Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN SUWEG

Disusun oleh:

Nama : Martania Sri Ayu Manik 134190031


NIM : 134190031
Kelas :D
Mata Kuliah : Teknologi Budidaya Tanaman Pangan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
budidaya tanaman  Suweg. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Budidaya Tanaman Pangan
yang diampu oleh Bapak Darban Haryanto,IR.,MP.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Darban selaku dosen


yang mengampu mata kuliah Teknologi Budidaya Tanaman Pangan yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta,6 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin
di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dan negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, aman,
bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun
daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penduduk yang besar dan di sisi lain memiliki sumber
daya alam dan sumber Pangan yang beragam, Indonesia haruslah
mampu memenuhi kebutuhan Pangannya secara berdaulat dan mandiri.
Diversifikasi pangan merupakan program prioritas Kementerian
Pertanian sesuai dengan PP Nomor 22 tahun 2009 tentang Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya
Lokal.Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap beras dan terigu
harus dikurangi secara bertahap dengan meningkatkan konsumsi dan
produksi bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011).
Produksi ubi jalar pada tahun 2009 tercatat 1,95 juta ton dari luas panen
181.183 ha (BPS 2009).
Ubi jalar merupakan tanaman yang sangat familiar untuk orang
Indonesia, banyak ditemukan di pasar dengan harga relatif murah. Ada
beberapa jenis ubi jalar, jenis yang paling umum adalah ubi jalar
putih,merah, ungu, kuning atau orange. Zat gizi lain dalam ubi jalar
adalah energi, vitamin C, vitamin B6 (piridoksin) yang berperan penting
dalam kekebalan tubuh. Kandungan mineral dalam ubi jalar seperti

4
fosfor, kalsium, mangan, zat besi dan serat yang larut untuk menyerap
kelebihan lemak/kolesterol dalam darah (Reifa, 2005).

Ubi jalar ungu memiliki kelebihan yaitu kandungan antosianin yang


merupakan salah satu senyawa antioksidan selain betakaroten.
Antosianin termasuk dalam kelompok flavonoid yang penyebarannya luas
diantara spesies tanaman, merupakan pigmen berwarna yang umumnya
terdapat di bunga berwarna merah, ungu dan biru (Yuwono, dkk, 2010).
Ubi jalar ungu mengandung antosianin berkisar ± 519 mg/100 g berat
basah. Antosianin ubi jalar ungu juga memiliki fungsi fisiologis missal
antioksidan, antikanker, antibakteri, perlindungan terhadap kerusakan
hati,penyakit jantung dan stroke (Ferlina, 2010).

B. Tujuan
1.Menambah pengetahuan bagi tentang persepsi dan implementasi
masyarakat tentang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA)
masyarakat pada ubi-ubian
2. Menjadikan ubi -ubian sebagai sumber karbohidrat lokal dalam upaya
diversifikasi pangan
3. Memberikan informasi sifat kandungan betakaroten sebagai antioksidan
yang diharapkan dapat menjadi nilai tambah ubi – ubian dalam pembuatan
beras analog

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.Bahan Pangan sebagai Sumber Kehidupan


Setiap manusia memerlukan bahan makanan untuk menunjang
kelangsungan hidupnya. Dengan menggunakan bahan makanan,
manusia membangun sel-sel tubuhnya dan menjaganya agar tetap
sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk memenuhi
kebutuhan tubuhnya, manusia telah berusaha selama jutaan tahun
untuk meningkatkan jumlah persediaan bahanpangan
dengan menciptakan cara-cara yang lebih baik untuk memproduksi
dan menimbun hasil. Keberhasilan dalam us aha terse but, yang
kemudian diperbaiki dan disempurnakan terus sepanjang zaman,
telah mendasari cara hidup menetap menjadi landasan peradaban
manusia masa kini.
Pangan merupakan elemen penting dalam siklus kehidupan dan
menjadi hak azasi manusia untuk mendapatkannya dalam jumlah dan
mutu yang diinginkan. Peran pangan yang sangat strategis tersebut
mewajibkan 1996 tentang Pangan. Bahkan secara internasional oleh
organisasi pangan dunia, the Food and Agriculture Organization of the
United Nations, FAO (1996), ketahanan pangan dinyatakan bahwa “food
security exists when all people, at all times, have physical and economic
access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs
and food preferences for an active and healthy life”. Kondisi yang harus
dipenuhi untuk mewujudkan ketahanan pangan menurut UU, No. 7, 1996
tersebut mencakup ketersediaan pangan yang cukup baik jumlah

6
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau oleh seluruh rakyat
Indonesia (Broto, 2008).
Semakin maju suatu bangsa, semakin besar perhatiannya
terhadap mutu bahan pangan yang dikonsumsi. Makan tidak lagi
dipandang hanya sebagai sumber kalori, protein, vitamin, dan
mineral, tetapi lebih dari itu. Pangan menjadi penting artinya bagi
kepekaan daya pikir dan kecerdasan serta kepekaan terhadap seni,
budaya, dan keindahan. Pangan penting artinya bagi kelayakan
hidup dan keagungan manusia (human dignity ) itu sendiri.
Sebaliknya semakin maju suatu bangsa, semakin banyak
jenis makanan yang mengalami berbagai proses mekanis atau
kimia, baik dalam skala kecil maupun dalam skala industri. Dengan
kemajuan dan penggunaan teknologi tersebut, bahan pangan
akan kehilangan sifat kesegaran, dan sebagian atau sebagian besar
zat gizi yang terkandung di dalamnya hilang atau rusak. Sebagian
besar tujuan pengolahan pangan agar bahan menjadi awet dan
praktis dalam penanganan.
Setiap manusia memerlukan bahan makanan untuk menunjang
kelangsungan hidupnya. Dengan menggunakan bahan pangan,
manusia mampu membangun sel- sel tubuhnya dan menjaganya
agar tetap berfungsi dengan semestinya sehingga tetap sehat.
Manusia yang sehat adalah manusia yang bugar, segar, dan
berjaya. Zat-zat yang diperlukan oleh tubuh tersebut dapat diperoleh
dari bahan makanan yang disebut gizi.
Dalam suatu masyarakat yang maju, terasa timbul kebutuhan
yang beralasan untuk mengetahui komposisi makanan yang kita
konsumsi. Pada umumnya pangan atau makanan tidak hanya
tersusun atas air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan serat
makanan ( dietary fiber ), tetapi juga terdiri atas berbagai zat kimia
lain yang sudah berada dalam makanan secara alami maupun yang

7
ditambahkan.Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, berbagai jenis
makanan dapat dibuat lebih awet, lebih menarik dalam penampilan,
lebih aman, lebih enak, serta lebih praktis bagi konsumen. Beberapa
di antaranya malahan dapat lebih bergizi.
B.Pemilihan Bahan Pangan
Terjadinya pemilihan bahan pangan biasanya lebih sering
terjadi dalam keadaan tersedianya bahan pangan yang cukup
atau berlebihan. Tabu dan berbagai larangan terhadap pangan
akan sangat menurun dan hilang dalam masyarakat miskin dan
kelaparan.Jadi,dalamkeadaan cukup pangan barulah muncul
pertimbangan pemilihan bahan pangan tersebut.
Agar manusia lebih bijaksana dan memperoleh kualitas
hidup yang lebih baik, ia harus pandai memanfaatkan peralatan
yang terdapat dalam tubuh yaitu otak dan hatinya. Dengan otaknya
ia akan dapat berpikir dan dengan hatinya ia akan mampu
mengungkapkan perasaannya. Karena kedua peralatan tersebut
terdapat dalam tubuh seseorang, maka fungsinya tidak dapat saling
terpisah sama sekali. Interaksi keduanya tidak dapat dihindari dan
mungkin justru dikehen daki. Hal ini juga berlaku dalam
pertimbangan untuk pemilihan bahan pangan.Fungsi makanan
bagi masyarakat Indonesia bukanlah sekedar kumpulan zat- zat gizi
semata tetapi makanan mempunyai fungsi sosial,budaya,dan
religi. Makanan erat sekali dengan tradisi setempat, karena itu
makanan adalah fenomena lokal yang dapat menjadi wahana bagi
hubungan antar m anusia.
Karenaalasan terse but, sebelum pemilih an
berdasarkan gizi, konsumen lebih dahulu tertarik pada warna, rasa,
tekstur, serta tidak lepas dari hedonisme (mendapatkan kenikma tan
semata-mata). Seperti yang dikataka n oleh Margaret Mead bahwa
yang kita santap adalah makanan, bukan gizi ( We eat foods not

8
nutritions) (Winarno, 1993).

C.Bahan Pangan sebagai Sumber Gizi


Di samping tujuan utama penggunaan makanan sebagai
pemberi zat gizi bagi tubuh yang dibutuhkan untuk
mempertahankan hidup, manusia juga menggunakannya untuk
nilai-nilai sosial, karena penggunaan makanan telah melembaga
sebagai alat untuk berhubungan dengan orang lain atau para dewa.
Oleh karena itu makanan dalam setiap lingkungan masyarakat
menyangkut gizi dan aspek sosial. Setiap bahan pangan baru harus
memperbaiki fisiologi tubuh, tetapi tidak bertentangan dengan
kepercayaan atau tradisi sosial dan kebiasaan
makanan dari lingkungan masyarakat.
Unsur-unsur gizi yang perlu ada dalam makan, tercermin pada
komposisi tubuh, yaitu air, zat putih telur (protein), lemak, zat hidrat
arang (karbohidart), mineral, dan berbagai komponen-komp
onen minor lainnya.
Komponen-komponen tubuh sec ara garis besar dapat dibagi
dalam tiga kelompok yaitu:
1. Komponen yang diperlukan untuk struktur tubuh (memberi
bentuk tubuh).
2. Komponen yang menjalankan reaksi kimia tubuh.
3. Komponen sumber bahan bakar atau tenaga untuk aktivitas
tubuh.
D.Zat-Zat Gizi Esensial Mayor
Purnomo dan Adiono (1985) menyatakan bahwa ada beberapa
zat-zat gizi esensial mayor yang harus terdapat dalam
makanan,antara lain sebagai berikut:
1. Air
Air merupakan bahan terbesar dari tubuh dan terutama

9
berfungsi sebagai pelarut bagi kompon en tubuh lainnya. Unsur ini
harus ada dalam jumlah yang cukup,untuk mempertahankan efisiensi
tubuh.
2.Zat hidrat arang (karbohidrat)
Zat hidrat arang merupakan sumber energi utama dalam
kebanyakan makanan kita. Bentuk karbohidrat yang dapat dicerna
dalam bahan pangan umumnya adalah zat pati dan berbagai jenis
gula seperti sukrosa, fruktosa, dan laktosa, sedang
selulosa,pektin,dan hemiselulosa tersedia dalam jumlah yang cukup,
tetapi tidak tercerna. Agar dapat diserap oleh tubuh,
alatpencernaan menghidrolisa pelbagai bentuk polimerik dari
karbohidrat menjadi monomerik.Glukosa,yang merupakan
monomerik utama karbohidrat dapat digunakan sec ara
langsung sebagai sumber energi dalam seluruh bagian tubuh.
Kelebihan glukosa yang tidak diperlukan diubah
menjadi glikogen dan disim pan dalam hati dan jaringan otot, atau
diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa. Kadar
glukosa bebas dalam darah selalu dijaga oleh tubuh.
3.Protein
Protein mempunyai kegunaan dalam tubuh amat banyak. Di
antaranya adalah pembongkaran molekul protein untuk mendapatkan
energi atau unsur senyawa seperti nitrogen atau sulfur untuk reaksi
metabolisme lainnya. Protein juga penting untuk keperluan
fungsional maupun struktural dan untuk keperluan tersebut
komposisi asam-asam amino pembentuk protein sangat penting
fungsiny a. Bahan pangan umumnya terd iri atas dua puluh ma c am
asam amino.
Tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas untuk
mensintesa asam-asam amino tersebut dan sama
sekali tidak dapat mensintesa delapan jenis asam amino yang dise

10
but sebagai asam amino esensial. Asam-asam amino esensial harus
ada dalam jumlah yang cukup dalam makanan supaya aktivitas
metabolisme tubuh tetap terjaga secara optimal. Oleh karena itu
protein mempunyai mutu yang beraneka ragam tergantung sampai
seberapa jauh protein itu dapat menyediakan asam amino esensial
dalam jumlah yang memadai.
4.Lemak
Lemak merupakan pangan yang berenergi tinggi, setiap
gramnya memberi lebih banyak energi daripada karbohidrat atau
protein. Lemak juga merupakan makanan cadangan dalam
tubuh, karena kelebihan karbohidrat diubah menjadi lemak
dan disimpan dalam jaringan adiposa. Lemak terdiri atas trigliserida
tetapi juga mengandung kolesterol, yang diduga mempunyai
hubungan dengan penyakit jantung dan asam-asam lemak esensial
yaitu asam linoleat dan asam arakhidonat.
5. Vitamin
Vitamin adalah senyawa-seny awa yang tidak dapat dibuat oleh
tubuh tetapi diperlukan untuk memelihara aktivitas berbagai proses
metabo lik atau integritas berbagai selaput membran.Vitamin dibagi
menjadi dua kelompok berdasarka n kelarutannya yaitu vitamin yang
larut dalam lemak dan yang larut dalam air. Pelbagai vitamin
dibutuhkan dalam makanan dalam jumlah yang berbeda tergantung
dari jumlah yang dibutuhkan tubuh untuk menyerap dari makanan
dan menyimpan dalam tubuh.

6. Mineral
Berbagai mineral telah dinyatakan esensial bagi manusia dan
dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu mineral mayor dan minor.
Kelompok mineral minor dalam tubuh hanya terdapat sampai
batas mikrogra m per gram jaringan tubuh. Yang termasuk ke

11
dalam mineral mayor adalah: Ca, P, S, K, Na, Cl, dan Mg; sedangkan
mineral minor adalah: Fe, Mn, Cu, I, An, Co, Mo, Se, Cr, Sn, Ni, F, Si,
dan V.Peranan mineral mayor telah diketahui, sedang fungsi dari
beberapa mineral minor yang baru ditemukan baru sedikit sekali
diket ahui serta belum jelas apakah mineral minor esensial telah
semua diketemukan.

E. Diversifikasi Bahan Pangan Sumber Kalori


Umbi-umbian merupakan hasil tanaman sumber
karbohidrat di samping padi-padia n. Jenis umbi-umbian antara lain
ubi kayu, ubi jalar, talas, ganyong, erut, kimpal, dan lain-lain.Di
Indonesia yang memegang peranan penting dari umbi-umbian
tersebut adalah ketela pohon atau ubi kayu, dan ubi jalar.
Ubi kayu atau ubi jalar dapat digunakan langsung sebagai
bahan pangan, sedangkan ubi jalar dikonsumsi langsung dan tidak
bervariasi. Ubi kayu mempunyai banyak variasi untuk dapat dibuat
sebagai bahanpangan atau bentuk lain.Kegunaan ubi kayu
sebagai bahan pokok sudah dikenal orang sejak zaman bangsa
Maya di Amerika Selatan sekitar 2000 tahun yang lalu, atau bahkan
jauh sebelumnya. Prinsip-prinsip ekstraksi pati yang dikembangkan
oleh bangsa Maya pada awal pembudidayaan ubi kayu masih
diterapkan dalam industri pengolahan pati secara modern dewasa
ini.

Ubi kayu dapat dimakan dalam berbagai bentuk masakan. Di


Indonesia ubi kayu dimakan setelah dikukus,dibakar,
digoreng,diolah menjadi berbagai macam penganan, atau diragikan
menjadi tapai.Dari gaplek dapat dibuat tiwul, gatot, dan macam-macam
penganan lainnya. Tjokro adikoesoemo (1986), menyatakan bahwa
kelemahan utama yang menyebabkan ubi kayu kurang diterima

12
secara menyeluruh, dan hanya dimanfaatkan sebagai makanan pokok di
daerah perdesaan dan pegunungan terpencil pada
saat musim paceklik atau sewaktu panen padi dan jagung yang
kurang memuaskan, di perkirakan adalah sebagai berikut:
1. Meskipun ubi kayu kaya akan vitamin C dan karbohidrat, namun
seperti halnya umbi-um bian yang lain, ubi kayu miskin akan lemak
dan protein. Pemanfaatan ubi kayu sebagai makanan pokok
harus diim bangi dengan pemberian protein hewani agar diet
menjadi berim bang. Walaupun demikian,jenis-jenis makanan
pokok yang lain pun pada umumnya selalu kekurangan beberapa
atau banyak unsur gizi yang sangat esensial bila dilihat dari
kepentingan penyusunan diet yang berim bang.Karena sifatnya
yang mudah dan mampu berproduksi tinggi, sekalipun ditanam
di tanah kritis, ubi kayu dapat berperan sebagai sumber bahan
pangan yang murah dan mudah didapat, terutama oleh penduduk
perdesaan dan daerah pegunungan terpencil yang ditempat itu
bahan makanan yang lebih mahal dan bergizi tidak terjangkau
oleh mereka.
2. Ubi kayu mengandung racun glukosida sianogenik (limarin dan
lotaustralin) yang sewaktu dihidrolisa dapat menghasilkan asam
sianida dan glukosa. Pada kadar tinggi ra cun ubi kayu dapat
berakibat fatal atau mengakibatkan penyakit keracunan
yang dinamakan tropical ataxic neuropathy .Kandungan
tiosianat di dalam serum darah bila cukup tinggi dapat
mengganggu pekerjaan kelenjar gondok sehingga penderita nya
dapat tersera ng penyakit gondok ( goitre) atau kekerdilan(
cretinism ). Namun pada kadar rendah ra cun ubi kayu ternyata
dapat mencegah berbagai mac am penyakit,diantaranya sickle
cells anemia dan mungkin juga kanker.
Racun ubi kayu pada ubi manis dan ubi setengah pahit dapat

13
dihila ngkan dengan cara sederhana, di antaranya dengan
digoreng, dikukus, dijemur, atau diolah menjadi panganan-panganan
lainnya. Namun pada ubi pahit penghilangan hanya dapat dilakukan
dengan cara pengolahan di pabrik-pabrik tapioka, glukosa, atau
high fructose syrup.

BAB III

14
KESIMPULAN

Umbi-umbian seperti ubi kayu (ketela pohon), ubi jalar maupun


jagung, sagu dan sorghum adalah komoditas non beras yang dapat
digunakan dalam diversifikasi pangan sumber kalori yang baik sebagai
pengganti beras untuk bahan pangan bagi kehidupan manusia.
Sebagai sumber karbohidrat yang baik, bahan pangan tersebut
kedudukannya dapat disejajarkan dengan beras sehingga dapat
digunakan dalam diversifikasi pangan sebagai sumber kalori.
Di samping itu bahan pangan alternatif ini juga masih mengandung
protein, lemak, mineral, maupun vitamin. Walaupun cukup rendah, hal
ini masih bisa ditingkatkan lagi nilai giziny a yaitu dengan mengkonsumsi
protein dan lemak dari hewani.Berbagai jenis komoditas non beras
tersebut adalah merupakan sumber karbohidrat yang sangat potensial
di Indonesia,khususnya dalam usaha penganekaragaman pangan
sesuai dengan Inpres No.20 Tahun 1979. Sumber bahan pangan non
beras tersebut menjanjikan banyak harapan sebagai sumber kalori bagi
manusia yang mengkonsumsiny a.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya


Aksara. Jakarta.

Boiman, T. 1995. Menyambung Ubi Jalar dan Kangkung Hutan. Balai


Pustaka. Jakarta.

Djaafar, F.T; Rahayu, S.; Mudjisihono, R.2004. Teknologi Pengolahan


Sagu. Kanisius. Jakarta.

Haryanto, B.; Pangloli, P. 2001. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius.


Jakarta.

Kawabata, A.; Sawayana, N.; Nagashima,


N.R.R.del.Rosario. 1984. Psy cho- chemic al Pro perties of
Starches Crops. Post Harvest Physiology and Pro cessing.
Purnomo, H.; Adiono. 1985. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia. IUI Press.

Suprapto, H.S. 1995. Bertanam Jagung.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Soedjono. 1992. Umbi-umbian. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tjokroadikoesoemo, S. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu


Lainnya.PT.Gra media. Jakarta.

Wargiono, J.; Diane, M.B. 1987. Budidaya Ubi Kayu. Yayasan Obor
Indonesia dan PT. Gramedia. Jakarta.

Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai