Anda di halaman 1dari 24

ASKEP TUMOR PENKAJIAN INPLEMENTASI INTERVENSI

“TUMOR GANAS”

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya, penulis dapat
menyelesaikan makalah Sistem Integumen yang berjudul ” Tumor Ganas” tepat pada waktunya.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pengrjaan makalah ini.

Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik yangmembangun agar penulis dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II KONSEP DASAR TEORI

2.1 Definisi Tumor Ganas .........................................................................

2.2 Etiologi .................................................................................................

2.3 Patofisiologi..........................................................................................
2.4 Manisfestasi klinis.................................................................................

2.5 Pemeriksaan penunjang ......................................................................

2.6 Pengobatan.............................................................................................

2.7 Pencegahan ............................................................................................

2.8 Penatalaksanaan .....................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ....................................

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................

3.2 Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi penyebab kematian nomor tujuh di
Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia yang meninggal (Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007). Riset juga menyatakan bahwa setiap 1000 orang terdapat sekitar 4
penderita tumor. Faktor ini terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya sehingga dalam kurun waktu
10 tahun (2005-2015) WHO memperkirakan jumlah kematian karena tumor rata-rata 8,4 juta setiap
tahun dan tahun 2015 mencapai 9 juta jiwa. Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan adanya pertumbuhan massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang
meliputi tumor jinak (benigna tumor) dan tumor ganas (malignant tumor). Tumor ganas lebih dikenal
sebagai kanker. Massa ini timbul sebagai akibat dari ketidak-seimbangan pertumbuhan dan regenerasi
sel. Pertumbuhan sel yang tidak terkendali disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi
(perubahan genetik yang bersifat menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol pembelahan sel.
Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi
tersebut disebabkan agen zat-zat kimia atau fisik yang dinamakan sebagai karsinogen. Mutasi dapat
terjadi secara spontan (diperoleh) maupun diwariskan. Perkembangan kanker ditandai dengan sel-sel
tumor berinteraksi dengan komponen lingkungan di sekitarnya seperti sel normal, sel imun (sel efektor),
2 maupun agen terapi yang secara eksternal dapat ditambahkan ke dalam sistem tubuh. Agen terapi
yang dimaksud adalah kemoterapi dan imunoterapi. Sifat interaksi lingkungan tumor adalah kompleks
dan tergantung pada banyak faktor, di antaranya adalah umur, jenis kelamin dan sebagainya.

Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan perubahan sel tumor menjadi kompleks. Di lain pihak,
terdapat faktor yang dimaksudkan menyerang sistem imun, salah satunya adalah virus.

Virus dapat menginfeksi sel-sel imun yang telah aktif. Sebagai akibatnya, populasi sel efektor menurun
dan sistem imun akan melemah sehingga dibutuhkan obat yang dapat meningkatkan imun tubuh seperti
Interleukin-2 (IL-2). Kirschner (1998) menyatakan bahwa secara matematis, terdapat interaksi antara
Human Immunodeficiency Virus dengan sel imun yang aktif. Hadirnya virus akan mengurangi efisiensi
sistem imun dalam memerangi sel tumor. Berbagai studi klinis dan eksperimental memberikan
pemecahan baru yang berguna untuk mengetahui pengaruh dinamika kanker dan perawatan yang tepat.
Permasalahan-permasalahan yang semakin kompleks tersebut menuntut untuk dicari solusinya.
Pemecahan tersebut dapat dilakukan dalam matematika dengan menggunakan pendekatan model
matematika. Model matematis pertumbuhan sel tumor dan sel normal berasal dari interaksi sel tumor
dengan sel normal yang pertama kali diperkenalkan oleh Witten (1989). Interaksi sel tumor dengan
sistem imun dan immunoterapi telah dimodelkan secara matematis oleh Panetta dan Kirschner (1998).

Model non linear pertumbuhan sel tumor dan sel normal terhadap pengaruh sistem imun dan virus
tersebut sangat 3 dibutuhkan untuk memahami fenomena realistis pertumbuhan sel tumor dan sel
normal. Melalui model matematika dan simulasi dapat diketahui pola pertumbuhan sel tumor dan sel
normal secara kompleks. Perilaku sistem dapat diperkirakan dengan mengubah parameter sehingga
mampu memproyeksikan jumlah populasi pada waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan model
pertumbuhan sel tumor dan sel normal dari Witten (2011) dengan peran sistem imun dan virus.
Pertama, membentuk model tentang interaksi sistem imun dengan pertumbuhan sel tumor dan sel
normal. Tubuh diberikan pendekatan terapi yang berbeda di antaranya kemoterapi dan immunoterapi.
Kemudian, masuknya virus ke dalam tubuh menyebabkan sistem imun melemah. Selanjutnya,
membentuk model tentang interaksi virus dengan pertumbuhan sel tumor dan sel normal serta
menganalisis pola pertumbuhannya melalui simulasi. Melalui interpretasi grafik berdasarkan nilai
parameter yang telah ditentukan akan diketahui perilaku tiap-tiap model.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :

1. Apa Pengertian dari tumor ganas?

2. Bagaimana Etiologi pada tumor ganas?

3. Bagaimanakah patofisiologis pada tumor ganas?

4. Apa saja manifestasi dari tumor ganas?


5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?

6. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Tumor Ganas ?

1.3 Tujuan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Integumen yang berjudul ”
Tumor Ganas ”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan
pada rumusan masalah agar penulis atau pun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses
keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1.DEFINISI

Tumor atau barah (bahasa Inggris: tumor, tumour) adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang
terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya, yang mirip dengan simtoma bengkak.
Tumor berasal dari kata tumere dalam bahasa latin yang berarti "bengkak". Pertumbuhannya dapat
digolongkan sebagai ganas (malignan) atau jinak (benign).

Tumor adalah pertumbuhan tidak normal dari jaringan tubuh. Tumor terjadi ketika sel membelah
berlebihan dalam tubuh. Tubuh selalu melakukan pembelahan sel untuk menggantikan sel-sel lama
sudah mati dengan sel-sel baru. Jika keseimbangan pembelahan sel terganggu atau berjalan tidak normal
maka disitulah tumor bisa terbentuk.

Tumor ganas disebut kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang
berdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinak tidak menyerang tissue berdekatan dan tidak
menyebarkan benih (metastasis), tetapi dapat tumbuh secara lokal menjadi besar. Mereka biasanya tidak
muncul kembali setelah penyingkiran melalui operasi.

Munculnya benjolan sering dianggap sebagai gejala penyakit kanker. Kanker adalah penyakit akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh normal yang berubah menjadi sel kanker dan
mempunyai sifat tumbuh secara cepat. Penyakit ini memiliki potensi untuk menyerang dan merusak
jaringan yang berdekatan. Kondisi ini dalam istilah medis dinamakan metastasis.

Kata “ganas” sama dengan “maligna” yang berarti buruk dan berpotensi mematikan dengan karakteristik
anaplasia, invasif dan metastasis. Tumor ganas adalah kanker, dan kanker belum tentu berbentuk tumor,
di mana sel-sel kanker dapat menyerang dan merusak jaringan dan organ dekat tumor (invasif). Sel-sel
kanker dapat melepaskan diri dari tumor ganas dan memasuki sistem limfatik atau aliran darah. Kanker
menyebar dari tumor asli untuk membentuk tumor baru di bagian lain dari tubuh, istilahnya adalah
metastasis. Perbedaan lainnya dengan tumor jinak, kebanyakan tumor ganas tidak berkapsul. Secara
khusus, sel-sel tumor ganas mungkin memiliki perubahan bentuk sel yang berkontribusi terhadap
cepaatnya proliferasi mereka. Banyak sel-sel ganas juga memiliki kromosom abnormal atau gen berubah,
dan mereka memproduksi protein abnormal. Banyak perubahan dari sifat sel pada sel-sel ganas
memungkinkan ahli patologi, untuk menentukan proses yang disebut “Staging” tumor.
klasifikasi tumor :.

• grading, klasifikasi tumor berdasarkan gambaran jaringan pada mikroskop, yaitu dari hasil biopsy
(gambaran histopatologik). Di sini dinilai tingkat anaplastik atau differensiasi sel-sel kanker, semakin
kacau gambaran sel (semakin anaplastik) semakin tinggi derajatnya dan berarti semakin ganas kanker
tersebut.

• staging didapatkan dari pemeriksaan klinis-penunjang, dan umumnya derajatnya dinilai berdasarkan
ukuran besar tumor induk, sudah menyebar ke kelenjar limfe atau belum serta sudah bermetastasis atau
belum. Yang lebih bermakna dalam terapi adalah klasifikasi berdasarkan staging ini. Semakin tinggi
staging, misalnya kanker yang sudah bermetastasis, maka pengobatan akan menemukan jalan buntu dan
harapan hidup berkurang.

2.2.ETIOLOGI

• Faktor keturunan dan kelainan genetika.

• Kelainan kongenital

Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir, benjolannya dapat berupa benjolan yang
timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa.
Pada kelainan ini ,benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan di sebelah
atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga
besar seperti bola tenis. Kelainan kongenital yang sering terjadi di daerah leher antara lain adalah
hygroma colli , kista branchial , kista ductus thyroglosus.

• Genetic
• Gender / jenis kelamin

• Usia

• Rangsangan fisik berulang

Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang dalam waktu yang lama merupakan
rangsangan yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau
cedera pada tempat tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.

• Hormon

Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat
tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu
secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara,
rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria).

• Infeks

• Gaya hidup

• Kelainan pada sistem kekebalan tubuh.

• Kelebihan berat badan atau obesitas.

• Pajanan polusi udara.

• Pajanan sinar matahari yang berlebihan.

• Pajanan radiasi.

• karsinogen antara lain senyawa kimia (seperti asbes, pengawet dan pewarna makanan), faktor fisika
(seperti radiasi roentgen berlebih, sinar matahari berlebih), hormonal (seperti peranan estrogen pada
kanker payudara, testosterone pada kanker prostate), dan virus (seperti virus HPV sebagai biang keladi
utama kanker leher rahim )
• co-karsinogen adalah usia tertentu (umumnya kejadian tumor seiring dengan pertambahan usia), pola
hidup yang salah, merokok, alkohol, pola makan kurang serat, adanya iritasi berulang-ulang.

2.3.PATOFISIOLOGI

1. Pertumbuhannya.

Tumor ganas tumbuhnya relative lebih cepat karena memang lebih aktif dan agresif, akibatnya jika di
permukaan tubuh akan tampak tumor membesar dengan cepat dan seringkali di puncaknya disertai
dengan luka atau pembusukan yang tidak kunjung sembuh. Luka menahun ini diakibatkan suplai nutrisi
kepada sel-sel tumor tidak mampu mengimbangi lagi sel-sel tumor yang jumlah sangat cepat berlipat
ganda, akibatnya sel-sel yang berada diujung tidak mendapat nutrisi dan mati. Jadi hati-hati jika memiliki
luka yang kotor dan tidak kunjung sembuh dengan pengobatan bahkan bertambah luas.

2. Perluasannya.

Tumor jinak tumbuh secara ekspansif atau mendesak, tetapi tidak merusak struktur jaringan sekitarnya
yang normal. Hal ini dikarenakan tumor jinak memiliki kapsul yang membatasi antara bagian sel-sel
tumor yang abnormal dengan sel-sel normal. Sebaliknya pada tumor ganas yang memang tak berkapsul,
tumor ini tumbuhnya infiltratif atau menyusup sembari merusak jaringan disekitarnya. Pertumbuhan
semacam ini pertama kali ditemukan oleh Hippocrates – bapak ilmu kedokteran – dan beliau
menamakan sebagai cancer (bahasa latin dari kepiting) karena menurutnya proses infiltratif seperti
demikian menyerupai bentuk capit kepiting. Akibat proses infiltratif tersebut, maka jaringan disekitar
tumor ganas seringkali rusak, dan jika jaringan yang diinfiltrasi itu berupa pembuluh darah maka tumor
jenis ini dapat menimbulkan gejala perdarahan. Contohnya, pada kanker paru salah satu gejalanya
adalah batuk darah.

3. Metastasis.

Metastasis merupakan anak sebar, artinya kemampuan suatu jaringan tumor untuk lepas dari induknya
dan menempel serta mampu hidup dan berkembang lebih lanjut pada jaringan tubuh lain yang letaknya
jauh dari jaringan tumor induk. Misalnya kanker payudara dapat bermetastasis hingga ke paru-paru dan
menyebabkan gangguan proses pernapasan. Jalur metastasis bisa melalui aliran darah, aliran limfe
maupun proses terlepas/terjatuh langsung menempel pada tempat tertentu. Metastasis hanya terjadi
pada tumor ganas. Tumor jinak tidak pernah bermetastasis. Oleh karena metastasis inilah maka tumor
ganas pada kaki misalnya dapat berakibat fatal terhadap penderitanya.
4. Gambaran selular.

Tumor ganas di bawah mikroskop akan tampak sekumpulan sel-sel yang seringkali tidak menyerupai
jaringan normal semestinya, bahkan sel-sel ganas bisa memberi gambaran yang sama sekali tidak
menyerupai sel apapun dalam tubuh manusia (tidak berdiferensiasi/anaplasi). Sedangkan tumor jinak
umumnya diferensiasinya baik, artinya gambaran sel-selnya masih serupa sel-sel normal asalnya namun
aktvitas pembelahannya saja yang lebih aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin anaplastik /
berdiferensiasi semakin buruk suatu tumor maka tumor itu pastilah semakin ganas.

5. Kekambuhan.

Tumor jinak umumnya dengan dioperasi secara tepat jarang untuk kambuh lagi. Tumor ganas memiliki
kekambuhan lebih tinggi dikarenakan proses pembedahannya sulit untuk benar-benar tuntas
dikarenakan memang jaringan abnormal ini tidak berkapsul sehingga sulit untuk dibedakan dan
dipisahkan dari jaringan normal sekitarnya yang sudah diinfiltrasi. Selain itu tumor ganas tahap lanjut
umumnya penyebaran sudah lebih luas bahkan sudah bermetasasis jauh sehingga operasi adalah tidak
mungkin menyembuhkan lagi karena sel-sel ganas sudah ada hampir di setiap bagian tubuh

- tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar.

- tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga digambarkan seperti kepiting dengan kaki-
kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena.

- membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui
pembuluh darah (hematogen) dan pembuluh getah bening (limfogen) dan tumbuh kanker baru di
tempat lain.

- Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut
sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.

2.4. MANISFESTASI KLINIS

1. Bekas tumbukan pada suatu tempat yang tidak kunjung sembuh, lebam terus dan bisa menjadi kanker.
2. Tumbuhnya daging di luar/dalam tubuh, di tempat yang tidak semestinya.

3. Rasa nyeri pada tempat yang tidak diketahui penyebabnya, terasa nyeri ini berarti tumor sudah mulai
berkembang tetapi belum tentu tumor sepenuhnya (tergantung penyebab nyeri, makanan, rangsangan
dari luar).

4. Jika ditekan, seperti tonjolan daging, kelenjar. Karena tidak selalu diketahui tempatnya, jadi walaupun
kecil sekali tetapi tidak semua tonjolan berarti tumor.

5. Munculnya benjolan yang tumbuh membesar pada bagian tubuh tertentu.

6. Terjadinya penebalan jaringan, Pendarahan atau keluarnya zat cair dalam tubuh.

7. Nyeri haid yang rutin juga berkepanjangan pada wanita, Kehilangan berat badan secara cepat.

2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• foto roentgen

• CT-scan

• MRI

• USG

• biopsy (sebagian atau seluruh jaringan yang dicurigai diambil dan diperiksa dibawah mikroskop)

• bronkoskopi (memasukkan selang berkamera ke dalam saluran napas)

• endoscopy (memasukkan selang berkamera ke dalam saluran cerna, bisa lewat mulut atau dubur)

• pemeriksaan darah

• pemeriksaan feses

• Pap’s smear dan mammografi (foto roentgen khusus untuk payudara).

2.6. PENGOBATAN

• Operasi

• Radiasi
• Kimia (kemoterapi)

2.7. PENCEGAHAN

• Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi tinggi

• Berolahragalah secara teratur

• Hindari minum minuman beralkohol

• Diet untuk merawat berat badan

• Mengurangi risiko tubuh agar tidak terkena radiasi dan keracunan zat kimia

• Tidak merokok

• Mengurangi kontak dengan sinar matahari secara langsung

2.8.PENATALAKSANAAN

1. Kemoterapi

Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker

Indikasi dan prinsip :

a. Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin mengganggu sel normal.

b. Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif.

c. Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari manfaatnya.

d. Obat kemotherapi umumnya sangat toksik, teliti/cermat evaluasi kondisi pasien

Kompilaksinya :

1) Efek samping :

• nausea, vomiting
• alopecia

• rasa (pengecap) menurun

• mucositis

2) Toksik :

• hematologik : depresi sumsum tulang, anemia

• ginjal, hepar.

2. Radiotherapy

a. Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides).

b. Terapi radiaisi eksternal yaitu pengobatan noninvasive dan mungkin lebih sering disarankan untuk
lansia lemah yang tidak mampu menjalani pembedahan.

3. Pembedahan

Pembedahan dapat digunakan sebagai upaya kuratif atau digunakan untuk meingkatkan kualitas hidup.
Pembedahan kurang menimbulkan debilitasi dari pada kemoterapi atau terapi radiasi untuk pasien yang
cukup sehat utnuk menjalani anastesi dan hanya merupakan satu – satunya terapi untuk banyak lansia
dengan kanker.

4. Immunoterapi

Immunoterapi yang disebut juga terapi biologis merupakan jenis pengobatan kanker yang relative baru.
Sekalipun demikian diperkirakan akan segera maju pesat dan menjadi andalan para dokter dalam upaya
penyembuhan kanker secara total.

Tidak beda dengan imunisasi pada umumnya, immunoterapi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan
tubuh guna melawan sel –sel kanker. Ada tiga macam immunoterapi, yaitu aktif (vaksin kanker), pasif,
dan terapi adjuvant.

5. Terapi gen

Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara yaitu :


a. Mengganti gen yang rusak atau hilang.

b. Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan sel kanker.

c. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah dideteksi dan di hancurkan oleh system
kekebalan tubuh, kemoterapi, maupun radioterapi.

d. Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh darah baru di jaringan kanker sehingga
sel – sel kankernya mati.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono,
1994 : 10).
Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :

• Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular
(peningkatan risiko pembentukan trombus).

• Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

• Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk


obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).

• Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

• Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan
risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ;
Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari
detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

• Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia,


bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga
obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca
operasi).

Diagnosa Keperawatan Tumor

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi :
1) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status
kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.

2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan, factor budaya
atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan.

3) Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan, keluhan terhadap


reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.

4) Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks, hospitalisasi/perubahan


lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan penampilan.

5) Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya kanker), ketidakberdayaan.

6) Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan saraf/otot, dan
nyeri.

Intervensi dan Implementasi Tumor

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) adalah :

1) Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread yang
disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan tanda
bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu untuk membuat
pengukuran untuk mengatasi ancaman.

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria hasil :

- klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress.

- klien mampu mempertahankan penampilan peran.

- klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.

- klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

• Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.


Rasional : memudahkan intervensi.

• Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.

Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.

• Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang
dirasakan.

• Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif
terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.

• Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan
cemas.

Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan
memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.

• Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

• Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis,
perawatan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

• Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

2) Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.

Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

Kriteria hasil :

- pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

- memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.

- menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh.

• Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang tubuhnya.
Rasional : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra tubuh.

• Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.

Rasional : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga pasien tidak
menyukai keadaan fisiknya.

• Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya perhatian terhadap perawatan,
kemajuan dan prognosis.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi kecemasan.

• Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan martabat pasien.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan berarti dalam diri
pasien.

3) Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap
stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan untuk
menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.

Kriteria hasil :

- pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu luang.

- mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang efektif.

- menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.

- berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

• Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan pemberi pelayanan
kesehatan.

Rasional : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.

• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

Rasional : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling percaya, memudahkan intervensi

• Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realitas.

Rasional : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata yang ada saat ini.

• Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.

Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang positif.


• Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan emosional untuk
pasien dan keluarga.

Rasional : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi kecemasan.

4) Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi keluarga.

Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.

Kriteria hasil :

- pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping.

- paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan dengan perawatan


setelah rawat inap.

• Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

• Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat pengobatan.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.

• Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping yang digunakan.

Rasional : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang tepat .

• Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang normal pada anak yang
berpenyakit kronis atau tidak mampu.

Rasional : memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota keluarga.

5) Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar dan bahaya nyata
dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.

Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

Kriteria hasil :

- mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.

- menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.

- mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.

• Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.


• Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan atau
mengurangi takut.

Rasional : mempertahankan perilaku koping yang efektif.

• Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang
dirasakan.

• Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif
terhadap terapy yang di jalani.

Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.

6) Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang
bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

- penampilan yang seimbang..

- melakukan pergerakkan dan perpindahan.

- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

• Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

• Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

Rasional : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan


ataukah ketidakmauan.

• Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.


Rasional : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

• Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

Rasional : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

• Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

Rasional : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan


mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, Christine. 2001).

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :

1) Ansietas berkurang/terkontrol.

2) Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

3) Pasien menunjukkan koping yang efektif.

4) Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.

5) Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

6) Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tumor atau barah (bahasa Inggris: tumor, tumour) adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang
terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya, yang mirip dengan simtoma bengkak.
Tumor berasal dari kata tumere dalam bahasa latin yang berarti "bengkak". Pertumbuhannya dapat
digolongkan sebagai ganas (malignan) atau jinak (benign).
Tumor adalah pertumbuhan tidak normal dari jaringan tubuh. Tumor terjadi ketika sel membelah
berlebihan dalam tubuh. Tubuh selalu melakukan pembelahan sel untuk menggantikan sel-sel lama
sudah mati dengan sel-sel baru. Jika keseimbangan pembelahan sel terganggu atau berjalan tidak normal
maka disitulah tumor bisa terbentuk.

4.2 Saran

Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih
baik di kemudian hari.

Daftar Pustaka

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.


Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. Jakarta : EGC.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Robin S.L. dan Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC.

Tjakra, Ahmad. 1991. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi FKUI

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai