Anda di halaman 1dari 21

ATRESIA ANI

KELOMPOK 7:

N I N DYA B E S TA R I
N U R F I Q A H FA D I L L A H
PEBRIANTO
P R A H E S T Y C A H YA N I
Q A T R U N N A D A FA A T I N
RAHMIZA GUSTIANA
DEFINISI

Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang ata
u saluran anus (Wong, D. L, 2003).

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate 
meliputi anus, rectum atau keduanya(Betz, C. L and Sowden, L. A, 2002).
ETIOLOGI

Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun atresia ani dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
 lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum
 bagian distal serta traktusurogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai k
eenam usia kehamilan.
4. Berkaitan dengan sindrom down.
5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah
4. Perut kembung
KOMPLIKASI

1. Asidosis hiperkloremia.
2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstrik
si jaringan perutdianastomosis).
5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
7. Prolaps mukosa anorektal.
8. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
KLASIFIKASI

1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses 
tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rektum de
ngan anus.
4. Rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.pemeriksaan radiologis
2. Sinar-X  terhadap abdomen 
3. Ultrasonografi (USG) abdomen
4. CT-Scan yang bertujuan untuk menentukan lesi.
5. Rontgenogram pada abdomen dan pelvis.
PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Aksisi membran anal (membuat anus buatan).
2. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan 
dilakukan korksi sekaligus(pembuat anus permanen).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN ATRESIA ANI
PENGKAJIAN

1. Biodata klien.
2. Riwayat kesehatan.
3. Riwayat psikologis.
4. Riwayat tumbuh kembang anak.
5. Riwayat sosial.
6. Pemeriksaan fisik
7. Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSA KEPERAWATAN

– Diagnosa preoperasi
• Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
• Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
• Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur peraw
atan.
– Diagnosa postoperasi
• Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan/ insisi luka.
• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi
• Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka kolostomi
• Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan kolostomi
• Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
INTERVENSI
(PRE OPERASI)
A. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
Intervensi:
1. Lakukan enema atau irigasi rektal.
2. Kaji bising usus dan abdomen
3. Ukur lingkar abdomen. 

B. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah.
• Pantau TTV.
• Monitor intake-output cairan.
• Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV.c.
C.Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penya
kit dan prosedur perawatan.
Intervensi:
1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi d
an fisiologi saluran pencernaan normal
2. Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua
3. Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
INTERVENSI
(POST OPERASI)
A. Nyeri berhubungan dengan teruma pembedahan/ insisi luka.
Intervensi:
1. Kaji skala nyeri.
2. Kaji lokasi, waktu dan intensitas nyeri
3. Berikan lingkungan yang tenang.
4. Atur posisi klien.
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik. 
 
B. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi.
• Intervensi:
1. Kaji area stoma.
2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area stom
a.
3. Tanyakan apakah ada keluhan gatal sekitar stoma.
4. Kosongkan kantong kolostomi setelah terisi ¼ atau ⅓ kantong
5. Lakukan perawatan luka kolostomi.

C.Resiko infeksi berhubungan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka kolostomi.
• Intervensi:
1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
2. Pantau TTV.
3. Pantau hasil laboratorium.
4. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
D. Perubahan eliminasi berhubungan kolostomi.
• Intervensi:
1. Kaji pola dan kebiasaan buang air besar.
2. Kaji faktor penyebab konstipasi/ diare.
3. Anjurkan orang tua klien untuk memberi minum banyak dan mengandung tinggi serat jika konstipasi.
4. Lakukan perawatan kolostomi

E. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
• Intervensi:
1. Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi dalam perawatan sampai mereka dapat melakukan pera
watan.
2. Ajarkan untuk mengenal tanda-tanda dan gejala yang perlu dilaporkan perawat
3. Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan dilatasi pada anal secara
tepat
4. Ajarkan cara perawatan luka yang tepat.
5. Latih pasien untuk kebiasaan defekasi.
6. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memodifikasi diit (misalnya serat).
EVALUASI KEPERAWATAN

1. Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
2. Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
3. Kecemasan orang tua dapat berkurang.
4. Rasa nyeri teratasi/ berkurang.
5. Tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
6. Tidak terjadi infeksi.
7. Gangguan pola eliminasi teratasi.
8. Pasien dan keluarga memahami perawatan di rumah.
THANK U

Anda mungkin juga menyukai