Disusun Oleh:
Nurul Husnah, S.ST.,M.Keb
Andi Tenri Abeng, SKM.,M.Kes
Tim Penyusun
ii
Daftar Isi
iii
A. Latar Belakang
Stunting merupakan peristiwa terhambatnya pertumbuhan tubuh sebagai
akibat kurangnya asupan gizi lengkap baik secara kuantitas maupun kualitas yang
terjadi pada anak dalam 1000 hari pertama kehidupannya (1000 HPK). Kondisi
tersebut mengakibatkan anak memiliki tinggi badan cenderung pendek pada
usianya, karena tinggi badan anak yang mengalami stunting berada di bawah
standar deviasi (<-2 SD) menurut referensi World Health Organization
(WHO). Jika kekurangannya sangat kronis akan mempengaruhi kemampuan
kognitif pada anak yang dapat menurunkan tingkat kecerdasaannya dan tentu saja
akan berdampak pada rendahnya sumber daya manusia yang akan dihasilkan. Jika
kejadiannya terus berlangsung, resiko anak mengalami penyakit
tidak menular pada usia dewasanya akan semakin tinggi.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan angka
kejadian stunting adalah dengan pemanfaatan daun kelor (Moringa oleifera) yang
selama ini belum banyak diketahui manfaatnya oleh masyarakat
secara luas. Daun kelor kaya akan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin C, zat
besi, kalsium dan kalium.
Kandungan nutrisi yang lengkap pada daun kelor dapat dijadikan
sebagai alternatif sumber nutrisi lengkap yang dapat ditambahkan dalam
pengolahan makanan bagi anak dalam masa pertumbuhan. Sebuah
penelitian menyebutkan bahwa penggunaan 2-3 g daun kelor yang dicampurkan
ke dalam makanan balita yang mengalami gizi kurang dapat menaikan bobot
badan yang lebih tinggi dibanding balita yang diberi 1 butir telur per
harinya.
Pemerintah telah meluncurkan rencana Aksi Nasional Penanganan
Stunting pada bulan Agustus 2017, yang menekankan pada kegiatan konvergensi
di tingkat nasional, daerah dan desa untuk memprioritaskan kegiatan intervensi Gizi
1
Spesifik dan Gizi Sensitif pada Hari Pertama Kehidupan hinggasampai dengan
usia 6 tahun. Kegiatanini diprioritaskan pada 100 kabupaten/kota di tahun 2018.
Kebijakan ini didukung melalui :
Joko Widodo
Presiden RI
2
B. Kondisi Stunting Di Indonesia
3
C. Pengertian Stunting
3
D. Penyebab Stunting
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awalanak
lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun
4
5
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi. Intervensi paling
menentukan pada 1.000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan).
1. Praktek pengasuhan yang tidak baik
a. Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan.
b. 60 % dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
c. 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makana Pengganti
ASI.
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (Ante NatalCare),
Post Nata Care dan pembelajaran dini yang berkualitas
a. 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan Anak UsiaDini.
b. 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang
memadai.
c. Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007menjadi
64% di 2013).
d. Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi
3. Kurangnya akses ke makanan bergizi
a. 1 dari 3 ibu hamil anemia
b. Makanan bergizi mahal
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
a. 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka
b. 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih
6
7
E. Dampak Buruk Stunting
8
F. Penanganan Stunting
Penangan stunting dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan Intervensi
Sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia
6 tahun.
1. Intervensi Gizi Spesifik
a. Intervensi yang ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1.000 hari
pertama kehidupan
b. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan
c. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatatdalam
waktu relatif pendek
2. Intervensi Gizi Sensitif
a. Intervensi yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di
luar sektor kesehatan.
b. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk sasaran
1.000 Hari Pertama Kehidupan.
9
H. Manfaat Daun Kelor
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan angka
kejadian stunting adalah dengan pemanfaatan daun kelor (Moringa oleifera) yang
selama ini belum banyak diketahui manfaatnya oleh masyarakat secara luas. Daun
kelor kaya akan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium dan
kalium (A Dudi Krisnadi, 2015). Menurut penelitian, bagian daun (2 tangkai di
bawah pucuk sampai tangkai ke-9 atau ke-10) merupakan bagian yang mengandung
tinggi protein (28,25%), Beta karoten (Pro vitamin A) 11,93 mg, Ca (2241,19) mg,
Fe (36,91) mg dan Mg (28,03) mg (Zakaris et al., 2012).
10
Penelitian lain menyebutkan jika daun yang digunakan adalah daun
yang diblansir terlebih dahulu sebelum dikeringkan, maka akan menghasilkan
komponen mikro (mineral) dan makro (protein) yang lebih tinggi, yaitu (Protein;
28,66 g, Ca; 929,29 mg, P; 715,32 mg, Fe; 99,9 mg dan Zn; 2,32 mg) (Irwan,
2020).
Kandungan nutrisi yang lengkap pada daun kelor tersebut dapat
dijadikan sebagai alternatif sumber nutrisi lengkap yang dapat ditambahkan
dalam pengola han makanan bagi anak dalam masa pertumbuhan. Sebuah
penelitian menyebutkan bahwa penggunaan 2-3 gr daun kelor yang dicampurkan
ke dalam makanan balita yang mengalami gizi kurang dapat menaikan bobot
badan yang lebih tinggi dibanding balita yang diberi 1 butir telur perharinya
(Zakaris et al., 2012).
Gizi kurang atau gizi buruk pada anak menjadi penyebab anak mudah
sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat
dewasa. Sementara itu juga kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan
angka kematian bayi dan anak
11
Data tahun 2018 menunjukkan bahwa proporsi status sangat pendek di
Indonesia menurun dari 18% pada tahun 2013 menjadi 11,5% pada tahun 2018
(Departemen Kesehatan RI, 2018), tetapi proporsi balita pendek meningkat yaitu
dari 19,2% pada tahun 2013 menjadi 19,3% pada 2018. Kejadian stunting ini
dapat berlanjut sampai anak menjadi remaja. Kinerja sistem syaraf anak stunting
kerap menurun yang berimplikasi pada rendahnya kecerdasan anak.
12
J. Pemanfaatan daun Kelor
Tepung Daun Kelor
13
K. Olahan Daun Kelor
Bahan-bahan
14
LANGKAH
1. Siapkan bahan
2. Cuci daun kelor dan pandan. Lalu blender dengan air secukupnya lalu
saring buang ampasnya dan yang dipakai sarinya saja.
3. Kocok telur bersama gula dengan wisk hingga gula larut. Masukkan susu,
sari daun kelor, kental manis dan agar-agar. Masukkan sisa air kemudian
kocok kembalihingga tercampur rata serta tambahkan sejumput garam.
Kemudian saring lagi.
15
4. Masak adonan agar-agar dengan sesekali diaduk (saya aduk pakai wisk.).
masak hingga mendidih dengan api kecil, Angkat.
16
RESEP STIK KELOR
BAHAN :
LANGKAH :
1. Siapkan semua bahan
16
2. Kupas kentang, iris kecil dan kukus smpai matang
17
5. Tambahkan kaldu bubuk, aduk sampai adonan tercampur rata
18
8. Panaskan minyak goreng pada api sedang, goreng adonan
hingga berwarna coklat keemasan
19
DAFTAR PUSTAKA