Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners yang
di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto ini dapat saya selesaikan. Penulisan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir
Saya menyadari bahwa terdapat banyak hambatan dan kesulitan yang dialami
selama proses pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, namun dengan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan laporan ilmiah akhir ini
dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin
1. Ibu Riri Maria S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah
Akhir Ners
memberikan bimbingan Peminatan KMB serta, masukan, motivasi serta membantu saya
dalam
dalam menentukan evidence based practice yang tepat dan sesuai, dan
segala hal lain yang terjadi dalam proses penyusunan karya ilmiah ini
berlangsung.
3. Ibu Ns. Merri Silaban S.Kep selaku kepala ruangan lantai 5 Bedah RSPAD
4. Bapak dan Ibu saya, kedua kakak kandung, kakak ipar dan keponakan
kecil saya, serta adik asuh saya yang telah tiada, yang telah memberikan
kelompok;
7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun sangat
penyusunan skripsi ini. Saya pun meminta maaf atas segala kekurangan
yang ada, baik dalam diri saya, ataupun pada laporan penelitian ini.
ilmu.
Peneliti
bawah ini:
Nama : Manggarsari
NPM : 0806334054
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas
karya ilmiah saya yang berjudul:
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
Dibuat di : Depok
Yang menyatakan
(Manggarsari)
ABSTRAK
Nama : Manggarsari
kolorektal yang dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan konsep diri pasien.
Penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu diketahui dan
melakukan irigasi kolostomi. Hal lain yang juga perlu dilakukan ialah
memberikan edukasi terkait diet yang dibutuhkan pasien yang memiliki stoma,
ABSTRACT
Name : Manggarsari
Colostomy is one of the surgical procedures that can be done in colorectal cancer
patient, which can cause complication and changing in self concept. This paper
was made to identify things that must be concerned by nurse in caring colostomy
patient. Based on the application to a patient, Mrs. R, the result indicated that
when caring colostomy patient, it is important to know well and concern about
how and when to change colostomy pouch, clean stoma and peristomal skin,
observing stoma, and doing colostomy irrigation. Educating what kind of dietary
management and their activity need are also important to be done by patient with
stoma.
2.2.1 Definisi............................................................................................ 6
2.2.3 Patofisiologi..................................................................................... 8
x Universitas Indonesia
Kolorektal ................................................................................................ 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.13 Water Container, Tube, Cone & Plastic Sleeve ................................ 26
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker usus besar atau kanker kolorektal adalah salah satu dari penyakit
keganasan atau pertumbuhan sel abnormal pada area usus besar dan rektum.
Jumlah penderita kanker usus besar dan rektum cukup banyak di Indonesia,
pada setiap tahunnya sekitar 1.666 orang meninggal akibat kanker kolorektal.
perawatan lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada bulan Mei
2013. Contoh lain, yaitu pada negara Amerika, setiap individu dinyatakan
2008). Faktor resiko kanker kolorektal lebih sering terdapat pada gaya hidup
buah dan sayur, konsumsi alkohol, merokok dan kurangnya olahraga secara
tingkat penyebaran dan lokasi tumor itu sendiri. Salah satu tindakan bedah
rektum dimana karsinoma adalah tumor ganas yang tumbuh dari jaringan
Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus
mengumumkan adanya hari kanker sedunia pada tahun 2005, seiring dengan
kebanyakan dapat dicegah dengan cara menjaga gaya hidup sehat masyarakat
perkotaan, yaitu menjaga pola makan sehat dan berat badan ideal, melakukan
olahraga secara rutin, teratur dan terukur, serta mengurangi asupan alkohol
(Anna, 2011).
harga diri, body image, seksual dan hubungan sosial. Penelitian yang
tubuh mereka berada di luar kontrol, 45% merasakan bahwa stoma mengatur
hidup mereka, 47% merasa hilang rasa percaya diri, dan 55% merasa bahwa
tidak ada seorang pun yang dapat merasakan bagaimana memiliki stoma
(Kurnia, 2012).
gambaran diri negatif. Oleh karena itu selama perawatan, perawat perlu
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan kolostomi
baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya berupa cara perawatan kolostomi,
namun juga meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya agar
fungsi care giver juga dapat dijalankan terkait mengembalikan pola eliminasi
BAB klien seperti sedia kala, salah satunya dengan irigasi kolostomi. Irigasi
kolostomi merupakan sebuah tindakan dimana sejumlah cairan dimasukkan
kolon dari gas, mukus, dan feses sehingga klien dapat beraktivitas dengan
nyaman sesudahnya (Smeltzer & Bare, 2002). Karya ilmiah ini akan
dan care giver kepada pasien yang memiliki kolostomi dengan kasus kanker
kolorektal. Peran perawat sebagai edukator dalam hal ini terkait pengetahuan
perawat sebagai care giver dalam hal ini terkait asuhan keperawatan
kolostomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
urbanisasi terbanyak setelah negara India, China, Nigeria dan Amerika Serikat
manusia zaman sekarang tidak lagi terpusat pada wilayah pedesaan tetapi
2013).
Potter & Perry (2005) memaparkan bahwa faktor resiko yang terdapat pada
fisiologis, usia, gaya hidup, kebiasaan dan perilaku makan, kebiasaan olahraga
dan aktivitas, dan stres emosional. Faktor resiko kanker kolorektal lebih sering
kurangnya olahraga secara teratur dan terukur (Newton, 2009). Kota yang
dulu orang bisa jalan beberapa kilometer dalam sehari namun saat ini orang
akan lebih memilih naik kendaraan. Dari segi perilaku makan, dulu orang
lebih banyak makan makanan siap saji (fast food) yang tinggi lemak. Spesialis
Contohnya, perubahan bentuk toilet dari toilet jongkok ke toilet duduk. Pakar
Nancy Milio (1981) dalam Allender & Spradley (2001) memaparkan sebuah
framework dalam memandang pola atau gaya hidup masyarakat yang kurang
membentuk populasi adalah hasil seleksi kebiasaan dari pilihan yang terbatas.
masyarakat membuat pilihan pribadi. Hal ini lebih menekankan pada faktorfaktor penentu
kesehatan masyarakat dan mencoba untuk mempengaruhi
2.2.1 Definisi
Kanker adalah sebuah proses penyakit yang ditandai dengan adanya sel
(Black & Hawks, 2009). Kejadian kanker kolorektal pada pria ataupun
Mutasi gen dipercaya menjadi salah satu etiologi dari kanker kolorektal
Colorectal Cancer Syndromes. Sindrom ini terdiri dari dua tipe, yakni
Crohn adalah etiologi atau faktor resiko yang juga terdapat pada kanker
atau ulserasi pada usus besar, yang menimbulkan nyeri pada perut,
diare, demam dan penurunan BB (Smeltzer & Bare, 2002). Individu
kanker kolorektal.
faktor resiko dari penyakit kanker kolorektal. Hal ini disebabkan karena
lemak, makanan olahan, konsumsi protein hewan dan rendah serat, serta
kurangnya aktivitis atau olahraga fisik yang teratur dan terukur (Potter,
faktor resiko utama dari kanker kolorektal (Stewart & Kleihues, 2003
2.2.3 Patofisiologi
Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek
karsinogen seseorang, baik yang didapat dari luar ataupun dari dalam
resiko yang ada pada individu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kanker pada kolon dan rektum dapat diawali dengan adanya riwayat
Polip yang tidak diatasi atau dilakukan intervensi, dapat berubah menjadi maligna. Polip
Manusia pada dasarnya memiliki zat karsinogen atau zat pemicu kanker
karsinogen. Buah dan sayuran yang segar memiliki enzim aktif yang
Kondisi feses yang kurang baik juga dapat memicu terjadinya kanker
kolon. Aktivitas atau olahraga yang kurang teratur dan terukur dapat
terlebih jika individu melakukan diet rendah serat. Kondisi ini dapat
banyak lemak juga dapat memicu sel kanker. Tingginya lemak dalam
hingga feses berdarah. Apabila massa kanker ini tidak dideteksi sejak
patofisiologi serta metastasis sel kanker dapat dilihat pada bagan 2.1
berikut.
abdomen (tumor kecil atau tahap dini akan sulit teraba). Palpasi
rektum. Pemeriksaan ini biasanya akan terasa nyeri pada pasien, oleh
kolorektal adalah pengujian darah samar pada feses, foto kolon dengan
pengujian feses (Yamada et al, 1999 dalam Smeltzer & Bare, 2002).
