Anda di halaman 1dari 89

PERBEDAAN TENSILE STRENGTH KAWAT ORTODONTI

NIKEL-TITANIUM (NITI) DAN TITANIUM MOLYBDENUM


ALLOYS (TMA) YANG DIRENDAM DALAM
PASTA GIGI DETERJEN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

CALVINT
NIM : 150600169

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2019

Calvint
Perbedaan Tensile Strength Kawat Ortodonti Nikel-Titanium (NiTi) dan
Titanium Molybdenum Alloy (TMA) yang Direndam Dalam Pasta Gigi Deterjen.
xi + 41 halaman
Kawat ortodonti yang mengandung perpaduan bahan titanium seperti NiTi dan
TMA beberapa tahun terakhir banyak digunakan. Beberapa kandungan dari pasta gigi
dapat menyebabkan perubahan sifat pada logam dan dapat berakibat buruk terhadap
prosedur perawatan ortodonti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tensile
strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam dalam pasta gigi deterjen.
Jenis penelitian ini adalah comparative design. Sampel penelitian ini adalah kawat
ortodonti NiTi dan TMA (American Orthodontic) dengan diameter 0,016 x 0,022 inci
dan panjang 15 cm sebanyak 48 buah. Sampel dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan
yang terdiri dari 8 buah sampel untuk setiap kelompok perlakuan. Sampel direndam di
dalam 25 gram pasta gigi deterjen, kemudian disimpan di dalam inkubator (37⁰C).
Setelah itu dilakukan pengukuran tensile strength menggunakan alat universal testing
machine (Tensilon RTF-1350, Dynatech, Japan). Hasil penelitian menunjukkan tensile
strength kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8,
dan 12 jam berturut-turut adalah 1134,870 ± 72,201 MPa; 1126,219 ± 69,057 MPa;
dan 1095,882 ± 87,303 MPa sedangkan pada kawat ortodonti TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8, dan 12 jam berturut-turut adalah 878,873 ±
112,376 MPa; 874,965 ± 122,979 MPa; dan 812,369 ± 156,888 MPa. Hasil analisis
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat
ortodonti NiTi dan TMA yang yang direndam selama 4, 8, dan 12 jam. Kesimpulan
penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat
ortodonti NiTi dan TMA yang direndam dalam pasta gigi deterjen.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Rujukan: 52 (2007 - 2017).

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


dihadapan tim penguji

Medan,5 Juli 2019


Pembimbing Tanda Tangan

Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort(K) ………………………


NIP: 198207292010122002

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 5 Juli 2019

TIM PENGUJI
KETUA : Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort(K)
ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort(K)
2. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbedaan tensile
strength kawat ortodonti nikel-titanium (NiTi) dan titanium molybdenum alloys (TMA)
yang direndam dalam pasta gigi deterjen” guna sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Hilda Fitria Lubis drg., Sp.Ort(K) yang telah
meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis demi selesainya
skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua
penulis, Ayahanda tercinta William Norman, dan Ibunda tercinta Erna yang telah
memberikan kasih sayang, doa dan dukungan serta segala bantuan baik moril maupun
materil yang tidak terbatas kepada penulis. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Siti Bahirrah drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Departemen Ortodonti Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen penguji skripsi yang
telah memberikan waktu dan masukan kepada penulis.
3. Hilda Fitria Lubis drg., Sp.Ort(K) selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan
dan motivasi selama proses penyusunan skripsi sampai selesai.
4. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu dan memberikan saran-saran yang membangun kepada penulis.
5. Ika Andryas drg., MSc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing, mendukung dan memotivasi penulis selama menjalankan perkuliahan
dan menyusun skripsi.

Universitas Sumatera Utara


6. Kepada seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak mendidik, membantu, dan memberikan ilmu selama perkuliahan.
7. Kepada seluruh staf Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu selama proses skripsi.
8. Teristimewa kepada Ayahanda William Norman dan Ibunda Erna, atas
segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis serta kepada saudara penulis,
Calvinna dan Kenny Bryan atas doanya selama ini.
9. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Kevin Wijaya, Oscar, Emilia, Elis
Crystal, Christian, Arwin Leonardy, Terry, Eric, Daniel Triska, Richard Austeen,
Jesslyn Komala dan teman seperjuangan Rahma Khairunnisa, Dyah Hakiki Pratiwi,
Syasya Humaira Bt.Mohammad, serta seluruh teman-teman seangkatan stambuk 2015,
senior, dan junior yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang memberikan
motivasi kepada penulis.
10. Keluarga dari kepengurusan LOTUS (William Sentosa, Chyntia Glori
Tania, T. Felicia Fireccius, Stefani Limanto, Ericko, Jasver Fulvian, Andy Sulung,
Catherine Ruselly, Carrine Natasha, Nasri, Wilyanto) dan keluarga besar KMB-
USU yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki
menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran, dan kritik untuk membangun
skripsi ini menjadi lebih baik kedepannya.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat digunakan dan
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakulatas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara dan pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 5 Juli 2019


Penulis

Calvint
NIM: 150600169

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................
TIM PENGUJI SKRIPSI .................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 3
1.4 Hipotesis .......................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Praktis ................................................................................ 4
1.5.2 Manfaat Teoritis ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5


2.1 Perawatan Ortodonti ........................................................................ 5
2.2 Jenis-Jenis Piranti Ortodonti............................................................ 5
2.3 Kawat Ortodonti .............................................................................. 7
2.4 Jenis-Jenis Kawat Ortodonti ............................................................ 8
2.4.1 Nikel Titanium (NiTi) ..................................................................... 8
2.4.1 Beta-Titanium .................................................................................. 9
2.5 Sifat-sifat Kawat .............................................................................. 10
2.6 Kekuatan Tarik (Tensile Strength) .................................................. 12
2.7 Pemeliharaan Oral Hygine Selama Perawatan Ortodonti ............... 13
2.8 Pasta Gigi ......................................................................................... 13
2.8.1 Komposisi Pasta Gigi ...................................................................... 14
2.8.2 Pasta Gigi Deterjen .......................................................................... 16
2.9 Kerangka Teori ................................................................................ 17
2.10 Kerangka Konsep ............................................................................ 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 19


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 19

vii

Universitas Sumatera Utara


3.2 Desain Penelitian ............................................................................. 19
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 19
3.3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................. 19
3.3.2 Waktu Penelitian ............................................................................. 19
3.4 Sampel dan Besar Sampel ............................................................... 19
3.4.1 Sampel Penelitian ............................................................................ 19
3.4.2 Besar Sampel ................................................................................... 20
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................. 21
3.5.1 Variabel Penelitian .......................................................................... 21
3.5.1.1 Variabel Penelitian Bebas ............................................................. 21
3.5.1.2 Variabel Penelitian Terikat............................................................ 21
3.5.1.3 Variabel Terkendali ....................................................................... 21
3.5.2 Definisi Operasional ........................................................................ 21
3.6 Alat dan Bahan ................................................................................ 22
3.6.1 Alat .................................................................................................. 22
3.6.2 Bahan ............................................................................................... 23
3.7 Prosedur Kerja ................................................................................. 24
3.7.1 Persiapan Sampel ............................................................................. 24
3.7.1.1 Kawat NiTi .................................................................................... 24
3.7.1.2 Kawat TMA .................................................................................. 25
3.7.2 Prosedur Perendaman ...................................................................... 25
3.8 Uji Kekuatan Tarik (Tensile Strength) ............................................ 25
3.9 Analisis Data ................................................................................... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 27

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 333

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 366


6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 366
6.2 Saran .................................................................................................. 366

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 367

LAMPIRAN

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Komposisi pasta gigi deterjen ..................................................................... 24
2. Nilai rerata tensile strength dan standar deviasi kawat ortodonti NiTi ....... 27
3. Nilai rerata tensile strength dan standar deviasi kawat ortodonti TMA...... 28
4. Hasil uji Kruskal-wallis tensile strength kawat ortodonti NiTi yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam .... 30
5. Hasil uji ANOVA tensile strength kawat ortodonti TMA yang direndam
di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam .................... 30
6. Hasil uji T-independent tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam .......................... 31
7. Hasil uji T-independent tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 8 jam .......................... 31
8. Hasil uji Mann-whitney tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 12 jam ........................ 31

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Piranti Ortodonti Lepasan ......................................................................... 6


2. Piranti Ortodonti Fungsional..................................................................... 6
3. Piranti Ortodonti Cekat ............................................................................. 7
4. Kawat Ortodonti........................................................................................ 7
5. Alat Universal Testing Machine ............................................................... 12
6. Kawat Ortodonti NiTi dan TMA .............................................................. 20
7. Alat-Alat Penelitian .................................................................................. 23
8. Kawat Ortodonti NiTi dan TMA Merek American Ortodontic ................ 23
9. Pasta Gigi Deterjen dan Aquadest............................................................. 24
10. 10. Pengujian tensile strength menggunakan alat UTM ........................... 26
11. Kawat menerima gaya tarik maksimum dan terputus ............................... 26
12. Diagram batang rata-rata tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan
12 jam........................................................................................................ 29

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Alur Penelitian
2. Surat-surat Penelitian
3. Jadwal Kegiatan
4. Rincian Biaya Penelitian
5. Hasil Pengukuran Tensile Strength Kawat Ortodonti NiTi dan TMA
6. Hasil Uji Statistik
7. Hasil Pengukuran Tensile Strength

xi

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ortodonti adalah salah satu cabang dari kedokteran gigi yang mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan gigi, serta struktur anatomi sejak lahir sampai gigi
permanen, termasuk semua prosedur pencegahan dan perbaikan penyimpangan gigi
yang memerlukan reposisi gigi dengan cara fungsional dan mekanis untuk membentuk
oklusi normal dan kontur wajah yang menyenangkan.1 Tujuan dari perawatan ortodonti
adalah untuk meningkatkan estetis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang,
mencapai hubungan oklusi dan fungsi yang baik, serta mendapatkan hubungan gigi
yang stabil.2,3,4 Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan alat lepasan, cekat,
maupun kombinasi.4
Kesuksesan perawatan ortodonti tidak hanya bergantung pada keterampilan dan
pengetahuan dari tahapan perawatannya, tetapi juga pengetahuan dan pilihan dari
material yang digunakan. Salah satu kunci utama dari perawatan ortodonti cekat adalah
pemilihan kawat.5 Sekarang ini, terdapat banyak jenis material kawat yang digunakan,
dan kawat dengan bahan dasar titanium mempunyai sifat yang sangat baik terhadap
biokompatibilitas, ketahanan terhadap korosi, dan kekakuan yang rendah.6,7
Popularitas kawat yang mengandung perpaduan titanium beberapa tahun terakhir
meningkat sangat signifikan.6 Nikel-titanium (NiTi) dikembangkan oleh Buehler pada
tahun 1962 dengan komposisi 55% nikel dan 45% titanium. Kawat beta-titanium
diperkenalkan pada tahun 1979 oleh Goldberg dan Burstone yang kemudian lebih
dikenal dengan nama Titanium Molybdenum Alloys (TMA).8 TMA mempunyai
komposisi 77,8% titanium, 11,3% molibdenum, 6,6% zirkonia, dan 4,3% tin.7
Kawat NiTi saat ini sering digunakan karena sifat springback yang sangat baik,
serta rasio load-to-deflection yang rendah sehingga menghasilkan tingkat kekuatan dan
kontrol yang baik terhadap besar gaya yang dihasilkan.9,10 Titanium Molybdenum
Alloys (TMA) merupakan salah satu alloy yang penggunaannya di dalam perawatan

Universitas Sumatera Utara


2

ortodonti cukup luas namun sedikit kurang populer. Kawat TMA mempunyai
kombinasi kekuatan dan fleksibilitas yang baik.7
Pemeliharaan kebersihan mulut yang baik adalah tugas yang menantang selama
perawatan ortodonti karena bracket, kawat, dan komponen lain dapat memfasilitasi
terjadinya akumulasi plak.11 Pasien yang sedang dalam perawatan ortodonti harus
menyikat giginya secara rutin. Namun, pasta gigi yang digunakan dapat merusak kawat
ortodonti dalam lingkungan mulut.12 Setiap pasta gigi mengandung bahan-bahan yang
penting seperti bahan abrasif, bahan penggosok, humectant, flouride, pemutih gigi, air,
bahan pemberi rasa, bahan pemanis, bahan pengikat, dan deterjen.13 Beberapa
kandungan dari pasta gigi dapat menyebabkan perubahan sifat pada logam. Perubahan
pada sifat permukaan bracket ortodonti dapat berakibat buruk terhadap prosedur
perawatan ortodonti.14
Kawat ortodonti pada alat cekat akan selalu berkontak dengan saliva dan jaringan
rongga mulut. Pada lingkungan rongga mulut, kawat yang digunakan dalam perawatan
ortodonti berpotensi mengalami korosi atau pelepasan elemen logam penyusun alloy.15
Penelitian Souza dkk., tentang sifat korosi pada peralatan kedokteran gigi stainless
steel terhadap pasta gigi vicco menunjukkan tingkat ketahanan korosi bahan stainless
steel meningkat pada perendaman saliva buatan yang dicampur dengan pasta gigi
vicco.12
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fatimah dkk., tentang efek obat
kumur berfluoride terhadap tensile strength kawat ortodonti stainless steel, diperoleh
hasil yang menunjukkan adanya perbedaan tensile strength kawat ortodonti stainless
steel setelah perendaman pada obat kumur dan saliva buatan selama 30 menit adalah
10,8 MPa, sedangkan pada perendaman selama 60 menit adalah 17,87 MPa, dan
perendaman selama 90 menit adalah 33,14 MPa.16
Penelitian yang dilakukan oleh Brindha dkk., tentang evaluasi tensile strength
dan topografi permukaan kawat ortodonti setelah prosedur kontrol infeksi mendapati
bahwa prosedur sterilisasi/ disinfeksi berpengaruh terhadap peningkatan tensile
strength kawat ortodonti stainless steel dan TMA.17 Penelitian Singh dkk.,
menunjukkan bahwa sterilisasi panas dan dingin dengan metode dry heat, autoclave,

Universitas Sumatera Utara


3

etilen oksida, dan glutaraldehyde tidak berefek secara signifikan pada kawat ortodonti
stainless steel, namun berefek signifikan pada kawat ortodonti NiTi dan TMA.18
Penelitian tentang tensile strength kawat ortodonti sudah pernah dilakukan
sebelumnya, namun belum terdapat penelitian mengenai efek pasta gigi deterjen dan
saliva buatan tehadap perubahan nilai tensile strength kawat ortodonti terutama kawat
ortodonti yang berbahan dasar titanium. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap pebedaan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan
TMA yang direndam dalam pasta gigi detergen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat perbedaan tensile strength kawat ortodonti NiTi yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8, dan 12 jam?
2. Apakah terdapat perbedaan tensile strength kawat ortodonti TMA yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8, dan 12 jam?
3. Apakah terdapat perbedaan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui perbedaan tensile strength kawat ortodonti NiTi yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8, dan 12 jam.
2. Untuk mengetahui perbedaan tensile strength kawat ortodonti TMA yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8, dan 12 jam.

Universitas Sumatera Utara


4

1.4 Hipotesis
Terdapat perbedaan antara tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Praktis
1. Kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya,
khususnya dalam bidang kedokteran gigi.
2. Memberikan informasi ilmiah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitian lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Teoritis


1. Memberikan informasi kepada ortodontis mengenai jenis kawat yang lebih
resisten terhadap perubahan tensile strength.
2. Memberikan informasi mengenai efek penggunaan pasta gigi deterjen
terhadap tensile strength kawat.

Universitas Sumatera Utara


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Ortodonti


Perawatan ortodonti sangat penting untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan
gigi dan mulut, serta membuat senyum yang menarik yang dapat meningkatkan
kepercayaan diri. Fondasi mekanis terapi ortodonti didasarkan pada prinsip bahwa
energi elastis yang tersimpan dapat diubah menjadi usaha mekanis melalui pergerakan
gigi.8
Secara umum perawatan ortodonti dapat dibagi menjadi 3, yaitu:19
1. Preventive Orthodontic
Preventive orthodontic adalah tindakan pencegahan untuk menjaga atau
mempertahankan keadaan yang masih baik/normal, dimana belum ada tanda–tanda
ataupun gejala–gejala anomali, agar tercapai oklusi yang normal di kemudian hari.
2. Interceptive Orthodontic
Intercenteptive orthodontic didefinisikan sebagai tahapan dari ilmu dan seni
ortodonti yang digunakan untuk mengenali dan menghilangkan kemungkinan
malposisi dan ketidakteraturan pada perkembangan dentofacial complex.
3. Corrective Orthodontic
Corrective Orthodontic dilakukan setelah manisfetasi maloklusi. Tindakan ini
dilakukan pada fasa gigi permanen yang bertujuan untuk memperbaiki maloklusi yang
sudah terjadi.

2.2 Jenis-Jenis Piranti Ortodonti


Secara umum, ada 3 jenis piranti yang digunakan pada perawatan ortodonti, yaitu:
1. Piranti Ortodonti Lepasan
Piranti ortodonti lepasan adalah piranti yang pemakaiannya bisa dipasang dan
dilepas oleh pasien, mempunyai kemampuan perawatan yang lebih sederhana
dibanding dengan alat cekat, dianggap sebagai alat fungsional, karena alat ini hampir
selalu dilepas (cit. Isaacson dkk., 2002).20

Universitas Sumatera Utara


6

Gambar 1. Piranti Ortodonti Lepasan

2. Piranti Ortodonti Fungsional


Piranti fungsional bisa berupa perangkat lepasan atau cekat. Biasanya digunakan
untuk mengubah posisi atau postur mandibula dengan cara mengubah tekanan yang
dihasilkan oleh regangan otot dan jaringan lunak dan oleh perubahan lingkungan
neuromuskular menjadi jaringan dental dan skeletal untuk menghasilkan pergerakan
gigi dan modifikasi pertumbuhan.21

Gambar 2. Piranti Ortodonti Fungsional

3. Piranti Ortodonti Cekat


Piranti ortodonti cekat adalah perangkat ortodonti yang dipasang oleh dokter gigi
dan tidak bisa dilepaskan sendiri oleh pasien.22

Ortodonti cekat terdiri dari 2 komponen:22


a. Komponen Aktif terdiri dari kawat, spring, elastic, dan separator

Universitas Sumatera Utara


7

b. Komponen Pasif terdiri dari band, bracket, buccal tube, lingual attachments,
lock pin, kawat ligatur, dan lain sebagainya.

Gambar 3. Piranti Ortodonti Cekat

2.3 Kawat Ortodonti


Kawat ortodonti (archwire) merupakan komponen aktif dari alat ortodonti cekat
yang digunakan untuk menggerakkan gigi.23 Pada saat perawatan, kawat ortodonti
digunakan sebagai piranti cekat untuk menghasilkan gaya/ tekanan pada gigi.24 Gaya/
tekanan yang dihasilkan tergantung pada beberapa parameter dari kawat yang
digunakan dan hubungan antara bracket dan kawat.7 Sekarang ini, kawat ortodonti
tersedia dalam beberapa pilihan seperti kobalt-kronium, nikel-titanium, beta-titanium,
dan berbagai tingkatan kawat stainless steel telah ditemukan dengan sifat yang
beragam seiring dengan perkembangan teknologi sekarang ini.24

