Disusun Oleh:
2015-11-088
Pembimbing:
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL
LAB/BAG : ORTODONTI
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
NIM : 2015-11-088
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya
penelitian ini dengan judul Pengaruh Obat Kumur Ekstrak Jahe (Herbal Ginger)
dukungan dari semua pihak, akhirnya semua hambatan tersebut dapat teratasi.
Terselesaikannya proposal ini tidak lepas dari banyak pihak, maka dari itu penghargaan
dan rasa terima kasih ingin peneliti ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
1. Prof. Dr. Budiharto, drg., SKM selaku Dekan beserta jajaran Pimpinan Fakultas
2. Ketua dan Anggota Komisi Ilmiah Penelitian, yang telah banyak memberi saran
ii
4. Kepala Departemen Ortodonti, drg. Tjokro Prasetyadi, Sp.Orto yang telah
5. Kedua orangtua yang saya cintai, Papa Irawan Hasto Y dan Mama Retno
dan selalu mendoakan saya selama ini sehingga saya bisa sampai di tahap ini.
6. Kakak saya satu-satunya, Dega Redira Sakti yang sudah mau mendengarkan
keluhan, curhatan saya dikala lelah dan memberikan saran yang baik.
Fajrin Noor Rachman yang sudah membantu dan memberikan ilmunya tentang
penyusunan proposal ini. Ridho Khathir Faza, Nabila Zahra, Rimma Neszra,
Sekar Dhiyanti, Rahma Hanum, Jihan Ardelia, Kania Anindya, Lucky Sasya,
Rahma Palito dan orang-orang yang tidak bisa saya sebutkan semuanya tapi
8. Partner saya dalam penyusunan proposal skripsi ini Kania Dewi Larasati yang
selalu setia menyediakan waktunya dalam menulis dan saling bertukar ilmu.
Fitri Suardi, Muhammad Eddwar teman-teman satu bimbingan saya yang setia
Nadira Tsania, Herlambang Prasetyo, Irfan Fadhila, I Kadek Arya, yang selalu
iii
10. Senior terdekat saya di kampus, Atika Putri Novianti, yang banyak membantu
11. Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. DR. Moestopo
Akhir kata, peneliti pun sadar bahwa proposal ini masih penuh dengan kekurangan dan
keterbatasan, oleh sebab itu peneliti memerlukan saran serta kritik yang membangun
yang dapat menjadikan proposal ini lebih baik. Dan semoga proposal ini dapat
Jakarta, 2019
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
v
2.2 Halitosis ............................................................................................................. 11
vi
3.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 33
LAMPIRAN……………………………...…………………………………………43
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Hasil pengukuran dengan menggunakan monitor sulfide portable ............. 18
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era modern sekarang ini, estetika menjadi salah satu kebutuhan yang
satu hal yang sudah menjadi perhatian adalah kebutuhan estetika dalam merapikan
gigi. Masyarakat mulai menyadari bahwa gigi yang tidak teratur memang berpengaruh
pada penampilan dan juga status sosial. Di samping itu keadaan gigi yang tidak teratur
dan hubungan rahang yang tidak harmonis sangat mempengaruhi sistem pengunyahan,
pencernaan serta sistem artikulasi atau pembentukan suara.1 Salah satu perawatan yang
Perawatan ortodonti pada umumnya adalah mencapai gigi yang teratur dan
oklusi yang baik.2 Peranti ortodonti lepasan maupun cekat banyak digunakan seiring
yang selain digunakan memperbaiki gigi, juga sudah dijadikan tren anak remaja masa
kini untuk estetika.3 Hanya saja, perlu diperhatikan faktor kenyamanan dan juga
Ada beberapa efek samping yang dihasilkan oleh peranti ortodonti ini, pasien
karena dengan adanya pemasangan peranti di dalam mulut yang akan menambah
1
menyebabkan bau mulut atau halitosis. Pasien pengguna peranti ortodonti cekat sering
akumulasi plak, kolonisasi bakteri, dan inflamasi gingiva.5 Pada awal pemakaian
peranti ortodonti banyak pasien mengeluh adanya peradangan dalam rongga mulutnya,
Halitosis adalah keadaan mulut yang menyebabkan nafas bau tidak sedap.
Sinonim untuk bau mulut adalah foetor ex ore, oral malodor atau nafas ofensif.6 Para
peranti ortodonti cekat dan menyarankan bahwa halitosis di tambahkan ke daftar risiko
statistik dari plak dan tongue coating index.6 Sebuah peningkatan yang signifikan
secara statistik juga diamati dengan skor pengukuran organoleptik, korelasi positif
antara halitosis dan peranti ortodonti cekat juga sudah dikonfirmasi.6 Halitosis dapat
menjadi indikator penting dari kesehatan mulut selama perawatan ortodonti cekat,
tetapi hal ini juga dapat memotivasi pasien untuk lebih memperhatikan kebersihan
mulutnya sendiri.
mendapatkan perhatian serius bagi sebagian besar penderitanya.7 Halitosis ini memang
bukan sebuah penyakit, namun perlu dicari penyebabnya dan cara penyelesaiannya.
Metode terapi halitosis biasanya bertujuan untuk menghilangkan faktor lokal tersebut,
2
dapat berupa mekanis (penyikatan gigi dan lidah), kimiawi (permen karet dan obat
Obat kumur menjadi salah satu pilihan bagi para pengguna peranti ortodonti
cekat untuk mengatasi halitosis atau bau mulut. Obat kumur merupakan suatu larutan
atau cairan yang digunakan untuk membantu memberikan kesegaran pada rongga
mulut serta membersihkan mulut dari plak dan organisme yang menyebabkan penyakit
di rongga mulut.9 Berkumur dengan obat kumur juga dapat mencapai lebih banyak
permukaan gigi dan rongga mulut. Obat kumur yang beredar di masyarakat secara
komersial terdiri dari obat kumur beralkohol dan yang tidak beralkohol. Masing-
masing memliki kelebihan maupun kekurangan.10 Saat ini banyak pasien serta
masyarakat berjuang memilih produk yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.11
restorasi komposit dan peran yang mungkin terjadi dalam pembentukan kanker
sebagai pengawet dan bahan semi-aktif. Obat kumur non alkohol memiliki efektifitas
hampir sama dengan obat kumur beralkohol dalam menurunkan plak, namun memiliki
Saat ini telah banyak dikembangkan obat kumur dengan bahan dasar tanaman
obat yang diyakini mempunyai khasiat antibakteri dengan efek samping minimal. 13
Salah satu tanaman herbal yang dipercaya dapat membantu menjaga kebersihan
rongga mulut dan mengatasi bau mulut adalah jahe. Jahe merah mengandung bahan
aktif mengandung bahan aktif antara lain komponen campuran minyak atsiri dan resin
yaitu oleoresin dan flavonoid. Minyak atsiri memiliki efek antimikrobial dalam
3
menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen.14 Jahe telah banyak digunakan
sebagai obat, termasuk bau mulut. Jahe dapat menstimulasi aliran saliva, meredakan
sakit perut, mengurangi mual dan diare, juga membantu mencegah gas untuk
gingerol yang dapat memicu enzim di dalam saliva. Enzim ini dapat membantu
menurunkan penyebab bau mulut, dan efektif dalam menghilangkan bau nafas tidak
edodontalis ATCC 35406 dan Prevotella intermedia ATCC 25611. 3 bakteri tersebut
merupakan bakteri-bakteri yang berperan secara langsung dalam produksi VSC yang
Concentration (MIC) 6-30 microg/ml atau 0,125%-3%. Kandungan jahe tersebut juga
membunuh bakteri dalam mulut pada konsentrasi kadar bunuh bakteri minimum.17
jelasnya pengaruh obat kumur ekstrak jahe (herbal ginger) terhadap penurunan
4
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan ada atau tidaknya pengaruh obat
kumur ekstrak jahe terhadap halitosis pada pengguna piranti ortodonti cekat.
pengaruh obat kumur ekstrak jahe terhadap halitosis bagi masyarakat pengguna piranti
ortodonti cekat.
mengembangkan ilmu pengetahuan akan pengaruh obat kumur ekstrak jahe terhadap
pengaruh obat kumur ekstrak jahe terhadap pengguna piranti ortodonti cekat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ortodonti
(Greek) yaitu orthos dan dons yang berarti orthos (baik, betul) dan dons (gigi). 1
maloklusi. Pada sebagian besar kasus, maloklusi tidak dengan sendirinya menjadi
penyebab penyakit, melainkan variasi dari apa yang dianggap ideal. Oleh karena itu,
penting bagi dokter gigi untuk memberikan informasi tentang definisi yang jelas dari
oklusi ideal, karena ini akan membentuk dasar untuk diagnosis dan perencanaan
perawatan.18
perkembangan muka dan memperbaiki akibat pertumbuhan yang tidak normal. Disini
6
3. Menurut The British Society of Ortodontics (1922)
muka dan tubuh pada umumnya yang dapat mempengaruhi kedudukan gigi. Juga
mempelajari adanya aksi dan reaksi dari pengaruh luar maupun pengaruh dalam
Ortodonti adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi dan
jaringan sekitarnya dari janin sampai dewasa dengan tujuan mencegah dan memper-
baiki keadaan gigi yang letaknya tidak baik untuk mencapai hubungan fungsional serta
tindakan kuratif lebih dipentingkan, sedangkan mulai tahun 1922 sampai sekarang
perkembangan yang normal agar tidak terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang
7
a. Pada waktu anak masih dalam kandungan, ibu harus mendapatkan makanan yang
b. Setelah bayi lahir, nutrisi anak juga harus dijaga agar pertumbuhan dan
perkembangan badannya normal, dan harus dijaga dari penyakit-penyakit yang dapat
mengganggu jalannya pertumbuhan. Penyakit rhinitis, rakhitis, sifilis, TBC tulang atau
pendukungnya.
c. Setelah anak mempunyai gigi, maka harus dijaga agar gigi ini tetap sehat sampai
pada saatnya akan digantikan oleh gigi permanen. Kebersihan mulut harus dijaga,
harus diajarkan cara-cara menggosok gigi yang benar, tiga kali sehari setiap selesai
makan dan menjelang tidur. Secara teratur si anak diperiksakan ke dokter gigi setiap 6
Tindakan atau perawatan ortodonti pada maloklusi yang mulai tampak dan sedang
perawatan guna mencegah maloklusi yang ada tidak berkembang menjadi lebih parah.
Tindakan yang termasuk disini antara lain dengan menghilangkan penyebab maloklusi
yang terjadi agar tidak berkembang dan dapat diarahkan agar menjadi normal. Contoh
yang paling baik dari ortodonti interseptif ini adalah program terencana dari
pencabutan beranting (serial extraction), yaitu pencabutan gigi kaninus desidui dan
premolar yang dilakukan pada keadaan dimana gigi depan permanen tampak sedikit
berjejal, sehingga dengan pencabutan pada waktu yang tepat dan terencana maka dapat
memperbaiki gigi yang berjejal tadi. Tindakan interseptif lainnya misalnya dengan
8
memberikan space regainer untuk mendapatkan kembali ruang yang menyempit akibat
Tindakan perawatan pada maloklusi yang sudah nyata terjadi. Gigi-gigi yang
malposisi digeser ke posisi normal, dengan kekuatan mekanis yang dihasilkan oleh
peranti ortodonti. Gigi dapat bergeser karena sifat adaptive response jaringan
periodontal. Ortodonti kuratif atau korektif ini dilakukan pada periode gigi permanen.1
1. Periode aktif
rahang bawah terhadap rahang atas. Contoh: Komponen aktif: plat aktif, plat ekspansi
2. Periode pasif
mempertahankan kedudukan gigi-gigi yan telah dikoreksi agar tidak relaps (kembali
9
Peranti yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri, dengan maksud untuk
untuk perawatan, sehingga hanya dipakai untuk kasus sederhana yang hanya
melibatkan kelainan posisi giginya saja. Contoh: Plat aktif, plat ekspansi, aktivator,
bite raiser.1
Peranti yang hanya dapat dipasang dan dilepas oleh dokter yang merawat saja.
Peranti cekat ini mempunyai kemampuan perawatan yang lebih kompleks. Contoh :
Peranti ortodonti cekat terdiri dari tiga jenis bahan: logam, plastik, dan
keramik. Peralatan logam ortodonti secara lingual diperkenalkan pada tahun 1970
untuk mengatasi kerugian estetika dari peralatan labial konvensional. Peralatan ini
memperkenalkan tantangan baru bagi dokter gigi dan pasien. Dokter gigi menemukan
bahwa praktek sehari-hari dengan peralatan ini lebih memakan waktu dan memerlukan
ketangkasan yang berubah. Braket berbahan plastik yang akan diikat langsung ke
enamel pada awalnya terbuat dari polikarbonat dan bubuk cetakan plastik. Braket
plexiglas ini tidak bertahan lama karena perubahan warna, kerapuhan, dan kerusakan
di bawah tekanan. Selama beberapa dekade terakhir, braket berbahan keramik telah
dan polikristalin yang digunakan dalam pembuatan braket ini memberikan ketahanan
warna yang sangat baik dan ketahanan terhadap noda. Namun, dokter mungkin tidak
10
dianjurkan untuk menggunakan braket keramik karena kecenderungan patah gigi yang
dilaporkan dan yang lebih penting, kecenderungan adanya keluhan kerusakan enamel
Peranti cekat full braces terdiri dari bermacam-macam teknik atau sistem
perawatan seperti teknik begg kemudian berkembang menjadi teknik tape edge.
Teknik edgewise berkembang menjadi teknik straight wire dan kemudian berkembang
lagi menjadi teknik self ligating, salah satu diantaranya adalah damon sistem dan yang
2.2 Halitosis
Halitosis atau bau mulut adalah kondisi kesehatan mulut yang ditandai dengan
bau tidak sedap yang berasal secara konsisten dari rongga mulut. Asal usul halitosis
mungkin terkait dengan kondisi sistemik dan oral, tetapi persentase kasus yang besar,
sekitar 85%, umumnya terkait dengan penyebab oral. Penyebabnya biasanya dari
makanan tertentu, perawatan kesehatan mulut yang buruk, pembersihan gigi palsu
yang tidak tepat, mulut kering, konsumsi produk tembakau dan kondisi medis.21 Pada
penelitian, akumulasi plak sangat banyak di dapatkan pada lama penggunaan ortodonti
cekat >12 bulan, dan penggunanya sangat rentan mengalami kebersihan mulut yang
buruk yang diakibatkan oleh meningkatnya akumulasi plak.22 Kebersihan mulut yang
Halitosis yang berasal dari rongga mulut, dikenal sebagai oral malodor.4 Pada
bidang kedokteran gigi Volatire Sulfur Components (VSCs) merupakan senyawa gas
11
yang paling berperan besar terhadap timbulnya halitosis.7 Patogen penyebab utamanya
adalah bakteri anaerob gram negative yang memproduksi VSCs dengan metabolisme
sel yang berbeda atau jaringan yang terletak di air liur, gigi, dan cairan sulkus gingiva.
Selain itu, poket periodontal merupakan lokasi yang ideal untuk memproduksi VSCs
sulfide, dan yang paling utama adalah metal merkaptan yang dihasilkan melalui
penurunan air liur, pengelupasan epitel, sisa-sisa makanan, cairan sulkus gingiva, plak,
postnasal drip, sulfur yang mengandung asam amino, dan peptida di dalam darah oleh
mikroorganisme anaerob yang ditemukan di dalam rongga mulut yang efektif pada
pembentukan halitosis.24
Secara umum, faktor penyebab halitosis dibagi atas faktor penyebab oral dan
non oral. Mesikupun beberapa penyebab halitosis dapat dihubungkan dengan bagian
ekstra oral seperti saluran pernafasan atas dan bawah, saluran pencernaan, penyakit
ginjal, dan hati, namun 85-90% masalah bau mulut berasal dari rongga mulut itu
gastrointestinal adalah asam lemak (asam asetat, asam propionic, dan asam butirat),
6,5% amoniak dan sisanya adalah komponen sulfur (hydrogen sulfide dan metal
trimetilamin).25 Oleh karena itu, dokter gigi sebagai orang yang mengetahuinya perlu
12
A. Halitosis dari Oral
Terdapat sekitar 85% kasus pasien dengan genuine halitosis persisten yang
Kemungkinan terjadi interaksi yang kompleks antara beberapa spesies bakteri oral
(gram negatif anaerob) karena tidak ada infeksi bakteri spesifik yang memiliki kaitan
halitosis, tetapi tidak pada semua subjek yang terkontrol, menunjukkan bahwa
beberapa subjek dengan halitosis memiliki beberapa spesies bakteri yang berbeda pada
lidah bagian dorsal mereka. Karena, lidah adalah lokasi yang terdapat banyak
a. Kebersihan Mulut
Para ahli menyatakan bahwa sekitar 90% kasus halitosis disebabkan oleh buruknya
kebersgan mulut dan penyakit jaringan periodontal.27 Ketika kita makan, sisa-sisa
makanan akan tertinggal di antara gigi kita. Jika tidak dibersihkan dengan tindakan yang
b. Penyakit Periodontal
Pada penyakit periodontal, infeksi bakteri terdapat pada jaringan sekitar gigi. Bila
c. Karies Gigi
Karies gigi, memungkinkan tertimbunnya sisa makanan dan hal ini merupakan salah
13
d. Mulut Kering atau Xerostomia
dan menjaga kebersihan, namun kadar saliva setiap orang berbeda-beda.27 Kelembapan
ini juga melarutkan dan membuang kotoran yang diproduksi bakteri. Selain itu, saliva
juga mempunyai senyawa yang dapat membunuh bakteri dan menetralkan kotoran
diproduksinya.29 Para individu yang mempunyai saliva sedikit (mulut kering), akan
Halitosis tidak selalu dikaitkan dengan penyebab-penyebab ekstra oral (kondisi dan
penyakit yang tidak mempengaruhi rongga mulut).26 Berikut adalah beberapa faktor
a. Merokok
Kebiasaan ini juga meninggalkan risiko terjadinya penyakit periodontal yang juga
berhubungan dengan bau mulut.30 Bau ini disebabkan oleh tar, nikotin dan lainnya
yang berasal dari rokok yang berakumulasi di gigi dan jaringan lunak mulut (lidah,
gusi). Juga merokok akan mengeringkan jaringan mulut sehingga mengurangi efek
pencucian dan buffer oleh saliva terhadap bakteri dan kotoran yang dihasilkannya.28
b. Makanan/minuman
Makanan atau minuman dapat menyebabkan bau mulut, dan yang terbanyak
adalah bawang merah, bawang putih, petai, dan kopi. Makanan atau minuman ini
14
dilepas sehingga saat kita menghembuskan napas, napas kita akan mengandung
halitofobia.8
A. Genuine Haliitosis
Halitosis ini adalah bau mulut yang berada pada tingkat yang dapat diterima secara
sosial dan halitosis ini terbagi lagi menjadi halitosis fisiologis dan halitosis patologis
dan dalam beberapa kasus keduanya mungkin dapat muncul secara bersamaan:
1. Halitosis Fisiologis
misalnya, asupan bawang putih atau makanan pedas, atau makanan yang melalui
proses pembusukan normal dalam rongga mulut dan tidak terkait dengan penyakit
2. Halitosis Patologis
Penyebab intra oral dapat di hubungkan dengan status periodontal, atau keadaan
patologis dari membran mukosa, sedangkan penyebab ekstra oral halitosis dapat
berasal dari infeksi saluran pernapasan atau gangguan sistemik, seperti diabetes
15
B. Pseudo-Halitosis
Halitosis ini dijelaskan sebagai suatu kondisi di mana pasien percaya dan
mengeluhkan adanya bau tidak sedap dari mulutnya secara signifikan tetapi saat
