ABSTRAK
Desa Pendem yang berada di Kecamatan Janapria Lombok Tengah merupakan lokus stunting ketiga tertinggi
di kecamatan Janapria. Salah satu potensi fortifikan pangan yang dimiliki oleh desa Pendem sebagai solusi pencegahan
stuting adalah daun Kelor. Bubuk daun kelor ini dapat ditambahkan dalam makanan sehari –hari untuk memperkaya
vitamin dan nutrisi yang ada dalam makanan. Kegiatan pengolahan daun kelor ini dilaksanakan dengan pendekatan
kualitatif dlam praktek Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik dibawah lembaga penelitian dan pngabdian masyarakat
(LPPM) Universitas Mataram. Kegiatan KKN dilaksanakan oleh penulis di Desa Pendem, Kecamatan Janapria selama
45 hari. Selama periode KKN tersebut berbagai kegiatan telah dilakukan dari pengamatan langsung, sosialisasi,
diskusi bersama warga, aparat pemerintah desa dan tenaga kesehatan puskesmas pembantu di Desa Pendem. Hasil
yang didapatkan yaitu kelompok pembinaan yang dibentuk saat sosialisasi yang selanjutnya akan menjadi tonggak
utama pembuatan bubuk kelor dan produk olahannya di Desa Pendem untuk pencegahan stuniting. Kemudian,
penanaman kelor di beberapa dusun, dan dihasilkan bubuk kelor siap pakai dan produk olahan berupa bolu, teh, dan
pudding kelor
melati, daun mint, atau daun jeruk pengecilan ukuran. Setelah proses peng-
oven-an, kelor kering harus segera
dihaluskan, disangrai singkat dan
dikemas secara tertutup. Hal ini akan
menghindari penyerapan kembali air di Sosialisasi Pencegahan Stunting
udara yang bisa meningkatkan menggunakan Kelor
kelembaban Sosialisasi ini dilakukan pada tanggal 5
Sifat Fisik Produk Olahan Bubuk Kelor Januari 2020 yang bertujuan untuk memberikan
Bubuk kelor yang dihasilkan pemahaman mengenai pentingnya kelor sebagai
ditambahkan ke berbagai macam olahan yang pemenuhan gizi pencegah stunting. Pemateri
umum di masyarakat, terutama sasaran utama yang diundang yaitu perwakilan petugas gizi
yaitu ibu hamil dan bayi usia di bawah dua tahun. Puskesmas Janapria, yaitu Ibu Sumiyati dan dari
Produk yang berhasil dibuat diantaranya bubur Puskesmas Pembantu Ibu Khusnul. Begitu pula
nasi ditaburi bubuk kelor, bolu, donat, dan pemateri dari anggota kelompok KKN yaitu Luh
pudding. Sifat fisik yang didapatkan diantaranya: Putu Intan mengenai materi Piring Makanku.
1. Bubur dari nasi yang sudah dibuat, Selain itu, sosialisasi ini kami lakukan untuk
ditaburi bubuk kelor dan diaduk hingga memaparkan program kerja yang kami akan
merata. Sifat fisik tekstur yang dihasilkan lakukan. Kemudian, output yang didapatkan pada
tidak berbeda dari bubur nasi pada sosialisasi yaitu pembentukkan kelompok
umumnya, namun dari aromanya pembinaan yang terdiri dari kader masing-masing
memiliki aroma khas kelor. Keuntungan posyandu (15 posyandu) dan satu orang diambil
dari penggunaan bubuk kelor sebagai secara acak di setiap daerah posyandu.
taburan bubur yaitu lebih praktis, umur
simpan lebih lama, dan bisa sebagai
makanan pendamping asi karena partikel
bubuknya yang halus.
2. Bolu dan donat yang dihasilkan tidak
memiliki perbedaan dengan bolu dan
donat pada umumnya dari segi tekstur.
Gambar 1. Sosialisasi Pencegahan Stunting
Aroma dan warna khas kelor akan
Penanaman Kelor
muncul bergantung pada berapa banyak
Penanaman menggunakan batang kelor
bubuk ditambahkan ke dalam adonan.
yang didapatkan di Wanasaba. Alasan
3. Pudding yang dihasilkan tidak memiliki
penggunaan batang kelor dibanding bibit kelor
perbedaan dengan pudding pada
yaitu batang kelor akan menghasilkan tumbuhan
umumnya dari segi tekstur. Aroma dan
kelor yang lebih lebat, lebih cepat tumbuh, dan
warna kelor akan muncul bergantung
mudah untuk dirawat. Batang-batang kelor yang
pada berapa banyak bubuk ditambahkan
didapatkan disebar di sepanjang jalan deas
ke dalam adonan
pendem bagian utara, kemudian ke beberapa Proses Pembuatan Bubuk Kelor
dusun dan rumah warga. 1. Pemisahan
Hal pertama yang dilakukan yaitu
memisahkan daun kelor dari tangkainya
(Gambar 4). Proses pemisahan ini
dilakukan dengan memperhatikan tangkai
kelor agar tidak banyak tercampur dengan
daunnya yang dapat menurunkan kualitas
bubuk kelor.
Gambar 2. Penanaman batang kelor ke sekitar
desa
Pembinaan Pembuatan Bubuk Kelor dan
Produk Olahan Bubuk Kelor
Kelompok yang sudah dibentuk
kemudian dikumpulkan dan diarahkan untuk
pembinaan pembuatan bubuk kelor beserta
produk olahannya. Pembinaan pembuatan
dilakukan dengan praktek secara langsung agar Gambar 4. Proses pemisahan daun kelor
peserta mengetahui secara detail proses 2. Pengeringan
pembuatannya. Output dari pembinaan ini yaitu Proses ini bisa dilakukan dengan du
kelompok dapat menentukan menu yang lebih acara, yaitu menggunakan sinar matahari
beragam lagi untuk dibuat maupun dijual. langsung dan menggunakan oven.
Pembinaan dilakukan dua kali. Pertama bersama Perbedaan kedua metode ini, terletak pada
keseluruhan anggota kelompok, kemudian kedua waktu pengeringan yang dibutuhkan,
bersama ketua dan bendahara kelompok. dimana menggunakan oven membutuhkan
waktu lebih singkat dan tidak dipengaruhi
oleh cuaca. Metode sinar matahari
membutuhkan waktu seharian atau lebih
bergantung intensitas cahaya atau cuaca.
Daun kelor yang sudah dipisahkan dengan
tangkainya selanjutnya diletakkan dan
diratakan di atas loyang. Diusahakan
tumpukan daun kelor tidak terlalu tebal
Gambar 3. Pembinaan agar kekeringan kelor dapat merata
(Gambar 5). Loyang kemudian
dimasukkan ke dalam oven (jika
menggunakan oven), dan diletakkan di
bawah sinar matahari langsung (jika
menggunakan sinar matahari).