Kelompok 4
Oleh:
1. ANGGI MERLYA RAHMADHANI
2. AULIDINA MELFITRI
3. FITRI AMALIA
4. MELISA AYUNDA KENCANA
5. NURHALIZA ANJLI
6. NURMIS TUTI
7. SHERINNA
8. SISKA WATI
9. WELLA
Kelas:
II B
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah keilmuan yang sedang dipelajari bermula dari filsafat sebagai “mother of science”
dalam ilmu yang mempelajari manusia terdiri dari sosiologi, antropologi dan psikologi.
Dalam peerkembangan keilmuan selanjutnya, ketiga ilmu ini dikategorikan sebagai ilmu
prilaku. Secara teori dan praktis, antropologi kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu
sumbangan pada pelayanan kesehatan. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa
pola pemikiran, cara pandang atau bahkan membantu dengan paradigm untuk menganalisis
suatu situasi kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian implikasi ?
2. Apa pengertian antropologi kesehatan?
3. Bagaimana implikasi antropologi kesehatan pada anak?
Kata implikasi memiliki arti yang cukup luas sehingga maknanya cukup
beragam. Implikasi didefinisikan sebagai suatu akibat yang terjadi karena suatu hal ,
implikasi memiliki makna bahwa sesuatu yang disimpulkan dalam suatu penelitian yang
lugas dan jelas.
Implikasi dalam bahasa Indonesia adalah efek yang ditimbulkan dimasa depan atau
dampak yang dirasakan ketika melakukan sesuatu.
Implikasi adalah akibat langsung yang terjadi karena suatu hal misalnya : penemuan
atau karena hasil penelitian.
Berbagai upaya dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat,
termasuk mempelajari unsur sosial dan kebudayaan masyarakat. Melalui proses keperawatan,
khususnya pada tahap pengkajian perawat perlu mengkaji unsur social masyarakat seperti
umur, jenis kelamin, pekerjaan, social ekonomi, dan unsur budaya.
Seperti kita ketahui diare merupakan penyakit yang akrab dengan semua anggota
masyarakat, khususnya ibu terutama di negara berkembang pernah mengalami dan pernah
menangani diare pada anaknya maupun cucunya bahkan mungkin tetangganya. Menurut
Kleinman dkk (1978) sakit (illness) adalah reaksi yang dibentuk menurut budaya
terhadap penyakit maupun perasaan tidak nyaman yang mungkin sangat kecil hubunganya
dengan proses patologi. Kepercayaan yang murni (faktor dari dalam) tentang kesehatan
dan penyakit dibentuk menurut budaya (ethno-medic) dan tidak mengikuti pemikiran
ilmiah (Zoysa dkk, 1984). Karena pengalaman keterlibatan dengan diare sepanjang
hidupnya, bahkan turun temurun dari generasi ke generasi, berkembang suatu pengetahuan
dan persepsi tentang diare (Foster, 1976). Berdasarkan persepsi tersebut terbentuk praktek
penanggulangan diare dalam masyarakat sesuai dengan lingkungan termasuk ketersediaan
pelayanan diare dari pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan, dan
bahkan dukun-dukun bayi (mereka yang dianggap kompeten untuk menangani sejak ibu
mengandung sampai pemeliharaan bayi dan anak).