Anda di halaman 1dari 9

TRANSKULTURAL NURSING

BUDAYA MASYARAKAT DI INDONESIA YANG BERKAITAN


DENGAN KESEHATAN

Memenuhi tugas mata kuliah Transkultural Nursing

Dosen Pengampu : Ibu Ainun Sajidah, S.Kep, Ners, M.Biomed

Oleh

Kelompok 5 :

Muhammad Khair P07120118089

Muhammad Luthfani Hakim P07120118090

Nadiya Marliyan Noor P07120118094

Najiha Tantri Yuniati P07120118095

Naziah An Nisa P07120118096

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
BANJARBARU
Jelaskan 5 masalah yang berkaitan dengan budaya di masyarakat indonesia, kemudian
buat perencanaan keperawatannya !

1. Kerokan dipercaya ampuh menangani masalah masuk angin

Kerokan adalah cara tradisional untuk mencari kesembuhan dengan


menekan dan menggeser koin ke kulit punggung, umumnya dengan media
minyak kelapa atau balsem. Cara ini yang dilakukan secara turun-temurun
untuk mengatasi masuk angin, meriang, pusing, dan capek.

Sampai saat ini masih ada yang kontra dengan kerokan. Kerokan
disebut bertentangan dengan medis, membikin infeksi, sampai merusak kulit.
Namun, menurut Prof. Dr. Didik Gunawan, seorang pakar kesehatan dari
Universitas Sebelas Maret Surakarta, kerokan relatif aman dilakukan sepanjang
tidak terlalu sering.

Menurut penjelasan Pak Professor, kerokan menyebabkan tubuh


mengeluarkan hormon endorfin yang membuat badan menjadi rileks dan segar.
Ujungnya badan kembali bugar dan penyakit pun minggat. Supaya aman,
beliau berpesan untuk tidak mengerok bagian depan leher karena di situ
terdapat pembuluh darah dan syaraf yang gampang pecah.

Budaya kerokan ternyata sudah ada sejak zaman kerajaan dahulu.


Bahkan raja-raja dan petinggi kerajaan Nusantara banyak yang melakukan terapi
ini untuk kesehatan. Terapi ini digemari, karena rasanya yang manjur dan murah
tentunya untuk sebuah penyembuhan penyakit. Ada kepercayaan bahwa koin
juga berfungsi untuk menarik roh jahat yang membuat penderita sakit keluar dari
badannya, karena roh jahat sering kali dianggap tertarik dengan uang. Semakin
merah dan gelap tanda guratannya, semakin parah masuk anginnya.

Perencanaan keperawatan :

1) Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga


2) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
3) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
4) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien
5) Beri kesempatan klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya

Perlu diingat pula, untuk menghindari penyebaran penyakit, sebaiknya


selalu ganti alat kerokan Anda. Hindari menggunakan alat yang sama, apalagi
kalau logam yang Anda gunakan bekas digunakan oleh orang lain.

2. Budaya Mengunyahkan Makanan untuk Anak

Memperkenalkan makanan padat kepada anak-anak selepas pemberian


air susu ibu (ASI) memang menjadi tantangan tersendiri bagi para Ibu.
Apalagi tabiat makan pada anak-anak berbeda-beda.Belum lagi soal organ
pendukung aktivitas makan, gigi misalnya, tidak semua anak tumbuh di pada
saat yang sama. Karenanya banyak dijumpai anak Balita yang malas makan,
malas mengunyah, makan dengan diemut, dan sebagainya. Kadang sebagai
solusi cepat, Ibu lantas mengunyah makanan untuk kemudian menyuapkannya
kepada si kecil. Pertanyaannya, amankah mengunyahkan makanan untuk anak?

Pada dasarnya, anak-anak memang belum memiliki rahang gigi yang


kuat. Akibatnya kadang anak tidak cukup mampu mengunyah makanannya
sampai lunak. Sebagian Ibu lantas membantu si bocah dengan mengunyahkan
makannya. Sepintas, aktivitas ini memang menggambarkan kedekatan
emosional antara ibu dan anak. Namun para ahli berpendapat hal tersebut
sebaiknya tidak dilakukan karena berisiko menularkan kuman penyakit.

Bagaimanapun rongga mulut seseorang mengandung berbagai kuman,


yang bila terjadi pertukaran air liur dengan anak justru menjadi sarana
menyebarkan penyakit. Setiap individu punya komposisi mikroba yang
berlainan di mulutnya.Demikian juga dengan orang dewasa dan si anak. Dari
segi kebersihan, mengunyahkan makanan sebelum disuapkan ke anak sama
saja memindahkan mikroba dari orangtua kepada si kecil. Orang dewasa
bahkan memiliki lebih banyak kuman di mulutnya. Jika makanan yang sudah
dikunyah orang dewasa disuapkan ke anak, maka risikonya adalah perpindahan
kuman, baik itu virus maupun bakteri.
Makanan yang sudah dikunyah oleh orang dewasa juga bisa
terkontaminasi virus, misalnya virus flu hingga herpes. Karena daya tahan
tubuh anak kecil pada umumnya masih rentan, maka virus ini sangat mudah
ditularkan.Yang paling ringan, virus penyebab flu pun bisa mudah berpindah
pada si kecil.

Rencana tindakan :

Kita sebagai tenaga kesehatan harus mengubah pola pikir si ibu dengan
menjelaskan dampak mengunyahkan bagi kesehatan anak/bayi tersebut dan
Jika memang si anak/bayi masih kesulitan mengunyah, Ibu bisa saja
melunakkan makanan dengan cara mengulek lembut menggunakan punggung
sendok atau garpu. Selain itu, Ibu juga bisa memberikan si anak/bayi makanan
yang diolah sedikit lebih lama ketimbang makanan untuk orang dewasa.
Dengan demikian teksturnya lebih mudah dikunyah oleh si anak/bayi tersebut.

Tindakan yang dapat di berikan :

1) Lakukan pendekatan pada orang tua anak yang mengasuh.


2) Kaji pola cara pemberian makanan pada anak.
3) Memberi penjelasan bahwa mengunyahkan makanan itu dapat
menularkan penyakit dari ibu ke anaknya.
4) Menganjurkan orang tua memberi makanan yang di haluskan dengan
punggung sendok atau dengan mengolah makanan sedikit lebih lama
agar tekstur makanan lebih lebut.
5) Mengevaluasi apakah keluarga sudah memahami tentang penjelasan
yang di berikan.

3. Budaya Air Seni jadi Obat Sakit Mata

Para masyarakat indonesia yang masih belum mengetahui cara mengatasi


penyakit mata yang di anggap oleh masyarakat hanya musibah yang sangat tidak
berbahaya dan tak akan menyebabkan membengkak dan akibat yang lain, tetapi
hal ini akan menyebabkan masalah besar bila di biarkan seperti itu tanpa ada
pengobatan yang dapat mengurangi sakit atau menyembuhkannnya dan ini juga
akan menjadi penyebab kebutaan dan akan berakibat fatal.

Air seni (urine) bukan hanya menjadi barang yang sangat tidak berguna
dan menjijikkan(najis) bagi kehidupan manusia, ternyata air seni dipercaya
masyarakat mempunyai khasiat atau kandungan- kandungan yang positif bagi
penyembuhan penyakit iritasi mata.

Mengobati sakit mata dengan air seni sendiri belum dapat dibuktikan
khasiatnya secara ilmiah. Tapi, jika dikatakan air seni akan memperburuk
kondisi mata yang sakit, itu bisa jadi.

"Air seni itu kotor, mengandung kotoran, bakteri, dan kuman. Kalau kita
teteskan ke mata, berarti menaruh atau meletakkan bakteri ke mata kita," kata
Staf Ahli Divisi Vitreo-Retina RSCM-Kirana, dr. Elvioza, SpM (K)

Menurut Elvioza, butuh penelitian ilmiah lebih dalam untuk


membuktikan kebenaran itu. "Tapi, kalau membawa keburukan sudah pasti.
Karena kita meletakkan benda kotor di mata kita," jelasnya. "Hampir pasti sih,
keburukannya. Tapi, kebaikannya belum bisa dibuktikan. Itu jawaban saya,"
tambah Elvioza.

Tidak hanya air seni yang belum terbukti khasiatnya, cairan hijau
'Klorofil' yang biasa dipergunakan orang yang sakit mata, sampai hari ini pun
belum terbukti khasiatnya.

Di ilmu kedokteran sendiri, terang Elvioza, harus ada penelitiannya


terlebih dulu. Penelitian yang didesain sedemikian rupa, sehingga efektivitas
obat ini dapat terbukti.

Jika ada orang yang mengatakan berhasil mengobati penyakit mata


dengan cara seperti itu, Elvioza meyakinkan, itu hanya pengalaman saja. Bukti
ilmiah tidak ada, tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, dr Suhandri SpOg tidak


menganjurkan pengobatan sakitmata (conjunctivitis cataralis akut) menggunakan
air kencing. Menurutnya, dalam air kencing mengandung berbagai macam
bakteri dan tidak steril.

Perencanaan Keperawatan :

1) Melakukan pendekatan kepada pasien ataupun keluarga pasien,


2) Bersikap tenang dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
pasien maupun keluarga,
3) Tidak tergesa dan terburu buru saat berbicara dengan klien,
4) Mengidentifikasi perbedaan konsep atau budaya antara klien dan perawat,
5) Perawat harus dapat memberikan dukungan perilaku atau kebiasaan yang
tidak bertentangandengan kesehatan, dan perawat harus mencegah perilaku
atau kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatan,
6) Berikan penjelasan bahwa air seni tidak dianjurkan untuk obat mata karena
tidak steril,
7) Berikan kesempatan klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.

Perlu diketahui untuk masyarakat jika terinfeksi penyakit tersebut segera


memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat atau Puskesmas, biasanya
pengobatan yang diberikan bisa berupa salap atau obat tetes mata dan sedangkan
air kencing/seni bukanlah solusi (Restrukturisasi Budaya).

4. Terapi Pijat Pada Saat Terkilir / Keseleo

Saat tak sengaja mengalami cedera keseleo atau terkilir, umumnya kita


akan langsung mencari tukang pijat terpercaya untuk mengobatinya.Hal ini
sudah banyak terjadi dan dipercaya selama turun temurun dalam keluarga
Indonesia.Meski cedera terasa sangat sakit saat diurut, banyak orang percaya
metode urut akan menyembuhkan cedera lebih cepat daripada pengobatan
dokter.Pijat atau urut pada umumnya tidak membahayakan, akan tetapi
penekanan yang terlalu berlebihan pada titik cedera dapat berbahaya.

Dilansir dari Tribunnews, menurut dr. Rahyussalim Sp.OT(K)


apabila kita  jatuh saat berolahraga lalu mengalami pembengkakan sebaiknya
dicari tahu dulu apa yang menyebabkan terjadi pembengkakan.“Karena
sebenarnya tidak ada istilah terkilir dalam dunia medis” tutur dokter
Rahyussalim.Dokter tidak akan mendiagnosis cedera tersebut sebagai terkilir,
tetapi akan melihat pada penyebabnya apakah karena otot robek, pembekuan
darah, atau patah tulang.Bila bengkak disebabkan oleh otot yang robek atau
karena pembekuan darah, metode urut justru akan membuat cedera semakin
berbahaya.

Dokter Rahyussalim sendiri merasa tidak setuju jika cedera akibat jatuh
saat berolahraga dibawa ke tukang pijat untuk diurut.Dokter Rahyussalim
menceritakan pengalaman salah satu pasiennya yang mengalami cedera kaki
namun memutuskan untuk mengurut kakinya di tukang pijat.Merasa cedera
kakinya tak kunjung sembuh, pasien tersebut akhirnya memeriksakan kakinya ke
dokter.Bukanya sembuh, pasien tersebut malah harus kehilangan kakinya karena
diamputasi.

“Setelah dibawa ke rumah sakit ternyata sudah ada keretakan dan


serpihan di kakinya” cerita dokter Rahyussalim.Penanganan salah terhadap retak
tulang yang dialaminya ini membuat cedera semakin parah meski awalnya sudah
sempat terasa enak setelah diurut.Mereka yang tidak memiliki bekal untuk
melakukan tindakan medis, tidak tahu seberapa parah kondisi kaki yang
cereda.Kalau asal memijat, sebentar mungkin terasa enak, tapi tanpa disadari
ternyata kondisinya justru bisa berakibat fatal.Maka apabila kita cedera atau
jatuh, lalu terasa sakit, jangan cepat-cepat berpikir keseleo atau terkilir. Lebih
baik langsung periksakan ke dokter.

Perencanaan Keperawatan :

1) Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarganya


2) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
3) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
4) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
5) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
6) Gunakan pihak ketiga bila perlu seperti dokter
7) Melakukan pendekatan kepada pasien ataupun keluarga pasien, bersikap
tenang dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien maupun
keluarga, tidak tergesa dan terburu buru saat berbicara dengan klien,
mengidentifikasi perbedaan konsep atau budaya antara klien dan perawat,
perawat harus dapat memberikan dukungan perilaku atau kebiasaan yang
tidak bertentangandengan kesehatan, dan perawat harus mencegah perilaku
atau kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatan, berikan penjelasan
bahwa pada saat terkilir/keseleo dapat dipijat karena hanya memberikan rasa
nyaman sejenak namun bisa berakibat fatal kemudian karena banyak yang
tidak tahu bagaimana sebenarnya kondisi pasien yang sesungguhnya.

5. Budaya Kerik Gigi Suku Mentawai


Tradisi meruncingkan gigi biasanya dilakukan saat seorang wanita
Mentawai akan menikah. Selain sebagai simbol kecantikan, tradisi ini memiliki
makna yang jauh lebih dalam dari sekadar kecantikan. Wanita Suku Mentawai
memiliki kepercayaan turun temurun bahwa dengan meruncingkan gigi, tubuh
dan jiwa mereka dapat terjaga keseimbangannya.
Masyarakat Mentawai memercayai bahwa manusia memiliki dua wujud
yang tidak akan musnah. Wujud tersebut terdiri dari arwah dan tubuh. Jika
mereka tidak menyukai penampilan fisik mereka, mereka akan mendapatkan
penyakit. Oleh karena itu, para wanita dewasa Mentawai harus meruncingkan
giginya sehingga mereka merasa cantik dan jiwa mereka selalu panjang umur
serta bahagia. Walaupun proses mengerik gigi ini menyakitkan, terdapat pesan
yang didapatkan oleh para wanita Mentawai dalam tradisi ini. Setiap kesakitan
yang diderita akan membawanya dalam proses pendewasaan dan penemuan jati
diri.
Proses adat tradisi gigi runcing ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang. Prosesi ini hanya bisa dilakukan oleh ketua adat Suku Mentawai. Alat
yang digunakan adalah sebilah perangkat dari kayu atau besi yang sudah diasah
sampai tajam. Ketika ketua adat mulai prosesi meruncingkan gigi, ketua adat
melakukan proses meruncingkan 1 gigi sekitar waktu 30 menit tanpa istirahat.
Gigi akan berbentuk runcing mirip seperti gigi taring. Untuk menahan rasa sakit
saat proses pengerikan gigi, wanita dari Suku Mentawai biasanya menggigit
pisang yang masih mentah dan keras. Setelah menyelesaikan pengerikan 1 gigi,
wanita yang dikerik giginya nggak diberi waktu untuk beristirahat lama.
Mereka hanya bisa menghela napas dan melanjutkan lagi prosesi pada gigi
selanjutnya.
Budaya Kerik gigi ini sangatlah berbahaya untuk kesehatan gigi
manusia. Dengan mengerik gigi, email gigi yang seharusnya dapat melindungi
gigi akan hilang. Selain hilangnya email gigi, kerik gigi juga akan menggangu
berfungsinya masing-masing jenis gigi yang dimiliki manusia. Maka budaya ini
harus direstrukturisasi agar tidak mengganggu kesehatan gigi.

Perencanaan Keperawatan :
1) Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarganya
2) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
3) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
4) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
5) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
6) Gunakan pihak ketiga bila perlu
7) Memberi penjelasan bahwa kerik gigi dapat merusak email dan fungsi
masing-masing gigi
8) Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan gigi yang benar
9) Periksa keadaan gigi pasien jika sudah terlanjur dikerik
10) Lakukan kolaborasi dengan dokter gigi untuk memperbaiki gigi pasien yang
sudah terlanjur dikerik

Anda mungkin juga menyukai