Gambar 4. Kawat Ortodonti

Universitas Sumatera Utara


8

2.4 Jenis-Jenis Kawat Ortodonti


Pada awalnya, kawat ortodonti menggunakan bahan emas yang sangat mahal.
Kawat stainless steel kemudian digunakan untuk menggantikan penggunakan bahan
emas dengan harga yang lebih terjangkau dan dapat meningkatkan sifat mekanis
kawat.24 Stainless steel pertama kali dikenalkan pada bidang ortodonti pada tahun
1929.5,8 Jenis stainless steel yang digunakan dalam material ortodonti adalah American
Iron dan Steel Institute tipe 304 yang mengandung 18-20% kronium dan 8-10% nikel.8
Alloy stainless steel lebih resisten terhadap korosi, lebih kaku, memiliki koefisien
gesekan yang rendah, dan modulus elastisitas yang tinggi.5,8
Alloy kobalt-kronium pertama kali digunakan didalam bidang ortodonti pada
tahun 1960an oleh perusahaan Rocky Mountain dengan nama Elgiloy. Salah satu
kelebihan kawat kobalt-kronium adalah memiliki kekerasan/ hardness yang rendah.
Elgiloy dapat dikeraskan kembali setelah dibentuk dengan metode pemanasan yang
dapat meningkatkan kekuatannya.9
Alloy nikel-titanium (NiTi) dikenalkan pada tahun 1962 dan digunakan untuk
kebutuhan klinis pada tahun 1972.8,9 Beberapa merek kawat NiTi diluncurkan pada
tahun 1976, namun tidak ada satupun yang menunjukkan sifat aktivasi termal, efek
shape memory, ataupun elastisitas yang super.8 Pada tahun 1985, alloy NiTi yang baru
ditemukan dengan sifat yang super elastis.5
Alloy beta-titanium (TMA) diperkenalkan pada awal tahun 1980an untuk
penggunaan di dalam bidang ortodonti. Kawat ini sangat cocok digunakan sebagai
auxiliary spring dan perawatan akhir ortodonti.9 Kawat TMA awalnya digunakan
sebagai pegas cantilever atau T-loop. Penggunaan kawat TMA dapat menjadi pilihan
untuk pasien yang alergi terhadap nikel.7

2.4.1 Nikel Titanium (NiTi)


Alloy nikel-titanium pertama kali ditemukan oleh William Buehler, seorang
peneliti di Laboratorium Naval, pada tahun 1962 dengan nama Nitinol (Nickel-
Titanium naval ordinance laboratory).5,9 Pada tahun 1962, material NiTi digunakan

Universitas Sumatera Utara


9

sebagai antena satelit luar angkasa. Kawat ortodonti nikel-titanium baru pertama kali
digunakan oleh Andreasen dan koleganya pada awal tahun 1970-an.9
NiTi mengandung 55% nikel dan 45% titanium.8,25 Banyak paduan NiTi
digambarkan sebagai binary. Dengan kata lain, menyajikan dua fasa yaitu satu fasa
matriks NiTi dan fasa presipitasi Ni3 dan Ti4.25 Kawat NiTi memiliki spring-back yang
sangat baik dan menghasilkan gaya paling ringan dengan rentang elastis terluas di
antara alloy-alloy yang digunakan dalam ortodonti.8,10 Namun, kawat ini sedikit lebih
mahal, memiliki formabilitas yang rendah, dan tidak bisa disambung.10
Kawat NiTi memiliki fleksibilitas yang lebih baik daripada stainlees steel,
kobalt-kronium atau beta-titanium.5,25 Kawat NiTi sangat elastis sehingga sulit untuk
dijadikan loops, bahkan kawat ini akan kembali ke bentuk semula meskipun telah
mendapat gaya defleksi yang besar. Sifat ini disebut shape memory.5

2.4.1 Beta-Titanium
Beta-titanium alloy disebut juga sebagai alloy titanium fasa beta. Setelah
berhasil menstabilkan fasa beta dari titanium pada suhu kamar pada tahun 1977, beta-
titanium mulai diperkenalkan dalam bidang ortodonti oleh Goldberg dan Charles
Burstone pada tahun 1979.5,7 Pada tahun 1980an, Burstone mempatenkan kawat beta-
titanium dan kemudian diproduksi oleh Ormco dengan merek dagang TMA (Titanium
Molybdenium Alloys).5
Kawat beta-titanium adalah salah satu jenis kawat yang paling sering digunakan
dalam piranti cekat ortodonti karena biokompatibilitas, tidak mengandung bahan nikel,
permukaan tipis lapisan pasif TiO2, springback yang besar, serta sifat formabilitas luar
biasa yang disebabkan oleh banyaknya slip sistem yang tersedia untuk gerakan
dislokasi dalam struktur body centered cubic (bcc).26
TMA mempunyai komposisi 77,8% titanium, 11,3% molibdenium, 6,6%
zirkonia, dan 4,3% tin. Karakteristik dari titanium murni yaitu biokompatibel terhadap
jaringan mulut, tahan terhadap korosi, dan memiliki stiffness yang rendah. Keberadaan
molybdenum adalah untuk menstabilkan fasa beta (β) pada alloy titanium, dan pada
jumlah tertentu dapat menstabilkan fasa beta pada suhu kamar. Ion lain yang

Universitas Sumatera Utara


10

ditambahkan adalah zirkonia, tin, atau zinc, yang gunanya untuk meningkatkan
kekuatan dan kekerasan. Adapun kegunaaan lain dari zirkonia adalah untuk mencegah
terbentuknya fasa omega (ω) selama proses pembuatan alloy beta-titanium pada
temperatur tinggi, yang dapat menyebabkan alloy menjadi rapuh.7
Kawat TMA sebelumnya digunakan pada aplikasi spesifik dalam segmentasi
arch technique untuk membuat retraction loops. Sekarang ini, kawat TMA telah
digunakan dalam pembuatan intrusion arch dan menguatkan molar spring. Kawat
TMA juga berguna sebagai penopang untuk intrusi atau ekstrusi dari gigi. Semua
penggunaan ini memungkinkan pergerakan gigi secara individual dan tetap
memberikan sistem kekuatan yang terkontrol.27
Kawat TMA adalah kawat yang paling sesuai untuk tahap aligning dan leveling
karena TMA mempunyai nilai kekakuan yang rendah dan nilai energi potensial yang
tinggi. Penggunaan kawat TMA sebagai kawat intermediate dapat mempersingkat
waktu perawatan, memperpanjang rentang waktu kunjungan, dan meminimalisasi
pergantian kawat karena memiliki sifat resilien dan springback yang tinggi. Dengan
karakteristik springback yang tinggi dan stiffness yang lebih rendah dari kawat SS,
kawat TMA merupakan pilihan yang baik sebagai kawat intrusion arch. Namun,
beberapa peneliti t idak menyarankan penggunaan kawat TMA sebagai pilihan kawat
untuk menutup ruang karena gaya dan koefisien friksi kawat TMA yang tinggi
sehingga akan menghasilkan pergerakan sliding yang tidak efisien.7

2.5 Sifat-sifat Kawat


Sifat bahan kawat yang ideal untuk penggunaan ortodonti adalah memiliki
kekuatan yang besar, kekakuan yang rendah, dan kemampuan untuk dibentuk yang
baik.28 Beberapa sifat lainnya yaitu:
1. Biokompatibilitas
Kawat ortodonti harus tidak beracun, serta tahan terhadap korosi dan tarnish.24,29

Universitas Sumatera Utara


11

2. Modulus Elastisitas (stiffness)


Modulus elastisitas (stiffness) adalah ketahanan terhadap deformasi permanen.8
Stiffness yang rendah dapat memberikan kemampuan untuk menerapkan kekuatan/
tekanan yang lebih rendah dan kekuatan/tekanan yang konstan berkali-kali.8,29
3. Batas Elastis
Batas elastis dihubungkan dengan beban kerja maksimal yang dapat diberikan ke
kawat sebelum kawat tidak dapat kembali ke bentuk semula. Kawat yang ideal
memiliki batas elastis yang tinggi dan stiffness yang rendah.8
4. Resilien
Resilien adalah kapasitas energi yang tersimpan atau energi potensial pada suatu
kawat yang merupakan kombinasi kekuatan (strength) dan kelentingan (springiness)
suatu kawat.7
5. Formabilitas
Kemampuan untuk dapat dibentuk, menjadi loops, digulung, dan berhenti tanpa
terjadi fraktur.29
6. Springback
Springback adalah ukuran sejauh mana kawat yang dapat didefleksikan tanpa
menyebabkan deformasi permanen.26 Springback atau rentang kerja terkait dengan
rasio yield strength (YS) dengan modulus elastisitas (E) material. Nilai springback
yang lebih tinggi memberikan kemampuan untuk menerapkan aktivasi besar dengan
peningkatan waktu kerja alat yang dihasilkan.29
7. Shape memory effect
Shape memory effect adalah kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk semula
ketika mencapai titik deformasi.8
8. Friksi
Kemampuan kawat untuk menahan gaya pada permukaan yang saling
bergesekan. Pada ortodonti, berhubungan dengan kualitas gesekan antara kawat dengan
perangkat ortodonti.8

Universitas Sumatera Utara


12

2.6 Kekuatan Tarik (Tensile Strength)


Tensile strength dapat didefinisikan sebagai kekuatan maksimum yang dapat
ditanggung oleh suatu bahan yang ditarik sebelum hancur atau patah.30,31 Sifat mekanis
tersebut biasanya bisa terpengaruh oleh karena kesalahan produksi pabrik ataupun
karena proses aging didalam mulut.32 Ultimate tensile strength (UTS) tercapai setelah
beberapa deformasi permanen dan lebih besar dari yield strength. UTS sangat penting
secara klinis, terutama karena yield strength dan UTS berbeda jauh lebih banyak untuk
alloy titanium daripada kawat stainless steel.28
Tensile strength kawat ortodonti menentukan kekuatan maksimum yang dapat
didistribusi oleh kawat ketika digunakan sebagai spring untuk menggerakkan gigi.
Semakin besar tensile strength suatu kawat, semakin baik juga sifat mekanis dari kawat
tersebut.16 Korosi dapat menyebabkan pelepasan elemen pada alloy kawat ortodonti
yang berakibat pada melemahnya kawat dan berefek pada ultimate strength dan sifat
mekanis bahan. Fluoride dapat menyebabkan penurunan terhadap ketahanan korosi
alloy titanium.8 Kehadiran ion fluoride dan hidrogen di dalam rongga mulut dapat
membentuk asam fluorida (HF)8,16 Asam fluorida akan melarutkan titanium dengan
cepat yang kemudian menyebabkan korosi pada alloy metal.8
Besar tensile strength kawat dapat diukur dengan menggunakan alat universal
testing machine (UTM). Pada pengujian tensile strength kawat, alat UTM dioperasikan
dengan tensile mode dan masukkan kecepatan crosshead yang diinginkan. Setelah itu,
kawat diletakkan pada jepitan alat UTM dan catat besar beban yang diperlukan untuk
mematahkan kawat tersebut.32