dilakukan pemeriksaan tidak ada bau tidak sedap yang jelas seperti keluhan pasien.31
C. Halitophobia
memiliki bau mulut yang tidak sedap walaupun sudah dilakukan pemeriksaan,
psikiater.31
1. Uji Organoleptik
Pengukuran ini merupakan metode yang paling umum digunakan untuk mendeteksi
halitosis. Metode ini dilakukan dengan mencium langsung bau yang terpancar dari
mulut, lidah, interdental, dan saliva. Persepsi pemeriksa terhadap bau yang dicium
disesuaikan dengan pengukuran organoleptik (Tabel 2.1) yang berskala nol sampai
lama.32 Walaupun cara ini murah, mudah dan hidung dapat mendeteksi sampai
10.000 bau yang berbeda, tetapi cara ini tidak objektif. Juga banyak faktor yang
mempengaruhi interpretasi. Karena, bila kita mencium sesuatu secara terus menerus
16
Tabel 2.1 Pengukuran Organoleptik32
2. Gas Chromatography
Pengukuran ini dianggap sebagai gold standard untuk mengukur bau mulut karena
spesifik untuk VSCs, yang merupakan etiologi utama halitosis.31 Pada tahun 1970,
gas khromatografi (Gambar 2.1) ini adalah peranti yang paling sensitif untuk
mengukur halitosis. Oleh karena mesin gas kromatografi tidak praktis untuk
Alat portable ini memberikan hasil pengukuran yang juga akurat karena alat ini
memiliki sensor gas semikonduktor yang sangat sensitive terhadap komponen gas
17
3. Halimeter
voltametrik yang akan menghasilkan sebuah sinyal bias terpapar dengan VSC.32
Halimeter (Gambar 2.2) merupakan modifikasi gas kromatografi yang hanya khusus
mendeteksi senyawa sulfur yaitu VSC (Volatile Sulfur Compounds), yang diketahui
Saat ini terdapat alat semi konduktor, hand held sensor gas dengan
menampilkan 6 level dengan salah satu merknya adalah breath checker (Perusahaan
Tanita, USA) (Gambar 2.3) yang dapat digunakan untuk mendeteksi bau mulut.33
18
Gambar 2.3 Breath checker33
1. Tarik penutup ke atas, sensor pada layar akan menyala secara otomatis. Nomor
pada layar akan menghitung mundur 5-1. Guncangkan alat secara perlahan 4-
2. Layar akan menampilkan ‘start’, maka bernapaslah ke arah sensor kurang lebih
sejauh 1 cm dari mulut sampai alat berbunyi ‘bip’ (selama kurang lebih 4
detik).
3. Skor halitosis akan ditampilkan dalam beberapa detik (Gambar 2.5). Sensor
19
Gambar 2.5 Simbol Lcd – Level Halitosis34
4. Uji BANA
naphthylamide (BANA).28
dalam mulut, halitosis bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali dengan cara menjaga
kebersihan mulut dengan cara menggosok gigi secara teratur, menggunakan benang
1. Menyikat gigi
Sebaiknya gigi disikat dua kali sehari. Gigi disikat dengan bulu sikat yang lembut dan
kepala sikat yang kecil. Hindarkan pemakaian bulu sikat yang kasar karena bulu sikat
20
2. Menggunakan benang gigi
Benang gigi digunakan untuk membersihkan celah gigi yang sempit yang tidak
dapat dicapai dengaan sikat gigi. Tindakan ini sebaiknya dilakukan satu kali sehari,
Obat kumur dapat digunakan untuk mengatasi halitosis. Penggunaan obat kumur
disarankan paling tidak dua atau tiga hari sekali selama 30 detik. Waktu yang paling
Obat kumur merupakan suatu larutan atau cairan yang digunakan untuk
membantu memberikan kesegaran pada rongga mulut serta membersihkan mulut dari
pak dan organisme yang menyebabkan penyakit di rongga mulut.9 Beberapa substansi
kimia dalam obat kumur memiliki sifat antiseptik atau antibakteri yang berfungsi
bahwa efektivitas penggunaan obat kumur perlu ditinjau dari dari tiga aspek. Aspek
pertama dilihat dari peningkatan efektivitas obat kumur untuk pembersihan secara
mekanis. Aspek kedua, adalah jenis obat kumur yang sesuai dengan kebutuhan
perawatan. Aspek ketiga adalah efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat
kumur tersebut.35
21
Asmaul Husna dan Abral dalam penelitiannya mengutip pernyataan dari
digunakan sebagai pelengkap untuk melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut
saja, bukan untuk perawatan berkelanjutan. Penggunaan obat kumur yang efektif
adalah saat malam hari ketika hendak tidur, karena saat tidur tidak ada aktivitas mulut,
Obat kumur non alkohol memiliki efektivitas hampir sama dengan obat kumur
beralkohol dalam menurunkan plak, namun memiliki efek samping lebih kecil dari
tertentu yang tidak dapat menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol, seperti
Bahan aktif yang dapat digunakan tanpa campuran alkohol contohnya adalah
iodine 1% tidak baik untuk penggunaan jangka panjang dalam rongga mulut, karena
dapat menyebabkan masalah sensitivitas iodium. Adapun efek samping yang dapat
timbul setelah pemberian Povidone iodine antara lain berupa sensitivitas, eritema
lokal, nyeri, erosi mukosa, dan risiko utama yang terkait dengan fungsi tiroid. Berbagai
22
efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian bahan kimia dalam obat kumur cukup
banyak dan signifikan, sehingga diperlukan alternatif lain sebagai bahan baku
pembuatan obat kumur dengan efek samping seminimal mungkin, ekonomis, dan
berkhasiat. Alternatif yang memenuhi syarat tersebut adalah bahan dari herbal.37
Obat kumur herbal merupakan obat kumur yang bahan dasarnya berasal dari
tanaman obat. Obat kumur herbal saat ini telah banyak dikembangkan karena diyakini
memiliki khasiat antibakteri dengan efek samping yang minimal.13 Produk herbal
menyembuhkan dan meringankan infeksi pada jaringan mulut dan penyegar napas.13
- Water
- Sorbitol
- Propylene Glycol
- Poloxamer 407
- Benzoic Acid
- Methyl Salicylate
- Thymol
- Menthol
- Sodium Saccharin
23
- Dipotassium Glycyrrhizate
- Caramel
- Sucrose
Jahe (Zingiber officinale Rosc) adalah salah satu bumbu dapur yang sudah lama
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Sebagai bumbu dapur, rimpang jahe digunakan
untuk mengolah makanan dan penganan. Pemakaian jahe sebagai tanaman obat
bahan alami untuk pengobatan. Pengolahan jahe sebagai obat dimulai dari dapur di
rumah-rumah dengan cara yang masih sederhana. Misalnya dengan cara menumbuk
kemudian menyeduhnya dengan air panas dan airnya diminum untuk mengobati
masuk angin. Kini, pemanfaatan jahe berkembang secara komersil dengan pengolahan
yang menggunakan teknologi tepat guna. Pengolahan jahe yang bersifat komersial,
minyak jahe dan oleoresin jahe yang berasal dari rimpang jahe juga semakin
24
2.6.1 Kandungan Jahe
menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak menguap yang biasa disebut minyak atsiri
merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak tak menguap yang
biasa disebut oleoresin meurpakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit.
Komponen yang terdapat pada oleoresin merupakan gambaran utuh dari kandungan
jahe, yaitu minyak atsiri dan fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol, dan resin.40
a. Oleoresin
Oleoresin adalah salah satu senyawa yang dikandung jahe yang bisa diambil.
Bentuk olahan jahe yang berupa oleoresin ini memiliki banyak kelebihan. Sebagai
missal mampu mengatasi beberapa perubahan mutu saat jahe segar atau jahe kering di
penambahan benda lain pada jahe. Satu kilogram oleoresin setara dengan 28kg bubuk
Oleoresin inilah penyebab rasa pedas dan pahit. Sifat pedas ini tergantung pada
umur panen. Semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan pahit. Selain itu jenis
jahe juga menentukan kandungan oleoresin. Jahe yang rasa pedasnya tinggi, seperti
jenis emprit, kandungan oleoresinnya tinggi. Sedangkan jenis badak rasa pedasnya
Oleoresin dibuat dengan cara ekstrasi tepung jahe dengan pelarut organic tertentu.
Pelarut yang biasa digunakan adlah etanol, aseton, eltilene dikhlorida, isopropanol dan
heksan. Oleoresin termasuk minyak tak menguap sehingga cara ekstraknya pun pada
25
keadaan hampa udara. Komponen dalam oleoresin adalah zingerol, zingerone,
b. Minyak atsiri
Minyak atsiri biasa disebut minyak eteris, minyak menguap/terbang atau essential
oil. Ciri minyak atsiri antara lain mudak menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
oenghasilannya, dan umumnya larut dalam pelarut organic dan tidak larut dalam air.39
Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe.
Minyak atsiri itu sendiri terdapat pada rimpang jahe segar, jahe kering, atau oleoresin.
Minyak siri merupakan pemberi aroma khas pada jahe. Komponen utama minyak jahe
adalah zingiberene dan zingiberol. Sedang persenyawaan lain adlah n-desil aldehid, n-
Kegunaan minyak atsiri adalah sebagai bahan baku minuman ringan (ginger ale),
industry farmasi seperti parfum dan kosmetik yang memancarkan kesan “suasana
minyak atsiri dipengaruhi oleh umur tanaman. Artinya, semakin tua umur jahe
tersebut, semakin tinggi kandungan minyak atsirinya. Namun, selama dan sesudah
dianjurkan tidak melakukan pemanenan pada saat itu.38 Selain umur tanaman,
26
2.6.2 Manfaat Jahe
Kandungan minyak atsiri dan oleoresin yang cukup tinggi pada rimpang jahe
merah menyebabkan jahe merah memiliki peranan penting dalam dunia pengobatan,
kemajuan teknologi. Jahe merah tidak hanya dimanfaatkan bagian daging rimpangnya,
tetapi juga kulit rimpangnya bias dijadikan obat. Berdasarkan penelitian dan
pengalaman, jahe merah sebagai bahan baku obat dengan rasanya yang panas dan
Penggunaan jahe sebagai obat tradisional telah lama dilakukan orang. Jahe
segar dapat digunakan langsung sebagai obat. Irisan jahe yang diisap dapat
banyak ramuan tradisional berkasiat pun telah lama menggunakan jahe sebagai deretan
obat tradisionalnya.40
Jahe bias juga mengobati luka lecet dan luka tikam karena duri atau benda tajam,
atau karena jatuh. Disamping itu, minyak jahe dapat digunakan sebagai obat penambah
27
2.7 Kerangka Teori
Pengguna Orthodonti
• Penurunan tingkat Cekat
keberssihan mulut5
• Demineralisasi enamel,
akumulasi plak,
kolonisasi bakteri, dan Faktor Ekstra
inflamasi gingiva.5 Oral: 28
• Peradangan dalam • Merokok
rongga mulutnya3
• Makanan/mi
numan
6-Gingerol
Penurunan Halitosis
Keterangan :
28
Pada pengguna ortodonti cekat terjadi penurunan tingkat kebersihan mulut,
serta peradangan dalam rongga mulutnya3. Halitosis dapat berasal dari intraoral dan
ekstraoral.7,28 Untuk mengatasi halitosis dapat digunakan obat kumur herbal ekstrak
jahe (herbal ginger).13 Para peneliti menjelaskan bahwa jahe mengandung komponen
yang disebut 6-gingerol yang dapat memicu enzim di dalam saliva. Enzim ini dapat
29
BAB III
2.7.1 Variabel bebas : Obat kumur herbal ekstrak jahe (herbal ginger).
30
2.8 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Hasil Ukur Skala
1. Skor Skor halitosis sebelum Breath 1. Tarik penutup ke 0 = Tidak ada Ordinal
halitosis berkumur dengan obat Checker atas, sensor pada bau mulut
sebelum kumur non alkohol layar akan menyala
1 = Ada sedikit
perlakuan herbal ekstrak jahe secara otomatis.
bau mulut yang
(herbal ginger) Nomor pada layar
sulit terdeteksi
akan menghitung
mundur 5-1. 2 = Ada sedikit
Guncangkan alat bau mulut yang
secara perlahan 4-5 mengganggu
kali untuk
menghilangkan bau 3 = Bau mulut
yang tersisa.
4 = Bau mulut
2. Layar akan
yang kuat
menampilkan
‘start’, maka 5 = Bau mulut
bernapaslah ke arah yang sangat
sensor kurang lebih menyengat
sejauh 1 cm dari
E: Error
mulut sampai alat
berbunyi ‘bip’
(selama kurang
lebih 4 detik).
3. Skor halitosis akan
ditampilkan dalam
beberapa detik.
Sensor ditutup
kembali, maka alat
akan mati secara
otomatis.
31
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Hasil Ukur Skala
2. Skor Skor halitosis sesudah Breath 1. Tarik penutup ke 0 = Tidak ada Ordinal
halitosis berkumur dengan obat Checker atas, sensor pada bau mulut
sesudah kumur non alkohol layar akan menyala
1 = Ada sedikit
perlakuan herbal ekstrak jahe secara otomatis.
bau mulut yang
(herbal ginger) Nomor pada layar
sulit terdeteksi
akan menghitung
mundur 5-1. 2 = Ada sedikit
Guncangkan alat bau mulut yang
secara perlahan 4-5 mengganggu
kali untuk
menghilangkan bau 3 = Bau mulut
yang tersisa.
4 = Bau mulut
2. Layar akan
yang kuat
menampilkan
‘start’, maka 5 = Bau mulut
bernapaslah ke arah yang sangat
sensor kurang lebih menyengat
sejauh 1 cm dari
E: Error
mulut sampai alat
berbunyi ‘bip’
(selama kurang
lebih 4 detik).
3. Skor halitosis akan
ditampilkan dalam
beberapa detik.
Sensor ditutup
kembali, maka alat
akan mati secara
otomatis.
32
2.9 Definisi Konsep
dengan obat kumur non alkohol alkohol herbal ekstrak jahe (Herbal
alkohol
herbal
ekstrak
jahe
(herbal
ginger)
Obat kumur non alkohol dengan kandungan ekstrak jahe (herbal ginger) dapat
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
34
4.4. Populasi dan Subjek Penelitian
n =
1 + N e2
137
n =
1 + 137 (0,16)2
137
n =
4,5072
n = 30,3
Keterangan:
n : Jumlah subjek
35
N : ukuran populasi
Nilai n yang diperoleh adalah 30,3. Jumlah subjek dibulatkan menjadi 30 orang
4.6.1 Alat :
- Masker
- Handscone
- Tissue
4.6.2 Bahan :
- Water
- Sorbitol
- Propylene Glycol
- Poloxamer 407
- Benzoic Acid
- Methyl Salicylate
36
- Thymol
- Menthol
- Sodium Saccharin
- Dipotassium Glycyrrhizate
- Caramel
- Sucrose
consent).
peneliti (anamnesis).
breath checker.
6) Subjek penelitian diukur skor akhir setelah berkumur dengan obat kumur
37
4.7.2 Penggunaan breath checker :
1) Tarik penutup ke atas, sensor pada layar akan menyala secara otomatis. Nomor
pada layar akan menghitung mundur 5-1. Guncangkan alat secara perlahan 4-
2) Layar akan menampilkan ‘start’, maka bernapaslah ke arah sensor kurang lebih
sejauh 1 cm dari mulut sampai alat berbunyi ‘bip’ (selama kurang lebih 4
detik).
3) Skor halitosis akan ditampilkan dalam beberapa detik. Sensor ditutup kembali,
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per
variable. Data disajikan dalam bentuk persentase atau tabel distribusi frekuensi dan
pie chart. Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis
hubungan dua variabel, satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Data-data yang
Data yang digunakan berskala ordinal. Jika p<0.05, terdapat perbedaan signifikan.42
38
4.9. Alur Penelitian
Analisis data
Kesimpulan
39
DAFTAR PUSTAKA
10. Warongan MSJ, Anindita PS, Mintjelungan CN. Perbedaan Indeks Plak
Penggunaan Obat kumur Beralkohol Dan Non Alkohol Pada Pengguna Alat
Ortodonti Cekat. J e-GiGi. 2015;3(2):531.
13. Ristianti N, W JK, Marsono. Perbedaan Efektifitas Obat Kumur Herbal dan non
Herbal terhadap Akumulasi Plak di Dalam Rongga Mulut. Medali Jurnal.
2013;2(1):31–6.
40
15. Assured Lease Corporation. The Effects of Ginger on Bad Breath [Internet]
2018.Tersediadi:http://assuredlease.lifestyleezine.com/main/articles/nonev
iw/1071/ The-Effects-of-Ginger-on-Bad-Breath/
16. Sky Z. Chew on Ginger If You Have Bad Breath: Research Shows it’s More
Effective than Mints for Halitosis [Internet]. 2018. Tersedia di:
https://naturalmedicine.news/2018-10-12-chew-on-ginger-if-you-have-bad
breath.html
17. Park M, Bae J, Lee DS. Antibacterial Activity of [10]-Gingerol and [12]
Gingerolisolated from Ginger Rhizome Against Periodontal Bacteria.
Phytother Res J 2008; 22:1446-9.
20. Ardhana W. Identifikasi Perawatan Ortodonti Spesialistik dan Umum. Maj Ked
Gi 2013;20(1):1-8
23. Basuni C. Kedokteran Gigi Klinis ed.2. Yogyakarta: CV. Quantum Sinergis
Media;2014;51
26. Scully C, Greenman J. Halitosis (Breath Odor). Periodontol 2000. 2008;48:66 75.
27. Pintauli S, Hamada T, eds. Menuju Gigi & Mulut Sehat: Pencegahan dan
Pemeliharaan. Medan: USU Press, 2012:49-61
28. Anwar IA. Penyebab dan Penanganan Halitosis. Jurnal Ilmiah dan Teknologi
Kedokteran Gigi. 2007;4(1):1–6.
41
29. Bad Breath [Online]. 2006 [cited 2006 Jan 15]. Available from :
URL:http://www.animated-teeth.com
30. Rahmadhan AG. Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Jakarta Selatan:
Bukune, 2010:115-7.
33. Singh M, Bansal P, Kaur S. The Association of Periodontal Disease with Oral
Malodor Before and After Antibiotic Rinse Using FITSCAN® Breath
Checker: A Clinical Study. Dep Periodontol Oral Implantol. 2017;6(2):104.
35. Asdar. Bahan Kemoterapeutik Sebagai Pengontrol Plak dan Gingivitis. Journal
of Dentomaxillofacial Sciene. 2007;6(1):2–8.
36. Husna A, Abral. Efektivitas Obat Kumur dalam Menghilangkan Bau Mulut
(Halitosis) Pada Perokok Aktif. POLNEP Repos. 2012;133–8.
38. Tim Lentera. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib. Agromedia
Pustaka. 2004:1-3,10-12
39. Santoso, HB. Sukses Budi Daya Jahe Organik di Pekarangan dan Perkebunan.
Yogayakarta: Lily Publisher. 2017:2
42
LAMPIRAN 1
43