PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Status gizi merupakan satu dari tiga faktor utama yang menentukan
kualitas Sumber Daya Alam (SDM). Status gizi adalah keadan tubuh sebagai
reaksi dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Masalah gizi akan
timbul antara lain gizi kurang dan gizi buruk. Gizi kurang terjadi jika asupan
zat gizi lebih rendah di banding yang dibutuhkan, sedangkan gizi buruk terjadi
jika asupan gizi semakin rendah. (Almatsier, 2010).
Masalah gizi buruk-kurang di Indonesia masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang mendekati prevalensi tinggi. Kesehatan masyakat
dianggap serius menurut WHO (2010) terjadi jika prevalensi gizi buruk-
kurang 20,0-29,0-persen dan di anggap prevalensi sangat tinggi jika >30
persen. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,
prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) meningkat dari 17,9 persen
ditahun 2010 menjadi 19,6 persen di tahun 2013.
Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk menurut UNICEF (1998)
adalah kemiskinan. Banyaknya jumlah keluarga miskin di indonesia
menyebabkan rendahnya kemampuan daya beli bahan makanan keluarga.
Sehingga asupan gizi balita tidak sesuai dan mengakibatkan masalah gizi
kurang dan gizi buruk pada balita. Salah satu solusi yang dapat di lakukan
adalah dengan mengembangkan formula Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) pada balita yang lebih bermutu serta bernutrisi tinggi demi
mengentaskan permasalahan gizi kurang-buruk di indonesia yang berasal dari
keluarga miskin berupa pangan lokal yang sehat.
Salah satu upaya peningkatan pangan lokal adalah produk pangan yang
telah di produksi dan biasanya berkaitan erat dengan budaya masyarakat
setempat. Pangan lokal yang beraneka ragam dalam jumlah yang banyak dapat
berpotensi pada kemandirian nasional. Kurangnya inovasi teknologi
menyebabkan belum berkembangnya produk pangan lokal yang
penggunaannya masih banyak dengan tepung terigu dan beras. Padahal tepung
terigu di negara ini sudah terlalu banyak. kepenrin menyatahkan bahwa
konsumsi tepung terigu nasional pada tahun 2012 mencapai 1,22 juta ton
setahun.
Berdasarkan penelitian yang sejenis hasil penelitian menunjukan bahwa
responden yang memiliki status gizi nornal tetapi memiliki asupan karbohidrat
kurang 30%, jumlahnya lebih banyak di bandingkan dengan asupan
karbohidratnya baik 20%. Sedangkan responden yang memiliki status gizi
overweight tetapi asupan karbohidratnya kurang 20%, lebih besar jumlahnya
dari pada yang asupan karbohidratnya baik 2,5%. Responden dengan status
gizi obesitas tetapi asupan karbohidratnya cenderung baik 5%. Peresentase
terbesar juga terjadi pada responden yang memiliki status gizi overweight
tetapi asupan karbohidratnya kurang sebesar 20% (Rahmawati, 2017).
Berdasarkan data dari Desa Lerahinga oleh karena itu peneliti terdorong
untuk melakukan penelitian tentang ”pemanfaatan pangan lokal untuk
meningkatkan status gizi balita di Desa Lerahinga.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka rumusan masalah ini adalah
Bagaimana pemanfaatan pangan lokal untuk meningkatkan gizi balita di Desa
Lerahinga ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasakan uraian rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang
sesuai adalah:
Untuk mengetahui pemanfaatan pangan lokal untuk meningkatkan gizi balita
di Desa Lerahinga.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat teoritis Bagi Peneliti
Dapat bermanfaat bagi peneliti untuk mengaplikasikan segala
pengetahuan yang peneliti peroleh selama sekolah di SMAN 1
LEBATUKAN khususnya jurusan MIA
b. Akademik
Dapat bermanfaat bagi SMAN 1 LEBATUKAN khusunya jurusan
MIA sebagai bahan kajian yang ada kaitan dengan mata pelajaran yang
sesuai dan juga untuk memenuhi tugas akhir sekolah sebagai penentu
kelulusan.
Untuk memberikan informasi yang praktis bagi penelitian siswa
selanjutnya dalam penelitian di bidang kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah Kecamatan
Lebatukan dan Desa Lerahinga dalam meningkatkan gizi balita.
b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan
penelitian lanjutan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PANGAN LOKAL
1. Pengertian Pangan Lokal
Pangan lokal adalah makanan yang di konsumsi oleh masyarakat
setempat sesuai potensi dan kearifan lokal. Ada juga pangan lokal yang
belum di manfaatkan secara intensif yaitu berbagai jenis umbi-talas,
ganyong, hanjeli, dan hotong. Husain (2004) menyatakan, pangan lokal
adalah pangan yang di produksi setempat (suatu wilayah/daerah tertentu)
untuk tujuan ekonomi atau konsumsi. Selain ubi jalar, sagu juga
merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat papua, terutama yang
berdomisili di dataran rendah atau di pesisir pantai dan danau.
2. Manfaat Pangan Lokal
Pemanfaatan pangan ini merupakan salah satu pilar ketahanan pangan
yang mengacuh pada penggunaan pangan oleh rumah tangga dan
kemampuan tubuh seseorang untuk menyerap dan menggunakan zat gizi
dari dalam bahan pangan sehingga di terapkan dengan pemanfaatan
pangan yang baik dapat mencapai ketahanan pangan di setiap keluarga
yang menunjukan kondisi terpenuhinya pangan yang baik dari jumlah,
mutu, keberagaman, zat gizi, dan keterjangkauannya supaya setiap
keluarga dapat hidup sehat, bergizi, aktif dan produktif.
3. Jenis – Jenis Pangan Lokal
a. Ubi jalar
Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah
padi, jagung, dan ubi kayu dan mempunyai peranan penting dalam
penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pekan ternak.
Ubi jalar di konsumsikan sebagai makanan tambahan atau sampingan.
Ubi jalar mengandung zat gizi yang cukup lengkap, yaitu protein, serat
lemak, berbagai mineral, vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan vitamin
lainnya. Dari kandungan gizinya yang cukup lengkap, ubi jalar dapat
melengkapi kebutuhan gizi dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Zat
yang terkandung dalam ubi jalar dapat mencegah berbagai penyakit,
menghasilkan energi untuk kita bergerak, melawan virus dan bakteri,
dan membantu tubuh kita supaya tetap sehat dan bugar.
b. Kacang Hijau
Kacang hijau adalah jenis tanaman palawija yang di kenal luas di
daerah tropis, termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) yang
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber
bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi yakni sebesar 22% dan juga
mengandung mineral penting yaitu kalsium dan fosfor, serta vitamin
B1. Kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk
memperkuat tulang, sedangkan vitamin B1 berguna untuk menunjang
pertumbuhan pada anak-anak.
c. Jagung
Jagung adalah tanaman yang berbentuk biji-bijian dan memiliki
kandungan karbohidrat yang banyak. Karbohidrat adalah zat gizi
utama yang dibutuhkan manusia karena menyediakan tenaga supaya
kita bisa bergerak dan bekerja. Serat tangan dalam jagung mampu
menurunkan kadar kolestrol darah. Kolestrol darah adalah lemak jahat
dalam tubuh yang jika terlalu banyak dapat menyebabkan penyakit
jantung karena dapat menyumbat jantung dan pembuluh darah di
dalam tubuh.
Sedangkan vitamin A dan vitamin E pada jagung kuning berperan
sebagai antioksidan alami. Antioksidan adalah zat yang dapat
membantu sistem kekebalan tubuh supaya mudah melawan bakteri dan
virus jahat yang masuk ketubuh kita.
d. Kacang tanah
Kacang tanah adalah kacang kacangan yang termasuk lauk nabati
yang mengandung banyak lemak dan protein. Biji kacang tanah adalah
bahan makanan yang sehat yang memiliki segudang manfaat yang di
butuhkan manusia. Kacang tanah mengandung lemak (40-50%),
protein (27%), karbohidrat, zat lesitin, kolin, dan berbagai vitamin
(A,B,C,D,E, dan K), serta mineral seperti kalsium, zat besi, klorida,
magnesium, fosfor, kalium, dan sulfur, juga mengandung asam lemak
esensial seperti omega 3 dan omega 9 yang bermanfaat bagi tubuh.
Kacang tanah dapat di makan dalam berbagai bentuk misalnya
sebagai bahan sayur, saos, ataupun digoreng dan direbus menjadi
kacang goreng, kacang telur dan lain lain. Juga dapat diolah sebagai
bumbu pecel, dan gado gado. Sebagai bahan industri kacang tanah
dapt di buat keju, mentega, minyak dan sabun, sedangkan daun
tanaman kacang tanah dapat di buat menjadi bahan pakan ternak dan
pupuk.
4. Gizi Balita
a. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian anak di bawah lima tahun. Balita
adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun ( balita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh
kepada orangtua untuk melakukan kegiatan penting seperti mandi,
buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik. Namun, kemampuan lain masih terbatas. Masa balita
merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
b. Pengertian Gizi
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut itu normal atau bermasalah
(gizi salah). Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh kekurangan atau kelebihan dan keseimbngan zat zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan, kecerdasan dan aktifitas atau
produktifitas. Status gizi juga merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara makanan yang dimasukan kedalam tubuh
(nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi
tersebut. Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk menunjukan kualitas hidup suatu masyarakat dan
juga memberikan interfensi sehingga akibat lebih buruk dapat di cegah
dan perencanaan lebih baik dapat dilakukan untuk mencegah anak
anak lain dari penderitaan yang sama.
c. Manfaat Gizi Balita
Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta
perkembangan fisik dan kecerdasan anak. Dengan gizi yang
seimbang maka diharapkan anak memiliki tubuh yang sehat, tidak
mudah terserang penyakit infeksi dan lain sebagainya.
d. Faktor Faktor Yang Dapat Mempengeruhi Status Gizi
1) Faktor Langsung
Penyebab langsung masalah status gizi yaitu
ketidakseimbangan anatara asupan makanan dan penyakit infeksi
kedua penyebab langsung tersebut saling berkaitan dengan, jika
asupan makanan yang di konsumsi kurang dari kebutuhan maka
penyebab daya tahan tubuh melemah sehingga memudahkan
penyakit infeksi untuk masuk kedalam tubuh sehingga balita
beresiko terjadi wasting (Putri & Wahyono,2013). Tingkat
konsumsi makanan yang dapat memenuhi kebutuhan baik secara
kualitas maupun kuantitasnya dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan gizi, tetapi dengan adanya penyakit infeksi dapat
mengurangi asupan makanan tubuh akan kehilangan zat yang
diperlukan dalam metabolisme.
2) Faktor Tidak Langsung
Faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita secara tidak
langsung seperti pola asuh ibu terhadap anak misalnya cara
merawat anak, cara ibu memberi makanan kepada anak, cara
mempertahankan kesehatan dan kebersihan anak, serta bagaimana
ibu memberikan kasih sayangnya kepada anak
(Prastyo,Prawirohartono & Rahyaningsih, 2008). Hal ini di
dukung oleh Putri & Wahyono (2013) bahwa hal lain yang
mempengaruhi seperti kecukupan nutrisi dalam sebuah keluarga,
sanitasi lingkungan, kemudahan dalam akses layanan kesehatan,
usia balita, jenis kelamin balita, rumah sebagai tempat tinggal,
pendidikan dan pekerjaan orang tua. Pemberian pola asuh yang
salah dapat menyebabkan makanan yang balita konsumsi tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.
e. Penilaian Status Gizi Anak
Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau
menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan
dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan
panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Klasifikasi
penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan
kategori status gizi pada WHO Child Growth Standards untuk anak
usia 0-5 tahun.
Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Indeks IMT/U
digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi
baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan
grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama.
Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih
dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi
lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya
gizi lebih dan obesitas (PMK.No.2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak)
Tabel 1.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Indeks Kategori Status Gizi Ambang batas (Z-score)
Indeks Masa Tubuh Gizi Buruk >-3 SD
Menurut Umur IMT/U Gizi Kurang -3 SD sd <- 2 SD
Anak Usia 0-60 Bulan
Gizi Baik -2 SD sd +1 SD
Gizi Lebih > + 1 SD sd + 2 SD
Beresiko Gizi Lebih >+ 2 SD sd +3 SD
Obesitas >+ 3 SD
5. Kerangka Berpikir
Pangan Lokal
Status Gizi
a. Gizi Buruk
b. Gizi Kurang
c. Gizi Kurang
d. Gizi Baik
e. Gizi Lebih
f. Beresiko Gizi Lebih
g. Obesitas
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
B. Metode
Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh dalam usaha
untuk menemukan dan menguji menggunakan metode ilmiah atau menguji
kebenaran ilmu pengetahuan. Oleh karena itu metode Deskriptif Naturalistik
dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menemukan
serta memberikan pengertian fenomena, dimensi waktu realita pada waktu
pengambilan data dilapangan atau fakta sesuai dengan kegiatan dilapangan
( sugiyono : 18 ).
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi dibagi menjadi Dua yaitu
faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Melalui hasil wawancara yang kami peroleh dari Bidan Desa
Lerahinga bahwa faktor langsung yang mempengaruhi status gizi adalah
menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) yang mana jika
kebersihan anak tidak dijaga dengan baik maka penyebab daya tahan
tubuh melemah sehingga anak mudah terserang penyakit. Lingkungan
juga dapat mempengaruhi status gizi anak.
Sedangkan faktor tidak langsung seperti polah asuh ibu terhadap anak
seperti bagaimana cara ibu mengatur jam makan anak, jam istirahat anak,
menjaga kebersihan dan kesehatan anak.
Maka berdasarkan hasil wawancara diatas kami dapat menyimpulkan
bahwa adanya hubungan antara lingkungan dan keluarga yang dapat
meningkatkan status gizi balita diamana hubungan tersebut dilakukan
sehari hari.
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Pemanfaatan pangan lokal untuk
meningkatkan status gizi balita di Desa Lerahinga maka dapat kami simpulkan
sebagai berikut:
1. Pemanfaatan pangan lokal dilakukan dengan cara mengolah hasil pangan
yang ada untuk meningkatkan status gizi balita di Desa Lerahinga
2. Adapun jenis pangan lokal yang dapat meningkatkan status gizi balita
adalah jagung, ubi-ubian, pisang, kacang hijau, sorgum, daun kelor
3. Adapun dua faktor yang mempengaruhi status gizi balita yakni menerapkan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan pola asuh ibu tehadap anak.
4. Menjalankan program-program yang dapat meningkatkan gizi balita
5. kurangnya partisipasi orangtua dalam menjalankan apa yang sudah di
sosialisasikan kesehatan dan kader tentang memanfaatkan pangan lokal
dengan baik.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian tentang pemanfaatan
pangan lokal untuk meningkatkan status gizi balita di Desa Lerahinga sebagai
berikut:
1. Peran dari orang tua sangat dibutuhkan dalam meningkatkan gizi balita