Anda di halaman 1dari 15

ASKEP TRANSKULTURAL PADA IBU NIFAS

Dosen : Dian Kartikasari, S.kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh :

1. Ahmad Rian Pambudi


2. Faqih Agustian
3. Friskyla Diytha M
4. Kamelia Aghitsna
5. Mandira Musliana
6. Naelly Nur Fauziyah
7. Okky Haryandi Putra
8. Pramesti Sindy Ariesty
9. Rifka Maulida

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah”
Transkultural Pada Ibu Nifas” ini dengan tepat waktu. Kemudian sholawat beserta salam kita
sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA
DALAM KEPERAWATAN di program studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

Dimakalah ini masih banyak yang kurang, untuk itu kami berharap untuk para
pembaca memberikan saran untuk membangun makalah kami lebih baik lagi.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
A. Asuhan Keperawatan Transkultural Pada Ibu Nifas ............................................................ 4
B. Keterkaitan dengan Nilai Keislaman ...................................................................................... 9
BAB III................................................................................................................................................. 13
PENUTUP............................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan
manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989). Kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar,
beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya (Kuntjaraningrat, 1928 dalam
Napitupulu, 1988). Sehingga dari budaya tersebut jika dilanggar dipercaya dapat
memberikan mala petaka bagi orang yang melanggar aturan dan nilai-nilai
budaya.
Terdapat banyak daerah di Indonesia yang masih sangat kental unsur
budayanya. Mereka masih menjalankan kebiasaan-kebiasaannya. Setiap daerah
memilki ciri khas budayanya masing-masing.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan transkultural pada ibu nifas?
2. Bagaimana analisis jurnal tentang transkulturan pada ibu nifas?
3. Bagaimana keterkaitan dengan nilai keislaman?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan transkultural
2. Untuk menunjukkan contoh jurnal transkultural pada ibu nifas
3. Untuk mengetahui keterkaitan transkulturan dengan nilai keislaman

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Transkultural Pada Ibu Nifas


a. Analisis Jurnal
1. Problem
Masalah kesehatan reproduksi tidak lepas dari proses persalinan.
Seorang ibu yang baru saja menjalani proses persalinan akan memasuki
masa yang disebut masa nifas (puerperium).
Masa nifas adalah fase khusus dalam kehidupan ibu dan bayi. Bagi
ibu yang bersalin untuk pertama kalinya, ia akan menyadari perubahan
dalam hidupnya yang mencakup perubahan emosi dan fisik. Terjadi
penyesuaian yang bersifat sosial karena perempuan yang bersalin untuk
pertama kali akan memikul tanggung jawab sebagai seorang ibu.
Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Masa nifas merupakan masa
penting karena risiko morbiditas dan mortalitas ibu serta bayi akan
meningkat pada masa pascapersalinan.
Perdarahan merupakan penyebab utama kematian ibu di dunia dan
sebagian besar terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Oleh
karena itu penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah
besar dalam waktu satu jam setelah persalinan. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah status ekonomi rendah, tidak tersedia atau
rendahnya layanan kesehatan yang berkualitas. Hal tersebut berdampak
terhadap keberhasilan promosi kesehatan, deteksi dini, dan
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah pada masa
pascapersalinan.
Sampai saat ini masih banyak ibu bersalin dengan bantuan dukun
beranak yang umumnya tidak terlatih secara medis, terutama di daerah
terpencil dengan fasilitas layanan kesehatan yang sulit dijangkau.5
Selain itu, masih terdapat masyarakat Indonesia yang mempertahankan
kebudayaan bagi ibu nifas yang tidak memiliki dasar logis, terutama
dari segi medis. Masih terdapat praktik pemotongan tali pusat

4
menggunakan bambu yang ditipiskan dan berfungsi sebagai pisau. Hal
tersebut membahayakan ibu dan anak.3 Di daerah terpencil ibu bersalin
masih dibantu oleh dukun beranak karena berbagai alasan seperti
tingkat ekonomi dan kualitas infrastruktur. Seringkali kematian ibu
terjadi akibat keterlambatan membawa ibu ke rumah sakit karena jarak
yang terlalu jauh, atau tidak dibawa sama sekali karena keterbatasan
biaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa jauh
masyarakat peduli pada terhadap pengetahuan perawatan pada ibu nifas
serta memberikan edukasi kepada pihak yang terlibat.
2. Intervensi
Untuk menyikapi fenomena budaya nifas di Indonesia, perlu
ditanamkan bahwa kehadiran dokter dan perawat di masyarakat bukan
untuk menggantikan posisi dukun beranak. Keduanya hadir untuk
membantu seorang ibu dari awal kehamilan hingga menjalani proses
persalinan yang aman.
Berangkat dari tujuan yang sama itulah, seorang dokter atau bidan
diharapkan dapat bermitra dengan dukun beranak dan memberikan
edukasi mengenai hal-hal yang aman dan yang tidak aman dilakukan
pada ibu hamil.
Hasil penelitian mengharapkan masyarakat khususnya ibu nifas
untuk lebih menggunakan tenanga kesehatan profesional. Keterlibatan
dokter dan perawat sangat penting dalam memantau peningkatatan
kesehatan ibu serta perkembangan dan pertumbuhan bayi.
3. Compare ( perbandingan )
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa
transkultural masih menjadi prinsip masyarakat yang terlibat,
penggunaan dukun bayi yang dianggap profesional menggeser posisi
tenaga medis untuk merawat ibu nifas. Kepercayaan masyarakat sangat
kental sehingga tidak ada ruang bagi tenaga medis untuk memantau
perkembangan peningkatan kesehatan ibu nifas beserta bayi.
Setelah diberikan edukasi masyarakat menjadi lebih peduli dengan
peningkatan kesehatan ibu nifas seperti pemenuhan gizi, dan tindakan –
tindakan yang dapat beresiko bagi kondisi ibu nifas.

5
Ibu nifas dilarang makan ikan, telur, dan daging supaya jahitan
lukanya cepat sembuh. Hal tersebut tidak benar, justru sebaliknya, ibu
nifas sangat memerlukan asupan protein yang lebih tinggi untuk
membantu penyembuhan luka. Bila asupan protein tidak cukup,
penyembuhan luka akan lambat dan berpotensi terinfeksi.
Contoh lainnya adalah kepercayaan ibu yang menolak minum
banyak setelah melahirkan karena kuatir luka jalan lahir basah sehingga
proses penyembuhan semakin lama. Padahal, seorang ibu sangat
membutuhkan cairan yang cukup selama nifas.
Untuk menghadapi kebiasaan yang kurang mendukung tercapainya
kondisi yang sehat bagi ibu maupun bayinya, dibutuhkan strategi yang
tepat dan tidak menyinggung nilai-nilai budaya. Budaya nifas tidak
hanya mencakup mitos, namun juga tradisi tertentu. Pada masyarakat
Aceh, ibu nifas menjalani sale, yaitu ibu nifas tidur di atas dipan yang
terbuat dari kayu atau batang bambu yang bercelah-celah dan di bawah
dipan diletakkan tungku berisi arang panas. Tradisi tersebut dianggap
mempercepat proses pengempisan perut dan rahim, merapatkan
kemaluan, dan menghangatkan badan. Pendapat tersebut salah karena
panas dapat menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah,
merangsang pendarahan, dan dehidrasi pada ibu nifas.
Dukun beranak di Kelurahan Majene, Sulawesi Barat menangani
ibu nifas berdasarkan ilmu yang didapatnya dari mimpi. Ibu nifas harus
mengangkat air dari sumur ke rumah untuk mengembalikan kekuatan
fisik, sedangkan seharusnya ibu nifas beristirahat setelah melahirkan.
Untuk mengatasi hal tersebut, perawat perlu memberi pengetahuan
kepada dukun beranak apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan olen
ibu nifas.
4. Outcame ( hasil )
Pada Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
(Gambar 1), dapat dilihat persentase ibu hamil yang diperiksa oleh
tenaga kesehatan meningkat dari 92% pada tahun SDKI 2002-2003
menjadi 96% pada SDKI 2012. Persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan juga meningkat dari 66% pada tahun 2002-2003 menjadi
83% pada tahun 2012, begitu juga dengan proses persalinan di fasilitas

6
kesehatan meningkat dari 40% menjadi 63%. Hal tersebut sangat
menggembirakan karena jumlah ibu hamil yang mendapatkan
perawatan komprehensif oleh tenaga terlatih secara medis meningkat.
Sayangnya peningkatan ibu hamil yang mendapat perawatan dari
tenaga terlatih, tidak sejalan dengan angka kematian ibu (AKI). SKDI
2012 menunjukkan hasil yang mengejutkan, yaitu peningkatan AKI
dari 228 (tahun 2007) menjadi 359 (tahun 2012) per 100.000 kelahiran
hidup. Peningkatan AKI diduga karena masih lemahnya sistem
kesehatan dan masih kurang efektifnya program Kependudukan dan
Keluarga Berencana (KKB). Kendala lainnya adalah rendahnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kurang tersedianya
infrastruktur di setiap kabupaten/kota, adanya variasi geografis, aspek
sosial budaya, dan tingkat sosioekonomi yang terbatas.
Masih tingginya AKI merupakan salah satu indikator besarnya
masalah kesehatan reproduksi, bahkan secara kasar, AKI menunjukkan
tingkat keberhasilan suatu negara dalam mengelola sistem kesehatan.
Oleh karena itu, masalah kesehatan reproduksi merupakan hal yang
patut diprioritaskan.

b. Transkultural pada ibu nifas


Bagi ibu nifas, terdapat pantangan atau mitos yang sulit diubah
walaupun tidak rasional. Ibu nifas dilarang makan ikan, telur, dan
daging supaya jahitan lukanya cepat sembuh. Hal tersebut tidak benar,
justru sebaliknya, ibu nifas sangat memerlukan asupan protein yang
lebih tinggi untuk membantu penyembuhan luka. Bila asupan protein
tidak cukup, penyembuhan luka akan lambat dan berpotensi terinfeksi.
Contoh lainnya adalah kepercayaan ibu yang menolak minum
banyak setelah melahirkan karena kuatir luka jalan lahir basah sehingga
proses penyembuhan semakin lama. Padahal, seorang ibu sangat
membutuhkan cairan yang cukup selama nifas.
Untuk menghadapi kebiasaan yang kurang mendukung tercapainya
kondisi yang sehat bagi ibu maupun bayinya, dibutuhkan strategi yang
tepat dan tidak menyinggung nilai-nilai budaya.

7
Budaya nifas tidak hanya mencakup mitos, namun juga tradisi
tertentu. Pada masyarakat Aceh, ibu nifas menjalani sale, yaitu ibu
nifas tidur di atas dipan yang terbuat dari kayu atau batang bambu yang
bercelah-celah dan di bawah dipan diletakkan tungku berisi arang
panas.
Tradisi tersebut dianggap mempercepat proses pengempisan perut
dan rahim, merapatkan kemaluan, dan menghangatkan badan. Pendapat
tersebut salah karena panas dapat menyebabkan vasodilatasi,
menurunkan tekanan darah, merangsang pendarahan, dan dehidrasi
pada ibu nifas.
Dukun beranak di Kelurahan Majene, Sulawesi Barat menangani
ibu nifas berdasarkan ilmu yang didapatnya dari mimpi. Ibu nifas harus
mengangkat air dari sumur ke rumah untuk mengembalikan kekuatan
fisik, sedangkan seharusnya ibu nifas beristirahat setelah melahirkan.
Untuk mengatasi hal tersebut, bidan perlu memberi pengetahuan
kepada dukun beranak apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan olen
ibu nifas.
c. Sikap perawat terhadap jurnal
Dalam perkembangan zaman, fenomena transkultural dalam
masyarakat masih mendominasi termasuk dalam urusan kesehatan.
Kurangnya pengetahuan akan kesehatan adalah faktor utama bagi
masyarakat yang masih teguh pendirian akan kepercayaannya dengan
budaya setempat.
Masyarakat sering kali salah kaprah dalam menyikapi dan memahami
makna tindakan yang dianjurkan dalam suatu budaya tanpa mengetahui
kebenarannya terlebih dahulu.
Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya perawat sebisa mungkin
dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kebenaran akan
budaya yang berkembang. Perawat harus dapat meyakinkan dan
mengubah pola pikir masyarakat yang bertolak belakang dengan
kesehatan.

8
B. Keterkaitan dengan Nilai Keislaman

Pada umumnya seorang wanita yang sedang hamil mendekati masa


melahirkan akan mengalami nifas, yakni mengeluarkan darah sebelum, selama atau
setelah melahirkan yang disertai dengan rasa sakit. Perlu diketahui bahwa masa
nifas menurut agama Islam berlangsung kurang lebih selama 40 hari.
Dari Ummu Salamah ‫ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ‬:

‫ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺍﻟﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﻨﻔﺴﺎﺀ ﺗﺠﻠﺲ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮ‬.‫ﻣﺎ‬
‫ﺍﻟﻨﺳﺎئ‬

“Dahulu kaum wanita nifas di masa Rasulullah SAW berdiam menunggu selama
empat puluh hari.” (HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasa’i)
Dari Ummu Salamah ‫ ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ‬berkata:

‫ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻟﻴﻠﺔ ﻟﺎ ﻳﺄﻣﺮﻫﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻣﻦ ﻧﺴﺎﺀ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺗﻘﻌﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻔﺎﺱ‬
‫ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﻘﻀﺎﺀ ﺻﻠﺎﺓ ﺍﻟﻨﻔﺎﺱ‬

“Adalah seorang wanita dari istri-istri Nabi pernah berdiam menunggu dalam masa
nifasnya empat puluh malam, dan Nabi tidak memerintahkan mengqadha shalat
karena nifas.” (HR. Abu Dawud)

Dalam Islam, ada hal-hal yang dilarang bagi wanita yang sedang dalam masa
nifas. Apa sajakah itu?

Larangan Saat Nifas Menurut Islam


1. Melaksanakan Sholat

Sholat merupakan ibadah yang utama dan hanya bisa dilakukan oleh
hamba-Nya yang dalam keadaan suci dan bersih.

‫ﺴﺔَ ﺍْالَ ْز ِدﻳَّ ِﺔ ﻋ َْﻦ ﺍ ُ ِ ِّم‬ َّ ‫ﺳ ُﻤﻪُ َﻛثِﻴ ُْﺮ ْﺑﻦُ ِزﻳَﺎ ٍد ﻋ َْﻦ َﻣ‬
ْ ‫ﺳ ْﻬ ٍل َﻭ ﺍ‬َ ‫ﻋ ْﺒ ِﺪ ﺍْالَ ْﻋﻠَﻰ ﻋ َْﻦ ﺍ َ ِﺑﻰ‬ َ ‫ﻋ َْﻦ‬
َ ‫ﻋ ِﻠ ِِّﻲ ﺑ ِْﻦ‬
‫ﺳ ْﻮ ِﻝ هللاِ ص ﺍَ ْﺭ َﺑ ِﻌ ْﻴﻦَ َﻳ ْﻮ ًﻣﺎ َﻭ ُﻛﻨَّﺎ ﻧُ ْط ِﻠﻰ ُﻭ ُج ْﻮ َﻫﻨَﺎ‬ َ ‫ﻋ َﻠﻰ‬
ُ ‫ﻋ ْﻬ ِﺪ َﺭ‬ َ ‫ﺲ‬ َ ‫ﺖ ﺍﻟ ِِّﻨ‬
ُ ‫ﺴﺎ ُء ﺗَﺠْ ِﻠ‬ ِ َ‫ ﻛَﺎﻧ‬: ْ‫ﺳﻠَ َﻤﺔَ قَﺎﻟَﺖ‬ َ
‫ ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺍال ﺍﻟﻨﺴﺎئﻰ‬.‫ف‬ ِ َ‫ﻟﻮ ْﺭ ِﺱ ِﻣﻦَ ﺍْﻟ َكﻠ‬ َ ْ ‫ﺑِﺎ‬

9
Dari ‘Ali bin ‘Abdil A’laa, dari Abu Sahal (namanya sendiri : Katsir
bin Ziyad), dari Massah Al-Azdiyah, dari Ummu Salamah ia berkata,
“Adalah wanita-wanita nifas di masa Rasulullah SAW tidak shalat selama
40 hari, dan kami memberikan pilis pada wajah-wajah kami dengan warna
merah tua yang terbuat dari daun wars”. [HR. Khamsah kecuali Nasai]
2. Berpuasa

Dalil tentang larangan berpuasa bagi wanita yang sedang nifas, yaitu:

Ibnu Qudamah berkata, “Ahlul ilmi sepakat bahwa wanita haid dan nifas
tidak halal untuk berpuasa, bahkan keduanya harus berbuka di bulan
Ramadhan dan mengqadhanya. Bila keduanya tetap berpuasa maka puasa
tersebut tidak mencukupi keduanya (tidak sah)….” (Al-Mughni, kitab Ash-
Shiyam, Mas’alah wa Idza Hadhatil Mar’ah au Nafisat)
Al-Imam An-Nawawi berkata, “Kaum muslimin sepakat bahwa wanita
haid dan nifas tidak wajib shalat dan puasa dalam masa haid dan nifas
tersebut.” (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 3/250)
3. Membaca Al-Qur’an

Wanita yang tengah nifas berarti sedang dalam keadaan yang tidak
suci. Sehingga haram hukumnya membaca Al-Qur’an. Hal ini sebagaimana
yang tertulis dalam firman Allah subhanallahu wata’ala.
‫سهُ ِإ اَل ا ْل ُم اطه ُارونا‬
ُّ ‫اَل اي ام‬
“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS. Al-
Waqi’ah: 79)
Hadist Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫س القُ ْرآن إَِلا اوأ ا ْنتا اطا ِهر‬
ُّ ‫َلا ت ا ُم‬
“Jangan engkau menyentuh al– Qur’an kecuali engkau dalam keadaan
suci.” (HR. Daruqutni, Thabrani dan Hakim, beliau mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih).
4. Thawaf di Baitullah

10
Dalil tentang larangan thawaf di Baitullah bagi wanita yang sedang
nifas, yaitu:

“Artinya : Dari Aisyah, ia berkata : Kami keluar (menunaikan haji) bersama


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dan) kami tidak menyebut kecuali haji.
Maka ketika kami sampai di (satu tempat bernama) Sarif aku haid. Lalu
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemuiku dan aku sedang
menangis, lalu beliau bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?”
Jawabku, “Aku ingin demi Allah kalau sekiranya aku tidak haji pada tahun
ini?” Jawabku, “Ya” Beliau bersabda, “Sesungguhnya (haid) ini adalah
sesuatu yang telah Allah tentukan untuk anak-anak perempuan Adam, oleh
karena itu kerjakanlah apa-apa yang dikerjakan oleh orang yang sedang haji
selain engkau tidak boleh thawaf di Ka’bah sampai engkau suci (dari
haid)” Shahih riwayat Bukhari (no. 305) dan Muslim (4/30)
5. I’tikaf di Masjid

Dari A’isyah, beliau mengatakan,

‫ﻛﻦ ﺍﻟﻤﻌتكﻔﺎت إذﺍ حﻀﻦ ﺃﻣﺮ ﺭﺳﻮﻝ هللا ﺻﻠﻰ هللا ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑإخﺮﺍجﻬﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ‬
“Dulu para wanita melakukan i’tikaf. Apabila mereka haid,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk keluar dari
masjid.” (riwayat ini disebutkan Ibn Qudamah dalam al-Mughni 3:206 dan
beliau menyatakan: Diriwayatkan oleh Abu Hafs al-Akbari. Ibnu Muflih
dalam al-Furu’ 3:176 juga menyebutkan riwayat ini dan beliau nisbahkan
sebagai riwayat Ibnu Batthah. Kata Ibnu Muflih: “Sanadnya baik”).
6. Jima’ atau Hubungan Suami Istri

Dalil tentang larangan berjima’ atau berhubungan suami istri saat sedang
nifas, yaitu:

“Kamu boleh melakukan apa saja dengan mereka (istrimu yang


sedang haid/nifas) kecuali berhubungan intim.” (H.R. Muslim)
Bagi pasangan suami istri, sangat penting untuk mengetahui cara berjimak
menurut Islam dan dalilnya agar selalu mendapatkan ridha Allah dalam
setiap kebaikan yang dikerjakannya.

11
Itulah beberapa larangan saat nifas menurut Islam. Hendaknya kaum hawa
memperhatikan hal ini dengan seksama. Semoga bermanfaat!

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia
B. Saran
Sebagai perawat profesional sudah sepatutnya dapat menjadi konselor
sekaligus edukator untuk masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menyadarkan
masyarakat akan menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan kesehatan.
Terkait adanya budaya yang berkembang dan diturunkan secara turun temurun
oleh masyarakat sangat menjadi tantangan bagi perawat untuk dapat mengubah pola
pikir masyarakat dalam menyikapi transkultural, karena Indonesia terdiri dari
beragam suku dan budaya sehingga banyak pula makna budaya yang bertolak
belakang dengan kesehatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/larangan-saat-nifas-menurut-islam

file:///C:/Users/Damai/Documents/kep.semester%203%20(%20materi%20)/psikososi
al%20dan%20budaya%20dalam%20keperawatan/post%20partum/nifas%20jurnal
.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai