Anda di halaman 1dari 16

ILMU DASAR KEPERAWATAN 2

TELAAH JURNAL

Dosen pembimbing :

Ilfa Khairina, Ns. S.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
TELAAH JURNAL

Kebiasaan Makan Balita Stunting Pada Masyarakat Suku Sasak: Tinjauan 1000 Hari Pertama
Kehidupan(HPK).

A. Pendahuluan
https://e-journal.unair.ac.id/MKP/article/view/2456 jurnal didowload melalui google
pada hari Kamis, 23 Agustus 2018 pukul 11.30 WIB.

B. Judul Jurnal
Jurnal yang ditelaah berjudul Kebiasaan Makan Balita Stunting Pada Masyarakat
Suku Sasak: Tinjauan 1000 Hari Pertama Kehidupan(HPK).

C. Tahun
Tahun Jurnal 2014.

D. Deskripsi Content
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan balita
stunting pada masyarakat suku sasak: Tinjauan 1000 hari pertama
kehidupan(HPK).
2. Penulis
Lina Nurbaiti, Annis Catur Adi,Shrimarti R Devi, Timbuktu Harthana.
3. Abstrak
Pada jurnal ini terdapat abstrak yang menggambarkan secara ringkas keseluruhan
isi jurnal. Pada abstrak jurnal ini di jelaskan pokok bahasan antara lain priode
1000 hari kehidupan yang penting bagi pertumbuhan kognitif dan mental anak,
daerah lombok utara merupakan wilayah dengan pravelensi stunting balita yang
tinggi. Pada abstrak juga terdapat metode penelitia ini yaitu fenomenalagi serta
hasil dari penelitian.
4. Literatur/Tinjauan Pustaka
Penulisan jurnal ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang menjadi dasar dari
dilakukannya peneliti ini kemudian dikaitkan dengan hasil dari data fenomena
Yang didapat. Jurnal ini disusun dengan sistematik yang membuat muda untuk
dipahami.

E. Metode Penelitian
a. Metode penelitian
Jurnal ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian
fenomenalogi.
b. Populasi dan Sampel
Pupulasi dalam penelitian ini adalah key informan yang terdiri dari empat orang.
Yaitu seorang tokoh agama, tokoh budaya, bidan senior, dan dukun beranak
diwilayah kerja puskesmas sengkol, kecamatan pujut, kabupaten lombok tengah,
NTB. Pengumpulan data yang dilakukan secara kualitatif yaitu dengan mengambil
informasi tentang masyarakat Suku Sasak tentang makanan, pola dan frekuensi
makan, dan makanan yang dianggap tabu oleh anak-anak dan ibu hamil. Data
diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan diskusi kelompok terarah.
Diskusi kelompok terarah dan observasi dilaakukan dengan mengamati kebiasaan
makan seperti pola konsumsi, frekuensi makan, kesukaan, dan makanan yang
dianggap tabu.Observasi dan diskusi kelompok teraarah dilakukan ditempat
berbeda yang mana observasi terdiri dari empat keluarga yang memiliki balita
sedangkan diskusi kelompok terarah terdiri dari enam-delapan orang ibu yang
memiliki balita.
F. HASIL PENELITIAN
Budaya atau kebiasaan salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan. Kepercayaan
dan keyakinan budaya terhadap kebiasaan makan balita yang banyak dijumpai di
wilayah kerja puskesmas sengkol, kecamatan pujut , kabupaten lombok tengah, NTB.
G. ISI JURNAL
Didialam jurnal terdapat beberapa temuan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh
masyarakat suku sasak antara lain:
1. Kebiasaan makan suku sasak
Makanan menurut suku sasak adalah semua bahan yang dapat dimakan yang bisa
mengenyangkan dan menyenangkan. Makanan pokok suku sasak adalah nasi dan
lauk-pauk dengan perbandingan jumlah nasi selalu lebih banyak dari pada nasi.
Mereka beranggapan cukup dengan nasi semua kebutuhan orang akan terjamin.

2. Nyampah, betengari, dan mangan kabian


Suku sasak memiliki tradisi makan yang dikenal dengan nyampah, betengari dan
mangan kebian. Nyampah adalah makanan lengkap(nasi,satu macam lauk, dan
satu macam sayur) dimasak dengan bumbu sederhana(ndeqn beragi) pada jam 9
pagi atau bisa kopi dan kudapan serta umbi-umbian. Betengari(makan siang) dan
mangan kebian (makan malam) adalah dengan komposisi menu yang terdiri dari
nasi, ditambah satu macam lauk (hewani atau nabati), dan satu macam sayur.
3. Tahapan makan balita
Ibu menyusui anak sampai usia minimal 1,5 th ada juga yang sampai 2th. Menurut
suku sasak Asi sudah cukup untuk memenuhi nutrisi anak sampai usia 2th. Anak
diberi MPASI bubur susu instan atau bubur tepung beras saat berumur 7-8th.
Setelah usia 9th keatas balita mulai dikasih nasi dengan lauk telur/ikan dengan
kuah sayur bening atau nasi saja. Usia 2th keatas anak mulai diberi makan sesuai
dengan makan orang dewasa.
4. Budaya tabu makan pada tahap kehidupan
Pada suku sasak terdapat tabu makan yang tidak boleh dimakan pada ibu hamil,
antara lain gurita, udang, cumi-cumi, kerang, ikan-ikanan terutama ikan hiu,
jantung pisang, salak, nanas, duren dan biji-bijian/kacangkacangan yang keras.
Karena menurut keyakinan akan memberi dampak buruk pada kesehatan. Seperti
memberi bau amis pada bayi jika ibu memakan ikan. Pada Ibu menyusui terdapat
pantangan/tabu makan pedas, pisang, labu, dan ikan. Karena dapat mengakibatkan
diare dan sariawan.
5. Pola Asuh Dan Asuhan Makan Suku Sasak
Suku sasak menganut keyakinan bahwa sudah ditetapkan oleh tuhan termasuk
dalam mengurus anak. Pengasuh anak sepenuhnya diserahkan pada ibu.
6. Cara makan
Sebagian besar balita makan dan disuapi oleh ibunya menggunakan tangan tanpa
perlu mencuci tangan. Balita disuapi sambil berjalan, berkeliling halaman rumah,
dan tak jarang ibu sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Suku sasak
makan tidak menggunakan meja dan menggunakan satu mangkok pencucui
tangan yang digunakan secara bersama-sama.

H. KELEBIHAN
a. Jurnal dibuat berdasarkan fenomena aspek budaya dan kesehatan.
b. Jurnal ini dilengkapi dengan simpulan pembahasan yang terinci.
c. referensi yang digunakan oleh jurnal ini sudah menggunakan sumber-sumber
terbaru

I. KEKURANGAN
a. Jurnal ini tidak terdapat tahun pustaka pada abstrak.
b. Jurnal ini tidak dilengkapi pembahasan.

J. KESIMPULAN
Hasil penelitian dari manfaat perawatan nifas yang dilakukan partisipan perawatan
nifas didapatkan bahwa hal ini memberikan dampak positif bagi para partisipan untuk
menjalankan budaya perawatan nifas. Banyak manfaat yang mereka dapatkan
diantaranya tubuh terasa nyaman, tampak singset, kulit menjadi lebih putih,
peranakan cepat membaik dan salah satu hal terpenting adalah dapat mengatur jarak
kehamilan. Adat istiadat dari daerah setempat tidak bisa dipisahkan dari budaya
perawatan nifas, karena dimanapun mereka berada akan ada adat istiadat tersendiri
dari daerah tersebut, yang tanpa terkecuali semua masyarakat juga mengikuti hal-hal
tersebut karena bagi mereka itu harus dilakukan.

K. REFERENSI
Literatur yang digunakan sudah cukup baik, meskipun masih ada sumber buku tahun
1980an sedangkan jurnal baru dipublikasikan tahun 2017.
TELAAH JURNAL

PENDEKATAN KULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN


PROFESIONAL DI RUMAH SAKIT JOGJA INTERNATIONAL
HOSPITAL

1. PENDAHULUAN
http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/44
pengambilan jurnal ini diambil dari Google pada tanggal 22 Agustus 2018
Pukul 16.22 WIB.

2. JUDUL JURNAL
Judul jurnal yang ditelaah adalah Pendekatan Kultural dalam Praktek Keperawatann
Profesional di Rumah Sakit Jogja International Hospital.

3. TAHUN
Tahun 2014.

4. DESKRIPSI CONTENT
a. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pendekatan
Kultural dalam Praktek Keperawatann Profesional di Rumah Sakit Jogja
International Hospital.
b. Penulis
Siti Lestari ,Widodo, Sumardino.
c. Abstrak
Judul jurnal ini mencantumkan abstrak agar pembaca dapat mengetahui sekilas
dari isi penelitian atau pun artikel yang ditulis oleh penulis tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan di di Rumah Sakit Jogja International Hospital dengan jumlah sampel
sebanyak 18 narasumber.
d. Literatur / Tinjauan Pustaka
Penyusunan Literatur pada jurnal ini terorganisir dengan logis. Dan menggunakan
analisis kritis berdasarkan literatur yang ada dan membandingkan dengan temuan
sebelumnya. Sehingga dapat terlihat adanya pembaharuan pada penelitian ini.
5. METODE PENELITIAN

a. Metode Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik
Fokus Grup Diskusion ( FGD) dalam pengumpulan data. Kemudian hasil dari
pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur persepsi,
sikap, hambatan dan pendekatan cultural dalam menghadapi perbedaan
budaya dengan klien.
a. Populasi,sampel dan sampling
Populasi penelitian adalah perawat yang bekerja di beberapa bagian seperti IGD,
ICU, Bangsal rawat inap dan rawat jalan sampel dalam penelitian ini berjumlah 18
orang

6. ISI JURNAL
a. Persepsi terhadap pentingnya pengetahuan tentang budaya.
Sebagian besar perawat mempunyai persepsi yang sama yaitu bahwa merupakan
hal yang sangat penting bagi perawat. per- awat memiliki pengetahuan tentang
budaya. Alasan yang mereka sampaikan sangat ber- variasi. Misalnya adalah agar
mereka dapat mengerti/memahami dan menempatkan diri atau menyesuaikan
diri dengan pasiennya. Cultural Shock akan dialami oleh klien pada suatu
keadaan dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya
dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebab- kan munculnya rasa ketidaknyamanan
dan beberapa mengalami disorientasi. Jadi pengetahuan tentang budaya
merupakan factor penting pada semua tingkat praktek keperawatan. Adanya
konЯik kul- tural ataupun stress kultural mereЯkesika ad- anya kurang
pengetahuan perawatan kultural untuk memberikan perawatan , rasa aman,
tanggungjawab yang kongruen dengan kebu- dayaan. Pengetahuan tentang suatu
budaya dan dampaknya terhadap interaksi dengan pelayanan kesehatan
merupakan hal esensial bagi perawat, karena pengetahuan dan ket- rampilan
tersebut akan makin menguatkan dan meluaskan system pemberian pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengetahui tentang bagaimana kelompok budaya
tertentu me- mahami proses kehidupan, mendeЮnisikan sehat-sakit,
mempertahankan kesehatan dan keyakinan mereka tentang penyebab penya- kit
dan sebagainya
b. Sikap perawat terhadap klien dengan budaya yang berbeda.
Perawat bersikap menghargai budaya kliennya atau keluarganya. Mereka berusaha
untuk memahami budaya – budaya klien yang sangat variatif, walaupun budaya
sangat berbeda jauh. Sumber utama masalah dalam merawat pasien dari latar
belakang budaya yang berbeda adalah adanya ketida- kmengertian dan tidak
adanya rasa toleransi. Restrukturisasi budaya perlu dilakukan untuk menolong
klien mengubah atau memodiЮkasi cara hidup klien agar lebih baik dan
memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan den- gan menghargai
keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai budayanya.
c. Hambatan
Dalam diskusi disampaikan bahwa komunikasi bahasa merupakan salah satu
hambatan yang dialami perawat JIH dalam menjalankan fungsinya. Komunikasi
dapat terjalin melalui kata, bahasa tubuh dan tanda linguistic lainnya seperti suara,
nada dan kekerasan. Prinsip tersebut sangat berperan dalam interaksi perawat-
klien.
d. Pendekatan Budaya
Identifikasi budaya merupakan bagian dan langkah awal ketika seorang perawat
akan melakukan pengkajian. Dalam ke- giatan pengkajian perawat sekaligus
mengin- dentiЮkasi pasien sehingga minimal dapat diketahui latar belakang
budaya pasien. Dengan demikian secara otomatis perawat akan dapat menyusun
perencanaan keperawatan sesuai dengan latar belakang budaya pasien.
Selanjutnya, perawat mungkin akan menghadapi tantangan ketika budaya pasien
ternyata beda dengan perawat. Namun demukian perawat seharusnya mampu
menyesuaikan diri dlam situasi tersebut.
7. KELEBIHAN
a. Dalam jurnal ini penggunaan bahasa sudah sesuai dan mudah dipahami.
b. Pada judul jurnal dituliskan dimana lokasi penelitian
c. Jurnal ini telah dilengkapi penulisnya dengan kesimpulan.

8. KEKURANGAN
a. Pada jurnal ini tidak ada membandingkan dengan jurnal sebelumnya

9. KESIMPULAN
a. Pengetahuan budaya sangat diperlukan oleh perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal tersebut dapat memu- dahkan perawat untuk menyesuaikan
diri, menghindari misunderstanding, mencegah komplain dan rasa tidak nyaman
serta memberikan pelayanan keperawatan yang lebih baik.
b. Sikap perawat terhadap klien atau keluarga yang melakukan suatu
ritual/pengobatan yang sesuai keyakinannya akan dibiarkan saja sejauh hal
tersebut tidak mempengaruhi kesembuhan atau kesehatan pasien. Akan tetapi
perawat juga melakukan negosiasi atau bahkan melarang apabila aktivitas tersebut
mengganggu kesehatan dan tidak diijinkan oleh dokter
c. Hambatan komunikasi bahasa dan perbe- daan persepsi dirasakan oleh perawat di
rumah sakit, terutama apabila berhadapan dengan klien dari mancanegara yang
tidak mampu berbahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
d. Pendekatan budaya dalam praktek keperawatan dilakukan dengan beberapa tahap
yaitu identiЮkasi, analisa situasi, menyusun strategi dan mengevaluasi.

10. REFERENSI
Literatur yang digunakan cukup baik, menggunakan teori teori yang ada.
TELAAH JURNAL

Pandangan Sosial Budaya terhadap ASI Eksklusif di Wilayah Panarung Palangkaraya

A. Pendahuluan
https://www.researchgate.net/publication/315464067_Pandangan_Sosial_Budaya_te
rhadap_ASI_Eksklusif_di_Wilayah_Panarung_Palangkaraya_Social_and_Cultural_
Aspect_toward_Exclusive_Breastfeeding_in_Panarung_Palangkaraya

B. Judul Jurnal
Jurnal yang ditelaah berjudul Pandangan Sosial Budaya terhadap ASI Eksklusif di
Wilayah Palangkaraya
C. Tahun
Tahun Jurnal 2016
D. Deskripsi Content
1. Tujuan Penelitian
Peneliitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sikap dan faktor
sosial budaya ibu terhadap ASI Eksklusif.
2. Penulis
Dwirina Hervilia, Dhini, Munifa
3. Abstrak
Pada jurnal ini terdapat abstrak yang menggambarkan secara ringkas
keseluruhan isi jurnal. Pada abstrak jurnal ini dijelaskan menurut laporan
bulanan di puskesmas Panarung pada bulan september 2015 angka
cakupan ASI eskslusif sebesar 5,81%. Berdasarkan penelitian, semua
informan berpendapat bahwa makanan yang paling bagus diberikan untuk
bayi yaitu ASI. Tetapi dalam pelaksanaannya, para ibu merasa masih
banyak menghadapi kesulitan.
4. Literatul/Tinjauan Pustaka
Penyusunan Literatur pada jurnal ini terorganisir dengan logis. Dan
menggunakan analisis kritis berdasarkan literatur yang ada dan
membandingkan dengan temuan sebelumnya. Sehingga dapat terlihat
adanya pembaharuan pada penelitian ini.

5. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif. Penelitian
dilaksanakan pada bulan September tahun 2015 di wilayah kerja
Puskesmas Panarung Kota Palangka Raya.
6. Isi Jurnal
Penelitian ini memaparkan praktik pemberian makanan prelakteal yang
masih dilakukan seperti pada bayi baru lahir diberikan air gula merah,
air kopi, madu hutan, dan atau santan kental. Pada ibu yang
melahirkan di pelayanan kesehatan biasanya makanan prelakteal yang
diberikan adalah susu formula. Ibu-ibu yang melahirkan hanya sebagian
kecil yang melakukan IMD, praktik pemberian makanan prelakteal ini
berdampak negatif terhadap program ASI eksklusif. Para informan
menyatakan pemberian makanan prakleteal ini saran orang tua dan orang-
orang disekitar ibu. Makanan prakleteal dipercaya secara budaya,
contohnya seperti pemberian madu hutan karena manis, air kopi supaya
tidak step, santan ketan untuk membersihkan perut.
7. Kelebihan
a. Dalam jurnal ini penggunaan bahasa sudah sesuai dan mudah dipahami.
b. Pada judul jurnal dituliskan dimana lokasi penelitian
c. Jurnal ini telah dilengkapi penulisnya dengan kesimpulan.

8. Kekurangan
a. Pada jurnal ini tidak ada membandingkan dengan jurnal sebelumnya
9. Kesimpulan
Informan ibu bersikap positif dan mendukung ASI eksklusif tetapi pada
praktik pemberian makanan bayi masih banyak ibu yang tidak dapat
melakukan ASI eksklusif karena kendala salah satunya ASI yang tidak keluar
pada hari-hari pertama setelah melahirkan. Kendala seperti ini memberi celah
kepada praktik pemberian makanan prelakteal. Makanan prelakteal yang
diberikan berupa madu hutan, air kopi, santan kental, air gula merah, dan susu
formula. Makanan prelakteal dipercaya secara budaya, contohnya pemberian
madu hutan karena manis, air kopi supaya tidak step, santan kental untuk
membersihkan perut. Informan ibu menjelaskan bahwa informasi pemberian
makanan prelakteal ini dipengaruhi oleh orang tua. Ada juga peran bidan,
tetangga, posyandu, dan ada juga yang mencari informasi sendiri. Menurut
informan tenaga kesehatan ahli gizi dan bidan sosial budaya sangat
mempengaruhi dalam pemberian makanan bayi dan ASI eksklusif, ibu bayi
sangat terpaku dan patuh dengan adat kebiasaan.
10. Referensi
Literature yang digunakan sangat baik dan mudah dipahami.
TELAAH JURNAL

International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) Mother and Child
Nutrition; (A Review of Stunting Studies)

A. Pendahuluan
http://gssrr.org/index.php?journal=JournalOfBasicAndApplied&page=article&op=vie
w&path%5B%5D=3840&path%5B%5D=2247 jurnal didowload melalui google pada
hari Kamis, 23 Agustus 2018 pukul 15.30 WIB.

B. Judul Jurnal
International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) Mother and
Child Nutrition; (A Review of Stunting Studies).

C. No ISSN
ISSN 2307-4531

D. Tahun
Tahun Jurnal 2015.

E. Deskripsi Content
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran stunting dan
karakteristik epidemiologi yang relevan.
2. Penulis
Donal Nababan.
3. Abstrak
Pada abstrak jurnal ini dijelaskan bahwa masalah stunting masih menjadi masalah
global. Di Indonesia pravelensi stunting masih sebesar 35,6% masih diatas
ambang batas yang ditetapkan 20%. Faktor-faktor yang mempengaruhi stunting
antara lain berat lahir, asupan energi, asupan protein, jenis kelamin, pendidikan
ibu, daerah tempat tinggal dan status ekonomi keluarga, riwayat pola makan (OR
= 16,7), ekonomi keluarga (OR = 15,9) dan frekuensi diare (OR = 3,9), ASI
eksklusif bayi, makanan pendamping ASI, makanan pola konsumsi anak-anak,
dan kekurangan makanan bergizi. Zat besi tidak menentukan tinggi badan pada
anak-anak dan tidak ada hubungan pendapan orang tua terhadap status gizi pada
anak.
4. Literatur/Tinjauan Pustaka
Penulisan jurnal ini disusun berdasarkan referensi yang dapat mendukung tujuan
dari penelitian serta dapat menjadi dasar dari peneitian ini.
F. Metode Penelitian
1. Metode penelitian
Metode penelitian jurnal ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional
dan metode kuantitatif.
2. Populasi dan Sampel
Sample pada populasi ini adalah sebanyak 3126 balita.

adalah keluarga yang memiliki anak di kelas 1 Sekolah Dasar dan telah tinggal di
daerah studi untuk di setidaknya 6 bulan di Kecamatan Parbuluan. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 444 anak-anak, 62 dari anak-anak (31 untuk kelompok
kasus dan 31 untuk kelompok kontrol) dipilih menjadi sampel untuk penelitian ini.

G. HASIL PENELITIAN
Budaya atau kebiasaan salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan. Kepercayaan
dan keyakinan budaya terhadap kebiasaan makan balita yang banyak dijumpai di
wilayah kerja puskesmas sengkol, kecamatan pujut , kabupaten lombok tengah, NTB.
H. ISI JURNAL
Didialam jurnal terdapat beberapa temuan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh
masyarakat suku sasak antara lain:
7. Kebiasaan makan suku sasak
Makanan menurut suku sasak adalah semua bahan yang dapat dimakan yang bisa
mengenyangkan dan menyenangkan. Makanan pokok suku sasak adalah nasi dan
lauk-pauk dengan perbandingan jumlah nasi selalu lebih banyak dari pada nasi.
Mereka beranggapan cukup dengan nasi semua kebutuhan orang akan terjamin.
8. Nyampah, betengari, dan mangan kabian
Suku sasak memiliki tradisi makan yang dikenal dengan nyampah, betengari dan
mangan kebian. Nyampah adalah makanan lengkap(nasi,satu macam lauk, dan
satu macam sayur) dimasak dengan bumbu sederhana(ndeqn beragi) pada jam 9
pagi atau bisa kopi dan kudapan serta umbi-umbian. Betengari(makan siang) dan
mangan kebian (makan malam) adalah dengan komposisi menu yang terdiri dari
nasi, ditambah satu macam lauk (hewani atau nabati), dan satu macam sayur.
9. Tahapan makan balita
Ibu menyusui anak sampai usia minimal 1,5 th ada juga yang sampai 2th. Menurut
suku sasak Asi sudah cukup untuk memenuhi nutrisi anak sampai usia 2th. Anak
diberi MPASI bubur susu instan atau bubur tepung beras saat berumur 7-8th.
Setelah usia 9th keatas balita mulai dikasih nasi dengan lauk telur/ikan dengan
kuah sayur bening atau nasi saja. Usia 2th keatas anak mulai diberi makan sesuai
dengan makan orang dewasa.
10. Budaya tabu makan pada tahap kehidupan
Pada suku sasak terdapat tabu makan yang tidak boleh dimakan pada ibu hamil,
antara lain gurita, udang, cumi-cumi, kerang, ikan-ikanan terutama ikan hiu,
jantung pisang, salak, nanas, duren dan biji-bijian/kacangkacangan yang keras.
Karena menurut keyakinan akan memberi dampak buruk pada kesehatan. Seperti
memberi bau amis pada bayi jika ibu memakan ikan. Pada Ibu menyusui terdapat
pantangan/tabu makan pedas, pisang, labu, dan ikan. Karena dapat mengakibatkan
diare dan sariawan.
11. Pola Asuh Dan Asuhan Makan Suku Sasak
Suku sasak menganut keyakinan bahwa sudah ditetapkan oleh tuhan termasuk
dalam mengurus anak. Pengasuh anak sepenuhnya diserahkan pada ibu.
12. Cara makan
Sebagian besar balita makan dan disuapi oleh ibunya menggunakan tangan tanpa
perlu mencuci tangan. Balita disuapi sambil berjalan, berkeliling halaman rumah,
dan tak jarang ibu sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Suku sasak
makan tidak menggunakan meja dan menggunakan satu mangkok pencucui
tangan yang digunakan secara bersama-sama.

I. KELEBIHAN
d. Jurnal dibuat berdasarkan fenomena aspek budaya dan kesehatan.
e. Jurnal ini dilengkapi dengan simpulan pembahasan yang terinci.
f. referensi yang digunakan oleh jurnal ini sudah menggunakan sumber-sumber
terbaru

J. KEKURANGAN
c. Jurnal ini tidak terdapat tahun pustaka pada abstrak.
d. Jurnal ini tidak dilengkapi pembahasan.

K. KESIMPULAN
Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan banyak budaya masyarakat suku
sasak yang belum sesuai dengan bidang kesehatan bahkan berlawanan. Seperti
pemberian asi sampai umur 1,5th dan menganngap asi adalah makanan pokok untuk
bayi hingga menganjurkan pemberian sampai usia 2th. Tetapi sayangnya pengetahuan
masyarakat suku sasak masih rendah bahwa pada umur 6 bulan hanya mencukupi 60-
70% kebutuhan tubuh dan memerlukan MPASI.
Tabu makanan yang melarang ibu hamil dan menyusui untuk mengkonsumsi
sumber makanan vitamin, mineral dan serat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Bahkan suku sasak melarang anak sakit makanan seperti makan telur, ikan dan ayam
padahal banyak mengandung protein yang dibutuhkan oleh tubuh anak yang sakit.
Pola asuh suku sasak menganut permintaan anak dituruti dan tidak ada
larangan atau aturan terutama dalam hal makan, mereka dibebaskan asal kenyang dan
senang.

L. REFERENSI
Literatur yang digunakan pada jurnal ini cukup baik, walapun masih ada yang
menggunakanyang digunakan sudah cukup baik, meskipun masih ada sumber tahun
2000.

Anda mungkin juga menyukai