TESIS
YUNI SULISTIAWATI
NIM. P1337424715022
2017
1
PENGARUH TEPUNG DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) TERHADAP
KADAR HORMON PROLAKTIN DAN PRODUKSI ASI PADA IBU
POSTPARTUM ( di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan )
*
Correspondence : ysulistiawati80@gmail.com;ari.suwondo@yahoo.co.id;
Trianash@yahoo.co.id;ariawan_sjs@yahoo.co.id;choirul1960@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang : Produksi ASI sedikit atau tidak ada sama sekali pada tiga atau
empat hari pertama setelah melahirkan, menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan
dalam pemberian ASI. Laktagogum merupakan bahan yang dapat meningkatkan atau
memperlancar pengeluaran air susu. Laktogogum sintetis tidak banyak dikenal dan
harganya relatif mahal serta mengandung efek samping. Kandungan senyawa
fitosterol (sterol) dalam tepung daun kelor memiliki efek laktogogum sehingga
dapat meningkatkan dan melancarkan produksi ASI.
2
Puskesmas Tlogosari Wetan berjumlah 30 responden dengan teknik Purposive
Sampling. Analisis data univariat dengan tabel distribusi frekuensi, analisa bivariat
dengan independent sampel t – test.
Hasil : Terdapat pengaruh tepung daun kelor terhadap peningkatan kadar hormon
prolaktin pada ibu postpartum (p=0,002), lama tidur bayi (p=0,000). Tetapi tidak ada
pengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi (p=0,313)..
Simpulan: Terdapat pengaruh pemberian tepung daun kelor terhdap kadar hormon
prolaktin, dan produksi ASI (yang diindikasikan dengan lama tidur bayi)Tetapi tidak
ada pengaruh pada produksi ASI (yang di indikasikan dengan berat badan bayi).
Kata Kunci : Tepung Daun Kelor, Kadar Hormon Prolaktin, Produksi ASI
1)
Program Studi Kebidanan Pascasarjana Magister Terapan Kesehatan, Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang, Jawa Tengah, Indonesia,
merancang penelitian, melakukan pengambilan data, menganalisis data
penelitian, menyusun hasil dan pembahasan
2)
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia. menganalisis data hasil penelitian, dan menyusun
pembahasan
3)
Program Studi Kebidanan, Program Pascasarjana Magister Terapan Kesehatan,
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.
menganalisis data hasil penelitian, dan menyusun pembahasan
4)
Program studi kebidanan, Program Pascasarjana Magister Terapan Kesehatan,
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.
5)
Postgraduate of Imaging Diagnostik Program Pascasarjana Magister Terapan
Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia.
3
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) dan berbagai negara di belahan dunia
menganjurkan hanya pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi, hal ini disebabkan
karena ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi dan mengandung berbagai
zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. 1 Selian
itu ASI memiliki faktor imunologis, bioavaibilitas serta meningkatkan kecerdasan,
bila dibandingkan dengan susu formula.2
4
faktor istirahat, faktor nutrisi, dan faktor obat-obatan atau ramuan dari tumbuh-
tumbuhan.8 Selain itu Hormon prolaktin dan oksitosin juga berperan dalam
peningkatan produksi air susu, Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI,
sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI.9
Intervensi medis yang biasa diberikan pada ibu untuk membantu melancarkan
pengeluaran ASI yaitu Metoklopramid (Reglan) dalam pemakaian jangka panjang
dapat menyababkan depresi pada ibu, semprotan oksitosin nasal (Syntocinon, satu
kali semprot pada tiap lubang hidung, dua menit sebelum menyusui) dapat
menstimulasi refleks pengeluaran susu, namun ibu dapat merasakan sakit kepala
akibat efek utama pemakaian oksitosin nasal.10
5
susu tikus putih meningkat dan terdapat peningkatan 380,74 % berat badan anak
tikus setelah umur 14 hari pada ibu tikus yang diberikan Moringa Oleifera dengan
dosis 42 mg/kg BB.12
Hal tersebut sejalan dengan Penelitian dilakukan di sebuah Rumah Sakit
Pemerintah Tersier oleh Ma.Corazon et al, pada 68 ibu postpartum yang melahirkan
bayi hidup dengan usia kehamilan 37 minggu dan bayi dirawat di NICU, pada
kelompok intervensi diberikan Moringa Oleifera dalam sedian kapsul komersial 250
mg setiap 12 jam mulai pada hari ke 3-5 postpartu. Di dapatkan hasil bahwa daun
Moringa oleifera meningkatkan produksi susu dihari 4 sampai 5 postpartum yaitu 190
ml dan 319.7 ml Dibandingkan kelompok yang di berikan kapsul identik
mengandung tepung sebagai plasebo, dengan nilai p = 0,007 dan p = 0,000.13
Penerapan kelor Moringa Oleifera untuk meningkatkan produksi ASI masih
jarang ditemukan, di Indonesia khususnya pada pelayanan ibu nifas. Dari hasil studi
pendahuluan yang peneliti lakukan dengan melakukan wawancara dengan bidan
penanggung jawab kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Tlogosari Wetan dan bidan
yang membuka praktek mandiri, untuk penanganan produksi ASI yang tidak lancar
hanya di berikan PENKES mengenai perawatan payudara. Untuk itu peneliti tertarik
untuk mengatahui Pengaruh Tepung Daun Kelor Terhadap Kadar Prolaktin dan
Produksi ASI Pada Ibu Post Partum .
METODE PENELITIAN
Desain
Penelitian ini adalah Quasy experiment (eksperimen semu), metode mempunyai
kelompok control, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen, dengan rancangan Non
Equivalent pre-post tes control group desain yaitu penelitian menggunakan satu
kelompok eksperimen dengan kelompok pembanding yang diawali dengan sebuah tes
awal (pretest) yang diberikan kepada kedua kelompok, kemudian diberi perlakuan
6
(treatment). Penelitian kemudian diakhiri dengan sebuah tes akhir (posttest) yang
diberikan kepada kedua kelompok14,15. Target populasi yaitu Ibu postpartum normal
yang melahirkan di BPM dalam wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Wetan kota
semarang.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan november sampai dengan bulan desember 2016 di
BPM (bidan praktek mandiri) wilayah kerja puskesmas Tlogosari wetan kota
semarang. Saat penelitian mengguanakan 4 bidan praktek mandiri yang berada di
dalam wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Wetan dengan 2 BPM sebagai kelompok
intervensi dan 2 BPM sebagai kelompok kontrol, yang mana ke 4 BPM tersebut
berada dalam wilayah yang berbeda, hal tersebut dilakukan untuk menghindari
menghindari reaction effect dari responden mengingat termen yang dilakukan pada
ke dua kelompok tersebut berbeda.
7
Intervensi
Kelompok intervensi diberiakan tepung daun kelor dalam bentuk kapsul
sebanyak 28 kapsul, yang diminum menggunakan air putih, setiap hari ibu
mengkonsumsi kapsul kelor sebanyak 2x/hari pagi pukul 07.30 WIB dan sore
pkl.16.00 tidak ada efek samping jika diminum diluar jam tersebut hanya saja untuk
memudahkan responden dalam mengingat waktu konsumsi kapsul tepung daun kelor
sekaligus memudahkan pemantauan lama tidur bayi setelah menyusui. Kapsul
diminum 30 menit sebelum menyusui dengan dosis 250mg/kapsul, kapsul tersebut
diminum sejak hari pertama kelahiran sampai dengan hari ke 14, dan juga
mendapatkan standar asuhan kebidanan pada ibu postpartum. Pada kelompok kontrol
diberikan standar asuhan kebidanan pada ibu postpartum yaitu ( KIE tentang
perawatan payudara dan perawatan bayi baru lahir serta diberikan vitamin dan kapsul
penambah darah tablet FE).
Alat Ukur
Peneliti melakukan pengambilan sampel darah sebanyak 3 cc pada hari pertama
kelahiran pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum dilakukan
intervensi, kemudian dipisahkan antar plasma dan serum dengan menggunakan alat
sentrifuge oleh tenaga laboratorium GAKI UNDIP dan dilakukan pemgambilan
sampel ke-2 pada hari ke-15 pada kelompok intervensi dan kontrol setelah ibu
mendapatkan perlakuan. Pengukuran kadar hormon prolaktin dilakukan di
laboratorium GAKY UNDIP dengan menggunakan Microplate Reader oleh tenaga
laboratorium. Penimbangan BB bayi kelompok kontrol dan intervensi, dilakukan 3
kali pengukuran yaitu pada hari pertama kelahiran, hari ke 7, dan hari ke 14 setelah
bayi lahir, dengan menggunakan timbangan digital yang sebelumnya sudah dilakukan
kalibrasi dengan nomor ARN-EBSD-01, untuk lama tidur peneliti memberikan
lembar observasi.lama tidur bayi dilihat pada saat bayi tertidur setelah menyusu yang
mana sebelumnya ibu mengkonsumsi tepung daun kelor 30 menit sebelum menyusui.
8
dicatat dalam lembar observasi 2x/hari yaitu pada pagi dan sore, pengamatan
dilakukan selama 14 hari.
Ethical consideration
Penelitin ini sudah mendapat ijin dari komisi etik penelitian kesehatan poltekkes
kemenkes semarang dengan nomor 174/KEPK/Poltekkes-smg/EC/2016.
Data Analysis
Pengolahan data dan analisis data menggunakan computer . Analisis data univariat
dengan tabel distribusi frekuensi, analisa bivariat independent sampel t – test.
HASIL PENELITIAN
1. Distribusi frekuensi hormon prolaktin dan produksi ASI (indikasi berat
badan dan lama tidur bayi) sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
intervensi dan kontrol
Tabel.1 Distribusi frekuensi hormon prolaktin dan produksi ASI (indikasi berat
badan dan lama tidur bayi) sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi dan kontrol
Variabel n Mean SD Min Max
Kadar H. prolaktin
Intervensi (Pre) 15 92,11 460,47 34,91 167,05
Kontrol (pre) 15 97,82 596,14 38,46 208,73
Rata-rata lama tidur bayi pada ibu yang mengkonsumsi tepung daun
kelor atau kelompok intervensi adalah 128.20 menit dengan standar deviasi
5,467 menit. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata lama tidur bayi
108.80 menit dengan standar deviasi 6,742 menit, selisih rata-rata antara
kelompok intervensi dan kontrol adalah 19,4 menit. Dari hasil uji statistik di
dapatkan nilai p=0,000 sehinga Ho ditolak artinya ada pengaruh kapsul
tepung daun kelor terhadap produksi ASI (dengan indikasi lama tidur bayi)
PEMBAHASAN
1. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Kelor Terhadap Perubahan Kadar
Hormon Prolaktin.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan kelompok intervensi kenaikan
rata-rata kadar hormon prolaktin sebesar 139,6 ng/ml (151,56%). Sedangkan
pada kelompok kontrol kenaikan rata-rata kadar hormon prolaktin 53,57 ng/ml
(54,76%). Perbedaan rata-rata kadar hormon prolaktin setelah perlakuan antara
kelompok intervensi dan kontrol adalah 78.97 ng/ml (51,69%) nilai
significancy p-value=0,002 kapsul tepung daun kelor berpengaruh terhadap
peningkatkan kadar hormon prolaktin.
11
Masa nifas awal jumlah air susu yang dihasilkan berkorelasi dengan
jumlah prolaktin dilepaskan selama menyusui setelah kelahiran, stimulus utama
yang mempertahankan sekresi prolaktin adalah penghisapan, produksi air susu
akan terus berlangsung selama bayi terus menghisap air susu ibu. Setiap kali
ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke hipotalamus akan
menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sekitar 10 sampai 20 kali lipat yang
beralangsung kira–kira 1 jam, prolaktin ini bekerja pada payudara ibu untuk
mempertahankan kelenjar mamalia agar menyekresikan air susu ke dalam
alveoli untuk produksi laktasi berikutnya.16
12
aktivitas protoplasma sel-sel sekretoris kelenjar susu, merangsang ujung saraf
sekretoris di dalam kelenjar susu sehingga sekresi air susu meningkat, atau
merangsang hormon prolaktin yang bekerja pada sel-sel epitelium alveolar.
Prolaktin atau luteotropin atau LTH merupakan hormon laktagonik dan
proliferatif terhadap kelenjar mamae. Efek prolaktin pada manusia atau
mamalia adalah merangsang laktasi.19 Selian itu fungsi laktogogum juga dapat
meningkatkan metabolisme glukosa untuk sitesis laktosa sehingga produksi
ASI meningkat.
Perbedaan rata-rata berat badan bayi hari ke-15 antara kelompok intervensi
dan kontrol adalah 184,33 gram (5,12%), nilai significancy P=0,313 yang berarti
13
tidak ada perbedaan yang bermakna produksi ASI yang di indikasikan dengan
berat badan bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Sesuai dengan teori bahawa indikator penilaian terhadap produksi ASI dapat
menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk mengetahui keluarnya ASI dan
jumlah yang mencukupi bagi bayi, diantaranya adalah peningkatan berat badan bayi
frekuensi dan warna BAK, frekuensi dan karakteristik dari BAB, lama tertidur atau
tenang bayi setelah menyusui.16,21
Sebagian besar bayi mengalami penuruanan berat badan selama satu minggu
pertama setelah melahirkan, dan diharapkan hari ke 10- 14 berat badan bayi akan
mencapai berat badan saat lahir.22 Data dari hasil studi yang dilakukan menunjukan
rentan normal penurunan berat badan sebesar 3% -7%, meskipun penuruanan 10%
dinyatakan sebagai batas atas normal. Jika proses laktasi ibu tidak dapat memenuhi
kebutuhan bayi terutama pada saat bayi membutuhkan susu dalam jumlah yang lebih
besar pada hari ke tiga dan ke empat, hal tersebut mengakibatkan bayi memiliki
resiko lebih besar mengalami penurunan berat badan pada minggu pertama.23
Berdasarkan hasil uji selisih rata-rata peningkatan produksi ASI ( indikasi berat
badan dan lama tidur bayi) berat badan bayi pada kelompok kontrol hari ke-7
terdapat bayi yang mengalami penuruanan lebih dari 10% hal tersebut dikarenakan
jumlah air susu yang dikeluarkan ibu tidak memenuhi kebutuhan bayi. Neonatus
14
memiliki jaringan adiposa coklat, yang membantu metabolisme sumber panas (di
sebut asam lemak bebas dan gliserol) jika terjadi penuruanan berat badan pada bayi
akan berdampak pada persedian jaringan lemak colat sehingga kemampuan bayi
dalam mengendalikan suhu tubuh akan terganggu (rentan terjadi hipotermi) selain
itu kemamapuan bayi untuk mengigil masih terbatas dan tidak mampu meningkatkan
kontraksi otot vasluter untuk menghasilkan panas.23
ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih
banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara menyusui sejak bayi lahir hingga
selama mungkin.25 pemberian kapsul tepung daun kelor merupan salah satu alternatif
dalam peningkatan produksi ASI. Hasil penelitian berat badan bayi pada kelompok
intervensi hari ke-7 sudah mengalami kenaikan, hal tersebut menurunkan resiko bayi
mengalami gangguan asidosis metabolic23,24
Berdasarkan uji independen t-tes berat badan bayi hari ke-15 karena
perubahannya kecil, secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata
berat badan bayi antara kelompok intervensi dan kontro dengan nilai p-value=0,313.
Prentice mengamati hubungan berat badan bayi dengan produksi ASI. Produksi ASI
dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang secara terusmenerus disekresikan ke dalam
alveoli payudara, namun air susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke
dalam sistem duktus sehingga air susu tidak menetes secara kontinyu di puting susu,
15
untuk mengalirkan ASI dari alveolus ke duktus memerlukan proses pengabungan
reflek neurologik dan hormonal yang melibatkan hormon hipofisis posterior yaitu
hormon oksitosin, Bila refleks oksitosin tidak bekerja maka bayi tidak akan
mendapatkan ASI yang memadai walaupun produksi ASI cukup.22,23,24
Refleks oksitosin lebih rumit dibanding refleks prolaktin. Pikiran, perasaan dan
sensasi seorang ibu akan sangat memengaruhi refleks ini. Perasaan ibu dapat
meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran oksitosin. Stress yang terjadi
karena pikiran dan perasaan seperti cape, lelah dan repot selama menyusui menjadi
blockade dari Let-Dwon Refleks, hal tersebut dikarenakan adanya pelepasan
adrenalin epineprin yang menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli,
sehingga hormon oksitosin tidak dapat mencapai organ target yaitu mioepitelhelium.
Akibat dari tidak sempurnanya Let-Dwon Refleks maka akan terjadi penumpukan air
susu dalam alveol. jumlah volume ASI yang dapat di minum bayi berpengaruh
terhadap pada berat badan bayi, selain itu kecepatan pertukaran cairan pada tubuh
bayi rata-rata 7 kali lebih besar dari pada orang dewasa.24
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yatim y dengan
judul pengaruh ektrak daun kelor terhadap Berat badan lahir dan panjang badan lahir
bayi pada ibu hamil pekerja sektoral informal, pemeberian ektrak daun kelor selama 3
bulan tidak menunjukan perbedaan yang bermakna pada rerata berat badan lahir
(p=0,168) dan panjang badan lahir bayi (p=0,612).26
Produksi air susu ibu yang dihasilkan oleh kelenjar payudara tidaklah sama
waktunya. Air susu ibu yang pertama kali dihisap bayi pada menit pertama
dibandingkan pada menit terakhir adalah beda. Air susu ibu menit pertama lebih cepet
encer, kemudian akan lebih kental. Air susu ibu pada menit terakhir mengandung
lemak 4-5 kali dan protein 1,5 kali lebih banyak dibanding air susu ibu pada menit-
16
menit pertama. Sehingga ibu yang menyusui dengan tepat dan bayi yang dapat
menyusu dengan benar, maka bayi akan mendapatkan semua manfaat dari kandungan
ASI dalam setiap fase menyusu dari menit pertama sampai dengan menit tarakhir.
Hasil penelitian pada kelompok intervensi rata-rata lama tidur bayi 128,20 mnt
atau 2 jam 8,20 menit, berdasarkan teori diatas dapat kemungkinan bahwa bayi pada
kelompok intervensi mendapatkan semua manafaat dari kandungan ASI dalam setiap
fase menyusu dari menit pertama sampai dengan menit tarakhir. Kandungan lemak
yang lebih tinggi pada akhir menyusu memberikan rasa puas pada bayi, sehingga bayi
akan tenang atau tertidur 2-3 jam setelah menyusui.24 Hasil penelitian untuk lama
tidur menunjukan nilai yang signifikan namun hal tersebut tidak bisa menggambarkan
produksi ASI lancar, karena produksi ASI dikatakan lancar apabila minimal 4 dari 7
indikator yang di observasi pada bayi dapat terpenuhi.27 selain itu kebiasaan
menyusu, kenaikan berat badan dan polatidur setiap bayi tidak sama, karena setiap
bayi adalah individu yang unik dan terdapat variasi yang luas.
Tepung daun kelor merupakan intervensi yang dapat digunakan dalam proses
laktasi yaitu membantu memaksimalkan pengeluran kadar hormon prolaktin untuk
memproduksi ASI dalam alveoli, namun tidak ada pengaruh pada produksi ASI
(indikasi berat badan dan rata-rata lama tidur bayi). Proses menyusui tidak bisa
terlepas dari kerjasama antara hormon perolaktin dan oksitosin, jika hanya hormon
prolaktin memiliki kadar tinggi tapi hormon oksitosin tidak adapat bekerja efektif
maka air susu tidak dapat di sekresikan kemulut bayi, begitupun sebaliknya
keberadaan hormon oksitosin tidak dapat mensekresikan air susu kemulut bayi
apabila hormon prolaktin tidak memproduksi ASI.
KETERBATASAN PENELITIAN
17
Dalam penelitian tidak mengamati perubahan psikologis ibu setiap hari secara detail,
meskipun peneliti telah berusaha mengendalikan faktor kecemasan dengan cara
bertanya, menenangkan dan memberikan dukungan kepada responden selama proses
penelitian, namun tidak bisa dipungkiri jika ternyata responden masih merasakan dan
tidak mengatakannya kepada peneliti, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa tidak
adanya perbedaan yang bermakna berat badan bayi hari ke 15 antara kelompok
intervensi dan kontrol kemungkinan masih adanya faktor-faktor yang mengahambat
sekresi dari oksitosin (psikologis ibu) rasa lelah yang disebabkan karena merawat dan
melakukan aktifitas rumah tangga serta tidak ada yang membantu ibu dalam
melakukan tugas tersebut membuat ibu kelelahan yang secara tidak disadari oleh ibu
dapat mempengaruhi proses laktasi. Hasil penelitian yang dilakukan utari menyatakan
bahwa dari 30 ibu postpartum 56,7% mengalami masalah psikologis sehingga
memepengaruhi proses laktasi.28 begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
lin chien_hui dan su-cheu (2008) bahwa kondisi psikologis ibu dan kelancaran asi
memiliki hubungan yang saling bermakna satu dengan yang lain. Semakin lancar
produksi ASI semakain baik pula produksi ASI, sebaliknya semakin baik kondisi
psikologi ibu juga mampu mempengaruhi produksi ASI.29
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan rata-rata kadar hormon prolaktin, dan produksi ASI
(indikasi BB bayi dan lama tidur bayi) sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok intervensi lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Terdapat pengaruh
tepung daun kelor terhadap kadar hormon prolaktin dan produksi ASI (yang
diindikasikan dengan lama tidur bayi). Tetapi tidak ada pengaruh tepung daun kelor
terhadap produksi ASI (yang diindikasikan dengan berat badan bayi) pada kelompok
intervensi dan control.
Dari hasil penelitian, masyarakat hendaknya dapat menggunakan kapsul
tentang daun kelor sebagai salah satu alternatif untuk membantu melancarkan
18
produksi ASI. Selain itu Petugas Kesehatan khususnya bidan hendaknya dapat
memberikan informasi pada pasien tentang manfaat daun kelor sebagai salah satu
alternatif suplemen pelancar ASI. Disisi lain, program study hendaknya hasil
penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dalam pengembangan laboratorium klinik
program study bidang sain terapan mengenai terapi alternatif yang bermanfaat terkait
dengan masalah menyusui. Peneliti Selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan
penelitian berkaiatan tentang waktu yang tepat untuk memulai megkonsumsi tepung
daun kelor sebagai suplemen pelancar ASI.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prasetyono, Dwi Sunar. Buku Pintar ASI Ekslusif . Pengenalan Praktek Dan
Kemanfaatannya. Yogyakarta:Penerbit Diva Prees;2009.2
2. Hacker NF, Moore JG. Esensial obstetri dan ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta:
Hipokrates 2001.
3. Krammer, Michael S et al. Breastfeeding And Chid Cognitive Development.
Arch Gen Psychiatry. 2008;65(5):578-584.
4. Fewtrell, Mary S et al Optimal During Of Exclusive Breasfeeding : What Is The
Evidence To Support Current Recomendtion Am J Clin Nutr.2007;Am J Clin
Nutr February 2007;85(2) 635S-638S
5. Nurmiati, Besral. Durasi Pemberian ASI Terhadap Ketahanan Tubuh Bayi
Indonesia. Makara, Kesehatan. Desember.2008;12(2)
6. KNPPI RI.Pemberdayaan Perempuan Dalam Peningkatan Pemberian ASI.
Kementrian kesehatan RI. 2010
7. Cox S Breasfeeding Whit Confidence : Panduan Untuk Belajar Menyusui
Dengan Percaya Diri ( Gracinia, J. Penerjemah). Jakarta:Penerbit:EGC;2006.23-
30
19
8. Ladewing. Asuhan ibu dan bayi baru lahir. Jakart:Penerbit:PT Rineka Cipta
;2006.6-7
9. Marmi. ASI Saja Mama, Berilah Aku ASI Karena Aku Bukan Anak Sapi.
Penerbit: Pustaka Pelajar;2012.11-15
10. Sinclair C. (2010) Buku Saku Kebidanan. Meiliya, E. & Wahyuningsih,E. eds.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2010;391-412
11. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.Tanaman obat Indonesia. [Online
Journal] 2005; Tersedia dari: http://www.iptek.net.id/ind/
pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=133. [27 Januari 2016]
12. Titi Mutiara K ,et al.” Uji Efek Pelancar ASI Tepung Daun Kelor (Moringa
oleifera (Lamk) Pada Tikus Putih Galur Wistar” Journal of Basic and Applied
Scientific Resear.2013;3(4):430-4
13. Ma.corazon et al, “A Double-Blind, Randomized Controlled Trial On The Use Of
Malunggay (Moringa Oleifera) For Augmentation Of The Volume Of Breastmilk
Among Non-Nursing Mothers Of Preterm Infants” The Philippne Journal Of
Pediatrics From The Departement Of Pediatrics, UPPGH Medical Center.
2000;49(1)
14. Sastroasmoro, S.Dasar –Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi 4. Jakarta :
Sagung Seto;2011.349-359
15. Sulistyaningsih.Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif Kualitatif. Edisi
I.Yogyakarta: Penerbit: Graha Ilmu;2011 65-66
16. Guyton & Hall “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran” Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.1092-1094
17. Tay cck, Glaiser AF, MeNeilly AS.” Twenty-four hour patterns of prolactin
secretion during lactation and relationship to suckling and the resumption
onfertility breast_feeding women. Human repduction, 1996;11(5):950-955
18. Rizki,Farah.“The Miracles Of Vegetables” Agro Media Pustaka Jakarta:2013
20
19. Puspita SE, “Daya Laktagogum Jamu Uyup-Uyup Dan Ekstrak Daun Katu
(Sauropus Androgynus Merr.) Pada Glandula Ingluvica Merpati” Majalah
Farmasi Indonesia2003;14(1), 265-269
20. Peter francis N, et al “Moringa Oleifera As A Galactogogue” Breast Feeding
Medicine vol 9, 2014
21. Chertok I et al Infant Hospitalization And Breasfeeding Post SC, Birtish Journal
Of Nursing;2008.17.786-791
22. Biancuzzo, Breasfeeding The Newborn : Clinical Strategi Es For Nurse (2th ed)
St.louis : mosby 2003
23. Frase D.M, Cooper M.A., Myles Buku Ajar Bidan” EGC. Jakarta; 2009.690-728
24. Guyton & Hall “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran” Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.1092-1094
25. Doerr B, Cameron L. Moringa leaf powder USA: Echo Technical Note. 2005.
26. Yatim Y, Hadju V, Indriasari R “Pengaruh Ektrak Daun Kelor Terhadap BBL
Dan PBL Bayi Ibu Hamil Pekerja Sektor Informal” bagian gizi, fakultas
kesehatan masyarakat universitas hasanudin
27. Budiati T., Setyowati., Helena N. Peningkatan Produksi ASI Ibu Nifas Seksio
Sesarea Melalui Pemberian Paket “SUKSES ASI”. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 13(2):59-66,Juli 2010
28. Utari A, Roosita K, Rizal M, Damanik M “ pengetahuan gizi, keluhan kesehatan,
kondisi psikologis, dan pola pemberian ASI ibu postpartum” jurnal gizi dan
pangan, november 2013,8(3),187-192
29. Lin,Chien-Hui, Su-Chen, K. Evaluating Ef-Fects Of Prenatal Breasfeeding
Education Program On Women Whit Cesarean Delivery In Taiwan.Jornal Of
Clinical Nursing,2008.17 (21), 2838-2859.
21