Kata pengantar x
Daftar isi x
Bab I Pendahuluan x
Latar belakang x
Rumusan masalah.. x
Ruang lingkup
Tujuan dan kegunaan x
Kerangka teoritis
Bab II Pembahasan x
Penyebab x
Pemecahan
Bab III Penutup x
Kesimpulan x
Saran x
Daftar pustaka x
“ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERPENGARUH TERHADAP PELAYANAN
KEBIDANAN”
PSKB 1 REGULER A1
DOSEN PEMBIMBING : Drs.Apriadi Kholil, M, Si
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. DEVIA OKTAVIANI
2. CICIT ARISKA
3. KIRANA SARI
4. NEFIA OLFIONICA
5. NI LUH PUTU WIDHI WARDANI
6. MARLINA
7. RASDA DIANA
8. RANI KIRANA
9. SERLI AGUSTIN
10. SHINTA PURNAMA SARI
4. Makanan yang keluar dari mulut ibu yang terbaik bagi bayi
Suku Sasak di Lombok, para ibu nifas biasa memberikan nasi pakpak (nasi yang telah
dikunyah oleh ibunya terlebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat .
Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi.
5. Asupan lain ketika ASI belum keluar
Masyarakat Kerinci di Sumatera Barat , pada usia 1 bulan bayi sudah diberi bubur tepung,
bubur nasi, pisang , dan lain-lain. Dan ada juga kebiasaan memberikan roti,nasi yang sudah
dilumatkan ataupun madu, dan teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
6. Kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak
Masyarakat tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik
diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang
menganggap kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah, dan masuk angin pada bayi.
Aspek sosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan anak :
1. Dukun sebagai penyembuh
Masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang-kejang
disebabkan karena kemasukan roh halus, dan dipercaya hanya dukun yang dapat
menyembuhkannya.
2. Timbulnya penyakit sebagai pertanda
Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi tersebut akan
bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan.
3. Kesehatan anak juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial. Dimana hingga kini
masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan masih menjalankan kepercayaan tersebut.
Hal tersebut disebabkan karena kebiasaan yang telah turun temurun terjadi . Tetapi ada
baiknya jika masyarakat juga mempertimbangkan dengan pemahaman menurut para medis
karena para medis lebih memahami tentang mana yang baik dalam tumbuh kembang
kesehatan anak.
1.4.1. Pengertian
1. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan masyarakat
yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam rangka menolong
mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan
masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan
dengan kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
2. PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan melalui
sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan
oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di Pedusunan melalui segala
pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif di dalam ikut membantu memecahkan
dan mengembangkan usaha-usaha kesehatan di Desanya. (Dirjen Binkesmas Depkes RI,
1976)
3. PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem pendekatan
edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu atau kelompok
masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam mengatasi
kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan juga
dapat mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif setiap individu atau kelompok
masyarakat untuk ikut secara aktif dalam program-program kesehatan di daerahnya dan
menentukan prioritas program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa Timur)
4. Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD tersebut
diatas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
a. Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah herus memanfaatkan pendekatan operasional
terpadu (comprehensive operational approach) yang meliputi pendekatan secara sistem
(system approach), pendekatan lintas sektoral dan antar program (inter program and inter
sektoral approach), pendekatan multi displiner (multi displionary approach), pendekatan
edukatif (educational approach), dsb.
b. Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan edukatif,
hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik sebagai komplemen maupun
suplemen terdepan dalam penunjang sistem kesehatan nasional ini.
c. Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD secara bertahap dan terus
menerus harus mampu didorong untuk membuka kemungkinan-kemungkinan menumbuhkan
potensi swadayanya melalui pemerataan akan peranserta setiap individu di desa secara lebih
luas dan lebih nyata
d. Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan kegiatan diluar
gedung (ourt door activities) untuk mengarahkan “intervensinya “ di dalam memacu secara
edukatif terhadap kelestarian kegiatan PKMD oelh masyarakat dibawah bimbingan LSD.
e. Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan prakarsa masyarakat
sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah secara lintas program dan lintas
sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
umumnya dan pembangunan desa khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan
kesehatan di tingkat kecamatan mengambil prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-
sektor yang bersangkutan menggerakkan peran serta masyarakat (PSM) dalam bentuk
kegiatan PKMD.
1.5. Tujuan Pembangunan Masyarakat Desa Dalam Bidang Kesehatan
1.5.1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang kesehatan
dalam rangka meningkatkan mutu hidup
1.5.2. Tujuan khusus
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong diri
mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
b. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara aktif dan
berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
c. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, terampil
serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
d. Meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :
§ Angka kesakitan menurun
§ Angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
§ Angka kelahiran menurun
§ Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
1.6. Nilai-Nilai Filosofi Dalam Pembangunan
Pembangunan nasional pada dasarnya memiliki arti penting dan strategis dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Disebabkan karena pembangunan hukum nasional merupakan upaya untuk
mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana yang disyaratkan pada pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan hukum yang dilandasi oleh nilai dasar atau nilai ideologis, nilai historis, nilai
yuridis serta nilai filosofinya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat untuk dapat
menikmati rasa keadilan, kepastian manfaat hukum yang pada akhirnya akan bermuara pada
pembentukan sikap dan kesadaran masyarakat terhadap hukum. Pentingnya hukum dibangun
agar hukum dapat menjadi sarana pembangunan dan pembaharuan masyarakat yang kita
harapkan. Hukum juga dapat berperan sebagai objek pembangunan dalam rangka
mewujudkan hukum yang ideal sesuai dengan nilai-nilai hidup di masyarakat.
Dalam hal mengintegrasikan dimensi kependudukan dalam perencanaan pembangunan (baik
nasional maupun daerah) maka manfaat paling mendasar yang diperoleh adalah besarnya
harapan bahwa penduduk yang ada didaerah tersebut menjadi pelaku pembangunan dan
penikmat hasil pembangunan. Itu berarti pembangunan berwawasan kependudukan lebih
berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibanding
dengan orientasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth).
Pembangunan berwawasan kependudukan ada suatu jaminan akan berlangsung proses
pembangunan itu sendiri. Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada
pembangunan lokal, perencanaan berasal dari bawah (bottom up planning), disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan
seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar
seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut.
Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan
kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.Dan juga keadaan dan kondisi kependudukan
yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan
merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar
jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai
beban bagi pembangunan.Apa yang dapat dipelajari dari krisis ekonomi yang berlangsung
saat ini adalah bahwa Indonesia telah mengambil strategi pembangunan ekonomi yang tidak
sesuai dengan potensi serta kondisi yang dimiliki.
Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar
seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut.
Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan
kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.Dan juga keadaan dan kondisi kependudukan
yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
Pentingnya filsafat hukum dalam pembangunan hukum nasional dikarenakan hanya denga
filsafat hukum sebagai salah satu variabel pelaksanaan pembangunan hukum nasional, yang
akan menjawab berbagai kebutuhan masyarakat dan sekaligus dapat merespons
perkembangan seiring dengan dinamika pembangunan nasional. Pembangunan berwawasan
kependudukan ada suatu jaminan akan berlangsung proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada pembangunan lokal,
perencanaan berasal dari bawah (bottom up planning), disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan seluruh lapisan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
1.7. Faktor Pendorong dan Penghambat Pembangunan Kesehatan
Pengertian Pembangunan nasional adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri
untuk mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik
dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar
mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat.
Faktor Pendorong dan Penghambat Pembangunan Nasional :
1. Disparitas Status Kesehatan
Disparitas adalah perbedaan jarak ; adanya upah yang diterima oleh para pekerja pabrik itu.
Menghalangi pemiliknya untuk mendapatkan hak kesehatan yang layak. , masyarakat, media
massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak
untuk memperoleh pelayanan kuratif di rumah sakit dan puskesmas . Meskipun secara
nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat namun disparitas antar tingkat sosial
ekonomi dan antar wilayah masih cukup tinggi. Selama ini kesehatan dianggap sebagai
barang yang mahal, kesehatan di Indonesia hanya untuk kalangan berpunya ‘orang miskin
dilarang sakit’ . Tragis, mengingat kekayaan Indonesia yang begitu tetapi tidak ada
pertanggung jawaban tentang keberadaan SDA tersebut.
2. Beban Ganda Penyakit
Bagi masyarakat Indonesia khususnya, penyakit memiliki beban ganda,yang pertama adalah
rasa sakit yang diderita dan yang kedua masalah uang yang cukup banyak. Untuk mengatasi
masalah penyakit yang dideritanya. Hal ini memberikan dampak negative pada pasien yang
bersangkutan, karena keterbatasan dana, mereka mendapatkan keterbatasan pelayanan
kesehatan.
3. Kinerja Pelayanan yang Rendah
Kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas
kesehatan penduduk. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan masih di
bawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit daerah serta keterbatasan tenaga
kesehatan juga menjadi tantangan yang harus segera di atas. Hingga saat ini jumlah dan
distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas rasio dokter umum per
100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi. Indonesia mengalami kekurangan pada hampir
semua tenaga kesehatan yang diperlukan
4. Perilaku Masyarakat yang Kurang Mendukung Hidup Bersih
Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan sistem yang mengatur
kesehatan. Sungai di Jakarta kini mengalami perubahan fungsi, fungsi sungai bukan lagi
menjadi tata perairan kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi ada masyarakat yang MCK
di sungai, begitu pula di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan pentingnya
kesehatan belum kita temukan di masyarakat kita.
5. Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan
Rendahnya pembangunan ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok masalah
ini . Hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial baik papan, sandang dan pangan.
Pertanyaan mengapa kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak berpunya ? Mungkin
jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang buruk.
Kesehatan Indonesia berada pada kondisi yang saat buruk, pembangunan kesehatan di
Indonesia, dapat dilihat dari berbagai penghambat serta langkah pendorong untuk
mengatasinya . Minimnya pelayan kesehatan, dan rendahnya pelayanan kesehatan adalah
salah satu penghambat pembangunan kesehatan . Adat kebiasaan masyarakat, serta keadaan
ekonomi dan pendidikan turut ikut andil dalam hal ini.
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan berbagai
budaya ada, itulah sebabnya semboyan Negara kita adalah “Bhinneka Tunggal Ika”.
Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai masa kehamilan,
persalinan dan nifas. Mitos-mitos yang lahir di masyarakat ini kebenarannya kadang tidak
masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kehamilan, masa persalinan dan nifas.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan serta untuk menjaga pertumbuhan dan
kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (Antenatal Care) adalah penting
untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Faktanya, masih banyak ibu-ibu
yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, almiah, dan kodrati. Masih banyak ibu-
ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak
terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru
diketahui saat persalinan karena kasusnya sudah terlambat sehingga mengakibatkan
kematian. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi,
kurangnya pengetahuan dan pentingnya perawatan kehamilan, serta permasalahan-
permasalahan pada kehamilan. Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada
kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan
dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan sementara kegiatan mereka sehari-hari
tidak berkurang, sehingga akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Jadi,
tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah
pedesaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan
komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin?
2. Bagaimana peran bidan dalam kondisi tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan
komunitas pada ibu hamil dan ibu bersalin.
2. Untuk memahami peran bidan bila ditemukan kondisi-kondisi tersebut.
3. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang
paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek social budaya ini
mencakup pada setiap trimester kehamilan dan persalinan yang mana pada zaman dahulu
banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan. Perilaku
yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Perilaku
sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya
dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai,
dan segala aturan (social law) dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya.
Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di
komunitas diantaranya :
1. Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam pemberian makanan bayi.
Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi pemberian nasi papah atau di Jawa
dengan tradisi nasi pisang.
2. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di
lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari aspek sosial budaya).
B. Perilaku dan Sosial Budaya yang Berpengaruh pada Pelayanan Kebidanan Komunitas
pada Ibu Hamil dan Ibu Bersalin
1. Hamil
a. Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan,
antara lain:
1) Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam
prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan dan
brokohan.
2) Mengidam, dikotomi panas dingin.
3) Larangan masuk hutan, karena wanita hamil menurut kepercayaan baunya harum
sehingga mahluk-mahluk halus dapat mengganggunya.
4) Pantangan keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh
jahat.
5) Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
6) Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.
7) Tidak boleh makan pisang dempet, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan kembar
dempet atau siam.
8) Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar, karena anak
yang dilahirkan bisa sumbing atau anggota badannya ada yang buntung.
9) Jangan meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.
10) Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat jari-jari tangannya akan berdempet
menjadi satu.
11) Jangan membuat kulit ketupat pada masa hamil karena orang tua percaya bahwa daun
kelapa untuk kulit ketupat harus dianyam tertutup rapat oleh wanita hamil, sehingga
dikhawatirkan bayi yang lahir nanti kesindiran, tertutup jalan lahirnya.
12) Tidak boleh membelah/memotong binatang, agar bayi yang lahir nanti tidak sumbing
atau cacat fisik lainnya.
13) Tidak boleh menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku perahu, memaku rumah,
membelah kayu api yang sudah terbakar ujungnya, memukul kepala ikan.
14) Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
15) Manggunakan jimat saat bepergian.
b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama hamil, antara lain yaitu:
1) KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makanan bergizi,
batasi aktivitas fisik, tidak perlu pantang makan.
2) KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidak benar
ditinggalkan.
3) Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau
berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
4) Bekerjasama dengan dukun setempat.
5) KIE tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
6) KIE tentang hygiene personal dan hygiene persalinan.
Pengertian pantangan-pantangan ini dimasudkan agar sang bayi kelak lahir dengan lancar dan
dalam keadaan sehat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3 macam
faktor; antara lain :
a. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut.
Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke
pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
b. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam
kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan
emosi pada janin yang telah lahir nanti. Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi
kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan
kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam
berbagai hal, maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap
dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
c. Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan
dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena
dapat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus
diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan yang
dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu
hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya. Ekonomi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi
yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di
tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan
persalinan dapat berjalan dengan baik.
2. Persalinan
Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan dirumah. Data survey kesehatan Rumah
Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak.
Bebrapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek
praktek persalinan oleh dukun yang membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar, dkk
menunjukkan beberapa tindakan dan praktek yang membawa resiko infeksi seperti “ngolesi”
(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), “kodok”
( memasukkan tangan ke vagina dan uterus untuk mengeluarkan placenta) atau “nyanda”
( setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan kedepan selama
berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah, mengerti dan dapat
memabantu upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta membawa ibu dan bayi
sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan
kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih namun praktek-
praktek tradisional tertentu masih dilakukan. Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil
dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan persalinan yaitu kematian atau
bertahan hidup.
a. Berikut ini beberapa contoh perilaku sosial budaya selama persalinan yang ada di
masyarakat, antara lain:
1) Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.
2) Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
3) Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
4) Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
5) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
6) Minum air rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.
7) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
8) Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan persalinan.
9) Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.
Sebenarnya, kelancaran persalinan sangat tergantung pada faktor mental dan fisik si ibu.
Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi.
Sedangkan faktor mental berhubungan dengan kondisi psikologis ibu, terutama kesiapannya
dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga
harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama
persalinan. Faktor lain yang juga harus diperhatikan, seperti riwayat kesehatan ibu, gizi ibu
selama hamil dan lingkungan sekitar apakah mensupport atau tidak karena ada kaitannya
dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya.
Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif,
sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang dan tidak bisa kerja
sama.
b. Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan
1) Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses
persalinan, perawatan selama dan pascapersalinan.
2) Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan.
3) Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
Contoh Kasus Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas Yang Positif
Selamatan 7 Bulanan (pada ibu hamil)
Di desa Payaman Kabupaten Nganjuk, ada ibu yang sedang hamil 7 bulan. Pada Hari
Minggu tanggal 30 maret mengadakan selamatan 7 bulanan yang dalam adat jawa disebut “
TINGKEPAN”. Kata orang jawa tingkepan ini bertujuan untuk meminta keselamatan ibu dan
bayi agar mendapatkan kehamilan yang sehat dengan kegiatan mandi kembang dengan 7
sumber mata air dan bunga 7 rupa beserta uang.
Dalam proses siraman itu, ibu dan suami memakai kain jarik. Kemudian keduanya duduk
bersebelahan dan yang menyiram dimulai dari kedua orang tua, tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan seluruh keluarga yang ingin menyiram. Setelah acara siraman selesai, ibu
ganti baju dan calon bapak memecah buah kelapa. Setelah itu apabila buah kelapa langsung
pecah, orang jawa beranggapan bahwa calon bayi berjenis kelamin laki-laki, tapi apabila
kelapa tidak langsung pecah, maka orang jawa beranggapan calon bayi berjenis kelamin
perempuan.
Setelah memecahkan kelapa, kelapa yang digunakan untuk memandikan juga dipecah dan
ditumpahkan beserta uang yang ada di air tadi. Dan masyarakat pun berebut mengambil uang
dan kelapa yang mitosnya dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Setelah itu, kedua
orang tua jualan rujak dan yang membeli masyakat. Jika masyarakat bilang rujak tersebut
enak, mitosnya anaknya perempuan dan cantik di liat. Dan jika rujaknya kurang enak maka
mitosnya anaknya laki-laki. Setelah itu, orang tua membagikan nasi yang ada ayam, telur,
sayur/mie, tahu, tempe dan ikan bandeng. Setelah acara tersebut, pada malam hari juga
diadakan syukuran kembali dan biasanya juga dibacakan surat Yusuf. Jika anaknya laki-laki
agar ganteng seperti Nabi Yusuf, dan jika surat Mariam, maka anaknya cantik seperti
Mariam. Acara ini juga dibagikan nasi,ikan/ayam, sayur/mie, telur, tahu, tempe, ikan bandeng
dan juga rujak.
Dalam acara selamatan 7 bulanan ini dapat kita ambil positifnya, yaitu bisa berbagi rizki
lebih pada orang lain. Ibu bisa makan-makanan bergizi, seperti telur, ayam, ikan bandeng dan
juga dibacakan do’a oleh banyak orang agar kehamilannya lancar dan tidak ada halangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan yang
meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian.
Ada beberapa perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan, baik yang tidak memiliki pengaruh maupun yang berpengaruh bagi ibu yang
sedang hamil ataupun bersalin. Peran seorang bidan atau tenaga kesehatan disini sangatlah
penting untuk bisa meluruskan mana kebiasaan yang sebaiknya perlu diubah dan mana yang
masih bisa diperbolehkan untuk dilakukan.
B. Saran
1. Bagi ibu hamil dan bersalin, sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan
sebelum melakukan adat/budaya masyarakat yang dirasa tidak sesuai atau agak
membahayakan bagi kondisinya.
2. Budaya yang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk kesehatan ibu hamil dan
bersalin. Jika kita lihat dari akal berdasarkan ilmu yang kita dapat budaya tersebut
tidak baik, maka tidak boleh diikuti lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Social Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.