STADIUM
Derajat Hispatologi
A T1N0M0 I
mukosa/submukosa
B2 T2N0M0 II
serosa
D TXNXM1 IV
yang luas
Keterangan:
13
Universitas Indonesia
pada kenyataannya sel yang sehat juga ikut dimatikan. Efek ini
radiasi yang dikirimkan akan diabsorbsi oleh sel, sehingga akan terjadi
dengan jumlah energi yang diserap per unit massa dangan standar unit
atau satuan gray (Gy), atau satu joule per kilogram (Zhang, 2008).
Ketika sampai pada sel tumor, dosis pada radiasi akan terbatas pada
kerusakan di sel sehat yang ada di sekitar area radiasi.
Seseorang yang mendapat terapi radiasi harus menjaga agar kulit pada
area yang di radiasi tidak terkena dengan air karena dapat merusak kulit
tersebut. Reaksi tidak langsung antara molekul air dengan ion pada
sinar radiasi akan menjadi tidak stabil. Elektron yang mengelilingi atom
radikal ini bersifat menyebabkan kerusakan pada inti sel yang berujung
anus disebut sebagai Low anterior Resection (LAR). Pada operasi ini,
bagian rektum. Operasi ini biasa dilakukan pada pasien dengan kanker
2.3 Kolostomi
2.3.1 Definisi
Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus
besar (Smeltzer & Bare, 2002). Melville & Baker (2010) mengatakan
besar ke dinding abdomen anterior. Akhir atau ujung dari usus besar
sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti mulut. Stoma bersifat
mukosa pada oral. Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak
terlalu sensitif terhadap sentuhan ataupun nyeri. Akan tetapi stoma kaya
feses. Feses yang keluar dari stoma akan ditampung pada kantung
konsistensi feses akan nampak lebih cair, namun akan membaik secara
b End Stoma
c Fistula Mukus
dua stoma yang terpisah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3
berikut.
d Tube Caecostomies
17
Universitas Indonesia
iritasi pada kulit di sekitar stoma (Smeltzer & Bare, 2002). Iritasi pada
oleh lapisan epitel dan lemak subkutan yang semakin tipis karena
iritasi (Smeltzer & Bare, 2002). Pada dasarnya, bahan pada kantong
Candida albicans yang biasa dikenal sebagai infeksi ragi atau jamur
yang terkena infeksi ini akan berubah menjadi kemerahan dan terasa
gatal. Medikasi topical antifungal dapat dioleskan pada area yang
Rasa gatal, panas dan seperti terbakar pada area penempelan kantong
Skin barrier (dalam bentuk salep ataupun bedak) dapat diberikan pada
gas dan bau dari stoma, konstipasi dan diare (Eucomed, 2012).
Pengeluaran gas dan bau pada stoma menjadi masalah pada ostomate
melalui stoma tidak dapat dikontrol. Gas yang terdapat pada saluran
juga didapatkan dari menelan udara (secara tak sengaja) pada saat
perlahan untuk meminimalkan udara yang masuk. Bau pada gas atau
seperti telur, keju, ikan, bawang, dan kubis (Canada Care Medical,
n.d).
konsumsi 8-10 gelas air per hari, atau 1,5 hingga 2 liter air per hari
dan elektrolit pada tubuh indvidu. Diare umumnya terjadi pada pasien
namun hal ini normal karena penyerapan air pada kolon asenden dan
a Retraksi Stoma
retraksi stoma.
b Hernia Peristomal
Hernia dapat terjadi bila ada bagian dari kolon di dalam abdomen
peristomal.
c Prolaps
yang terlalu lebar, fiksasi bowel pada dinding abdomen yang tidak
d Perdarahan
portosystemic shunting.
atau tidak. Stoma yang tersuplai darah yang baik berwarna merah
f Stenosis
a Perawatan Kolostomi
rutin akan dilakukan oleh pasien ataupun care giver baik di rumah
1/3 atau 1/2 penuh. Kantong kolostomi yang penuh akan menjadi
kulit abdomen, selain itu kantong akan beresiko untuk robek atau
lebih mudah dan nyaman pada kulit. Terkadang kulit akan terlihat
tidak ada nyeri. Stoma yang tidak sehat atau mengalami nekrosis
stoma yang tidak sehat akan tampak kering, terdapat darah yang
cm, ujung stoma mengerut, sedikit atau tidak ada produksi feses
dapat dilakukan pada stoma yang terdapat pada kolon asenden dan
tranversal.
toilet.
duduk di toilet)
stoma
b Diet Nutrisi
feses dan flatus, oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu
susu.
c Toleransi Aktivitas
yang terpasang pada abdomen, serta desain baju yang sedikit ketat
olahraga renang.
Medical, n.d).
d Support Sosial
keluarga, relasi ataupun partner kerja, serta apa yang akan terjadi
31 Universitas Indonesia
BAB III
2. Usia : 31 tahun
3. Tanggal Lahir : 6 Mei 1982
6. Agama : Islam
3.1.2 Anamnesa
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual (+), muntah (-), klien
mendapat terapi radiasi hari ke-20 dan kemoterapi oral hari pertama.
pada area bokong dan anus, kemudian atas saran orang tua, dioleskan
sayuran dan buah. Klien merasa dulu sering mengalami susah BAB
atau konsistensi feses yang terlalu padat, namun tidak sampai nyeri
1. Aktivitas/Istirahat
orang sekitar. Waktu tidur tidak tentu, klien merasa cukup dengan
tidurnya, dan tidak merasa sulit tidur. Namun akhir-akhir ini klien
tidak dapat tidur kurang lebih sejak pukul 2 dini hari hingga subuh
karena sakit pada area selangkangan. Klien terlihat sedikit lemas, dan
5555 | 5555
2. Sirkulasi
periorbital (-), edema ekstremitas (-), kesemutan (-), kebas (-). TD:
36◦C. Bunyi jantung S1 & S2, murmur (-), gallop (-). Warna kulit
3. Eliminasi
kuadran kiri bawah abdomen, flatus (+). Karakter feses coklat muda,
kolostomi diganti hampir setiap ada feses karena klien merasa tidak
nyaman. Klien merasa masih belum terbiasa dengan pola BAB saat
ini, klien ingin frekuensi BAB seperti orang normal, 1-2x sehari.
bentukan jaringan scar. Luka pada kulit di pinggir stoma ± 0,3 cm,
dilanggar karena klien merasa tidak bersih hanya dengan tissue yang
dibasahkan.
4. Makanan/Cairan
Diet yang diberikan adalah diet Makan Biasa (MB) pantang pedas
kambuh, ia bisa tidak makan sama sekali di pagi hari, hanya habis
setengah porsi di siang hari, dan 3/4 porsi pada malam hari. Klien
merasa mual. Klien mengatakan dalam satu hari dapat minum ± 1800
hingga 2640 cc air putih (hitungan 1 botol air minum). Berat badan
5. Hygiene
keluar cairan dan lendir dari anusnya. Klien menggosok gigi setiap
hari.
6. Neurosensori
kooperatif, memori saat ini dan masa lalu baik, penggunaan alat
bantu baca (-), lensa kontak (-), alat bantu dengar (-), pupil isokor,
7. Nyeri
8. Pernapasan
tidak sedang batuk, bunyi napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-),
klien asianosis.
9. Keamanan
Klien tidak memiliki riwayat alergi, suhu badan 36◦C, integritas kulit
dan kemerahan.
baik. Pada saat maghrib (setelah sholat) klien memandu pasien yang
Hematologi:
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
11,5 g/dl
36 %
4,3 juta/ul
4300/ul
227.000/ul
84fL
27 pg
32 g/dl
Menurun
Menurun
Normal
Menurun
Normal
Normal
Normal
Normal
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
14 U/L
10 U/L
Normal
Normal
Ureum
Kreatinin
Na
Cl
21 mg/dL
0,7 mg/dL
141 mmol/L
4,3 mmol/L
101 mmol/L
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
batas normal.
(Jam)
satu porsi
- Merasa berat badannya menurun, sebelum
DO:
- LILA: 20 cm
41 kg)
Ketidakseimbangan
kebutuhan tubuh
DO:
Kerusakan Integritas
Kulit
mengangkang
DO:
menggerakkan kaki
gesekan
mengangkang
Nyeri Akut
tidak tentu
normal
DO:
Inkontinensia alvi
(Gangguan eliminasi
fekal)
BAK
BAK
DO:
menunjukkan tanda-tanda:
- Klien menghabiskan satu porsi makan pagi, siang dan malam setiap
harinya
Intervensi mandiri:
terapi dan obat. Awasi frekuensi, volume dan konsistensi feses. Rasional:
mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah
Intervensi kolaborasi:
mual
menunjukkan tanda-tanda:
- Integritas kulit membaik: kulit dalam kondisi lembap dan tidak kering,
Intervensi mandiri:
- Pantau kondisi kulit, area yang terkena terapi radiasi serta kulit di sekitar
ekskresi dari stoma. Rasional: terlalu kering atau lembap, dapat merusak
- Pantau kondisi stoma, edukasi klien terkait karakteristik stoma yang sehat
mengenali tanda awal luka atau infeksi, infeksi pada stoma akan
Intervensi Kolaborasi:
- Beri & oleskan cream radiasi pada kulit yang terkena radiasi serta lotion
3. Nyeri Akut
menunjukkan tanda-tanda:
- Skala nyeri berkurang menjadi 0-1 pada area selangkangan, skala 0-1
- Klien dapat melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam dengan baik
dan benar
Intervensi mandiri:
- Observasi dan catat lokasi nyeri, berat (skala 0-10), frekuensi dan
klien untuk istirahat dengan posisi yang nyaman menurut klien. Rasional:
meningkatkan koping
4. Inkontinensia Alvi
menunjukkan tanda-tanda:
Intervensi mandiri:
- Kaji pola BAB klien setiap hari. Rasional: mengetahui pola eleminasi
menunjukkan tanda-tanda:
Intervensi mandiri:
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.40 Tanggal 23 Mei 2013 pkl
15.45
Implementasi:
Evaluasi:
g/hari
A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
kg/m2
Implementasi:
Evaluasi:
kg/m2)
Implementasi:
BB klien
Evaluasi:
dilakukan pengukuran)
(17,0 kg/m2)
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.30 Tanggal 23 Mei 2013 pkl
15.45
Implementasi:
di area selangkangan
kering
Kolaborasi: Membantu mengoleskan salep
Evaluasi:
sebelumnya
diresepkan
Implementasi:
di area selangkangan
selangkangan
Evaluasi:
sebelumnya
Implementasi:
sekitarnya
Evaluasi:
terasa nyeri
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 17.20 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 10.45 Tanggal 23 Mei 2013 pkl
17.20
Implementasi:
ini
pola BAB
menit
sederhana
Evaluasi:
rabu (22/5/2013)
Implementasi:
g. Melakukan proses irigasi kolostomi sederhana, alat: plabot NaCl 500cc berisi
air hangat, kateter folley, selang infus, bengkok, alas, tiang infus, spuit 50cc
Evaluasi:
S: Klien mengatakan belum BAB dari kemarin malam. Klien mengatakan ingin
sekali pola BABnya teratur, 1-2x sehari. Klien mengatakan tidak nyaman
dengan posisi duduk. Klien mengatakan agak nyeri pada saat dilakukan stoma
tuse. Klien mengatakan merasa nyaman saat air hangat dimasukkan ke dalam
stoma. 30 menit setelah proses selesai, klien mengatakan ingin lagi dilakukan
irigasi kolostomi, karena feses padat telah berhasil keluar dari stoma dan
kelingking ±4cm, air langsung mengalir keluar saat dialirkan melalui kateter
folley, air juga mengalir kembali saat dimasukkan dengan spuit 50cc, feses (-
), lendir (-), flatus (-). 20 menit kemudian tampak ada feses padat keluar dari
stoma, tertampung di kantong yang baru diganti. Klien terlihat senang dan
antusias.
P: Tunda irigasi kolon selanjutnya, kolaborasi dokter terkait respon klien dan
rencana tindak lanjut. Motivasi klien banyak konsumsi buah dan sayur
Implementasi:
kolostomi
Evaluasi:
dilanjutkan
tertarik ke dalam
BAB IV
ANALISA MASALAH
rumah sakit rujukan tertinggi bagi seluruh tentara. Hal ini dijelaskan dalam
visi rumah sakit, yakni menjadi rumah sakit berstandar internasional, sebagai
rujukan tertinggi dan rumah sakit pendidikan utama serta kebanggaan prajurit
dengan standar Joint Comission International (JCI). Oleh karena itu, dalam
menuju rumah sakit berstandar JCI, rumah sakit Gatot Soebroto berusaha
resiko infeksi dan jatuh. Visi rumah sakit yang kedua, menjadi rujukan
hingga 4 tempat tidur per kamar. Kamar 1 dan 10 hanya berisikan 2 tempat
tidur, khusus untuk pasien kelas II dengan pangkat kapten. Kamar 2 dan 3
tidak dapat digunakan, sehingga kapasitas total dari lantai 5 bedah adalah 28
tempat tidur. Pasien yang dirawat di lantai 5 bedah merupakan pasien yang
menderita penyakit kanker (bedah onkologi) baik rawat inap maupun rawat
atau hiperplasia prostat, penyakit bedah digestif, bedah syaraf, ortopedi, bedah
plastik dan kasus bedah lain. Penyakit yang menempati posisi pertama pada
Banyak hal pula yang baru dipelajari mahasiswa saat berada di ruangan,
Lantai 5 bedah memiliki tiga pembimbing klinik utama, yakni kepala ruangan
assosiate di ruangan.
suatu tempat, terlebih lagi di perkotaan. Jumlah penduduk yang tinggi akan
manusia zaman sekarang tidak lagi terpusat pada wilayah pedesaan tetapi
2013).
khususnya kanker rektal adalah dari segi makanan, aktivitas fisik, dan
membuat masyarakat sulit meluangkan waktu untuk berolahraga. Kota saat ini
praktis seperti taman untuk jogging dan sebagainya. Selain itu, seiring dengan
orang bisa jalan beberapa kilometer dalam sehari namun saat ini orang akan
lebih memilih naik kendaraan. Masyarakat kota pun akan kurang dalam
menekankan, tidak hanya masyarakat yang terlibat dalam faktor resiko ini,
situasi perkotaan yang sehat bagi masyarakat (Allender & Spradley, 2001).
Kolorektal
rektum), dan dilakukan tindakan pembedahan loop colostomy pada Ny. R pada
tanggal 5 April 2013. Hal ini sejalan dengan fakta yang disampaikan
tindakan kolostomi adalah karena adanya karsinoma pada kolon dan rektum.
keluar dari kolon, sementara kanker pada rektum dan sigmoid dihancurkan
melalui terapi radiasi dan kemoterapi, dengan harapan jika nanti sel kanker
telah mati, kolon akan dikembalikan seperti semula dan Ny. R dapat BAB
terdapat pada anal, klien dulu sering mengeluhkan sulit BAB, konsistensi
feses yang selalu padat. Klien juga tidak suka mengkonsumsi sayuran, namun
Black & Hawks (2009) menyebutkan bahwa polip dapat menjadi satu faktor
resiko dari terjadinya kanker rektal. Stewart & Kleihues (2003) dalam Ruddon
faktor utama dari terjadinya kanker rektal. Klien juga sering mengkonsumsi
feses yang lama menyebabkan feses tertahan dalam rektum dalam waktu lama,
yang dapat menyebabkan keluarnya efek karsinogen dari toksin pada feses
(Corwin, 2001).
atau pembuatan kolostomi (Smeltzer & Bare, 2002; Zhang, 2008). Ny. R
kolostomi, terapi radiasi, dan kemoterapi. Efek samping dari kemoterapi dan
sehat, ditunjukkan dengan rambut rontok, stimulasi pusat mual (timbul rasa
mual dan muntah) serta mengganggu pembentukan sel darah merah oleh
tulang belakang. Dalam kasus ini, Ny. R memang mengeluhkan mual (+),
muntah (-). Ny. R sering tidak nafsu makan, bahkan mengalami penurunan
berat badan hingga 3kg dalam seminggu terakhir. Ny. R mendapat terapi
Terkait dengan gangguan pembentukan sel darah merah, hal ini juga dialami
klien di bawah normal (11,5 g/dL, normalnya 12-16 g/dL), dan Ht di bawah
normal (36%, normalnya 37-47%). Penurunan komponen darah ini diimbangi
dan 06.00).
Tjokronagoro (2004) memaparkan bahwa reaksi antara H2O dan pengion dari
radiasi akan berefek pada kerusakan sel akibat ion H dan OH yang terionisasi
menjadi tidak stabil dan bersifat radikal. Ion H dan OH ini dapat merusak sel
dan menyebabkan kematian sel. Oleh karena itu interaksi antara air dan kulit
yang terkena radiasi harus dihindari. Namun, pada kasus, Ny. R merasa tidak
nyaman bila setelah BAK tidak dibersihkan dengan air, akhirnya kulit pada
telah diberikan terkait efek air pada kulit, dan cara membersihkan BAK hanya
yang longgar, dan sering tidak menggunakan celana dalam (hingga area di
dengan air sehabis BAK, hanya mengelap area perineal dengan tisu.
sendiri adalah karena merasa lebih nyaman, dan ia sering mengganti kantong
aplikasinya, tidak ada masalah yang terjadi pada klien akibat penggunaan
kolostomi kepada klien dan keluarga. Ukuran lubang kantong yang dibuat
sudah sesuai dengan kriteria stoma Ny. R, yang secara teori, ukuran lubang
kolostomi harus sesuai dengan stoma, dapat diberi kelonggaran maksimal 1/8
inci atau sekitar 0,3 cm (Canada Care Medical, n.d).
Ny. R mengganti kantong kolostominya hampir setiap ada keluaran feses, jika
sebanyak 3 kali. Hal ini sudah sesuai dengan teori, bahwa kantong kolostomi
harus dikosongkan atau diganti jika sudah 1/3 atau 1/2 penuh (Truven Health
Klien dalam hal ini sudah diberikan edukasi terkait cara membersihkan stoma,
klien juga tidak menggunakan sabun saat membersihkan stoma. Klien juga
telah mempertahankan kulit di sekitar stoma agar tidak terlalu lembap atau
basah.
Ny. R kini telah melewati satu bulan pasca pembedahan kolostomi. Truven
banyak muncul pada tahun pertama pasca pembedahan. Oleh karena itu Ny. R
diberikan edukasi terkait kondisi stoma sehat dan tidak sehat diberikan kepada
kondisi stomanya. Evaluasi dari pemberian edukasi ini ialah, Ny. R dapat
memahami dan menyebutkan kembali tanda stoma yang sehat dan tidak sehat
& dibekali media leaflet (disertai gambar) untuk dibawa pulang. Kondisi
stoma Ny. R sendiri saat ini baik, berwarna pink kemerahan, lembap dan
mengkilat, tidak mengerut, menonjol <5 cm, produksi feses (+), flatus (+),
tidak ada perdarahan. Hal ini sesuai dengan ciri stoma sehat yang disampaikan
oleh Borwel (2011), dimana stoma yang normal akan terlihat merah atau pink
terang, lembap, tidak mengerut dan tampak seperti membran mukosa oral.
Ny. R mengeluhkan terkait pola BAB nya dan menginginkan hanya 1 sampai
2 kali BAB dalam sehari seperti individu lainnya. Dalam hal ini perawat harus
irigasi kolostomi. Klien saat dilakukan irigasi kolostomi sedang dalam kondisi
belum BAB sejak 1 hari yang lalu (BU 3x/menit, lemah). Klien merasa tidak
nyaman pada perutnya. Saat dilakukan stoma tuse terdapat tahanan di dalam
memasukkan sejumlah air dengan suhu yang sama dengan tubuh (hangat)
(Putri, 2011).
Alat yang dapat digunakan untuk proses irigasi kolostomi meliputi kontainer
atau wadah untuk air hangat yang akan dialirkan, tube (selang untuk
mengalirkan cairan), cone dan plastic sleeve (Burch, 2013). Namun pada
kemudian selang yang digunakan diganti dengan selang infus dan foley kateter
Kelemahan lainnya ialah posisi klien seharusnya duduk, agar nanti cairan
irigasi dapat mudah keluar dari kolon dan stoma, namun karena klien tidak
nyaman duduk maka irigasi dilakukan sambil berbaring dan posisi klien agak
miring ke kiri.
Air hangat yang dimasukkan ± 100cc dengan selang yang telah masukkan ke
dalam stoma sejauh ± 7-8cm. Air tampak langsung mengalir dari stoma ke
bengkok, feses (-), lendir (-). flatus (-). Kemudian air dicoba dimasukkan
sama tetap terjadi. Irigasi kemudian dihentikan karena dirasakan belum efektif
dan klien merasa tidak nyaman. Stoma pun dibersihkan, begitu dengan kulit di
respon klien. Klien mengatakan telah BAB sekitar 10 menit setelah proses
irigasi selesai, saat didatangi klien telah mengganti kantong kolostominya dan
terdapat keluaran feses pada stoma dengan konsistensi padat, dan berwarna
kehitaman (efek suplemen penambah darah yang dikonsumsi klien). Klien
merasa senang dan nyaman dengan perutnya saat ini. Irigasi kolostomi yang
telah dilakukan pada klien Ny. R belum dapat membuat pola eliminasi klien
menjadi satu hingga dua kali dalam sehari namun telah terbukti dapat
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Faktor risiko kanker kolorektal pada Ny. R meliputi riwayat polip, gaya
hidup yang kurang olahraga serta pola makan tinggi lemak dan rendah
serat serta sumber antioksidan, yang juga merupakan bagian dari gaya
5.2 Saran
kanker kolorektal
kolostomi
rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J., and Spradley, B. (2001). Community Health Nursing Concepts and
Anna, L., K. (2011). Dunia masih perang melawan kanker. 16 Juni 2013.
http://health.kompas.com/read/2011/02/04/09424894/Dunia.Masih.Perang.
Melawan.Kanker
accountid=25704
Burch, J. (2013). Care of patients with a stoma. Nursing Standard: 27(32): 49-56.
9 Juni 2013. http://search.proquest.com/docview/1346147256?
accountid=25704
www.canadacaremedical.com/ostomy/ColostomyCare.php
www.medtecheurope.org/uploads/Modules/Publications/ostomybackground-paper.pdf
ostomy_info/pubs/ColostomyGuide.pdf
accountid=25704
2009/01/ info-organisasi.html
Kurnia, D., A. (2012). Kolostomi, manajemen dan kualitas hidup untuk pasien. 27
http://health.kompas.com/read/2013/06/04/07514418/Kanker.Usus.Besar.
Diprediksi.Meningkat
Lukong, C., Jabo, B., & Mfuh, A. (2012). Colostomy in neonates under local
10.4103/0189-6725.99412
index.php/jkk/article/ download/197/150
Potter, Patricia A., Perry, Anne Grifin. (2005). Buku ajar Fundamental
com/irigasi-kolostomi/
readersdigest.co.id/sehat/info.medis/bahaya.kanker.kolorektal/005/001/166
RS Dharmais. (n.d). Kanker kolorektal (usus besar dan rektum). 16 Juni 2013.
http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-kolon.html
Ruddon, R., W. (2007). Cancer biology. 4th ed. New York: Oxford Iniversity
Press, Inc.
Simanjuntak, P & Nurhidayah R., E. (2007). Kemampuan self care dan gambaran
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21173/1/ruf-nov2007-
2%20%284%29.pdf
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. (Penerjemah:
Sudoyo, W. A., dkk. (2006). Ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jakarta : Pusat
datastatistikindonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_content&task
=view&id=923&Itemid=939
drugs.com/cg/colostomy-care.html
WOCN Society. (2008). Basic ostomy skin care. 20 Mei 2013. http://www.
ostomy.org/ostomy_info/wocn/wocn_basic_ostomy_skin_care.pdf
DENGAN KOLOSTOMI
OLEH:
MANGGARSARI, S.Kep
NPM. 0806334054
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
(Lanjutan)
Sub Pokok Bahasan : Perawatan Kolostomi dan Diet Nutrisi yang Baik bagi
Tanggal : 18/5/2013
Jakarta
1. Definisi kolostomi
(Lanjutan)
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
V. MEDIA
Waktu
1. Pembukaan
(5 menit)
- Memberi salam
ini
- Menjelaskan tujuan,
- Menjawab salam
- Memperhatikan dan
mendengarkan
- Menjawab
2. Kegiatan
(35 menit)
- Menjelaskan definisi
kolostomi
- Menjelaskan prinsip
umum perawatan
kolostomi
kolostomi
- Menjelaskan tujuan dan
kolostomi
- Memperhatikan dan
mendengarkan
- Memperhatikan dan
mendengarkan
- Memperhatikan dan
mendengarkan
- Memperhatikan dan
mendengarkan
- Memperhatikan dan
mendengarkan
- Ikut
mendemonstrasikan
- Melakukan demonstrasi
irigasi kolostomi
3. Penutup
(5 menit)
- Mengevaluasi subjektif
dan objektif
- Menyimpulkan bersamasama
- Mengucapkan salam
penutup
- Menjawab
- Memperhatikan dan
mendengarkan
- Memperhatikan dan
mendengarkan
- Menjawab salam
No.
TIK
1 Sebutkan prinsip
kolostomi
kantong kolostomi
keringkan
sehat
nyeri
(Lanjutan)
hitam/biru kehitaman, kering, keluar
dengan kolostomi
bawang, jagung
4 Sebutkan cara
melakukan irigasi
kolostomi
(Lanjutan)
sepanjang selang)
menit
VIII. SUMBER
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Brunner & Suddarth’s textbook of medicalsurgical
nursing vol.1. (8th Ed). (Waluyo, A., Kariasa, M., Julia, Kuncara,
(Lanjutan)
BIODATA DIRI
Nama : Manggarsari
Jaktim 13120
Riwayat Pendidikan :