Kelompok Tutorial 10
Oleh
Methildis Victoria Donya Asri ( 191610101116 )
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Antropologi
Kesehatan. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok 10
pada skenario keempat.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. drg. Masniari Novita, M.Kes., Sp. OF (K) selaku tutor yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok sepuluh Fakultas Kedokteran
Gigi Univeritas Jember dan telah memberikan masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan- perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Tim Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kebiasaan mengunyah sirih sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak abad
ke-6 Masehi dan dilakukan secara turun-temurun. Masyarakat pengunyah sirih
mempercayai bahwa sirih pinang memberikan manfaat kenikmatan seperti orang
merokok, dapat menghilangkan bau nafas, dan mempercayai bahwa aktivitas ini
dapat memperkuat gigi. Diperkirakan lebih dari 600 juta orang mengunyah sirih
pinang di berbagai wilayah di dunia (Gupta, 2004:31). Di Indonesia, kebiasaan
mengunyah sirih pinang merupakan bagian dari kebudayaan dan kehidupan
masyarakat serta kebiasaan tersebut dilakukan hampir diseluruh wilayah di Indonesia
seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua (nn, 2009).
Masyarakat Blitar di Kelurahan Sentul yang merupakan etnis Jawa juga mengenal
adanya tradisi mengungunyah sirih pinang. Kebiasaan tersebut dilakukan secara turun
temurun, namun sekarang ini kebisaaan mengunyah sirih pinang hanya dapat
dijumpai pada wanita yang sudah tua usianya. Menginang merupakan tradisi
masyarakat dengan komposisi dasar yakni daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan
tembakau. Komposisi tersebut dibungkus dalam daun sirih yang kemudian dikunyah.
Penemuan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat kurang dalam merawat
kesehatan gigi dan memicu adanya kerusakan pada gigi akibat kebiasaan mengunyah
sirih.
4
simpati terhadap orang lain dan tentu saja dapat memasuki dunia kesehatan dan
masyarakat kesehatan yang bersedia menerima kehadiran para ahli antropologi itu.
Metode-metode penelitian yang sama seperti yang dipergunakan ahli antropologi
pada umumnya dalam penelitian tradisional dapat diterapkan kepada lingkungan-
lingkungan). Pranata-pranata kesehatan dalam arti yang luas adalah sejumlah
lapangan penelitian yang sangat produktif bagi para ahli antropologi. Namun,
tidaklah cukup jika hanya pranata kesehatan saja yang dipelajari. Para ahli
antropologi harus dapat memasuki pranata itu. Meneliti pranata kesehatan dalam
masyarakat tradisional tidak memerlukan para tenaga kesehatan, tetapi meneliti
“masyarakat kesehatan” tidak cukup seorang ahli antropologi, tetapi ia harus diterima
dalam pranata masyarkat kesehatan dan membutuhkan bantuan tenaga profesional
kesehatan yang lain.
Strategi adaptasi sosial budaya melahirkan system-sistem medis, tingkah laku,
bentuk-bentuk kepercayaan yang berdasarkn budaya, yang timbul sebagai respin
terhadap ancaman—ancaman yang disebabkan oleh penyakit. Sifat adaptif dari suatu
system medis tampak jelas dari definisi Dunn yang baru : “pola-pola dari pranata-
pranata social dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja ntuk
meningkatkan kesehatan, mesikpun hasil dari tingkah laku tersebut belum tent
menghasilkan kesehatan yang baik. Sistem medis merupakan hasil dari adanya
gagasan yang melekat dalam diri masyarakat untuk merespon suatu penyakit. Dalam
usahanya untuk menanggulangi penyakit, manusia mengembangkan suatu kompleks
yang luas dari pengetahuan, kepercayaan, teknik, adat-istiadar, ideologi, dan
lambang-lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu system yang saling
menguatkan dna saling membantu
5
Masyarakat memiliki kebiasaan mengunyah sirih pinang berawal dari ajaran
orang tua dan lingkungan yang kemudian ditirunya. Mengunyah sirih pinang telah
dilakukan sejak usia anak-anak sampai usia dewasa sekarang ini. Diketahui bahwa
mengunyah sirih pinang memberikan dampak yakni memberikan rasa kegelisahan
apabila tidak mengkonsumsinya, merasakan adanya stres kalau tidak mengunyah sirih
pinang, dan seperti orang melamun yang tidak memiliki pandangan karena mata
terasa gelap. Kondisi seperti itu yang kemudian menimbulkan rasa kecanduan bagi
pengunyah. Dampak dari kecanduan tersebut membuat para pengunyah selalu
melakukan aktivitas mengunyah sirih pinang.
Menginang merupakan tradisi masyarakat dengan komposisi dasar yakni daun
sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau. Komposisi tersebut dibungkus dalam
daun sirih yang kemudian dikunyah. Masyarakat pengunyah memiliki alasan
tersendiri mengapa mereka mengunyah sirih pinang. Menurut informan yang
diwawancarai di Kelurahan Sentul, mengunyah sirih telah memberikan manfaat yakni
dapat memberikan kenikmatan seperti orang merokok, sebagai aktivitas di waktu
senggang, dapat menghilangkan bau nafas, mengunyah sirih pinang dilakukan turun-
temurun dan karena adanya kepercayaan bahwa aktivitas ini dapat memperkuat gigi.
6
(Parmar et al., 2008:57).Mengunyah sirih pinang memiliki pengaruh terhadap tidak
dirawatnya karies gigi dan memiliki pengaruh yang buruk terhadap periodontitis,
mendorong peningkatan periodontitis dan kehilangan gigi. Alasan yang mungkin
bahwa sirih pinang merusak jaringan periodontal dapat dijelaskan seperti pengaruh
cholinergic pada sirih pinang bersama dengan kalsium garam dalam air liur yang
dapat menyebabkan keropos pada gigi. Pengunyah sirih pinang yang berpengalaman
memiliki kerusakan lebih tinggi pada periodontitis daripada bukan pengunyah
(Chatrchaiwiwatana, 2006:8)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krista Veronica Siagian
pada masyarakata Papua di Manado yang memiliki kebiasaan menyirih atau pada
masyarakat Papua disebut menginang didapat skor kalkulus pada pengunyah pinang
atau penyirih cenderung tinggi, dikarenakan terbentuknya karang gigi yang
disebabkan adanya stagnasi saliva dan terdapatnya kalsium pada campuran komposisi
bahan yang digunakan pada saat menginang atau menyirih. Jika di biarkan kebiasaan
ini terus menerus dapat menyebabkan lesi pada permukaan mukosa mulut. Bahkan
dari beberapa penelitian yang menyebutkan kebiasaan ini dapat menyebabkan kanker
pada rongga rongga mulut
7
adat istiadat masyarakat (social customs). Kemudian dicari solusi lewat workshop
intersubjektivitas. Dengan demikian diharapkan pembangunan kesehatan di
Indonesia, berhasil mencapai tujuan dan sasarannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
9
LAMPIRAN
SKENARIO 4
Tradisi masyarakat mengunyah sirih sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak abad
ke 6 Masehi . Masyarakat pengunyah sirih mempercayai bahwa sirih pinang memberi
manfaat kenikmatan seperti orang merokok dapat memperkuat gigi dan dapat
menghilangkan bau nafas, gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri
dari gigi-gigi yang ada pada rahang atas dan rahang bawah, lidah serta saluran-
saluran penghasil air ludah. Temuan di lapangan berdasarkan fakta dan realita
menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki kebiasaan mengunyah sirih pinang
kondisi giginya tidak bagus, secara keseluruhan mengalami kerusakan pada gigi
seperti adanya karies gigi, gigi yang tidak utuh lagi, gigi yang berwarna hitam dan
gigi Tanggal. Demikian pula tembakau yang digunakan mengunyah sirih pinang
mengandung zat-zat yang beracun seperti nikotin atau CO yang dapat menimbulkan
adiktif atau kecanduan pada orang yang mengkonsumsi sehingga akan memberikan
rasa kenikmatan.
STEP 1
“ Menemukan Kata Sulit ”
.
1. Gigi tanggal: Gigi yang lepas dari gusi, gigi yang patah
3. Karies: Pembusukan gigi, sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi,
10
kerusakan lapisan gigi yang bisa ditandai dengan gigi berlubang dan warna
kehitaman.
5. Nikotin: Salah satu zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dan memberikan
rasa candu (bersifat adiktif)
6. Sirih pinang: Bahan-bahan untuk menginang (ada tembakau, kapur, sirih), bahan-
6. bahan ini kemudian dikunyah bersamaan.
7. CO: Senyawa kimia yaitu karbon monoksida yang dihasilkan dari pembakaran
tidak sempurna sehingga bersifat gas beracun yang biasanya dihasilkan oleh
kendaraan bermotor dan pabrik, senyawa kimia yang mudah diikat oleh hemoglobin.
STEP 2
“ Rumusan Masalah ”
1. Bermula dari mana tradisi menginang berasal dan bagaimana bisa berkembang?
2. Apa fungsi/manfaat dari menginang?
3. Selain fakta di skenario, fakta apalagi terkait sirih pinang?
4. Mengapa di kota penginang lebih sedikit jumlahnya daripada yang ada di desa?
5. Apa dampak dari kebiasaaan menginang?
6. Hal apa yang membuat kerusakan gigi dalam proses menginang?
7. Apakah ada cara lain agar budaya menginang dapat dipertahankan tetapi tidak
berbahaya bagi kesehatan?
8. Bagaimana cara kita mengubah kebiasaan menginang?
STEP 3
Jawab:
Bermula dari abad ke 6 masehi dan dipercaya mampu memberi
manfaat memperkuat gigi dan menghilangkan bau nafas sehingga berkembang
di masyarakat
Zaman sebelum ada pasta gigi, menginang digunakan sebagai
pengganti pasta gigi
11
Bermula dari wilayah yang beriklim tropis karena bahan-bahannya
dapat diperoleh di kawasan tropis, menginang juga ada di India tapi bahan-
bahannya berbeda (ada tembakaunya)
Budaya menginang turun-temurun, anjuran dari ketua adat, belum
mendapat edukasi tentang bahaya menginang
12
Kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut di kota lebih tinggi
Di desa bahan-bahan untuk membuat sirih pinang lebih mudah didapat
Di kota lebih teredukasi tentang dampak menginang.
Dampak negatif:
Menyebabkan luka di rongga mulut dalam menginang karena ada kapurnya
yang keras, menyebabkan kanker mulut, menyebabkan gigi berubah warna
menjadi hitam dan air liur menjadi merah (dubang), mengubah warna pada
lidah menjadi kecoklat-hitaman, kapur membuat panas rongga mulut,
membuat pusing/mabuk, merusak email gigi, pemicu kanker (karsinogenik).
13
Mengedukasi tentang fakta-fakta seputar kebiasaan menginang
Melakukan aktivitas lain pengganti kegiatan menginang
Menyadarkan diri sendiri akan kesehatan gigi dan mengetahui
dampak-dampak yang diakibatkan dari menginang.
MENGINANG
STEP 4
“ Mind Map ”
SOLUSI
ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN
KESEHATAN
14