KEPERAWATAN GERONTIK
KOORDINATOR MK:
HENNY LILYANTI
NIDN.0422027603
Learning Outcomes:
1. Wellness Issues terkait nutrisi 1. Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., Jett, K. (2005).
2. Wellness Issues terkait tidur dan Gerontological nursing & health aging. 2nded. St.
aktivitas Louis, Missouri: Mosby, Inc.
3. Wellness Issues terkait keamanan 2. Stanley, M. & Beare, P.G. (1999). Gerontological
(safety) nursing: a health promotion/ protection approch. 2nd
4. Wellness Issues terkait sexual and aging ed. Philadephia: F. A. Davis Company
3. Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older
adults: theory and practice. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkin.
4. Annete, G. L. (2000). Gerontologic Nursing. St.
Louis : Mosby.
MAIN LESSON
Learning Outcome’s
1. Wellness Issues terkait nutrisi
2. Wellness Issues terkait tidur dan aktivitas
3. Wellness Issues terkait keamanan (safety)
4. Wellness Issues terkait sexual and aging
PENDAHULUAN
Rekomendasi nutrisi terakhir yang dikeluarkan oleh Institute of Medicine (IOM) mencakup
rekomendasi terpisah untuk orang yang berusia 70 tahun ke atas karena alasan ini (IOM, 2006).
Menjaga pola makan padat nutrisi sangat penting untuk orang dewasa yang lebih tua karena
dampak asupan makanan pada kesehatan.
DIET
Kebutuhan Kalori
Perkiraannya, kebutuhan energi akan berkurang 70-100 kalori setiap penambahan usia 10 tahun
Dalam Angka Kecukupan Gizi Bangsa Indonesia, kecukupan energi lansia per hari adalah:
Pria
• 50-64 tahun: 2300 kalori
• 58-80 tahun: 1900 kalori
Wanita
• 50-64 tahun: 1900 kalori
• 58-80 tahun: 1550 kalori
Sebaiknya lansia memenuhi kebutuhan energi harian tersebut agar tidak mengalami penurunan
berat badan.
1. Protein
Berdasarkan satu penelitian dari kelompok studi PROT-AGE, lansia sehat dianjurkan mendapatkan
jumlah protein lebih tinggi daripada dewasa muda, yaitu sebesar 1-1.2 gram protein/kgBB/hari dari
protein berkualitas tinggi seperti WHEY. Sumber protein tersebut bisa didapat dari ikan, telur,
ayam, daging sapi, seafood, serta susu. Begitu pula protein nabati dari kacang-kacangan seperti
tahu atau tempe. Jangan lupa konsumsi susu whey protein untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pada tubuh.
2. Karbohidrat
Sebagai penyumbang energi paling besar, lansia perlu mengonsumsinya sekitar 45-65% dari total
kalori per hari. Sumbernya antara lain nasi, mie, bihun, oat, kentang atau ubi. Lansia dianjurkan
mengurangi konsumsi gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, dengan
indeks glikemik rendah untuk menurunkan kadar LDL, risiko diabetes melitus dan penyakit jantung
koroner. Ketika memilih susu untuk lansia, pastikan kandungan gulanya juga tidak terlalu tinggi.
3. Lemak
Lansia dianjurkan konsumsi lemak antara 20-35% dari total kalori yang dibutuhkan. Jika terlalu
tinggi, berpotensi menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Konsumsi lemak tak jenuh bisa didapat dari minyak nabati seperti minyak bunga matahari, zaitun
dan minyak jagung
4. Serat
Selain akibat pergerakan usus yang mulai menurun, sembelit atau susah buang air besar pada
lansia disebabkan oleh kekurangan serat. Pastikan orang tua Anda mengonsumsi buah-buahan,
sayuran dan biji-bijian yang cukup setiap hari, dan yang tidak boleh ketinggalan adalah susu untuk
lansia.
5. Vitamin dan Mineral
Memantau asupan nutrisi khusus lansia perlu diperhatikan dengan baik agar dapat meningkatkan
kesehatan fisik dan mendukungnya untuk terus hidupkan mimpi yang tertunda. Lakukan
pengawasan secara berkala serta disesuaikan dengan kemampuan fisik lansia dan jangan lupa
mengonsumsi susu untuk lansia dan pastikan susu whey protein tersedia untuk mereka
TIDUR
Menurut P2PTM Kemenkes RI :
Kebutuhan tidur terus menurun, jika telah mencapai lansia yaitu 60 tahun ke atas, kebutuhan tidur
cukup 6 jam per hari
Kualitas tidur yang berkurang berhubungan dengan adanya insomnia, Rest Legs Syndrome (RLS)
dan Obstructive Sleep Apnea (OSA).
Faktor yang dapat mempengaruhi tidur seperti faktor fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.
Adanya perubahan pada aspek-aspek tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya waktu tidur
(Colten & Altevoght, 2008)
AKTIVITAS
Kebutuhan aktivitas lansia : menurun seiring terjadinya beberapa perubahan
Perubahan karena :
Gaya Hidup :
1. Pensiun
2. Relokasi
3. Kehilangan pasangan hidup
ACTIVITY/EXERCISE GUIDELINES FOR ELDERLY
Seorang lansia harus melakukan beberapa jenis aktivitas fisik setiap hari. Jenis aktivitas apa pun
baik untuk lansia. Semakin banyak aktivitas yang di lakukan semakin baik.
1. Bertujuan untuk aktif secara fisik setiap hari. Aktivitas apa pun lebih baik daripada tidak sama
sekali. Semakin banyak lansia melakukan semakin baik, bahkan jika itu hanya aktivitas ringan
2. Lakukan aktivitas yang meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan fleksibilitas setidaknya 2
hari seminggu
3. Lakukan setidaknya 150 menit aktivitas intensitas sedang seminggu atau 75 menit aktivitas
intensitas kuat jika anda sudah aktif, atau kombinasi keduanya
4. Mengurangi waktu yang dihabiskan untuk duduk atau berbaring dan istirahat lama tidak
bergerak dengan beberapa aktivitas
JATUH
• Berjalan bukanlah sebuah proses yang otomatis. Berjalan membutuhkan integrasi kompleks
info sensorik posisi tubuh relatif terhadap sekeliling dan kemampuan memberikan respons
motorik untuk mengontrol pergerakan.
• Berjalan juga membutuhkan kontrol keseimbangan yang baik untuk misalnya: bangkit dari
kursi, berputar arah ketika berjalan, dan turun naik tangga.
• Risiko jatuh, pada pasien lansia terjadi ketika sistem kontrol postural gagal mendeteksi
pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan penopang pada waktu
yang tepat.
Ada dua kondisi yang mempengaruhi terjadinya risiko jatuh pada lansia:
1. Intrinsik :
- Kondisi medis dan neuropsikiatrik
- Gangguan penglihatan dan pendengaran
- Perubahan terkait usia pada postur tubuh, fungsi saraf otot, cara berjalan, dan refleks postural
2. Ekstrinsik:
- Obat-obatan yang dikonsumsi
- Penggunaan
- Alat bantu jalan yang tidak sesuai
- Bahaya lingkungan sekitar: karpet yang terlipat, mainan/kabel yang berserakan, lantai licin,
undakan, penerangan yang kurang, tidak ada pegangan, kondisi toilet, tinggi furniture atau
tempat tidur yang tidak tepat
Ada tiga faktor yang menjadi penyebab risiko jatuh pada pasien lansia.
1. Faktor risiko: yaitu faktor yang dipengaruhi oleh kondisi ekstrinsik seperti lingkungan yang
tidak ramah lansia, kehilangan keseimbangan, pengaruh obat-obatan, kehilangan
keseimbangan dan sebagainya
2. Faktor pencetus atau penyebab: yaitu faktor yang banyak dipengaruhi oleh kondisi intrinsik
seperti syncope atau kondisi kehilangan kesadaran untuk beberapa saat, dizziness atau
pusing, drop attack, dan sebagainya.
3. Faktor Penyulit atau Komorbiditas: atau adanya peyakit penyerta selain penyakit utama yang
diderita pasien.
Banyak lanjut usia yang tetap menjalankan aktivitas seksualitas sampai usia yang cukup lanjut.
Namun aktivitas tersebut menjadi terbatas karena status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
Pfeiffer (1999) menyatakan bahwa sekitar 70% dari pria dengan usia rata-rata 68 tahun secara teratur
mengambil bagian aktivitas sexual dan Persson (1999) juga mengidentifikasi bahwa laki-laki yang
berusia 70 tahun yang menikah 52%nya masih terlibat dalam hubungan seksual
Perubahan fungsi tubuh yang berhubungan dengan fungsi seksualitas pada lanjut usia melibatkan
respon terhadap rangsangan seksualitas, minat dan partisipasi dalam aktivitas seksualitas.
Aspek lain dari fungsi seksualitas lebih dipengaruhi langsung oleh faktor-faktor resiko seperti
menurunnya kesehatan, merasa tidak menarik, kurangnya privacy, dan tidak memiliki pasangan
(Lichtenberg, 1997 dalam Miller, 2004).
Avis (2000; Beutel, 2002 dalam Miller, 2004), telah mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat aktivitas seksualitas pada lanjut usia dan juga telah mengidentifikasi pengaruh
yang berbeda dari lanjut usia pria dan lanjut usia wanita. Untuk lanjut usia pria, penurunan aktivitas
seksualitas terutama berkaitan dengan ketidakpuasan terhadap pasangan, dan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap disfungsi ereksi seperti obat-obatan dan kondisi medis, sementara pada lanjut
usia wanita, kesehatan menjadi faktor yang kurang penting.
This document is the property of STIKes HORIZON 8 of
20
Variabel yang paling berpengaruh pada tingkat aktivitas seksualitas adalah fungsi seksualitas yang
optimal dan ketertarikan pada mitra seksual. Mazur (2002) mendapatkan bahwa laki-laki yang
menikah di usia antara 50 tahun dan 80 tahun mengalami penurunan aktivitas seksualitas yang
dipengaruhi oleh keinginan istri untuk berhubungan seksual dan kemampuan untuk mempertahankan
ereksi.
PERUBAHAN DEMOGRAFI
1. Pengembangan model pelayanan keperawatan menjadi holistic model, yang memandang
manusia secara menyeluruh
2. Perawat mempertimbangkan untuk melakukan praktik mandiri,
3. Perawat harus kompeten dalam praktik “home care”,
4. Perawat memiliki pemahaman keperawatan transkultural (berbasis budaya) sehingga
efektif dalam memberikan pelayanan type self care,
5. Perawat melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit &
ketidakmampuan pada penduduk yang sudah lansia
6. Perawat mampu menangani kasus kronis dan ketidakmampuan pada lansia
7. Perawat melakukan proteksi kesehatan dengan deteksi dini & manajemen kesehatan
secara tepat
8. Mampu berkolaborasi dengan klien, anggota tim interdisipliner dalam memberikan
pelayanan,
9. Mampu mengembangkan peran advokasi .
3. Bagaimana sebaiknya pemenuhan kebutuhan sexual pada lansia ? Lanjut usia pada umumnya
akan menjadi lebih dekat dengan pasangannya, namun kebutuhan seksualitas lanjut usia tetap dapat
LESSON WRAP-UP
You are done with this session! Let’s track your progress. Shade the session number you just
completed.
Teori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Praktikum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tuliskan 2 hal (materi/ dll) yang ingin anda pelajari terkait materi saat ini:
1. ISSUE – ISSUE LAIN
Peningkatan penggunaan terapi alternatif (terapi modalitas & terapi komplementer
1. Banyak masyarakat yang memanfaatkan terapi alternatif tetapi tidak mampu mengakses
pelayanan Kesehatan
2. Dalam melaksanakan pendidikan kesehatan, perawat sebaiknya mengintegrasikan
2. PERUBAHAN DEMOGRAFI
1. Pengembangan model pelayanan keperawatan menjadi holistic model, yang memandang
manusia secara menyeluruh
2. Perawat mempertimbangkan untuk melakukan praktik mandiri,
3. Perawat harus kompeten dalam praktik “home care”,
4. Perawat memiliki pemahaman keperawatan transkultural (berbasis budaya) sehingga
efektif dalam memberikan pelayanan type self care,
5. Perawat melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit &
ketidakmampuan pada penduduk yang sudah lansia
6. Perawat mampu menangani kasus kronis dan ketidakmampuan pada lansia
7. Perawat melakukan proteksi kesehatan dengan deteksi dini & manajemen kesehatan
secara tepat
8. Mampu berkolaborasi dengan klien, anggota tim interdisipliner dalam memberikan
pelayanan,
9. Mampu mengembangkan peran advokasi .
Learning Outcomes:
1. Wellness diagnosis terkait nutrisi 1. Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., Jett, K. (2005).
2. Wellnessdiagnosis terkait tidur dan aktivitas Gerontological nursing & health aging. 2nded. St.
3. Wellness diagnosis terkait keamanan Louis, Missouri: Mosby, Inc.
(safety) 2. Stanley, M. & Beare, P.G. (1999). Gerontological
4. Wellness diagnosis terkait sexual and aging nursing: a health promotion/ protection approch. 2nd
ed. Philadephia: F. A. Davis Company
3. Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older
adults: theory and practice. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkin.
4. Annete, G. L. (2000). Gerontologic Nursing. St.
Louis : Mosby.
PENDAHULUAN
Diagnosa keperawatan sejahtera (wellness) merupakan keputusan klinis mengenai status
kesejahteraan lansia yang berada dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera
yang lebih tinggi.
Contoh diagnose wellness pada SDKI
NO DIAGNOSA DATA MAYOR SUMBER
1 KESIAPAN PENINGKATAN DO : MAKAN TERATUR DAN SDKI HAL 70
NUTRISI ADEKWAT
DS : MENGEKSPRESIKAN
KEINGINAN UNTUK
MENINGKATKAN NUTRISI
Silahkan anda cari diagnosa keperawatan wellness yang berkaitan dengan kondisi lansia
LESSON WRAP-UP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Praktikum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tuliskan 2 hal (materi/ dll) yang ingin anda pelajari terkait materi saat ini:
1. ISSUE – ISSUE LAIN
Peningkatan penggunaan terapi alternatif (terapi modalitas & terapi komplementer
1. Banyak masyarakat yang memanfaatkan terapi alternatif tetapi tidak mampu mengakses
pelayanan Kesehatan
2. Dalam melaksanakan pendidikan kesehatan, perawat sebaiknya mengintegrasikan
terapi alternatif kedalam metode praktik pendidikan kesehatan tersebut.
3. Perawat harus memahami terapi alternatif sehingga mampu memberikan pelayanan
atau informasi yang bermanfaat agar pelayanan menjadi lebih baik.
2. PERUBAHAN DEMOGRAFI
1. Pengembangan model pelayanan keperawatan menjadi holistic model, yang memandang
manusia secara menyeluruh
2. Perawat mempertimbangkan untuk melakukan praktik mandiri,