.
34. Wulanadari NNS. Pengaruh berbagai metode motivasi pada skor oral hygiene
index pasien ortodonti cekat di RSGM-P FKG UI. Tesis. Jakrta. Program
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti FKG UI, 2012: 14-5.
35. Lee JH, Abdullah AAA, Yahya NA. Oral hygiene practices among fixed
orthodontic patients in a university dental setting. Int J Oral Dent Health 2016;
2(2): 1-4.
36. Zulfia E. Formulasi pasta gigi ekstrak etanol daun suji (Pleomele angustifolia N.E
brown) dengan variasi konsentrasi bahan pengikat CMC NA: kajian karakteristik
fisiko kimia sediaan. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 2016: 35-41.
37. Madhuri SV, Buggapati L. Dentifrices: An overview from past to present. Int. J.
Appl. Dent. Sci 2017; 3(4): 352-5.
38. Maldupa I, Brinkmane A, Rendeniece I, Mihailova A. Evidence based toothpaste
classifi cation, according to certain characteristics of their chemical composition.
Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2012; 14(1): 12-22.
39. Harsetyowati SA. Penyikatan gigi dengan pasta gigi mengandung sodium
bicarbonate, sodium fluoride, dan potassium nitrate terhadap dentin hipersensitif
yang disertai peradangan periodontal. Tesis. Jakarta. Program Pendidikan Dokter
Gigi Spesialis Ortodonti FKG UI, 2014: 19-20.
40. Salzer S, Rosema NAM, Martin ECJ, Slot DE, Timmer CJ. The effectiveness of
dentifrices without and with sodium lauryl sulfate on plaque, gingivitis, and
gingival abrasion- an randomized clinical trial. Clin Oral Linvest 2016; 20: 443-
450.
41. ADA Science Institute. Oral Health Topics Toothpastes.
http://ada.org/en/member-center/oral-health-topics/toothpastes (2 Desember 2018)
42. Elfiany R, Setiadi N, Mei SR, Maesaroh S. Perbandingan antara penggunaan
pengikat dan humektan terhadap fisik sediaan pasta gigi ekstrak etanol 96% daun
sosor bebek. Media Farmasi 2015; 12(2): 139-51.
43. Wawo EB, Wowor PM, Siagian KV. Uji pengaruh penggunaan pasta gigi dengan
kandungan deterjen sodium lauryl sulfate terhadap kecepatan alir saliva pada
masyarakat di desa walantakan. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi 2016; 5(4): 46-
51.
44. Lippert F. An introduction to toothpaste – its purpose, history and ingredients.
Monogr Oral Sci 2013; 23: 1-14.
45. Amnur AMD. Pengaruh pasta gigi mengandung xylitol dan fluoride dibandingkan
pasta gigi mengandung fluoride terhadap plak gigi. Jurnal media medika muda
2014: 1-12.
46. Gimba CE, Abeshi SE, Elizabeth O. Investigations of sodium lauryl sulphate and
saccharin concentrations in brand of toothpaste. Res J ChemSci 2014; 4(6): 58-61.
47. Yapar S, Ates M, Ozdemir G. Preparation and characterization of sodium lauroyl
sarcosinate adsorbed on cetylpyridinium-montmorillonite as a possible
antibacterial agent. App Clay Sci 2017; 150: 16-22.
48. Prihanti GS. Pengantar biostatistik. Malang: UMM Press, 2018: 12-3.
49. Jamillian A, Moghaddas O, Toopchi S, Perillo L. Comparison of nickel and
chromium ion released from stainless steel and NiTi wires after immersion in oral
B, Orthokin and artificial saliva. J Contemp Dent Pract 2014; 15(4): 403.
50. Brandao GAM, Simas RM, Almeida LM, Silva JM, Meneghim MC, Preira AC,
Almeida HA, Brandao AMM. Evaluation of ionic degradation and slot corrosion
of metallic brackets by action of different dentifrices. Dent Press J Orthod 2013;
18(1): 86-93.
51. House K, Sernetz F, Dymock D, Sandy JR, Ireland AJ. Corrosion of orthodontic
appliances-should we care?. Am J OrthodDentofacialOrthop 2008; 133: 584-591.
52. Wasono NP, Assa YA, Anindita PS. Pelepasan ion nikel dan kronium bracket
stainless steel yang direndam dalam minuman isotonik. Jurnal Ilmiah Farmasi-
UNSRAT 2016; 5(1): 158-63.
JADWAL KEGIATAN
Waktu Penelitian
No. Kegiatan
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Penyusunan Laporan
2. Persiapan Lapangan
3. Pengumpulan Data
Pengolahan dan
4.
Analisis Data
5. Penyusunan Laporan
Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan
rincian sebagai berikut:
Peneliti,
Calvint
Descriptives
Tensile strength
95% Confidence Interval for
Mean
Std.
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
NiTi 4 Jam 8 1134.8703 72.20074 25.52681 1074.5090 1195.2317 982.61 1202.51
NiTi 8 Jam 8 1126.2190 69.05714 24.41539 1068.4858 1183.9522 999.42 1218.76
NiTi 12 Jam 8 1095.8827 87.30306 30.86629 1022.8955 1168.8699 910.89 1170.57
Total 24 1118.9907 75.16149 15.34228 1087.2528 1150.7286 910.89 1218.76
Diketahui:
Pada NiTi 4 jam, rata-rata tensile strength adalah 1134,870, dengan standard
deviasi 72,201.
Pada NiTi 8 jam, rata-rata tensile strength adalah 1126,219, dengan standard
deviasi 69,057.
Pada NiTi 12 jam, rata-rata tensile strength adalah 1096,883, dengan standard
deviasi 87,303.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Test Statisticsa,b
Tensile
strength
Chi-Square .905
df 2
Asymp. Sig. .636
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Kelompok
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis di atas,
diperoleh nilai p = 0,636 > 0,05, maka disimpulkan tidak terdapat perbedaan tensile
strength yang signifikan di antara NiTi 4 jam, 8 jam dan 12 jam.
Descriptives
Tensile strength
95% Confidence Interval for
Mean
Std.
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
TMA 4 Jam 8 878.8736 112.37684 39.73121 784.9242 972.8230 714.25 1060.73
TMA 8 Jam 8 874.9651 122.97907 43.47967 772.1520 977.7782 740.35 1053.07
TMA 12 8 812.3699 156.88808 55.46831 681.2082 943.5317 573.97 1028.80
Jam
Total 24 855.4029 130.02459 26.54116 800.4983 910.3075 573.97 1060.73
Diketahui:
Pada TMA 4 jam, rata-rata tensile strength adalah 878,8736, dengan standard
deviasi 112,37684.
Pada TMA 8 jam, rata-rata tensile strength adalah 874,9651, dengan standard
deviasi 122,97907.
Pada TMA 12 jam, rata-rata tensile strength adalah 812,3699, dengan standard
deviasi 156,88808.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
ANOVA
Tensile strength
Total 388847.050 23
Test Statisticsa
Tensile
Mann-Whitney U 20.000
Wilcoxon W 320.000
Z -5.526
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Kelompok
Group Statistics
Berdasarkan hasil uji T independent diatas, diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), yang
artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti
NiTi dan TMA yang direndam selama 4 jam.
Group Statistics
Berdasarkan hasil uji T independent diatas, diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), yang
artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti
NiTi dan TMA yang direndam selama 8 jam.
Untuk perbandingan NiTi 12 Jam dan TMA 12 Jam menggunakan uji Mann-
whitney.
Group Statistics
Tensile
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 39.000
Z -3.046