MANGGARSARI, S. Kep
0806334054
MANGGARSARI, S. Kep
0806334054
Nama : Manggarsari
NPM : 0806334054
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
iii
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners yang
berjudul Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny. R dengan Kanker Kolorektal
di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto ini dapat saya selesaikan. Penulisan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir
Ners Program Profesi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa terdapat banyak hambatan dan kesulitan yang dialami
selama proses pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, namun dengan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan laporan ilmiah akhir ini
dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Riri Maria S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilm iah
Akhir Ners
2. Bapak Masfuri S.Kp., MN selaku pembimbing dalam mata ajar KK MP
Peminatan KMB serta penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners yang senant iasa
memberikan bimbingan, masukan, motivasi serta membantu saya da lam
menelaah permasalahan terkait kasus yang dikelola, memberikan ara han
dalam menentukan evidence based practice yang tepat dan sesuai, dan
segala hal lain yang terjadi dalam proses penyusunan karya ilmiah ini
berlangsung;
3. Ibu Ns. Merri Silaban S.Kep selaku kepala ruangan lantai 5 Bedah RSP AD
Gatot Soebroto, beserta kakak-kakak perawat yang telah ban yak
membimbing dan memberikan suatu lingkungan pembelajaran yang baik
kepada saya dan kelompok selama praktik di lantai 5 Bedah;
4. Bapak dan Ibu saya, kedua kakak kandung, kakak ipar dan keponakan
kecil saya, serta adik asuh saya yang telah tiada, yang telah memberikan
dukungan baik secara materi maupun motivasi serta mendoakan demi
kelancaran penyelesaian penelitian ini;
5. Teman-teman kelompok peminatan bedah, di lantai 5 bedah RSPAD Gatot
Soebroto yang selama kurang lebih sembilan minggu bersama-sama
iv
Pen eliti
Nama : Manggarsari
NPM : 0806334054
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Juli 2013
Yang menyatakan
(Manggarsari)
vi
Nama : Manggarsari
Program studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny. R dengan Kanker
Kolorektal di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto
Name : Manggarsari
Study Program: Nursing
Title : Nursing Care of Colostomy for Mrs. R with Colorectal Cancer
Case in Surgical Ward 5th Floor RSPAD Gatot Soebroto
Colostomy is one of the surgical procedures that can be done in colorectal cancer
patient, which can cause complication and changing in self concept. This paper
was made to identify things that must be concerned by nurse in caring colostomy
patient. Based on the application to a patient, Mrs. R, the result indicated that
when caring colostomy patient, it is important to know well and concern a bout
how and when to change colostomy pouch, clean stoma and peristomal skin,
observing stoma, and doing colostomy irrigation. Educating what kind of dietary
management and their activity need are also important to be done by patient with
stoma.
ix Universitas Indonesia
..... 55
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus
besar (Smeltzer & Bare, 2002). Indonesian Ostomy Association (INOA)
mengatakan bahwa jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat,
dan penyebab tersering di Indonesia sendiri adalah karena keganasan
(Indonesian Ostomy Association, 2010). Kurnia (2012) memaparkan, sek itar
100.00 orang yang dilakukan indikasi pemasangan stoma pada umumnya
disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis ulseratif,
penyait Crohn, diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan
trauma. Indikasi pemasangan kolostomi pada neonatus dan dewasa tentu
berbeda. Lukong, Jabo, dan Mfuh (2012) melakukan penelitian terhadap 38
neonatus, dan indikasi pemasangan kolostomi yang ditemukan adalah karena
malformasi anorektal (97,4%) dan atresia kolon (2,6%).
Universitas Indonesia
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan kolostomi
ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi perubahan
konsistensi serta frekuensi BAB klien. Klien akan merasakan adanya
perubahan tersebut, dan disinilah fungsi perawat sebagai edukator untuk
menjelaskan perubahan-perubahan tersebut agar klien dapat menerima dengan
baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya berupa cara perawatan kolostomi,
namun juga meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya agar
pengeluaran fesesnya tidak mengganggu kegiatannya. Selain sebagai edukator,
fungsi care giver juga dapat dijalankan terkait mengembalikan pola eliminasi
BAB klien seperti sedia kala, salah satunya dengan irigasi kolostomi. Irigasi
kolostomi merupakan sebuah tindakan dimana sejumlah cairan dimasukkan
melalui stoma untuk mengosongkan usus besar. Irigasi dapat mengosongkan
kolon dari gas, mukus, dan feses sehingga klien dapat beraktivitas dengan
nyaman sesudahnya (Smeltzer & Bare, 2002). Karya ilmiah ini akan
membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan kolostomi
khususnya pada penderita kanker kolorektal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Potter & Perry (2005) memaparkan bahwa faktor resiko yang terdapat p ada
lingkungan internal individu dalam masyarakat meliputi faktor gene tik,
fisiologis, usia, gaya hidup, kebiasaan dan perilaku makan, kebiasaan olahr aga
dan aktivitas, dan stres emosional. Faktor resiko kanker kolorektal lebih se ring
terdapat pada gaya hidup masyarakat di perkotaan, diantaranya ialah obes itas,
diet tinggi lemak, konsumsi daging merah, konsumsi makanan ola han,
kurangnya konsumsi buah dan sayur, konsumsi alkohol, merokok dan
kurangnya olahraga secara teratur dan terukur (Newton, 2009). Kota yang
memiliki jumlah penduduk dan tingkat aktivitas yang tinggi, masyarakat d i
dalamnya akan memiliki faktor resiko lebih dibandingkan desa. Seiring
dengan bertambahnya penduduk di kota, bertambah pula kendaraan, sehingga
dulu orang bisa jalan beberapa kilometer dalam sehari namun saat ini orang
akan lebih memilih naik kendaraan. Dari segi perilaku makan, dulu orang
5 Universitas Indonesia
Nancy Milio (1981) dalam Allender & Spradley (2001) memaparkan seb uah
framework dalam memandang pola atau gaya hidup masyarakat yang kur ang
sehat. Milio mengatakan pola-pola perilaku populasi dan individu y ang
membentuk populasi adalah hasil seleksi kebiasaan dari pilihan yang terba tas.
Milio berpendapat, pemerintah dan kebijakan kelembagaan, seharus nya
menetapkan berbagai pilihan sehat kepada mayarakat untuk akhir nya
masyarakat membuat pilihan pribadi. Hal ini lebih menekankan pada fak tor-
faktor penentu kesehatan masyarakat dan mencoba untuk mempenga ruhi
masyarakat melalui kebijakan publik.
Universitas Indonesia
Mutasi gen dipercaya menjadi salah satu etiologi dari kanker kolore ktal
yang dapat diturunkan, yang biasa disebut sebagai Inherited Fami lial
Colorectal Cancer Syndromes. Sindrom ini terdiri dari dua tipe, yakni
Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan Hereditary Nonpolyp osis
Cancer Colorectal Cancer (HNPCC). FAP memiliki karakter istik
berupa kecenderungan dalam pertumbuhan polip kolon secara mult ipel
(bahkan ratusan). Sembilan puluh persen dari pasien yang memi liki
FAP yang belum mendapat perawatan akan mengalami ka nker
kolorektal pada usia 45 tahun (Zhang, 2008). Hereditary Nonpolyp osis
Cancer Colorectal Cancer atau HNPCC menurut Black (2009) d apat
menyebabkan kanker kolorektal karena adanya lesi atau luka p ada
kolon. Berbeda dengan FAP, biasanya individu dengan HNPCC d apat
mengalami kanker kolon pada usia 20 tahun, dengan rerata keja dian
pada usia 48 tahun (mendapat diagnosa kanker kolorektal).
Universitas Indonesia
2.2.3 Patofisiologi
Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek
karsinogen seseorang, baik yang didapat dari luar ataupun dari da lam
tubuh manusia itu sendiri. Kanker kolorektal khususnya, memi liki
hubungan terhadap kondisi feses dari individu, serta riwayat penyakit
yang diderita, dimana kondisi tersebut merupakan dampak dari faktor
resiko yang ada pada individu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kanker pada kolon dan rektum dapat diawali dengan adanya riwayat
polip pada individu. Polip merupakan massa dari jaringan yang
Universitas Indonesia
menonjol pada lumen usus (Smeltzer & Bare, 2002). Polip yang tidak
diatasi atau dilakukan intervensi, dapat berubah menjadi maligna. Polip
yang telah berubah menjadi ganas tersebut akan menyerang dan
menghancurkan sel yang normal dan meluas di jaringan sekitarnya.
Manusia pada dasarnya memiliki zat karsinogen atau zat pemicu kanker
pada tubuh. Efek karsinogen akan semakin meningkat apabila mendapat
penyebab kanker dari luar. Zat karsinogen juga berpotensi u ntuk
menyebabkan proliferasi sel kanker. Corwin (2001) menyata kan,
kurangnya asupan antioksidan dengan minimnya konsumsi buah dan
sayuran yang mengandung antioksidan (seperti vitamin E, vitami n C,
dan beta karoten) dapat mengurangi perlindungan sel terhadap efek
karsinogen. Buah dan sayuran yang segar memiliki enzim aktif yang
dapat memelihara dan meningkatkan pertumbuhan sel yang sehat.
nker
Kondisi feses yang kurang baik juga dapat memicu terjadinya ka
apat
kolon. Aktivitas atau olahraga yang kurang teratur dan terukur d
um,
mengakibatkan feses menjadi lebih lama berada di kolon atau rekt
apat
terlebih jika individu melakukan diet rendah serat. Kondisi ini d
kan
mengakibatkan toksin yang terdapat dalam feses mencetus
ung
pertumbuhan sel kanker (Corwin, 2001). Feses yang mengand
lam
banyak lemak juga dapat memicu sel kanker. Tingginya lemak da
eses
feses diakibatkan oleh konsumsi tinggi lemak seperti daging. F
eses
yang mengandung banyak lemak dapat mengubah flora dalam f
alfa
menjadi bakteri Clostrida & Bakteriodes yang mempunyai enzim 7-
dan
dehidrosilase yang mencerna asam menjadi asam Deoxycholi
Lithocholic (yang bersifat karsinogenik) meningkat dalam feses.
Universitas Indonesia
hingga feses berdarah. Apabila massa kanker ini tidak dideteksi sejak dini
dan dibiarkan, maka besar kemungkinan sel kanker akan
melakukan metastasis. Metastasis pada sel kanker kolorektal terdiri dari
penyebaran langsung, penyebaran limfogen, dan hematogen. Proses
patofisiologi serta metastasis sel kanker dapat dilihat pada bagan 2.1
berikut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan:
Tumor Primer (T)
- T0: Tidak ada bukti tumor primer
- T1: Tumor < 2 cm dalam dimensi terbesarnya
- T2: Tumor > 2 cm tetap tidak > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
- T3: Tumor > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
Nodus Limfe Regional (N)
- N0: Tidak ada metastasis nodus limfe regional
- N1: Metastasis ke nodus limfe yang dapat digerakkan
Metastasis Jauh (M)
Universitas Indonesia
Seseorang yang mendapat terapi radiasi harus menjaga agar kulit p ada
area yang di radiasi tidak terkena dengan air karena dapat merusak k ulit
tersebut. Reaksi tidak langsung antara molekul air dengan ion p ada
sinar radiasi akan menjadi tidak stabil. Elektron yang mengelilingi a tom
hidrogen dan oksigen akan terpental keluar dari orbitnya, memb uat
molekul OH kekurangan elektron, menjadi OH- dan atom hidro gen
menjadi kelebihan elektron (H+) (Tjokronagoro, 2004). Ion ini ber sifat
tidak stabil dan berubah menjadi H radikal dan OH radikal. Ion -ion
radikal ini bersifat menyebabkan kerusakan pada inti sel yang berujung
pada kematian sel.
Universitas Indonesia
2.3 Kolostomi
2.3.1 Definisi
Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau u sus
besar (Smeltzer & Bare, 2002). Melville & Baker (2010) mengata kan
kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus
besar ke dinding abdomen anterior. Akhir atau ujung dari usus besar yang
dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai stoma. Stoma itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani yang berarti mulut. Stoma bersifat basah,
mengkilat dan permukaannya berwarna merah, seperti membran
mukosa pada oral. Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak
Universitas Indonesia
terlalu sensitif terhadap sentuhan ataupun nyeri. Akan tetapi stoma kaya
akan pembuluh darah dan mungkin dapat berdarah jika dilakukan
pengusapan. Hal ini termasuk normal, hanya perlu diwaspadai jika
darah yang keluar terus menerus dan dalam jumlah banyak.
Universitas Indonesia
b End Stoma
End stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan
memotong usus dan mengeluarkan ujung usus proksimal ke
permukaan abdomen sebagai stoma tunggal. Usus bagian distal
akan diangkat atau dijahit dan ditinggalkan dalam rongga
abdomen. Gambar 2.2 menunjukkan gambar dari end stoma.
d Tube Caecostomies
Stoma pada Tube Caecostomies bukan merupakan stoma dari
kolon, karena kolon tidak dikeluarkan hingga ke permukaan
Universitas Indonesia
Rasa gatal, panas dan seperti terbakar pada area penempelan kant ong
kolostomi mengindikasikan adanya lecet, ruam ataupun infeksi p ada
kulit (WOCN, 2008). Hal terpenting dalam pencegahan infeksi p ada
kulit adalah dengan melakukan perawatan kulit peristomal den gan
baik. Pemasangan kantong kolostomi yang sesuai dengan st oma
merupakan pencegahan utama terjadinya iritasi dan infeksi pada k ulit.
Skin barrier (dalam bentuk salep ataupun bedak) dapat diberikan p ada
area peristomal 30 detik sebelum kantong kolostomi ditempel kan
pada kulit (Smeltzer & Bare, 2002).
Masalah lain yang biasa dikeluhkan oleh ostomate adalah pengelu aran
gas dan bau dari stoma, konstipasi dan diare (Eucomed, 20 12).
Pengeluaran gas dan bau pada stoma menjadi masalah pada osto mate
karena berbeda dengan pengeluaran melalui anus, pengeluaran nya
melalui stoma tidak dapat dikontrol. Gas yang terdapat pada salu ran
pencernaan didapatkan dari beberapa jenis makanan seperti makanan
berpengawet, brokoli, kubis, jagung, timun, bawang, dan lobak. Gas
juga didapatkan dari menelan udara (secara tak sengaja) pada saat
berbicara, makan, merokok dan sebagainya (Eucomed, 2012). Oleh
karena itu ostomate dianjurkan untuk mengunyah makanan secara
perlahan untuk meminimalkan udara yang masuk. Bau pada gas atau
feses yang dikeluarkan juga dapat diakibatkan oleh beberapa makanan
Universitas Indonesia
seperti telur, keju, ikan, bawang, dan kubis (Canada Care Medical,
n.d).
Universitas Indonesia
a Retraksi Stoma
Retraksi merupakan kondisi dimana stoma tertarik ke dalam
abdomen. Retraksi dapat terjadi bila kolon tidak segera aktif pasca
pembedahan kolostomi. Bertambahnya berat badan juga
memungkinkan untuk terjadinya retraksi. Tipe kantong kolostoma
harus disesuaikan agar pas dengan bentuk stoma setelah terjadi
retraksi. Retraksi belum menjadi sebuah komplikasi berat dari
stoma jika retraksi stoma ke dalam abdomen < 5 cm dari b atas
permukaan abdomen. Gambar berikut merupakan contoh dari
retraksi stoma.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f Stenosis
Stenosis merupakan penyempitan atau konstriksi pada uj ung
stoma. Hal ini dapat terjadi akibat adanya pembentukan jarin gan
scar di sekitar stoma yang menyebabkan stoma berang sur
terhimpit dan menyempit. Gambar 2.10 menunjukkan stoma yang
mengalami stenosis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b Diet Nutrisi
Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol pengeluaran
feses dan flatus, oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu
diberikan kepada pasien agar terhindar dari gangguan o dor
ataupun konsistensi feses yang tidak normal. Beberapa hal y ang
perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan kolost omi
ialah (Canada Care Medical, n.d; Gutman, 2011) :
Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, yaitu ku bis,
kol, keju, telur, ikan, kacang polong, bawang, jengkol, pete
Mengurangi makanan yang mengandung gas seperti dengan
brokoli, kubis, bawang, timun, jagung dan lobak, serta makan
secara perlahan dengan mulut tertutup untuk meminimalkan
udara yang masuk ke dalam sistem pencernaan.
Menambah makanan yang mengandung potassium sep erti
pisang, daging (non lemak), jeruk, tomat, kentang jika
mengalami diare. Kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan
susu.
Mengatasi konstipasi (jika terjadi) dengan menam bah
makanan tinggi serat
Makan tiga kali sehari penting untuk meningkatkan aktiv itas
usus dan mencegah produksi gas
Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan
emosional, stress, atau kurangnya aktivitas fisik
c Toleransi Aktivitas
Individu dengan kolostomi dapat beraktivitas sebagaimana
individu lainnya. Hanya saja dalam pemilihan jenis olahraga,
hindari olahraga yang membutuhkan kontak fisik yang keras yang
Universitas Indonesia
d Support Sosial
Individu yang baru memiliki stoma biasanya akan ragu dan
bertanya, bagaimana mereka dapat hidup dengan stoma pada
tubuhnya, apakah mereka masih dapat menjalin hubungan dengan
keluarga, relasi ataupun partner kerja, serta apa yang akan terjadi
bila tiba-tiba kantong kolostomi yang sedang terpasang robek
(Burch, 2013). Ketidakyakinan ini dapat diantisipasi dengan adanya
kehadiran perawat spesialis ataupun support group (Ferrer et al,
2010 dalam Burch, 2013). Berbagi pada orang yang
dipercaya, teman, keluarga, perawat, guru spiritual, serta orang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1.2 Anamnesa
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual (+), muntah (-), k lien
merasa berat badannya menurun. Klien mengatakan kulit di area
selangkangan menghitam dan kering, terkadang nyeri di area
tersebut. Klien juga mengeluhkan dirinya sering bolak-balik ke
kamar mandi untuk BAK, klien bingung mengapa ia menjadi se ring
BAK. Klien mengeluhkan sering BAB tiba-tiba dengan waktu yang
tak teratur melalui lubang kolostominya. Klien saat ini sed ang
mendapat terapi radiasi hari ke-20 dan kemoterapi oral hari perta ma.
31 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Eliminasi
Pola BAB 4-5x sehari, tertampung dalam kantong kolostomi pada
kuadran kiri bawah abdomen, flatus (+). Karakter feses coklat muda,
konsistensi (saat pengkajian) lunak, namun klien mengatakan
konsistensi kadang tidak tentu, kadang cair, kadang lunak. Kant ong
kolostomi diganti hampir setiap ada feses karena klien merasa t idak
nyaman. Klien merasa masih belum terbiasa dengan pola BAB saat
ini, klien ingin frekuensi BAB seperti orang normal, 1-2x sehari.
Klien mengatakan malu terkadang flatusnya keluar tiba-tiba.
Kantong kolostomi yang dimiliki klien terdapat 3 jenis, salah satunya
adalah buatan klien sendiri dengan menggunakan plastik bening,
dibuat lubang sesuai ukuran stoma (40-45mm), kemudian diberi
double-tip untuk merekatkan ke abdomen. Kondisi stoma: pink
kemerahan, lembap, stoma menonjol ±0,5 cm, tidak terjadi iritasi
pada kulit sekitar stoma. Kulit peristomal tampak kering sed ikit
kehitaman, tidak ada kemerahan, tidak ada benjolan, tidak ada
bentukan jaringan scar. Luka pada kulit di pinggir stoma ± 0,3 cm,
pus (-), darah (-).
4. Makanan/Cairan
Diet yang diberikan adalah diet Makan Biasa (MB) pantang pedas
1700 kkal/hari. Klien mengatakan jika tidak sedang mual ia dapat
Universitas Indonesia
5. Hygiene
Klien mandi 2x sehari di kamar mandi, namun hanya meng elap
badan (karena area selangkangan dan lateral kanan abdomen t idak
boleh dibasuh air). Klien menggunakan pembalut karena terkad ang
keluar cairan dan lendir dari anusnya. Klien menggosok gigi se tiap
mandi pagi dan sebelum tidur, serta mengganti pakaiannya se tiap
hari.
6. Neurosensori
Klien tidak mengeluhkan sakit kepala, status mental baik, kesadaran
compus mentis, orientasi waktu, tempat dan orang: baik, klien
kooperatif, memori saat ini dan masa lalu baik, penggunaan alat
bantu baca (-), lensa kontak (-), alat bantu dengar (-), pupil iso kor,
reaksi pupil 2mm/2mm.
7. Nyeri
Klien mengeluhkan nyeri pada area selangkangan, dengan skala 2-3.
Biasanya terasa lebih sakit di malam hari, menyebabkan klien
terbangun dini hari. Klien terlihat mengerutkan muka saat nyeri
datang. Klien tampak berjalan perlahan dan mengangkang, dan
melindungi area yang sakit saat berbaring di tempat tidur.
Universitas Indonesia
8. Pernapasan
Klien tidak mengeluhkan sesak, tidak ada riwayat merokok. Klien
tidak sedang batuk, bunyi napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-),
krekels (-), RR:18x/menit, tidak ada penggunaan otot bantu napas,
klien asianosis.
9. Keamanan
ulit
Klien tidak memiliki riwayat alergi, suhu badan 36◦C, integritas k
ing,
baik, hanya pada bokong, perut dan selangkangan tampak ker
pas
dan kehitaman. Kulit pada area selangkangan tampak mengelu
dan kemerahan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAK
- BAK 5-6x sehari
DO:
- Klien mendapat terapi radiasi di area
abdomen bawah, hari ke 20
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Nyeri Akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Skala nyeri berkurang menjadi 0-1 pada area selangkangan, skala 0-1
pada luka di pinggiran stoma
- Klien dapat melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam dengan baik
dan benar
Intervensi mandiri:
- Observasi dan catat lokasi nyeri, berat (skala 0-10), frekuensi dan
presipitasi nyeri. Rasional: Membantu membedakan penyebab nyeri dan
memeberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan luka, terjadinya
komplikasi, dan keefektifan intervensi.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan
lampu, mengurangi tingkat kebisingan, membatasi pengunjung, anjurkan
klien untuk istirahat dengan posisi yang nyaman menurut klien. Rasional:
Memberikan rasa nyaman pada klien.
- Anjurkan menggunakan teknik relaksasi latihan napas dalam. Rasional:
Menggunakan istirahat, memusatkan kembali perhatian d
apat
meningkatkan koping
4. Inkontinensia Alvi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam k lien
menunjukkan tanda-tanda:
- Pengeluaran feses dapat dikendalikan, 1-2x sehari
- Terbentuknya kebiasaan defekasi rutin yang teratur
Intervensi mandiri:
- Kaji pola BAB klien setiap hari. Rasional: mengetahui pola eleminasi
klien serta respon klien
- Edukasi dan demonstrasi cara irigasi kolostomi sederhana. Rasional:
mengajarkan cara melakukan irigasi sederhana, agar klien dapat melakukan
irigasi meskipun tidak berada di RS
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.40 Tangg al 23 Mei 2013 pkl 15.45
Implementasi: Implementasi: Implementasi:
a. Mengkaji asupan makanan har i ini a. Mengkaji asupan makanan hari ini a. Mengkaji asupan makanan hari ini
b. Mengkaji adanya mual/munta h b. Mengkaji adanya mual/muntah b. Memotivasiklien meningkatkan asupan makanan
c. Memotivasi klien meningkatkan asupan makanan, c. Memotivasi klien meningkatkan asupan makanan c. MenimbangBB & menghutung IMT
dengan menambah lauk yang klien sukai di luar d. Memotivasi keluarga (suami klien) untuk d. Memberi rei nforcement positif atas penambahan
pantangan diet klien membantu klien meningkatkan asupan makanan BB klien
d. Menimbang BB & menghutun g IMT dengan menyediakan makanan yang disukai klien Evaluasi:
e. Kolaborasi ahli gizi dan menemani klien saat makan S: klien mengat akan tidak mual hari ini, sarapan dan
Evaluasi: Evaluasi: makan siang habis satu porsi, klien minum susu
S: klien mengatakan tidak mual ari ini, sarapan dan S: klien mengatakan tidak mual dan muntah hari ini, yang diberik an ahli gizi tadi pagi. Klien
h makan siang habis satu plus jeruk satu buah sarapan habis satu porsi mengatakan senang BBnya bertambah (setelah
porsi, lemah (-). BB: 43kg, O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). IMT dilakukan pe ngukuran)
O: klien tempak kurus, lemas (-), Diet makan hari ini terakhir (20 Mei 2013): 16,80kg/m2 O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). BB:
TB: 160cm, IMT: 16,80kg/m2.di dari 1700 kkal A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 44kg, TB: 1 60cm, IMT: 17,19 kg/m2
dinaikkan oleh ahli gizi menja usu protein 26 masih terjadi: IMT belum mencapai target (17,0 A: Ketidakseim bangan nutrisi kurang dari
menjadi 2100 kkal ditambah s kg/m2) kebutuhan teratasi: IMT sudah mencapai target
g/hari ang dari kebutuhan P: Motivasi asupan makanan cemilan, kamis (17,0 kg/m2)
A: Ketidakseimbangan nutrisi kur capai target (17,0 23/5/2013 timbang BB dan hitung IMT, P: Motivasi asu pan makanan cemilan, sabtu 25 Mei
masih terjadi: IMT belum men kolaborasi anti emetik pukul 18.00 2013 (sebelum pulang) timbang BB kembali,
kg/m2) ilan, kamis motivasi me ningkatkan BB di rumah hingga 48-
P: Motivasi asupan makanan cem ung IMT, kolaborasi 56 kg (IMT 18,75-21,88 kg/m2)
23/5/2013 timbang BB dan hit
anti emetik pukul 18.00
Universitas Indonesia
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.30 Tangg al 23 Mei 2013 pkl 15.45
Implementasi: Implementasi: Implementasi:
a. Mengobservasi kondisi kulit i sekitar stoma dan a. Mengobservasi kondisi kulit di sekitar stoma dan a. Mengobserv asi kondisi kulit di sekitar stoma
d di area selangkangan di area selangkangan b. Memberikan reinforcement positif atas
b. Memberikan reinforcement po sitif atas b. Mengingatkan klien untuk menjaga area sekitar kemampuan klien menjaga kelembapan kulit
kemampuan klien menjaga kel embapan kulit di stoma agar tetap kering, terutama saat akan dengan men goleskan salep bila kering
area abdomen, dan menjaga k ulit peristomal tetap menempelkan kantong kolostomi c. Mengingatka n kembali kepada klien menjaga
kering Kolaborasi: Membantu mengoleskan salep kebersihan t angan dan kuku serta tidak
Kolaborasi: Membantu mengoleskan salep radiocare pada kulit yang kehitaman di area menggaruk a rea yang gatal pada luka dan
radiocare pada kulit yang kehi taman di area abdomen dan bokong, dan salep molederm pada sekitarnya
abdomen dan bokong, dan sal ep molederm pada selangkangan Evaluasi:
selangkangan dan luka di ping gir stoma Evaluasi: S: Klien menga takan luka di pinggiran stoma sedikit
Evaluasi: S: Klien mengatakan agak nyeri pada luka di pinggir sakit skala 1 -2, kulit di selangkangan sudah tidak
S: Klien mengatakan luka di pinggiran stoma sedikit stoma skala 2, kulit di selangkangan juga agak terasa nyeri
sakit skala 1-2, kulit di selang kangan juga agak sakit namun sudah berkurang dibanding O: luka pada ku lit di pinggir stoma ± 0,3 cm, pus (-),
sakit namun sudah berkurang dibanding sebelumnya darah (-), be rwarna pink kemerahan,.
sebelumnya O: luka pada kulit di pinggir stoma ± 0,3 cm, pus (-), Reepitelisasi akulit selangkangan sudah baik.
O: luka pada kulit di pinggir stom± 0,3 cm, pus (-), darah (-), berwarna pink kemerahan,. Kulit Kulit pada bdomen
a kehitaman, tidak kering.
darah (-), berwarna pink kemerahan,. Kulit di abdomen lembap, kulit di selangkangan tidak ada A: Kerusakan in tegritas kulit masih terjadi
selangkangan tidak ada kemer ahan, deskuamosa (- kemerahan, deskuamosa (-), tidak kering P: bantu perawatan kulit, terutama observasi luka di
), tidak kering, tampak epitalisasi A: Kerusakan integritas kulit masih terjadi pinggiran stoma, nebacetin dioleskan setiap pagi
A: Kerusakan integritas kulit masih terjadi P: bantu perawatan kulit, terutama pada luka di pada luka dipinggir stoma dengan tetap menajga
P: bantu perawatan kulit, followu p salep yang sudah pinggiran stoma (nebacetin dioleskan setiap pagi kulit peristo mal tetap kering sebelum kantong
diresepkan pada luka di pinggir stoma) kolostomi ditempelkan. Sabtu, 25 Mei 2013
diskusi kembali cara perawatan stoma yang telah
didiskusikan pada pendkes sebelumnya (evaluasi
kognitif dan motorik sebelum pulang)
Universitas Indonesia
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 17.2 0 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 10.45 T anggal 23 Mei 2013 pkl 17.20
Implementasi: Implementasi: Imple mentasi:
a. Mengkaji pola BAB klien har i a. Mengkaji pola BAB 24 jam terakhir, mendengarkan BU dalam 1 menit a Mengkaji pola BAB klien hari ini
ini c. Menjelaskan tentang tujuan irigasi kolostomi, prosedur secara singkat serta b Mengevaluasi kembali perasaan klien
b. Menanyakan kembali perasaa n efek yang dirasakan, menanyakan kembali kesediaan klien terkait pola BABnya
dan keinginan klien terhadap e. Menyiapkan klien dan mendekatkan alat, memasang pengalas c Menghitung BU dalam satu menit
pola BAB f. Menggunakan sarung tangan & melakukan stoma tuse d Menjelaskan tindak lanjut terapi irigasi
c. Menghitung BU dalam satu g. Melakukan proses irigasi kolostomi sederhana, alat: plabot NaCl 500cc berisi kolostomi
menit air hangat, kateter folley, selang infus, bengkok, alas, tiang infus, spuit 50cc Evaluasi:
d. Membuat kontrak & i. Mengkaji kondisi klien 30 menit setelah irigasi dilakukan S: klien mengatakan ingin melanjutkan
menjelaskan tentang tujuan an Evaluasi: irigasi kolostomi kemarin karena
d prosedur irigasi kolostomi S: Klien mengatakan belum BAB dari kemarin malam. Klien mengatakan ingin merasa lebih enak setelahnya, hari ini
sederhana sekali pola BABnya teratur, 1-2x sehari. Klien mengatakan tidak nyaman klien sudah BAB 1x, BAB sudah
Evaluasi: dengan posisi duduk. Klien mengatakan agak nyeri pada saat dilakukan stoma lancar, konsistensi lunak
S: Klien mengatakan ingin BAB tuse. Klien mengatakan merasa nyaman saat air hangat dimasukkan ke dalam O: tidak ada feses pada kantong
hanya 1-2x/hari, klien stoma. 30 menit setelah proses selesai, klien mengatakan ingin lagi dilakukan kol ostomi, BU:5x/menit, kondisi
mengatakan BAB hari ini bar u irigasi kolostomi, karena feses padat telah berhasil keluar dari stoma dan stoma pink kemerahan, tidak
1x dengan konsistensi lunak, klien sudah mengganti kantong dengan yang baru mengerut, hanya seperti mundur dari
klien setuju untuk irigasi hari O: BU 3x/menit (lemah), terdapat tahanan saat dilakukan stoma tuse dengan seb elumnya (menonjol <0,3 cm).
rabu pagi kelingking ±4cm, air langsung mengalir keluar saat dialirkan melalui kateter A: Ink ontinensia alvi masih terjadi,
O: tidak ada feses pada kantong folley, air juga mengalir kembali saat dimasukkan dengan spuit 50cc, feses (- intervensi irigasi kolostomi tidak
kolostomi, BU:4x/menit, klie n ), lendir (-), flatus (-). 20 menit kemudian tampak ada feses padat keluar dari dilanjutkan
tampak antusias mendengar stoma, tertampung di kantong yang baru diganti. Klien terlihat senang dan P: Cekkondisi stoma, laporkan dokter
tentang irigasi kolostomi antusias. ter kait kondisi stoma yang sedikit
A: Inkontinensia alvi masih terja di A: Inkontinensia alvi masih terjadi: pola BAB klien belum normal tert arik ke dalam
P: Irigasi kolostomi sederhana ari P: Tunda irigasi kolon selanjutnya, kolaborasi dokter terkait respon klien dan
h rabu (22/5/2013) rencana tindak lanjut. Motivasi klien banyak konsumsi buah dan sayur
Universitas Indonesia
46 Universitas Indonesia
jalan kemoterapi, kemudian penyakit bedah urologi seperti obstruksi ureter atau
hiperplasia prostat, penyakit bedah digestif, bedah syaraf, ortopedi, bedah
plastik dan kasus bedah lain. Penyakit yang menempati posisi pertama pada
bulan Mei adalah Kanker Payudara.
Universitas Indonesia
4.3 Analisa Asuhan Keperawatan pada Pasien Kolostomi dengan Kan ker
Kolorektal
Ny. R (31 tahun) menderita kanker kolorektal (berdasarkan pemeriks aan
histologi 27 Maret 2013 tampak adenocarcinoma pada kolon sigmoid dan
rektum), dan dilakukan tindakan pembedahan loop colostomy pada Ny. R p ada
tanggal 5 April 2013. Hal ini sejalan dengan fakta yang disampai kan
Simanjuntak dan Nurhidayah (2007) bahwa alasan paling sering dilaku kan
tindakan kolostomi adalah karena adanya karsinoma pada kolon dan rekt um.
Tindakan pembedahan loop colostomy pada Ny. R untuk memungkinkan f eses
keluar dari kolon, sementara kanker pada rektum dan sigmoid dihancur kan
melalui terapi radiasi dan kemoterapi, dengan harapan jika nanti sel ka nker
telah mati, kolon akan dikembalikan seperti semula dan Ny. R dapat B AB
melalui anus kembali. Tindakan pembedahan reseksi tidak dilakukan karena
dari interpretasi MSCT abdomen kanker suspek metastasis ke lien.
Etiologi kanker kolorektal pada Ny. R meliputi adanya riwayat polip yang
terdapat pada anal, klien dulu sering mengeluhkan sulit BAB, konsistensi
feses yang selalu padat. Klien juga tidak suka mengkonsumsi sayuran, namun
Universitas Indonesia
Penatalaksanaan kanker kolorektal secara medis adalah melalui terapi rad iasi
dan kemoterapi, sedangkan secara bedah adalah dilakukan tindakan res eksi
atau pembuatan kolostomi (Smeltzer & Bare, 2002; Zhang, 2008). Ny . R
mendapat penatalaksanaan seperti yang disebutkan di atas, yakni pembeda han
kolostomi, terapi radiasi, dan kemoterapi. Efek samping dari kemoterapi dan
radiasi menurut Zhang (2008) adalah mengganggu metabolisme sel y ang
sehat, ditunjukkan dengan rambut rontok, stimulasi pusat mual (timbul rasa
mual dan muntah) serta mengganggu pembentukan sel darah merah oleh
tulang belakang. Dalam kasus ini, Ny. R memang mengeluhkan mual (+),
muntah (-). Ny. R sering tidak nafsu makan, bahkan mengalami penuru nan
berat badan hingga 3kg dalam seminggu terakhir. Ny. R mendapat te rapi
medikasi anti emetik Ondansentron 8 mg, 2 x 1, pukul 18.00 dan 06.00.
Terkait dengan gangguan pembentukan sel darah merah, hal ini juga dialami
oleh Ny. R meskipun dari manifestasi klinis tidak sampai terlihat.
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 Mei 2013 menunjukkan bahwa Hb
klien di bawah normal (11,5 g/dL, normalnya 12-16 g/dL), dan Ht di bawah
normal (36%, normalnya 37-47%). Penurunan komponen darah ini diimbangi
dengan asupan suplemen penambah darah sangobiad 2 x 1 tab (pukul 18.00
dan 06.00).
Universitas Indonesia
Tjokronagoro (2004) memaparkan bahwa reaksi antara H2O dan pengion dari
radiasi akan berefek pada kerusakan sel akibat ion H dan OH yang terionisasi
menjadi tidak stabil dan bersifat radikal. Ion H dan OH ini dapat merusak sel
dan menyebabkan kematian sel. Oleh karena itu interaksi antara air dan kulit
yang terkena radiasi harus dihindari. Namun, pada kasus, Ny. R merasa tidak
nyaman bila setelah BAK tidak dibersihkan dengan air, akhirnya kulit pada
selangkangan menjadi iritasi, kemerahan dan mudah mengelupas. Edukasi
telah diberikan terkait efek air pada kulit, dan cara membersihkan BAK hanya
dengan tisu dan minimalisir terkena ke kulit selangkangan. Klien juga
diingatkan untuk tidak menggunakan celana yang ketat agar meminimalkan
gesekan dengan kulit di selangkangan. Ny. R akhirnya menggunakan celana
yang longgar, dan sering tidak menggunakan celana dalam (hingga area di
selangkangan tidak terasa nyeri). Klien juga tidak membasuh selangkangan
dengan air sehabis BAK, hanya mengelap area perineal dengan tisu.
Ny. R mengganti kantong kolostominya hampir setiap ada keluaran feses, jika
dalam sehari ia BAB 4-5 kali, ia bisa mengganti kantong kolostominya
sebanyak 3 kali. Hal ini sudah sesuai dengan teori, bahwa kantong kolostomi
Universitas Indonesia
harus dikosongkan atau diganti jika sudah 1/3 atau 1/2 penuh (Truven Health
Analytics, 2012). Penggantian kantong kolostomi disertai dengan
membersihkan stoma. Stoma cukup dibersihkan dengan air, hindari penggunaan
sabun karena dapat mengiritasi (Truven Health Anaytics, 2012). Klien dalam
hal ini sudah diberikan edukasi terkait cara membersihkan stoma, klien juga
tidak menggunakan sabun saat membersihkan stoma. Klien juga telah
mempertahankan kulit di sekitar stoma agar tidak terlalu lembap atau
basah.
Ny. R kini telah melewati satu bulan pasca pembedahan kolostomi. Tru ven
Health Analytics (2012) menyampaikan bahwa komplikasi stoma pa ling
banyak muncul pada tahun pertama pasca pembedahan. Oleh karena itu N y. R
diberikan edukasi terkait kondisi stoma sehat dan tidak sehat diberikan kep ada
Ny. R & keluarga agar pasien dapat membantu mengidentifikasi sen diri
kondisi stomanya. Evaluasi dari pemberian edukasi ini ialah, Ny. R d apat
memahami dan menyebutkan kembali tanda stoma yang sehat dan tidak s ehat
& dibekali media leaflet (disertai gambar) untuk dibawa pulang. Kon disi
stoma Ny. R sendiri saat ini baik, berwarna pink kemerahan, lembap dan
mengkilat, tidak mengerut, menonjol <5 cm, produksi feses (+), flatus (+),
tidak ada perdarahan. Hal ini sesuai dengan ciri stoma sehat yang disampa ikan
oleh Borwel (2011), dimana stoma yang normal akan terlihat merah atau pink
terang, lembap, tidak mengerut dan tampak seperti membran mukosa oral.
Ny. R mengeluhkan terkait pola BAB nya dan menginginkan hanya 1 sampai
2 kali BAB dalam sehari seperti individu lainnya. Dalam hal ini perawat harus
membantu klien dalam mengembalikan pola eliminasinya yaitu dengan cara
irigasi kolostomi. Klien saat dilakukan irigasi kolostomi sedang dalam kondisi
belum BAB sejak 1 hari yang lalu (BU 3x/menit, lemah). Klien merasa tidak
nyaman pada perutnya. Saat dilakukan stoma tuse terdapat tahanan di dalam
kolon. Irigasi dilakukan sama seperti yang seharusnya, yakni dengan
memasukkan sejumlah air dengan suhu yang sama dengan tubuh (hangat)
(Putri, 2011).
Universitas Indonesia
Alat yang dapat digunakan untuk proses irigasi kolostomi meliputi kontainer
atau wadah untuk air hangat yang akan dialirkan, tube (selang untuk
mengalirkan cairan), cone dan plastic sleeve (Burch, 2013). Namun pada
prakteknya, irigasi dilakukan secara sederhana dengan memodifikasi alat.
Kontainer yang digunakan diganti dengan plabot NaCl 500cc kosong,
kemudian selang yang digunakan diganti dengan selang infus dan foley kateter
(disambungkan dan difiksasi dengan plester), kemudian plastic sleeve idak
t
digunakan karena aliran dari stoma langsung dialirkan ke bengkok besar.
Kelemahan lainnya ialah posisi klien seharusnya duduk, agar nanti cairan
irigasi dapat mudah keluar dari kolon dan stoma, namun karena klien idak
t
nyaman duduk maka irigasi dilakukan sambil berbaring dan posisi klien agak
miring ke kiri.
Air hangat yang dimasukkan ± 100cc dengan selang yang telah masukka n ke
dalam stoma sejauh ± 7-8cm. Air tampak langsung mengalir dari stoma ke
bengkok, feses (-), lendir (-). flatus (-). Kemudian air dicoba dimasukkan
kembali dengan menggunakan spuit 50 cc langsung ke dalam stoma, hal y ang
sama tetap terjadi. Irigasi kemudian dihentikan karena dirasakan belum efe ktif
dan klien merasa tidak nyaman. Stoma pun dibersihkan, begitu dengan kulit di
sekitarnya, kemudian kantong kolostomi yang baru dipasang. Alat pun
dibersihkan dan dibereskan.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Bagi Penulis diharapkan dapat:
1 Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan kolostomi, terutama dengan etiologi
kanker kolorektal
2 Senantiasa meningkatkan semangat belajar dan critical thingking
sehingga dapat terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
menerapkan inovasi di bidang keperawatan
Bagi masyarakat perkotaan diharapkan dapat:
1 Meningkatkan pengetahuan mengenai kanker kolorektal meliputi definisi,
faktor risiko, manifestasi klinis, dan komplikasinya
2 Meningkatkan pengetahuan mengenai kolostomi meliputi definisi, jenis,
cara perawatan dan komplikasinya
53 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Allender, J., and Spradley, B. (2001). Community Health Nursing Concepts and
Practice. Philadelphia: Lippincot.
Anna, L., K. (2011). Dunia masih perang melawan kanker. 16 Juni 2013.
http://health.kompas.com/read/2011/02/04/09424894/Dunia.Masih.Perang.
Melawan.Kanker
Black, J.M. & Hawks, J.H. (2009) Medical–surgical nursing. Clinical
management for positive outcomes. 8th edition. St. Louis : Saunders, an
imprint of Elsevier, Inc.
nity
Borwell, B. (2011). Stoma management and palliative care. Journal of Commu
Nursing: 25(4), 4-10. http://search.proquest.com/docview/8736260 96?
accountid=25704
Burch, J. (2013). Care of patients with a stoma. Nursing Standard: 27(32): 49 -56.
9 Juni 2013. http://search.proquest.com/docview/13461472 56?
accountid=25704
Canada Care Medical. (n.d). Colostomy care. 20 Mei 2013. http://
www.canadacaremedical.com/ostomy/ColostomyCare.php
ah).
Corwin, E. J. (2001). Handbook of pathophysiology. (Pendit, B. U., Penerjem
Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher. (Buku asli diterbitkan 1996)
on:
Eucomed Medical Technology. (2012). Access to ostomy supplies and innovati
tp://
guiding principles for European payers. 28 Juni 2013. ht
www.medtecheurope.org/uploads/Modules/Publications/ostomy-
background-paper.pdf
org/
Gutman, N. (2011). Colostomy guide. 20 Mei 2013.http://www.ostomy.
ostomy_info/pubs/ColostomyGuide.pdf
Hampton, S. (2007). Care of a colostomy. Journal of Community Nursing: 21(9),
20-24. 9 Juni 2013. http://search.proquest.com/docview/208558362?
accountid=25704
Indonesian Ostomy Association. (2009). Informasi organisasi Indonesian ostomy
association. 27 Juni 2013). http://indonesianostomate.blogspot.com/
2009/01/ info-organisasi.html
55 Universitas Indonesia
Kurnia, D., A. (2012). Kolostomi, manajemen dan kualitas hidup untuk pasien. 27
Juni 2013. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/12/21/kolostomi-
manajemen-dan-kualitas-hidup-untuk-pasien-512846.html.
Kartika, U. (2013). Kanker usus besar diprediksi meningkat. 16 Juni 2013.
http://health.kompas.com/read/2013/06/04/07514418/Kanker.Usus.Besar.
Diprediksi.Meningkat
Lukong, C., Jabo, B., & Mfuh, A. (2012). Colostomy in neonates under local
anaesthesia: Indications, technique and outcome. African Journal of
Paediatric Surgery: 9 (2). 176-180. 27 Juni 2013.http://dx.doi. org/
10.4103/0189-6725.99412
Nainggolan, S., A. & Asrizal. (2012). Edukasi kemampuan keluarga da lam
perawatan stoma pasien kolostomi di RSUP H Adam Malik Medan. Jurnal
Keperawatan USU: 2 (1). 35-41. 27 Juni 2013. http://jurnal.usu.a c.id/
index.php/jkk/article/ download/197/150
Newton, S. (2009). Oncology nursing advisor comprehensive guide to clin ical
practice. St. Louis: Mosby.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Grifin. (2005). Buku ajar Fundame ntal
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi ke-4. Penerje mah:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Putri, R., H. (2011). Irigasi kolostomi. 25 Juni 2013. http://www.perawatl uka.
com/irigasi-kolostomi/
Rahmianti, D. (2013). Bahaya kanker kolorektal. 16 Juni 2013. http://w ww.
readersdigest.co.id/sehat/info.medis/bahaya.kanker.kolorektal/005/001/ 166
013.
RS Dharmais. (n.d). Kanker kolorektal (usus besar dan rektum). 16 Juni 2
http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-kolon.html sity
Ruddon,Press,
R., W.
Inc.(2007). Cancer biology. 4th ed. New York: Oxford Iniver
Simanjuntak, P & Nurhidayah R., E. (2007). Kemampuan self care dan gambaran
diri pasien kolostomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan
Rufaidah Sumatera Utara: 2 (2). 65-69. 20 Mei 2013.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21173/1/ruf-nov2007-
2%20%284%29.pdf
Universitas Indonesia
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. (Penerjemah:
Waluyo, A.). Jakarta: EGC
Sudoyo, W. A., dkk. (2006). Ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jakarta : Pusat
penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Proyeksi Penduduk 2000 - 2025. (n.d). Urbanisasi. 3 Juli 2013. http://www.
datastatistikindonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_content&task
=view&id=923&Itemid=939
The President Post Indonesia. (2013). Masalah urbanisasi: laju urbani sasi
semakin rentan. 3 Juli 2013. http://thepresidentpostindonesia.com/p=2242
Tjokronagoro, S., M. (2004, 24 April). Peranan radioterapi dalam
penanggulangan penyakit kanker. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Truven Health Analytics. (2012). Colostomy care. 20 Mei 2013. http://w ww.
drugs.com/cg/colostomy-care.html
WOCN Society. (2008). Basic ostomy skin care. 20 Mei 2013. http://w ww.
ostomy.org/ostomy_info/wocn/wocn_basic_ostomy_skin_care.pdf
Zhang, Y. (2008). Encyclopedia of global health. (vol.1-4). Thousand Oaks, CA:
SAGE Publications, Inc. doi: 104135/9781412963855
Universitas Indonesia
OLEH:
MANGGARSARI, S.Kep
NPM. 0806334054
V. MEDIA
1. Alat dan bahan irigasi kolostomi sederhana
2. Leaflet
- Melakukan demonstrasi
irigasi kolostomi
3. Penutup - Mengevaluasi subjektif - Menjawab
(5 menit) dan objektif - Memperhatikan dan
- Menyimpulkan bersama- mendengarkan
sama - Memperhatikan dan
- Mengucapkan terima kasih mendengarkan
VIII. SUMBER
BIODATA DIRI
Nama : Manggarsari
Tempat & Tanggal Lahir : Madiun, 8 Oktober 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Jl. Kelapa Sawit I Rt.01/10 No.6 UKS Matraman
Jaktim 13120
HP/ Email : 08159214515/ kelapabunga@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus TK Santi Bhakti Jakarta tahun 1996
2. Lulus SD Negeri Kincir 03 Jakarta tahun 2002
3. Lulus SMP Negeri 7 Jakarta tahun 2005
4. Lulus SMA Negeri 31 Jakarta tahun 2008
5. Lulus Sarjana Keperawatan FIK UI Depok tahun 2012