Makanan sehat merupakan makanan yang bebas dari bahan berbahaya dan mengandung
gizi yang bermanfaat untuk tubuh. Bahan berbahaya yang dimaksud seperti pewarna msi,
pengawet dan pemanis buatan. Sedangkan, gizi yang bermanfaat bagi tubuh seperti yang
mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, air, dan mineral. Makanan bergizi
merupakan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh.
Mengapa makanan sehat dan bergizi itu penting ? Karena makanan sehat bergizi dapat
mencegah terserangnya penyakit seperti diare, diabetes mellitus, jantung, tifus, dan juga
kolesterol. Kebiasaan mengonsumsi makanan yang kurang sehat bisa meningkatkan risiko
timbulnya penyakit, menghambat perkembangan tubuh, mengurangi kecerdasan otak,
mengurangi fungsi gerak anggota badan, bahkan dapat menimbulkan kematian.
Fungsi Makanan Sehat dan Bergizi
Konsep Isi Piringku adalah satu piring makan yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50
persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat
membatasi konsumsi karbohidrat serta lebih banyak mengonsumsi serat dan vitamin, sehingga
risiko masalah kesehatan, seperti diabetes dan obesitas pun bisa berkurang.
Selain membatasi porsi makanan, Isi Piringku juga menekankan pentingnya membatasi gula,
garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari. Jumlah takaran gula paling banyak yang bisa
dikonsumsi seseorang dalam sehari adalah empat sendok makan, garam satu sendok teh, dan
lemak atau penggunaan minyak goreng maksimal lima sendok makan.
Dalam perkembangan ilmu gizi yang baru, pedoman “4 Sehat 5 Sempurna” pun berubah menjadi
pedoman gizi seimbang yang terdiri dari 10 pesan tentang menjaga gizi. Dari 10 pesan tersebut,
dikelompokkan lagi menjadi empat pesan pokok, yaitu untuk menjaga pola makan gizi seimbang,
minum air putih yang cukup, beraktivitas fisik minimal selama 30 menit perhari, serta mengukur
tinggi dan berat badan yang sesuai untuk mengetahui kondisi Kesehatan tubuh.
ISI PIRINGKU untuk anak dibawah dua dan tiga
tahun (Baduta dan balita)
Baduta (1-2 tahun) Anak di atas 1 tahun umumnya sudah boleh diberi makanan
keluarga. Ada sejumlah aturan pemberian makan untuk anak usia 12-24 bulan, yaitu:
a. Hindari memberikan makanan yang dapat mengganggu organ pencernaan,
seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam atau berlemak.
b. Berikan makanan yang bisa dipegang (finger snack) misalnya potongan sayuran
rebus atau buah untuk melatih keterampilan dalam memegang makanan
sekaligus merangsang pertumbuhan gigi.
c. Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak berumur dua tahun.
d. Bunda harus memperhatikan frekuensi pemberian makan untuk si Kecil,
e. yaitu 3-4 kali sehari makanan keluarga + 1-2 kali sehari makanan selingan atau
bergantung pada nafsu makan anak + pemberian ASI. Jumlah setiap kali makan:
Semangkuk penuh berukuran 250 ml.
ISI PIRINGKU untuk anak dibawah dua dan tiga
tahun (Baduta dan balita)
Batita (2-3 tahun) Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia tahun
2013, anak usia 2-3 tahun butuh 1125 kilo kalori. Bagi kebutuhan kalori tersebut
menjadi 5 kali makan dengan pembagian 2 kali snack (rata-rata 100-150 kilo
kalori setiap makan snack) dan 3 kali makan besar. Anak usia 2-3 tahun setiap
makan besar harus menghabiskan sekitar 300 kilo kalori dan 100 kilo kalori
camilan. Berikut ini contoh menu yang bisa diberikan untuk anak 2-3 tahun
dalam 1 porsi makan besar dan snacknya: Karbohidrat, bisa berupa nasi 5-6
sendok makan atau roti tawar 1 lembar. Protein berupa setengah potong ayam
ukuran sedang atau daging sapi giling 2-5 sendok makan. Untuk sayur, berikan
brokoli 2-3 sendok makan atau jagung manis 2 sendok makan, untuk buah
berikan apel setengah ukuran sedang atau pisang 1 ukuran sedang. Untuk susu
atau produk turunannya, berikan susu 1 gelas atau yogurt 1 gelas kecil.
Sedangkan untuk snack berikan biskuit 3 keping sedang atau cokelat 2-4
potong.
Manfaat program “ISI PIRINGKU”
Program "Isi Piringku" memiliki beberapa manfaat bagi masyarakat, antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang gizi
seimbang dan anjuran "Isi Piringku".
2. Mendorong masyarakat untuk mengubah perilaku konsumsi makanan
menjadi lebih sehat dan bergizi sesuai dengan anjuran "Isi Piringku".
3. Membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian mereka
dengan cara yang mudah dan praktis.
4. Menurunkan risiko kekurangan gizi, obesitas, dan penyakit kronis yang
berkaitan dengan pola konsumsi makanan.
Tantangan program “ISI PIRINGKU”
Program "Isi Piringku" juga menghadapi beberapa tantangan dalam pelaksanaannya, antara
lain:
a. Kurangnya sumber daya manusia, materi, dan anggaran untuk menyelenggarakan
program ini secara luas dan berkelanjutan.
b. Kurangnya keterlibatan dan dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta,
media, organisasi masyarakat, dan tokoh masyarakat.
c. Kurangnya ketersediaan dan aksesibilitas makanan sehat dan bergizi di berbagai
daerah, terutama di daerah terpencil dan miskin.
d. Adanya hambatan budaya, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mempengaruhi
preferensi dan perilaku konsumsi makanan masyarakat.
e. Adanya sikap resisten dan skeptis dari sebagian masyarakat terhadap program ini.
Strategi pelaksanaan program “ISI
PIRINGKU”
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan beberapa strategi
pelaksanaan program "Isi Piringku", antara lain:
a. Melakukan advokasi dan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan
dukungan dan kerjasama dalam penyelenggaraan program ini.
b. Melakukan sosialisasi dan edukasi gizi secara intensif dan menyenangkan
kepada masyarakat melalui berbagai media dan metode, seperti seminar,
workshop, leaflet, poster, video, radio, televisi, internet, sosial media, dll.
c. Melibatkan masyarakat sebagai agen perubahan dengan memberdayakan mereka
untuk menjadi fasilitator, relawan, atau peserta program ini.
d. Meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas makanan sehat dan bergizi di
berbagai daerah dengan cara meningkatkan produksi, distribusi, dan
diversifikasi makanan local yang sesuai dengan anjuran "Isi Piringku".
e. Mengadaptasi program ini dengan kondisi budaya, sosial, ekonomi, dan
lingkungan setempat dengan cara menghargai dan memanfaatkan kearifan lokal
yang ada.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk mengukur efektivitas
dan dampak program ini terhadap pengetahuan, sikap, perilaku, dan status gizi
masyarakat.