Anda di halaman 1dari 10

SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………

Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-106) p-issn: 2686-0376

PEMANFAATAN AMPO SEBAGAI NUTRISI ALTERNATIF


BAGI IBU HAMIL DI JATIWANGI, MAJALENGKA

Rachmat Nurdien Maulana, Rika Rahmawati, dan Nurul Khoiriyah


Ilmu Komunikasi, dan FISIP;
Ilmu Keperawatan, FIKES;
Pendidikan Guru-PAUD, FKIP;
Universitas Muhammadiyah Cirebon
Jalan Fatahillah No. 40 Kelurahan Watubelah Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Corresponding author’s email: Goms030898@gmail.com,
rikakuningan77@gmail.com , nurulkhoiriyah852@gmail.com

Abstrak
Ampo adalah bahan galian alam yang dipercaya oleh sebagian masyarakat
daerah Jatiwangi dapat memiliki manfaat yang baik bagi ibu hamil. Praktik
mengkonsumsi ampo dikenal dengan istilah geophagy. Dalam masyarakat
manusia kuno dan modern, geophagy telah menjadi praktik yang dipraktekkan
secara luas dan terkadang sangat kompleks yang pertama kali disebutkan oleh
Aristoteles, yang diuraikan oleh Dioscorides di 40 A.C., sebagai sarana untuk
membuat obat-obatan dan racun (Danford, 1982). Pada fase kehamilan
dibutuhkan lebih banyak nutrisi guna mencukupi asupan bagi ibu dan janin.
Wilayah Majalengka bagian timur memiliki sistem adat kultur yang sudah
menjadi kebiasaan, dimana para ibu hamilnya mengkonsumsi ampo. Hal itu
tidak terlepas dari kandungan yang terdapat pada ampo dilihat dari kebutuhan
ibu dan janin pada masa kehamilan. Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk
memberikan sosialisasi tentang pemanfaatan ampo, nutrisi dan efek dari
pengkonsumsian ampo bagi ibu hamil. Data penelitian yang dibutuhkan
berupa kearifan lokal ibu hamil pada masyarakat Jatiwangi yang
mengkonsumsi ampo didapatdengan menggunakan metode etnografi. Hasil
beberapa publikasi penelitian sebelumnya pun digali sebagai pengetahuan
bahwa ampo memiliki beberapa nutrisi semisal mineral kalsium, zat besi,
kalium, dan zinc yang dapat diserap oleh tubuh. Demikian sehingga
pemanfaatan ampo sebagai nutrisi alternatif bagi ibu hamil dianggap sebagai
kearifan lokal perlu dikaji kembali daa berbagai riset lanjutan.
Kata kunci: ampo, sosialisasi, kearifan lokal, kehamilan.

97
SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………
Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-106) p-issn: 2686-0376

Abstract
Ampo is a natural mineral that is believed by some people in the Jatiwangi area
to have good benefits for pregnant women. The practice of consuming ampo is
known as geophagy. In ancient and modern human societies, geophagy has
become a widely practiced and sometimes very complex practice that was first
mentioned by Aristotle, described by Dioscorides in 40 A.C., as a means of
making drugs and poisons (Danford, 1982). During the pregnancy phase more
nutrients are needed to meet the intake for the mother and fetus. The eastern
Majalengka region has a customary culture system, where pregnant women
consume ampo. It is inseparable from the content contained in ampo seen from
the needs of the mother and fetus during pregnancy. The purpose of this paper
is to describe the benefits and effects of ampo consumption for pregnant
women. The research data needed in the form of local wisdom of pregnant
women in the Jatiwangi community who consume ampo obtained by using
ethnographic methods. The results of several previous research publications
were explored as knowledge that ampo has some nutrients such as calcium,
iron, potassium, and zinc minerals that can be absorbed by the body. So that the
use of ampo as an alternative nutrient for pregnant women is considered as
local wisdom can be developed more broadly.
Keywords: ampo, nutrition, local wisdom, pregnancy.

97
SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………
Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-105) p-issn: 2686-0376

A. PENDAHULUAN
Tanah ampo merupakan bahan galian alam berupa tanah liat yang diambil
ketika turun hujan pertama kali sehingga memiliki bau yang khas dan bertekstur
lembut, bebas dari pasir, kerikil atau batu.
Didalam tanah ampo terdapat beberapa kandungan mineral yang dapat
diserap oleh tubuh, yaitu diantaranya Ca, Cu, Fe, K, Mn, Ni, Sr, Sn
(Hardjowigeno, 1995 dalam Characteristic analysis of elements in soil at the
farious locatons by using XRF karya Gatot Suhariyono) yang sangat dibutuhkan
ibu hamil demi memenuhi kebutuhan mineral saat fase kehamilan. Sebagian besar
ibu hamil tidak mengetahui keberadan stunting di Indonesia, hal ini berhubungan
dengan gizi ibu hamil, kandungan yang terdapat pada tanah ampo, dan juga
tindakan mengkonsumsi tanah ampo.
Geophagy adalah tindakan sengaja mengkonsumsi tanah liat yang biasa
terjadi pada hewan dan manusia, tetapi lebih banyak ditemukan pada manusia
khususnya wanita hamil yang berada didaerah pedesaan (Agene I. J dkk, 2014).
Salah satunya adalah di Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten
Majalengka, Provinsi Jawa Barat, dimana masyarakatnya biasa mengolah dan
mengkonsumsi ampo yang digunakan sebagai alternatif penambah nutrisi. Hal ini
berdasarkan kearifan lokal dari generasi ke generasi yang meyakini ampo
memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh, khususnya bagi ibu hamil.
Melihat dari kelebihan tanah sebagai alternatif penambah nutrisi yang
berkembang di sebagian masyarakat Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi,
Kabupaten Majalengka dan upaya untuk mensosialisasikan mengenai kasus
stunting, inilah yang menjadi latar belakang dalam penulisan karya tulis ilmiah
ini.

B. FOKUS PERMASALAHAN
Artikel ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan yang berisikan
manfaat dan efek dari pengkonsumsian ampo bagi ibu hamil. Data penelitian

99
SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………
Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-105) p-issn: 2686-0376

yang dibutuhkan berupa kearifan lokal ibu hamil pada masyarakat Jatiwangi yang
mengkonsumsi ampo di dapat dengan menggunakan metode etnografi. Bahwa
ampo memiliki beberapa nutrisi semisal mineral kalsium, zat besi, kalium, dan
zinc yang dapat diserap oleh tubuh.Sehingga pemanfaatan ampo sebagai nutrisi
alternatif bagi ibu hamil dianggap sebagai kearifan lokal dapat dikembangkan
lebih luas.
Selain itu, penulis ingin mensosialisasikan mengenai kasus stunting yang
ada di Indonesia, dari faktor penyebab, cara mengatasi, hingga keterkaitan antara
kandungan tanah ampo, stunting, dan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu hamil
dalam upaya menghindari terjadinya stunting pada fase kehamilan dengan
memperbanyak asupan gizi.

C. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN


Metode yang digunakan adalah sosialisasi. Kegiatan diawali dengan
observasi, lalu mendeskripsikan data-data yang sudah didapat mengenai tanah
ampo dan praktik geophagy pada ibu hamil. Kemudian semua data yang
terkumpul akan dilakukan proses analisis terperinci.
1. Sasaran Program
Kegiatan ini lebih difokuskan kepada ibu hamil yang mengkonsumsi tanah
ampo di desa Jatiwangi, Majalengka.
2. Lokasi
Kegiatan ini dilakukan dengan memfokuskan kepada lokasi tempat di Desa
Jatisura Kecamatan Jatiwangi Majalengka, Jawa Barat.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Penulis akan mewawancara orang yang pernah melakukan praktik
geophagy, wawancara dilakukan dengan konteks pertanyaan dan jawaban,
pertanyaan disiapkan oleh penulis berupa pertanyaan yang jawabannya akan

100
SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………
Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-105) p-issn: 2686-0376

menjadi data deskriptif. Hasil dari wawancara akan berpengaruh terhadap


hasil observasi.
b. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari beberapa referensi melalui
buku, jurnal nasional, jurnal internasioanl dan berbagai tulisan ilmiah atau
tulisan –tulisan dari internet yang berhubungan dengan masalah yang ada
dilapangan. Studi literature ini sangat besar manfaatnya yaitu untuk
mengetahui lebih rinci dan memberikan gambaran serta kerangka berfikir,
khususnya menjadi referensi relevan yang berasal dari teori-teori yang sesuai
dengan permasalahan yang dibahas.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Pengertian Stunting
Dalam jurnal WHO (2004) melaporkan tentang World Health
Assembly (WHA) yang dilaksankan pada tahun 2012 yang dijelaskan bahwa
stunting (pendek) pada balita adalah salah satu yang paling signifikan
hambatannya untuk pembangunan manusia, secara globa mempengaruhi
sekitar 162 juta anak di bawah usia 5 tahun. Selanjutnya dalam jurnal WHO
(2014) yaitu, WHA Gbobal Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief
menyatakan bahwa stunting adalah masalah umum yang terjadi pada
anak-anak di dunia. Stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek
hingga melampaui defisit 2SD di bawah median panjang atau tinggi badan
populasi berdasarkan standar dari World Health Organization (WHO).
Kusuma, dalam artikel Ilmu Gizi Universitas Diponegoro (2013),
mengatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi stunting,
diantaranya adalah panjang badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat
pendidikan dan tinggi badan orang tua. Panjang badan lahir pendek
merupakan salah satu faktor risiko stunting pada balita. Panjang badan
lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik yaitu tinggi badan orang

101
SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………
Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-105) p-issn: 2686-0376

tua yang pendek, maupun karena kurangnya pemenuhan zat gizi pada
masa kehamilan.
Dalam upaya untuk menurunkan angka stunting di Indonesia,
Kemenkes melalui Infodatin (2016) mencanangkan bahwa pembangunan
kesehatan Indonesia dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada
empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi,
penurunan prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit
menular dan pengendalian penyakit tidak menular. Upaya peningkatan
status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek
menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang tercantum di
dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan jangka Menengah Tahun
2015-2019.
b. Kandungan Tanah Ampo
Praktik geophagy bermula dari kebiasaan masyarakat dalam
mengkonsumsi tanah yang didasarkan pada kebutuhan nutrisi yang tidak
didapatkan dari makanan, sulitnya memperoleh pelayanan kesehatan dan
kurangnya pemahaman tentang kelayakan pangan.Hal ini menjadi sebuah
kebiasaan yang berlangsung dari generasi ke generasi yang pada akhirnya
terus berlanjut hingga menjadi sebuah kebudayaan yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat meskipun ilmu pengetahuan telah
menguraikan manfaat dan dampak yang ditimbulkannya bagi tubuh.
Dewasa ini dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, praktik geophagy yang pada awalnya hanya berupa kebudayaan
yang berdasarkan pada sebuah kepercayaan, kini telah menjadi sebuah
pembaharuan ilmu dalam bidang pangan.Meskipun tingkat penyerapan
tanah di saluran usus tidak diketahui, ada kemungkinan geofagis
menerima nutrisi dari tanah. Secara empirik kandungan mineral yang
terdapat pada tanah ampo sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh
khususnya bagi ibu hamil.Dengan demikian, ada potensi manfaat

102
SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………
Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-105) p-issn: 2686-0376

geophagy yang tidak bisa diabaikan, dan harus dieksplorasi untuk


memahami implikasi dari perilaku ini terutama untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu hamil.
Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa didalam tanah ampo
memiliki kandungan mineral diantaranya Fe, Ca, dan K yang sangat
dibutuhkan ibu hamil. Kebanyakan ibu hamil mengalami kekurangan
nutrisi seperti Fe (zat besi) dan K (kalsium), dimana Fe berfungsi untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan oleh ibu dan janin
sedangkan K (Kalsium) dalam tubuh berperan dalam pembentukan serta
perkembangan tulang dan gigi, proses pembekuan darah serta menjaga
fungsi normal otot dan syaraf. Dengan melihat kandungan yang terdapat
dalam tanah ampo dan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu hamil, maka tanah
ampo dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi alternatif guna mencukupi
kebutuhan gizi ibu hamil.
Tabel 1. Komposisi Tanah Liat
Elemen Nama Elemen Konsentrasi (%)

C Karbon 0,33
O Oksigen 46,91
Al Aluminium 22,05
Si Silika 13,42
S Sulfur 0,23
Ca Kalium 0,21
Fe Besi 14,78
Sumber : (Prameswari, 2008)

Terlepas dari pandangan secara empirik, praktik geophagy menurut teori


fungsional dan budaya dapat diartikan sebagai perilaku instingtual, yang
ditanggung oleh kebutuhan biologis untuk mineral esensial, dan kemudian
dimasukkan ke dalam praktik budaya.

103
SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………
Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-105) p-issn: 2686-0376

c. Keterkaitan antara Tanah Ampo dan Stunting


Makanan merupakan sumber gizi bagi manusia selain itu juga
sumber makanan bagi mikroorganisme sehingga makanan dapat dengan
mudah tercemar oleh mikroba. Bahan pangan mentah dapat menjadi rusak
karena beberapa penyebab, diantaranya adalah adanya aktifitas mikroba
didalam bahan pangan.
Warga Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka,
membuat suatu inovasi dalam kegiatan mengkonsusmi tanah ampo. Tanah
ampo yang merupakan bahan galian, diubah menjadi sebuah bahan dasar
untuk membuat kue. Tanah ampo diolah dengan cara dijemur hingga
kering dengan menggunakan cahaya matahari. Setelah itu tanah yang
sudah kering ditumbuk hingga halus sampai menyerupai tepung.
Untuk membuat kue, tanah ampo yang sudah menjadi tepung,
kemudian dicampur dengan bahan lainnya seperti tepung terigu, gula,
kacang hijau yang sudah ditumbuk, dan air secukupnya. Setelah semua
bahan dicampur dan menjadi sebuah adonan, kemudian adonan tersebut
dicetak menggunakan cetakan kue, lalu dijemur kembali dibawah sinar
matahari. Setelah kering, kue tanah ampo tersebut sudah siap untuk
dikonsumsi.
Jika pengolahan tanah ampo tidak dilakukan secara benar maka
akan terdapat banyak mikroba di dalamnya yang dapat mengakibatkan
terjadinya stunting bagi anak. Selain itu, resiko yang jelas dalam
mengkonsumsi tanah liat yang terkontaminasi oleh kotoran hewan atau
manusia, khususnya resiko dari telur parasit, seperti cacing gelang yang
dapat tinggal selama bertahun-tahun di dalam tanah Sehingga dapat
menimbulkan masalah. Juga dapat meningkatkan resiko terjangkit tetanus.
Namun, resiko ini umumnya sudah dipahami oleh sebagian besar
masyarakat atau suku yang mengkonsumsi tanah liat. Kegemaran anak-
anak untuk terlibat dalam mengkonsumsi ampo membuat mereka lebih

104
SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………
Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-105) p-issn: 2686-0376

rentan terhadap infeksi cacing. Dari infeksi cacing tersebut, dapat


menghambat pertumbuhan anak-anak atau yang disebut stunting.
d. Keterkaitan Tanah Ampo dengan Nutrisi Ibu Hamil
Mengkonsumsi tanah ampo dapat mencegah terjadinya stunting.
Karena didalam tanah ampo terdapat kandungan kalsium yang dapat
menutrisi tulang pada ibu hamil. Stunting ini akan terjadi ketika apabila
dalam fase kehamilan, ibu hamil kurang mendapat asupan gizi.
Mengkonsumsi tanah ampo dapat menjadi salah satu alternatif penambah
nutrisi dan juga gizi bagi ibu hamil.

E. SIMPULAN
Tanah ampo merupakan bahan galian alam yang biasa dikonsumsi oleh
sebagian masyarakat, kegiatan mengkonsumsi tanah ini disebut dengan istilah
geophagy.Geophagy merupakan salah satu kebudayaan yang berawal dari
kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi tanah guna memenuhi kebutuhan
nutrisi yang tidak didapatkan dalam makanan.
Tanah ampo memiliki berbagai kandungan mineral diantaranya adalah Fe,
Ca dan K yang sangat bermanfaat bagi tubuh khususnya untuk pemenuhan
kebutuhan nutrisi ibu hamil. Pada fase kehamilan, seorang ibu biasanya
mengalami kenaiakan kebutuhan mineral seperti zat besi Fe (zat besi) dan K
(kalsium), dimana Fe berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah yang
dibutuhkan oleh ibu dan janin sedangkan K(Kalsium) dalam tubuh berperan
dalam pembentukan serta perkembangan tulang dan gigi, proses pembekuan
darah serta menjaga fungsi normal otot dan syaraf.
Tanah ampo juga dapat mencegah terjadinya stunting. Karena didalam
tanah ampo terdapat zat besi dan kalsium yang cukup untuk pertumbuhan
tulang. Mengkonsumsi tanah ampo diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif
penambah nutrisi dan juga gizi bagi ibu hamil. Meski begitu, sosialisasi kepada

105
SWADAYA: Indonesian Journal of Community Empowerment e-issn:…………………
Vol.1 No.2 Mei-Agustus 2019 (Hal. 97-105) p-issn: 2686-0376

masyarakat dan kajian riset lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan
kandungan ampo tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

 Agene I. J, Lar U. A, Mohammed S.O, Gajere E. N, Dang B, Jeb D. N,


Ogunmola J. K. (2014). The Effects of Geophagy on Pregnant Women in Nigeria.
Amerika: American Journal of Human Ecology Available
fromhttps://wscholars.com/index.php/ajhe/article/download/524/pdf
 Crawford, L and Bodkin, K. ( 2011). Health and social impacts of geophagy in
Panama. MSURJ · Mcgill: Scienceundergraduate research journal. Volume 6 ·
issue 1. Available from http://msurj.mcgill.ca/vol6/iss1/crawford2011.pdf
 Zulhaida Lubis. (2013). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap
Bayi Yang Dilahirkan.
 Gatot Suhariyono, dkk. (2005). Characteristic Analysis Of Elements In Soil At
The Various Locations By Using Xrf Analisis. Puslitbang teknologi maju.
Yogyakarta
 Yuliani HR. (2010). Modifikasi Ampo Melalui Metode Pilarisasi.Seminar
Rekayasa Kimia Dan Proses. ISSN: 1411‐4216
 Amrin, Dita Ardilla. (2013). Analisis Besi (Fe) dan Alumunium (Al) Dalam Tanah
Lempung Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Padang: Prosiding Semirata
FMIPA Universitas Lampung.
 George, Christine Marie, dkk. 2015. Gheophagy is Associated with Environmental
Enteropathy and Stunting in Children in Rular Bangladesh. Amerika: The
American Society of Tropical Medichine and Hygiene.
 Karno, Mari BR. 2011. Gambaran pengetahuan tentang Konsumsi Kalsium selama
Kehamilan pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang Bekasi Timur
Tahun 2011. Bekasi: Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Medistra Indonesia.
 http://www.academia.edu/download/52619135/paper_stunting.docx.
 Paper Kesehatan Dan Gizi Layanan Pengasuhan Untuk Cegah Stunting Sejak Dini.

106

Anda mungkin juga menyukai