PADANG
IRFANDY SOUMARIRIS
BP. 1010322008
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peran sehat bagi anaknya. Banyak ibu yang belum mengerti serta memahami
penanganan ISPA . Hal ini dapat didasari oleh tingkat pengetahuan ibu dalam
melindungi balita dari suatu penyakit yang mengancam hidup baik yang
bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita . Kejadian ISPA di
Prevalensi ISPA pada tahun 2013 di Sumatera Barat adalah 25,7 % (Riskesdas
2013).
perlu diketahui bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap segala
faktor lingkungan dan faktor ibu. Faktor anak terdiri dari umur, status gizi,
ASI. Faktor lingkungan terdiri dari kepadatan hunian, pencemaran udara dalam
(Machmud, 2006). Pengetahuan dapat diperoleh dari akses informasi baik dari
Studi yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dan para
tentang kesehatan sangat kurang dan praktik mereka juga masih rendah
pengobatan dan kasus-kasus ISPA yang perlu segera durujuk ke rumah sakit
(Sitepu, 2008).
Semakin rendah pendidikan orangtua, derajat ISPA yang diderita anak semakin
yang diderita anak semakin ringan (Huriah dan Lestari, 2008). Pendidikan
mendeteksi dan mencegah penyakit ISPA lebih awal. Tingkat pengetahuan ibu
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan informasi yang didapatkan oleh ibu
Beberapa upaya perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu di rumah dengan
Dampak lainnya yaitu berat badan balita menurun, demam tidak berkurang
demam berkurang dan nafsu makan membaik dan pemberian antibiotik selama
dan lain-lain. Hal ini didukung oleh penelitian Winarsi, Resnayanti & Susanti
(2008) bahwa pada ibu yang diberikan pendidikan kesehatan akan mengalami
menggunakan media lembar balik dan booklet yang diberikan kepada keluarga
membaca secara mandiri tentang cara perawatan anak demam sehingga anak
dalam Perawatan ISPA pada Balita” dari hasil penelitian ditemukan bahwa
perawatan ISPA pada balita dengan nilai pretest 61,1% dan mengalami
hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA dengan nilai p sebesar 0,764
dengan uji Mann Whitney dengan ketelitian p< 0,05 dan dinyatakan tidak
ISPA berada dalam kategori cukup dan pengetahuan tentang ASI eksklusif
dapat mencegah ISPA masih kurang . Berbeda dengan penelitian Nana dan
penyakit yang serius di daerah pedesaan ( 54,4 % di wilayah kota) dari 250
2013 bahwa penyakit yang paling banyak di Kota Padang tahun 2013 adalah
ISPA sebanyak 30.926 balita diikuti oleh penyakit kulit dan febris. Puskesmas
Padang Pasir menempati urutan pertama dalam kasus penyakit ISPA pada
balita sebanyak 1509 balita dari 10 puskesmas di kota Padang pada tahun 2013
dengan sasaran program kesehatan yang dilakukan terhadap 477 balita yang
mendapatkan kasus ISPA pada balita sebanyak 1370 balita lebih tinggi dari
Puskesmas Bungus sebanyak 506 balita dan Puskesmas Air Dingin sebanyak
989 balita sebagai Puskesmas yang berada di pinggiran kota atau pedesaan.
bahwa 4 ibu balita tidak mengetahui tentang penyakit ISPA dan 1 ibu balita
mengetahui tentang penyakit ISPA. Studi lapangan terhadap 5 orang ibu balita
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
pada balita antara Puskesmas Padang Pasir dengan Puskesmas Pauh Padang
tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
Pauh
f. Diketahui perbedaan kemampuan ibu merawat balita ISPA sebelum dan
Puskesmas Pauh
Pauh.
Pauh.
Puskesmas Pauh.
D. Manfaat Penelitian
PENUTUP
A. Kesimpulan
nilai5,93.
dengan PuskesmasPauh.
Puskesmas Pauh
dengan PuskesmasPauh.
tujuan dari kegiatan yang dilakukan tercapai optimal dan dapat dilakukan
terhadap ibu yang memiki anak balita yang tidak mengalami ISPA.
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta.
Astuti, N. S & Koesyanto, H. (2011). Faktor ibu balita yang berhubungan dengan
126-133.Available at:
http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas/article/download/1765/1958 .
medika
http://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2013/03/narasi-profil-2012-
edisi-terbit-2013.pdf.
Health. 38(4).83-90.
Hidayat, A.A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Huriah, T., & Lestari, R. (2005). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang infeksi
Keperawatan.29-34.
Indriani, D & Zulaicha. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ispa
Jafari. (2014) dengan judul The knowledge, attitude and practice of mothers
http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/B
Kumar, et al. (2009). Knowledge attitude and practice about ari among the mothers
pada balita yang berobat ke badan pelayanan kesehatan rumah sakit umum
dipublikasi.
Mandal, dkk. (2008). Penyakit infeksi (edisi keenam). Jakarta : Erlangga.
Maramis, dkk (2013). Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang
ispa dengan kemempuan ibu merawat balita ispa pada balita di puskesmas
Murhayati, Atiek, (2010). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu
dengan praktik cara perawatan balita yang menderita ISPA non pneumonia
34-39.
Notoadmodjo, S.( 2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Medika.
Prajapati, et al (2012). Knowledge, attitude and practices of mothers regarding
Putro, Dedi Eko Prasetyo. (2008). Hubungan antara pengetahuan dan sikap
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita gizi kurang dan
buruk di kota waringin barat. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.4 (2). 69-77.
Jakarta : EGC
Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sumatera Barat (2008). Hasil riset kesehatan dasar
Riset Kesehatan Dasar (2013). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013. Diakses
Medika
Riza, M (2009). Hubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dengan kejadian
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6725/1/08E00489.pdfdiak
Medika.
WHO (2007). Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapsan akut yang
http://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_ba
hasa.pdf
World Health Organization. The World health report 2007. Diakses pada tanggal 5