Anda di halaman 1dari 23

REPOSITORY

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN


TERHADAP PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN IBU
MERAWAT BALITA ISPA ANTARA PUSKESMAS
PADANG PASIR DENGAN PUSKESMAS PAUH
KOTA PADANG 2014

PADANG

Penelitian Keperawatan Anak

IRFANDY SOUMARIRIS
BP. 1010322008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JULI 2014

Nama : Irfandy Soumariris


No. BP : 1010322008

Perbandingan Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan


Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA antara Puskesmas Padang Pasir dan
Puskesmas Pauh tahun 2014

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan


serius terutama pada balita. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan ibu merawat
balita ISPA menjadi penyebab kematian utama pada balita. Pendidikan kesehatan
dengan media booklet merupakan upaya meningkatkan hal tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan dan kemampuan ibu dalam perawatan balita ISPA antara
Puskesmas Padang Pasir dan Pauh. Metode yang digunakan adalah pre
eksperimental dengan pretest posttest design dan pemberian booklet. Subjek
penelitian adalah ibu dengan balita ISPA berjumlah 15 sampel, pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan komputerisasi tingkat
kemaknaan p<0,05. Hasil analisis data menggunakan uji Wilcoxon untuk menilai
perbedaan pengetahuan dan kemampuan merawat pada pretest posttest dan Mann
Whiyney U untuk menilai perbandingan antar Puskesmas . Hasil penelitian
diperoleh perbedaan pengetahuan dan kemampuan merawat balita ISPA sebelum
dan setelah pendidikan kesehatan dengan p=0,002 (p<0,05) dan terdapat perbedaan
efektivitas pendidikan kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir dengan Pauh
pada kemampuan merawat dengan p=0,001 ,pada pengetahuan tidak terdapat
perbedaan efektivitas pendidikan kesehatan antar Puskesmas p=0,291 . Dengan
mempertimbangkan hasil penelitian, disarankan pendidikan kesehatan tentang
ISPA dengan media yang lebih menarik seperti booklet perlu diberikan terutama
ibu untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan merawat balita dengan
ISPA.

Kata Kunci : pendidikan kesehatan, pengetahuan, Infeksi Saluran Pernafasan


Akut (ISPA), balita, kemampuan merawat balita ISPA.
Daftar Pustaka : 50 (2004-2013)
FACULTY OF NURSING
UNIVERSITY OF ANDALAS
JULY 2014

Name : Irfandy Soumariris


Reg. Number : 1010322008

The Comparison in Effectivity of Health Education toward Knowledge and Mother


Ability in Caring ChildrenUnder Five Having ARI between Padang Pasir and Pauh
Public Health Center year 2014

ABSTRACT

Acute respiratory infection (ARI) is a serious health problem especially in


children under five.. Less of knowledge and inability in caring be a death causing
on child . Health education with booklet media is effort to increase knowledge and
ability in caring. This study aimed to identify comparison in health education
effectivity toward knowledge and ability in caring between Padang Pasir and
Pauh . Method used pre experimental with pretest posttest design and booklet
giving. Subject was mothers with children having ARI amount 15 samples ,data
collection by making questionnaires. Statistical test used SPSS with significant
p<0,05. Data result used Wilcoxon to identify difference pre and posttest of
knowledge and ability in caring ,Mann Whitney to know difference between both
of them. Study showed there was difference of knowledge and ability in caring pre
and posttest in Padang Pasir and Pauh p=0,002 (p<0,05) , there was difference in
effectivity of health education between Padang Pasir and Pauh on ability in caring
p=0,001 (p<0,05) and there was not on knowledge p=0,291. Study suggested
health education with more interesting media like booklet must be given especially
mothers to ARI’s rate can be reduced in children.

Keyword : health education, knowledge, Acute Respiratory Infection (ARI),


children under five, ability in caring child having ARI
Bibliography : 50(2004-2013)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan yang ibu peroleh dapat menentukan peran sakit maupun

peran sehat bagi anaknya. Banyak ibu yang belum mengerti serta memahami

tentang kesehatan anaknya, termasuk dalam cara pencegahan maupun

penanganan ISPA . Hal ini dapat didasari oleh tingkat pengetahuan ibu dalam

melindungi balita dari suatu penyakit yang mengancam hidup baik yang

menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006).

ISPA merupakan penyakit utama yang menyebabkan kematian pada

bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita . Kejadian ISPA di

negara maju didominasi oleh virus, sedangkan di negara berkembang ISPA

sering disebabkan oleh bakteri seperti S.Pneumonia dan H. Influenza. (World

Health Organization, 2007). Prevalensi ISPA di Indonesia sebanyak 25,0% .

Prevalensi ISPA pada tahun 2013 di Sumatera Barat adalah 25,7 % (Riskesdas

2013).

Pengetahuan ibu mengenai penyakit ISPA yang merupakan salah satu

penyebab kematian tersering, sangat diperlukan. Oleh karena itu, untuk

mengetahui tingkat pemahaman pada ibu-ibu tentang penyakit ISPA, maka

perlu diketahui bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap segala

sesuatu yang ada kaitannya dengan penyakit ISPA. Upaya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan ibu memerlukan banyak usaha di antaranya

dengan memberikan pendidikan kesehatan ( Susanti, 2008). Pendidikan

kesehatan merupakan suatu upaya untuk mengajak , mempengaruhi orang lain


baik individu, keluarga maupun masyarakat sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan . Pendidikan kesehatan

tentang ISPA khususnya terkait dengan pengetahuan tentang ISPA merupakan

intervensi yang penting (Syahrani, 2011).

Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA adalah faktor anak,

faktor lingkungan dan faktor ibu. Faktor anak terdiri dari umur, status gizi,

jenis kelamin, status imunisasi campak, pemberian vitamin A dan pemberian

ASI. Faktor lingkungan terdiri dari kepadatan hunian, pencemaran udara dalam

rumah. Sedangkan faktor ibu meliputi pendidikan dan pengetahuan ibu

(Machmud, 2006). Pengetahuan dapat diperoleh dari akses informasi baik dari

media atau pelayanan kesehatan. Kemudahan dalam memperoleh informasi

dan sarana pendukung dapat berbeda antara wilayah perkotaan dengan

pedesaan. Beberapa faktor pendukung kejadian ISPA di daerah pedesaan

seperti kurangnya pelayanan kesehatan dasar, kurangnya perhatian pemerintah,

tingkat pendidikan, kebersihan lingkungan, penyalahgunaan antibiotik,

kemiskinan, tidak adanya ventilasi, dan asap dalam rumah.

Studi yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dan para

ahli pendidikan kesehatan menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat

tentang kesehatan sangat kurang dan praktik mereka juga masih rendah

(Notoadmodjo, 2007). Tugas pemberantasan penyakit ISPA merupakan

tanggung jawab bersama. Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi

keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya. Sebagian besar kematian

akibat penyakit ISPA terjadi sebelum penderita mendapat pengobatan petugas


puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan

sangat membantu menemukan kasus-kasus ISPA yang perlu mendapat

pengobatan dan kasus-kasus ISPA yang perlu segera durujuk ke rumah sakit

(Sitepu, 2008).

Pendidikan kesehatan bertujuan mengembangkan pengertian yang

benar dan sikap positif individu/pasien atau kelompok/keluarga pasien agar

yang bersangkutan menerapkan cara hidup sehat dalam hidupnya sehari-hari

atas kesadaran dan kemauannya sendiri. Sementara pendidikan kesehatan

tentang ISPA merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu individu,

kelompok atau masyarakat terutama ibu dalam meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan mereka dalam perawatan balita ISPA sehingga kualitas

kesehatan tercapai secara optimal (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Pendidikan orangtua berpengaruh terhadap insidensi ISPA pada anak.

Semakin rendah pendidikan orangtua, derajat ISPA yang diderita anak semakin

berat. Demikian sebaliknya, semakin tinggi pendidikan orangtua, derajat ISPA

yang diderita anak semakin ringan (Huriah dan Lestari, 2008). Pendidikan

kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu

pada penyakit ISPA . Pendidikan kesehatan mengupayakan perilaku

masyarakat untuk menyadari atau mengetahui cara memelihara kesehatan,

menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan dan tempat

untuk mencari pengobatan jika menderita suatu penyakit (Notoadmodjo, 2007).

Penanganan optimal bagi penderita memerlukan peranan ibu sebagai

mekanisme untuk menurunkan dampak masalah kesehatan pada anak dan


keluarganya . Pengetahuan ibu yang benar tentang ISPA dapat membantu

mendeteksi dan mencegah penyakit ISPA lebih awal. Tingkat pengetahuan ibu

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan informasi yang didapatkan oleh ibu

(Maramis, 2013 ). Pendidikan yang lebih tinggi mempermudah seseorang

dalam mencari informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki lebih baik,

sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap perubahan hidup sehat (Notoatmodjo, 2010).

Penanganan penyakit yang tepat di rumah oleh orang tua dapat

mengurangi tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat ISPA.

Beberapa upaya perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu di rumah dengan

memberikan makanan bergizi, pemberian cairan, kompres saat demam dan

membersihkan jalan nafas (Kemenkes, 2010).

Seorang ibu yang tidak memberikan perawatan yang baik pada

balitanya dapat memperberat penyakitnya yaitu menjadi pneumonia berat

sehingga saat di bawa ke rumah sakit keadaannya sudah semakin memburuk.

Dampak lainnya yaitu berat badan balita menurun, demam tidak berkurang

dan nafsu makan berkurang. Salah satu kriteria keberhasilan perawatan di

rumah adalah bila saat 2 hari kemudian pernafasannya membaik (melambat),

demam berkurang dan nafsu makan membaik dan pemberian antibiotik selama

5 hari (WHO, 2009).

Pendekatan dalam pemberian pendidikan kesehatan sangat bervariasi

antara lain metode ceramah, ceramah disertai demonstrasi, diskusi kelompok

dan lain-lain. Hal ini didukung oleh penelitian Winarsi, Resnayanti & Susanti
(2008) bahwa pada ibu yang diberikan pendidikan kesehatan akan mengalami

kenaikan yang bermakna sebesar 6,8% dalam perubahan perilakunya.

Penelitian Suhariyanti (2012) dengan judul ‘pengaruh promosi kesehatan

terhadap kemandirian keluarga dalam penanganan demam pada anak

menggunakan media lembar balik dan booklet yang diberikan kepada keluarga

setelah penyuluhan. Pemberian booklet tersebut diharapkan keluarga dapat

membaca secara mandiri tentang cara perawatan anak demam sehingga anak

terhindar dari bahaya demam.

Berdasarkan penelitian Huriah dan Lestari 2008 dengan judul

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang ISPA terhadap Kemampuan Ibu

dalam Perawatan ISPA pada Balita” dari hasil penelitian ditemukan bahwa

terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam

perawatan ISPA pada balita dengan nilai pretest 61,1% dan mengalami

perubahan setelah diberikan pendidikan kesehatan sebesar 75% dari 36

responden. Peningkatan pengetahuan dan informasi tentang ISPA sangat

dibutuhkan ibu agar dapat memberikan perawatan terhadap anaknya dengan

cara mengikuti pendidikan kesehatan berupa penyuluhan yang diadakan di

Puskesmas sehingga kesehatan yang optimal bisa dicapai. Pelaksanaan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat sudah sering dilakukan tetapi belum

banyak dilakukan evaluasi mengenai keefektifan dilaksanakannya pendidikan

kesehatan tersebut mengingat masih tingginya angka kejadian ISPA yang

terjadi saat ini (Huriah dan Lestari, 2008).


Berdasarkan penelitian Nasution (2009) di Jakarta bahwa tidak ada

hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA dengan nilai p sebesar 0,764

dengan uji Mann Whitney dengan ketelitian p< 0,05 dan dinyatakan tidak

bermakna. Kejadian ISPA lebih tinggi pada responden dengan pengetahuan

dalam kategori baik 19 orang (45,2%) dibandingkan dengan responden dengan

pengetahuan kurang sebesar 6 orang (14,3%). Pengetahuan responden tentang

ISPA berada dalam kategori cukup dan pengetahuan tentang ASI eksklusif

dapat mencegah ISPA masih kurang . Berbeda dengan penelitian Nana dan

Tinah (2011) di Boyolali, menemukan ISPA yang diderita balita di wilayah

tersebut termasuk kategori ISPA sedang dikarenakan kurangnya pengetahuan

ibu akan penanganan ISPA.

Penelitian terkait yang dilakukan oleh Prajapati et al (2012) dengan

judul ‘Knowledge, Attitude and Practices of Mothers Regarding Acute

Respiratory Infection (ARI) in Urban and Rural Communities of Ahmedabad

District, Gujarat’ ditemukan 71,4 % ibu memilih allopathy sebagai tipe

pengobatan untuk mengatasi ISPA, 40,8 % ibu menyatakan ISPA sebagai

penyakit yang serius di daerah pedesaan ( 54,4 % di wilayah kota) dari 250

responden dari masing-masing wilayah yang diteliti. Penelitian ini

menyarankan perlunya beberapa intervensi seperti pendidikan kesehatan untuk

mengubah pengetahuan ibu balita tentang ISPA.

Berdasarkan Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun

2013 bahwa penyakit yang paling banyak di Kota Padang tahun 2013 adalah

ISPA sebanyak 30.926 balita diikuti oleh penyakit kulit dan febris. Puskesmas
Padang Pasir menempati urutan pertama dalam kasus penyakit ISPA pada

balita sebanyak 1509 balita dari 10 puskesmas di kota Padang pada tahun 2013

dengan sasaran program kesehatan yang dilakukan terhadap 477 balita yang

menderita ISPA sebagai puskesmas yang berada di perkotaan. Puskesmas Pauh

mendapatkan kasus ISPA pada balita sebanyak 1370 balita lebih tinggi dari

Puskesmas Bungus sebanyak 506 balita dan Puskesmas Air Dingin sebanyak

989 balita sebagai Puskesmas yang berada di pinggiran kota atau pedesaan.

Berdasarkan hasil wawancara dari 5 ibu balita penderita ISPA di

wilayah Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh tentang pengertian,

tanda gejala, penyebab, pencegahan, pengobatan dan faktor resiko didapatkan

bahwa 4 ibu balita tidak mengetahui tentang penyakit ISPA dan 1 ibu balita

mengetahui tentang penyakit ISPA. Studi lapangan terhadap 5 orang ibu balita

tersebut menyatakan belum pernah mengikui kegiatan pendidikan kesehatan

terkait dengan penyakit ISPA.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian mengenai

perbandingan efektifitas pendidikan kesehatan tentang ISPA terhadap

pengetahuan dan kemampuan ibu merawat balita ISPA antara Puskesmas

Padang Pasir dengan Puskesmas Pauh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut apakah terdapat efektivitas pendidikan kesehatan


terhadap pengetahuan dan kemampuan ibu dalam perawatan balita ISPA

antara Puskesmas Padang Pasir dengan Puskesmas Pauh .

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya perbandingan efektifitas pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan dan kemampuan ibu dalam perawatan ISPA

pada balita antara Puskesmas Padang Pasir dengan Puskesmas Pauh Padang

tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui pengetahuan tentang ISPA pada balita sebelum diberikan

pendidikan kesehatan di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh

b. Diketahui pengetahuan ibu tentang ISPA setelah diberikan pendidikan

kesehatan tentang ISPA di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh.

c. Diketahui kemampuan ibu merawat balita ISPA sebelum diberikan

pendidikan kesehatan di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh.

d. Diketahui kemampuan ibu merawat balita ISPA setelah diberikan

pendidikan kesehatan di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas Pauh.

e. Diketahui perbedaan pengetahuan ibu tentang ISPA sebelum dan setelah

diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas Padang Pasir dan Puskesmas

Pauh
f. Diketahui perbedaan kemampuan ibu merawat balita ISPA sebelum dan

setelah diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas Padang Pasir dan

Puskesmas Pauh

g. Diketahui perbedaan pengetahuan ibu tentang ISPA sebelum diberikan

pendidikan kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir dengan Puskesmas

Pauh.

h. Diketahui perbedaan pengetahuan ibu tentang ISPA setelah diberikan

pendidikan kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir dengan Puskesmas

Pauh.

i. Diketahui perbedaan kemampuan ibu dalam perawatan balita ISPA

sebelum diberikan pendidikan kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir

dengan Puskesmas Pauh.

j. Diketahui perbedaan kemampuan ibu dalam perawatan balita ISPA setelah

diberikan pendidikan kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir dengan

Puskesmas Pauh.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan

informasi untuk melakukan penelitian yang akan datang terkait ISPA


2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas Padang Pasir dan

Puskesmas Pauh diharapkan dapat melakukan kegiatan penyuluhan

kesehatan dan pencegahan serta penanganan dan perawatan balita ISPA.

3. Bagi Keluarga dan Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat terutama ibu rumah

tangga dalam penanganan penyakit ISPA pada balita.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap ibu dengan balita yang

mengalami ISPA dengan menggunakan metode ceramah dan kemudian

pemberian booklet ,dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata pengetahuan responden sebelum pendidikan kesehatan di

Puskesmas Padang Pasir dengan nilai 11,87 . Sedangkan rata-rata

pengetahuan responden di Puskesmas Pauh dengan nilai10,53.

2. Rata-rata pengetahuan responden setelah pendidikan kesehatan di

Puskesmas Padang Pasir dengan nilai 13,80. Sedangkan rata- rata

pengetahuan di Puskesmas Pauh dengan nilai 13,27 .

3. Rata-rata kemampuan merawat balita ISPA sebelum pendidikan

kesehatan di Puskesmas Padang Pasir dengan nilai 6,53. Sedangkan

rata-rata kemampuan merawat balita ISPA di Puskesmas Pauh dengan

nilai5,93.

4. Rata-rata kemampuan merawat balita ISPA setelah pendidikan

kesehatan di Puskesmas Padang Pasir dengan nilai 9,13 . Sedangkan

rata-rata kemampuan merawat di Puskesmas Pauh dengan nilai 8,27.


5. Ada perbedaan yang signifikan pengetahuan responden sebelum dan

setelah diberikan pendidikan kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir

dengan PuskesmasPauh.

6. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan responden dalam merawat

balita ISPA sebelum dan setelah pendidikan kesehatan antara Puskesmas

Padang Pasir dengan PuskesmasPauh.

7. Ada perbedaan yang bermakna pengetahuan responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir dengan

Puskesmas Pauh

8. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pengetahuan responden

setelah diberikan pendidikan kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir

dengan PuskesmasPauh.

9. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kemampuan responden dalam

merawat balita ISPA sebelum diberikan pendidikan kesehatan antara

Puskesmas Padang Pasir dengan Puskesmas Pauh

10. Ada perbedaan yang bermakna kemampuan responden dalam merawat

balita ISPA setelah diberikan pendidikan kesehatan antara Puskesmas

Padang Pasir dengan PuskesmasPauh.


B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ibu dengan balita yang

mengalami ISPA untuk menilai perbandingan efektivitas pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan dan kemampuan responden dalam merawat balita ISPA

antara Puskesmas Padang Pasir dengan Puskesmas Pauh terdapat beberapa

saran sebagai berikut :

1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan terutama Puskesmas Padang Pasir dan

Puskesmas Pauh kota Padang dapat melakukan kegiatan promosi kesehatan

dan pendekatan terhadap keluarga dengan balita ISPA secara intensif

dengan metode ceramah dan media booklet sehingga pencegahan dan

perawatan balita ISPA memberikan efek langsung terhadap penurunan

angka kejadian ISPA.

2. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Perlunya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan merawat

balita ISPA melalui pendidikan dan pelatihan dalam pelaksanaan

pendidikan kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlunya dilakukan penelitian terkait pemberian pendidikan

kesehatan dengan membandingkan dua metode yang berbeda sehingga

tujuan dari kegiatan yang dilakukan tercapai optimal dan dapat dilakukan

terhadap ibu yang memiki anak balita yang tidak mengalami ISPA.
DAFTAR PUSTAKA

Achrya, D. (2013) knowledge and practice of management of ARI among mothers

under five years in rural Nepal. International Journal.1(7)166-172.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Astuti, N. S & Koesyanto, H. (2011). Faktor ibu balita yang berhubungan dengan

kepatuhan follow up penderita pneumonia. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

126-133.Available at:

http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas/article/download/1765/1958 .

diakses tanggal 05 Februari 2014.

Dahlan, S. (2011). Statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Salemba

medika

Departemen Kesehatan RI .(2007). Pedoman pemberantasan penyakit ISPA untuk

penanggulangan pneumonia pada balita. Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI (2005). Pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan di

Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Devyna (2013). Hubungan pengetahuan dan kepatuhan keluarga dalam perawatan

penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas purnama dumai.

Fkep USU. Skripsi. Tidak dipublikasi.


Dinkes Padang.(2013). Profil kesehatan kota padang tahun 2012. Dapat diakses :

http://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2013/03/narasi-profil-2012-

edisi-terbit-2013.pdf.

Fadilah, Aini (2010). Pengaruh pendidikan kesehatan reporoduksi remaja melalui

media booklet terhadap perubahan pengetahuan dan sikap santri tentang

kesehatan reproduksi di pesantren darul hikmah medan. Fkep USU.

Skripsi. Tidak dipublikasi.

Francis, Nick (2008). The effect of using interactive booklet on childhood

respiratory tract infections in consultations : Study protocol for a cluster

randomised controlled trial in primary care. Biomed Journal. 9(23). 1-10.

Hariono, Agus (2008). Pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan

sikap dan perilaku pasien dm tipe 2 di RSUD Ade Mohammad Djoen

Sintang. Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM. Tesis. Tidak dipublikasi.

Heshmat, R (2009) Comparison of knowledge , attitude and practice of urban and

rural household towards iron deficiency anemia in Iran. Iranian Public

Health. 38(4).83-90.

Hidayat, A.A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.

Jakarta : Salemba Medika.

Huriah, T., & Lestari, R. (2005). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang infeksi

saluran pernapasan terhadap kemampuan ibu dalam perawatan ispa pada

balita di dusun lemahdadi kasihan bantul yogyakarta. Jurnal Ilmu

Keperawatan.29-34.
Indriani, D & Zulaicha. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ispa

dengan perilaku pencegahan pada balita di wilayah kerja puskesmas tirto II

kabupaten pekalongan. Jurnal Keperawatan.1 (2).1-10.

Jafari. (2014) dengan judul The knowledge, attitude and practice of mothers

regarding Acute respiratory tract infection in children.Bioscience research

Asia.11 (1). 343-348.

James, J.(2008).Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Yogyakarta : Erlangga.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman kader seri kesehtan anak.Jakarta :

DIPA Kementerian Kesehatan RI. Available at :

http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/B

uku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf diakses tanggal 25 Januari 2014.

Kumar, et al. (2009). Knowledge attitude and practice about ari among the mothers

of under five children attending civil hospital mithi tarparkar

desert.PHCOA Journal. 2(1).12-20.

Machmud, R . (2006). Pneumonia balita di Indonesia dan peran kabupaten dalam

Menanggulanginya. Padang. Andalas University Press.

Mairusnita (2007). Karakteristik penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

pada balita yang berobat ke badan pelayanan kesehatan rumah sakit umum

daerah kota langsa. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Tidak

dipublikasi.
Mandal, dkk. (2008). Penyakit infeksi (edisi keenam). Jakarta : Erlangga.

Maramis, dkk (2013). Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang

ispa dengan kemempuan ibu merawat balita ispa pada balita di puskesmas

bahu kota manado. Jurnal Keperawatan. 1(1). 1-8.

Montasser, Nadia (2012). Assesment and classification of acute respiratory tract

infection among egyptian rural children. British Journal of Medicine and

Medical Research.2(2). 216-227.

Mulyana (2006). Faktor-faktor ibu balita yang berhubungan dengan kepatuhan

follow up penderita pneumonia balita di puskesmas cisaga, jawa barat.

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.1(2). 120-128.

Murhayati, Atiek, (2010). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu

dengan praktik cara perawatan balita yang menderita ISPA non pneumonia

di wilayah kerja Puskesmas Mojobolan, Sukoharjo. Jurnal Kesma. 1(1).

34-39.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoadmodjo, S.( 2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta.

Nursalam (2005). Konsep dan penerapan metodologi penelitian. Jakarta : Salemba

Medika.
Prajapati, et al (2012). Knowledge, attitude and practices of mothers regarding

acute tract infection (ari) in urban and rural communities of Ahmedabad

District, Gujarat. Indian Journal of Pediatrics.3(2) : 101-103).

Putro, Dedi Eko Prasetyo. (2008). Hubungan antara pengetahuan dan sikap

orangtua dengan ISPA pada anak di wilayah kerja puskesmas purwantoro.

Jurnal Pendidikan Keperawatan.

Rahmawati (2006). Pengaruh penyuluhan dengan media audio visual terhadap

peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita gizi kurang dan

buruk di kota waringin barat. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.4 (2). 69-77.

Rachmat, M. (2012). Buku ajar biostatistika : aplikasi pada penelitian kesehatan.

Jakarta : EGC

Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sumatera Barat (2008). Hasil riset kesehatan dasar

provinsi sumatera barat 2007. Diakses pada tanggal 5 Februari 2014.

Riset Kesehatan Dasar (2013). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013. Diakses

tanggal 25 Maret 2014.

Riyanto, A. (2011). Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta : Nuha

Medika

Riza, M (2009). Hubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dengan kejadian

pneumonia pada balita di irna anak rsmh palembang . Jurnal

Pembangunan Manusia. 8 (2).


Sari (2012). Gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan pneumonia ringan pada

balita di rumah di desa sayang kecamatan jatinangor.Jurnal

Kesehatan.Diakses (5 Februari 2014 ).

Schwartz, M.(2004).Pedoman klinis pediatri. Jakarta : EGC.

Sitepu, A. (2008). Efektivitas penyuluhan kesehatan menggunakan metode ceramah

disertai pemutaran vcd dan tanpa pemutaran vcd dalam meningkatkan

pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit pneumonia pada balita di

kecamatan stabat kabupaten langkat. FKM USU. Tesis. Tidakdipublikasi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6725/1/08E00489.pdfdiak

ses tanggal 12 Februari 2014.

Suhariyanti (2012). Pengaruh promosi kesehatan terhadap kemandirian kelurga

dalam penanganan demam pada anak di wilayah puskesmas pringsurat

kabupaten temanggung. Jurnal Promosi Kesehatan.1(1).1-10.

Sunyoto, D. (2012). Statisitik non parametrik untuk kesehatan.Yogyakarta. Nuha

Medika.

Syahrani, Santoso, & Sayono. (2012). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang

penatalaksanaan ISPA terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu

merawat balita ispa di rumah. Jurnal Keperawatan.

Wahyuni. (2008). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu

tentang pneumonia pada balita dan pencegahannya di Sukoharjo. Jurnal

Keperawatan.http://ums.ac.id/904/diperoleh tanggal 08 Februari 2014.


Warman (2008). Hubungan faktor lingkungan, sosial ekonomi dan pengetahuan

ibu dengan kejadian diare akut pada balita di kecamatan tembilahan

kabupaten indragiri. Jurnal Kesehatan.1(2).21-28.

WHO (2007). Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapsan akut yang

cenderung menjadi epidemi dan pendemidi fasilitas pelayanan kesehatan.

http://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_ba

hasa.pdf

Widoyono. (2011). Penyakit tropis:Epidemiologi, penularan, pencegahan &

pemberantasnnya. Jakarta : Erlangga.

Widyaningtyas, R. (2006). Faktor resiko dominan kejadian pneumonia pada balita.

Skripsi Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.

World Health Organization. (2007). Pencegahan dan pengendalian ISPA yang

cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan.

Pedoman Interim WHO.

World Health Organization. The World health report 2007. Diakses pada tanggal 5

Februari 2014 dari http :// www.who.com/int

Anda mungkin juga menyukai