Gambar 5. Alat Universal Testing Machine

Universitas Sumatera Utara


13

2.7 Pemeliharaan Oral Hygine Selama Perawatan Ortodonti


Salah satu indikator kesehatan rongga mulut adalah tingkat kebersihan mulut
(oral hygine) yang dapat dilihat dari adanya deposit organik seperti pelikel, materi alba,
sisa-sisa makanan, kalkulus dan plak di dalam rongga mulut.33 Pasien ortodonti
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit gingivitis dan dekalsifikasi
enamel yang akan memicu terjadinya white spots dan karies. Pemeliharaan oral hygine
yang optimal memerlukan instruksi yang profesional, alat yang memadai, dan yang
terutama adalah motivasi pasien.11 Kegagalan dalam menjaga oral hygine dengan baik
selama masa perawatan akan berlanjut pada kerusakan jaringan periodontal dan
meningkatnya jumlah karies. Menjaga oral hygine saat perawatan ortodonti merupakan
tantangan tersendiri, baik bagi pasien maupun bagi ortodontis.34 Kontrol plak dan
pemeliharaan oral hygine dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Secara
mekanis menggunakan sikat gigi, dental floss, dan interdental brush. Secara kimiawi
meliputi obat kumur dan pasta gigi. Kandungan floride harian dalam pasta gigi dan
obat kumur mengandung efek kariostatik yang dapat mencegah dan menurunkan
dekalsifikasi enamel.35

2.8 Pasta Gigi


Pasta gigi merupakan suatu sediaan semi padat yang terdiri dari bahan
penggosok, pembersih dan bahan tambahan lain yang bertujuan agar zat aktif dapat
bekerja pada permukaan gigi untuk melindungi dari kerusakan yang disebabkan oleh
bakteri mulut seperti streptococcus aureus tanpa merusak gigi atau membran mukosa
mulut.36 Pasta gigi digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan,
menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah estetik gigi.13
Menurut karakteristik zat aktif dalam komposisi penyusunnya, pasta gigi dibagi
menjadi:37
1. Pasta gigi untuk pencegahan karies
Pasta gigi dengan bahan utama fluoride memiliki kemampuan terbaik untuk
menghambat perkembangan karies (pengurangan karies 19-27%), menyediakan
remineralisasi enamel.37

Universitas Sumatera Utara


14

2. Pasta gigi untuk pencegahan dan perawatan penyakit periodontal


Penyebab dari gingivitis dan periodontitis adalah bakteri dalam plak dental.38
Untuk menghambat pertumbuhan bakteri, ditambahkan beberapa zat antiseptic dan
antibakteri ke dalam pasta gigi seperti triklosan, klorheksidin, hidrogen peroksida,
baking soda, povidone iodine, zinc sitrat, dan zat lainnya.37,38
3. Pasta gigi untuk perawatan gigi sensitif
Pasta gigi yang mengandung 5% atau 10% potassium nitrat dapat menurunkan
sensitivitas gigi untuk lebih dari 4 minggu.38
4. Pasta gigi whitening
Natrium pirofosfat, natrium tripolifosfat, dan senyawa pirofosfat lainnya dapat
berikatan dengan enamel, dentin pada karang gigi dan menyerap molekul stain yang
dapat menciptakan efek pemutih.38
5. Pasta gigi dengan tujuan tertentu
Beberapa produsen mengklaim memproduksi pasta gigi untuk mengobati kondisi
tertentu, dan produk tersebut tidak termasuk dalam kelompok klasifikasi yang
disebutkan sebelumnya.37

2.8.1 Komposisi Pasta Gigi


Setiap pasta gigi mengandung bahan-bahan yang penting seperti bahan abrasif,
bahan penggosok, humectant, flouride, pemutih gigi, air, bahan pemberi rasa, bahan
pemanis, bahan pengikat, dan bahan pembuat busa.13
1. Bahan Abrasif
Pada pasta gigi terdapat bahan abrasif 20-50% seperti silika atau silikat hidrat,
sodium bikarbonat, aluminium oksida, dikalsium fosfat, dan kalsium karbonat..39
Kandungan silika secara mekanis membersihkan gigi serta mengentalkan pasta gigi,
sedangkan kandungan fosfat memberi penampilan yang putih dan bersih pada gigi, dan
kandungan karbonat untuk membersihkan gigi, menghilangkan bau mulut serta
memiliki sifat bakterisidal.40

Universitas Sumatera Utara


15

2. Bahan Pelembab
Bahan pelembab seperti gliserol, propilen glikol dan sorbitol berfungsi untuk
mencegah kehilangan air pada pasta gigi.41 Konsentrasi pelembab yang digunakan di
dalam pasta gigi adalah sebanyak 20-35%.39
3. Bahan Pengikat
Komposisi bahan pengikat sangat penting dalam sediaan pasta gigi karena
menghasilkan pasta gigi yang mudah dikeluarkan dari tube, kemampuan zat aktif
terdispersi baik dalam mulut dan memudahkan pembilasan.36 Bahan yang sering
digunakan antara lain karboksimetil selulosa, hidroksimetil selulosa dan
carragaenan.42
4. Deterjen
Bahan deterjen yang sering dipakai adalah sodium lauryl sulfate (SLS) yang
berfungsi untuk mengurangi minyak dan tegangan permukaan serta sebagai bahan
pembuat busa.43 Konsentrasi deterjen di dalam pasta gigi umumnya sebesar 1-2%.13
5. Bahan Pengawet
Formulasi pasta gigi yang tidak mengandung surfaktan ionik sering ditambahkan
dengan bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri selama penyimpanan
jangka panjang. Pada umumya bahan pengawet yang ditambahkan dalam pasta gigi
adalah sodium benzoate, methylparaben dan ethylparaben.44
6. Air
Air adalah pelarut penting untuk bahan aktif anorganik dan fluoride. Air perlu
dimurnikan terlebih dahulu untuk menghilangkan kalsium dan elemen yang dapat
menurunkan stabilitas dan ketersediaan hayati bahan aktif.44
7. Bahan Pemanis
Bahan pemanis ditambahkan ke pasta gigi untuk meningkatkan selera. Bahan
pemanis yang umum digunakan adalah pemanis buatan dan sebagian besar produsen
pasta gigi menggunakan sodium sakarin atau, walaupun jarang, sukralosa.44
8. Bahan Teraupetik
Bahan teraupetik yang terdapat pada pasta gigi adalah fluoride, bahan
desensitisasi, dan lain-lain. Senyawa fluoride memiliki fungsi agar jaringan keras gigi

Universitas Sumatera Utara


16

lebih tahan terhadap lingkungan oral yang asam dan bersifat kariogenik, bakterisida,
dan memiliki efek antiplak tambahan. Contoh senyawa fluoride antara lain stannous
fluoride, sodium florida, dan sodium monophosphate fluoride.45

2.8.2 Pasta Gigi Deterjen


Deterjen adalah zat yang ditambahkan ke pasta gigi untuk memberikan efek
pembersihan dan antibakteri melalui tegangan permukaan yang tergantung pada sifat
hidrofilik dan hidrofobik. Deterjen yang paling banyak digunakan dalam pasta gigi
adalah sodium lauryl sulfate (SLS) yang memiliki rumus kimia C12H25NaO4S.40,46
Sodium lauryl sulfat adalah surfaktan anioinat, memiliki gugus kepala sulfat yang
hidrofilik dan larut dalam air, dan rantai panjang 12-karbon yang hidrofilik dan tidak
larut dalam air. Fungsi SLS sebenarnya adalah untuk menurunkan tegangan permukaan
larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta membentuk mikro emulsi
menyebabkan busa terbentuk.13 Sodium lauryl sulfate juga digunakan sebagai bahan
keperluan rumah tangga dan industri seperti shampoo, sabun, dan cairan pembersih.13,46
Sodium lauryl sulfat dapat mengiritasi kulit dan merusak mukosa mulut dan kulit.
Sodium lauryl sulfat dalam larutan kumur dapat menyebabkan deskuamasi sel epitel
oral dan sensasi terbakar pada manusia.46 Kandungan sodium lauryl sulfat dalam pasta
gigi yang dapat ditoleransi oleh pasta gigi adalah 0,0001%, sedangkan yang terdapat
dalam pasaran berkisar antara 1%-5%.33
Selain sodium lauryl sulfat, deterjen lainnya yang digunakan dalam pasta gigi
adalah sodium lauroyl sarcosinate. Sodium lauroyl sarcosinate adalah surfaktan
anionik berbasis asam amino yang memiliki kompatibilitas dermatologis paling baik
dari keseimbangan asam-basa. Sodium lauroyl sarcosinate memiliki sifat anti plak dan
anti karies. Sarcosinate menunjukkan aktivitas pH-dependent antimicrobial dan efektif
terhadap Staphylococcus aureus, Streptococcus faecalis, Lactobacillus acidophilus,
Trichophyton mentagrophyles, dan Pityrosporum ovale pada pH 5,8 (cit. Hart, 1979).47

Universitas Sumatera Utara


2.9 Kerangka Teori

Maloklusi

Perawatan
Ortodonti

Piranti Pemeliharaan
Ortodonti oral hygine

Kombinasi Cekat Lepasan Sikat Gigi Pasta Gigi Obat Kumur

Pasta gigi Pasta gigi


Molar band Bracket Kawat Ligatur
deterjen non deterjen

Kobalt Stainless
NiTi TMA
kronium steel

Perubahan Tensile
Strength
Keterangan:

: yang diteliti

17
Universitas Sumatera Utara
18

2.10 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


 Kawat Ortodonti Perubahan tensile
NiTi dan TMA strength kawat
 Waktu perendaman
kawat

Variabel Terkendali
 Suhu perendaman inkubator
 Merek pasta gigi deterjen
 Diameter dan panjang kawat
ortodonti NiTi dan TMA
 Volume pasta gigi

Universitas Sumatera Utara


19

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental
laboratorium.

3.2 Desain Penelitian


Design penelitian ini merupakan comparative design.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.3.1 Lokasi Penelitian
1. Pelaksanaan proses perendaman kawat dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Pengukuran tensile strength kawat dilakukan di Laboratorium Fenomena
Fakultas Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.3.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2018 - Juni 2019.

3.4 Sampel dan Besar Sampel


3.4.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah kawat ortodonti NiTi dan TMA merek American
Orthodontics dengan diameter 0,016 x 0,022 inci dan panjang 15cm.

Universitas Sumatera Utara


20

Gambar 6. Kawat Ortodonti NiTi dan TMA

3.4.2 Besar Sampel


Besar sampel untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Frederer yang
dihitung sebagai berikut:48
(t-1)(r-1)≥15

Keterangan:
t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah replikasi

Pada rumus ini digunakan t = 6, karena menggunakan enam kelompok perlakuan, maka
jumlah sampel r minimum tiap kelompok ditentukan sebagai berikut:
(6-1)(r-1) ≥15
5(r-1) ≥15
5r-5 ≥15
5r ≥20
r ≥4

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah sampel minimal yang digunakan


pada penelitian ini adalah 4 sampel per kelompok. Peneliti menggunakan sampel
sebanyak 48 sampel yang terdiri dari 8 sampel untuk masing-masing kelompok
perlakuan. Penjelasan masing-masing kelompok sebagai berikut:
Kelompok 1: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
4 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 1).

Universitas Sumatera Utara


21

Kelompok 2: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
8 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 2).
Kelompok 3: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
12 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 3).
Kelompok 4: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
4 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 4).
Kelompok 5: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
8 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 5).
Kelompok 6: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
12 jam sebanyak 8 sampel (perlakuan 6).

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.5.1 Variabel Penelitian
3.5.1.1 Variabel Penelitian Bebas
1. Kawat ortodonti NiTi dan TMA
2. Waktu perendaman kawat 4, 8, dan 12 jam.

3.5.1.2 Variabel Penelitian Terikat


Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan tensile strength kawat.

3.5.1.3 Variabel Terkendali


1. Suhu perendaman inkubator 37°C
2. Pasta gigi deterjen non-flouride merek HPAI
3. Diameter dan panjang kawat ortodonti NiTi dan TMA
4. Volume pasta gigi 25 g.

3.5.2 Definisi Operasional


1. Kawat ortodonti Nikel-titanium (NiTi) adalah kawat yang sebagian besar
terdiri dari komponen nikel dan titanium dengan persentase 55% nikel dan 45%
titanium.

Universitas Sumatera Utara


22

2. Kawat ortodonti Titanium Molybdenum Alloys (TMA) adalah kawat yang


mempunyai komposisi 77,8% titanium, 11,3% molibdenum, 6,6% zirkonia, dan 4,3%
tin.
3. Pasta gigi deterjen adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan rongga
mulut. Komposisinya terdiri dari abrasif, bahan penggosok, humectant, flouride,
pemutih gigi, air, bahan pemberi rasa, bahan pemanis, bahan pengikat, dan deterjen.
4. Tensile strength kawat adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh
kawat ketika diregangkan atau ditarik sebelum kawat tersebut patah. Alat ukurnya
adalah universal testing machine (UTM) dengan kecepatan crosshead 0,5 mm/detik
dengan satuan mega pascal (MPa).
5. Waktu perendaman adalah waktu yang dibutuhkan untuk merendam kawat di
dalam pasta gigi deterjen dan saliva buatan selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam. Hasil ini
didapatkan dari perhitungan rata-rata untuk menyikat gigi yaitu dua menit, frekuensi
menyikat gigi adalah 2 kali setiap hari, dan perawatan pemakaian kawat ortodonti
adalah 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.

3.6 Alat dan Bahan


3.6.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Universal Testing Machine (Tensilon RTF-1350, dynatech, Japan).
2. Inkubator Memmert dengan suhu 37⁰C
3. Timbangan digital i 2000
4. Gelas ukur 50 ml
5. Tang potong
6. Wadah plastik
7. Penggaris
8. Spidol
9. Pinset.

Universitas Sumatera Utara


23

(1) (2) (3) (4)

(5) (6) (7) (8) (9)

Gambar 7. Alat-alat penelitian

3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kawat ortodonti NiTi merek American Orthodontics dengan diameter
0,016 x 0,022 inci dan panjang 15 cm
2. Kawat ortodonti TMA merek American Orthodontics dengan diameter
0,016 x 0,022 inci dan panjang 15 cm
3. Pasta gigi deterjen non-fluoride Herbal HPAI
4. Aquadest

Gambar 8. Kawat Ortodonti NiTi dan TMA Merek American Ortodontic

Universitas Sumatera Utara


24

1 2

Gambar 9. (1) Pasta gigi deterjen, (2) Aquadest

Tabel 1. Komposisi pasta gigi deterjen


Pasta gigi Komposisi
Calcium Carbonate, Sorbitol, Aqua, Xanthan Gum,
Sodium Lauryl Sarcosinate, PEG-400, Flavor,
Pasta gigi deterjen Salvadora Persica Powder (serbuk Siwak), Piper
Betle Extract (ekstrak Sirih), Flavor, Sodium
Saccharin, Sodium Benzoate, Menthol Crystal.

3.7 Prosedur Kerja


3.7.1 Persiapan Sampel
3.7.1.1 Kawat NiTi
1. Kawat ortodonti NiTi dipotong dengan panjang 15 cm sebanyak 24 buah.
2. Kawat dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu:
a. Kelompok 1: 8 buah kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 4 jam
b. Kelompok 2: 8 buah kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 8 jam
c. Kelompok 3: 8 buah kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 12 jam.

Universitas Sumatera Utara


25

3.7.1.2 Kawat TMA


1. Kawat ortodonti TMA dipotong dengan panjang 15 cm sebanyak 24 buah.
2. Kawat dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu:
a. Kelompok 4: 8 buah kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 4 jam
b. Kelompok 5: 8 buah kaawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 8 jam
c. Kelompok 6: 8 buah kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 12 jam.

3.7.2 Prosedur Perendaman


1. Kawat pada kelompok 1 dan 4 dimasukkan kedalam wadah yang berisi 25 g
pasta gigi deterjen yang dilarutkan dalam 40 ml aquadest. Kemudian sampel disimpan
di dalam inkubator dengan temperaturr 37⁰C selama 4 jam.
2. Kawat pada kelompok 2 dan 5 dimasukkan kedalam wadah yang berisi 25 g
pasta gigi deterjen yang dilarutkan dalam 40 ml aquadest. Kemudian sampel disimpan
di dalam inkubator dengan temperatur 37⁰C selama 8 jam.
3. Kawat pada kelompok 3 dan 6 dimasukkan kedalam wadah yang berisi 25 g
pasta gigi deterjen yang dilarutkan dalam 40 ml aquadest. Kemudian sampel disimpan
di dalam inkubator dengan temperatur 37⁰C selama 12 jam.

3.8 Uji Kekuatan Tarik (Tensile Strength)


Setelah waktu perendaman selesai, sampel diambil dari inkubator, kemudian
kawat diambil dari wadah dan dikeringkan. Setelah kawat dikeringkan, tiap kawat dari
masing-masing kelompok diuji dengan menggunakan alat universal testing machine
(Tensilon RTF-1350, dynatech, Japan) dan dioperasikan secara komputerisasi dengan
kecepatan crosshead 0,5 mm/detik. Pengujian tensile strength dilakukan hingga kawat
terputus.

Universitas Sumatera Utara


26

Gambar 10. Pengujian tensile strength menggunakan alat UTM

Gambar 11. Kawat menerima gaya tarik maksimum dan terputus

3.9 Analisis Data


Setelah data didapatkan, maka dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk
karena jumlah sampel masih dibawah 50. Apabila data terdistribusi normal
(p > 0,05) maka dilanjutkan dengan uji Anova satu arah karena ingin mencari
perbedaan mean antara variabel numerik dengan variabel kategorik lebih dari 2
kelompok dan uji T-independent untuk mencari perbedaan mean antara 2 variabel.
Apabila data tidak terdistribusi normal maka digunakan uji Kruskal Wallis dan Mann-
Whitney.

Universitas Sumatera Utara


27

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang perubahan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam dalam pasta gigi deterjen menggunakan 48 buat sampel yang terdiri dari
24 buah sampel kawat ortodonti NiTi dan 24 buah sampel kawat ortodonti TMA
dengan diameter 0,016 x 0,022 inci dan panjang tiap kawat 15 cm. Kemudian sampel
dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yang terdiri dari 8 sampel untuk setiap kelompok
perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat universal testing machine
(Tensilon RTF-1350, dynatech, Japan) untuk memperoleh besar tensile strength kawat.

Tabel 2. Rata-rata tensile strength dan standar deviasi kawat ortodonti NiTi setelah
direndam di dalam pasta gigi deterjen.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi
0 1138,373 50,871
1 1134,870 72,201
2 1126,219 69,057
3 1095,882 87,303
Keterangan :
Kelompok 0 : Kawat ortodonti NiTi sebelum perendaman.
Kelompok 1: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
4 jam.
Kelompok 2: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
8 jam.
Kelompok 3: Kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
12 jam.

Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti NiTi sebelum direndam di dalam
pasta gigi deterjen adalah 1138,373 ± 50,871 MPa. Setelah kawat direndam di dalam
pasta gigi deterjen, diperoleh rata-rata tensile strength kawat ortodonti NiTi pada
kelompok 1 adalah sebesar 1134,870 ± 72,201 MPa, pada kelompok 2 adalah sebesar
1126,219 ± 69,057 MPa, dan pada kelompok 3 adalah sebesar 1095,882 ± 87,303 MPa.

Universitas Sumatera Utara


28

Tabel 3. Rata-rata tensile strength dan standar deviasi kawat ortodonti TMA setelah
direndam di dalam pasta gigi deterjen.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi
0 891,134 177.880
4 878,873 112,376
5 874,965 122,979
6 812,369 156,888
Keterangan :
Kelompok 0: Kawat ortodonti TMA sebelum perendaman.
Kelompok 4: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
4 jam.
Kelompok 5: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
8 jam.
Kelompok 6: Kawat ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
12 jam.

Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti TMA sebelum direndam di dalam
pasta gigi deterjen adalah 891,134 ± 177.880 MPa. Setelah kawat direndam di dalam
pasta gigi deterjen, diperoleh rerata tensile strength kawat ortodonti TMA pada
kelompok 4 adalah sebesar 878,873 ± 112,376 MPa, pada kelompok 5 adalah sebesar
874,965 ± 122,979 MPa, dan pada kelompok 6 adalah sebesar 812,369 ± 156,888 MPa.
Perbandingan nilai rata-rata hasil pengukuran tensile strength dapat digambarkan
sesuai dengan diagram batang (gambar 12).

Universitas Sumatera Utara


29

1200,000
1000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0,000
NiTi TMA
4 jam 1134,870 878,873
8 jam 1126,219 874,965
12 jam 1095,882 812,369
Gambar
Gambar 12.10.Diagram
Diagram batang
batang rata-rata
rata-rata tensile
tensilestrength
strength
kawat ortodonti NiTi dan TMA
kawat ortodonti NiTi dan TMA setelah yang
direndam selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama
4 jam, 8 jam, dan 12 jam.

Hasil uji normalitas Shapiro-wilk menunjukkan sebaran data terdistribusi normal


pada pengukuran tensile strength kawat ortodonti NiTi pada kelompok 1 dan kelompok
2 dengan nilai p berturut-turut 0,104 dan 0,806. Namun, data pada kelompok 3 tidak
terdistribuasi normal dengan nilai p = 0,024 (p < 0,05). Sebaran data terdistribusi
normal pada pengukuran tensile stength kawat ortodonti TMA pada kelompok 4,
kelompok 5, dan kelompok 6 dengan nilai p berturut-turut 0,814, 0,207, dan 0,283.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal pada
kelompok kawat ortodonti NiTi, dan data terdistribusi normal pada kelompok kawat
ortodonti TMA.
Berdasarkan hasil uji normalitas untuk kelompok NiTi, diperoleh data tidak
terdistribusi normal, sehingga pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji Kruskal-
wallis. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara tensile strength kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen
selama 4, 8, dan 12 jam dengan nilai p = 0,636 (p > 0,05) seperti pada tabel 4.

Universitas Sumatera Utara


30

Tabel 4. Hasil uji Kruskal-wallis tensile strength kawat ortodonti NiTi yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
1 1134,870 72,201
2 1126,219 69,057 0,636
3 1095,883 87,303

Berdasarkan hasil uji normalitas untuk kelompok TMA, diperoleh seluruh data
berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05, sehingga pengujian dilanjutkan dengan
menggunakan uji ANOVA. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti TMA yang direndam
di dalam pasta gigi deterjen selama 4, 8, dan 12 jam dengan nilai p = 0,538 (p > 0,05)
seperti pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji ANOVA tensile strength kawat ortodonti TMA yang
direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
4 878,8736 112,376
5 874,9651 122,979 0,538
6 812,3699 156,888

Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam (kelompok 1 dan kelompok 4) adalah 1134,87
MPa ± 72,201 dan 878,873 MPa ± 112,376. Uji signifikansi menggunakan uji T-
independent diperoleh p = 0,000 yang artinya terdapat perbedaan nilai tensile strength
yang signifikan (p < 0,05) (tabel 6).

Universitas Sumatera Utara


31

Tabel 6. Hasil uji T-independent tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
1 1134,87 72,201
0,000
4 878,873 112,376

Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 8 jam (kelompok 2 dan kelompok 5) adalah 1126,219
MPa ± 69,057 dan 874,9651 MPa ± 122,979. Uji signifikansi menggunakan uji T-
independent diperoleh p = 0,000 yang artinya terdapat perbedaan nilai tensile strength
yang signifikan (p < 0,05) (tabel 7).

Tabel 7. Hasil uji T-independent tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 8 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
2 1126,219 69,057
0,000
5 874,9651 122,979

Nilai rerata tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 12 jam (kelompok 3 dan kelompok 6) adalah 1095,882
MPa ± 87,303 dan 812,369 MPa ± 156,888. Uji signifikansi menggunakan Mann-
whitney diperoleh p = 0,002 yang artinya terdapat perbedaan nilai tensile strength
yang signifikan (p < 0,05) (tabel 8).

Tabel 8. Hasil uji Mann-whitney tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA
yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 12 jam.
Kelompok Rata-rata (MPa) Standar Deviasi p-value
3 1095,883 87,303
0,002
6 812,3699 156,888

Tabel 6, tabel 7, dan tabel 8 menunjukkan adanya perbedaan tensile strength


kawat ortodonti NiTi dan TMA yang signifikan secara statistik. Hasil penelitian ini

Universitas Sumatera Utara


32

menunjukkan bahwa tensile strength kawat ortodonti NiTi lebih besar dibandingkan
dengan kawat ortodonti TMA pada perendaman selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam.
Berdasarkan pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam
di dalam pasta gigi deterjen.

Universitas Sumatera Utara


33

BAB V
PEMBAHASAN

Kawat ortodonti merupakan salah satu piranti ortodonti yang didesain untuk
mengaplikasikan gaya pada gigi yang malposisi agar bergerak ke dalam lengkung yang
ideal dan beroklusi dengan baik.7 Kawat ortodonti yang digunakan di dalam rongga
mulut pada jangka waktu yang cukup lama dapat terpapar dengan berbagai kondisi
seperti lingkungan yang bersifat asam, suhu, dan saliva, yang dapat mengakibatkan
korosi dan menyebabkan pelepasan ion logam di dalam rongga mulut.8,49 Sejalan
dengan pelepasan ion logam, korosi dapat berefek pada penurunan kekuatan bahan dan
fraktur pada bahan ortodonti.8
Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan adanya penurunan nilai tensile
strength kawat ortodonti NiTi yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam,
8 jam, dan 12 jam, namun tidak signifikan dengan nilai signifikansi p = 0,636
(p > 0,05) dan tabel 5 menunjukkan adanya penurunan nilai tensile strength kawat
ortodonti TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan
12 jam, namun tidak signifikan dengan nilai signifikansi p = 0,538 (p > 0,05).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Brandao dkk., yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pelepasan ion
titanium, kromium, nikel, dan besi braket ortodonti yang direndam di dalam berbagai
macam pasta gigi.50
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah
dkk., yang menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai tensile strength kawat
ortodonti stainlees steel setelah direndam di dalam obat kumur fluoride selama 30, 60,
dan 90 menit, dimana semakin lama kawat ortodonti berkontak dengan obat kumur
fluoride, semakin kecil juga nilai tensile strength kawat tersebut.16
Tensile strength kawat ortodonti menentukan gaya tarik maksimum yang dapat
didistribusi oleh kawat ketika digunakan sebagai spring untuk menggerakkan gigi.16
Perubahan tensile strength dapat disebabkan karena korosi. Korosi menyebabkan
pelapasan ion-ion penyusun alloy yang berakibat pada melemahnya kawat.8 Lapisan

Universitas Sumatera Utara


34

pelindung oksida pada permukaan logam sangat rentan terhadap gangguan mekanis
dan kimiawi. Lapisan pelindung oksida akan perlahan-lahan larut ketika logam
terpapar dengan oksigen. Lingkungan yang bersifat asam dan produk yang
mengandung fluoride juga dapat menyebabkan terjadinya korosi.8,51 Menurut Schmaltz
dkk., (cit. Rasyid dkk., 2014) ion nikel memiliki sifat larut di dalam cairan, sehingga
lama kawat ortodonti berkontak dengan cairan memengaruhi pelepasan ion logam. 15
Pasta gigi yang digunakan sehari-hari dapat mengakibatkan korosi pada kawat
ortodonti.12 Beberapa komposisi pasta gigi dapat mengakibatkan perubahan pada
logam.14 Komponen anorganik seperti fosfat, natrium, dan potassium yang terdapat di
dalam pasta gigi berperan sebagai media elektrolit yang dapat memicu reaksi
elektrokimia. Reaksi elektrokimia adalah reaksi yang terjadi pada anoda (mengalami
oksidasi) dan katoda (mengalami reduksi), dimana ion logam sebagai anoda dan H+
dari media elektrolit sebagai katoda.51,52
Pasta gigi deterjen non-fluoride pada penelitian ini mengandung komposisi
sodium lauryl sarcosinate, sodium saccharin, dan sodium benzoate yang dapat
mengakibatkan pelepasan ion karena adanya ion natrium yang dapat memicu reaksi
elektrokimia.52 Kalsium karbonat (CaCO3) dalam pasta gigi deterjen juga diduga
menyebabkan terjadinya perubahan sifat mekanis bahan. Menurut Tjitro dkk. (cit.
Wasono dkk., 2016), natrium klorida (NaCl), kalsium sulfat (CaSO4), kalsium karbonat
(CaCO3) dan oksigen terlarut dapat mempengaruhi proses korosi pada material. Ion
klorida, sulfat dan karbonat mampu menyerang permukaan logam sehingga terjadi
korosi pada logam.52
Perubahan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA yang direndam di
dalam pasta gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam menunjukkan bahwa
semakin lama kawat terpapar dengan pasta gigi deterjen, semakin kecil nilai tensile
strength kawat tersebut. Namun, perbedaan tensile strength secara statistik tidak
signifikan. Pasta gigi deterjen non-fluoride pada penelitian ini memiliki pengaruh yang
sedikit pada perubahan sifat mekanis kawat ortodonti NiTi dan TMA, khususnya
tensile strength.

Universitas Sumatera Utara


35

Pada kawat ortodonti NiTi dan TMA, hilangnya stabilisasi ion logam diawali
dengan rusaknya lapisan pasif titanium oksida (TiO2) sebagai barier pertahanan awal
kawat. Setelah larutnya lapisan pasif titanium sebagai pelindung, selanjutnya ion nikel
pada kawat ortodonti NiTi akan teroksidasi dan terlepas.23 Ion-ion penyusun kawat
ortodonti TMA juga akan terlepas, seperti zirkonia dan tin (seng) yang berfungsi untuk
menambah kekuatan pada kawat.7 Pelepasan ion-ion penyusun logam tersebut
menyebabkan penurunan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan tensile strength yang
signifikan antara kawat ortodonti NiTi dan TMA yang di rendam di dalam pasta gigi
deterjen. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rerata tensile strength kawat ortodonti
NiTi lebih besar dibandingkan dengan kawat ortodonti TMA. Perbedaan tensile
strength tersebut terjadi karena kawat ortodonti NiTi memiliki fleksibilitas yang lebih
baik dibandingkan dengan kawat ortodonti TMA. Kawat ortodonti NiTi memiliki nilai
batas elastis yang lebih tinggi dan nilai modulus elastisitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan kawat ortodonti TMA.25 Faktor lain yang mempengaruhi
perbedaan tensile strength kawat ortodonti NiTi dan TMA adalah adanya ion nikel pada
kawat ortodonti NiTi yang tidak terdapat pada kawat ortodonti TMA. Ion nikel berguna
dalam menambah kekerasan, tahan terhadap panas dan memberikan kelenturan pada
kawat.23

Universitas Sumatera Utara


36

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Pada kawat ortodonti NiTi, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada tensile strength kawat setelah direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam dengan nilai p = 0,636 (p > 0,05).
2. Pada kawat ortodonti TMA, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada tensile strength kawat setelah direndam di dalam pasta
gigi deterjen selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam dengan nilai p = 0,538 (p > 0,05).
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti
NiTi dan TMA yang direndam di dalam pasta gigi deterjen.

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melihat efek pasta gigi deterjen
non-fluoride terhadap sifat mekanis bahan lainnya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efek sodium lauryl
sarcosinate terhadap kawat ortodonti.
3. Dokter gigi perlu memperhatikan lamanya kawat ortodonti digunakan agar
tidak berpengaruh terhadap perawatan.
4. Lebih disarankan untuk menggunakan kawat ortodonti NiTi karena memiliki
nilai tensile strength yang lebih besar dibandingkan dengan kawat ortodonti TMA.

Universitas Sumatera Utara


37

DAFTAR PUSTAKA

1. Singh G. Textbook of orthodontics. 2nd ed. India: Jaypee Brothers Medical


Publishers (P) Ltd, 2007: 3-4.
2. Graber L, Vanarsdall R, VIG K. Orthodontics: Current principles and techniques.
5th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2012: 4.
3. Kharbanda OP. Orthodontics diagnosis and management of malocclusion and
dentofacial deformities. 1st ed. New Dehli: Mosby Elsivier, 2009: 34.
4. Setyowati P, Ardhana W. Perawatan maloklusi kelas III dengan hubungan skeletal
kelas III disertai makroglosia menggunakan alat ortodontik cekat teknik begg. Maj
Ked Gi 2013; 20(2): 184-91.
5. Hepdarcan SS, Yilmaz RBN, Nalbantgil D. Which orthodontic wire and working
sequence should be preferred for alignment phase? A review. Turkish J Orthod
2016; 29(2): 47-50.
6. Juvvadi SR, Kailasam V, Padmanabhan S, Chitharanjan AB. Physical, mechanical,
and flexural properties of 3 orthodontic wires: An in-vitro study. Am J Orthod
Dentofacial Orthop 2010; 138(5): 623-30.
7. Arifiani P, Siregar E. Karakteristik kawat TMA (titanium molybdenum alloy) dan
penggunaannya dalam perawatan ortodonti. Maj Ked Gi Klinis 2016; 2(3): 163-
71.
8. Castro SM, Ponces MJ, Lopes JD, Vasconcelos M, Pollmann MCF. Orthodontic
wires and its corrosion- the specific case of stainless steel and beta titanium. J Dent
Sci 2015; 10: 1-7.
9. Chang HP, Tseng YC. A novel b-titanium alloy orthodontic wire. Kaohsiung
Journal of Medical Sciences 2018; 34: 202-6.
10. Pandis N, Bourauel CP. Nickel-Titanium (NiTi) arch wires: The clinical
significance of super elasticity. Semin Orthod 2010; 16: 249-57.
11. Marini I, Bortolotti F, Parenti SI, Gatto MR, Bonetti GA. Combined effects of
repeated oral hygiene motivation and type of toothbrush on orthodontic patients A
blind randomized clinical trial. Angle Orthod 2014; 84: 896–901.

Universitas Sumatera Utara


38

12. Souza R, Chatrree A, Rajendran S. Stainless steel alloys for dental application:
corrosion behaviour in the presence of toothpaste vicco. Der Pharma Chemica
2017; 9(8): 25-31.
13. Roslan AN, Sunariani J, Irmawati A. Penurunan sensitivitas rasa manis akibat
pemakaian pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate 5%. Jurnal PDGI
2009; 58(2): 10-3.
14. Nik, TH, Hosshmand T, Farhadifard H. Effect of different types of toothpaste on
frictional resistance between orthodontic stainless steel bracket and wire. J Demt
(Tehran) 2017; 14(5): 275.
15. Rasyid NI, Pudyani PS, Heryumani JCP. Pelepasan ion nikel dan kromium kawat
Australia dan stainless steel dalam saliva buatan. Dent. J. (Maj. Ked. Gigi) 2014;
14(3): 168-72.
16. Fatimah DI, Anggani HS, Ismah N. Effect of fluoride mouthwash on tensile
strength of stainless steel orthodontic archwires. J. Phys.: Conf. Ser 2017: 1-5.
17. Brindha M, Kumaran NK, Rajasigamani K. Evaluation of tensile strength and
surface topography of orthodontic wires after infection control procedures: An in
vitro study. J Pharm Bioall Sci 2014; 6: 44-8.
18. Singh S, Pai VS, Amrita N. The effects of hot and cold sterilization on the tensile
strength of orthodontic wires” (an in-vitro study). Virtual Journal of Orthodontics
2011; 9(3).
19. Alawiyah T. Komplikasi dan resiko yang berhubungan dengan perawatan
ortodonti. Jurnal Ilmiah Widya 2017; 4(1): 256-61.
20. Irwansyah M, Erwansyah E. Penilaian tingkat keberhasilan perawatan ortodontik
dengan piranti lepasan berdasarkan indeks PAR. Dentofasial: 2011; 10(3): 144-50.
21. Alam MK. A to z orthodontic: functional orthodontic appliances. Vol 10. Kota
Bharu: PPSP Publication, 2012: 9.
22. Alam MK. A to z orthodontic: fixed appliances. Vol 13. Kota Bharu: PPSP
Publication, 2012: 8.

Universitas Sumatera Utara


39

23. Mawaddah CA, Devi LSAP, Prijatmoko D. Perbedaan defleksi kawat ortodonti
nikel-titanium dan niti epoxy resin coated pada perendaman dalam saliva buatan
dan minuman berkarbonasi. eJ. Pustaka Kes: 2016; 4(3): 519-24.
24. Kotha RS, Alla RK, Shammas M, Ravi RK. An overview of orthodontic wires.
Trends Biomater. Artif. Organs 2014; 28(1): 32-6.
25. Ferreira MA, Luersen MA, Borges PC. Nickel-titanium alloys: A systematic
review. Dental Press J Orthod 2012; 17(3): 71-82.
26. Murakami T, Iijima M, Muguruma T, Yano F, Kawashima I, Mizoguchi I. High-
cycle fatigue behavior of beta-titanium orthodontic wires. Dent Mater J 2015;
34(2): 189-95.
27. Gurgel JA, Pinzan-Vercelino CRM, Powers JM. Mechanical properties of beta-
titanium wires. Angle Orthod 2011; 81(3): 478-83.
28. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. 5th ed. Missouri:
Elsevier, 2013: 312-4.
29. Khamatkar A. Ideal properties of orthodontic wires and thier clinical implication-
a review. IOSR-JMDS 2015; 14(1): 47-50.
30. Aminian A, Nakhaei S, Agahi RH, Rezaeizade M, Aliabadi HM, Heidarpour M.
Evaluation of the effect of different stretching patterns on force decay and tensile
properties of elastomeric ligatures. Dent Res J 2015; 12: 589-95.
31. Alabduljabbar H. Forced decay associated with coloured elastomeric chains; an ex
vivo investigation. IJHS 2016; 3(2): 620-32.
32. Devaprasad AP, Chandrasekaran TR. Effects of intraoral ageing on ultimate
tensile strength and surface topography of superelastic NiTi wires from two
different manufacturers: a comparative in vivo study. J Ind Orthod Soc 2012; 46(3):
119-25.
33. Achmad H, Hartono R. Studies of toothpaste detergent and non detergent
composition to growth of plaque and saliva secretion: the study was conducted to
students of inpres primary school Hasanuddin University, District Tamalanrea
Jaya, Village Tamalanrea municipality Makassar. IJSR 2016; 5(11): 733-7.

Universitas Sumatera Utara


40

34. Wulanadari NNS. Pengaruh berbagai metode motivasi pada skor oral hygiene
index pasien ortodonti cekat di RSGM-P FKG UI. Tesis. Jakrta. Program
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti FKG UI, 2012: 14-5.
35. Lee JH, Abdullah AAA, Yahya NA. Oral hygiene practices among fixed
orthodontic patients in a university dental setting. Int J Oral Dent Health 2016;
2(2): 1-4.
36. Zulfia E. Formulasi pasta gigi ekstrak etanol daun suji (Pleomele angustifolia N.E
brown) dengan variasi konsentrasi bahan pengikat CMC NA: kajian karakteristik
fisiko kimia sediaan. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 2016: 35-41.
37. Madhuri SV, Buggapati L. Dentifrices: An overview from past to present. Int. J.
Appl. Dent. Sci 2017; 3(4): 352-5.
38. Maldupa I, Brinkmane A, Rendeniece I, Mihailova A. Evidence based toothpaste
classifi cation, according to certain characteristics of their chemical composition.
Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2012; 14(1): 12-22.
39. Harsetyowati SA. Penyikatan gigi dengan pasta gigi mengandung sodium
bicarbonate, sodium fluoride, dan potassium nitrate terhadap dentin hipersensitif
yang disertai peradangan periodontal. Tesis. Jakarta. Program Pendidikan Dokter
Gigi Spesialis Ortodonti FKG UI, 2014: 19-20.
40. Salzer S, Rosema NAM, Martin ECJ, Slot DE, Timmer CJ. The effectiveness of
dentifrices without and with sodium lauryl sulfate on plaque, gingivitis, and
gingival abrasion- an randomized clinical trial. Clin Oral Linvest 2016; 20: 443-
450.
41. ADA Science Institute. Oral Health Topics Toothpastes.
http://ada.org/en/member-center/oral-health-topics/toothpastes (2 Desember 2018)
42. Elfiany R, Setiadi N, Mei SR, Maesaroh S. Perbandingan antara penggunaan
pengikat dan humektan terhadap fisik sediaan pasta gigi ekstrak etanol 96% daun
sosor bebek. Media Farmasi 2015; 12(2): 139-51.
43. Wawo EB, Wowor PM, Siagian KV. Uji pengaruh penggunaan pasta gigi dengan
kandungan deterjen sodium lauryl sulfate terhadap kecepatan alir saliva pada

Universitas Sumatera Utara


41

masyarakat di desa walantakan. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi 2016; 5(4): 46-
51.
44. Lippert F. An introduction to toothpaste – its purpose, history and ingredients.
Monogr Oral Sci 2013; 23: 1-14.
45. Amnur AMD. Pengaruh pasta gigi mengandung xylitol dan fluoride dibandingkan
pasta gigi mengandung fluoride terhadap plak gigi. Jurnal media medika muda
2014: 1-12.
46. Gimba CE, Abeshi SE, Elizabeth O. Investigations of sodium lauryl sulphate and
saccharin concentrations in brand of toothpaste. Res J ChemSci 2014; 4(6): 58-61.
47. Yapar S, Ates M, Ozdemir G. Preparation and characterization of sodium lauroyl
sarcosinate adsorbed on cetylpyridinium-montmorillonite as a possible
antibacterial agent. App Clay Sci 2017; 150: 16-22.
48. Prihanti GS. Pengantar biostatistik. Malang: UMM Press, 2018: 12-3.
49. Jamillian A, Moghaddas O, Toopchi S, Perillo L. Comparison of nickel and
chromium ion released from stainless steel and NiTi wires after immersion in oral
B, Orthokin and artificial saliva. J Contemp Dent Pract 2014; 15(4): 403.
50. Brandao GAM, Simas RM, Almeida LM, Silva JM, Meneghim MC, Preira AC,
Almeida HA, Brandao AMM. Evaluation of ionic degradation and slot corrosion
of metallic brackets by action of different dentifrices. Dent Press J Orthod 2013;
18(1): 86-93.
51. House K, Sernetz F, Dymock D, Sandy JR, Ireland AJ. Corrosion of orthodontic
appliances-should we care?. Am J OrthodDentofacialOrthop 2008; 133: 584-591.
52. Wasono NP, Assa YA, Anindita PS. Pelepasan ion nikel dan kronium bracket
stainless steel yang direndam dalam minuman isotonik. Jurnal Ilmiah Farmasi-
UNSRAT 2016; 5(1): 158-63.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Alur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Surat-surat Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3

JADWAL KEGIATAN
Waktu Penelitian
No. Kegiatan
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Penyusunan Laporan

2. Persiapan Lapangan
3. Pengumpulan Data
Pengolahan dan
4.
Analisis Data
5. Penyusunan Laporan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

“Perbedaan Tensile Strength Kawat Ortodonti Nikel-Titanium (NiTi) Dan Titanium


Molybdenum Alloys (TMA) Yang Direndam Dalam Pasta Gigi Deterjen”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan
rincian sebagai berikut:

1. Kawat Ortodonti NiTi (3 pack) Rp. 750.000


2. Kawat Ortodonti TMA (3 pack) Rp. 2.100.000
3. Timbangan Digital Rp. 80.000
4. Gelas Ukur Rp. 50.000
5. Pasta Gigi Deterjen HPAI Rp. 20.000
6. Penjilidan dan Penggandaan Proposal Rp 300.000
7. Pengujian Tensile Strength Rp. 1.680.000
Total Rp. 4.980.000

Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti,

Calvint

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Hasil Pengukuran Tensile Strength Kawat Ortodonti NiTi


Tensile Strength (MPa)
No Sampel
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
1 1200.621478 1101.160123 1147.880011
2 1136.743667 1140.596638 1046.197555
3 1142.609736 1144.166147 910.886910
4 982.6130477 1186.354596 1170.570672
5 1179.087626 999.4238613 1136.708235
6 1087.552681 1218.761671 1146.296041
7 1147.22582 1150.98824 1059.371931
8 1202.508594 1068.300953 1149.150336
Rata-rata 1134.870331 1126.219029 1095.882711
Standard Deviasi 72.20073539 69.05714234 87.30306493

Hasil Pengukuran Tensile Strength Kawat Ortodonti TMA


Tensile Strength (MPa)
No Sampel
Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
1 927.7613711 905.1501051 854.8548019
2 714.2528845 788.4238736 940.4574066
3 852.6159847 779.1969548 673.4915829
4 741.6383691 1005.797797 573.9672362
5 1060.734775 1053.066235 735.2198141
6 951.7965037 966.556818 1028.79751
7 909.7622522 761.1834004 739.0898445
8 872.4267608 740.3457343 953.0812646
Rata-rata 878.8736126 874.9651148 812.3699326
Standard Deviasi 112.3768358 122.979067 156.888083

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

HASIL UJI STATISTIK

Descriptives
Tensile strength
95% Confidence Interval for
Mean
Std.
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
NiTi 4 Jam 8 1134.8703 72.20074 25.52681 1074.5090 1195.2317 982.61 1202.51
NiTi 8 Jam 8 1126.2190 69.05714 24.41539 1068.4858 1183.9522 999.42 1218.76
NiTi 12 Jam 8 1095.8827 87.30306 30.86629 1022.8955 1168.8699 910.89 1170.57
Total 24 1118.9907 75.16149 15.34228 1087.2528 1150.7286 910.89 1218.76

Diketahui:
 Pada NiTi 4 jam, rata-rata tensile strength adalah 1134,870, dengan standard
deviasi 72,201.
 Pada NiTi 8 jam, rata-rata tensile strength adalah 1126,219, dengan standard
deviasi 69,057.
 Pada NiTi 12 jam, rata-rata tensile strength adalah 1096,883, dengan standard
deviasi 87,303.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Tensile NiTi 4 Jam .260 8 .118 .854 8 .104
strength
NiTi 8 Jam .207 8 .200* .960 8 .806
NiTi 12 Jam .305 8 .027 .793 8 .024
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, data
tensile strength pada NiTi 12 jam tidak berdistribusi normal dengan nilai p = 0,024 <
0,05, sehingga pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis.

Test Statisticsa,b
Tensile
strength
Chi-Square .905
df 2
Asymp. Sig. .636
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Kelompok
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis di atas,
diperoleh nilai p = 0,636 > 0,05, maka disimpulkan tidak terdapat perbedaan tensile
strength yang signifikan di antara NiTi 4 jam, 8 jam dan 12 jam.

Descriptives
Tensile strength
95% Confidence Interval for
Mean
Std.
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
TMA 4 Jam 8 878.8736 112.37684 39.73121 784.9242 972.8230 714.25 1060.73
TMA 8 Jam 8 874.9651 122.97907 43.47967 772.1520 977.7782 740.35 1053.07
TMA 12 8 812.3699 156.88808 55.46831 681.2082 943.5317 573.97 1028.80
Jam
Total 24 855.4029 130.02459 26.54116 800.4983 910.3075 573.97 1060.73
Diketahui:
 Pada TMA 4 jam, rata-rata tensile strength adalah 878,8736, dengan standard
deviasi 112,37684.
 Pada TMA 8 jam, rata-rata tensile strength adalah 874,9651, dengan standard
deviasi 122,97907.
 Pada TMA 12 jam, rata-rata tensile strength adalah 812,3699, dengan standard
deviasi 156,88808.

Universitas Sumatera Utara


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Tensile TMA 4 Jam .158 8 .200* .960 8 .814
strength
TMA 8 Jam .259 8 .121 .884 8 .207
TMA 12 Jam .180 8 .200* .957 8 .783
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

 Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk,


seluruh data tensile strength berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05,
sehingga pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji ANOVA.

ANOVA
Tensile strength

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 22283.127 2 11141.564 .638 .538
Within Groups 366563.923 21 17455.425

Total 388847.050 23

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji ANOVA diatas, diperoleh


nilai p = 0,538 > 0,05, maka disimpulkan tidak terdapat perbedaan tensile strength
yang signifikan di antara TMA 4 jam, 8 jam dan 12 jam.

Test Statisticsa

Tensile
Mann-Whitney U 20.000
Wilcoxon W 320.000
Z -5.526
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Kelompok

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode Mann-Whitney diatas,


diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05, maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tensile
strength yang signifikan antara kawat ortodonti NiTi dan TMA.

Universitas Sumatera Utara


Untuk perbandingan NiTi 4 Jam dan TMA 4 Jam menggunakan uji T
independent.

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Tensile Ni Ti 8 1134.8703 72.20074 25.52681
TMA 8 878.8736 112.37684 39.73121

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig.
(2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Tensile Equal 1.301 .273 5.421 14 .000 255.99672 47.22486 154.70947 357.28397
variances
assumed
Equal 5.421 11.938 .000 255.99672 47.22486 153.04300 358.95044
variances
not assumed

Berdasarkan hasil uji T independent diatas, diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), yang
artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti
NiTi dan TMA yang direndam selama 4 jam.

Untuk perbandingan NiTi 8 Jam dan TMA 8 Jam menggunakan uji T


independent.

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Tensile Ni Ti 8 1126.2190 69.05714 24.41539
TMA 8 874.9651 122.97907 43.47967

Universitas Sumatera Utara


Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig.
(2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Tensile Equal 6.976 .019 5.039 14 .000 251.25391 49.86574 144.30253 358.20530
variances
assumed
Equal 5.039 11.015 .000 251.25391 49.86574 141.51872 360.98910
variances
not assumed

Berdasarkan hasil uji T independent diatas, diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), yang
artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti
NiTi dan TMA yang direndam selama 8 jam.

Untuk perbandingan NiTi 12 Jam dan TMA 12 Jam menggunakan uji Mann-
whitney.

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Tensile Ni Ti 8 1095.8827 87.30306 30.86629
TMA 8 812.3699 156.88808 55.46831

Universitas Sumatera Utara


Test Statisticsb

Tensile

Mann-Whitney U 3.000

Wilcoxon W 39.000

Z -3.046

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok


Berdasarkan hasil uji Mann-whitney diatas, diperoleh nilai p = 0,002 (p < 0,05), yang
artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile strength kawat ortodonti
NiTi dan TMA yang direndam selama 12 jam.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Hasil Pengukuran Tensile Strength

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai