Anda di halaman 1dari 11

BUBUK KELOR SIAP PAKAI DAN PRODUK OLAHANNYA SEBAGAI

SALAH SATU PENCEGAHAN STUNTING DI DESA PENDEM,


KECAMATAN JANAPRIA
Halimatus Sa’diyah 1), Luh Putu Intan Paramitha 2), Elmia Kharisma Arsyi 3)*), Wahyu Razak Fahmi 4), Hendra
Hariawan 5)
1)
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
2)
Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Mataram
2)
Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram, Mataram
4)
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
5)
Fakultas Teknik, Universitas Mataram
e-mail: elmiakharismaarsyi@yahoo.com

ABSTRAK
Desa Pendem yang berada di Kecamatan Janapria Lombok Tengah merupakan lokus stunting ketiga tertinggi
di kecamatan Janapria. Salah satu potensi fortifikan pangan yang dimiliki oleh desa Pendem sebagai solusi pencegahan
stuting adalah daun Kelor. Bubuk daun kelor ini dapat ditambahkan dalam makanan sehari –hari untuk memperkaya
vitamin dan nutrisi yang ada dalam makanan. Kegiatan pengolahan daun kelor ini dilaksanakan dengan pendekatan
kualitatif dlam praktek Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik dibawah lembaga penelitian dan pngabdian masyarakat
(LPPM) Universitas Mataram. Kegiatan KKN dilaksanakan oleh penulis di Desa Pendem, Kecamatan Janapria selama
45 hari. Selama periode KKN tersebut berbagai kegiatan telah dilakukan dari pengamatan langsung, sosialisasi,
diskusi bersama warga, aparat pemerintah desa dan tenaga kesehatan puskesmas pembantu di Desa Pendem. Hasil
yang didapatkan yaitu kelompok pembinaan yang dibentuk saat sosialisasi yang selanjutnya akan menjadi tonggak
utama pembuatan bubuk kelor dan produk olahannya di Desa Pendem untuk pencegahan stuniting. Kemudian,
penanaman kelor di beberapa dusun, dan dihasilkan bubuk kelor siap pakai dan produk olahan berupa bolu, teh, dan
pudding kelor

Kata Kunci: Kelor, Bubuk Kelor, Fortifikasi, Stunting


1. PENDAHULUAN
Stunting merupakan salah satu masalah ditimbulkan akibat stunting adalah anak berbadan
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, lebih pendek untuk anak seusianya , proporsi
dimana Kementrian Kesehatan menargetkan tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih
penurunan angka stunting hingga 19 persen dari kecil untuk usianya, berat badan rendah,
sekitar 37% (hampir 9 juta) anak balita pertumbuhan tulang tertunda dan kurang mampu
mengalami stunting pada tahun 2024 (Prasasti, menerima informasi dengan baik
2019 ; RISKESDAS, 2013). Menurut (Prawirohartono,2019). Stunting dapat terjadi
Kementrian Kesehatan, prevalensi stunting akibat kurangnya gizi pada periode 1000 hari
daerah Nusa Tenggara Barat pada tahun 2018 pertama kehidupan anak, sehingga dibutuhkan
mencapai 33,5%, dimana angka ini berada diatas pemenuhan gizi yang adekuat pada periode emas
rata- rata angka stunting nasional yaitu sebesar ini. Pemenuhan gizi dapat dicapai dengan
30,8%. Dinas Kesehatan NTB mencatat, mengkonsumsi makanan kaya protein, zat besi,
prevalensi stunting di Lombok Tengah termasuk hingga folat seperti daging, ikan maupun telur.
klasifikasi buruk dengan persentase 31,05%. Sumber makanan tersebut tidak semua dapat
Desa Pendem sendiri yang berada di Kecamatan dijangkau oleh masyarakat menengah kebawah
Janapria Lombok tengah merupakan lokus sehingga diperlukan makanan alternatif kaya
stunting ketiga tertinggi di Kecamatan Janapria. nutrisi yang dapat dijangkau dengan mudah oleh
Stunting menjadi permasalahan yang serius masyarakat desa Pendem.
karena dikaitkan dengan kualitas sumber daya Salah satu sumber makanan kaya nutrisi
manusia di kemudian hari, dimana stunting dapat dan mudah djumpai masyarakat desa Pendem
meningkatkan resiko kesakitan, buruknya sehari-hari adalah tanaman kelor. Kelor dikenal
perkembangan kognitif, obesitas dan rendahnya di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan
produktivitas dan pendapatan (Pramashanti, WHO telah memperkenalkan kelor sebagai salah
2015). satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah
Stunting adalah masalah kurang gizi gizi (malnutrisi) (Broin, 2010 dalam Aminah et.
kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang al., 2015). Kelor (Moringa oleifera) memilki
kurang dalam waktu cukup lama akibat kandungan nutrisi sebanyak 7 kali vitamin C
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan jeruk, 4 kali vitamin A wortel, 4 gelas kalsium
kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi dimulai susu, 3 kali potassium pisang dan protein dalam
sejak janin masih dalam kandungan dan baru 2 yoghurt. Oleh karena itu kelor berpotensi
terlihat saat anak berusia 2 tahun (Hoffman et al, sebagai bahan untuk ditambahkan dalam pangan
2000 dalam Mitra, 2015). Gejala yang sebagai fortifikan untuk memperkaya nilai gizi
suatu olahan pangan (Aminah et. al., 2015). Hasil dilakukan sebelum dijalankannya program yang
penelitian McLellan et al., (2010) menunujukkan berguna untuk melihat dan mengamati potensi
bahwa tepung daun kelor sebagai suplemen Desa Pendem agar keberlangsungan program
makanan yang bergizi telah ditambahkan pada dapat berjalan lancar. Salah satu observasi yang
bubur jagung yang dijadikan menu buat anak- dilakukan yaitu melihat data stunting dan
anak untuk memenuhi kebutuhan protein dan ketersediaan tanaman kelor di Desa Pendem.
nutrisi mikro (Aminah et. al., 2015). Kemudian, persiapan yang dilakukan diantaranya
Minimnya pengetahuan yang dimiliki pengambilan batang kelor di Wanasaba, Lombok
oleh masyarakat desa Pendem terkait potensi Timur, percobaan pembuatan bubuk kelor, dan
produk olahan daun kelor sebagai pencegahan percobaan pembuatan produk hasil olahan bubuk
stunting menyebabkan kurangnya minat kelor. Selanjutnya, dilakukan sosialisasi untuk
masyarakat dalam mengkonsumsi daun kelor. memaparkan program. Kemudian, pembinaan
Bersasarkan permasalahan tersebut, Tim KKN untuk mempraktekkan secara langsung proses
Desa Pendem periode 2019-2020 akan pembuatan bubuk kelor hingga produk
melaksanakan program pengembangan produk olahannya.
olahan daun kelor sebagai fortifikan dalam Persiapan Pengambilan Bahan Utama
produk pangan sehari-hari di Desa pendem, 1. Disiapkan parang untuk memotong
Kecamatan Janapria, Lombok Tengah sebagai batang kelor
solusi untuk pencegahan stunting. 2. Disiapkan karung untuk menyimpan
2. METODE batang kelor dan daun kelor
Pelaksanaan KKN di Desa Pendem tahun 3. Ditajamkan salah satu bagiannya
2019-2020 dilaksanakan pada tanggal 23 (bagian bawah) untuk mempermudah
Desember 2019 hingga tanggal 5 Februari 2020 penanaman.
atau selama 45 hari. Metode pelaksanaan yang Pembuatan Bubuk Kelor
diterapkan dalam pelaksanaan KKN di Desa 1. Dipisahkan daun kelor dengan batangnya
Pendem dengan pendekatan kualitatif, (diborek)
melalui metode ethonography (riset perilaku 2. Disebar daun kelor pada loyang oven
masyarakat yang dipelajari langsung dari dengan merata
lingkungannya) yang dikemas dalam praktek 3. Dimasukkan loyang ke dalam oven
Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik dibawah 4. Dikeringkan selama ±30 menit dengan
lembaga penelitian dan pengabdian kepada api kompor sedang.
masyarakat (LPPM) Universitas Mataram. 5. Diblender daun kelor kering hingga
Kegiatan KKN dimulai dengan observasi, cukup halus
persiapan, sosialisasi, dan pembinaan. Observasi 6. Disaring hasil blender
7. Di sangrai bubuk kelor 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Bolu Kelor Sifat Fisik Bukuk Kelor
1. Dimasukkan 4 butir telur, gula 250 gr, sp Setelah dilakukan pembuatan bubuk
setengah sendok makan ke dalam wadah kelor, dapat diketahui beberapa sifat fisik bubuk
mixer. kelor, diantaranya:
2. Di mixer dengan kecepatan tinggi hingga 3. Daun segar kelor yang hijau adalah
mengembang standar dasar yang bisa ditetapkan untuk
3. Dimasukkan tepung terigu 250 gr, mixer konsumsi manusia dalam rangka meraih
dengan kecepatan sedang gizi yang baik. Bubuk kelor yang
4. Dimasukkan susu kental manis satu dihasilkan memiliki warna hijau seperti
sachet, mentega cair 50 gr dan 2-3 daun kelor segar.
sendok bubuk kelor, diaduk hingga 4. Indikator kelor yang bagus selanjutnya
merata yaitu tidak memiliki bau lain kecuali bau
5. Dimasukkan ke loyang kue dan dari kelor normal. Bau kelor yang
dipanggang selama ±40 menit dengan api dihasilkan bubuk kelor yang dibuat
kompor sedang memiliki aroma khas kelor bahkan saat
Pembuatan Pudding Susu sudah ditambahkan ke dalam produk
1. Dimasukkan air sebanyak 900 ml olahan.
kedalam panci 5. Kehalusan bubuk kelor yang dihasilkan
2. Dimasukkan satu bungkus agar-agar, 250 memiliki kehalusan yang baik karena
gr gula pasir, garam secukupnya, dan melalui tahap penyaringan. Hasil yang
santan 200 ml ke dalam air 900 ml. didapatkan bisa lebih halus jika kelor
3. Dimasak hingga mendidih dengan api yang diblender disaring dengan
kompor sedang sambil diaduk. penyaring 80 mesh atau standar tepung.
4. Ditunggu hingga suhu tidak terlalu 6. Kekeringan bubuk kelor yang didapatkan
tinggi, kemudian dimasukkan ke dalam bisa berubah karena beberapa faktor,
cetakan pudding. salah satunya yang terjadi saat
Pembuatan Teh Daun Kelor pembuatan yaitu tidak bagusnya

1. Dikeringkan daun kelor penyimpanan kelor kering saat berpindah

2. Diberi tanaman pengharum seperti proses dari setelah di oven ke proses

melati, daun mint, atau daun jeruk pengecilan ukuran. Setelah proses peng-
oven-an, kelor kering harus segera
dihaluskan, disangrai singkat dan
dikemas secara tertutup. Hal ini akan
menghindari penyerapan kembali air di Sosialisasi Pencegahan Stunting
udara yang bisa meningkatkan menggunakan Kelor
kelembaban Sosialisasi ini dilakukan pada tanggal 5
Sifat Fisik Produk Olahan Bubuk Kelor Januari 2020 yang bertujuan untuk memberikan
Bubuk kelor yang dihasilkan pemahaman mengenai pentingnya kelor sebagai
ditambahkan ke berbagai macam olahan yang pemenuhan gizi pencegah stunting. Pemateri
umum di masyarakat, terutama sasaran utama yang diundang yaitu perwakilan petugas gizi
yaitu ibu hamil dan bayi usia di bawah dua tahun. Puskesmas Janapria, yaitu Ibu Sumiyati dan dari
Produk yang berhasil dibuat diantaranya bubur Puskesmas Pembantu Ibu Khusnul. Begitu pula
nasi ditaburi bubuk kelor, bolu, donat, dan pemateri dari anggota kelompok KKN yaitu Luh
pudding. Sifat fisik yang didapatkan diantaranya: Putu Intan mengenai materi Piring Makanku.
1. Bubur dari nasi yang sudah dibuat, Selain itu, sosialisasi ini kami lakukan untuk
ditaburi bubuk kelor dan diaduk hingga memaparkan program kerja yang kami akan
merata. Sifat fisik tekstur yang dihasilkan lakukan. Kemudian, output yang didapatkan pada
tidak berbeda dari bubur nasi pada sosialisasi yaitu pembentukkan kelompok
umumnya, namun dari aromanya pembinaan yang terdiri dari kader masing-masing
memiliki aroma khas kelor. Keuntungan posyandu (15 posyandu) dan satu orang diambil
dari penggunaan bubuk kelor sebagai secara acak di setiap daerah posyandu.
taburan bubur yaitu lebih praktis, umur
simpan lebih lama, dan bisa sebagai
makanan pendamping asi karena partikel
bubuknya yang halus.
2. Bolu dan donat yang dihasilkan tidak
memiliki perbedaan dengan bolu dan
donat pada umumnya dari segi tekstur.
Gambar 1. Sosialisasi Pencegahan Stunting
Aroma dan warna khas kelor akan
Penanaman Kelor
muncul bergantung pada berapa banyak
Penanaman menggunakan batang kelor
bubuk ditambahkan ke dalam adonan.
yang didapatkan di Wanasaba. Alasan
3. Pudding yang dihasilkan tidak memiliki
penggunaan batang kelor dibanding bibit kelor
perbedaan dengan pudding pada
yaitu batang kelor akan menghasilkan tumbuhan
umumnya dari segi tekstur. Aroma dan
kelor yang lebih lebat, lebih cepat tumbuh, dan
warna kelor akan muncul bergantung
mudah untuk dirawat. Batang-batang kelor yang
pada berapa banyak bubuk ditambahkan
didapatkan disebar di sepanjang jalan deas
ke dalam adonan
pendem bagian utara, kemudian ke beberapa Proses Pembuatan Bubuk Kelor
dusun dan rumah warga. 1. Pemisahan
Hal pertama yang dilakukan yaitu
memisahkan daun kelor dari tangkainya
(Gambar 4). Proses pemisahan ini
dilakukan dengan memperhatikan tangkai
kelor agar tidak banyak tercampur dengan
daunnya yang dapat menurunkan kualitas
bubuk kelor.
Gambar 2. Penanaman batang kelor ke sekitar
desa
Pembinaan Pembuatan Bubuk Kelor dan
Produk Olahan Bubuk Kelor
Kelompok yang sudah dibentuk
kemudian dikumpulkan dan diarahkan untuk
pembinaan pembuatan bubuk kelor beserta
produk olahannya. Pembinaan pembuatan
dilakukan dengan praktek secara langsung agar Gambar 4. Proses pemisahan daun kelor
peserta mengetahui secara detail proses 2. Pengeringan
pembuatannya. Output dari pembinaan ini yaitu Proses ini bisa dilakukan dengan du
kelompok dapat menentukan menu yang lebih acara, yaitu menggunakan sinar matahari
beragam lagi untuk dibuat maupun dijual. langsung dan menggunakan oven.
Pembinaan dilakukan dua kali. Pertama bersama Perbedaan kedua metode ini, terletak pada
keseluruhan anggota kelompok, kemudian kedua waktu pengeringan yang dibutuhkan,
bersama ketua dan bendahara kelompok. dimana menggunakan oven membutuhkan
waktu lebih singkat dan tidak dipengaruhi
oleh cuaca. Metode sinar matahari
membutuhkan waktu seharian atau lebih
bergantung intensitas cahaya atau cuaca.
Daun kelor yang sudah dipisahkan dengan
tangkainya selanjutnya diletakkan dan
diratakan di atas loyang. Diusahakan
tumpukan daun kelor tidak terlalu tebal
Gambar 3. Pembinaan agar kekeringan kelor dapat merata
(Gambar 5). Loyang kemudian
dimasukkan ke dalam oven (jika
menggunakan oven), dan diletakkan di
bawah sinar matahari langsung (jika
menggunakan sinar matahari).

Gambar 6. Kelor kering yang sudah


diremas

Gambar 5. Ketebalan kelor pada Loyang


Saat menggunakan metode oven,
waktu rata-rata yang dibutuhkan yaitu
sekitar 30 menit. Saat pengeringan
dilakukan, kelor harus sering di balik untuk Gambar 7. Pebandingan kelor segar,
lebih meratakan penyebaran panas kelor kering, dan kelor bubuk.
sehingga kering yang didapatkan bagus 3. Pengecilan Ukuran (pembubukan)
dan tidak gosong. Indikator kekeringan Proses ini dilakukan dengan
sederhana yang dapat dilihat yaitu jika menggunakan blender. Kelor yang sudah
kelor sudah kering dengan baik, kelor akan kering dimasukkan ke dalam blender dan
mudah hancur hanya dengan diremas dihaluskan hingga merata. Bubuk kelor
dengan tangan (Gambar 6). Kemudian, yang sudah diblender sudah bisa
indikator secara visual bisa dilihat dari digunakan sebagai misalnya taburan bubur
warnanya. Kualitas kelor kering yang baik bayi, campuran pudding. Jika
dilihat dari warnanya yang masih menginginkan hasil yang lebih halus,
mendekati warna kelor segar, yaitu pengayakkan bisa dilakukan. Ayakan yang
kehijauan menuju tua (Gambar 7). kami gunakan yaitu ayakan biasa yang
sekiranya ukuran mesh nya bisa
menghasilkan bubuk yang cukup halus
(Gambar 8).
Proses Pembuatan Teh Kelor
1. Pengeringan
Proses pengeringan yang
dilakukan sama dengan proses
pengeringan pada pembuatan bubuk
kelor.
2. Penambahan daun-daun wewangian atau
rempah
Gambar 8. Proses pengecilan ukuran dengan Penambahan daun-daun
ayakan wewangian atau rempah untuk
menambah aroma. Daun wewangian
yang digunakan yaitu melati. Bunga
melati dicampur dengan kelor kering
yang masih panas, metode ini dikenal
dengan nama ‘ukep’. Proses ini
dilakukan selama dua jam, yang
bertujuan untuk membuat aroma melati
lebih meresap pada kelor. Kelor memiliki
Gambar 9. Proses pengecilan ukuran dengan
aroma dedaunan yang tajam, sehingga
blender
penambahan dedaunan atau rempah
diharapkan bisa mengurangi aroma tajam
kelor.
3. Proses penyeduhan
Kelor yang sudah kering dan
dicampur melati diseduh dan dibiarkan
selama kurang lebih 5 menit agar warna
teh dan aroma melati bisa lebih terasa.

Gambar 10. Produk Keloran Kelor


sendok bubuk kelor, kemudian diaduk
dengan spatula kue. Masukkan ke dalam
Loyang yang sudah dibaluri mentega dan
tepung.

Gambar 11. Teh daun kelor dengan aroma


melati Gambar 12. Proses pencampuran adonan
Proses Pembuatan Bolu Kelor 3. Peng-oven-an
1. Persiapan alat dan bahan Proses ini membutuhkan waktu
Alat-alat yang digunakan yaitu sekitar satu jam. Api yang digunakan
mixer, Loyang bolu, spatula kue, sendok, diatur berdasarkan tekstur atau fisik bolu.
dan oven. Sedangkan bahan yang Saat bolu mulai setengah matang yang
dibutuhkan yaitu tepung terigu 250 gr, ditandai dengan mengembangnya bolu,
mentega 50 gr, telur 4 butir, sp setengah api dikecilkan untuk menghindari
sendok makan, gula 250 gr, garam kegosongan. Pengecekkan bolu harus
sejumput, susu kental manis 1 sachet. sering dilakukan karena proses ini
2. Pembuatan adonan menggunakan oven manual.
Telur sebanyak 4 butir Pengecekkan dilakukan dengan
ditambahkan gula sebanyak 250 g dan menancapkan benda misalnya tusuk gigi
ditambahkan sp setengah sendok makan, ke bolu. Jika masih ada adonan yang
kemudian di mixer dengan kecepatan menempel di tusuk gigi berarti bolu
tinggi hingga mengembang. Setelah belum matang.
mengembang, dimasukkan tepung terigu
sebanyak 250 gram ke dalam wadah
sedikit demi sedikit sambil dimixer
dengan kecepatan sedang. Kemudian,
dimasukkan susu kental manis sebanyak
satu sachet. Terakhir, dimasukkan
mentega cair sebanyak 50 gr dan 2-3
sedang. Proses pemanasan ini harus
dilakukan sambil mengaduk adonan
hingga mendidih. Setelah mendidih, api
dimatikan dan adonan dipindahkan
perlahan ke wadah.
4. Proses pendinginan
Wadah berisi agar-agar
dimasukkan ke lemari pendingin hingga
mengeras. Agar-agar yang sudah
mengeras dipotong-potong sesuai ukuran
Gambar 13. Bolu kelor yang diinginkan.
Proses Pembuatan Pudding Susu
1. Persiapan alat dan bahan
Alat yang digunakan yaitu panci,
spatula, kompor dan cetakan pudding.
Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu
agar-agar bening, air, santan, gula,
garam, bubuk kelor.
2. Pencampuran bahan Gambar 15. Proses pencetakan pudding
Air sebanyak 900 ml SIMPULAN
dimasukkan ke dalam panci, diikuti satu Pencegahan stunting dapat dilakukan
sachet agar-agar, 250 gr gula pasir, dengan konsumsi nutrisi yang cukup terutama
garam secukupnya, dan santan 200 ml. pada seribu hari pertama kehamilan sampai
dengan anak usia dua tahun. Salah satu
pemenuhan nutrisi yang dapat dilakukan yaitu
mengkonsumsi kelor. Kelor memiliki nutrisi
penting bagi pertumbuhan tulang dan otak
anak sehingga stunting dapat dicegah sejak
dini dengan membiasakan mengkonsumsi
Gambar 14. Proses pencampuran bahan kelor. Kemudian, salah satu pendekatan
pudding pengenalan kelor terhadap anak maupun ibu
3. Proses pemasakan hamil yaitu penambahan kelor pada produk-
Panci yang sudah berisi produk olahan yang sering dikonsumsi
campuran bahan dipanaskan dengan api masyarakat. Seperti misalnya bolu, pudding,
hingga teh yang biasa di konsumsi DAFTAR REFERENSI
masyarakat. Selain memperkenalkan produk Aminah, S., T. Ramadhan, M. Yanif, 2015.
fortifikasi kelor untuk pencegahan stunting, Kandungan Nutrisi dan Sifat
produk olahan kelor juga memiliki nilai
Fungsional Tanaman Kelor
ekonomis tinggi bahkan bisa tembus pasar
(Moringa oleifera). Buletin
nasional hingga internasional.
Pertanian Perkotaan. 5(2): 35-44.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kemenkes RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar;
Terimakasih kami ucapkan kepada
RISKESDAS. Balitbang Kemenkes RI.
Tuhan Yang Maha Esa karena
Jakarta.
memberikan berkah ilmu yang bisa kami
Mitra, 2015. Permasalahan Anak Pendek
bagikan kepada khalayak luas. Kepada
(Stunting) dan Intervensi untuk
Dosen Pembimbing Lapangan Ibu
Mencegah Terjadinya Stunting
Halimatus Sa’diyah yang bersedia dengan
(Suatu Kajian Kepustakaan).
iklhas membimbing kami. Kepada kedua
Jurnal Kesehatan Komunitas. 2(6):
orangtua kami yang tiada henti
254-261.
mendukung kami. Kepada orangtua kami
Prasasti 2019. Kemenkes Targetkan Angka
di Desa Pendem yang menerima kami
Stunting Turun hingga 19 Persen
dengan hangat. Kepada masyarakat Desa
pada 2024.
Pendem yang menerima kami dengan
https://www.liputan6.com/health/r
baik. Terakhir, kepada Tim KKN Desa
ead/4041253/kemenkes-targetkan-
Pendem 2019-2020 yang luar biasa
angka-stunting-turun-hingga-19-
menjalani 45 hari dengan segala rintangan
persen-pada-2024. Diakses pada
dan cerita. Semoga artikel ilmiah ini bisa
Rabu, 29 Januari 2019 22:40.
menjadi referensi bagi masyarakat luas
Prawirohartono, 2019. Kenali Penyebab
mengenai pencegahan stunting
Stunting Anak.
menggunakan tanaman kelor.
https://sardjito.co.id/2019/07/22/k
enali-penyebab-stunting-anak/
WAKTU : RABU 29 Januari 2019
11:06 pm

Anda mungkin juga menyukai