Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 4 BLOK HUMANIORA


“ ANTROPOLOGI KESEHATAN ”

Kelompok Tutorial 10

Pembimbing: Dr. drg. Masniari Novita, M.Kes., Sp. OF (K)

Oleh
Methildis Victoria Donya Asri ( 191610101116 )

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Antropologi
Kesehatan. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok 10
pada skenario keempat.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. drg. Masniari Novita, M.Kes., Sp. OF (K) selaku tutor yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok sepuluh Fakultas Kedokteran
Gigi Univeritas Jember dan telah memberikan masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan- perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 23 September 2019

Tim Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Rumusan Masalah

1. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan tentang


fenomena mengunyah sirih.
2. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan tentang
hubungan kebudayaan dan antropologi kesehatan.
3. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan fungsi dan
penyebab terjadinya mengunyah sirih dari sudut pandang kebudayaan.
4. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan dampak dari
mengunyah sirih dalam sudut pandang kesehatan.
5. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan solusi
penerapan antropologi dan kebudayaan dalam permasalahan kesehatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan tentang


fenomena mengunyah sirih.

Kebiasaan mengunyah sirih sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak abad
ke-6 Masehi dan dilakukan secara turun-temurun. Masyarakat pengunyah sirih
mempercayai bahwa sirih pinang memberikan manfaat kenikmatan seperti orang
merokok, dapat menghilangkan bau nafas, dan mempercayai bahwa aktivitas ini
dapat memperkuat gigi. Diperkirakan lebih dari 600 juta orang mengunyah sirih
pinang di berbagai wilayah di dunia (Gupta, 2004:31). Di Indonesia, kebiasaan
mengunyah sirih pinang merupakan bagian dari kebudayaan dan kehidupan
masyarakat serta kebiasaan tersebut dilakukan hampir diseluruh wilayah di Indonesia
seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua (nn, 2009).
Masyarakat Blitar di Kelurahan Sentul yang merupakan etnis Jawa juga mengenal
adanya tradisi mengungunyah sirih pinang. Kebiasaan tersebut dilakukan secara turun
temurun, namun sekarang ini kebisaaan mengunyah sirih pinang hanya dapat
dijumpai pada wanita yang sudah tua usianya. Menginang merupakan tradisi
masyarakat dengan komposisi dasar yakni daun sirih, pinang, gambir, kapur, dan
tembakau. Komposisi tersebut dibungkus dalam daun sirih yang kemudian dikunyah.
Penemuan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat kurang dalam merawat
kesehatan gigi dan memicu adanya kerusakan pada gigi akibat kebiasaan mengunyah
sirih.

2. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan tentang


hubungan kebudayaan dan antropologi kesehatan.

Untuk menjadi seorang ahli antropologi kesehatan, seseorang memerlukan


dasar latihan antropologi yang baik, pengalaman penelitian, naluri terhadap masalah,

4
simpati terhadap orang lain dan tentu saja dapat memasuki dunia kesehatan dan
masyarakat kesehatan yang bersedia menerima kehadiran para ahli antropologi itu.
Metode-metode penelitian yang sama seperti yang dipergunakan ahli antropologi
pada umumnya dalam penelitian tradisional dapat diterapkan kepada lingkungan-
lingkungan). Pranata-pranata kesehatan dalam arti yang luas adalah sejumlah
lapangan penelitian yang sangat produktif bagi para ahli antropologi. Namun,
tidaklah cukup jika hanya pranata kesehatan saja yang dipelajari. Para ahli
antropologi harus dapat memasuki pranata itu. Meneliti pranata kesehatan dalam
masyarakat tradisional tidak memerlukan para tenaga kesehatan, tetapi meneliti
“masyarakat kesehatan” tidak cukup seorang ahli antropologi, tetapi ia harus diterima
dalam pranata masyarkat kesehatan dan membutuhkan bantuan tenaga profesional
kesehatan yang lain.
Strategi adaptasi sosial budaya melahirkan system-sistem medis, tingkah laku,
bentuk-bentuk kepercayaan yang berdasarkn budaya, yang timbul sebagai respin
terhadap ancaman—ancaman yang disebabkan oleh penyakit. Sifat adaptif dari suatu
system medis tampak jelas dari definisi Dunn yang baru : “pola-pola dari pranata-
pranata social dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja ntuk
meningkatkan kesehatan, mesikpun hasil dari tingkah laku tersebut belum tent
menghasilkan kesehatan yang baik. Sistem medis merupakan hasil dari adanya
gagasan yang melekat dalam diri masyarakat untuk merespon suatu penyakit. Dalam
usahanya untuk menanggulangi penyakit, manusia mengembangkan suatu kompleks
yang luas dari pengetahuan, kepercayaan, teknik, adat-istiadar, ideologi, dan
lambang-lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu system yang saling
menguatkan dna saling membantu

3. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan fungsi dan


penyebab terjadinya mengunyah sirih dari sudut pandang kebudayaan.

5
Masyarakat memiliki kebiasaan mengunyah sirih pinang berawal dari ajaran
orang tua dan lingkungan yang kemudian ditirunya. Mengunyah sirih pinang telah
dilakukan sejak usia anak-anak sampai usia dewasa sekarang ini. Diketahui bahwa
mengunyah sirih pinang memberikan dampak yakni memberikan rasa kegelisahan
apabila tidak mengkonsumsinya, merasakan adanya stres kalau tidak mengunyah sirih
pinang, dan seperti orang melamun yang tidak memiliki pandangan karena mata
terasa gelap. Kondisi seperti itu yang kemudian menimbulkan rasa kecanduan bagi
pengunyah. Dampak dari kecanduan tersebut membuat para pengunyah selalu
melakukan aktivitas mengunyah sirih pinang.
Menginang merupakan tradisi masyarakat dengan komposisi dasar yakni daun
sirih, pinang, gambir, kapur, dan tembakau. Komposisi tersebut dibungkus dalam
daun sirih yang kemudian dikunyah. Masyarakat pengunyah memiliki alasan
tersendiri mengapa mereka mengunyah sirih pinang. Menurut informan yang
diwawancarai di Kelurahan Sentul, mengunyah sirih telah memberikan manfaat yakni
dapat memberikan kenikmatan seperti orang merokok, sebagai aktivitas di waktu
senggang, dapat menghilangkan bau nafas, mengunyah sirih pinang dilakukan turun-
temurun dan karena adanya kepercayaan bahwa aktivitas ini dapat memperkuat gigi.

4. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan dampak


dari mengunyah sirih dalam sudut pandang kesehatan.

Sejumlah penyakit dihubungkan dengan kebiasaan makan, gaya hidup dan


faktor lingkungan. International Agency for Research on Cancer (IARC)
menyebutkan bahwa mengunyah pinang berdampak pada kesehatan dan berpotensi
menyebabkan kanker. Penelitian yang dilakukan oleh Girish Parmar, et.al
mengindikasikan bahwa tingginya pengunyah sirih pinang yang menderita
perdarahan gusi, bau nafas, kesulitan dalam membuka mulut dan menelan makanan
yang padat, rasa terbakar pada jaringan lunak dan luka bernanah pada rongga mulut

6
(Parmar et al., 2008:57).Mengunyah sirih pinang memiliki pengaruh terhadap tidak
dirawatnya karies gigi dan memiliki pengaruh yang buruk terhadap periodontitis,
mendorong peningkatan periodontitis dan kehilangan gigi. Alasan yang mungkin
bahwa sirih pinang merusak jaringan periodontal dapat dijelaskan seperti pengaruh
cholinergic pada sirih pinang bersama dengan kalsium garam dalam air liur yang
dapat menyebabkan keropos pada gigi. Pengunyah sirih pinang yang berpengalaman
memiliki kerusakan lebih tinggi pada periodontitis daripada bukan pengunyah
(Chatrchaiwiwatana, 2006:8)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krista Veronica Siagian
pada masyarakata Papua di Manado yang memiliki kebiasaan menyirih atau pada
masyarakat Papua disebut menginang didapat skor kalkulus pada pengunyah pinang
atau penyirih cenderung tinggi, dikarenakan terbentuknya karang gigi yang
disebabkan adanya stagnasi saliva dan terdapatnya kalsium pada campuran komposisi
bahan yang digunakan pada saat menginang atau menyirih. Jika di biarkan kebiasaan
ini terus menerus dapat menyebabkan lesi pada permukaan mukosa mulut. Bahkan
dari beberapa penelitian yang menyebutkan kebiasaan ini dapat menyebabkan kanker
pada rongga rongga mulut

5. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan solusi


penerapan antropologi dan kebudayaan dalam permasalahan kesehatan.

Ilmu-ilmu sosial budaya membantu merumuskan tipe perubahan masyarakat dalam


berbagai keadaan. Berguna dalam penentuan kebijaksanaan, strategi, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi upaya kesehatan fisik, psikis, sosial, emosional, dan
spiritual. Memberi masukan kepada sistem monitoring pelaksanaan program-program
kesehatan. Perlu identifikasi hambatan antara ilmu/ilmuwan sosial dengan
ilmu/ilmuwan dan pemberi jasa kesehatan. Hambatan dari usia ilmuilmu sosial,
birokrasi, serta kemungkinan lain. Digali lewat penelitian pendekatan "ethic-emic"
yaitu data dari keprofesionalan ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu sosial (akademis),
maupun dari fenomena sosial budaya yang hidup sebagai kebiasaan yang menjadi

7
adat istiadat masyarakat (social customs). Kemudian dicari solusi lewat workshop
intersubjektivitas. Dengan demikian diharapkan pembangunan kesehatan di
Indonesia, berhasil mencapai tujuan dan sasarannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan skenario 4 ini, dapat disimpulkan bahwa antropologi kesehatan


menjelaskan kaitan antara manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat
mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu
sendiri. Permasalahan kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
akumulasi dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah
buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan
sebagainya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Djoht, Djekky R. “Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan dalam Pembangunan


Kesehatan Masyarakat Papua”. Jurnal Universitas Cenderawasih (2002). Print
Iptika, Amalia. “Keterkaitan Kebiasaan dan Kepercayaan Mengunyah Sirih
Pinang dengan Kesehatan Gigi.” Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik 3
(2014). Print.
Lestari, Lenni Novia. “Hubungan Kebudayaan dengan Kesehatan dan Pengobatan
Penyakit”. Jurnal Universitas Negeri Semarang ( 2015). Print
Mintjelungan, Christy. “Hubungan Status Kesehatan Periodontal dengan
Kebiasaan Menyirih pada Mahasiswa Etnis Papua di Manado.” Jurnal Universitas
Sam Ratulangi (2012). Print
Tumanggor, Rusmin. “Masalah Sosial Budaya dalam Pembangunan Kesehatan di
Indonesia.” Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 12 No. 2 Tahun 2010. Print

9
LAMPIRAN

SKENARIO 4

Tradisi masyarakat mengunyah sirih sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak abad
ke 6 Masehi . Masyarakat pengunyah sirih mempercayai bahwa sirih pinang memberi
manfaat kenikmatan seperti orang merokok dapat memperkuat gigi dan dapat
menghilangkan bau nafas, gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri
dari gigi-gigi yang ada pada rahang atas dan rahang bawah, lidah serta saluran-
saluran penghasil air ludah. Temuan di lapangan berdasarkan fakta dan realita
menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki kebiasaan mengunyah sirih pinang
kondisi giginya tidak bagus, secara keseluruhan mengalami kerusakan pada gigi
seperti adanya karies gigi, gigi yang tidak utuh lagi, gigi yang berwarna hitam dan
gigi Tanggal. Demikian pula tembakau yang digunakan mengunyah sirih pinang
mengandung zat-zat yang beracun seperti nikotin atau CO yang dapat menimbulkan
adiktif atau kecanduan pada orang yang mengkonsumsi sehingga akan memberikan
rasa kenikmatan.

Identifikasikan masalah-masalah yang ada dalam kasus di atas, penyebab dan


dampaknya bagi pihak-pihak yang terlibat. Diskusikan pula bagaimana mengatasi
masalah semacam itu !

STEP 1
“ Menemukan Kata Sulit ”
.
1. Gigi tanggal: Gigi yang lepas dari gusi, gigi yang patah

2. Organ: Kumpulan dari jaringan yang mempunyai fungsi tertentu

3. Karies: Pembusukan gigi, sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi,

10
kerusakan lapisan gigi yang bisa ditandai dengan gigi berlubang dan warna
kehitaman.

4. Adiktif: Bersifat candu, menyebabkan ketergantungan

5. Nikotin: Salah satu zat berbahaya yang terkandung dalam rokok dan memberikan
rasa candu (bersifat adiktif)

6. Sirih pinang: Bahan-bahan untuk menginang (ada tembakau, kapur, sirih), bahan-
6. bahan ini kemudian dikunyah bersamaan.
7. CO: Senyawa kimia yaitu karbon monoksida yang dihasilkan dari pembakaran
tidak sempurna sehingga bersifat gas beracun yang biasanya dihasilkan oleh
kendaraan bermotor dan pabrik, senyawa kimia yang mudah diikat oleh hemoglobin.

STEP 2
“ Rumusan Masalah ”

1. Bermula dari mana tradisi menginang berasal dan bagaimana bisa berkembang?
2. Apa fungsi/manfaat dari menginang?
3. Selain fakta di skenario, fakta apalagi terkait sirih pinang?
4. Mengapa di kota penginang lebih sedikit jumlahnya daripada yang ada di desa?
5. Apa dampak dari kebiasaaan menginang?
6. Hal apa yang membuat kerusakan gigi dalam proses menginang?
7. Apakah ada cara lain agar budaya menginang dapat dipertahankan tetapi tidak
berbahaya bagi kesehatan?
8. Bagaimana cara kita mengubah kebiasaan menginang?

STEP 3

1. Bermula dari mana tradisi menginang berasal dan bagaimana


bisa berkembang?

Jawab:
 Bermula dari abad ke 6 masehi dan dipercaya mampu memberi
manfaat memperkuat gigi dan menghilangkan bau nafas sehingga berkembang
di masyarakat
 Zaman sebelum ada pasta gigi, menginang digunakan sebagai
pengganti pasta gigi

11
 Bermula dari wilayah yang beriklim tropis karena bahan-bahannya
dapat diperoleh di kawasan tropis, menginang juga ada di India tapi bahan-
bahannya berbeda (ada tembakaunya)
 Budaya menginang turun-temurun, anjuran dari ketua adat, belum
mendapat edukasi tentang bahaya menginang

2. Apa fungsi/manfaat dari menginang?


Jawab:
 Memperkuat gigi, menghilangkan bau nafas
 Melestarikan budaya, meneruskan tradisi, sebagai tata pergaulan dan
tata kemasyarakatan, sebagai penghormatan untuk tamu dan sebagai mahar
pernikahan
 Memberikan kenikmatan tersendiri bagi penggunanya, memberikan
rasa tenang seperti pada rokok

3. Selain fakta di skenario, fakta apalagi terkait sirih pinang?


Jawab:

Menyebabkan luka di rongga mulut karena dalam menginang ada kapurnya


yang keras

 Menyebabkan kanker mulut


 Menyebabkan gigi berubah warna menjadi hitam dan air liur menjadi
merah (dubang)
 Tidak higienis
 Mengubah warna pada lidah menjadi kecoklat-hitaman
 Rasanya pahit
 Kapur membuat panas rongga mulut
 Membuat pusing/mabuk
 Dilakukan sehabis makan.

4. Mengapa di kota penginang lebih sedikit jumlahnya daripada


yang ada di desa?
Jawab:
 Sudah ada alternatif lain seperti pasta gigi
 Di kota tidak diperkenalkan budaya menginang oleh
keluarga/masyarakanya sendiri
 Pola hidup di masyarakat kota itu modern sedangkan di desa tertentu
masih mempertahankan budaya menginang

12
 Kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut di kota lebih tinggi
 Di desa bahan-bahan untuk membuat sirih pinang lebih mudah didapat
 Di kota lebih teredukasi tentang dampak menginang.

5. Apa dampak dari kebiasaaan menginang?


Jawab:
Dampak positif:
Memperkuat gigi, menghilangkan bau nafas, menyegarkan nafas, melestarikan
budaya, meneruskan tradisi, memberikan kenikmatan tersendiri bagi
penggunanya, memberikan rasa tenang seperti pada rokok, sebagai tata
pergaulan dan tata kemasyarakatan, sebagai penghormatan untuk tamu dan
sebagai mahar pernikahan, menyembuhkan sakit gigi.

Dampak negatif:
Menyebabkan luka di rongga mulut dalam menginang karena ada kapurnya
yang keras, menyebabkan kanker mulut, menyebabkan gigi berubah warna
menjadi hitam dan air liur menjadi merah (dubang), mengubah warna pada
lidah menjadi kecoklat-hitaman, kapur membuat panas rongga mulut,
membuat pusing/mabuk, merusak email gigi, pemicu kanker (karsinogenik).

6. Hal apa yang membuat kerusakan gigi dalam proses menginang?


Jawab:
 Saat proses menggerus kapur dapat merusak lapisan email gigi
 Zat yang terkandung dalam kapur membuat rongga mulut panas
 Bahannya kurang higienis menyebabkan munculnya bakteri pada gigi
 Dilakukan secara terus-menerus
 Ada campuran bahan dari sirih, kapur, pinang, tembakau yang
menyebabkan gigi keropos.

7. Apakah ada cara lain agar budaya menginang dapat


dipertahankan tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan?
Jawab:
 Mengganti bahan menginang dengan bahan yang sudah teruji agar
tidak menghasilkan reaksi yang berbahaya
 Tidak dilakukan secara terus-menerus seperti dilakukan saat upacara
adat saja.

8. Bagaimana cara kita mengubah kebiasaan menginang?


Jawab:

13
 Mengedukasi tentang fakta-fakta seputar kebiasaan menginang
 Melakukan aktivitas lain pengganti kegiatan menginang
 Menyadarkan diri sendiri akan kesehatan gigi dan mengetahui
dampak-dampak yang diakibatkan dari menginang.

MENGINANG
STEP 4

“ Mind Map ”

SOLUSI
ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN
KESEHATAN

DAMPAK FUNGSI PENYEBAB

14

Anda mungkin juga menyukai